Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik ditandai dengan keadaan

hiperglikemia yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya (Putri dkk, 2013). Ada beberapa jenis diabetes melitus yaitu diabetes

mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes melitus tipe gestasional, dan diabetes

mellitus tipe lainnya. Sebagian besar yaitu sekitar 90% tergolong diabetes melitus

tidak tergantung insulin atau diabetes melitus tipe 2 dan 10% diabetes mellitus

tergantung insulin atau diabetes melitus tipe 1 (Dewi, 2013).

Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes melitus

pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan

meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Diabetes melitus telah menjadi

penyebab dari 4,6 juta kematian. International Diabetes Federation (IDF)

memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka telah

mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang

menderita DM di Asia Tenggara. Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59

tahun (Trisnawati dan Setyorogo, 2013).

Ketidakpatuhan terhadap pengobatan sering terjadi pada penderita penyakit

kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang termasuk diabetes mellitus.

Hal ini merupakan masalah yang cukup serius karena dapat mempengaruhi efektivitas
pengobatan (Lailatusifah, 2009). 2 Mengingat begitu tingginya angka kejadian serta

pentingnya penanganan secara tepat terhadap penyakit diabetes melitus dan

komplikasi yang ditimbulkannya, maka terapi diabetes mellitus harus dilakukan

secara rasional baik secara farmakologi maupun non farmakologi (Arifin,2007).

Terapi farmakologi yang dapat diberikan terdiri dari obat oral antidiabetik,

kombinasi obat oral dengan insulin atau pemberian insulin intensif. Terapi

farmakologi bertujuan untuk mencapai kadar glukosa darah mendekati normal,

mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus

(Putri dkk, 2013). Obat yang selama ini digunakan untuk terapi diabetes melitus yaitu

insulin dan obat antidiabetika oral dari golongan sulfonilurea, meglitinid, D-

Phenylalanin derivat, biguanide, thiazolid, dan α-glucosidase inhibitors untuk

diabetes tipe2 (Katzung,2012)

Kepatuhan terhadap pengobatan didefinisikan dan di tandai ketika perilaku

individu (yang brkaitan dengan penggunaan obat-obatan, rekomendasi terhadap

perubahan gaya hidup dan kehadiran pasien untuk perjanjian terkait pengobataan)

sesuai dengan saran dokter dan tenaga kesehatan (Osamor and Owumi,2011).

Metode survey cross sectional dalam penelitian ini dipilih karena mempelajari

dinamika hubungan faktor tingkat pendidikan dengan kepatuhan pasien terhadap

penggunaan obat antidiabetika oral. Pengumpulan data menggunakan metode

interview atau wawancara dan menghitung sisa pil (pil count) yang dilakukan dengan

mengunjungi ke setiap rumah responden beberapa hari setelah responden menebus

obat di apotek.
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa apotek yang

terdapat di Kecamatan Sukun Kota Malang. Kecamatan Sukun berada di selatan kota

malang dengan 11 kelurahan dan berdasarkan sensus penduduk kota malang tahun

2013jumlah penduduk kecamatan sukun sebanyak 191.229 jiwa dan merupakan

kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak ke dua dari lima Kecamatan yang

berada di kota Malang dengan jumlah penduduk Kota Malang sebanyak 836.373

jiwa. Berdasarkan sepuluh jenis penyakit terbanyak penderitanya di puskesmas Kota

Malang, penyakit Diabetes Mellitus merupakan urutan ke sembilan (sebanyak

16.635) (BPS Kota Malang, 2010)


BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.

2.2 Etiologi

 DM TIPE 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel

beta pancreas yang disebabkan oleh:

- Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic

kearah terjadinya diabetes tipe 1

- Faktor imunologi (autoimun)

- Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta


 DM TIPE 2

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.

Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe

2: usia, obesitas, riwayat dan keluarga

2.3 Prognosis

Pasien dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 beresiko komplikasi seperti

kehilangan penglihatan (diabetic neuropahty), kerusakan pembuluh darah dan

saraf (diabetic neuropahty). Akan tetapi, komplikasi dapat diminimlkan

dengan cara menjaga kadar glukosa darah dalam kondisi normal melalui

monitoring yang konsisten, pemberian insulin, dan diet pasien dengan

gestational diabetes mellitus akan sembuh setelah melahirkan; namun mereka

beresiko menderita diabetes mellitus tipe 2 dikemudian waktu dalam hidup

mereka.

2.4 Manifestasi klinis

1) DM tipe 1:

 Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi

 Nafus makanan meningkat (polyphagia) karena sel sel kekurangan

energi,simyal bahwa perlu makan banyak

 Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang

glukosa
 Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang

glukosa

 Beratbadan turun karena glukosa tidak dapat masuk kedalam sel

 Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk kedalam sel

 Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa

 Penyembuhan tertunda/lama kaarena naiknya kadar glukosa didalam

darah mengalami proses penyembuhan

2) DM tipe 2 :

 Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi

 Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusahan membuang

glukosa

 Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang

glukosa

 Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa

 Penyembuhan tertunda / lama karena naiknya kadar glukosa dalam

darah menghalangi proses kesembuhan

2.5 Klasifikasi /stage

a). Klasifikasi klinis:

Diabetes mellitus:

 DM tipe 1: IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses

autoimun

 DM tipe 2: NIDDM

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.

Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jantung perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati:

- Tipe II dengan obesitas

- Tipe II tanpa glukosa

 Gangguan toleransi glukosa

 Diabetes kehamilan

b). Klasifikasi resiko statistik:

 Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

 Berpotensi menderita kelainan glukosa

2.6 Patofisiologi

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami

metabolisme sempurnah menjadi C02 dan air 10% menjadi glikogen dan 20%

sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut

terganggun karena terdapat defisiensi insulin penyerapan glukosa kedalam sel

macet dan metabolisme terganggu . keadaan ini menyebabkan sebagian besar

glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.


Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gaglnya hormone

insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi

glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan menjadi hiperglikemi. Ginjal

tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah

adalah 180mg%. sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tida bisa

menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan

sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine

disebut glukosuria. Sehubungan dengan glukosuria maka sejumlah air hilang

dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraseluler,

hal ini merangsang pusat haus, sehingga pasien akan mengalami hausan terus

menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut dengan polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebakan turunnya transport glukosa

ke sel-sel sehungga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak

dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran

dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak

makanan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan

teerjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah

meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak, hingga

tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine

dan napas penderita berbau aseton dan buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila

tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetic
Pathway
Obesitas, Usia,
Reaksi Autoimun Genetik

DM Tipe 1 DM Tipe II

sel beta Panncreas sel beta Panncreas


hancur Defisiensi insulin hancur

Anabolisme protein Katabolisme protein Hipolisis Pemakaian glukosa

Kerusakan antibody Memberikan rangsangan di lipolisis


Hiperglikemia
hipotalamus

Kekebalan tubuh Gliserol asam lemak


Sebagai pusat lapar dan haus Glycosuria
bebas

Mudah terserang
Pusat lapar dan haus aterosklorosis
penyakit
RESIKO makrovaskuler Osmotic diuresis
Polidipsi dan polifagi
INFEKSI

Jantung poliurea
Neoropati sensori
perifer KETIDAK SEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH Miokard infark
Dehidrasi
Klien tidak merasakan
sakit saat terluka
NYERI AKUT
KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
Mikrovaskuler
Neukrosis luka

KERUSAKAN Viskositas darah


Ganggren INTERGRITAS Retina
KULIT

Aliran darah
Gangguan
melambat
penglihatan

Iscemic jaringan

RESIKO CEDERA

KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
PERIFER
2.7 Komplikasi

Meskipun komplikasi jangka panjang dari diabetes berkembang secara

bertahap, komplikasi bisa menyebabkan kecatatan permanen atau bahkan

mengancam jiwa. Beberapa komplikasi potensial diabetes mellitus;

1. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Diabetes meningkatkan resiko

berbagai masalah kardiovaskuler termaksud penyakit arteri koroner dengan

nyeri dada (angina), serangan jantung,storke,penyempitan arteri

(arterosklorosis) dan tekanan darah tinggi

2. Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding

pembuluh darah kecil (kapiler) terutama dikaki ini dapat menyebabkan

kesemutan, mati rasa, rasa terbakar atau rasa sakit yang biasanya dimulai

diujug jari kaki dan secara bertahap menyebar ketubuh bagian atas. Gula

darah yang tidak terkontrol pada akhirnya dapat menyebabkan mati rasa

dibagian tubuh yang terkena. Kerusakan pada saraf yang mengotrol

pencernaan dapat menyebabkan masalah dangan mual, muntah,diare, atau

sembelit

3. Kerusakan ginjal (nefropati). Ginjal mengandung jutaan kluster pembuluh

darah yang kecil menyaring limbah dari darah. Diabetes dapat merusak sistem

penyaringan tersebut. Kerusakan parah dapat menyebabkan gagal ginjal atau

penyakit ginjal tahap akhir yang ireversibel, yang akhirnya memerlukan

dialisi atau transplantasi ginjal


4. Kerusakan mata. Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina (diabetic

retinopathy), berpotensi menyebabkan kebutaan. Diabetes juga meningkatkan

risiko kondisi penglihatan serius lainnya, seperti katarak dan glaukoma.

5. Kerusakan kaki. Kerusakan saraf kaki atau aliran darah yang buruk ke kaki

meningkatkan risiko berbagai komplikasi kaki. Jika tidak diobati, luka dan

lecet bisa menjadi infeksi serius. Kerusakan parah mungkin menyebabkan

dilakukannya amputasi kaki

6. Gangguan pendengaran. Masalah pendengaran lebih sering terjadi pada

penderita diabetes

7. Gangguan kulit. Diabetes dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap

masalah kulit, termasuk infeksi bakteri dan jamur

8. Penyakit Alzheimer. Diabetes tipe 2 dapat meningkatkan risiko penyakit

Alzheirmer. Semakin buruk kendali gula darah, semakin besar risikonya.

2.8 Penatalaksanaan

1) Tablet atau obat hipoglikemik oral (OHO)

Obat ini biasanya hanya untuk diabetes tipe 2. Tergantug dari dasar penyebab

diabetes dan berat badan. Ada beberapa OHO yang dapat digunakan secara

tunggal kombinasi (kombinasi termaksud insulin). Obat hipoglikemik saat ini

terbagi dalam 2 kelompok: obat yang memperbaiki efek kerja insulin dan obat

obatan yang menambah produksi insulin.

2) Insulin
Insulin yang ada dipasaran saat ini adalah insulin manusia dengan tingkat

kemurnian yang relatif baik yakni hasil rekayasa genetik. Insuli tersebut

merupahkan suatu bahan dan sintensis dan bukan berasal dari hewan. Insulin

berkerja dari suatu reseptor insulin yang terutama terdapat disel hati, sel otot

dan sel lemak. insulin berkerja memasukan glukosa dari dalam darah ke sel.

BABIII

KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identifikasikebutuhandasar yang mengalamigangguan

KategoridanSubkategori Masalah Normal

Fisiologis Respirasi Pernafasan Respirasi normal

terganggu untuk orang

yaitusesak nafas , dewasa adalah 12

bau aseton pada sampai 20x/menit.

pernapasan
Sirkulasi Kekurangan Sistem peredaran
insulin di dalam darah di dalam

tubuh sehingga tubuh

sirkulasi darah mengeluarkan zat

tidak teratur karbon dioksiada

sisa proses

metabolisme tubuh

melalui paru-paru

dan juga

mempertahan

sistem kerja organ

di dalam tubuh.
Nutrisidancairan Berkurangnya Darah

berat badan, mengandung

tubuh insulin yang

menghasilkan normal dapat

insulin dalam membuat energi

jumlah kurang dalam tubuh .

atau juga bisa

berlebihan, namun

tidak merespon

insulin dengan

baik sehingga
insulin tidak

mampu mengubah

gula menjadi

energi. Akibatnya

kadar gula dalam

darah menjadi

naik
Eliminasi Dehihidrasi pada

pasien masalah

bisa menyebabkan Pasien dm harus

urin menjadi banyak minum agar

kental urin tidak menjadi

kental

Aktivitasdanistirahat Pola tidur pada Aktivitas adalah

malam hari tidak suatu energi atau

baik karena keadaan dimana

penderita penyakit seseorang mampu

DM lebih sering melakukan

buang air kecil aktivitas seperti


berdiri, berjalan

dan bekerja.
Neurosensori Pasien merasakan Kemampuan untuk

pusing/pening, merasakan,

kelemahan pada mengintegrasikan,

otot, gangguan dan berespon

penglihatan, terhadap tanda-

disorientasi,reflek tanda internal dan

tendon menurun eksternal


ReproduksidanSeksualitas Pada pria dapat

meyebabkan ereksi

penis susah di capai.

