Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI

UJI CATEGORY SCALE WAFER

Dosen Pengampu:
Nurud Diniyah, S.TP., M.P., Ph.D

Disusun Oleh:
Kelompok 6 - THP 5A
1. Savitri Dwi Priasti (191710101001)
2. Hesti Mathiasari (191710101005)
3. Githa Charisma H. (191710101009)
4. Dika Andi Pradana (191710101025)
5. Riski Amelia Irwanda (191710101113)
6. Diana Safitri A. N. F. (211710101155)
7. Indah Listari (211710101157)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman yang modern seperti ini perkembangan dan industri pangan
didorong untuk menghasilkan produk-produk baru untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Perkembangan industri pangan di era modern akan berpengaruh
terhadap gaya hidup manusia. Manusia akan cenderung mengkonsumsi makanan
dengan rasa yang digemari, praktis, dan dapat disimpan dalam waktu lama
(Oesman dan Yuliawati, 2016). Seiring dengan bertambahnya variasi produk,
kualitas produk juga akan semakin ditingkatkan. Menurut Susanto (2018), kualitas
produk pangan didefinisikan sebagai kemampuan sebuah produk dalam
memperagakan fungsinya. Kualitas produk pangan berhubungan langsung
terhadap durabilitas, reliabilitas, dan kemudahan dalam penggunaan serta atribut
produk. Hal ini akan membuat suatu industri pangan untuk menghasilkan produk
dengan mengikuti tren masyarakat sehingga memunculkan berbagai jenis
makanan siap santap, salah satunya wafer.
Wafer merupakan salah satu olahan pangan yang berbentuk lapisan berlapis-
lapis yang tersusun dari roti wafer yang renyah dan krim. Krim wafer dibuat dari
campuran minyak, gula, susu bubuk, coklat, perasa, dan lesitin (Habibzadeh dan
Ardabili, 2019). Wafer biasanya dikonsumsi dikombinasikan dengan bahan-bahan
lain sehingga menghasilkan rasa baru. Wafer sebagai salah satu produk bakery
yang banyak digemari di semua kalangan memiliki sensori yang sebagian besar
berkaitan dengan kerenyahan (crunchy) teksturnya (Nasabi, et al., 2021). Pada
umumnya wafer memiliki tekstur renyah dengan krim yang lembut dengan
struktur dan bobotnya yang ringan.
Wafer dapat dianalisis atribut sensorinya melalui uji deskriptif untuk
mengidentifikasi karakteristik sensori dan memberikan informasi terkait intensitas
karakteristik tersebut. Salah satu metode dalam uji deskriptif adalah uji skoring
atau scaling untuk mengkategorikan skala yang menggambarkan intensitas suatu
atribut menggunakan skala rasio. Uji skoring atau scaling skala digunakan untuk
menilai intensitas atribut produk untuk mengetahui intensitas produk tersebut
meningkat atau menurun. Oleh sebab itu, pada praktikum ini dilakukan uji scaling
pada produk wafer untuk mengetahui tingkat kerenyahannya dengan
menggunakan 9 skala pada beberapa panelis.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui intensitas
kerenyahan dari beberapa wafer menggunakan uji category scale.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panelis
Pada pelaksanaan suatu pengujian sensori diperlukan suatu sekelompok
orang yang dapat menilai mutu atau memberikan kesan subjektif berdasarkan
prosedur pengujian sensori tertentu. Panelis merupakan orang yang bertindak
sebagai alat atau instrumen yang memberikan penilaian terhadap mutu atau
analisis sifat sifat sensori suatu produk pangan. Menurut Betty dan Tjuntju (2008)
dalam Wahyuningtyas dkk. (2014) Panelis merupakan orang-orang yang memiliki
kelebihan sensorik yang dapat digunakan untuk menganalisa dan menilai
karakteristik bahan pangan yang akan diteliti. Panelis dapat berasal dari dalam
perusahaan produsen ataupun orang atau lembaga yang memberikan jasa untuk
melakukan pengujian sensori.
Panel perseorangan terbatas adalah sekelompok panelis yang terdiri atas 2-3
orang yang memiliki keistimewaan diatas rata-rata orang normal. Penel ini
memiliki kepekaan yang tinggi, namun selain itu, palen ini juga mengetahui hal-
hal terkait penanganan produk yang diuji serta cara penilaian indra modern. Panel
perseorangan terbatas ini memiliki tanggung jawab sebagai penguji, mengetahui
prosedur kerja, dan membuat kesimpulan dari sesuatu yang dinilai. Panel terlatih
merupakan panelis hasil seleksi dari pelatihan sejumlah panelis (15- 20 orang atau
5-10 orang). Panelis jenis ini harus memiliki kemampuan untuk membedakan cita
rasa dan aroma dasar, ambang pembedaan, membedakan derajat konsentrasi, dan
memiliki daya ingat terhadap cita rasa dan aroma. Panelis terlatih ini dituntut
untuk memiliki ketelitian dan kepekaan yang tinggi. Panel tidak terlatih
merupakan sekelompok orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan tidak
terlatih secara formal namun mempunyai kemampuan untuk membedakan dan
mengkomunikasikan reaksi dari penilaian organoleptik yang diujikan. Panel tidak
terlatih ini biasanya berisi antara 25-100 orang.
2.2 Uji Category Scale (Uji Deskriptif)
Uji deskriptif adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sensoris pada
suatu produk dan memberikan informasi tentang intensitas karakteristik.
Deskriptif tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi bahan atau proses
merupakan uji yang membedakan produk berdasarkan karakteristik sensorinya.
Metode uji deskriptif melibatkan atribut sensori secara objektif, deskripsi dan
kuantitatif terhadap produk yang di analisis. Uji deskriptif terdiri dari uji skoring,
flavor profile dan texture profile test dan quantitative descriptive analysis. Uji
deskriptif tersebut dapat meningkatkan pemahaman terhadap karateristik produk.
Melalui uji deskriptif. Teknik deskriptif cenderung terlalu mahal untuk digunakan
sebagai kontrol kualitas, tetapi metode ini berguna untuk pemecahan masalah
keluhan konsumen. Teknik analisis deskriptif tidak boleh menggunakan panelis
konsumen karena dalam semua metode deskriptif, para panelis harus dilatih
setidaknya harus konsisten (Lawless dan Heymann, 2013).
Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis telah terlatih dan
benar-benar tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering
digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya
kemanisan, kekerasan dan warna. Selain itu, digunakan untuk mencari korelasi
pengukuran subjektif dengan objektif dalam rangka pengukuran objektif. Uji
skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang
dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Uji skoring
termasuk dalam jenis uji skalar dalam evaluasi sensori. Pada uji skalar panelis
diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya besaran ini dapat
dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik.
Besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis lurus berarah dengan pembagian
skala dengan jarak yang sama atau pita skalar yaitu dengan degradasi yang
mengarah.Skala numerik dinyatakan dengan angka yang menunjukkan skor dari
atribut mutu yang diuji. Demikian uji skoring merupakan jenis pengujian skalar
yang dinyatakan dalam skala numerik. Uji skoring dilakukan dengan
menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan diskripsi
tertentu dari atribut mutu produk. Sistem skoring, angka digunakan untuk menilai
intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun (Permadi, 2018).

2.3 Wafer
Wafer merupakan produk adonan cair (batter) yang dituang dengan cream
(biasanya dua atau tiga lapisan cream dengan tiga atau empat lapisan opak wafer
yang dipotong seperti ukuran biskuit dan dilapisi. Karakteristik wafer adalah
berpori-pori kasar, renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya
beronggarongga. Keragaman karakteristik yang dimiliki wafer tersebut akan
memberikan daya tarik tersendiri bagi semua lapisan masyarakat untuk. Wafer
akan mudah mengalami kontaminasi sehingga menyebabkan produk wafer cream
ini menjadi tidak aman untuk produk yang berkualitas dan aman untuk
dikonsumsi. Wafer dapat dinikmati dari semua kalangan tak hanya di usia remaja
saja, tentu saja dengan komposisi biskuit yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kebutuhan masing-masing (Sari, 2013)

2.4 Uji Statistik (ANOVA)


Menurut Muhid (2019), ANOVA (Analisys of Variances) didefinisikan
sebagai prosedur yang digunakan untuk menguji perbandingan rata-rata beberapa
kelompok data. Analisis ANOVA dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata pada
kelompok data. Nilai tersebut dicari untuk menganalisis varian berdasarkan
perbedaan skor suatu variabel terikat oleh variabel bebas. Dalam uji statistik
ANOVA dikenal istilah prosedur ANOVA satu arah dimana analisis varian
menggunakan satu varian terikat. Dalam hal ini, uji statistik ANOVA satu arah
digunakan dalam menguji hipotesis kesamaan rata-rata dua kelompok atau lebih
(Muhid, 2019). Dalam uji ini dihitung jumlah kasus, rata-rata, standar deviasi,
standar eror rata-rata, pada tiap kelompok data.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Atribut
Dalam praktikum kali ini melakukan uji category scale terhadap 3 jenis
wafer. Atribut sensori yang paling berperan ialah kerenyahan. Menurut Susiwi
(2009), uji skoring merupakan salah satu metode pengujian organoleptik dalam
evaluasi sensori.
3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan praktikum, yaitu :
1. Piring
2. Lembar Score Sheet
3. Bolpoin
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu :
1. Wafer
2. Air mineral

3.2 Perlakuan
Pada pengujian category scale wafer, terdapat 3 jenis sampel wafer yang
akan dicicipi oleh panelis. ketiga jenis sampel tersebut diberi kode yang terdiri
dari 3 digit angka yaitu sampel pertama diberi kode 123, sampel kedua diberi
kode 567, sampel ketiga diberi kode 945. Sampel yang telah diberi kode disajikan
kepada panelis untuk dicicipi.
CATEGORY SCALE
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Jenis Sampel : Wafer
Intruksi : Anda akan menerima 3 sampel yang berkode 3 digit angka. Nyatakan
penilaian kerenyahan sampel dan berikan tanda x pada pernyataan yang sesuai
dengan penilaian anda. Mohon bersihkan mulut anda/berkumur/minum dengan
air putih setelah mengkonsumsi sampel antara satu sampel dengan yang lain,
berikan waktu 1-2 menit.

Penilaian Kode Sampel


123 456 946
1 = Amat sangat tidak renyah
2 = Sangat tidak renyah
3 = Tidak renyah
4 = Agak tidak renyah
5 = Netral
6 = Agak renyah
7 = Renyah
8 = Sangat renyah
9 = Amat sangat renyah
Komentar :

Gambar 3.1 Score Sheet


3.3 Teknik Evaluasi Sensori

Wafer

Pencicipan sampel 123

Panelis berkumur dengan air

Panelis menunggu selama 1-2 menit

Pencicipan sampel 567

Panelis berkumur dengan air

PanelisPencicipan
menunggusampel
selama945
1-2 menit

Pemberian nilai (skala 1-9) dan komentar pada


lembar score sheet

Gambar 3.2 Skema Kerja Uji Category Scale Wafer

Pada pengujian category scale wafer, sebelum mencicipi dan setelah


mencicipi sampel panelis diwajibkan untuk berkumur dengan air, dan menunggu
selama 1-2 menit untuk menetralkan indera pencicipnya. Setelah selesai mencicipi
semua sampel, panelis memberikan nilai dengan skala 1-9 mulai dari amat sangat
tidak renyah hingga amat sangat renyah pada lembar score sheet yang telah
diberikan.
3.4 Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan pada praktikum ini adalah uji ANOVA.
Analysis of variance atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis
multivariate yang berfungsi untuk membedakan rerata lebih dari dua kelompok
data dengan cara membandingkan variansinya.
Analisis varian satu jalur merupakan teknik statistika parametrik yang
digunakan untuk pengujian perbedaan beberapa kelompok rata-rata, di mana
hanya terdapat satu variabel bebas atau independen yang dibagi dalam beberapa
kelompok dan satu variabel terikat atau dependen. Dalam teknik Anova satu jalur
biasanya digunakan dalam penelitian eksperimen ataupun Ex-Post-Facto
(Widiyanto, 2013). Tabel yang dapat digunakan dalam perhitungan ANOVA
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 One Way Anova

