Anda di halaman 1dari 7

336

ZIRAA’AH, Volume 46 Nomor 3, Oktober 2021 Halaman 336-342 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

PENGOLAHAN WADI IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)


PROSES CEPAT DAN TIDAK ASIN

(Processing Catfish Wadi (Pangasius hypophthalmus) Fast And Not Salty Process)

Restu Y. Bakrie
Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya
Penulis Koresponden : restului@gmail.com

Article Submitted: 20-06-2021


Article Accepted: 15-08-2021

ABSTRACT
This study aims to determine processing of wadi patin fish (Pangasiu hypophthalmus)
quick process and not salty, It is a fermented product from fish, in the form of a wet materi
through a salting process, the addition of spices then followed by fermentation for several days
until it produces a aroma and taste. This traditional food is the result of fermentation assisted by
synergistic microorganisms, namely lactic acid bacteria. The results of the study by washing fish
after the salting process were able to accelerate fermentation from 7 days to 3 days. The best
treatment to wash the fish meat twice after the salting process. the specifications of the resulting
wadi are as follows: protein content = 18.64%; salt content = 0.79%; Water content = 58.65%;
Fat content = 3.29%; total microbes (LAB) 6.5x104; organoleptic value (taste) = 7.55.

Keywords: Salting, Washing, fish wadi

PENDAHULUAN Ingratubun et al, (2013). Menyatakan


mikroorganisme berperan aktif dalam proses
Pengolahan hasil perikanan bertujuan
fermentasi adalah bakteri asam laktat.
untuk menciptakan produk dengan sifat yang
Spesies ikan yang umum diolah
berbeda dari bentuk segar agar disukai oleh
konsumen sehingga dapat meningkatkan menjadi wadi yaitu mengandung cukup
lemak, seperti: patin, jelawat, tumbro,
pola konsumsi terhadap ikan. Hasil olahan
tapah, gurami, betok, golongan ikan gabus,
tradisional banyak dilakukan dari pada cara
nila, sepat rawa , sepat siam (T. pectoralis).
moderen, karena prosesnya mudah dan lebih
Di Kalimantan Selatan, pengolahan
disukai (Anonim, 2001).
wadi ikan dilakukan dengan cara
Wadi adalah produk olahan berasal dari
mencampur ikan yang telah disiangi dan
ternak maupun ikan melaui fermentasi
dicuci bersih dengan garam 25 – 50% dari
selama beberapa hari sampai mengelurkan
berat ikan kemudian dimasukan kedalam
aroma khas asam. Dalam pengolahan wadi
wadah kedap udara untuk proses fermentasi
penggaram merupakan hal yang paling
selama minimal 14 hari, sehingga rasa
menetukan. Menurut Ahillah, et al.,
sangat asin dan proses fermentasinya terlalu
(2017) Penggaraman berfungsi
lama, apabila sebelum proses fermentasi
mengawetkan dan mengeluarkan cairan dari
ditambah samu dinamakan pakasam. Rita
jaringan daging untuk substrat pertumbuhan
Khairina (1999) menyatakan bahwa
bakteri asam laktat (BAL). Selanjutnya
konsentrasi garam (NaCl) 25% dengan lama
Adawyah (2007). menyatakan bahwa lebih
fermentasi 14 hari merupakan produk
dari satu jenis mikroorganisme yang
terbaik wadi ikan betok. Selanjutnya Petrus
bersinergi membantu fermentasi.
337
ZIRAA’AH, Volume 46 Nomor 3, Oktober 2021 Halaman 336-342 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

