Anda di halaman 1dari 3

RAJAH

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan


yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan. Tubuh
merupakan bagian dari materi jiwa yang dapat dipandang, diraba
bahkan disakiti. Pada kehidupan masyarakat modern, semua
tindakan yang dikenakan pada tubuh adalah bagian dari
pertunjukan (Olong, 2006). Manusia selalu berusaha untuk
meningkatkan penampilannya dengan berbagai cara mulai dengan
memakai perhiasan, pakaian dan aksesoris lainnya. Salah satu cara
yang telah dikenal sejak lama untuk menghias diri ialah dengan
cara mentato.
Rajah atau tato adalah suatu tanda yang dibuat dengan
memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah
adalah implantasi pigmen mikro. Rajah dapat dibuat terhadap
kulit manusia atau hewan. Rajah pada manusia adalah suatu
bentuk modifikasi tubuh, sementara rajah pada hewan umumnya
digunakan sebagai identifikasi.
Rajah merupakan praktik yang ditemukan hampir di semua
tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat. Rajah dahulu
sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di
dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan
menandakan kesehatan seseorang. Rajah digunakan secara luas
oleh orang-orang Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika
Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja,
serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa kalangan rajah dianggap
tabu, seni rajah tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia
Keberadaan merajah tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah
sangat lama ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut dunia.
Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh sudah dilakukan sejak 3000
tahun SM (sebelum Masehi). Tato ditemukan untuk pertama
kalinya pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Dan konon hal
itu dianggap yang menjadikan tato kemudian menyebar ke suku-
suku di dunia,
Di Indonesia sendiri juga terdapat beberapa suku yang menjadikan tato sebagai bagian dari
kebudayaannya, seperti suku Mentawai, suku Dayak, suku Bali dan suku Sulawesi. Tato pada
masyarakat Mentawai merupakan sebuah kebudayaan yang sudah menjadi identitas bagi
mereka sebagai masyarakat asli suku Mentawai.

Tato yang dibuat oleh suku Mentawai dinobatkan sebagai tato tertua di dunia. Keberadaan
seni lukis di atas kulit ini bahkan lahir lebih dulu dibandingkan tato Mesir yang baru
dimulai 1300 SM.

 Lahir dari tradisi unik

Dalam tradisi suku Mentawai, objek seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus
diabadikan di tubuh karena dianggap berfungsi untuk menyeimbangkan alam,
karena suku Mentawai menganggap semua makhluk memiliki jiwa.

Membuat tato di Mentawai tidak semudah membuat tato di studio.


Pembuatannya dilakukan lewat tiga tahap, yaitu pertama, ketika seseorang
berusia 11-12 tahun pada pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun pada
paha, dan tahap ketiga setelah dewasa.

Tak seperti proses pembuatan tato modern yang menggunakan jarum elektrik,
tato Mentawai dilukiskan dengan menggunakan alat yang dinamai lilipat patitik.
Alat tersebut berupa dua buah kayu, satu dengan jarum, dan satu lagi untuk
pemukul.

Pembuat tatonya bukan sembarang orang

Sipatiti adalah sebutan untuk pembuat tato suku Mentawai. Untuk menjadi
sipatiti tidaklah mudah, karena harus melalui proses pembelajaran yang sangat
panjang. Tak heran bila profesi ini sangat diagungkan oleh masyarakat suku
Mentawai
Sebagai identitas diri

Tato Mentawai tak digambar sembarangan, karena mewakili identitas diri


mengenai tanah asal dan status sosial. Fungsi lain dari tato adalah untuk
ekspresi seni, sehingga masyarakat suku Mentawai menato tubuh sesuai
kreativitas masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai