Eka Swaputri*
Abstract
To prevent workplace accidents that disturbing production process, causing the
company’s losses, it is necessary to identifity risk factors that could cause the acci-
dent. The goal in this study was to determine risk factors associated with accidents
in the PT. Jamu Air Mancur. This study is a descriptive study with qualitative
case study approach. The population in this study were employees of PT. Jamu
Air Mancur who suffered occupational injuries during 2007 as many as 11 peo-
ple. Samples taken were amount of 10 peoples. Data were obtained directly from
respondents by using questionnaires and research instruments in the form of com-
pany documents. Data is analyzed by examining the results of data acquisition,
data reduction, and making the percentage. Based on research results, they were
obtained by the risk factors that could potentially lead to accidents in the PT. Jamu
Air Mancur in 2007, i.e.: age, period of employment, training K3, PPE, work at-
titude, engine protector, and the condition of the road.
*
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan Sudirman No. 2 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, 57111
Email: eswa.putri@gmail.com
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
96
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
penggunaan APD, tingkat pendidikan, pe- itian ini adalah kuesioner untuk pengambilan
rilaku, pelatihan K3, peraturan K3, kebisingan, data dibutuhkan panduan kuesioner, karena
suhu, penerangan, lantai licin, kondisi mesin, kualitas penelitian tergantung pada apakah
ketersediaan alat pengaman mesin, serta letak peneliti dapat melakukan pendalaman setiap
mesin. pertanyaan yang diberikan oleh informan atau
Populasi dalam penelitian ini adalah ke- responden.
seluruhan pekerja PT. Jamu Air Mancur seba- Analisis data yang digunakan dalam
nyak 11 orang. Adapun teknik yang digunakan penelitian ini adalah dengan cara menelaah
dalam pengambilan sampel adalah secara pur- seluruh data yang tersedia dari hasil pan-
purposif (mengalami kecelakaan di tempat ker- duan kuesioner, melakukan reduksi data de-
ja dan di luar tempat kerja serta belum purna ngan cara membuat rangkuman inti, membuat
kerja). Sampel yang memenuhi syarat berjum- persentase.
lah 10 orang.
Instrumen yang digunakan dalam penel-
97
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
98
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
Lanjutan Tabel 2
Lanjutan Tabel 2
100
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
101
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
para karyawan dalam mendiagnosis masalah sebagian responden sudah tidak mengenakan
yang mungkin dihadapi dalam pekerjaan dan pelindung diri saat kecelakaan terjadi dan se-
mungkin dihadapi dalam pekerjaan dan seka- luruh responden mengenakan pelindung diri
ligus membantu mereka mencari solusi tebaik yang kurang sesuai dengan bahaya kerja yang
untuk mengatasinya (Konradus, 2006). ada. Mereka hanya mengenakan perlindungan
Peraturan perundangan adalah keten- seadanya yang disediakan dari perusahaan,
tuan-ketentuan yang mewajibkan mengenai seperti masker, slebrak, sandal jepit, topi. Meli-
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, hat dari kecelakaan yang terjadi, seharusnya
konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pe- pengamanan terhadap karyawan dengan pe-
ngawasan, pengujian dan cara kerja peralatan nyediaan perlindungan yang lebih sesuai de-
industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, ngan bahaya kerja perlu dilakukan. Keselama-
latihan, supervisi medis, P3K dan perawa- tan pekerja harus diprioritaskan, oleh karena
tan medis. Ada tidaknya peraturan K3 sa- itu perlu dipelajari langkah kerja dan alat-alat
ngat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan pelindung untuk menjaga keselamatan pekerja
kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat (Endroyono, 1989). Penggunaan alat pelindung
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya un- diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang di-
tuk mencegah dan mengurangi terjadinya ke- gunakan tenaga kerja untuk melindungi seba-
celakaan (Santoso, 2004). gian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
Dari kejadian kecelakaan dalam tempat bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara
kerja diperoleh bahwa kecelakaan umumnya sempurna dapat melindungi tubuhnya, teta-
terjadi di waktu setelah jam istirahat datang pi akan dapat mengurangi tingkat keparahan
atau setelah setengah hari kerja. Korban ter- yang mungkin terjadi (Budiono, 2003).
banyak adalah yang mengalami terpeleset saat Dari hasil penelitian diperoleh informasi
mencuci piring, gelas dan membasuh muka. bahwa perlindungan yang dipakai responden
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa saat mengalami kecelakaan, semua responden
sebagian besar responden yang mengalami ke- sudah mengenakan perlindungan. Agar lebih
celakaan luar tempat kerja, kecelakaan terjadi aman lagi, sebaiknya responden mengenakan
ketika mereka perjalanan berangkat menuju perlindungan yang lebih menjamin keselama-
tempat kerja. Kebanyakan responden menjadi tannya. Seperti penggunaan sarung tangan,
korban tertabrak oleh kendaraan lainnya. pelindung/tameng dada, masker wajah.
Dalam studi yang diadakan di Inggris, Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
ditemukan bahwa puncak kecelakaan lokal responden merasa nyaman dengan pelindung
terjadi sebelum waktu istirahat. Walaupun hal diri yang mereka pakai. Kenyamanan itu tim-
ini mungkin disebabkan oleh faktor kelelahan, bul karena mereka merasa tidak terganggu
tetapi mungkin juga karena pekerja memper- dengan memakai pelindung diri tersebut. Res-
cepat produksi pada saat-saat ini sebagai upaya ponden lain mengatakan karena sudah terbiasa
mengejar target sebelum istirahat (ILO, 1989). memakai, sehingga kenyamanan itu muncul
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa se- de ng an sendirinya. Ada pula yang berpen-
bagian besar letak kelainan terdapat pada ang- dapat karena suatu kewajiban, maka ia merasa
gota tubuh bagian atas, dan sifat luka terberat nyaman saat memakai pelindung diri. Setiap
adalah terpotongnya 3 jari tangan masing-ma- karyawan yang bekerja di tempat kerja dengan
sing 1 ruas. Berdasarkan hasil penelitian diper- potensi bahaya dan risiko kecelakaan besar di-
oleh informasi bahwa sifat luka yang paling se- haruskan memakai perlindungan yang dapat
rius berupa patah tulang. Lainnya berupa luka mengurangi potensi bahaya tersebut dan me-
atau keluhan ringan seperti memar, lecet, pegal. nekan tingginya risiko terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan tidak jarang berakibat lu- Dari sikap responden saat kecelakaan di
ka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat. dalam tempat kerja terjadi, sebagian besar res-
Bahkan tidak jarang merenggut kecelakaan ponden termasuk kurang konsentrasi dengan
merenggut nyawa dan berakibat kematian apa yang sedang mereka kerjakan. Konsentrasi
(Suma’mur, 1996). mereka terpecah dengan urusan lain selain
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa urusan pekerjaan. Akibatnya, potensi bahaya
102
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
yang dapat mengancam keselamatannya tidak diperoleh bahwa sebagian besar responden
dapat dihindari. Sikap yang mengarah pada ke- merasa nyaman dengan keadaan suhu di tem-
celakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan pat mereka. Karena umumnya ventilasi atau
peraturan yang ada, kurangya pengetahuan pertukaran udara di tempat kerja lancar. Ha-
akan pekerjaan yang dikerjakan, bertindak atau nya 1 responden yang kurang nyaman dengan
melakukan pekerjaan di luar aturan yang ada, keadaan suhu yang ada, dikarenakan pekerjaan
kurang konsentrasi saat bekerja. yang dijalankan di dapur. Responden tersebut
Variabel perilaku adalah salah satu di merasa panas ketika kompor menyala (saat jam
antara faktor individual yang mempengaruhi masak berlangsung). Namun setelah selesai
tingkat kecelakaan. Meskipun kepribadian, memasak dan kompor-kompor padam, keada-
sikap karyawan, dan karakteristik individual an udara kembali nyaman. Suhu di tempat kerja
karyawan tampaknya berpengaruh pada ke- yang terlalu panas dapat menjadi faktor risiko
celakaan kerja, namun hubungan sebab akibat terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Karena
masih sulit dipastikan. Walaupun manusianya suhu yang dirasa tidak nyaman akan mempe-
telah berhati-hati, namun apabila lingkungan- ngaruhi kondisi fisik pekerja juga.
nya tidak menunjang (tidak aman) maka ke- Tempat kerja yang nyaman merupa-
celakaan dapat pula terjadi, begitu pula seba- kan salah satu faktor penunjang gairah kerja.
liknya. Oleh karena itulah diperlukan pedoman Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan
bagaimana bekerja yang memenuhi prinsip- menurunkan produktivitas kerja juga akan
prinsip keselamatan (Endroyono, 1989). membawa dampak negatif terhadap keselama-
Sikap atau perilaku akan berpengaruh tan dan kesehatan kerja (Santoso, 2004).
terhadap terjadinya suatu kecelakaan. Tergesa- Dari hasil penelitian diperoleh data ten-
gesa selalu dapat mendatangkan kecelakaan, tang kondisi penerangan di tempat kerja dida-
karena mereka cenderung tidak menghiraukan patkan bahwa seluruh responden berpendapat
bahaya yang ada disekitarnya maupun peratu- yang sama, yaitu merasa penerangan yang ada
ran yang ada. Sebaliknya, jika bekerja penuh di tempat kerja mereka sudah baik. Sebagian
dengan kehati-hatian, maka potensi untuk ter- besar tempat kerja responden cukup menggu-
jadinya kecelakaan sangatlah kecil. Dari hasil nakan bantuan cahaya matahari sebagai sum-
penelitian diperoleh bahwa 60% responden ber penerangan tempat kerja.
yang mengalami kecelakaan di luar tempat ker- Penerangan di tempat kerja adalah salah
ja mengaku tidak tergesa saat kecelakaan me- satu sumber cahaya yang menerangi benda-
nimpa mereka. benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja be-
Sebagian besar responden menyatakan serta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang
tempat kerja mereka bising meskipun kebi- perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting
singannya masih di bawah ambang batas yang untuk menghindari kecelakaan yang mungkin
ditentukan. Tingkat kebisingan sekecil apapun terjadi (Budiono, 2003).
dapat menimbulkan gangguan dalam peker- Dari hasil penelitian diperoleh sebagian
jaan. Karena dapat mengganggu konsentrasi besar kondisi lantai saat kecelakaan terjadi ada-
dan menghalangi komunikasi serta tidak dapat lah dalam keadaan licin. Licinnya lantai dika-
mendengar perintah ataupun peringatan ten- renakan karena percikan air, tercampurnya air
tang tanda bahaya dan sebagainya. Bunyi yang dengan busa sabun dan percikan minyak dan
ditimbulkan dari aktivitas produksi seperti air di dapur. Karena petugas kebersihan hanya
mesin produksi, jika tidak sesuai dengan am- membersihkan lantai setiap pagi, maka ceceran
bang batas yang ditentukan maka dapat meng- air, ceceran minyak dibiarkan berada di lantai
ganggu kenyamanan kerja sehingga potensi sampai tiba giliran untuk dibersihkan keesok-
terjadinya kecelakaan semakin besar. kan paginya. Hal inilah yang menjadi potensi
Ventilasi dan pengaturan suhu ruangan bahaya apabila karyawan kurang berhati-hati
dimaksudkan untuk mengurangi dampak saat menjalalankan aktivitas dapat menyebab-
LK3 dalam ruangan yang dapat menimbul- kan terjadinya kecelakaan. Tempat kerja yang
kan keletihan berlebih dan ketidaknyamanan memiliki alas atau lantai yang tergolong licin
bekerja (Salim, 2002). Dari hasil penelitian sangat mengancam atau membahayakan peker-
103
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
ja yang berada di tempat tersebut. Keadaan dengan letak mesin sangat menentukan kenya-
lantai yang licin dapat menyebabkan pekerja manan saat bekerja. Namun, jarak antara mesin
terpeleset jika mereka tidak sadar atau tidak dengan pekerja dapat menjadi sumber bahaya
mengetahui kalau sedang menginjak lantai bagi pekerja apabila pekerja posisi kerjanya
yang di atasnya terdapat ceceran atau tetesan langsung terhubung atau berjarak sangat dekat
minyak, air, maupun oli. dengan mesin yang sedang beroperasi dan tan-
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pa pelindung mesin.
dari informasi responden yang mengalami ke- Lingkungan kerja dapat dipandang se-
celakaan yang berhubung dengan mesin, men- cara makro dan secara mikro. Secara mikro
gatakan bahwa kondisi mesin yang digunakan adalah tempat-tempat kerja itu sendiri sebagai
sebagai alat produksi masih berfungsi dengan lingkungan kerja dari para pekerja, dan se-
baik. Dengan mesin dan alat mekanik, produk- cara makro adalah daerah sekitar sebagai ling-
si dan produktivitas dapat ditingkatkan. Selain kungan dari tempat kerja itu sendiri. Daerah
itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan lingkungan kerja secara makro dapat sampai
pekerjaan dapat lebih berarti (Suma’mur, 1996). beberapa kilometer tergantung dari gangguan
Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera yang ditimbulkan (Endroyono, 1989).
diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya ke- Salah satu dari beberapa faktor yang da-
celakaan kerja. pat menjadi penyebab kecelakaan diantaranya
Alat pelindung dan alat keselamatan adalah kondisi jalan saat kecelakaan terjadi. Ja-
pada mesin adalah semua alat yang dipasang lan yang rusak, berlubang, maupun licin akan
untuk melindungi pekerja dari bahaya lang- dapat menyebabkan kecelakaan jika kita tidak
sung maupun tidak langsung yang ada di sutu berhati-hati. Dari hasil penelitian diperoleh
instalasi. Alat-alat ini bertujuan untuk melin- bahwa, responden yang mengatakan bahwa
dungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan kondisi jalan masih bagus adalah sebesar 80%,
oleh mesin, proses ataupun bahan yang ada di 20% responden mengatakan jalan yang ia la-
instalasi (Salim, 2002). lui saat kecelakaan kondisinya berlubang. Ada
Dari hasil penelitian diperoleh res- pula yang mengatakan bahwa keadaan jalan
ponden yang mengalami kecelakaan karena menikung meskipun kondisinya masih baik.
mesin menyatakan bahwa saat ia mengalami
kecelakaan, mesin yang digunakan dalam pro-
ses produksi tidak ada pelindungnya. Sehingga Simpulan dan Saran
saat pekerja kurang berhati-hati dan lengah,
maka keselamatannya terancam dan terpo- Sebagian besar yaitu 90,9% kecelakaan
tonglah 3 ruas jari tangannya. Setelah ada ke- terjadi pada sampel usia di atas 50 tahun, de-
jadian kecelakaan, barulah pihak perusahaan ngan masa kerja di atas 30 tahun, belum per-
turun tangan untuk memberikan pelindung nah mengikuti pelatihan K3. Pada kecelakaan
pada mesin tersebut. dalam tempat kerja dapat ditarik simpulan
Mesin-mesin dan alat-alat diatur se- bahwa kecelakaan terjadi karena faktor alat
hingga cukup aman dan efisien untuk me- pelindung diri yang sudah tidak dipakai saat
lakukan pekerjaan dan mudah (Budiono, kecelakaan terjadi, konsentrasi terpecah de-
2003). Termasuk juga dalam tata letak dalam ngan urusan lain, keadaan lantai licin, tidak
menempatkan posisi mesin. Semakin jauh le- tersedianya pengaman mesin, dengan jenis ke-
tak mesin/posisi mesin dengan pekerja, maka celakaan berupa terpeleset.
potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan Dari hasil penelitian kecelakaan luar
akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi tempat kerja dapat disimpulkan bahwa kece-
jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi. lakaan banyak terjadi saat perjalanan menuju
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tempat kerja di pagi hari dengan jenis kecela-
resp onden merasa cukup nyaman dengan kaan adalah tertabrak oleh kendaraan lain, ke-
posisi kerja dengan jarak mesin yang ada. lainan berupa patah tulang dan keluhan ringan
Kenyaman ini muncul karena sudah terbiasa berupa memar, lecet dan pegal, kondisi jalan
dengan posisi kerja seperti itu. Posisi pekerja yang berlubang dan menikung menjadi penye-
104
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105
105