F F
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F hitung Tabel Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
5% 1%

Perlakuan
t-1 JKS KTS KTS/KTG F 5% F 1%
(Sampel)

Panelis r-1 JKP KTP

Galat (t-1)(r-1) JKG KTG

Total (t-1) + (r-


1) + (t-1)
(r-1)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabulasi Data Mentah
Tabel 4.1 Tabulasi Data Mentah

Kode Sampel
No. Panelis
123 567 945

1. Imam Shobarudin R. 6 6 7

2. Dika Andi Pradana 6 9 8

3. Siti Lili Fatimatus Z. 8 7 6

4. Sekar Larasati A. 7 7 8

5. Hesti Mathiasari 8 7 6

6. Naila Zanuba A. 7 8 9

7. Riski Amelia I. 8 9 8

8. Siti Aisyah Amini 7 8 9

9. Intan Prima Putri 8 6 7

10. Yohanes Deux Adi P. 7 7 8

11. Rizal Fawahan 6 8 9

12. Ahmad Adani 5 8 6

13. Dian Wahyu A. D 8 9 8

14. Naila Aulia Fatwa 7 8 4


Keterangan:
1 = Amat sangat tidak renyah 6 = Agak renyah
2 = Sangat tidak renyah 7 = Renyah
3 = Tidak renyah 8 = Sangat renyah
4 = Agak tidak renyah 9 = Amat sangat renyah
5 = Netral

4.1.2 Tabulasi Data Analisa


Tabel 4.2 Tabulasi Data Analisa

Kode Sampel Rata-


Total
No. Panelis Rata

123 567 945

1. Imam Shobarudin R. 6 6 7 19 6,33

2. Dika Andi Pradana 6 9 8 23 7,67

3. Siti Lili Fatimatus Z. 8 7 6 21 7

4. Sekar Larasati A. 7 7 8 22 7,33

5. Hesti Mathiasari 8 7 6 21 7

6. Naila Zanuba A. 7 8 9 24 8

7. Riski Amelia I. 8 9 8 25 8,33

8. Siti Aisyah Amini 7 8 9 24 8

9. Intan Prima Putri 8 6 7 21 7

10. Yohanes Deux Adi P. 7 7 8 22 7,33

11. Rizal Fawahan 6 8 9 23 7,67

12. Ahmad Adani 5 8 6 19 6,33

13. Dian Wahyu A. D 8 9 8 25 8,33

14. Naila Aulia Fatwa 7 8 4 19 6,33

Total 98 107 103


308
Rata-Rata 7 7,64 7,36

Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa sampel 567 adalah yang paling
renyah diantara ketiga sampel lainnya karena memiliki rata-rata tertinggi yaitu
sebesar 7,64.
4.1.3 Rumus
Analisis data pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan uji
ANOVA. Beberapa rumus yang digunakan dalam uji tersebut adalah sebagai
berikut.
1. FK (Faktor Koreksi) = (total seluruh jawaban panelis pada 3 sampel)/(jumlah
panelis x banyak sampel)
2. DB (Derajat Bebas) = jumlah sampel - 1
1
k
2 T 2..
3. JK (Jumlah Kuadrat) = ∑ T i .−
n i=1 nk
Jumlah Kuadrat
4. Kuadrat Tengah =
k −1
Kuadrat Tenga h Sampel
5. F Hitung =
Kuadrat TengahGalat ( Error )

4.1.4 Tabel Perhitungan


FK = 2.258,67
Tabel 4.3 Perhitungan Data menggunakan Uji ANOVA

F F Tabel
SK DB JK KT Keterangan
Hitung 5% 1%

Sampel 2 2,90 1,45

Panelis 13 19,33 1,49 Tidak Berbeda


Nyata karena
Galat 1,14 3,37 5,53
26 33,10 1,27 F Hitung <
(Error) F Tabel
Total 41 55,33 1,35
Tabel 4.4 Tabel Nilai F pada Probabilitas 5% (0,05)

Tabel 4.5 Tabel Nilai F pada Probabilitas 1% (0,01)


4.1.5 Uji Lanjut
Dikarenakan hasil perhitungan data dari hasil uji ANOVA menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada tingkat signifikasi 5% dan 1%, maka tidak
dapat dilakukan uji lanjut.
4.1.6 Grafik Hasil Uji

Uji Category Scale Kerenyahan Wafer


8

7
Rata-Rata Kerenyahan Wafer

0
123 567 945

Sampel Wafer

Gambar 4.1 Grafik Batang Hasil Uji Category Scale Kerenyahan pada Wafer
Gambar 4.2 Spider Graph Hasil Uji Category Scale Kerenyahan pada Wafer.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum evaluasi sensori ini, dilakukan pengujian kerenyahan wafer
menggunakan uji category scale. Menurut literatur, uji category scale atau
scaling ini sama seperti uji skoring. Uji skoring merupakan uji yang menggunakan
panelis terlatih yang benar-benar memahami atribut atau sifat dari sampel atau
produk yang dinilai. Tujuan dilakukannya uji skoring adalah untuk mengetahui
besarnya perbedaan kualitas di antara beberapa produk sejenis dengan
memberikan penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk.
Penilaian dalam uji skoring menyatakan tingkatan nilai atribut mutu yang diuji.
Nilai uji skoring berupa angka yang merupakan data kuantitatif. Data tersebut
kemudian ditabulasi dalam bentuk matriks respon dan dapat dianalisa sidik ragam
dengan contoh sebagai perlakuan dan panelis sebagai blok (Khoirani, 2015).
Panelis dalam uji category scale (skoring) diminta penilaiannya untuk
menyatakan besaran kesan yang diperolehnya saat menguji sampel. Besaran ini
dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik.
Besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis lurus berarah dengan pembagian
skala dengan jarak yang sama atau dalam bentuk pita skalar dengan degradasi
yang mengarah, seperti degradasi warna dari sangat putih sampai hitam.
Sedangkan besaran skala numerik dinyatakan dengan angka yang menunjukkan
skor dari atribut mutu yang diuji. Berdasarkan hal tersebut, uji skoring merupakan
jenis pengujian skalar yang dinyatakan dalam skala numerik (Susiwi, 2009 dalam
Agustiar, 2017).
Uji skoring (category scale) pada praktikum ini ditujukan untuk sampel
wafer yang berbeda. Atribut mutu yang diujikan pada wafer adalah tingkat
kerenyahan. Tingkat penilaian kerenyahan wafer dimulai dari skala numerik 1
hingga 9, dimana 1 = amat sangat tidak renyah, 2 = sangat tidak renyah, 3 = tidak
renyah, 4 = agak tidak renyah, 5 = netral, 6 = agak renyah, 7 = renyah, 8 = sangat
renyah, 9 = amat sangat renyah. Hal ini sesuai dengan Anonim (2006), yang
menyatakan bahwa uji scoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala
atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk.
Semakin renyah sampel wafer tersebut maka semakin disukai oleh panelis dan
penilaian yang diberikan semakin tinggi.
Uji scoring (category scale) wafer pada praktikum ini diikuti oleh 14 orang
panelis yang merupakan mahasiswa/i THP kelas 5A yang sedang berada di
Jember. Setiap panelis menerima 3 sampel wafer yang diberi kode tiga digit angka
yang berbeda yaitu 123, 567, dan 945. Panelis diminta menilai kerenyahan dari
ketiga sampel wafer tersebut dengan cara mencicipinya kemudian menuliskan
penilaian dalam lembar score sheet. Data hasil jawaban panelis selanjutnya
ditabulasi dengan mencari rata-rata jawaban disetiap sampel dan kemudian
dilakukan uji statistik ANOVA. Uji statistik ANOVA adalah prosedur yang
digunakan untuk menguji perbandingan rata-rata beberapa kelompok data.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata pada kelompok data. Nilai
tersebut dicari untuk menganalisis varian berdasarkan perbedaan skor suatu
variabel terikat oleh variabel bebas (Muhid, 2019).
Hasil analisis data menggunakan uji ANOVA menunjukkan bahwa sampel
yang diuji tidak berbeda nyata pada probabilitas (tingkat signifikasi) 5% maupun
1%. Hal tersebut dikarenakan nilai F hitung sampel lebih kecil dari nilai F tabel
pada 5% (0,05) dan 1% (0,01). Nilai F Hitung adalah 1,1417 sedangkan nilai F
tabel untuk probabilitas 5% adalah 3,37 dan probabilitas 1% adalah 5,53. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ketiga sampel wafer yang diuji tidak berbeda nyata
pada atribut mutu kerenyahannya.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata kerenyahan dari uji category scale
dari 14 panelis terhadap ketiga sampel wafer diperoleh hasil bahwa sampel 123
memiliki nilai rata-rata sebesar 7; sampel 567 sebesar 7,64; dan sampel 945
sebesar 7,36. Dari ketiga hasil tersebut diketahui bahwa semua sampel wafer
memiliki rata-rata pada skala numerik 7, dimana angka 7 menggambarkan wafer
yang ‘renyah’. Kondisi ini mungkin saja disebabkan karena komposisi bahan baku
yaitu tepung terigu dalam formulasi wafer lebih banyak sehingga sifat renyah
yang ditimbulkan juga semakin tinggi. Menurut Marissa (2010), salah satu faktor
yang mempengaruhi nilai kerenyahan adalah rasio amilosa dengan amilopektin.
Sedangkan menurut Melliani (2017), kandungan amilosa yang tinggi dapat
menghasilkan tekstur yang renyah. Semakin tinggi kadar amilosa dalam bahan,
maka kerenyahan wafer akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan amilosa
membentuk ikatan hidrogen dengan air dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga
pada saat pengovenan air akan menguap dan membuat produk menjadi renyah.
Manfaat dari uji skoring yaitu dapat melakukan pengujian organoleptik
suatu produk dengan praktis dan biaya yang murah. Selain itu uji skoring juga
berperan dalam penilaian mutu produk pangan. Menurut Susiwi (2009) dalam
Agustiar (2017), melalui pengujian skoring dapat diperoleh informasi yang
berguna untuk memperbaiki produk, memelihara kualitas, mengembangkan
produk baru serta analisis pasar. Perusahaan juga banyak menggunakannya untuk
tujuan pengembangan produk baru, reformulasi produk, pengawasan kompetisi
dengan produk merk lain, pengawasan mutu, pengawasan stabilitas produk selama
penyimpanan, pengawasan pendapat serta kesenangan konsumen atas suatu
produk.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sampel yang diuji tidak
berbeda nyata pada probabilitas (tingkat signifikan) 5% maupun 1% yang
menunjukkan bahwa ketiga sampel wafer yang diuji tidak berbeda nyata pada
atribut mutu kerenyahannya. Ketiga sampel wafer memiliki rata-rata kerenyahan
pada skala numerik 7, dimana angka 7 menggambarkan sifat yang ‘renyah’.

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebaiknya preparasi atau persiapan
sampel dilakukan mendekati waktu pemberian kepada panelis agar kondisi sampel
masih tetap baik. Selain itu, pengujian dengan sampel yang banyak sebaiknya
dilakukan pada selang waktu beberapa hari untuk menghindari bias dari panelis.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiar, A.A. 2017. Uji Skoring. Laporan Praktikum Teknik Pengujian Mutu
Hasil Perikanan. Yogyakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Anonim. 2006. Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) dalam Industri Pangan.
(Diakses dari tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Pengujian-
Organoleptik-dalam-Industri-Pangan.pdf).
Habibzadeh, D., dan Ardabili, S.M.S. 2019. Evaluation of Physicochemical,
Rheological and Sensory Properties of Wafer Cream By Replacing Cocoa
Powder With Carob Pod and Chicory Root Powders. International Food
Research Journal. 26(3): 1059-1068.
Khoirani, K. 2015. Uji Kualitas Susu dengan California Mastitis Test (CMT) dan
Organoleptik pada Susu Kerbau Perah (Bubalus bubalis) di Kabupaten
Enrekang. Skripsi. Makassar: Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Lawless, H., and Heymann, H. 2013. Sensory Evaluation of Food Principles and
Practices Second Edition. Springer Science and Business Media. New York.
Melliani, J. I. 2017. Pengawasan Mutu Kerenyahan Wafer Keju di PT. Kaldu Sari
Nabati Indonesia Rancaekek. Semarang: Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Katolik Soegijapranata.
Muhid, Abdul. 2019. Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik
dengan SPSS for Windows. Sidoarjo: Zifatama Jawara.
Nasabi, M., Naderi, B., Akbari, M., Aktar, T., Kieliszek, M., dan Amini M. 2021.
Physical, Structural and Sensory Properties of Wafer Batter and Wafer
Sheets Influenced By Various Sources of Grains. LWT - Food Science and
Technology. 149(2021) 111826.
Oesman, I.F., dan Yuliawati, Y. 2016. Sikap Konsumen Mahasiswa terhadap
Beberapa Merek Wafer Di Kota Bandung. Jurnal EKUBIS. 1(1): 1-16.
Permadi, M., Huda, O., dan Khafidurahman, A., 2018. Perancangan Sistem Uji
Sensoris Makanan Dengan Pengujian Peference Test (Hedonik Dan Mutu
Hedonik), Studi Kasus Roti Tawar, Menggunakan Algoritma Radial Basis
Function Network. Jurnal mikrotik. 8(1): 34.
Putu, I. 2019. Uji Anova (Anova Test). Universitas Narotama. (Diakses dari
laman
https://www.researchgate.net/publication/330320639)_UJI_ANOVA_ANO
VA_TEST).
Susanto, Danar A. 2018. Kualitas Produk Biskuit Menghadapi Pemberlakuan SNI
Biskuit Secara Wajib [Studi Kasus Di DKI Jakarta]. Penelitian Gizi dan
Makanan. 41(1): 1-12.
Wahyuningtias, Dianka., Trias Septyoari Putranto, Raden Nana Kusdiana. 2014.
Uji Kesukaan Hasil Jadi Kue Brownies Menggunakan Tepung Terigu Dan
Tepung Gandum Utuh. Binus Business Review. 5(1).
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Uji Anova (Analisis Sidik Ragam)


308 2 94.864
● FK = = = 2.258,67
14 x 3 42
● DB
1. Sampel = 3-1 = 2
2. Panelis = 14-1 = 13
3. Galat (Error) = 2 x 13 = 26
4. Total = 2 + 13 + 26 = 41
● JK
1. Sampel = ((982 + 1072 + 1032)/14)-2.258,67 = 2,90
2. Panelis = ((192 + 232 + 212 + 222 + 212 + 242 + 252 + 242 + 212 + 222 + 232+
192 + 252 + 192)/3)-2.258,67 = 19,33
3. Galat (Error) = 55,33-19,33-2,90 = 33,10
4. Total =
(62+62+82+72+82+72+82+72+82+72+62+52+82+72+62+92+72+72+72+82+92+
82+62+72+82+82+92+82+72+82+62+82+62+92+82+92+72+82+92+62+82+42)-
2.258,67 = 55,33
● KT
1. Sampel = 2,90/2 = 1,45
2. Panelis = 19,33/13 = 1,49
3. Galat (Error) = 33,10/26 = 1,27
4. Total = 55,33/41 = 1,35
● F Hitung = = 1,45/1,27 = 1,14
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai