Anda di halaman 1dari 7

Paper Manajemen Marikultur

BUDIDAYA TERIPANG (Holothuroidea) DENGAN TEKNIK FISSION

Disusun Oleh:

Nama : Hafanie F. Qardhawiy

NIM : 1911102010123

Mata Kuliah : Manajemen Marikultur

Kelas : 02

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH, 2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan paper dengan judul “Budidaya Teripang dengan Teknik Fission” ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan paper yang menjadi tugas mata kuliah
Manajemen Marikultur dengan judul “Budidaya Teripang dengan Teknik Fission”. Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan laporan ini berlangsung sehingga dapat terselesaikanlah paper ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap paper ini agar kedepannya dapat kami
perbaiki. Karena kami sadar, paper yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Banda Aceh, Mei 2021

Penulis

i
BAB I PENDAHULUAN

Teripang merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi dan sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan kandungan gizi yang
cukup tinggi dan obat-obatan. Maka dari itu banyak sudah banyak sekali orang yang melakukan
budidaya teripang ini.

Usaha budidaya pembesaran teripang membutuhkan benih yang mencukupi. Benih dapat
diperoleh dari alam secara langsung atau melalui usaha pembenihan dengan benih yang diproduksi
melalui reproduksi seksual (perkawinan) atau produksi benih secara aseksual.

Biasanya pembudidaya teripang mendapat benih dari alam. Namun kesediaan benih masih
sangat kecil karena sangat sulit untuk mendapatkan benih dari alam sehingga yang dibudidaya adalah
sisa hasil tangkapan yang ukurannya masih terlalui kecil. Walaupun teknik pembenihan telah dikuasai
namun hasil produksi benih dan individu ukuran konsumsi masih rendah. Hal ini karena keberadaan
gonad pada tingkat kematangan gonad jantan dan betina yang sama dan siap dipijahkan sulit
didapatkan. Kelangsungan hidup benih juga masih terlalu kecil (<10%) pertumbuhan yang lambat,
ukuran yang dihasilkan kecil, dan adaptasi terhadap lingkungan rendah sehingga menambah
kelemahan aplikasi reproduksi seksual pada usaha budidayateripang. Selain itu usaha pembenihan
melalui reproduksi seksual juga sangat tergantung pada musim dimana induk hanya dapat matang
gonad pada musim tertentu.

1
BAB II PEMBAHASAN

Teripang mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual. Fission, sebagai cara
reproduksi aseksual, adalah kemampuan alami teripang untuk membelah tubuhnya menjadi dua
bagian (anterior dan posterior) dan tiap bagian tersebut akan beregenerasi menjadi individu yang baru.
Jenis teripang yang mampu melakukan fission disebut sebagai fissiparous holothurians. Faktor
penyebab terjadinya fission pada teripang di alam antara lain karena gagalnya reproduksi seksual,
euthrofikasi, kelaparan dan kekeringan selama masa surut rendah yang lama.

Stimulasi fission dilakukan dengan metode Purwati dan Dwiono, yaitu mengikat teripang
dengan karet pentil pada posisi 1/3 bagian anterior tubuh teripang. Setelah diikat teripang uji
diletakkan dalam keranjang perlakuan, yaitu keranjang plastik berukuran 20x40x10 cm3 yang
dibungkus dengan jaring, dengan celah/bukaan untuk memasukan dan mengeluarkan teripang. Di tiap
ujung sisi dasar diikatkan pemberat (batu) agar wadah terendam dalam air laut. Pada sisi atas
keranjang diberi tali untuk diikatkan pada kayu di bagian atas karamba tancap. Wadah perlakukan
akan tetap terendam pada saat surut terendah.

Pengamatan proses fission pada tiap individu teripang harus tetap dilakukan setelah dilakukan
stimulasi. Hasil stimulasi fission ditandai dengan pemisahan bagian anterior (A) dan posterior (P).
Setelah mengalami fission teripang dipelihara dalam karamba tancap (karamba dengan dasar berada
di dasar perairan). Dasar karamba diisi dengan substrat lumpur dan ditanami lamun Thallasia sp. dan
rumput laut Padina sp.

Proses regenerasi dari teknik fission adalah penutupan luka, regenerasi, serta pembentukan
mulut atau anus baru. Pada saat teripang telah mulai beregenerasi, teripang hasil fission dipindah
dalam karamba tancap dan kemudian dipelihara.

Jika teknik fission diterapkan dalam proses reproduksi maka akan menambah jumlah stock
populasi yang berpotensi untuk dipanen,. Produksi tersebut menghasilkan kelulushidupan teripang
mencapai 60–70%. Hasil produksi tersebut memberikan kemungkinan produksi setahun 2 ( dua ) kali
panen. Hal ini meningkat sebelum teknologi tepat guna ini diperkenalkan, dimana produksi teripang
hanya tergantung dari populasi di alam yang semakin menipis.

Bila ditinjau kembali, apabila nelayan penangkap teripang hanya memperoleh ukuran yang
lebih kecil, maka akan memiliki nilai jual yang rendah, namun demikian apabila nelayan teripang
tersebut menaruh hasil tangkapannya di karamba dan melakukan teknik fission tersebut maka hasilnya
menjadi dua kali lipat dan apabila dipelihara selama 6 bulan, maka nelayan teripang tersebut akan
memiliki nilai tambah jual yang tinggi.

2
Sajauh ini belum ditemukan kendala dalam melakukan teknik fission dalam budidaya teripang.
Walaupun memiliki banyak keuntungan dalam bisnis budidaya teripang ini, ada juga beberapa
kendala secara umum yang harus diketahui oleh para pembudidaya. Kendala yang dimaksud antara
lain:
 Teripang termasuk jenis hewan laut yang mengandung banyak air, hal ini membuatnya sangat
riskan atau memiliki risiko tinggi terhadap himpitan.

 Serangan hama penyakit juga merupakan kendala yang dapat terjadi kapan saja. Hama yang
biasa menyerang adalah kepiting dan bulu babi. Serangan ini tentu dapat dicegah dengan
memastikan kurungan tidak memiliki lubang yang memungkinkan untuk hama-hama tersebut
masuk ke kawasan budidaya.

3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah dengan penerapan teknologi produksi benih
dengan teknik ”fission”, teknik ini merupakan alternatif pemecahan masalah produksi benih dimana
selama ini benih diambil dari alam, sehingga lebih menjaga kelestarian sumberdaya teripang.

4
DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/pdf/234032629.pdf. (n.d.).

Purwati, P. d. (2005). Kondisi perikanan teripang di Indonesia. In: Wahyu, B.S. (Ed.), . Surabaya.:
PIT ISOI II,.

Widianingsih, D. (2003). Potensi Teripang Di Kepulauan Karimunjawa. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Undip. 35 hal.

Anda mungkin juga menyukai