(2013), melaporkan pembuatan wadi ikan Pelaksanaan penelitian mulai 15


papuyu menggunakan garam 15%, gula Agustus s/d 3 September 2020. Di
merah 15 % dan lemon 4% didapat wadi Laboratorium Fikan Unkrip dan Balai
dengan kategori suka. Pengujian Sertifikasi Barang Diperindag.
Di Kalimantan tengah wadi diolah Prov. Kalteng.
dengan mencampur garam 10 – 25% dari
berat ikan bersih, setelah 1 hari dilanjutkan METODE PENELITIAN
dengan penambahan samu dari beras yang Bahan: ikan patin; garam bata; beras;
disangrai. Untuk pembuatan samu gula merah dan air besih. Alat: pisau;
digunakan beras dolok atau bengawan telanan; blender; beskom; dan stoples.
(Restu, 1999). Pengolahan wadi dengan Metode penelitian eksperimen
mencapur garam 10%; samu beras 5%; lama dengan Rancangan Acak Lengkap
fermentasi 7 hari menghasilkan produk (Sastrosoepadi, 1999). Perlakuan terhadap
sangat asin dan kurang suka (Restu, 2011). daging ikan sebagai berikut:
Setelah daging ikan toman digarami selama A = Tanpa dicuci
1 hari, kemudian dicuci, dilanjukatkan B = dicuci 1 kali
fermentasi 7 hari mampu mengurangi rasa C = dicuci 2 kali
asin dan cita-rasa gurih (Restu, 2013). Untuk mengetahui Kualitas wadi
Penambahan gula aren 3% setelah setelah proses fermentasi 3 hari, dilakukan
pencucian daging ikan mas yg digarami uji kimia meliputi kadar air, garam, protein
mempercepat fermentasi menjadi 3 hari dan lemak); mikrobiologi (TPC) dan uji
(Restu, 2017). orgnoleptik terhadap produk wadi, untuk
Khairina (1999), melaporkan mengambil kesimpulan.
mikroflora yang berperan dalam fermentasi Tahap penelitian:
adalah bakteri asam laktat dan halofilik 1. Penyiangan.
dengan menghidrolisis lemak menjadi asam 2. Daging ikan digarami perbandingan
lemak dan gliserol. Aktivitas bakteri saat 10:1 dimasukan kedalam stoples
fermentasi menhasilkan aroma khas dan rasa dibiarkan selama 1 hari
asam (Reddy, et al., 2008; Masood, et al., 3. Cuci, tiriskandan tambah gula aren
2011). Kemampuan bakteri ini sebanyak 3%,
menghidrolisis lemak menjadi asam laktat 4. Tambahkan samu sebanyak 4% dan
dengan indeks 1.94 dan 3.96 untuk zona dicampur sampai merata.
bening. Sesuai dengan pendapat Duhan et 5. Selanjutnya susun dalam stoples dan
al., (2013). peranan penting bakteri asam ditutup rapat
laktat saat fermentasi adalah mempengaruhi 6. Pproses fermentasi 3 hari
tingkat kesukaan dan masa simpan 7. Pengambilan contoh uji.
makanan.
Tujuan Percobaan untuk mempelajari HASIL DAN PEMBAHASAN
proses pengolahan wadi yang optimal
untukdiaplikasikan oleh masyarakat. Hasil pengujian laboratorium proksimat
daging patin pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil uji prosimat daging patin (%)


Perlakuan Air Protein Lemak Garam
Patin segar 74,86 18,06 4,21 0
A 68,56 20,33 3,72 1,63
B 68,61 20,26 3,52 1,07
C 68,58 20,12 3,48 0,91
338
ZIRAA’AH, Volume 46 Nomor 3, Oktober 2021 Halaman 336-342 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Hasil analisis kimia wadi patin masing- 3 hari (%), ditampilkan pada gambar 1.
masing perlakuan setelah proses fermentasi

Perlakuan
A B C

57.51 58.54 58.65

17.32 17.57 18.19

5.39 4.36 3.29 1.21 0.95 0.79

Kadar Air Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Garam

Gambar 1. Hasil Laboratorium prosimat wadi ikan patin (Pangasius sp) setiap
perlakuan.

Kadar Air patin. Uji beda nyata terkecil (BNT) = 0,43


Hasil pengujian terhadap kadar air maka ditetapkan Perlakuan A (57,51) beda
(b/b%) setelah fermentasi adalah semakin sangat nyata dengan B (58,54) dan C
sering pencucian maka kadar air yang (58,65), sedangkan B dengan C tidak
dikandung wadi patin bertambah besar. berbeda. Hasil ini menunjukan pencucian
Pada gambar 1. Dapat dilihat bahwa menyebabkan berkurangnya kadar garam,
semakin sering dicuci maka air dalam wadi sehingga mengakibatkan berkurangnya
semakin banyak, disebabkan sifat garam kemampuan kristal garam menarik air dari
yang dapat menarik air dari jaringan daging dalam jaringan daging ikan selama masa
ikan telah berkurang akibat pencucian yang fermentasi.
dilakukan. Kadar air tertinggi pada C (58,65)
Protein
kadar air ini lebih banyak dari kadar air wadi Semakin sering daging ikan dicuci
ikan betok sebesar 33,29% setelah masa setelah penggaraman maka proteinnya
fermentasi 7 hari dengan konsentrasi garam rendah. Hal ini terjadi karena dalam proses
10% (Petrus., et al, 2013). Namun lebih fermentasi terjadi denaturasi protein oleh
sedikit dari wadi ikan Mas sebanyak bakteri.
61,11%; wadi bawal 58,74%) dan wadi ikan Berdasarkan ANOVA kandungan
bawal sebanyak 58,74% (Restu, 2017 dan protein wadi patin berbeda sangat nyata. Uji
2018). Menurut Wati, et al. (2018), semakin BNT 1% = 0,32: A(17,32) tidak berbeda
banyak konsentrasi garam maka kadar air
dengan B (17,57), sedangkan C(18,19)
wadi ikan patin sedikit. Konsentrasi garam berbeda sangat nyata terhadap A dan B.
10% masa fermentasi 6 hari kadar airnya Kadar protein tertinggi diperoleh
57,23%. dalam produk C = 18,19%, lebih rendah
Hasil analisis keragaman (ANOVA) dari protein wadi ikan mas 26,8%
menyatakan bahwa F hitung > F tab 1%, (Restu,1999) , patin 18,40% tanpa dicuci
berarti pencucian setelah penggaraman setelah masa penggaraman dengan masa
berbeda sangat nyata terhadap kadar air wadi
fermentasi 7 hari (Restu, 2011). Namun
339
ZIRAA’AH, Volume 46 Nomor 3, Oktober 2021 Halaman 336-342 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

