Jalannya Kegiatan :
1. Kegiatan dimulai jam 08.30 s/d 12.30 WIB
2. Semua peserta menyanyikan lagu Indonesia raya.
3. Pembukaan acara dibuka dengan membaca do’a oleh Bapak Yasir selaku staf
Seksi Kesga Gizi Dinas Kesehatan Bantul.
4. Laporan Penyelenggaraan Kegiatan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
Tujuan kegiatan ini menyampaikan hasil kegiatan stunting di 2020, membangun
komitmen publik terkait konvergensi stunting secara terintegrasi, ada komitmen
kepala daerah dan OPD.
Output yang diharapkan adalah komitmen yang ditanda-tangani oleh seluruh
pihak yang terlibat, ada rencana kegiatan gizi yang terintegrasi, hasil kegiatan
menjadi dasar rencana penurunan stunting.
Acara dilakukan dengan online dan offline. Kegiatan offline dilakukan di Aula
Gedung Induk Pemda Bantul, sedangkan untuk kegiatan online diadakan secara
zoom meeting dengan peserta online 211 orang.
5. Bapak Abdul Halim Muslih selaku Bupati bantul memberikan pembukaan dan
arahan terkait Kegiatan Rembuk Stunting.
Stunting ini akan memberikan dampak jangka panjang, tidak hanya jangka
pendek. Harapannya dari kegiatan ini bukan menjadi gerakan pengulangan rutin,
tetapi merupan kegiatan yang bergerak ke depan untuk memecahkan masalah
stunting. Kegiatan rembuk stunting ini agar dapat mempercepatan penurunan
stunting secara terpadu diikuti komitmen bersama dari semua sektor.
Berdasarkan data BKKBN, 1800 anak di kabupaten bantul mengalami stunting
Hal ini menjadi ke khawatiran. Kunci penyelesaian stunting adalah 1000 HPK.
Untuk itu intervensi harus dilaksanakan oleh semua OPD karena keberhasilan
ini akan di dukung oleh semua sector. Dukungan berupa sanitasi, penyedian
pangan dan gizi, kesadaran masing-masing individu untuk mengoptimalkan
perannya penanggulangan stunting.
Untuk itu, stakeholder bisa terus berinovasi agar kelompok rentan bisa terpenuhi
gizinya, perkuat dengan menggunakan kearifan lokal dimasing-masing wilayah.
Puskesmas dan kader bekerja sama melakukan penulusuran terhadap balita
stunting. Kemudian, dilakukan pendampingan hingga di damping oleh dokter
anak. Panewu dan lurah agar mengawal pedukuhan menerima bantuan 50 jt
agar optimal. Harapan jangka panjang, penanggulangan stunting ini segera
dilaksanakan agar menciptakan sumber daya unggul dan berbudaya istimewa.
6. Penyampaian materi oleh Kepala Bappeda Bantul tentang Pentingnya
Konvergensi dan Peran Lintas Sektor dalam Penanggulangan Stunting
Visi Kabupaten Bantul yaitu terwujudnya masyarakat Kabupaten Bantul yang
Harmonis, Sejahtera dan Berkeadilan. Misi Kabupaten Bantul ada lima,
diantaranya: suprasuktur, SDM unggul, insfrastruktur, pemberdayaan,
pelindungan.
Kebijakan stunting di Kabupaten Bantul
• Peraturan Bupati Bantul no 83 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
• Peraturan Bupati Nomor 86 Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi Tahun 2016-2021
• Peraturan Bupati Bantul Nomor 72 tahun 2019 tentang Penanggulangan
Stunting
• Keputusan Bupati Bantul No. 337 Tahun 2019 tentang Pembentukan Tim
Penanggulangan Stunting
• Keputusan Bupati Bantul Nomor 112 Tahun 2021 tentang Desa Lokus
Prioritas Penanggulangan Stunting Di Kabupaten Bantul Tahun 2022
Tujuan RAD Pangan Gizi
• Peningkatan status gizi masyarakat dengan prioritas penurunan persentase
Balita Gizi buruk, Balita Kurang Gizi, Prevalensi Balita Pendek dan Sangat
pendek, Anemia Ibu Hamil, KEK Ibu Hamil
• Ketersediaan Gizi Minimal, Penyediaan Protein Minimal, Energi Pola Pangan
Harapan
• pengawasan pangan dan pengolahan pangan
PHBS di semua tatanan
Kelembagaan pangan dan gizi di semua tatanan
Pada tahun 2019 dan 2020 ada 10 desa yang masuk lokus stunting, sedangkan
tahun 2021 ada 15 desa masuk ke dalam lokus stunting. Pemilihan desa
sebagai lokus stunting didasarkan banyak faktor diantaranya : prevalensi
stunting, komitmen desa, sumber daya desa, dll.
Target dalam intervensi spesifik masa pandemi covid mencakup , diantaranya:
balita mendapatkan vitamin A : 53.866 (100%), remaja putri mendapatkan TTD :
25.212 (58,77%), pelayanan ibu nifas : 12.060 bufas (95,96%), vitamin A ibu
nifas : 12.544 (98,72%), ibu hamil mengalami anemia : 2.142 bumil (16,86%),
ibu hamil mengalami KEK : 1.407 bumil (10,63%). Intervensi spesifik,
diantaranya: pemeriksaan dokter spesialis anak, pelatihan PMBA, konseling gizi
pada balita stunting, penyeidikan epidemiologi, dll. Paling penting intervensi
tersebut tersampaikan kepada sasaran dan memperhatikan kualitas. Selain itu,
penting untuk melakukan berbagai program inovasi. Program inovasi yang
dilakukan dinas kesehatan diantaranya : kleting kuning, SEPEKAN, SIPIA,
KEKEP IBU, dll.
Berikut merupakan implementasi intervensi masa pandemi
Pelaksanaan Posyandu sesuai Prokes
Belum semua dusun dapat melaksanakan Posyandu karean masih
banyaknya wilayah RT dengan kasus konfirm
Kunjungan rumah balita stunting oleh petugas terkendala dengan padatnya
kegiatan terkait penanggulangan COVID
Kader belum dapat memanfaatkan teknologi /IT untuk input data pemantauan
tumbang
Pemeriksaan balita stunting oleh dokter anak di puskesmas hanya dapat
dilakukan 1 periode dan sampai saat ini terhenti
Konseling gizi dilakukan dengan media social (WA)
Inovasi di puskesmas sebagian berhenti atau dilaksanakan secara terbatas
pembagian PMT melalui kader desa (balita tidak datang ke puskesmas)
Harapannya kita semua selalu komitmen dan melakukan perbaikan dalam
penanggulangan stunting supaya kita semua bisa bersinergi dalllam upaya
penurunan stunting.
8. Diskusi
a. Pertanyaan 1. dari Jumadi (Trimartani)
KPM di Bantul kebanyakan adalah kader Kesehatan, sedangkan Honor yang
diberikan sesuai kemampuan kalurahan, dilapangan tugas KPM sangat berat
dan pendataan sangat banyak on line lagi..mohon diformat ada guidance dari
kabupaten untuk besaran rupiah yang seyogyanya disiapkan desa, ada
panduan bakunya.
Bappeda menjawab bahwa untuk honor kontrak di Kabupaten Bantul sekitar
1,9. Semua honor sudah diatur di masing-masing pemerintah daerah. Untuk
pedoman untuk desa, kami dari Bappeda hanya bisa memberikan arahan.
b. Pertanyaan 2 dari Isti (Puskesmas Pandak 1)
Untuk memastikan TTD terkonsumsi oleh sasaran apa boleh dianggarkan
transport untuk ibu-ibu kader?
Bappeda menjawab boleh-boleh saja asal kalau sudah didiskusikan. Ketika
hal tersebut dapat memastikan tujuan tercapai, maka keputusan tersebut
layak untuk diperjuangkan.
c. Pertanyaan 3 dari Siti Hanifatun Fajria (STIKES Jogja)
Kader sudah dpandu dan sudah melaksanakan program penanganan
stunting...namun masih saja kondisi tidak berubah. mungkin bisa dibuatkan
panduan baku dalam penanganan stunting jadi kader satu sama yang lain
bisa satu kata..terimakasih.
Bappeda menjawab masalahnya adalah bukan disitu. Ini aslinya adalah
pemecahan masalah menggunakan kearifan local “desa mawa cara” “lain
lubuk lain ikannya”. Tidak dapat disamakan satu desa dengan desa yang
lainnya. Apalagi berbicara individu ini sangat variatif ketika berbicara
sasaran.
d. Pertanyaan 4 dari Atri Soekarno (Kelurahan Panggungharjo)
Selama pandemi ini kegiatan posyandu dilaksanakan secara door to door
dan hasil pantauan stunting kok banyak muncul balita di garis merah padahal
sblmnya tdk ada balita digrs merah .memang kami utk pengukuran tdk
memakai tikar pertumbuhan lain sewaktu kegiatan menetap di posyandu kita
pakai tikar pertumbuhan apakah ini berpengaruh ? terima kasih
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menjawab bahwa alat
pengukuran standar menggunakan antopometri, bisa diukur tinggi badan
menggunakan microtoise (ebih dari 2 tahun), panjang badan menggunakan
infantometer (0-2 tahun). Tikar tersebut pada awalnya merupakan inovasi
dengan menggunakan desain gambar yang menarik,. Pada berjalannya
ternya dievaluasi tikar tersebut kurang tepat dalam mengukur, karena bisa
tergulung tikarnya. Untuk itu, pengukuran yang sesungguhnya tetap
menggunakan infantometer dan microtoise.
e. Pertanyaan 5 dari Zella (KPM Trimulyo)
Mohon pengarahan untuk parenting orang tua balita dan konseling gizi bagi
orangtua terutama bagi bapak. karena selama ini tingkat konvergensi
menjadi turun dikarenakan masih kurangnya parenting dan konseling gizi
untuk bapak balita. terimakasih.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menjawab bahwa kami setuju
dan sepakat. Dulu ibu-ibu dipilih karena dinegara ini pengasuhan banyak
dilakukan oleh ibu, karena banyak bapak yang bekerja. Kalau sekarang lebih
flexible karena ibu-ibu juga ada yang bekerja. Jadi bapak balita juga perlu
menjadi sasaran edukasi.
f. Pertanyaan 6 Bapak Wahid
1) Terkait edukasi terhadap caten ini penting, termasuk hal ini dengan
kejadian anemia sehingga kami berharap ada desain untuk itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menjawab bahwa terima
kasih atas masukannya untuk memformulasi program inovasi. Pada
kenyataan, bahwa calon pengantin masih anemia. Hal ini tidak mungkin
diregulasi karena melanggar HAM. Kedepan kami akan diskusikan untuk
mengatasi masalah ini, termasuk evaluasi program yang telah dilakukan
seperti apa.
2) Air dikita itu kandungan mangan dan ecoli tinggi, kondisi ini akan
mempengaruhi ibu menyusui dan balita. Termasuk dusun untuk akses air
bersih tidak semua bisa mengakses. Kami berharap desain untuk itu.
Bappeda menjawab bahwa kebutuhan terkait air minum ada 418 M di
tahun 2022. Hal ini penting agar alokasi anggaran ini bisa teat sasaran
sesuai dengan pemecahan masalah.
9. Demikian notulen hasil Rembuk Stunting Kabupaten Bantul dibuat untuk menjadi
pedoman dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya.