TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Regional
Pulau Muna merupakan bagian dari mandala Buton, berdasarkan peta geologi
koral, serta memperlihatkan undak-undak pantai purba dan topografi karst. Kawasan
Secara litostatigrafi dapat dibedakan atas dua formasi yaitu formasi Mukito dan
formasi Wapulaka,dimana formasi mukito adalah formasi tertua berumur Trias Awal
menempati 5% dari total wilayah luas Pulau Muna yang jenis litilogi sekis dan filit.
Formasi Wapulaka menempati lebih dari 85% dari total wilayah Pulau Muna dengan
dkk. 1995).
Secara keseluruhan, sebaran formasi ini hanya kira-kira 5%. Pada Pulau
Buton, Formasi ini pun tersebar sangat terbatas, kurang dari 3% luas Pulau Buton.
Sebaran utama yang menempati hampir lebih dari 85% Pulau Muna adalah Formasi
batugamping pasiran bersifat pejal dan keras dan batulempung yang bersifat lunak.
Berdasarkan kepada sifat-sifat batugamping yang beragam. Sihwanto (1994)
membagi Formasi Wapulaka ke dalam dua fasies, yaitu fasies batugamping pasiran,
batupasir gampingan dan lempung yang menempati bagian barat laut, dan fasies
menempati tepi-tepi pantai terutama di bagian barat, baratlaut dan timurlaut dimana
Raha menunjukkan satuan aluvium juga merupakan teras pantai. Elevasi yang
terukur menunjukkan permukaan teras yakni 12 m dari muka laut. Gawir teras
Kota Raha. Berbeda dengan tetangganya Pulau Buton yang memiliki struktur
geologi yang kompleks kompleks, Pulau Muna dipetakan tanpa struktur geologi.
Melihat bentuk pulaunya, ada kemungkinan batuan dasar di Pulau Muna pun
analisis kelurusan peta dari SRTM, arah utama pengontrol struktur pada endapan
Struktur batuan dasar diperkirakan tidak menerus dan tidak mematahkan batuan
1. Geomorfologi Regional
Daerah penelitian termasuk dalam Lembar Geologi Buton. Davidson (1991)
membagi tiga zona fisiografi dan geomorfologi Lembar Geologi Buton. pertama
Zona Buton bagian utara, yang didominasi oleh dataran rendah dan punggungan
pantai berbentuk tapal kuda dengan dikelilingi gunung-gunung sepanjang utara, barat,
dan timur dimana trend umum pegunungan tersebut barat-laut-tenggara. Zona selatan
terdiri dari lembah dan pegunungan berarah timur laut, kemudian ditandai dengan
Buton bagian tengah, didominasi oleh deretan pegunungan lebar dibentuk dari
kearah utara, sedangkan sepanjang pantai barat terdiri dari topografi dengan relief
rendah yang berarah timur-laut. Daerah penelitian ini termasuk dalam zona buton
bagian tengah dengan elevasi 100-200 mdpl. Ketiga Zona Buton bagian selatan,
terdiri dari topografi yang berupa lembah dan bukit dengan trend arah timurlaut,
teras-teras terumbu yang terangkat dan topografi karst yang berupa haystack
rataan, terutama Pulau Muna bagian barat. Sedangkan keadaan geografi yang
topografi pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata- rata
bagian selatan terdiri dari tanah pedosolik merah dan kuning. Geomorfologi
mandala Buton. Hal ini di perkuat setelah ia memperoleh data gaya berat dan
seismik untuk mandala Buton yang diperoleh dari pengukuran seismik dan gaya
berat di Pulau Buton dan Muna, pada mandala ini batuan karbonat tersingkap luas
daerah penelitian masuk dalam Formasi Wapulaka. Formasi Wapulaka terdiri dari
pengendapan laut dangkal, neritik dalam dan terumbu. Formasi ini merupakan
formasi termuda yang berumur Pleistosen. Kolom stratigrafi regional lembar Buton-
Secara stratigrafi, lembar Muna-Buton dari tua ke muda terdiri atas formasi :
a. Formasi Doole
atas kuarsit mikaan berselingan filit dan batusabak. Tebal formasi ini beberapa ratus
b. Formasi Winto
Buton termasuk kedalam formasi Triasik Winto. Terdiri dari lapisan timbunan
formasi Winto, dalam air dangkal-agak dalam. Formasi ini berumur Trias Tengah.
c. Formasi Ogena
minimum pada formasi Ogena adalah 500 m di Buton Selatan dan diperkirakan 1000
m di Buton Utara. Litologinya terdiri dari batugamping berlapis baik dari interkalasi
serpih tipis. Batugamping di Buton Utara mengandung Rijang dalam jumlah kecil.
d. Formasi Rumu
Lokasinya-tipenya berada di sungai Rumu Buton Teggara. Formasi Rumu terdiri atas
meter hingga lebih dari 10 meter, tebal lapisan kalkarenit kurang dari 1 meter.
Formasi ini berumur Jura Akhir dan terendapkan dalam lingkungan neritik dalam
e. Formasi Tobelo
f. Formasi Tondo
Fasies batugamping Tondo diinterprestasi terbentuk pada kondisi paparan.
unit fasies klastik. Napal, kalkarenit, dan batugamping terumbu yang menutupi
Fasies klastik kasar formasi Tondo terdiri dari terutama konglomerat. Fasies
klastik Formasi Tondo diinterprestasi terutama sebagian himpunan kipas turbidit laut
dalam. Struktur sedimen yang umum adalah sekuen menghalus keatas, graded
bedding.
Batupasir. Semua sedimen ini berlaminasi tipis, urai, dan mengandung lapisan tipis
karbonatan dan hancuran tumbuhan. Batupasirnya berbutir halus dan tersemen baik.
selama pengendapan di neritik luar sampai batial atas pada miosen Akhir. Formasi ini
g. Formasi Sampolakosa
mungkin akibat erosi dan penurunan lokal pada tinggian purba. Bagian dasar dari
puncak terumbu ditutupi oleh Napal mengandung foram bentonik spesies paparan
h. Formasi Wapulaka
Terdiri dari Batugamping terumbu dicirikan sering membentuk teras-teras dan
hasil dari pengangkatan terakhir pada blok sesar yang diendapkan pada lingkungan
pengendapan laut dangkal, neritik dalam, dan terumbu atau dekat terumbu. Formasi
beberapa struktur sesar yang terdiri atas sesar naik dan sesar normal, serta sesar
terlihat bahwa seluruh formasi yang ada mengalami perlipatan dengan sudut
kemiringan lapisan batuan di bagian Timur relatif lebih terjal dibanding dengan di
bagian Barat. Sesar mendatar umumnya dijumpai di bagian Selatan dan memotong
formasi Winto, formasi Tondo, dan formasi Sampolakosa. Arah sesar mendatar
sesar normal merupakan struktur yang terbentuk paling akhir sebagai struktur patahan
pengendapan sedimen laut terbuka diikuti dengan neogen collision. Pada lapisan
berumur trias di intrusi dike batuan beku dan menandakan awal dari rifting,
Periode transisi menuju pada lingkungan laut terbuka dengan sedimentasi pada
pasif margin terjadi pada pertengahan sampai Akhir Jura hasil pengendapan klastik-
klastik syn orogenic pada cekungan neogen merupakan hasil dari erosi 15 dan sesar
naik yang berarah Timur akibat pengangkatan lapisan berumur Trias sampai
Oligosen.
bagian Selatan menghasilkan pengangkatan dan erosi dari klastik-klastik syn orogenic
dari Pulau Buton-Muna tidak mempengaruhi bagian Utara Pulau Buton sampai
pertengahan Miosen. Pada akhir pertengahan Miosen sampai Akhir Miosen terjadi
pertengahan Miosen terjadi sistem sesar geser utama (Kioko) yang memapaskan
sedimen dari dua lingkungan yang berbeda. Pada lima juta tahun yang lalu terjadi
perubahan deformasi dan gaya struktural yang disebabkan oleh zona subduksi Buton
terhadap Muna serta Buton terhadap Tukang Besi. Collision antara Buton dengan
Tukang Besi terekam pada lapisan berumur Akhir Pliosen, collision oblique ini
transpressive strike-slip terhadap mikroplate Tukang Besi dan Muna, lempeng Buton
bergerak ke arah Utara. Orientasi en-echelon wrench fault dengan orientasi Timur
laut yang berhubungan dengan antiklin pada selat Buton mengindikasikan 16 bahwa
terjadi pengaktifan kembali paleo suture zone, pergerakan utamanya sinistral strike-
slip.
Kompresi regional maksimum, sesar anjakan, dan pengangkatan di Buton
Tenggara berlanjut hingga Miosen Akhir tetapi sudah tidak intesif. Kompresi tersebut
mengakibatkan pengaktifan kembali sesar minor pada sesar anjakan yang curam dan
dan deformasi yang signifikan terjadi sekitar 5 jtl. Perubahan ini menghubungkan
zona subduksi awal, akresi Buton ke Muna/Sulawesi Tenggara, dan pergeseran zona
subduksi kearah Timur antara Pulau Buton dan Tukang Besi. Efek awal dari
dan dip-slip pada sesar yang curam dengan adanya pengangkatan dan penujaman
yang terlokalisir (Davidson, 1991). Kompresi oblique dan asosiasi dengan strike-slip
B. Dasar Teori
1. Geomorfologi Karst
(Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos
yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan
umum) ataupun parametris misalnya dari kriteria persen lereng. Klasifikasi BMB
pada prinsipnya adalah klasifikasi pada peta berskala dasar 1:25.000 dan didasarkan
kepada deskriptif gejala-gejala geologis, baik diamati melalui peta topografi, foto
udara, maupun citra satelit, ataupun dari pengamatan morfologi langsung di lapangan
(Brahmantyo dkk, 2016). Klasifikasi BMB membagi bentang alam ke dalam 9 kelas
Gambar 10. Bentang alam dataran sungai dan danau klasifikasi BMB (Brahmantyo
dan Bandono,2006)
Gambar 11. Bentang alam dataran pantai, delta, dan laut klasifikasi BMB
(Brahmantyo dan Bandono,2006)
Gambar 12. Bentang alam gurun klasifikasi BMB (Brahmantyo dan Bandono, 2006)
Gambar 13. Bentang alam glasial klasifikasi BMB (brahmantyo dan Bandono,2006)
Karst adalah suatu bentang alam yang khas dari muka bumi maupun bawah
permukaan yang terutama dibentuk oleh pelarutan pengendapan batuan karbonat oleh
aliran air tanah. Proses pelarutan tersebut umumnya dibarengi dengan oleh proses-
proses lainnya seoerti runtuhan, transport dalam bentuk larutan melalui saluran bawah
berlangsung selama jutaan tahun dan akhirnya menghasilkan kondisi bentang alam
batugamping dan dolomit mudah terlarutkan oleh air. Pelarutan yang terjadi secara
terus menerus, pada akhirnya menciptakan bentukan alam yang sangat seragam.
Bentang alam yang terlihat diatas permukaan dapat disebut dengan eksokarst, yaitu
karstifikasi yang terjadi diatas permukaan yang dikotrol dari pelarutan secara lateral
oleh muka air tanah yang sangat dangkal, sedangkan bentangalam yang terlihat
membagi klasifikasi karst berdasarkan kepada rasio antara diameter (d) dengan tinggi
(a) bukit karst. dari hasil pembagian itu, balazs membagi menjadi empat tipe yaitu:
1. Tipe Yangzhou d/a <1,5 dikenal sebagai karst mogote atau karst Menara. Di
Indonesia contoh paling baik adalah pada kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi
3. Tipe Gunugsewu d/a 3-8 dikenal sebagai bukit pepino, umumnya berbentuk kubah
yang membulat. Sesuai dengan penciri tioenya, contoh terbaik di Indonesia adalah
Barat.
4. Tipe Tual d/a >8 bukit karst umumnya sangat landau sehingga secara pengamatan
sekilas tidak memperlihatkan sebagai bukit karst, selain di Tual Maluku contoh
2. Petrografi
Petrografi adalah ilmu pemerian dan mengelompokkan batuan. Pengamatan
secara seksama pada sayatan tipis pada batuan dilakukan di bawah mikroskop
lapangan. Pada pemerian petrografi, akan diamati mineral penyusun batuan, dan
batuan selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama proses pembentukan
batuan (Williams,1954).