lebih besar dari protein wadi betok 12,33% Garam


(Petrus., et al, 2013); protein wadi patin Setelah proses fermentasi persentase
dengan konsentrasi garam 10% dengan masa kadar garam wadi patin semakin rendah.
fermentasi 6 hari 16,09% (Wati., et al. Perlakuan A (1,21); B (0,95); dan C (0,79).
(2018); protein bakasang laor 13,78% masa Hal ini terjadi karena selama proses
fermentasi 10 hari dengan kadar garam 10% fermentasi, air bersama garam terus keluar
(Mahulete., et al, 2020). dari daging ikan. Anova terhadap
Menurut Adawyah (2007), selama kandungan garam membuktikan setiap
fermentasi protein akan dihidrolisis oleh perlakuan berbeda yang sangat nyata.
bakteri menjadi asam amino, kemudian Hasil uji BNT diperoleh nilai 0,19,
diurai menjadi komponen-komponen yang sehingga kadar garam wadi ini lebih rendah
membentuk citarasa produk. Kadar garam dari wadi ikan mas 2,82% (Restu,1999);
tinggi menyebabkan kelarutan protein wadi betok 3,26% dengan konsentrasi
rendah, kemudian protein terpisah dan garam 10% setelah masa fermentasi 7 hari
membentuk endapan (Thariq., et al., 2014). (Petrus, et al., 2013), kadar garam ikan
kering asin kambing-kambing sebesar 8,02%
Lemak
setelah lama penggaraman 24 jam dengan
Hasi laboratotium terhadap kadar
kosentrasi garam 10% (Abadiansyah., et al.,
lemak pada produk wadi ikan patin A =
2018). Penurunan kandungan garam
5,39%, B = 4,36% dan C = 3,29%.
disebabkan karena proses pencucian daging
Pada gambar 1 terlihat bahwa rerata
ikan setelah penggaraman dan fermentasi 3
kadar lemak yang dikandung oleh setiap
hari, sehingga garam keluar dari dalam
perlakuan semakin menurun seiring dengan
daging ikan berupa cairan.
seringnya daging ikan dicuci dan proses
fermentasi. Kadar lemak wadi patin ini lebih Mikrobia
besar dari wadi ikan mas 3,01% masa Hasil hitungan koloni bakteri di
fermentasi 7 hari (Restu, 1999); lemak wadi Laboratorium ditampilkan gambar 2.
patin 2,29% perlakuan tanpa dicuci dan Berdasarkan anasisis statistik diperoeh (p ≥
penambahan samu 5% (Restu, 2011). 0,05 ≤ 0,01), berarti perlakuan yang
Demikian juga lemak wadi ikan toman diberikan mempunyai pengaruh pada jumlah
perlakuan tidak dicuci setelah penggaram A koloni bakteri didalam wadi. Rata-rata
(2,62%); dicuci satu kali B (2,29%) dan dua perlakuan A (4,7) berbeda nyata dengan B
kali C(2,02%) (Restu, 2013); kadar lemak (6,3) dan C (6,7), tetapi B tidak berbeda
wadi ikan betok = 2,15% (Petrus, et al., dengan C. Semakin rendah kadar garam
2013); lemak wadi bawak air tawar maka semakin banyak jumlah koloni bakteri,
(Colossoms macropomum) sebesar 0,60 - ini disebabkan garam dapat menghambat
0,73% (Restu, 2018). pertumbuhan mikroba.
Hasil Anova menunjukan bahwa F Total mikrobia (CPU/gr) perlakuan A
hitung > F tab 1%. Hal ini menyatakan (4,7x104); B(6,3x104); C(6,7x104). Total
kandungan lemak wadi patin berbeda sangat mikroba wadi patin ini lebih rendah dari
nyata pada setiap perlakuan. Perhitungan mikroba hasil fermentasi ngari (makanan
BNT (1%) diperoleh nilai pembeda 0,31. tradisional di India) sebanyak 104 - 106
Dengan demikian dinyatakan semua CPU/gr (Taorem dan Sarojnalini, 2012);
perlakuan berbeda sangat nyata kandungan pada fermentasi usus ikan cakalang segar
kadar lemaknya. Hal ini disebabkan karena (Katsuwonis sp. L) diperoleh mikroba
proses pencucian setelah penggaraman dan sebanyak 1,8 x 106 CPU/gr (Ingratubun, et
lama fermentasi 3 hari dapat mengurangi al., 2013); jumlah mikroba hasil Fermentasi
kadar lemak dari dari daging ikan. ikan wader (Rasbora) kadar garam 25%
sebanyak 4,8x106CPU/gr (Ahillah., et al.,
340
ZIRAA’AH, Volume 46 Nomor 3, Oktober 2021 Halaman 336-342 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

2017). Melalui proses fermentasi laktat (Reddy et al., 2008); selanjutnya


karbohidrat diubah oleh bakteri Widyastuti (2016), mengemukakan bahwa
menggunakan enzim amilase ekstraseluler bakteri ini berkembang dengan baik pada
secara anaerob sehingga mengasilkan asam media yang cukup gula.

Gambar 2. Hasil Laboratorium koloni bakteri dan Nilai uji organoleptik wadi ikan patin setiap
perlakuan.

Uji Organoleptik Catatan khusus hasil penelitian ini bahwa


Uji untuk mengetahui tingkat kesukaan aroma wadi ikan patin goreng sangat
dilakukan oleh 5 orang panelis terhadap menarik selera.
wadi patin berdasarkan indikator:
penampilan, tekstur, aroma dan rasa. Hasil KESIMPULAN DAN SARAN
uji dalam gambar 2, menunjukan nilai Dalam proses pengolahan wadi, daging
tertinggi pada C(7,63). Nilai ini lebih tinggi ikan yang telah digarami selama satu hari
dari standar ikan pindang mutu I yaitu 7,5 harus dicuci terlebih dahulu sebelum
(Sudarisman dan Elvina,1996); Nilai 7,60 penambahan gula aren dan samu, sehingga
untuk wadi ikan patin tanpa gula aren
dapat memperpendek waktu fementasi dari 7
(Restu, 2012). Gula aren 15% dalam menjadi 3 hari. Kualitas wadi terbaik adalah
fermentasi wadi ikan betok mampu perlakuan pencucian daging ikan dua kali.
meningkatkan kesukaan panelis (Petrus, Spesifikasi wadi: kadar air (58,65%);
2013). Selanjutnya Restu (2017; 2018; protein(18,19%); lemak (3,29%);
2019), penambahan gula aren 3% untuk abu(5,46%); garam (0,79%); total mikrobia
wadi ikan mas nilai suka adalah 7,60; wadi (BAL) 6,7x104; nilai organoleptik 7,64.
ikan bawal air tawa 7,61 , dan nilai 7,2 wadi
Disarankan sebelum penambahan gula
patin dikemas dengan kantong plastik aren dan samu, daging ikan yang telah
kemudian disimpan selam 15 hari di dalam digarami dicuci terlebih dahulu dengan air
ember penuh air. bersih, sehingga diperoleh wadi ikan yang
Menurut Efendi (2010), protein dan disukai.
lemak terdegradasi oleh bakteri
menghasilkan rasa dan aroma khas karena
senyawa methil keton, aldehid, asam amino.
341
ZIRAA’AH, Volume 46 Nomor 3, Oktober 2021 Halaman 336-342 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

DAFTAR PUSTAKA beings. Critical Reviews in


Microbiology, 37(1): 91–98.
Adawyah, 2007. Pengolahan dan
Mahulette F, Steven E, Calvin T, Frengki
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara,
W., 2020. Pengaruh kadar Garam Dan
Jakarta
Lama Fermentasi Terhadap Kualitas
Bakasang Laor. Jurnal Teknologi
Anonim, 2001. Hasil Uji Coba Pengolahan
Pangan. 14(1): 40-51
Hasil Perikanan pada LPPMHP.
Dinas Kelautan Dan perikanan
Mirza Yanuar, Rizka DF, Utami SH,
Propinsi Kalimantan Tengah,
Sitoresmi P., 2017. Identifikasi
Palangkaraya.
Kemampuan Hidrolisis Lemak Dan
Penentuan Indeks Zona Bening Asam
Afrianto E., dan Liviawati E., (1989).
Laktat Pada Bakteri Dalam Wadi
Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Makanan Traditional Kalimantan
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Tengah. Jurnal Bionature. 18(2):87-
98.
Ahilah N, Aoda R, Windi, Reni S, Rita P.,
2017. Pengaruh Konsentrasi Garam
Petrus, Hari Purnomo, Eddy S., Handoko,
Pada Fermentasi Ikan Wader (Rasbora
2013. Physicochemical characteristics,
lateristriata). Jurnal Bioedukasi.
sensory acceptability and microbial
10(2): 12-17
quality Wadi Betok a traditional
fermented fish from south Kalimantan.
Akbardiansyah, Desniar, Uju, 2018.
International Food Research Journal
Karakteristik Ikan Asin Kambing-
20(2): 933- 939
kambing (Chanthidermis maculata)
Penggaraman Kering. Jurnal
Petrus S, 2013. Quality of fermented Betok
Pengolahan Hasil Perikanan
fish added with palm (Arenga sp)
Indonesia. 10(2):345-355.
sugar and Lime juice. International
Food Research Journal 20(5): 2849-
Duhan, J.S., Nehra, K., Gahlawat, S.K.,
2855
Saharan, P., and Surkha D.,
(2013)Bacteriocins From Latic Acid
Restu, Saptono dan Yuanike, 1999.
Bacteria. Biotechnology: Prospects
Pengaruh Jenis Beras Terhadap
and Applications Springer. 1(10), 127-
Citarasa Wadi Ikan Mas. Laporan
141.
Penelitian, Fak. Perikanan UNKRIP.
Efendy, Y dan Yusra, 2010. Dasar-Dasar
Restu, 2011. Pengaruh Persentase Samu
Teknologi Hasil Perikanan. Univ.
Dalam Pembuatan Wadi Patin
Bung Hatta Press, Padang.
(Pangasius sp). Journal Of Tropical
Fisheries. 6(1): 553-557.
Ingratubun, J.A., Ijong,F.g., Onibala,H.
2013. Isolasi dan Indentifikasi Bakteri
Restu, 2013. Pengaruh Pencucian Daging
Asam Laktat pada Produk Fermentasi.
Ikan Toman (Channa sp) Setelah
Aquatic Science and Management
digarami Terhadap Cita-rasa Wadi.
Journal. 1, 48-56
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 2(1): 31-
34.
Masood, M., et all., 2011. Beneficial Effects
of Lactic Acid Bacteria on Human
342
ZIRAA’AH, Volume 46 Nomor 3, Oktober 2021 Halaman 336-342 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Restu, 2015. Percobaan Penurunan Kadar Sastrosupadi, 1999. Rancangan Percobaan


Air Wadi Ikan Patin (P. Praktis. Penerbit Kanisius,
hypophthalamus) untuk daya awet. Jogyakarta.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 4(1): 12-
15. Sudarisman dan Elvina, 1996. Petunjuk
Memilih Produk Ikan dan Daging.
Restu, 2017. Pengaruh Persentase dan Penebar Swadaya,Jakarta.
Kombinasi Gula Aren dengan Samu
dalam Fermentasi ikan mas (Cyprinus Taorem, S., Sarojanlini, C.H., 2012. Effect
carpio). Jurnal Ilmu Hewani Tropika. of Temperature on Biochemical of
6(2): 78-81 Ngari. Nature and Science journal
10(2): 32-40
Restu, 2018. Pengolahan Wadi ikan bawal
air tawar (Colossoma macropomum). Thariq, A.S., Swastawati, F., dan Surti,T.,
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 7(2): 70- 2014. Pengaruh Perbedan Konsentrasi
73. Garam pada Peda Ikan Kembung
(Rastreliger neglectus) terhadap
Restu, 2019. Nilai Organoleptik Wadi Ikan Kandungan asan Glutamat Pemberi
Patin (Pangasius sp) selama rasa Gurih. Jurnal Pengolahan dan
penyimpanan di dalam air. Jurnal Ilmu Bioteknologi Hasil Perikanan,
Hewani Tropika. 8(2): 98-103. 3(3):104

Rita Khairina, Tyas Utami dan Erni Wati Kharina, Ekawati P., Sinung Pranata,
Hemayani, 1999. Perubahan Sifat 2019. Kualitas Fermentasi Spontan
Kimia, Fisik, Mikrobia dan Sensoris Wadi Ikan Patin (Pangasius sp)
Produk Wadi Ikan Betok (Anabas Dengan Variasi Konsentrasi Garam.
testudineus Bloch). Jurnal Agritech Jurnal Biota. 4(1):24-32
19(4):181-188

Anda mungkin juga menyukai