pada wanita yang

mengidap penyakit

dm bisa menyebab

vaginitis(radang

vagina)

Psikologis NyeridanKenyamanan Luka pada Kemampuan untuk

penyakit dm bisa mengendalikan

lebih parah dari lingkungan dan

pada orang norma. eksternal untuk

Dan bauhnya lebih mempertahankan


membusuk kenyamanan.
Integritas ego Stress karena Kemampuan untuk

berfikir lebih mengembangkan

terhadap dan menggunakan

penyakitnya keterampilan dan

tingkah laku untuk

mengintegrasikan

dan mengelolah

pengalaman hidup.
Pertumbuhandanperkembangan Pada remeja dm

lebih berbahaya

dikarenakan dapat

memicu

komplikasi

penyakit jantung

dan ginjal
Perilaku Kebersihandiri Menghindari

adanya luka

terbuka pada

bagian kaki,

munculnya leting

pada permukaan

kaki dapat
dilakukan dengan

selalu

meggunakan alas

kaki
Penyuluhandanpembelajaran Kurang Kebutuhan untuk

memahami memasukan dan

tentang penyakit menggunakan

DM yang dialami informasi untuk

mencapai pola

hidup sehat
Relasional Interaksisocial Terkadang selalu

menutup diri

dengan oranmg

lain
Lingkunga Keamanandanproteksi Pasien dm kulit Kemampuan untuk

n terlihat kering, ulkus memberikan rasa

kulit, demam, aman, lingkungan

diaforesis, rentan yang

gerak meningkatkan

pertumbuhan.

b. PemeriksaanLaboratorium

No Tes Definisi/Nilai normal Kelainan yang ditemukan


1. Glukosa darah Pemeriksaan terhadap kadar gula

puasa dalam darah vena pada saat pasien

puasa 12 jam sebelum pemeriksaan >126 mg/dL

(GDP/gula darah puasa) dan 2jam

setelah makan. Nilai normal : 110-

126mg/dL
2. Hemoglobin Tes ini berguna untuk mengukur

Glikosilat tingkat ikatan gula pada HB

A(AIC). Sepanjang umur sel darah >6,5%

merah (120 hari). AIC menunjukan

kadar HB terglikosilasi yang pada

orang normal antara 4-6 %


3. Glukosa sewaktu Pemeriksaan glukosa darah tanpa

persiapan persetujuan untuk melihat

kadar gula darah sesaat tanpa puasa

dan tanpa pertimbangan waktu

setelah makan. Dilakukan untuk > 200 mg/dL

penjagaan awal pada penderita

yang diduga DM sebelum

dilakukannya pemeriksaan yang

sungguh-sungguh.
2. Diagnosa keperawatan

1. Resiko infeksi (D.0142)

Infeksi resiko dibuktikan dengan:

1. Penyakit kronis (mis. diabetes mellitus)

2. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:

- Kerusakan integritas kulit

- Statis cairan tubuh

3. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

2. Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129)

Gangguan itegritas kulit/jaringan b.d. perubahan sirkulasi, faktor mekanis. d.d.

kerusakan jaringan atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan

3. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)

Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan penurunan berat badan

ubnormal

4. Nyeri akut (D.0077)

Nyeri akut b.d agen pencedera fisik. d.d. tekanan pola nafas berubah, berfokus pada

diri sendiri, diaforesis

5. Defisit nutrisi (D.0019)

Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. d.d. berat badan menurun

minimal 10% dibawah rentan ideal, diare

6. Resiko cedera (D.0136)

Resiko cedera dibuktikan dengan kegagalan mekanisme pertahanan tubuh


7. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Perfusi perifer tidak efektif .b.d kurang aktivitas fisik, hiperglikemi, peningkatan

tekanan darah .d.d. turgor kulit menurun, edema


2. Rencana Intervensi Keperawatan

No. DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN


1 Resiko infeksi (D.0142) Penyembuhan luka bakar Kontrol infeksi Kontrol infeksi

Infeksi resiko dibuktikan dengan: Kriteria hasil: Observasi :- Observasi:-

1. Penyakit kronis (mis. diabetes Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri:

mellitus) keperawatan selama 2x24 Pastikan teknik perawatan Agar tidak terjadi kesalahan ketika

2. Ketidakadekuatan pertahanan jam masalah penyembuhan luka yang tepat melakukan perawatan luka

tubuh primer: luka bakar dapat teratasi Kolaborasi:- Kolaborasi:-

- Kerusakan integritas kulit dengan indikator: HE : HE:

- Statis cairan tubuh 1. Nyeri (3) Ajarkan pasien untuk Agar memudahkan pasien melakukan

3. Ketidakadekuatan pertahanan 2. Kulit melepuh (3) meminum antibiotik seperti pengobatan secara mandiri

tubuh sekunder 3. Bau busuk luka (3) yang diresepkan Perlindungan infeksi

Keterangan: Perlindungan infeksi Observasi:

1. Tidak ada Observasi: Agar tidak mudah untuk terkena infeksi

2. Terbatas Monitor kerentanan terhadap Mandiri:


3. Sedang infeksi Untuk memperkuat kekebalan tubuh

4. Besar Mandiri: Kolaborasi:-

5. Sangat besar Berikan agen imunisasi HE:

Keparahan cidera fisik dengan tepat Agar pasien dapat berelaksasi

Kriteria hasil: Kolaborasi:-

Setelah dilakukan tindakan HE:

keperawatan selama 2x24 Anjurkan pernafasan dalam

jam masalah keparahan dan batuk dengan tepat

cidera fisik dapat teratasi

dengan indikator:

1. Lecet pada kulit (3)

2. Memar (3)

3. Luka bakar (3)

Keterangan:

1. Berat

2. Cukup berat
3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

2. Gangguan integritas Integritas jaringan kulit Pengecekan kulit Pengecekan kulit

kulit/jaringan (D.0129) dan membran mukosa Observasi: Observasi:

Gangguan itegritas kulit/jaringan Kriteria hasil: Monitor kulit untuk adanya Untuk memudahkan tindakan intervensi

b.d. perubahan sirkulasi, faktor Setelah dilakukan tindakan ruam dan lecet yang akan dilakukan

mekanis. d.d. kerusakan jaringan keperawatan selama 2x24 Mandiri: Mandiri:

atau lapisan kulit, nyeri, jam masalah integritas Ajarkan anggota keluarga Agar keluarga dapat melakukan tindakan

perdarahan, kemerahan jaringan kulit dan membran atau pemberi asuhan mandiri

mukosa dapat teratasi mengenai tanda tanda Kolaborasi:-

dengan indikator: kerusakan kulit dengan tepat HE:-

1. Suhu kulit (3) Kolaborasi:- Perawatan luka

2. Keringat (3) HE:- Observasi:

3. Perfusi jaringan (3) Perawatan luka Untuk mengetahui perkembangan


Keterangan: Observasi: karakteristik dari luka

1. Sangat terganggu Monitor karakteristik luka Mandiri:

2. Banyak terganggu termasuk drainase warna Untuk membantu proses penyembuhan

3. Cukup terganggu ukuran dan bau luka

4. Sedikit terganggu Mandiri: Kolaborasi:-

5. Tidak terganggu Berikan rawat insisi pada HE:

Penyembuhan luka luka yang diperlukan Untuk menghindari masuknya bakteri

primer Kolaborasi:- dalam luka pada pasien

Kriteria hasil: HE:

Setelah dilakukan tindakan Anjurkan pasien dan

keperawatan selama 2x24 keluarga mengenai cara

jam masalah penyembuhan penyimpanan dan

luka primer dapat teratasi pembuangan balutan dan

dengan indikator: pasokan suplai

1. Memperkirakan kondisi

kulit (3)
2. Memperkirakan kondisi

tepi luka (3)

3. Pembentukan bekas luka

(3)

Keterangan:

1. Tidak ada

2. Terbatas

3. Sedang

4. Besar

5. Sangat besar

3. Resiko ketidakseimbangan Hidrasi Manajemen cairan

cairan (D.0036) Kriteria hasil: Manajemen cairan Observasi:

Resiko ketidakseimbangan cairan Setelah dilakukan tindakan Observasi: Untuk mengetahui status hidrasi pada

dibuktikan dengan penurunan keperawatan selama 2x24 Monitor status hidrasi pasien

berat badan ubnormal jam masalah hidrasi dapat (misalnya membran mukosa Mandiri:
teratasi dengan indikator: lembab denyut nadi dan Agar pasien dapat berelaksasi

1. Nadi cepat dan lemah (3) tekanan darah artostatik) Kolaborasi:

2. Kehilangan berat badan Mandiri: Untuk mengetahui respon selanjutnya

(3) Berikan terapi IV seperti mengenai gejala kelebihan volume cairan

3. Diare (3) yang ditentukan pada pasien

Keterangan: Kolaborasi: HE:-

1. Berat Konsultasikan dengan dokter Manajemen berat badan

2. Cukup berat jika dengan tanda-tanda Obseravsi:-

3. Sedang gejala kelebihan volume Mandiri:

4. Ringan cairan menetap atau Agar pasien dapat menegtahui perubahan

5. Tidak ada memburuk selanjutnya mengenai pengaruh berat

Eliminasi urine HE:- badan pasien

Kriteria hasil: Manajemen berat badan Kolaborasi:-

Setelah dilakukan tindakan Observasi:- HE:-

keperawatan selama 2x24 Mandiri:

jam masalah eliminasi Diskusikan dengan pasien


urine dapat teratasi dengan mengenai kondisi medis apa

indikator: saja yang berpengaruh

1. Bau urine (3) terhadap berat badan

2. Jumlah urine (3) Kolaborasi:-

3. Warna urine (3) HE:-

Keterangan:

1. Sangat terganggu

2. Banyak terganggu

3. Cukup terganggu

4. Sedikit terganggu

5. Tidak terganggu Manajemen nyeri

4. Nyeri akut (D.0077) Kontrol nyeri Observasi:

Nyeri akut b.d agen pencedera Kriteria hasil: Manajemen nyeri Tingkat kepuasan pasiendapat kita

fisik. d.d. tekanan pola nafas Setelah dilakukan tindakan Observasi: jadikansebagai bahan evaluasi apakahtind

berubah, berfokus pada diri keperawatan selama 2x24 Monitor kepuasan pasien akan manajemen nyeriyang kita lakukan

sendiri, diaforesis jam masalah kontrol nyeri terhadap manajemen nyeri sudahmaksimal ataukah belum
dapat teratasi dengan dalam interval spesifik Mandiri:

indikator: Mandiri: Untuk mencegah nyeri yang timbul pada

1. Mengenali kapan nyeri Pastikan pemberian analgesik pasien

terjadi (3) dan atau strategi Kolaborasi:-

2. Mengenali apa yg terkait nonfarmakologi sebelum HE:-

dengan gejala nyeri (3) dilakukan yang menimbulkan Manajemen pengobatan

3. Melaporkan nyeri yg nyeri Observasi:

terkontrol (3) Kolaborasi:- Untuk mengetahui efek samping obat

Keterangan: HE:- Mandiri:

1. Tidak pernah Manajemen pengobatan Agar pasien tidak kurang pengetahuan

menunjukan Observasi: mengenai obat-obat yang akan digunakan

2. Jarang menunjukan Monitor efek smping obat Kolaborasi:-

3. Kadang kadang Mandiri: HE:

menunjukan Berikan informasi mengenai Agar anggota keluarga dapat mengetahui

4. Sering menunjukan penggunaan obat -obatan tindakan selanjutnya dan respon ketika

5. Secara konsisten tersebut dapat mempengaruhi pasien setelah menggunakan obat


menunjukan kondisi saat ini

Tingkat nyeri Kolaborasi:-

Kriteria hasil: HE:

Setelah dilakukan tindakan Ajarkan pasien dan/anggota

keperawatan selama 2x24 keluarga mengenai tindakan

jam masalah tingkat nyeri dan efek sampingyang

dapat teratasi dengan diharapkan dari obat

indikator:

1. Mengeluarkan

keringat(3)

2. Berkeringat berlebihan

(3)

3. Kehilangan nafsu makan

(3)

Keterangan:

1. Berat
2. Cukup berat Manajemen gangguan makan

3. Sedang Observasi:

4. Ringan Untuk mengetahui kalori pada makanan

5. Defisit nutrisi (D.0019) 5. Tidak ada yang akan dimakan oleh pasien

Defisit nutrisi b.d. Status nutrisi Manajemen gangguan Mandiri:

ketidakmampuan mengabsorbsi Kriteria hasil: makan Untuk memotivasi pasien agar bisa

nutrien. d.d. berat badan menurun Setelah dilakukan tindakan Observasi: meningkatkan berat badannya

minimal 10% dibawah rentan keperawatan selama 2x24 Monitor asupan kalori Kolaborasi:

ideal, diare jam masalah status nutrisi makanan harian Agar perawat dapat mengetahui tindakan

dapat teratasi dengan Mandiri: selanjutnya yang akan dilakukan pada

indikator: Berikan dukungan terhadap pasien

1. Asupan gizi (3) peningkatan berat badan dan HE:-

2. Asupan makanan (3) perilaku yg meningkatkan

3. Asupan cairan (3) berat badan

Keterangan: Kolaborasi:

