Anda di halaman 1dari 11

KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Eka Swaputri*

Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja mengganggu proses produk-
Diterima 11 September 2009
Disetujui 29 Oktober 2009
si sehingga menyebabkan kerugian perusahaan, maka perlu diketahui faktor
Dipublikasikan Januari 2010 risiko penyebab kecelakaan tersebut sehingga dapat dilakukan upaya pencega-
han. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko penyebab ke-
Keywords: celakaan di PT. Jamu Air Mancur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Work accidents
Work attitude
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah
PPE pekerja PT. Jamu Air Mancur yang mengalami kecelakaan kerja selama tahun
Training K3 2007 sebanyak 11 orang. Sampel berjumlah 10 orang. Perolehan data langsung
dari responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner
dan dokumen perusahaan. Teknik analisis data yaitu dengan menelaah hasil
perolehan data, reduksi data, dan membuat persentase. Berdasarkan hasil pe-
nelitian diperoleh faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja
di PT. Jamu Air Mancur tahun 2007 adalah: usia, masa kerja, pelatihan K3,
APD, sikap kerja, pelindung mesin, dan kondisi jalan yang dilalui.

Abstract
To prevent workplace accidents that disturbing production process, causing the
company’s losses, it is necessary to identifity risk factors that could cause the acci-
dent. The goal in this study was to determine risk factors associated with accidents
in the PT. Jamu Air Mancur. This study is a descriptive study with qualitative
case study approach. The population in this study were employees of PT. Jamu
Air Mancur who suffered occupational injuries during 2007 as many as 11 peo-
ple. Samples taken were amount of 10 peoples. Data were obtained directly from
respondents by using questionnaires and research instruments in the form of com-
pany documents. Data is analyzed by examining the results of data acquisition,
data reduction, and making the percentage. Based on research results, they were
obtained by the risk factors that could potentially lead to accidents in the PT. Jamu
Air Mancur in 2007, i.e.: age, period of employment, training K3, PPE, work at-
titude, engine protector, and the condition of the road.

© 2010 Universitas Negeri Semarang

*
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan Sudirman No. 2 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, 57111
Email: eswa.putri@gmail.com
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

Pendahuluan tersebut menurun sebesar 37,12 persen dalam


kurun waktu 4 tahun terakhir ini, sedangkan
Kesehatan dan keselamatan kerja te- pada tahun 2007 sebanyak 83.714 kasus dan
lah menjadi salah satu pilar penting ekonomi tahun 2008 turun sebesar 55,82% dari tahun
makro maupun mikro, karena keselamatan dan 2007 menjadi 36.986 kasus (BIKKB Riau, 2007,
kesehatan kerja tidak bisa dipisahkan dari pro- Himakesja, 2009).
duksi barang dan jasa (Bailey et al., 2007; Eng Salah satu perusahaan yang perlu men-
et al., 2009). Untuk itu perusahaan harus me- dapat perhatian terhadap kecelakaan kerja ada-
nekan risiko kecelakaan dan penyakit akibat lah PT. Jamu Air Mancur. Perusahaan ini me-
kerja, karena kecelakaan akan menyebabkan rupakan perusahaan global bergerak di bidang
kelambatan produksi, padahal ketepatan waktu manufacturing, khususnya dalam industri jamu.
dapat menghemat biaya yang besar, sebaliknya Di perusahaan ini terdapat tiga unit produksi
ketidaktepatan dalam memenuhi jadwal dapat yaitu unit jamu, kosmetik, dan ekstrak. Ma-
berakibat kerugian yang besar pada perusahaan sing-masing bagian mempunyai potensi terha-
dan pelanggan (Depnaker RI, 1996). dap bahaya untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Dalam setiap bidang kegiatan manusia Secara teknis proses produksi dimulai dari pe-
selalu terdapat kemungkinan terjadinya kece- milihan bahan baku, giling, ayak, bahan sete-
lakaan, tidak ada satu bidang kerjapun yang ngah jadi (halusan), mesin filling (pembung-
dapat memperoleh pengecualian (Eglite et al., kus), pengemasan, dan pengepakan.
2009). Kecelakaan dalam industri sesungguh- Meskipun kasus kecelakaan kerja di In-
nya merupakan hasil akhir dari suatu aturan donesia mengalami penurunan jumlah yang
dan kondisi kerja yang tidak aman (Hiel et al., cukup baik, namun di perusahaan ini terdapat
2000). Kecelakaan tidak terjadi kebetulan me- kenaikan jumlah kecelakaan kerja. Data lapo-
lainkan ada sebabnya, oleh karena itu kecela- ran kecelakaan kerja yang tersedia dapat dike-
kaan dapat dicegah asal kita cukup kemauan tahui bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja dari
untuk mencegahnya (Suma’mur, 1996). tahun 2003 sampai 2006 secara berturut-turut
Kecelakaan juga timbul sebagai hasil sebanyak 2003 sebanyak 4 kasus, 2004 seba-
gabungan dari beberapa faktor. Faktor yang nyak 9 kasus, 2005 sebanyak 3 kasus, 2006 se-
p a li ng utama adalah faktor perlatan teknis, banyak 7 kasus, tetapi pada tahun 2007 terdapat
lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri (ILO, kenaikan jumlah kasus yakni sebesar 11 kasus
1989). Menurut ILO, setiap tahun terjadi 1,1 kecelakaan kerja.
juta kematian yang disebabkan oleh karena pe- Untuk menanggulangi terjadinya ke-
nyakit atau kecelakaan akibat hubungan peker- celakaan kerja yang berakibat terganggunya
jaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 proses produksi sehingga menyebabkan keru-
juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian gian perusahaan, maka perlu diketahui faktor
karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, risiko penyebab kecelakaan tersebut sehingga
dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit dapat dilakukan upaya pencegahan (Bleuera et
akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahun- al., 2008). Bertolak dari latar belakang tersebut,
nya (Depkes RI, 2007). peneliti akan mendeskripsikan faktor-faktor
Meskipun telah mengalami penurunan penyebab kecelakaan kerja yang terjadi selama
jumlah, namun angka kecelakaan kerja di In- tahun 2007.
donesia masih menempati urutan tertinggi un-
tuk wilayah Asia Tenggara. Ini karena, lemah-
nya kesadaran dalam menerapkan keselamatan Metode
dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan-peru-
sahaan yang ada di Indonesia. Menurut data Jenis dan rancangan penelitian meng-
Depnakertrans RI tahun 2006, jumlah kasus gunakan metode deskriptif kualitatif dengan
kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2003 pendekatan yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 105.846 kasus, tahun 2004 sebanyak ini adalah pendekatan studi kasus. Dalam pe-
95.418 kasus, tahun 2005 sebanyak 96.081, dan nelitian ini, fokus penelitian berisi pokok kajian
tahun 2006 sebanyak 70.069 kasus. Jumlah yang meliputi: usia, jenis kelamin, masa kerja,

96
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

penggunaan APD, tingkat pendidikan, pe- itian ini adalah kuesioner untuk pengambilan
rilaku, pelatihan K3, peraturan K3, kebisingan, data dibutuhkan panduan kuesioner, karena
suhu, penerangan, lantai licin, kondisi mesin, kualitas penelitian tergantung pada apakah
ketersediaan alat pengaman mesin, serta letak peneliti dapat melakukan pendalaman setiap
mesin. pertanyaan yang diberikan oleh informan atau
Populasi dalam penelitian ini adalah ke- responden.
seluruhan pekerja PT. Jamu Air Mancur seba- Analisis data yang digunakan dalam
nyak 11 orang. Adapun teknik yang digunakan penelitian ini adalah dengan cara menelaah
dalam pengambilan sampel adalah secara pur- seluruh data yang tersedia dari hasil pan-
purposif (mengalami kecelakaan di tempat ker- duan kuesioner, melakukan reduksi data de-
ja dan di luar tempat kerja serta belum purna ngan cara membuat rangkuman inti, membuat
kerja). Sampel yang memenuhi syarat berjum- persentase.
lah 10 orang.
Instrumen yang digunakan dalam penel-

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)


Usia (Tahun)
≤ 30 1 10
31 – 40 2 20
41 – 50 2 20
> 50 5 50
Jumlah 10 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 7 70
Perempuan 3 30
Jumlah 10 100
Tingkat Pendidikan
SMK 1 10
SMA 2 20
SMP 6 60
SD 1 10
Jumlah 10 100
Masa Kerja (Tahun)
≤ 10 1 10
11 s/d 20 2 20
21 s/d 30 3 30
> 30 4 40
Jumlah 10 100
Jenis Kecelakaan
Dalam Tempat Kerja 5 50
Luar Tempat Kerja 5 50
Jumlah 10 100

97
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

Tabel 2. Sebaran Responden

Variabel Jumlah Persentase (%)


Keikutsertaan Mengikuti Pelatihan K3
Pernah 3 30
Belum Pernah 7 70
Jumlah 10 100
Pengadaan Pelatihan K3
Rutin 8 80
Tidak Rutin 2 20
Jumlah 10 100
Pemberi Pelatihan K3
Tim P2K3 10 100
Lain-lain 0 0
Jumlah 10 100
Peraturan K3
Ada 10 100
Tidak 0 0
Jumlah 10 100
Riwayat Kecelakaan
Riwayat Kecelakaan (dalam)
Terpeleset 2 40
Terpotong 1 20
Lain-lain 2 40
Jumlah 5 100
Riwayat kecelakaan (luar)
Tertabrak 2 40
Menabrak 1 20
Tabrakan 1 20
Terjatuh 1 20
Jumlah 5 100
Sifat Luka dan Letak Kelainan
Sifat luka (dalam)
Ngilu, Pegal 3 60
Luka Terbuka 1 20
Terpotongnya Jari 1 20
Jumlah 5 100
Sifat luka (luar)
Memar/Pegal/Lecet 3 60
Patah Tulang 2 40
Jumlah 5 100

98
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

Lanjutan Tabel 2

Variabel Jumlah Persentase (%)


Letak Kelainan
Letak kelainan (dalam)
Tangan dan Kaki 4 80
Lain-lain 1 20
Jumlah 5 100
Letak kelainan (luar)
Tangan dan Kaki 3 60
Lain-lain 2 40
Jumlah 5 100
Pemakaian APD
APD (dalam)
Memakai 3 60
Tidak Memakai 2 40
APD (luar) 5 100
Memakai 5 100
Tidak Memakai 0 0
Jumlah 5 100
Kenyamanan Memakai APD
APD (dalam)
Nyaman 5 100
Tidak Nyaman 0 0
Jumlah 5 100
APD (luar)
Nyaman 5 100
Tidak Nyaman 0 0
Jumlah 5 100
Sikap Saat Terjadi Kecelakaan
Sikap (dalam)
Hati-hati 2 40
Kurang Hati-hati 3 60
Jumlah 5 100
Sikap (luar)
Tidak Tergesa 3 60
Tergesa-gesa 2 40
Jumlah 5 100
Sikap Tergesa Saat Terjadi Kecelakaan
Sikap (dalam)
Tergesa-gesa 3 60
Tidak Tergesa 2 40
Jumlah 5 100
99
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

Lanjutan Tabel 2

Variabel Jumlah Persentase (%)


Sikap (luar)
Tergesa-gesa 3 60
Tidak Tergesa 2 40
Jumlah 5 100
Kebisingan di tempat kerja
Ya 4 80
Tidak 1 20
Jumlah 5 100
Kenyamanan suhu di tempat kerja
Ya 4 80
Tidak 1 20
Jumlah 5 100
Kondisi Penerangan Tempat Kerja
Baik 5 100
Kurang 0 0
Jumlah 5 100
Keadaan Lantai Saat Terjadi Kecelakaan
Licin 3 60
Tidak Licin 2 40
Jumlah 5 100
Kondisi Mesin/ Ketersediaan Alat Pengaman
Mesin/ Letak Mesin
Baik 1 20
Kurang Baik 0 0
Tidak Tahu 4 80
Jumlah 5 100
Ketersediaan Pengaman Mesin Saat Kecelakaan
Ada 0 0
Tidak 1 20
Tidak Tahu 4 80
Jumlah 5 100
Jarak Mesin Saat Terjadi Kecelakaan
Aman 1 20
Kurang Aman 0 0
Tidak Tahu 4 80
Jumlah 5 100
Kondisi Fisik Jalan
Baik 3 60
Kurang Baik 2 40
Jumlah 5 100

100
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

Hasil jangka waktu yang lama dan biasanya dilaku-


kan oleh suatu produksi yang besar (Budiono,
Hasil penelitian ditunjukan pada Tabel 1 2003). Sikap psikologis dan dan fisik dari se-
dan 2. seorang terhadap pekerjaan monoton akan sa-
ngat berpengaruh dimana pekerja yang bersi-
kap negatif dan acuh pada pekerjaannya dapat
Pembahasan mengalami bosan, apatis, dan mengantuk. Aki-
bat dari kepenatan atau keletihan dari peker-
Usia responden berada pada kisaran 28 jaan yang terlalu keras, orang yang melakukan
sampai 52 tahun. Responden yang mempu- pekerjaan monoton akan berkurang tingkat
nyai karakteristik usia paling banyak responden kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan
yang berusia lebih dari 50 tahun, yaitu ber- tersebut dengan jangka waktu tertentu (Budi-
jumlah 5 orang. Tidak diragukan lagi bahwa ono, 2003).
masalah usia dan pengalaman pekerja meru- Salah satu metode yang mampu mem-
pakan faktor kunci penyebab kecelakaan, tetapi berikan beberapa petunjuk tentang penyebab
harus diingat pula bahwa tingginnya usia tidak sesungguhnya dari berbagai kecelakaan dalam
otomatis dapat disamakan dengan banyaknya industri adalah metode klasifikasi. Terda-
pengalaman (ILO, 1989). pat banyak metode yang berbeda-beda untuk
Adanya perbedaan karakteristik baik mengklasifikasikan kecelakaan berdasarkan
pada wanita dan anak dengan tenaga kerja pria penyebabnya. Dalam beberapa hal klasifikasi
pada umumnya, menyebabkan perlunya pen- dilakukan berdasarkan lokasi kejadian, sedang-
dekatan yang berlainan (terutama pada faktor- kan sebagian lainnya mengklasifikasi dilaku-
faktor tertentu) dalam menghadapi masalah kan berdasar usulan-usulan yang disetujui oleh
yang mungkin timbul di lingkungan kerjanya Konferensi Ahli Statistik Pekerja Internasional
(Budiono, 2003). yang Pertama (First International Conference of
Pendidikan formal tertinggi responden Labour Statistician) yang diselenggarakan oleh
adalah SMP yaitu sebesar 60%. Karena jenis ILO (ILO, 1989).
pekerjaan yang dikerjakan umumnya tidak Berdasarkan keikutsertaan responden
memerlukan keahlian khusus. Tetapi semakin dalam mengikuti pelatihan K3 diperoleh bahwa
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka sebanyak 7 orang responden belum pernah
mereka cenderung untuk menghindari potensi mengikuti pelatihan K3. Hal ini dikarenakan
bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya ke- pelatihan K3 yang diadakan PT. Jamu Air Man-
celakaan. Pendidikan dan latihan yaitu usaha cur hanya diberikan pada karyawan laki-laki,
menanamkan prinsip keselamatan kerja pada itupun hanya diambil perwakilan tiap bagian.
pekerja dan calon pekerja. Pendidikan biasanya Jadi, tidak semua karyawan laki-laki pernah
diperuntukkan bagi siswa yang dipersiapkan ikut pelatihan K3 karena digilir. Menurut in-
sebagai tenaga kerja (preservice training). formasi dari responden diperoleh bahwa pelati-
Dalam hal ini keselamatan kerja dapat dima- han K3 yang diadakan di PT. Jamu Air Mancur
sukkan dalam kurikulum sekolah (Endroyono, kurang teratur. Hal ini terlihat dari keragaman
1989) jawaban yang diberikan oleh responden. Selu-
Responden yang mempunyai persentase ruh responden mengatakan bahwa yang mem-
terbesar dalam masa kerja yaitu responden berikan pelatihan K3 di PT. Jamu Air Mancur
yang telah bekerja di atas 30 tahun yaitu sebe- adalah P2K3.
sar 30% dari 10 responden, dimana tenaga ker- Pelatihan atau training K3 pada pekerja
ja ini tergolong lama sehingga kemungkinan memainkan peranan penting dalam pening-
jenuh atau bosan akan pekerjaan yang dilaku- katan kondisi kerja atau lingkungan kerja. Se-
kan semakin besar, karena mereka menger- cara subtansial, upaya meningkatkan K3 di tem-
jakan pekerjaan yang sama atau monoton se- pat kerja sering mengalami hambatan karena
tiap harinya. Pekerjaan monoton adalah suatu kurangnya kesadaran dari elemen yang terlibat.
kerja yang berhubungan dengan hal yang sama Untuk mengatasi hal itu, maka pelatihan K3
dalam periode waktu yang tertentu dan dalam bagi pekerja penting sekali dapat memfasilitasi

101
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

para karyawan dalam mendiagnosis masalah sebagian responden sudah tidak mengenakan
yang mungkin dihadapi dalam pekerjaan dan pelindung diri saat kecelakaan terjadi dan se-
mungkin dihadapi dalam pekerjaan dan seka- luruh responden mengenakan pelindung diri
ligus membantu mereka mencari solusi tebaik yang kurang sesuai dengan bahaya kerja yang
untuk mengatasinya (Konradus, 2006). ada. Mereka hanya mengenakan perlindungan
Peraturan perundangan adalah keten- seadanya yang disediakan dari perusahaan,
tuan-ketentuan yang mewajibkan mengenai seperti masker, slebrak, sandal jepit, topi. Meli-
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, hat dari kecelakaan yang terjadi, seharusnya
konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pe- pengamanan terhadap karyawan dengan pe-
ngawasan, pengujian dan cara kerja peralatan nyediaan perlindungan yang lebih sesuai de-
industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, ngan bahaya kerja perlu dilakukan. Keselama-
latihan, supervisi medis, P3K dan perawa- tan pekerja harus diprioritaskan, oleh karena
tan medis. Ada tidaknya peraturan K3 sa- itu perlu dipelajari langkah kerja dan alat-alat
ngat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan pelindung untuk menjaga keselamatan pekerja
kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat (Endroyono, 1989). Penggunaan alat pelindung
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya un- diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang di-
tuk mencegah dan mengurangi terjadinya ke- gunakan tenaga kerja untuk melindungi seba-
celakaan (Santoso, 2004). gian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
Dari kejadian kecelakaan dalam tempat bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara
kerja diperoleh bahwa kecelakaan umumnya sempurna dapat melindungi tubuhnya, teta-
terjadi di waktu setelah jam istirahat datang pi akan dapat mengurangi tingkat keparahan
atau setelah setengah hari kerja. Korban ter- yang mungkin terjadi (Budiono, 2003).
banyak adalah yang mengalami terpeleset saat Dari hasil penelitian diperoleh informasi
mencuci piring, gelas dan membasuh muka. bahwa perlindungan yang dipakai responden
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa saat mengalami kecelakaan, semua responden
sebagian besar responden yang mengalami ke- sudah mengenakan perlindungan. Agar lebih
celakaan luar tempat kerja, kecelakaan terjadi aman lagi, sebaiknya responden mengenakan
ketika mereka perjalanan berangkat menuju perlindungan yang lebih menjamin keselama-
tempat kerja. Kebanyakan responden menjadi tannya. Seperti penggunaan sarung tangan,
korban tertabrak oleh kendaraan lainnya. pelindung/tameng dada, masker wajah.
Dalam studi yang diadakan di Inggris, Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
ditemukan bahwa puncak kecelakaan lokal responden merasa nyaman dengan pelindung
terjadi sebelum waktu istirahat. Walaupun hal diri yang mereka pakai. Kenyamanan itu tim-
ini mungkin disebabkan oleh faktor kelelahan, bul karena mereka merasa tidak terganggu
tetapi mungkin juga karena pekerja memper- dengan memakai pelindung diri tersebut. Res-
cepat produksi pada saat-saat ini sebagai upaya ponden lain mengatakan karena sudah terbiasa
mengejar target sebelum istirahat (ILO, 1989). memakai, sehingga kenyamanan itu muncul
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa se- de ng an sendirinya. Ada pula yang berpen-
bagian besar letak kelainan terdapat pada ang- dapat karena suatu kewajiban, maka ia merasa
gota tubuh bagian atas, dan sifat luka terberat nyaman saat memakai pelindung diri. Setiap
adalah terpotongnya 3 jari tangan masing-ma- karyawan yang bekerja di tempat kerja dengan
sing 1 ruas. Berdasarkan hasil penelitian diper- potensi bahaya dan risiko kecelakaan besar di-
oleh informasi bahwa sifat luka yang paling se- haruskan memakai perlindungan yang dapat
rius berupa patah tulang. Lainnya berupa luka mengurangi potensi bahaya tersebut dan me-
atau keluhan ringan seperti memar, lecet, pegal. nekan tingginya risiko terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan tidak jarang berakibat lu- Dari sikap responden saat kecelakaan di
ka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat. dalam tempat kerja terjadi, sebagian besar res-
Bahkan tidak jarang merenggut kecelakaan ponden termasuk kurang konsentrasi dengan
merenggut nyawa dan berakibat kematian apa yang sedang mereka kerjakan. Konsentrasi
(Suma’mur, 1996). mereka terpecah dengan urusan lain selain
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa urusan pekerjaan. Akibatnya, potensi bahaya

102
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

yang dapat mengancam keselamatannya tidak diperoleh bahwa sebagian besar responden
dapat dihindari. Sikap yang mengarah pada ke- merasa nyaman dengan keadaan suhu di tem-
celakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan pat mereka. Karena umumnya ventilasi atau
peraturan yang ada, kurangya pengetahuan pertukaran udara di tempat kerja lancar. Ha-
akan pekerjaan yang dikerjakan, bertindak atau nya 1 responden yang kurang nyaman dengan
melakukan pekerjaan di luar aturan yang ada, keadaan suhu yang ada, dikarenakan pekerjaan
kurang konsentrasi saat bekerja. yang dijalankan di dapur. Responden tersebut
Variabel perilaku adalah salah satu di merasa panas ketika kompor menyala (saat jam
antara faktor individual yang mempengaruhi masak berlangsung). Namun setelah selesai
tingkat kecelakaan. Meskipun kepribadian, memasak dan kompor-kompor padam, keada-
sikap karyawan, dan karakteristik individual an udara kembali nyaman. Suhu di tempat kerja
karyawan tampaknya berpengaruh pada ke- yang terlalu panas dapat menjadi faktor risiko
celakaan kerja, namun hubungan sebab akibat terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Karena
masih sulit dipastikan. Walaupun manusianya suhu yang dirasa tidak nyaman akan mempe-
telah berhati-hati, namun apabila lingkungan- ngaruhi kondisi fisik pekerja juga.
nya tidak menunjang (tidak aman) maka ke- Tempat kerja yang nyaman merupa-
celakaan dapat pula terjadi, begitu pula seba- kan salah satu faktor penunjang gairah kerja.
liknya. Oleh karena itulah diperlukan pedoman Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan
bagaimana bekerja yang memenuhi prinsip- menurunkan produktivitas kerja juga akan
prinsip keselamatan (Endroyono, 1989). membawa dampak negatif terhadap keselama-
Sikap atau perilaku akan berpengaruh tan dan kesehatan kerja (Santoso, 2004).
terhadap terjadinya suatu kecelakaan. Tergesa- Dari hasil penelitian diperoleh data ten-
gesa selalu dapat mendatangkan kecelakaan, tang kondisi penerangan di tempat kerja dida-
karena mereka cenderung tidak menghiraukan patkan bahwa seluruh responden berpendapat
bahaya yang ada disekitarnya maupun peratu- yang sama, yaitu merasa penerangan yang ada
ran yang ada. Sebaliknya, jika bekerja penuh di tempat kerja mereka sudah baik. Sebagian
dengan kehati-hatian, maka potensi untuk ter- besar tempat kerja responden cukup menggu-
jadinya kecelakaan sangatlah kecil. Dari hasil nakan bantuan cahaya matahari sebagai sum-
penelitian diperoleh bahwa 60% responden ber penerangan tempat kerja.
yang mengalami kecelakaan di luar tempat ker- Penerangan di tempat kerja adalah salah
ja mengaku tidak tergesa saat kecelakaan me- satu sumber cahaya yang menerangi benda-
nimpa mereka. benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja be-
Sebagian besar responden menyatakan serta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang
tempat kerja mereka bising meskipun kebi- perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting
singannya masih di bawah ambang batas yang untuk menghindari kecelakaan yang mungkin
ditentukan. Tingkat kebisingan sekecil apapun terjadi (Budiono, 2003).
dapat menimbulkan gangguan dalam peker- Dari hasil penelitian diperoleh sebagian
jaan. Karena dapat mengganggu konsentrasi besar kondisi lantai saat kecelakaan terjadi ada-
dan menghalangi komunikasi serta tidak dapat lah dalam keadaan licin. Licinnya lantai dika-
mendengar perintah ataupun peringatan ten- renakan karena percikan air, tercampurnya air
tang tanda bahaya dan sebagainya. Bunyi yang dengan busa sabun dan percikan minyak dan
ditimbulkan dari aktivitas produksi seperti air di dapur. Karena petugas kebersihan hanya
mesin produksi, jika tidak sesuai dengan am- membersihkan lantai setiap pagi, maka ceceran
bang batas yang ditentukan maka dapat meng- air, ceceran minyak dibiarkan berada di lantai
ganggu kenyamanan kerja sehingga potensi sampai tiba giliran untuk dibersihkan keesok-
terjadinya kecelakaan semakin besar. kan paginya. Hal inilah yang menjadi potensi
Ventilasi dan pengaturan suhu ruangan bahaya apabila karyawan kurang berhati-hati
dimaksudkan untuk mengurangi dampak saat menjalalankan aktivitas dapat menyebab-
LK3 dalam ruangan yang dapat menimbul- kan terjadinya kecelakaan. Tempat kerja yang
kan keletihan berlebih dan ketidaknyamanan memiliki alas atau lantai yang tergolong licin
bekerja (Salim, 2002). Dari hasil penelitian sangat mengancam atau membahayakan peker-

103
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

ja yang berada di tempat tersebut. Keadaan dengan letak mesin sangat menentukan kenya-
lantai yang licin dapat menyebabkan pekerja manan saat bekerja. Namun, jarak antara mesin
terpeleset jika mereka tidak sadar atau tidak dengan pekerja dapat menjadi sumber bahaya
mengetahui kalau sedang menginjak lantai bagi pekerja apabila pekerja posisi kerjanya
yang di atasnya terdapat ceceran atau tetesan langsung terhubung atau berjarak sangat dekat
minyak, air, maupun oli. dengan mesin yang sedang beroperasi dan tan-
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pa pelindung mesin.
dari informasi responden yang mengalami ke- Lingkungan kerja dapat dipandang se-
celakaan yang berhubung dengan mesin, men- cara makro dan secara mikro. Secara mikro
gatakan bahwa kondisi mesin yang digunakan adalah tempat-tempat kerja itu sendiri sebagai
sebagai alat produksi masih berfungsi dengan lingkungan kerja dari para pekerja, dan se-
baik. Dengan mesin dan alat mekanik, produk- cara makro adalah daerah sekitar sebagai ling-
si dan produktivitas dapat ditingkatkan. Selain kungan dari tempat kerja itu sendiri. Daerah
itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan lingkungan kerja secara makro dapat sampai
pekerjaan dapat lebih berarti (Suma’mur, 1996). beberapa kilometer tergantung dari gangguan
Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera yang ditimbulkan (Endroyono, 1989).
diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya ke- Salah satu dari beberapa faktor yang da-
celakaan kerja. pat menjadi penyebab kecelakaan diantaranya
Alat pelindung dan alat keselamatan adalah kondisi jalan saat kecelakaan terjadi. Ja-
pada mesin adalah semua alat yang dipasang lan yang rusak, berlubang, maupun licin akan
untuk melindungi pekerja dari bahaya lang- dapat menyebabkan kecelakaan jika kita tidak
sung maupun tidak langsung yang ada di sutu berhati-hati. Dari hasil penelitian diperoleh
instalasi. Alat-alat ini bertujuan untuk melin- bahwa, responden yang mengatakan bahwa
dungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan kondisi jalan masih bagus adalah sebesar 80%,
oleh mesin, proses ataupun bahan yang ada di 20% responden mengatakan jalan yang ia la-
instalasi (Salim, 2002). lui saat kecelakaan kondisinya berlubang. Ada
Dari hasil penelitian diperoleh res- pula yang mengatakan bahwa keadaan jalan
ponden yang mengalami kecelakaan karena menikung meskipun kondisinya masih baik.
mesin menyatakan bahwa saat ia mengalami
kecelakaan, mesin yang digunakan dalam pro-
ses produksi tidak ada pelindungnya. Sehingga Simpulan dan Saran
saat pekerja kurang berhati-hati dan lengah,
maka keselamatannya terancam dan terpo- Sebagian besar yaitu 90,9% kecelakaan
tonglah 3 ruas jari tangannya. Setelah ada ke- terjadi pada sampel usia di atas 50 tahun, de-
jadian kecelakaan, barulah pihak perusahaan ngan masa kerja di atas 30 tahun, belum per-
turun tangan untuk memberikan pelindung nah mengikuti pelatihan K3. Pada kecelakaan
pada mesin tersebut. dalam tempat kerja dapat ditarik simpulan
Mesin-mesin dan alat-alat diatur se- bahwa kecelakaan terjadi karena faktor alat
hingga cukup aman dan efisien untuk me- pelindung diri yang sudah tidak dipakai saat
lakukan pekerjaan dan mudah (Budiono, kecelakaan terjadi, konsentrasi terpecah de-
2003). Termasuk juga dalam tata letak dalam ngan urusan lain, keadaan lantai licin, tidak
menempatkan posisi mesin. Semakin jauh le- tersedianya pengaman mesin, dengan jenis ke-
tak mesin/posisi mesin dengan pekerja, maka celakaan berupa terpeleset.
potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan Dari hasil penelitian kecelakaan luar
akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi tempat kerja dapat disimpulkan bahwa kece-
jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi. lakaan banyak terjadi saat perjalanan menuju
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tempat kerja di pagi hari dengan jenis kecela-
resp onden merasa cukup nyaman dengan kaan adalah tertabrak oleh kendaraan lain, ke-
posisi kerja dengan jarak mesin yang ada. lainan berupa patah tulang dan keluhan ringan
Kenyaman ini muncul karena sudah terbiasa berupa memar, lecet dan pegal, kondisi jalan
dengan posisi kerja seperti itu. Posisi pekerja yang berlubang dan menikung menjadi penye-

104
Eka Swaputri / KEMAS 5 (2) (2010) 95-105

bab kecelakaan. ume XXIX No. 4. Jakarta: Depnaker


Saran yang dapat diberikan adalah: bagi Eglite, M.E., Zvagule, T.J., Rainsford, K.D., Reste,
perusahaan diharapkan menyediakan manual J.D., Urbakova, E.V.C. and Kurjane, N.N.
Sistem Manajemen K3 yang mudah didapat 2009. Clinical Aspects of The Health Distur-
bances in Chernobyl Nuclear Power Plant
oleh semua personil, melaksanaan pelatihan
Accident Clean-Up Workers (Liquidators)
K3, penyebaran informasi K3 hendaknya lebih From Latvia. Inflammopharmacol. 17: 163–
ditingkatkan, mengontrol dan memperbaiki 169
sarana prasarana yang telah menjadi penyebab Endroyono, B. 1989. Keselamatan Kerja untuk
terjadinya kecelakaan kerja dan tempat-tempat Teknik Bangunan. Semarang: IKIP Semarang
yang berpotensi besar untuk terjadinya kecela- Press
kaan kerja tersebut, seperti kondisi lantai dan Eng, A.A.G., Prims, J., Eng, G.L.L.R.G., Weyns, D.,
kondisi mesin. Mahieu, P. and Audenaert, E. 2009. Evalua-
tion and Economic Impact Analysis of Dif-
ferent Treatment Options for Ankle Distor-
Daftar Pustaka tions in Occupational Accidents. Journal of
Evaluation in Clinical Practice 16: 933–939
Bailey, T.C., Cordeiro, R. and Lourenc, R.W. 2007. Hiel, N., Kentner, M., Mattik, T.K.U. and Schack, A.
Semiparametric Modeling of the Spatial Dis- 2000. Future Structures of Industrial Work:
tribution of Occupational Accident Risk in Management of Occupational Safety and Oc-
the Casual Labor Market, Piracicaba, South- cupational Health. Position of Management
east Brazil. Risk Analysis, 27 (2) and Labour and The Accident Insurance of
BIKKB Riau. 2007. Kecelakaan Tenaga Kerja di In- The Chemical Industry. Int Arch Occup Envi-
donesia Terjadi Penurunan hingga 37,12 ron Health, 73 (Suppl): S79±S89
Persen, (http://bikkb.riau.go.id), diakses 29 Himakesja. 2009. Kecelakaan Kerja Meningkat.
Agustus 2007 (http://himakesja.wordpress.com),diakses 12
Bleuera, J.P., Böschb, K., Christian, A., Gmbh, L.H., Mei 2009
Berne, Switzerland, Suva, Lucerne and Swit- ILO. 1989. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Pus-
zerland. 2008. InWiM: Knowledge Manage- taka Binaman Prestindo
ment for Insurance Medicine. Medical and Konradus, D. 2006. Keselamatan dan Kesehatan Ker-
Care Compunetics, 5 ja, Jakarta: Litbang Danggur & Patners
Budiono, A.M.S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Salim, E. 2002. Green Company. Jakarta: PT. Astra
KK, Semarang: BP UNDIP Internasional Tbk
Depkes RI. 2007. Kecelakaan di Industri. (http:// Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Ke-
www.depkes.go.id), diakses 29 Agustus 2007 sehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka
Depnaker RI. 1996. Indonesian Journal of Industrial Suma’mur, P.K. 1996. Higene Perusahaan dan Ke-
Hygiene Occupational Health and Safety Vol- sehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung

105

Anda mungkin juga menyukai