Asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, tar, dan lainnya yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Orang merokok itu menghasilkan polusi yang dibuat sendiri dan memolusi diri sendiri maupun orang lain. Sehingga, bisa merusak kesehatan perokok maupun orang yang terkena asap rokok. Jadi, orang merokok itu sengaja membuat sakit dirinya sendiri dan orang lain.
Apa saja penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok?
Penyakit yang berkaitan dengan paru dan pembuluh darah, yaitu bronkitis kronik dan emfisema atau PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), kanker paru, dan jantung koroner.
Orang menderita penyakit tersebut setelah berapa lama mengonsumsi rokok?
Kita menghitung berdasarkan satuan merokok. Kalau bronkitis 10 bungkus tahun. Artinya, kalau seseorang itu merokok sehari sebungkus, dia menderita bronkitis kronis minimal setelah 10 tahun merokok. Kanker paru minimal 20 bungkus tahun. Artinya, kalau sehari ia mengonsumsi sebungkus rokok berarti setelah 20 tahun merokok ia bisa terkena kanker paru.
Apakah semua perokok akan selalu menderita penyakit akibat merokok?
Dari sekian orang perokok, yang akan menjadi PPOK atau kanker paru itu antara 20-25 persen. Walaupun perokok yang sudah tua tidak menderita penyakit paru, mungkin mereka mengidap penyakit jantung atau penyakit lain seperti penyempitan pembuluh darah di kaki, di tangan, dan lain-lain.
Apakah penyakit itu terus meningkat?
Ya, penyakit akibat kebiasaan merokok itulah yang efeknya paling kelihatan. Terasa sekali peningkatan jumlah pasien dan usianya semakin muda. Pasien dulu sudah tua-tua usianya di atas 60 tahun. Sekarang masih muda-muda sudah sakit paru akibat merokok.
Mereka kebanyakan berasal dari kalangan mana?
Kebanyakan pasien dari kalangan menengah bawah dan dari kalangan bawah sekitar 50 persen.
Seberapa banyak peningkatan jumlah penderitanya?
Sekitar 10 tahun yang lalu jarang ditemui penderita kanker paru. Kalaupun ada mungkin penderita kanker baru hanya seorang setiap sebulan atau setiap dua bulan. Sekarang setiap hari di RS Sardjito ada sekitar satu sampai empat penderita kanker baru. Demikian pula penyakit jantung koroner akibat kebiasaan merokok, dulu mungkin seminggu sekali hanya ada seorang pasien baru. Sekarang setiap hari ada sekitar 10 orang pasien baru. Sedangkan penderita PPOK dulu hanya ada satu pasien baru per minggu, sekarang ada sekitar 4-10 pasien baru setiap hari. Mengapa hal itu terjadi? Karena kebiasaan merokok di Indonesia terus meningkat. Sementara di negara maju seperti Amerika dan Eropa perokoknya menurun. Sudah diteliti bahwa di negara maju yang jumlah perokoknya menurun, angka kejadian kanker parunya juga menurun. Di sana orang boleh merokok hanya di tempat-tempat khusus dan rokok dilarang diiklankan di media elektronik maupun cetak. Sementara di Indonesia kejadian kanker paru sedang menanjak karena perokok ada di mana-mana. Jadi, kebiasaan merokok berhubungan secara linier dengan terjadinya kanker paru.
Apakah penyakit akibat merokok bisa disembuhkan secara total?
Sekali terkena penyakit akibat merokok tidak ada jalan kembali sembuh seperti mereka yang tidak merokok. Kalau dia berhenti merokok ya sudah penyakitnya berhenti di situ tidak berlanjut, tetapi tetap ada. Hanya, perkembangannya berhenti. Dan, kalau dia merokok terus, penyakitnya makin berat.
Apakah kebiasaan merokok itu bisa menyebabkan miskin?
Ya, benar sekali. Karena biaya untuk berobat bagi mereka yang sakit akibat merokok itu besar. Lagi pula tidak bisa sembuh total. Kalau penyakitnya sudah berat, biasanya mengobati itu hanya untuk mengenakkan pasien atau mengurangi rasa sakit saja. Misalnya, penderita kanker paru yang sekitar 80 persen biasanya datang ke RS Dr Sardjito sudah dalam keadaan stadium lanjut. Untuk pengobatan menghabiskan biaya sekitar Rp 18 juta per bulan. Padahal penderitanya banyak yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Bila mereka berobat, pendapatan keluarga mereka bisa habis untuk biaya pengobatan.