1. Sangat menyimpan dari Kolaborasi dengan tim


rentang normal kesehatan lain untuk

2. Banyak menyimpang mengembangkan rencana

dari rentang normal perawatan dengan Manajemen nutrisi

3. Cukup menyimpang dari melibatkan klien dan orang- Observasi:-

rentang normal orang terdekatnya dengan Mandiri:

4. Sedikit menyimpang dari tepat Untuk mempermudah saat makan

rentang normal HE:- Kolaborasi:-

5. Tidak menyimpang dari Manajemen nutrisi HE:

rentang normal Observasi:- Untuk merefleksikan posisi tubuh

Status nutrisi: energi Mandiri:

Kriteria hasil: Pastikan pasien

Setelah dilakukan tindakan menggunakan gigi palsu yg

keperawatan selama 2x24 pas dengan cara yang tepat

jam masalah status nutrisi: Kolaborasi:-

energi dapat teratasi dengan HE:

indikator: Anjurkan pasien untuk duduk


1. Stamina (3) pada posisi tegak dikursi jika

2. Daya tahan (3) memungkinkan

3. Resistensi urin (3)

Keterangan:

1. Sangat menimpan dari

rentang normal

2. Banyak menyimpan dari

rentang normal

3. Cukup menyimpang dari

rentang normal

4. Sedikit menyimpang dari Pencegahan jatuh

rentang normal Observasi:

5. Tidak menyimpang dari Untuk merelefleksikan posisi tubuh pasien

6. Resiko cedera (D.0136) rentang normal Mandiri:

Resiko cedera dibuktikan dengan Keparahan cidera fisik Untuk mencegah agar tidak terjadi

kegagalan mekanisme pertahanan Kriteria hasil: Pencegahan jatuh tambahan luka pada kaki pasien
tubuh Setelah dilakukan tindakan Observasi: Kolaborasi:-

keperawatan selama 2x24 Monitor gaya berjalan HE:

jam masalah keparahan (terutama Agar pasien tidak mudah untuk jatuh

cidera fisik dapat teratasi kecepatan)keseimbangan dan Bantuan kontrol marah

dengan indikator: tingkatkelelahan dan Observasi:

1. Lecet pada kulit (3) ambulasi Untuk mengetahui ekpresi agresi

2. Luka gores (3) Mandiri: selanjutnya

3. Perdarahan (3) Pastikan pasien Mandiri:

Keterangan: menggunakan sepatu yg pas Untuk menambah pengetahuan mengenai

1. Berat terikat dengan amat dan sol metode pengembangan emosi

2. Cukup berat anti selip Kolaborasi:-

3. Sedang Kolaborasi:- HE:-

4. Ringan HE:

5. Tidak ada Ajarkan pasien bagaimana

Kadar glukosa darah jika jatuh untuk

Kriteria hasil: meminimalkan cedera


Setelah dilakukan tindakan Bantuan kontrol marah

keperawatan selama 2x24 Observasi:

jam masalah kadar glukosa Monitor potensi agresi yg di

darah dapat teratasi dengan ekspresikan dengan cara yg

indikator: tidak tepat dilakukan

1. Glukosa darah (3) intervensi sebelum agresi ini

2. Hemoglobin glikosilet diekspresikan

(3) Mandiri:

3. Urine glikosa (3) Berikan pendidikan

Keterangan: mengenai metode untuk

1. Deviasi berat dari mengatur pengalamanemosi

kisaran normal yg sangat kuat misalnya

2. Deviasi yang cukup latihan asertifteknik relaksasi

besar dari kisaran normal menulis jurnal distraksi

3. Deviasi sedang dari Kolaborasi:- Perawatan kaki

kisaran normal HE:- Observasi:


4. Devasi ringan sedang Untuk mengetahui apakah terjadi

dari kisaran normal pembengkakan pada kaki dan tungkai kaki

7. Perfusi perifer tidak efektif 5. Tidak ada deviasi dari pasien

(D.0009) kisaran normal Mandiri:

Perfusi perifer tidak efektif .b.d Perfusi jaringan: perifer Untuk merelaksasikan nyeri pada luka

kurang aktivitas fisik, Kriteria hasil: pasien

hiperglikemi, peningkatan Setelah dilakukan tindakan Perawatan kaki Kolaborasi:

tekanan darah .d.d. turgor kulit keperawatan selama 2x24 Observasi: Agar penyembuhan pasien bisa lebih

menurun, edema jam masalah perfusi Monitor edema pada kaki cepat sembuh

jaringan: perifer dapat dan tungkai kaki HE:

teratasi dengan indikator: Mandiri: Agar anggota keluarga dapat

1. Nyeri diujung kaki dan Berikan rendaman kaki jika melakukannya secara mandiri

tangan yang teralokasi (3) diperlukan Pencegahan luka tekan

2. Mati rasa (3) Kolaborasi: Observasi:

3. Kerusakan kulit (3) Rujuk pada ahli penyakit Untuk melihat kemerahan pada luka

Keterangan: kaki untuk pemangkasan pasien


1. Berat kuku yang menebal Mandiri:

2. Cukup berat HE: Untuk membantu penyembuhan luka pada

3. Sedang Anjurkan pasien/keluarga pasien

4. Ringan mengenai pentingnya Kolaborasi:-

5. Tidak ada perawatan kaki HE:-

Pengetahuan manajemen: Pencegahan luka tekan

diabetes Observasi:

Kriteria hasil: Monitor ketat area

Setelah dilakukan tindakan kemerahan

keperawatan selama 2x24 Mandiri:

jam masalah pengetahuan Berikan perlindungan pada

manajemen: diabetes dapat kulit seperti krim pelembab

teratasi dengan indikator: atau penyerap cairan, untuk

1. Dampak penyakit akut mengatasi basah berlebih

pada kadar glukosa darah Kolaborasi:-

(3) HE:-
2. Tindakan yang diambil

dalam mengatasi kadar

glukosa darah (3)

3. Teknik yang tepat untuk

mengambil dan mengelola

insulin (3)

Keterangan:

1. Tidak ada pengetahuan

2. Pengetahuan terbatas

3. Pengetahuan sedang

4. Pengetahuan banyak

5. Pengetahuan sangat

banyak
BAB IV

PENUTUP

A). Kesimpulan

Ditinjau dari genetik, penyebab dan perjalanan penyakit, DM pada anak dan

remaja berbeda dengan DM pada orang dewasa. Diabetes mellitus pada anak dan

remaja terutama merupakan akibat kerusakan sel-sel beta pankreas yang

memproduksi insulin, sehingga suntikan insulin inerupakan satusatunya cara

pengobatan.

Diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin

tinggi atau normal yang disebut resistensi insulin Gejala klinik diabetes mellitus
berupa poliuria, polidipsia, lemas, berat badan menurun, kesemutan, gatal, mata

kabur, impotensia (pada pria), pruritus vulvae (pada wanita).

Manfaat olah raga : Meningkatkan kemampuan gerak, Meningkatkan derajat

sehat dinamis, Awet muda dalam kemampuan fungsional, Meningkatkan kualitas

hidup, Menyembuhkan diabetes, Mencegah terjadinya penyakit gangguan aliran

darah (PJK, stroke), Menyembuhkan PJK yang ringan

2) Saran

- Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga pengertian

masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah.

- Mengerti serta menyadari tentang seluk beluk penyakit diabetes mellitus

- Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu

agar tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.

- Segeralah mulai melakukan olahraga kesehatan sebelum menjadi penyandang cacat

akibat penyulit diabetes.

- Mengikuti semua nasehat dokter, baik dalam melakukan olah raga, mengatur diit

serta dalam cara meminum obat


DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. Hardi Kusuma. 2013 Buku Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & Nanda. Yogyakarta

Mary DiGiulio, RN, MSN, APRN, BC. Donna Jackson, RN, MSN, APPRN, BC. Jim

Keogh. 2014. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta

Ni Ketut Kardiyudiani, M. Kep., Ns., Sp.Kep.MB. Brigitta Ayu Dwi Susanti, S.Kep.,

Ns., M.Kep. 2019. Buku Keperawatan Medikal Bedah 1. Banguntapan Bantul

Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai