Makalah Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar
Makalah Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar
Disusun oleh :
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Teori
Belajar Berbasis Otak.” Makalah ini kami susun guna memenuhi persyaratan nilai tugas
dalam mata kuliah Teori Belajar.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak sekali
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk kemudian dapat kami
revisi dimasa selanjutnya, sebab saran yang konstruktif akan membangun kesempurnaan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………….......1
2.2 Tujuan........................................................................................................2
A. Kesimpulan...............................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA………………...……………………………………………..11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
2.2 Tujuan
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Otak merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki miliaran sel. Setiap bagian
dalam otak mempunyai fungsi yang berbeda-beda mulai dari fungsi mental, emosi,
kreativitas, logika, dan lain-lain. Ada satu metode pembelajaran dengan acuan untuk
memacu kinerja otak agar optimal atau biasa disebut Brain Based Learning. Indikator otak
bekerja secara optimal adalah ketika seluruh potensi yang dimiliki mampu dioptimalkan
dengan baik. (Syafa’at, 2007).
2
Brain Based Learning menawarkan sebuah konsep guna menumbuhkan
pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan potensi kinerja otak. Tiga strategi
utama yang dapat dikembangkan dalam realisasi BBL :
Tujuan penerapan metode brain based learning adalah untuk mengembangkan strategi
pembelajaran efektif dan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tahun 1970, Paul McClean mulai memperkenalkan konsep Triune Theory yang
mengacu pada proses evolusi tiga bagian otak manusia. Dalam hipotesisnya, McClean
menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian penting yaitu otak besar, otak
tengah, dan otak kecil dengan masing – masing memiliki fungsi yang khas dan unik. Otak
besar berfungsi untuk berbahasa, berpikir, belajar, memecahkan masalah, merencanakan
dan menciptakan. Otak tengah berfungsi untuk interaksi sosial, emosional, dan ingatan
jangka panjang. Otak kecil berfungsi untuk bereaksi, naluriah, mengulang,
mempertahankan diri, dan ritualis.
3
Dari teori tersebut dikembangkan suatu model pembelajaran yang disebut Brain
Based Learning. Brain Based Learningadalah sebuah teori yang mengoptimalkan fungsi
otak sebagai komponen utama dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya, Brain Based
Learning memfungsikan pengalaman sesungguhnya dalam proses pembelajaran. Brain
Based Learning atau teori belajar berbasis otak adalah pembelajaran yang diselaraskan
dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar.
Pada pembelajaran berbasis otak, peserta didik belajar sesuai dengan fungsi otak
mereka sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dan terkekang dalam proses
pembelajaran. Untuk itu, metode pendidikannya dapat melalui penyediaan lingkungan dan
fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas dan sesuai
dengan minat dan bakatnya masing- masing
Dalam teori ini, guru dan peserta didik ditekankan untuk kreatif dalam proses belajar
yang seimbang antara otak kanan dan otak kiri, sehingga materi yang disampaikan dapat
diserap menjadi memori jangka panjang dalam otak mereka dan mereka dapat
mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru di sekolah.
Teori belajar berbasis otak ini adalah suatu pendekatan multidisipliner yang dibangun
atas sebuah pertanyaan fundamental. Teori belajar ini, dapat mendorong peserta didik
untuk mempertimbangkan masalah alamiah otak dalam membuat keputusan.
Karakteristik dari Teori Belajar Berbasis Otak adalah pembelajaran yang berupaya
memadukan faktor potensi didi siswa dengan lingkungan sebagai konteks pembelajaran.
Oleh karena itu, lingkungan dan potensi peserta didik harus diperlakukan sama agar
pembelajaran berhasil dengan baik. Untuk itu, segala hambatan yang dapat memperlambat
proses pembelajaran harus dihilangkan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu
pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman,
penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya.
Teori belajar berbasis otak juga mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, aktivitas tubuh dan pikiran membuat proses belajar
lebih nyaman dan lebih optimal. Dalam hal ini, karakteristik teori belajar berbasis otak
lebih menekankan pada lingkungan kelas yang mendukung siswa untuk belajar seperti
diskusi kelompok untuk menyelesaikan permaslahan yang telah diberikan , kemudian
mempresentasikan hasil diskusi tersebut dan kelompok lain memberi tanggapan. Setelah
4
diskusi selesai, peserta didik melakukan relaksasi dengan mendengarkan musik atau
melihat video yang menghibur agar peserta didik tidak merasa tegang.
Menurut Caine ada 12 prinsip kerja otak yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis otak, antara lain :
1. The Brain is a Complex Adaptive System.
Otak merupakan pusat dari berbagai aktivitas manusia, menggabungkan
emosi, imajinasi untuk memproses informasi dalam satu waktu secara bersama.
2. The Brain is a Social Brain.
Pada prinsipnya, otak manusia senang pada kegiatan interaksi sosial atau
kelompok.
3. The Search for Meaning is Innate.
Otak manusia menyukai akan pemahaman atau penjelasan sesuatu yang
dipelajari.
4. The Search for meaning Occurs Through Patterning.
Otak manusia pada waktu melakukan pencarian makna atau penjelasan dengan
cara meniru.
5. Emotions Are Critical to Patterning
Menurut John Mayer dan Peter Salovey menyatakan bahwa otak yang
memiliki Emotional Intellegence (EQ) akan lebih sukses daripada orang yang
memiliki IQ tinggi. Hal ini dikarenakan, manusia dengan EQ yang tinggi memiliki
rasa optimis yang tinggi.
6. Every Brain Simultaneously Perceive and Creats Parts and Wholes.
Meskipun Otak kanan dan kiri manusia memiliki fungsi yang berbeda, namun
kedua otak ini berinteraksi dalam semua aktiv.
7. Learning Involves Both Focused Attention and Peripheral Perception.
Pada saat belajar, otak melibatkan perhatian yang fokus dan persepsi yang
meluas.
8. Learning Always Involves Both Conscious and Unconscious Processes.
Belajar selalu melibatkan proses sadar dan tidak sadar.
9. We Have at Least Two Ways of Organizing Memory.
5
Kita memiliki dua sistem memori yaitu spasial dan hafalan. Memori spasial
dapat merekam semua yang terjadi pada tubuh. Memori hafalan dapat merecall
sistem-sistem ini termotivasi oleh reward atau hukuman.
12 prinsip kerja otak di atas merupakan prinsip yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan teori belajar berbasis otak agar pendidik dapat menyusun strategi pengajaran
yang sesuai.
Jansen (2011) menyatakan ada tujuh tahapan teori belajar berbasis otak, yaitu :
1. Tahap Pra- Pemaparan
Tahap ini memberikan sebuah alasan kepada otak tentang pembelajaran baru
sebelum benar – benar menggali lebih jauh, pra – pemaparan membantu otak
membangun peta konseptual yang lebih baik. Hal – hal yang dilakukan pada tahap
ini sebelum pembelajaran dimulai adalah guru memajang peta konsep mengenai
materi yang akan dipelajari. Selain itu, guru juga perlu melakukan pendekatan
kepada peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran
dengan guru yang akan mengajar mereka. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran peserta didik untuk melakukan senam otak bisa dengan cara
menyuruh peserta didik menuliskan nama merepa pada kertas dengan
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri secara bersamaan.
6
2. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang akan
dipelajari dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari – hari. Fase ini
merupakan fase dalam menciptakan keingintahuan atau kesenangan.
3. Tahap Inisiasi dan Akuisisi
Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron – neuron
itu saling berkomunikasi satu sama lain. Pada tahap ini, guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok. Siswa bergabung dengan teman kelompoknya
masing-masing. Kemudian, guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap
kelompok untuk dipelajari sebelum diisi. Setelah itu, siswa berdiskusi dengan
teman kelompoknya untuk mengisi lembar kerja siswa tersebut.
4. Tahap Elaborasi
Tahap ini memberikan kesempatan kepada otak untuk menyelediki,
menganalisis, menguji dan memperdalam pembelajaran. Pada tahap ini, siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas, sedangkan siswa lain
memperhatikan sekaligus memberikan tanggapan atau pertanyaan. Dari hasil
diskusi yang dilakukan, diharapkan siswa mampu menemukan jawaban dari
permasalahan yang ada di lembar kerja siswa. Oleh karena itu, guru harus
membimbing siswa berdiskusi agar proses diskusi berjalan dengan lancar. Tahap
ini merupakan tahap pemrosesan dimana membutuhkan kemampuan berpikir
murni dari pihak pembelajaran.
5. Tahap Inkubasi dan Memasukkan Memori
Fase ini menekankan pentingnya waktu istirahat dan waktu untuk mengulang
kembali merupakan suatu hal yang penting. Pada tahap ini, siswa melakukan
peregangan sambil menonton video yang dapat memotivasi mereka untuk belajar.
Selain itu, guru juga dapat memberikan soal-soal pemahaman yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari selama pembelajaran berlangsung.
6. Tahap Verifikasi dan Pengecekan Keyakinan
Dalam tahap ini, guru mengecek apakah siswa sudah paham dengan materi
yang telah dipelajari atau belum. Siswa juga perlu tahu apakah dirinya sudah
memahami materi atau belum. Tahap ini, guru dapat memberikan soal latihan yang
lebih rumit. Setelah itu guru dan siswa mengecek pekerjaan siswa. Jika siswa
belum mengerjakan soal-soal tersebut, biasanya guru menugaskan siswa untuk
menyelesaikan dirumah.
7
7. Tahap Selebrasi dan Integrasi
Dalam tahap ini sangat penting dalam melibatkan emos, membuat tahap ini
lebih ceria dan menyenangkan. Tahap ini menanamkan semua arti penting dari
kecintaan terhadap belajar. Pada tahap ini, siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Kemudian guru memberikan PR
(Pekerjaan Rumah) untuk siswa dan memberi tahu siswa mengenai materi untuk
pertemuan selanjutnya. Sebagai penutup, guru bersama siswa melakukan perayaan
kecil, seperti bersorak dan bertepuk tangan bersama.
8
dalam kelas. Misalnya mata siswa digunakan untuk membaca dan
mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak
untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif
bertanya dan berdiskusi dan aktifitas produktif anggota badan lainnya.
Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh seberapa mampu mereka
membangun pengetahuan tentang materi pelajaran berdasarkan
pengalaman belajar yang mereka alami.
Ketiga strategi utama dalam penerapan teori belajar berbasis otak tersebut
hendaknya bisa diselaraskan dengan semua tahapan dalam pembelajaran teroi belajar
berbasis otak. Penerapan teori belajar berbasis otak menjadikan guru menggunakan
strategi pembelajaran berdasarkan pengoptimalan potensi otak.
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
10
pihak sekolah dalam penerapan teori ini dengan meningkatkan sarana dan prasarana di
sekolah sehingga proses belajar mengajar dapat tercapai dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Stine, Jean Marie. 2003. DOUBLE YOUR BRAIN POWER. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Yusuf, Yulia Pratitis. 2017. Strategi Brain Based Learning dalam Pengajaran Bahasa
Jepang di MAN Mojokerto. PARAMASASTRA. Vol.4, No. 01, melalui
http://journal.unesa.ac.id/index.php/paramasastra .Diakses pada 16 Februari 2019.
11