(CASE REPORT)
Oleh :
Celine Grace Sita
Danang Hafizfadilah
Dila Aulia
Melati Indah Jelita
Natasya Aurum Alifia Zaini
Preceptor :
dr. Tantri Dwi Kaniya, Sp. Rad
Identitas Pasien
Nama : Tn. AR
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Dusun VI Tanjung Harapan kec. Margatiga Kab/Kota Lampung
Timur
Masuk RS : 9 Januari 2020
Tgl periksa : 13 Januari 2020
Keluhan utama:
Sesak Nafas sejak 2 bulan SMRS.
PEMERIKSAAN UMUM
- Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Komposmentis
- Tanda – tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 87x/menit
Nafas : 28x /menit
Suhu : 36,8 °C
PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala dan Leher :
Mata : konjunctiva anemis (-/-)
Sclera tidak ikterik
Pupil isokor, 2 mm/2mm
Reflex cahaya (+/+)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat
THORAX :
Paru :
Inspeksi : Bentuk dada asimetris, retraksi iga (+), gerakan nafas dada
kiri teringgal, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan
dibantu oleh otot-otot bantu pernafasan. Terpasang WSD
pada thorax sinistra.
Palpasi : Massa (-), Vocal Fremitus melemah pada lapangan paru
kiri
dibandingkan kanan
Perkusi : Lapangan paru kanan sonor. Lapangan paru kiri
hipersonor
Auskultasi : Lapangan paru kanan vesikuler, ronkhi (-), Wheezing (-).
Lapangan paru kiri menghilang, rhonki (-), Wheezing (-).
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), inflamasi (-), scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba. Nyeri tekan epigastrium (-)
Ekstremitas :
Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema ekstremitas (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
a. Laboratorium 10/01/2020
Hemoglobin 13,6 g/dL GDS 134 mg/dL
Leukosit 7.300 /µL Ureum 21 mg/dL
Eritrosit 4,0 juta/µL Creatinine 0,66 mg/dL
Hematokrit 41%
Trombosit 304.000/µL
MCV 103 fL
MCH 34 pg
MCHC 33 g/dL
Hitung Jenis:
Basofil 0%
Eosinofil 3%
Batang 0%
Segmen 60%
Limfosit 25%
Monosit 12%
LED 8 mm/jam
b. Rontgen Thorax AP
Diagnosis Kerja :
Pneumothoraks Sinistra
Rencana Penatalaksanaan :
Non Medikamentosa :
- Tirah baring
- O2 3-4 l/m via nasal kanul jika sesak
Medikamentosa :
- Terapi cairan KaEn 3B 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Metilprednisolon 31,25 mg/12 jam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 2,4:
1. Pneumotoraks spontan
Klasifikasi
Berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka
pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat
laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru
disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re- ekspansi,
sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah
kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di
rongga pleura tetap negatif.
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi
tekanan menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam
keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah
Patogenesis
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di
antara pleura parietalis danvisceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura
normal berisi sedikit cairan serous jaringan.Tekanan intrapleura selalu berupa
tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses
respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan fase eksprasi.
Padafase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O; sedangkan pada fase
ekspirasi tekananintrapleura: -3 s/d -6 cmH2O. Pneumotorak adalah adanya
udara pada cavum pleura. Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan
tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu
pada proses respirasi.
Pneumothorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru
sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan
sempurna. 4
tension pneumotorak1,5
gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini
Gejala klinis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah 4,5
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam
pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada
gerak pernapasan.
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi
bila penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil
disebabkan pengisian yang kurang
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan 2,6
1. Inspeksi :
2. Palpasi :
- Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
3. Perkusi :
- Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar
4. Auskultasi :
Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Thoraks
kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceralis, yang
biasa dikenal sebagai pleural white line.
daerah medial.7
Deep sulcus sign (kiri) dan tension pneumotoraks kiri disertai deviasi
mediastinum kanan dan deep sulcus sign (kanan).
Jika pneumotoraks luas maka akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau
paru menjadi kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah
kontralateral. Jika pneumotoraks semakin memberat, akan mendorong
jantung yang dapat menyebabkan gagal sirkulasi. Jika keadaan ini terlambat
ditangani akan menyebabkan kematian pada penderita pneumotoraks
terjadi. Hal yang sama juga terjadi pada pasien dengan penyakit paru difus
di mana paru menjadi kaku sehingga tidak memungkinkan kolaps paru
komplit. Pada kedua pasien ini perlu diwaspadai terjadinya loculated
pneumothorax atau encysted pneumothorax. Keadaan ini terjadi karena
udara tidak dapat bergerak bebas akibat adanya adhesif pleura. Tanda
terjadinya loculated pneumothorax adalah adanya daerah hiperlusen di
daerah tepi paru yang berbentuk seperti cangkang telur.
Pneumotoraks kanan yang berukuran kecil dalam keadaan inspirasi (kiri) dan
dalam keadaan ekspirasi (kanan).
Ekspirasi penuh menyebabkan volume paru berkurang dan relatif
menjadi lebih padat sementara udara dalam rongga pleura tetap konstan
sehingga lebih mudah untuk mendeteksi adanya pneumotoraks utamanya
yang berukuran lebih kecil. Perlu diingat, pneumotoraks yang terdeteksi
pada keadaan ekspirasi penuh akan terlihat lebih besar daripada ukuran
sebenarnya.9
Pneumotoraks yang berukuran sangat kecil dapat dideteksi dengan foto
lateral dekubitus. Pada posisi ini, udara yang mengambil tempat tertinggi
pada hemitoraks (di daerah dinding lateral) akan lebih mudah terlihat
dibandingkan pada posisi tegak.
Primary 3,6
Airway
Assessment :
Perhatikan patensi airway
Dengar suara napas
Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan
gerakan dinding dada Management :
Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan
jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
Observasi dan Pemberian O2
O2 (2). Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap
12-24 jam pertama selama 2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk
Breathing
Assesment:
Periksa frekwensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks,
open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
Circulation
Assesment
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
Torakotomi emergency bila diperlukan
Operasi Eksplorasi vaskular emergency
1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vascular
Penatalaksanaan: WSD
b) Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra
toraks yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada
pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat masuk
dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri:
Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi :
kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke
kontralateral), deviasi trakhea , venous return ↓ → hipotensi &
respiratory distress berat.
Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat,
takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis
Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea
mid-klavikula)
2. WSD
c) Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga
udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah.
Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal
juga sebagai sucking-wound . Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme
ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra
toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)
penatalaksanaan WSD
Tindakan Dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan
intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar
dengan cara :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan
berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut
(2,8).
Komplikasi
Prognosis