Sejarah Peradaban Islam
Sejarah Peradaban Islam
LATAR BELAKANG
Dalam lintasan sejarah kenabian, nama Nabi Ibrahim Alaihissalam , merupakan nama
yang sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Selain dikenal sebagai salah seorang rasul ulul
azmi (yang memiliki keteguhan), beliau juga sering disebut sebagai Khalilullah (kekasih
Allah), dan Abul Anbiya' (bapaknya para nabi). Secara historis, pernyataan itu cukup
beralasan karena anak cucu Nabi Ibrahim merupakan tokoh-tokoh di zamannya dan banyak di
antara mereka yang diangkat oleh Allah menjadi seorang nabi. Ada yang dari jalur putra
beliau Ismail, yakni Nabi Muhammad saw, yang lainnya merupakan anak cucu dari putra
Ishaq yang merupakan nabi-nabi Bani Israil.
Namun Nabi Ibrahim Alaihissalam dilahirkan bukan dari orangtua yang bertauhid,
menyembah Allah Swt melainkan tumbuh di lingkungan penyembah berhala, termasuk
bapaknya sendiri, Azar, akan tetapi hal ini tidak memberi pengaruh terhadap dirinya. Hal ini
dikarenakan sikap kritis yang beliau miliki.
TEORI
PEMBAHASAN
Suatu ketika beliau bertanya kepada bapaknya tentang penyembahan berhala ini.
Sebagaimana dalam firman Allah:
Kisah ini membuktikan bahwa hanya dengan mengikuti akal sehat dan hati
nurani saja (fitrah) ternyata beliau mampu menjadi muslim yang muwahid (lurus
tauhidnya) meski lingkungan yang ada tidak mendukung. Dan ini menunjukan bahwa
fitrah manusia pada dasarnya adalah bertauhid.
Hal ini dibuktikan ketika beliau berhadapan dengan penguasa musyrik saat itu
yang bernama Namrudz, raja Babilonia. Firman Allah, artinya: "Apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya (Allah) karena Allah
telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim
mengatakan: "Rabbku ialah yang menghidupkan dan mematikan". Orang itu berkata:
"Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah
orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-
Baqarah: 258)
Dalam tafsir di sebutkan bahwa yang di maksud orang yang diberi kekuasaan
adalah Namrudz, kemudian arti ucapannya: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan"
ialah membiarkan hidup seseorang dan membunuh yang lainya.
Sadar menghadapi orang yang punya kekuasaan yang bisa bertindak apa saja
semaunya maka Nabi Ibrahim lalu menyampaikan hujjah yang sekiranya membuatnya
diam, yakni disuruh ia menerbitkan matahari dari barat, jika memang bisa dan punya
kekuasaan.
KESIMPULAN
Nabi Ibrahim alaihissalam adalah figure penting bagi umat manusia. Ia diyakini
sebagai sosok pahlawan yang menjadi peletak dasar ketuhanan dan kesetaraan relasi sosial
yang berkeadilan. Ibraihim alaihissalam mengajarkan manusia untuk tidak melakukan
kesyirikan/ kebid'ahan secara apriori hanya dengan alasan lingkungan, karena telah ada Al
Qur'an dan As Sunnah sebagai petunjuk.
Ia juga memberikan teladan bagi kita untuk memiliki sifat yang cerdas, kritis, peka
terhadap lingkungan, dan bisa bertukar pendapat dengan baik dan pemberani. Kecerdasan dan
intelektualitas bukan penghalang bagi seseorang untuk berlaku taat kepada Allah. Bahkan
akal harus tunduk terhadap wahyu.