NIM : 2052000113
Kelas : PGSD 1D
Sementara itu pengertian daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. Pelaksanaan otonomi daerah, juga sebagai
penerapan/implementasi tuntutan globalisasi yang sudah seharusnya lebih memberdayakan
daerah dengan cara diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata, dan bertanggung
jawab. Terutama dalam mengatur, memanfaatkan, dan menggali sumber-sumber potensi yang
ada di daerahnya masing-masing.
b. Pendidikan politik Adanya pemerintahan daerah maka hal ini akan menyediakan
kesempatan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi politik, baik dalam rangka memilih
atau kemungkinan untuk dipilih. Selain itu banyak kalangan ilmu poitik berargumentasi bahwa
pemerintahan daerah merupakan kancah pelatihan (training ground) dan pengembangan
demokrasi dalam sebuah negara.
Akan tetapi apakah dibalik optimisme itu terbersit kekhwatiran bahwa otonomi daerah
juga akan menimbulkan beberapa persoalan, yang jika tidak segera dicari pemecahannya, akan
menyulitkan upaya daerah untuk mensejahterakan rakyatnya. Karena tanpa disadari beberapa
dampak yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan otonomi daerah telah terjadi. Ada
beberapa permasalahan yang dikhawatirkan bila dibiarkan berkepanjangan akan berdampak
buruk pada susunan ketatanegaraan indonesia. Setelah sekian lama otonomi berlangsung
dengan ditandai dengan adanya diserahkannya berbagai urusan kepada daerah dan pemilihan
kepala daerah secara langsung ada beberapa permasalahan yang muncul, yaitu semakin
maraknya penyebaran korupsi diberbagai daerah, money politic, munculnya fenomena
pragmatis politik di masyarakat daerah, legitimasi politik, stabilitas politik dan kesejahteraan
masyarakat belum sepenuhnya diwujudkan. Nampak adanya pertimbangan yang rumit dibalik
pemberian otonomi pada masyarakat indonesia. Berbagai pertimbangan yang kompleks telah
membawa pelaksanaan otonomi daerah belum berjalan tuntas. Hal tersebut dapat dicermati
dengan seringnya berganti aturan UU yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pemerintahan
daerah, ada lebih 15 undang-undang yang pernah dibuat untuk mengatur masalah otonomi
daerah.
Ada beberapa daerah yang merasa diberlakukan kurang adil oleh pemerintahan pusat
dan tidak pernah merasakan kemakmuran yang akhirnya menimbulkan dinamika dan gejolak
politik seperti munculnya gerakan aceh mardeka, republik maluku selatan dan organisasi papua
merdeka. Bukan tidak mungkin daerah daerah ini memiliki sumber daya alam dan
pertambangan yang besar sebagaimana kita ketahui aceh penghasil minyak bumi gas dan
papua penghasil tambang emas terbesar didunia yaitu PT.freeport oleh karena itu muncul
gejolak politik dikarenakan rakyatnya tidak sejahtera dan infrastruktur yang kurang memadai.
Seakan akan kekayaan mereka dikeruk hanya untuk membangun daerah pusat sedangkan
mereka yang memiliki tambang dan sumber daya alam tidak merasakan pembangunan dan
kesejahteraan. Akan tetapi dalam semua permasalahan itu dan gejolak politik daerah yang
merasa diberlakukan kurang adil seakan-akan merasa anak tiri negara indonesia. pemerintah
saat ini telah mengambil kebijakan yang begitu tegas dalam menghadapi masalah
pengerucutan dan demi menjaga negara kesatuan dan keutuhan negara ini pemerintah
memberikan daerah daerah yang merasa kurang diperhatikan sebagai daerah istimewa, demi
menaikkan marwah negara kesatuan republik indonesia pemerintah memfokuskan
pembangunan infrastruktur dan pendidikan sumber daya manusia didaerah timur indonesia
seperti dipapua.
Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur
masalah Otonomi Daerah merupakan peraturan pelaksanaan yang menjalankan mandat
konstitusi, khususnya pasal 18 UUD’45. UU tentang Pemerintahan Daerah merupakan bagian
dari proses desentralisasi yang ditujukan untuk mencapai pemerataan pembangunan dan
pemberdayaan daerah secara lebih luas.
3.masyarakat harus mementingan satu sama lain tidak boleh mementingkan diri sendiri.
OTONOMI DAERAH KARANGANYAR
Sesuai Bab V Pasal 8 ayat 3 Peraturan daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Penyelenggaraan kepariwisataan jelas kewenangan pemerintah daerah atau yang
dimaksud dengan dinas pariwisata dan kebudayaan mempunyai kewenangan pengembangan
ekonomi kreatif meliputi pemanfaatan dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Selanjutnya
dalam pasal 33 pada point G juga terdapat kewajiban pemerintah daerah yaitu dinas pariwisata
memfasilitasi pengajuan untuk mendapatkan hak kekayaan intelektual bagi masyarakat.
Kemudian Di dalam pasal 37 Peraturan daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 24 Tahun 2015
Tentang Perlindungan Industri bahwa pemerintah daerah yaitu Disperindagkop menjamin dan
melindungi hasil usaha industri, mendorong industri untuk mendaftarkan hak cipta, paten,
merek dan desain industri.
Peraturan daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan tata
Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar dan Rencana Pembangunan Jangka 5 Menengah
Daerah (RPJMD) disusun sebagai penjabaran dari visi dan misi pasangan Bupati dan Wakil Bupati
terpilih. Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang pariwisata dan kebudayaan berdasarkan azas otonomi dan tugas
pembantuan untuk menyelenggarakan tugas, terdapat 17 uraian tugas dinas Pariwisata dan
Kebudayaan tapi khusus dalam hal pengembangan terdapat 4 uraian yaitu:
Adapun berbagai produk potensial yang dipaparkan dalam kajian ini, diantaranya
adalah berbagai produk yang tentunya sangat rentan dengan permasalahan di bidang
HaKI. Berbagai produk tersebut antara lain:
Pertama, industri batik Girilayu di Desa Girilayu Kecamatan Matesih. Menurut Ibu Eka
salah satu pengrajin batik produk Batik Girilayu belum ada yang dipatenkan sebagaimana
penuturan Ibu Pardinah.
Kedua, Kayu Ukir khas karanganyar. Kabupaten Karanganyar juga memiliki produk seperti
kayu ukir yang memang khas dari Karanganyar. Untuk kayu ukir tersebut sudah mendapatkan
Hak Cipta maupun Hak Paten dengan bantuan Disperindagkop, hal tersebut berdasar
penuturan Bapak Sumartaya.
Ketiga, Tari-Tarian Khas Kabupaten Karanganyar. Menurut data buku statistik pariwisata
dan kebudayaan kabupaten Karanganyar Tahun 2015 terdapat 3 tari di Karanganyar yaitu tari
kencar-kencar, tari jaran gedrug dan tari varia nusantara, 3 tarian tersebut menarik untuk
dikaji dan sangat berpotensi untuk dikembangkan serta dijaga eksistensinya melalui
perlindungan HaKI. Tari-tarian di atas sudah dipatenkan oeh Dr. Hj. Rina Iriani Sri
Ratnaningsih, S.P.d. M.Hum dan dimiliki satu-satunya daerah yaitu daerah Kabupaten
Karanganyar sehingga juga dapat di katakan menjadi suatu tarian khas dari Kabupaten
Karanganyar. Tapi ditemui juga tarian yang muncul dan berkembang di daerah Kabupaten
Karanganyar yaitu di sanggar seni kembang lawu yang berada di daerah Palur dengan
pimpinan Ibu Elfitriany Kusuma. Dalam sanggar ini terdapat tutor yang menuturkan bahwa
ada beberapa tarian yang diciptakan karena ide gagasan sendiri yaitu tari sanduoduo, tari
song-song, tari tapen dan tari kongkorongo. Dari beberapa tarian tersebut selaku tutor Ibu
Satiti Dyah Sekarsari. menuturkan bahwa tari kongkorongo adalah tarian andalan dari
sanggar ini dan banyak menyabet piala, tapi belum dipatenkan dan belum mempunyai hak
cipta sebagaimana penuturan Ibu Satiti Dyah Sekarsari.