Kami haturkan kpuji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan sekuruh
potensi ke khalifahannya kepada kita semu, semoga mandate ke khalifahan itu mampu
diimplementasikan dalam ruang gerak kita sehari-hari.
Modul ini merupakan sebuah ikhtiar untuk kita khususnya MAPABA Rayon
“Liberalis” Averrous yang kita cintai ini.banyak hal yang melatar belakangi terbitrnya
modul ini antara lain : para anggota yang lupa akan materi materinya pasca MAPABA
nanti bisa menelaah kembali
Kami sadar, modul ini jauh dari kata kesempurnaan yang tentu masih
membutuhkan saran dan kritik dari sahabat-sahabat semuanya dengan harapan kaderisasi
organisasi ini menjadi lebih baik. Setidaknya hadirnya modul ini memberikan wawasan
serta pengetahuan terhadap para sahabat sahabati.
Tim Penyusun:
Salam pergerakan!!!
Diawal lemabaran modul Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) 2020 kali
ini, yang mana didalamnya terdapat beberapa materi dasar awal proses kaderisasi formal
organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Sedikit/banyak, sekecil
apapun pengalaman baik ilmu, pengetahuan dan apalagi sejarah organisasi itu merupakan
arsip karya selama tidak melanggar aturan baik agama, berbangsa dan bernegara. Materi-
materi yang penulis suguhkan adalah buah dari gagasan mendalam perjalanan PMII
selama ini. Bahwa hal besar yang dilakukan PMII selama ini adalah belajar
mempertahankan keidealisan secara realistis terus menerus gerakan dengan berbagai
dinamikanya sekaligus merajut berbagai komponen ssosial dan lingkungan sekitar untuk
memperkuat rasa kepedulian kita sebagai kader PMII khususnya.
Maka dari itu dalam Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA)ini bukanlah
hanya sekedar kegiatan formalitas semata akan tetapi bagaimana seluruh anggota
mu’taqid yang nantinya menjadi kader mujahid bisa mempertahankan tradisi-tradisi
ruang gerak PMII itu sendiri dan membuat perubahan khususnya setiap pribadi kader
PMII menjadi lebih baik serta peduli kepada bangsa, Negara dan agama. Karena kegiatan
ini merupakan salah satu gerbong masukuntuk mendobrak segala kehiduupan di
lingkungan sekitar.
Pengalama dan pengetahuan menjadi sumber gerak ke dua PMII yang notabennya
berbasis kampus. Untuk mencetak kader dan pemimpin yang selaras antara kata dan
perbuatan. Dannj menyiapkan kader yang mempunyai kompetensi dan daya saing selaras
dengan perkembangan zaman.
Maka dengan awal terbukanya ruang gerak baru ini, saya Khoirus Soleh
mewakili seluruh pengurus Rayon Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Komisariat Al Qolam Cabang Kabupaten Malang, mengharapkan seluruh kader
menumbuhkan jiwa-jiwa PMII yang sudah tertanam sejak lama dan segera di aplikasikan
dan diimplementasikan lebih khususnya ruang lingkup lingkungan sekitar lebih
khususnya pada pribadi sendiri.
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
SEKAPUR SIRIH................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
AGENDA ACARA...............................................................................................................
KE-PMII an..........................................................................................................................
PMII LOKAL.......................................................................................................................
ASWAJA (AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH)..............................................................
NDP (NILAI DASAR PEGERAKAN) ..............................................................................
GENDER DAN KELEMBAGAAN KOPRI.....................................................................
MENEJEMEN LEADERSHIP..........................................................................................
ANSOS 1...............................................................................................................................
ANTROPOLOGI
KAMPUS..............................................................................................................................
Agenda Acara
MINGGU,
2020
Sejarah masa lalu adlah cerminan masa kini dan masa yang akan dating.
Dokumen historis, dengan demikian merupakan instrument penting untuk mengaca diri.
Tidak terkecuali PMII. Meski dukumen yang disajikan dalam tulisan ini terbilang kurang
komplit, sosok organisasi mahasiswa tersebut sudah jelas tergambar berikut pemikiran
dan sikap-sikapnya. Dukumen sejarah menjadi sangat penting untuk ditinjau ulang
sebagai refrensi atau cerminan masa kini dan masa mendatang, demikian halnya
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kemahasiswaan yang
gerak perjuangannya membela kaum kustadh’afin serta membangun kebangsaan yang
lebih maju dari berbagai aspek sesuai dengan yang telah di cita citakan.
PMII, yang sering kali disebut Indonesia moeslim student movement atau
pergerakam mahasiswa islam Indonesia adalah anak cucu NU ( Nahdlatul Ulama ) yang
terlahir dari kandungan departemen perguruan tinggi ikatan pelajar nahdlatul ulama
(IPNU), yang juga anak dari NU. Setatus anak cucu inipun diabadikan dalam dokumen
kenal lahir yang dibikin di Surabaya tepatnya di taman pendidikan putri khodijah pada
tanggal 16 april 1960 bertepatan dengan tanggal 21 syawal 1379 H, sebagai organisasi
onderbow partai NU. Dalam perkembangannya PMII menjadi organisasi independen dan
menekankan diri sebagai organisasi pergerakan, dengan tujuan menciptakan pribadi
muslim yang memiliki komitmen memperjuangkan cita cita kemerdekaan Indonesia
(pasal 4 AD/ART). Struktur PMII meliputi pengurus besar , coordinator cabang
(provinsi), cabang (kabupaten/kota), komisariat (kampus), dan rayon (fakultas). Proses
berorganisasi diatur melalui berbagai jenis rapat mulai dari kongres (nasional) hingga
RTAR.
Latar belakang berdirinya PMII terkait dengan kondisi politik dan pemilu 1955,
berada diantara kekuatan politik yang ada, yaitu MASYUMI, PNI, PKI DAN NU. Partai
MASYUMI yang diharapkan mampu untuk menggalang berbagai kekuatanumat islam
pada saat itu ternyata gagal. Serta adanya indikasi keterlibatan MASYUMI dan
pemberontakan pemerintah revolusioner republic Indonesia (PRRI) dan perjuangan
semesta (PERMESTA) yang menimbulkan konflik antara soekarno dengan MASYUMI
1958. Hal inilah yang kemudian membuat kalangan mahsiswa NU terinspirasi memiliki
wadah tersendiri dibawah naungan NU, dan disamping organisasi kemahasiswaan yang
lain seperti HMI ( dengan MASYUMI), SEMMI (dengan PSII), IMM (dengan
Muhammadiyah), GMNI (dengan PNI), dan KNI (dengan PERTI), CGMI (dengan PKI).
Proses kelahiran PMII terkait dengan perjalanan ikatan pelajar nahdlatul ulama IPNU,
yang lahir pada 24 februari 1954, dan bertjuan untuk mewadahi dan mendidik kader
kader NU demi meneruskan perjuanagn NU. Namun dengan pertimbangan aspek
psikologis dan intlektualitas, para mahasiswa NU menginginkan sebuah wadah tersendiri.
Sehingga berdirilah ikatan mahasiswa nahdlatul ulama IMANU pada Desember 1955 di
Jakarta, diantanranya toclhah Mansyur, Ismail makky dan lain-lain.
Seperti diuraikan oleh sahabat khotibul umam (mantan rector PTIQ Jakarta yang juga
generasi pertama PMII), pra melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdiyyin tersebut
terlebih dahulu 3 dari 13 orang sponsor pendiri itu, yaitu hizbullah huda, said budairi, dan
maksyum syukri pada tanggal 19 maret 1960 berangkat ke Jakarta menghadap ketua
umum partai nahdlatul ulama (NU) yaitu KH. Idham Khalid untuk meminta nasehat
sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan dilaksakan. Dan akhirnya mereka
mendapatkan lampu hijau, beberapa petunjuk, sekaligus harapan agar menjadi kader
partai NU yang cakap dan berprinsip ilmu yang dapat diamalkan serta berkualitas taqwa
yang tinggi kepada Allah SWT. Salah pesan KH. Idham Khalid yang menjadi pegangan
bagi mahasiswa nahdliyin pada waktu itu iyalah hendaknya organisasi yang akan
dibentuk ini benar-benar dapat diandalkan, dan menjadi mahasiswa yang berprinsip ilmu
untuk diamalkan bagi kepentingan rakyat bukan ilmu untuk ilmu. Lalu berkumpullah
tokoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi IPNU tersebut untuk
memnahas tentang nama organisasi yang akan dibentuk.
Unsur pemikiran yang ditonjolkan pada organisasi PMII yang akan berdiri pada waktu itu
adalah:
PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 april 1960 masehi, atau bertepatan
dengan 17 syawal 1379 hjriyah. Maka secara resmi pada tanggal 17 april 1960 diyatakan
sebagai hari lahir PMII. Dua bulan setelah berdiri, pada tanggal 14 juni 1960 pucuk PMII
disahkan oleh PBNU. Sejak saat itu PMII memiliki otoritas dan keabsahan untuk
melakukan program-programnya secara ormal organisatoris.
Dalam waktu yang relative singkat, PMIImampu berdiri pesat sampai mampu
mendirikan 13 cabang yang tersebar diberbagai ploson Indonesia karena pegaruh nama
besar NU. Dalam perkembangannya PMII juga terlibat aktif, baik dalam pergulatan
politik serta dinamika perkembangan kehidupan kemahasiswaan dan keagamaan di
Indonesia (1960-1965).
Pada tanggal 14 desember 1960 PMII dalam PPMI dan mengikuti kongres ke VI
PPMI (5 juli `961) di Yogyakarta sebagai pertama kalinya PMII mengikuti kongres
federasi organisasi ekstra universitas. Paran PMII tidak terbatas didalam negeri saja,
tetapi juga terlibat dalam perkembangan dunia internasional. Terbukti pada bulan
September 1960, PMII ikut konferensi panitia from pemuda se dunia (konstituen meeting
of youth forum) di Moscow, uni soviet. Tahun 1962 mengahdiri seminar world assembly
of youth (WAY) di kuala lumpur, Malaysia. Festival pemuda se dunia di Helsinki,
irlandia dan seminar general union of falestina student (GUPS) di kairo, mesir.
Di dalam negeri, PMII melibatkan diri dalam persoalan politik dan kenegaraan,
terbukti pada tanggal 25 oktober 1965, berawal dari undangan mentri perguruan tingi
syarif toyyib kepada berbagai aktifis mahasiswa untuk membicarakan situasi nasional
saat itu, sehingga dalam ujung pertemuan disepakati terbentuknya KAMI (kesatuan aksi
mahasiswa Indonesia) yang terdiri dari PMII, HMI, IMM, SEMMI, dan GERMAHI yang
dimaksudkan untuk menggalang kekuatan mahsiswa Indonesia dalam melawan
rongrongan PKI dan meluruskan penyelewengan yang terjadi. Sahabat zamroni senagai
perwakilan dari PMII diposisi strategis diakui sebagai bukti diakuinya komitmen dan
kepabilitas PMII untuk semakin pro aktif dalam menggelorakan semangat juang demi
kemajuan dan kejayaan Indonesia.
Secara totalitas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang bertjuan
melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas sebagai hamba yang bertaqwa
kepada allah SWT dan atas dasar ketaqwaanya berkiprah mewujudkan peran
ketuhanannya membangun masyrakat bangsa dan Negara Indonesia menjadi suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridho allah SWT.
Sedangkan pengertian ahlusunnah wal jamaah yang menjadi faham organisasi adalah
islam sebagai universalitas yang meliputi segala aspek kehidupan manusia. Aspek
tersebut dapat dijabarkan dalam tata aqidah, syariah, dan tasyawuf. Dalam bidang aqidah
mengikuti faham al asya’ari dam al maturidi, dalam bidang syariah mengikuti slah satu
mazhab empat yaitu : syafi’I, hanafi, maliki, dan hambali. Sedangkan dalam bidang
tasyawuf mengikuti imam juned al bagdadi dan imam al ghozali. Masing masing aspek
itu dijadikan paham organisasi PMII dengan tampa meninggalkan wawasan dasra al
qur’an dan ah sunnah serta prilaku sahabat rasul. Aspek fiqih diupayakan penekanannya
pada proses pengambilan hukum, yaitu ushul fiqh dan kaidah fiqh, bukan semata-mata
hukum itu sendiri sebagai produknya (lihat NDP PMII).
Dari uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa para mahasiswa nahdliyin
sebenarnya dari segi berfikit tidak jauh berbeda dengan mahsiswa pada umumnya, yang
menghendaki kebebasan. Sedangkan dalam bertindak cendrung anti kemapanan, terlebih
jika kelahiran PMII itu di hubungkan dengan tradisi keagamaan di kalangan NU,
misalnya bagi putra-putri harus berbeda/dipisah organisasi, PMII justru keluar dari tradisi
itu. Fenomena ini barangali termasuk hal yang patut mendapat perhatian bagi
perkembangan pemikiran ahlussunnah wal-jama’ah.
Adapun susunan pengurus pusat PMII periode pertama ini baru tersusun secara
lengkap pada bulan Mei 1960. Seperti diketahui, bahwa PMII pada awal berdirinya
merupakan organisasi mahasiswa yang idependen dengan NU , maka PP. PMII dengan
surat tertanggal 8 Juni 1960 mengirim surat permohonan kepada PBNU untuk
mengesahkan kepengurusan PP PMII tersebut. Pada tanggal 14 Juni 1960 PBNU
menyatakan bahwa organisasi PMII dapat diterima dengan sah sebagai keluarga besar
partai NU dan diberi mandat untuk membentuk cabang-cabang di seluruh Indonesia,
sedang yang menandatangani SK tersebut adalah DR. KH. Idham Chalid selaku ketua
Umum PBNU dan H. Aminuddin Aziz selaku wakil sekretaris jendral PBNU ).
Di samping itu, sidang pleno II PP PMII juga mengesahkan bentuk muts (topi),
selempang PMII, adapun lambang PMII diserahkan kepada pengurus harian, yang
akhirnya dipuruskan bahwa lambang PMII berbentuk perisai seperti yang ada sekarang
(rincian secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran peraturan rumah tangga PMII).
Dalam sidang ini pula dikeluarkan pokok-pokok aturan mengenai penerimaan anggota
baru ) sekarang dikenal dengan MAPABA.
Pada tahap-tahap awal berdirinya PMII banyak dibantu warga NU terutama PP LP.
Ma’arif NU. Sejak musyawarah mahssiswa nahdliyin di surabaya sampai memberikan
pengertian kepada Pesantren-pesantren (perlu diketahui, pada awal berdirinya, di
Pondok-pondok Pesantren dapat dibentuk PMII dengan anggota para santri yang telah
lulus madrasah Aliyah dan seang mengkaji kitab yang tingkatannya sesuai dengan
pelajaran yang diberikan di perguruan tinggi agama). Dengan adanya kebijakan seperti
ini ternyata dapat mempercepat proses pengembangan PMII).
2. ASAS, SIFAT DAN TUJUAN PMII
Adapun tujuan PMII (Visi) ada dalam Bab IV Pasal 4 yaitu: ”Terbentuknya
pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu,
cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.”
1. Menghimpun dan membina mahasiswa Islam sesuai dengan sifat dan tujuan PMII
serta peraturan perundang-undangan dan paradigma PMII yang berlaku.
Dalam Bab VI tenang Struktur Organisasi Pasal 7 dijelaskan bahwa Struktur Organisasi
PMII terdiri atas:
Dalam Bab VIII tentang Wadah Pengembangan Dan Pemberdayaan Perempuan Pasal 9
dinyatakan bahwa:
4. LAMBANG PMII
1. Dari Bentuk :
Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan
dan pengaruh luar
Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita- cita yang selalu memancar
Lima bintang sebelah atas menggambarkan Rasulullah dengan empat Sahabat terkemuka
(Khulafau al Rasyidien)
Sembilan bintang sebagai jumlah bintang dalam lambing dapat diartikan ganda yakni :
Rasulullah dan empat orang sahabatnya serta empat orang Imam mazhab itu laksana
bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat
manusia.
2. Dari Warna :
Biru, sebagaimana warna lukisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus
dimiliki dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia
yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara.
Biru muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah, berarti ketinggian ilmu
pengertahuan, budi pekerti dan taqwa.
Kuning, sebagaimana warna dasar perisai- perisai sebelah bawah, berarti identitas
kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan lambing kebesaran dan semangat
yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan
Berikut ini daftar nama-nama Ketua Umum PB PMII dari masa ke masa sesuai dengan
urutan periode tahun kepemimpinan:
jelaslah bahwa PMII merupakan komunitas penting bagi bangsa ini. Maka, PMII
dituntut harus mampu tetap memberikan dharma bhaktinya kepada nusa, bangsa dan
agama. Kritik konstruktif dan mitra pembangunan yang cerdas terhadap pemerintah
supaya menjalankan pemerintahan dengan baik dan benar (kalau tidak bisa ya lebih baik
turun atau diturunkan), dan mendidik anggotanya untuk mandiri dan berani bersaing
dengan siapapun agar survive dalam percaturan kehidupan globalisasi yang sangat
kompetitif, menjadi agenda utama yang harus segera dilaksanakan.
Pada saat itu perselisihan terjadi mau membentuk rayon atupun komisariay,
kemudian bisa membentuk komisariat sendiri Ketika sudah melaksanakan MOPABA dan
PKD, pada awal bulan Desember 1997 alumni PKD mengadakan MAPABA dan PKD di
PP Alikhlas Bululawang, setelah MAPABA dan PKD sudah dilaksanakan kemudian
mengirim surat rekomendasi kepada pengurus cabang di Malang.
Enam bulan setelahnya pendirian pengurus cabang persiapan tepatnya pada tgl 9-
10 oktober untuk pertama kalinya PMII Cabang Kabupaten Malang mengadaakan
konferensi cabang yang pertama, konferensi itu selesai pada 10 oktober 1999 dengan
Ahmad Khufaji Jaufan selaku ketua umuum dan Abdul Hafid sekertaris umum PC PMII
Kabupaten Malang. Menjelang kongres ke IX PB PMII melakukan penebitan
administrasi oganisasi kepada semua cabang cabang yang masih berstatus cabang
pesiapan tidak akan mendapatkan hak suara Ketika konges PB PMII nanti digela jika
tidak menjadi cabang penuh,m untuk dapat berstatus menjadi cabang penuh, maka semua
cabang persiapan haus mengadakan minipal PKD.
Kegiatan Intenal
selain diatas ada beberapa peristiwa yang bersejarah Ketika disibukkan dengan
kegiatan politik negara yang notabennya Ketika waktu itu Gus Dur selaku Pesiden RI,
seringkali melakukan diskusi antara daerah ke Surabaya dan Jakata mulai sebelum
Memorendum I sampai dengan Sidang Istimewa MPR degelar jelas jelas tidak sesuai
dengan system presidensil. Tepatnya pada tanggal 21 juli 2001 ketika saya dipanggi; oleh
ketua umum PKB Kabupaten Malang untuk melakukan penolakan untuk dilakukannya
siding istimewaitu tersebut
dan tanggapan PB, PKC dan PC PMII kabupaten malang tentang persolan politik,
sehingga hampir semua kegiatan kegiatan diskusi yang arahannya untuk mengarah
kecerdasan intelektual dianggapanya politisi, akibat diskusi diskusi tidak dapat berjalan
dangan baik karena sudah dianggapa akan mengarahkan jalan anggota politik tertentu
pada orsospol(organisasi sosial politik), tentu saja ini menjadi dilemma bagi banyak
agenda yang lain mestinya dapat dimanfaatkan.dan disalurkan dengan baik, mendampingi
orang lemah (kaum mustad’afin) adalah tugas mulia yang harus dilaksanakan oleh PMII
sebab karena itulah terlalu sibuk dengan urusan politik (kekuasaan), maka banyak agenda
yang terabaikan.
Historis Rayon “Liberalis” Averrous
Status anggota aktif yang mayoritas berdomisili di berbagai pondok pesantren itu
bukanlah menjadi penghalang untuk membangun soliditas serta solidaritas dalam
memajukan organisasi ke-PMIIannya. Tak henti-hentinya Rayon “Liberallis” Averrous
mengkader seluruh anggotanya agar dibekali jiwa kepemimpinan dengan menjadi
mahasiswa yang tanggap akan segala macam gejala lingkungan alam. Baik sosial, politik
maupun keagamaan juga akan menjadi topik penganalisaan yang akan dijadikan bahan
perbaikan bersama.
Mencermati tokoh cendekiawan islam yang sangat terkenal bernama Ibnu Rusyd
atau terkenal dengan sebutan yunani Averrous tersebutlah nama rayon ini diambil.
Tujuannya tak lain agar pergerakan dan keilmuan yang dimiliki oleh para kader yang
dimilikinya sama sebagaimana tokoh tersebut. Disamping juga Ibnu Rusyd seorang tokoh
yang ahli dalam hal ekonomi dan filsafat, beliau juga tokoh yang terkenal sebagai ahli
hokum. Dimana fakultas Syari’ah sendiri merupakan fakultas yang yang menangani
jurusan yang berbasis hokum seperti prodi AS (Ahwal As Syakhsiah) dan juga HES
(Hukum Ekonomi Syari’ah), Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Rayon“Liberalis” AVERROUS, merupakan salah satu Organisasi Mahasiswa Islam
berbasis Hukum “Ahwal al-Syahsiyyah dan Hukum ekonomi syariah” yang mandiri
secara struktural berada dibawah naungan PMII Komisariat al-Qolam, sedangkan
hubungan dengan Nahdlatul Ulama (NU) masih tetap terikat dalam bingkai garis kultural.
Pada awalnya kader kader PMII yang ada pada jurusan Ahwal al-Syahsiyyah (AS) dan
Hukum Ekonomi Syariah (HES) yang pada saat itu keberadaannya masih di bawah
naungan Rayon Ulul Albab/Fakultas Tarbiyah) berinisiatif untuk memisahkan diri
dengan Rayon Ulil Albab karena sangat belum merasa maksimal dalam berfikir,
bersikap, bertindak, beraktualisasi diri, serta menggali potensi diri secara mandiri,
sekaligus dirasa kurang efektif dalam aktifitas pengkaderannya. Disertai dengan prinsip
pengembangan Organisasi dengan sebuah tujuan untuk membentuk sebuah pribadi yang
dengan segala kapasitas pribadinya terasah, kemudian mengarahkan semua kualitas
pribadinya bagi kepentingan Masyarakat dan Bangsa.
Berangkat dari latarbelakang dan kegelisahan di atas muncullah gagasan dari arus
bawah yang sangat kuat sehingga sahabat sahabati mempunyai inisiatif untuk mempunyai
sebuah wadah yang bisa melengkapi potensi wacana serta gerakan untuk
mengembangkan diri dalam berorganisasi, sebab tidak cukup hanya dengan mengikuti
sahabat sahabati yang telah mempunyai wadah lebih dulu untuk beraktualisasi dan belajar
berorganisasi. Sedangkan untuk nama Rayon sendiri sebelumnya dari kader-kader Ahwal
al-Syahsiyyah mengusulkan nama Nasihuddin, Siti Jenar, hadlur fhalajh dll. Nama
nasihuddin sendiri di ambil dari nama pengasuh Ponpes Raudlatul Ulum 1yang bertujuan
agar tingkah laku, sifat, dan keilmuan beliau bisa ditiru. Dari nama Syeh Siti Jenar sendiri
kita bisa ambil filosofinya bahwa wali yang satu ini dari ketauhidan serta masalah hukum
bisa dibilang sangat mencolok kalau dibandingkan dengan wali yang lain. Sedangkan
nama dari Hadhlur Falajh tersebut diambi dari nama sebuah gunung yang dimana gunung
tersebut dipuncaknya terdapat sebuah kota yang megah yang semua bangunannya terbuat
dari bongkahan emas. Selanjutnya kader kader yang lain mengusulkan al-Hikam, agar
nanti setelah berdirinya rayon ini selalu bisa mendapatkan hikmah. Dengan perjalannya
waktu timbul kritikan kritikan dikarnakan nama al-hikam sudah ada di rayon lain, setelah
mengadakan musyawaroh kembali terbentuklah nama rayon “AVERROUS” (julukan
Ibnu Rusyd seorang ahli hukum, dan ahli filsafat terbesar dalam masa itu) dan semoga
dengan terbentuknya nama ini, kader pmii fakultas syariah bisa mengikuti langkah Ibnu
rusyd, yang sekaligus secara konsensus di sepakati di kamar 5b yang bertempat di Ponpes
Raudlatul Ulum 1 yang berkeinginan untuk di jadikan sebagai nama Rayon yang nantinya
akan mewadahi semua kader Syariah.
Pada tanggal 20 Oktober 2015 mulai merangkak sedikit demi sedikit yang
awalnya keseluruhan Rayon Averrous dimulai dari pengurus sampai semua anggota
hanya berjumlah 17 anggota, sekarang sudah sebanyak 78 anggota yang tergabung dari
semester 1 AS-HES semester 3 HES, semester 3 AS, semester 5 & 7 AS. Rayon
Averrous juga mempunyai wadah yang mana wadah-wadah ini masih belum dimiliki
oleh rayon-rayon yang lain di komisariat al-Qolam, wadah ini bertujuan agar para
anggota khususnya Rayon Averrous bisa mengasah kemampuan yang dimiliki oleh
anggota. Wadah tersebut antara lain yaitu: Cover (Coretan Averrous), ABDI (Averrous
Bakti Pendidikan), dan GAM (Gerakan Averrous Menjelajah).
ABDI adalah wadah yang bertujuan untuk mengamalkan apa apa yang telah
dipelajari dalam PMII itu sendiri bisa diaplikasikan kepekerjaan sehari-hari, khususnya
dalam bidang kependidikan. Seperti contoh ke sekolah-sekolah, ke TPQ dan sebagainya.
Wadah ini dikoordinatori oleh saudara Is’ad semester III HES. Wadah ini sempat berjalan
hampir setengah tahun namun pada saat ini wadah ini masih fakum karena semua
anggota khususnya koordinatornya masih ada pekerjaan yang harus diurusi. Kami
berharap ke pengurusa selanjutnya bisa menghidupkan kembali LSO/wadah ini.
Nama rayon ini belumlah sempurna tanpa adanya nama jargon, nama jargon
sendiri ialah nama yang menggambarkan karakter averrous itu sendiri. Penamaan jargon
ini difokuskan kepada angkatan yang sudah dapat satu tahun dalam kepengurusan, dan
tim yang bertugas itu dinamai dengan tim 14. Dengan bantuan tim 5 akhirnya telah
diputuskan nama jargon rayon ini ialah “Liberalis” Averrous yang berlandasan kebebasan
berfikir dan bertindak dalam sebuah ruang lingkup rayon. Nama jargon ini ditetapkan
oleh tim 5 yang mana tim 5 itu antara lain:
Ahlussunah Wal Jam’ah bukanlah sebuah madzhab yang dalam masalah aqidah
mengikuti imam Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.Dalam praktek
peribadatan mengikuti salah satu madzhab empat, dan dalam bertasawuf mengikuti imam
Abu Qasim Al Junandi dan imam Abu Khamid Al-Ghazali.
Ahlusunnah Waljamaah dalam sejarah merupakan istilah yang menjadi nama bagi
golongan kaum muslimin yang memiliki kesamaan dalam beberapa prinsip dan memiliki
kesepakatan dalam beberapa pandangan. Istilah Ahlussunah Waljamaah ini bukan istilah
yang dating dari nabi SAW. sebagai nama bagi kelompok tertentu.
Secara kebahasan, Ahlu sunnah Waljamaah adalah istilah yang tersusun dari tiga
kata:
Oval: 243. kata jamaah, secara etimologis adalah orang-orang yang memelihra
kebersamaan dan kolektifitas dan mencapai tujuan. Sedangkan secara Treminologis, para
ulam berbeda pendapat tentang maksud Al jamaah dalam istilah Ahlu sunnah Wal jamaah
ada 5 pendapat tentang pengertian jamaah antara lain:
b) Jamaah dalam para ulama dan imam yang mencapai tingkat mujtahid
c) Menurut sahabat Umar bin Abdul Aziz, jamaah adalah para sahabat Nabi
SAW saja bukan generasi sesudah mereka
d) Jamaah adalah ijma’ kaum muslimin kepada suatu hukum dan prinsip yang
hrus diikuti oleh pengikut oleh agama-agama lain ijma, mereka dijamin oleh Allah tidak
akan tersesat sebagai mana dalam hadist nabi SAW.
Peristiwa ini yang menjadiakn latar belakang terjadinya peperangan jamal siti
Aisyah dan Sayidina Ali.Dan berikut keadaan semakin kacau balau dan situasi politik
semakin tidak menentu, sehinga dikalangan internal uamat isalam mulai terpecah menjadi
firqoh-firqoh sepert Qodariyah. Jabariyah Mu’tazialah Dan kemudian lahairlah Ahlu
sunnah. Melihat rentetan latar belakang sejarah yang mengiringi lahairnya aswaja, dapat
ditarik garis kesimpual bahwa lahirnya aswaja tidak terlepas dari latar belakang politik.
Oval: 25Dengan sikap dan dan pemahaman yang didasarakn atas prinsip
Ahlusunnah wal jamaah bik dari bidang teologi, fiqih dan tasamuh, serta pengalaman
empiric bangsa Indonesia ini,maka aswaja sebagai manhj fikr (metode berfikir) harus bias
menjadi alat yang bisa menjawab berbagai macem realitas sebagai upaya
mengontekstualakan ajaran islam sehinga benar-benar dapat membawa islam sebagai
rahamat Lil Alamin dengan memegang empat prinsip yaitu:
1.Tawassutu, yaitu sikap moderat yang berpijak pada prinsip keadilan serta
berusaha mnghindari segala bentuk sikap ta’aruf, aik dalam biang agama mauoun politik,
karena sikap tersebut mengarah pada kekerasan dan disintegrasi.
4. Ta’adul, yaitu sikap dapat mengantarkan pada sikap yang mau dan mampu
menghrgai kebenaran yang non ekskstrimitas (tatharruf) kiri atau pun kanan.
Didalam PMII Aswaja dijadikan Manhjul fikr artinya Aswaja bukan dijadikan
tujuan dalam beragama melainkan dijadaikan metode berfikir untuk mencapai kebenaran
agama.Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi isi atau konsep yang
ada didalam Aswaja tapai samapai sekarang Aswaja dalam sebuaha metode berfikir ada
banyak relevansinya dalam kehidupan Agama, sehingga PMII lebih terbuka dalam
pembukaan ruang dialetika dengan siapapun dan elompok apapun.
Dengan prinsip moderat (tahwassut) bisa dijadika senjata atau alat untuk selalau
berdialaek dan berdialog dengan kondisi zaman apapun, sikap ini sangat releven ketika
dihdapakan dengan sekian zaman. PMIItidak secara vis avis menyikapai gelombang
tersebut, karena bagai manapun juga peradaban modern merupakan sebuah keniscayaan
yang hadir di didunia dengan sekian implikasi yang dilahaitkannya, mak sika meleola dan
melarika diri kearah dogmah agama tanpa adanay pemaknaan kritis, bukanlah segalah hal
yang bersifat solutiv. Atas sumsi itulah sikap mengambil jalan tenggah, mungkin bisa
dijadikan upaya alternative untuk meletakan diri kita secara proposional di tenggah
peradaban ini. Karena modermisasi bukanlah merombak secara total dengan menafikan
tradisi ulama, tetapi bagai mana tradisi serta tatana masyarakat lama tersebut bisa
diaktualaisasikan dengan melakaukan reinterpretasi ajaran sesuai kontek kekinian.
Aktualisasi prinsip yang pertama adalah bahwah selain wahyu, kita juga
meposisikan akal pada posisi yang terhormat. Karena kemartabatan manusia terletak pada
pakah dan bagai mana dia menggunakan akal yang dimilikainya artinya, ada sebuah
ketrkaitan dan keseimbangan yang mendalam antara wahyu dan akal sehingga tidak
terjebak pada sekripturalisme (tekstual) dan rasionalisme,
Dalam konteks hubungan sosial, seorang kader PMII harus bisa menghrgai
perbedaan yang ada bahkan pada keyakinan sekalipun. Tidak dibemnarkan kita
memaksakan keyakinan apa lg hnya sekedar pendapat kita terhdap orang lain. Yang di
perbolehkan hanyalah sebatas menyampaikan dan mendialegtikakan keyakina atau
pendapat tersebut dan endingnya diserahka pada otoritas indifidu dari tuhan inilah
manifestasi tassamuh dari aswajasebagai mana manhjul fikr.
Yang terakhir adalah ta’adul ( kadilan) yang merupakan ajaran universal aswaj.
Setiap pemikiran, sikap dan realisasi, harus diselaraskan danegan landasan ini kadilan
disini adalah kedilan sosial.Landasan kebenaran yang mengatur totalitas kehidupan
politik, ekonomi, mudaya, pendidikan dan sebagainya.
NDP (NILAI DASAR PEGERAKAN)
Secara Historis, NDP PMII mulai terbentuk pasca independensi PMII ketika
Mukernas III di bandung (1-5 Mei 1976) pada saat itu penyusunan NDP masi berupa
kerangkanya saja, lalu diserakan kepada tim PB PMII. Namun hingga menjelang
kongrres PMII VIII di bandung, penyusunan tersebut belum dapat diwujudkan. Hingga
akhirnya saat kongres MPII VIII di bandung (16-20 Mei 1985) menetapakan
penyempurnaan rumusan NDP dengan surya aharma ali sebagai ketua Umum nya,
penyempurnaan ini berlangsung hingga 1988. Selanjutnya peda tangal 14-19 september
1988 ketika kongresIX PMII, NDP mulai disalahkan di Surabaya.
Arti NDP :
Nilai-nilai dasar islam mendasari memberi sepirit dan elan vital pergerakan yang
meliputi cangkupan iman (aspek iman) islam (aspek syari’ah) dan ihsan etika dan
makhluk sedangkan nilai-nilai keindonesiaan memberi area berpijak bergerak dan
memperkaya proses aktualitas dan proses dinamaika pergerakan.
C. Fungsi NDP
NDP menjadi pendorong insan pergerakan untuk berfikir, berbuat dan bergerak
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
NDp menjadi landasan setiap gerakan langkah dan kebijakan yang harus
dilakukan oleh insan pergerakan dalam membela kaum lemah.
D. kedudukan NDP
E. Rumusan NDP
1. Tauhid
Meng-esakan Allah merupakan nilai yang asasi dalam sejara agama samawi,
didalamnya telah terkandung sejak awal tentang keberadaan manusia, hal ini terkandung
dalam surat Al-ikhlas 1-4 dan Al-albaqoroh:130-131.
Allah dalah esa dalam segala totalitas, dzat, sofat dan perubahan Alah.Keyakina
seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi didalam semesta.
Serta merupakan manifestasi dari keyakinan yang ghaib, oleh karena itu tauhid
merupakan titik puncak yang melandasi, memadu, dan menjadi sasaran keimanan yang
mencakup keyakinan dalam hati, pengawasan lewat inan, dan perwujudan lewat
perbuatan, PMII harus mampu melarutkan dan meneteskan nilai-nilai tauhid dalam
berbagai kehidupan serta tersosialisasikan hingga merambah diseklilinganya.
Allah dan pencipta alam semesta, dia meciptakan manusia dengan sebaik-baiknya
kejadian dan menganugrahkan kedu dukan yang terhormat kepada manusia terhdap
penciptanya sekaligus.Kedudukan di tandai itu dengan pemberian daya nalar berfikir,
kemampuan berkreasi, dan kesadaran moral. Potensi itulah manusia memerankan fungsi
sebagi kholifah Fi al ard dan hamba Allah, hal ini terkandung dalam surat Al-an’am:165:
sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuannya (Az-Dzariat 56) untuk
itu mnusia dilengapi dengan kesadaran moral yang hrus selelu di rawat.
Dengan demikian, dalam kedudukan sebagai manusia ciptaan Allah, terdapat pola
hubunggan manusia dengan Allah, yaitu pola yang didasari pada kedudukan manusia
sebagai kholifah dan sebagi hamba ciptaan Allah, hubungan manusia dengan manusia
(Hablu min nanas)
Tidak ada suatu yang lebih antara satu dengan yang lainnya dihadapan Allah
kecuali taqwa, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekeurangan, karena kesadaran ini
manusia harus saling menolong, saling menghormati, bekrja sama menasehati, dan saling
mengajak kepada keberanian demi kebaika bersama, ahal ini terkandung dalm surat Al-
Hujurat.
Nilai-niali yang dkembangkan dalam hubungan antara manusia tercakup dalam
persaudaraan umat islam, perilaku ersaudaraan ini harus memempatkan insan untuk diri
dan lingkungan nya.
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia menentuka kadar dan hukum-hukumnya,
alam juga menunjukan tanda-tanda kebenaran, sifat dan perbuatan Allah, Allah
menduduka Alam untuk manusai,da buka sebaliknya. Jika hal ini terjadi dengan
sebaliknya, maka manusai akan terjebak dalam penghamban kepada alam, Bukan kepada
Allah, Allahmencipkakan manusia sebagai kholofah, sesudah sepantasnya manusai
menjadika bumi maupun alam sebagi wahan dalam bertauhid dan bukan sebagi obyek
ekspolitas, hal ini terkandung dalam surat Al-Qashas:77
GENDER DAN KELEMBAGAAN KOPRI
Citra bahwa laki-laki itu kuat dan rasional sementara perempuan lemah dan
emosional merupakan konstruksi budaya. Citra tersebut bukanlah kodrat. Pembeda laki-
laki dan perempuan terletak pada biologisnya, itulah yang disebut kodrat.
a. Pengertian Gender
Menurut bahasa, kata gender diartikan sebagai “the grouping of words into
masculine, feminine, and neuter, according as they are regarded as male, female or
without sex” yang artinya gender adalah kelompok kata yang mempunyai sifat, maskulin,
feminin, atau tanpa keduanya (netral). Dapat dipahami bahwa gender adalah perbedaan
yang bukan biologis dan juga bukan kodrat Tuhan. Konsep gender sendiri harus
dibedakan antara kata gender dan kata seks (jenis kelamin).
Kata gender jika ditinjau secara terminologis merupakan kata serapan yang
diambil dari bahasa Inggris. Kata Gender berasal dari bahasa Inggris berarti “jenis
kelamin” (John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia, cet. XII, 1983,
hlm. 265). Dalam Webster’s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan
yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku
(Victoria Neufeldt (ed), Webster’s New World Dictionary, 1984, hlm. 561). Di dalam
Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural
yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas,
dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat (Helen Tierney (ed), Women’s Studies Encylopedia, vol. I, New York:
Green Wood Press,, h.153.).
Kata gender ini jika dilihat posisinya dari segi struktur bahasa (gramatikal) adalah
bentuk nomina (noun) yang menunjuk kepada arti jenis kelamin, sex (Peter Salim,
Advance English-Indonesia Dictionary, edisi ketiga, Jakarta: Modern English Press,
1991, h. 384), atau disebut dengan al-jins dalam bahasa Arab Hans (Wehr, A Dictionary
of Modern Written Arabic, cet. III, London: McDonald & Evans Ltd., 1980, h. 141. Lihat
pula Munir Ba’albakiy, Al-Maurid: Qāmūs Injilizīy Arabīy, Beirūt: Dār al- ‘Ilm li al-
Malāyīn, 1985, h. 383). Sehingga jika seseorang menyebut atau bertanya tentang gender
maka yang dimaksud adalah jenis kelamin––dengan menggunakan pendekatan bahasa.
Kata ini masih terbilang kosa kata baru yang masuk ke dalam khazanah perbendaharaan
kata bahasa Indonesia. Istilah ini menjadi sangat lazim digunakan dalam beberapa dekade
terakhir.
Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang
keadaan Adam dan Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan
keterlibatan keduanya secara aktif, dengan penggunaan kata ganti untuk dua orang
(huma), yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa, yang terlihat dalam beberapa kasus
berikut:
Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan
dan laki-laki ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: Q.S. Ali Imran /3:195;
Q.S.an-Nisa/4:124; Q.S.an-Nahl/16:97. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan
gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam
bidang spiritual maupun karier profesional, tidak mesti didominasi oleh satu jenis
kelamin saja.
4. Gerakan Perempuan
Para aktivis politik feminis pada umumnya mengkampanyekan isu-isu seperti hak
reproduksi, (termasuk hak yang tidak terbatas untuk memilih aborsi, menghapus undang-
undang yang membatasi aborsi dan mendapatkan akses kontrasepsi), kekerasan dalam
rumah tangga, meninggalkan hal-hal yang berkaitan dengan keibuan (maternity leave),
kesetaraan gaji, pelecehan seksual (sexual harassment), pelecehan di jalan, diskriminasi
dan kekerasan seksual (sexual violence). Isu-isu ini dikaji dalam sudut pandang
feminisme, termasuk isu-isu patriarkhi dan penindasan.
Sekitar tahun 1960an dan 1970an, kebanyakan dari feminisme dan teori feminis
telah disusun dan difokuskan pada permasalahan yang dihadapi oleh wanita-wanita Barat,
ras kulit putih dan kelas menengah. Kemudian permasalahan-permasalahan tersebut
diklaim sebagai persoalan universal mewakili seluruh wanita. Sejak itu, banyak teori-
teori feminis yang menantang asumsi bahwa "perempuan" merupakan kelompok
individu-individu yang serba sama dengan kepentingan yang serupa. Para aktivis feminis
muncul dari beragam komunitas dan teori-teorinya mulai merambah kepada lintas gender
dengan berbagai identitas sosial lainnya, seperti ras dan kelas (kasta). Banyak kalangan
feminis saat ini berargumen bahwa feminisme adalah gerakan yang muncul dari lapisan
bawah yang berusaha melampaui batasan-batasan yang didasarkan pada kelas sosial, ras,
budaya dan agama, yang secara kultural dikhususkan dan berbicara tentang isu-isu yang
relevan dengan wanita dalam sebuah masyarakat.
5. KELEMBAGAAN KOPRI
a. Landasan Normatif
Dalam Bab VII Anggaran Rumah Tangga (ART) PMII tentang Kuota
Kepengurusan, Pasal 20 dinyatakan, ayat (1) Kepengurusan di setiap tingkat harus
menempatkan anggota perempuan minimal 1/3 keseluruhan anggota pengurus; dan ayat
(2) Setiap kegiatan PMII harus menempatkan anggota perempuan minimal 1/3 dari
keseluruhan anggota.
Penjelasan soal pemberdayaan anggota perempuan PMII ada dalam bab VIII
Pasal 21 ayat (1) Pemberdayaan Perempuan PMII diwujudkan dengan pembentukan
wadah perempuan yaitu KOPRI (Korp PMII Putri), dan ayat (2) Wadah Perempuan
tersebut diatas selanjutnya diataur dalam Peraturan Organisasi (PO).
Struktur KOPRI sebagaimana struktur PMII, terdiri dari : PB KOPRI, PKC KOPRI dan
PC KOPRI.
b. Visi dan Misi KOPRI
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat
dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Pemimpin adalah figur sentral yang
mempersatukan kelompok. Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa
individu dalam kelompok, proses mengontrol gejala-gejala sosial Kepemimpinan sebagai
suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal
dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan
kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah. Pemimpin adalah individu yang
memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai
tujuan dengan cara yang pasti.
1. Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat?
2. Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi
ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat berikut :
1. Pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa seseorang
hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat
kepemimpinannya.
2. Kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” berpendapat bahwa
efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah
dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang
pemimpin yang efektif apabila :
1. Seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
Bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk
menduduki jabatan kepemimpinannya ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang
menyangkut teori kepemimpinan.
Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat dirumuskan dua kategori yang sudah
barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi:
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dilaihkan
kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain dan Keberhasilan
seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya
memimpin organisasi lain.
Tipe-tipe Kepemimpinan :
1) Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik
mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik
yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat
egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
“keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam
organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan
martabat mereka
pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
2) Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang
bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat
tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat
kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat.
Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan
sikap kebersamaan.
3) Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria
kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya
kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah
seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak
selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4) Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar
dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang
ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan
pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah
dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata
menuntut keterlibatannya langsung.
Status quo organisasional tidak terganggu
Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif
diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi
kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang
minimum.
5) Tipe Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator
dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Menyadari bahwa mau tidak
mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas
aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya
tujuan. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan
martabat manusia. Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain :
1. Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki
kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak
secara generalis.
2. Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan
dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua,
kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
3. Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada
kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan
pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan
dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
4. Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang
berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk
kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
5. Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki
pandangan holistik mengenai orgainasi.
6. Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi
antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan
fungsi pengawasan.
7. Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan
meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
8. Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula
tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil
pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga
dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi
tersebut.
9. Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan
penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin
dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara
objektif.
10. Idealisme.
11. Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik
organisasional adalah “SWOT”. Dalam hal ini kemampuan Membedakan hal yang
Urgen dan yang Penting sangatlah perlu.
12. Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu.
13. Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
14. Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak
sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan
usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
15. Menjadi Pendengar yang Baik
16. Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap
dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi
tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
Keretakan dalam organisasi sangatlah sering terjadi disebabkan oleh berbagai hal
sebagai berikut :
1. Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan
2. Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan
dari pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak
tengah (middle level) dalam organisasi.
3. Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak
dipahami dan dihayati pleh anggota organisasi.
4. Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan
pribadi.
5. Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi
yang nyaman.
6. Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
ANSOS (ANALISIS SOSIAL) 1
Oleh : Athiyah
1. PENGERTIAN
Analisa sosial atau yang lebih akrab disebut ansos adalah usaha untuk
menganalisis sesuatu keadaa atau masalah sosial secara objektif. Analisis sosial
diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan
menelaah kaitan-kaitan historis, struktural dan konsekuensi masalah. Ansos akan
mempelajari struktur sosial, mendalami fenomena-fenomena sosial, kaitan kaitan
aspek politik,ekonomi, budaya dan agama.sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi
perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan masalah-masalah
sosial, dn juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial.
Ansos merupkan suatu proses usaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih
lengkap tentang situasi sosial, hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis.
Sehingga memungkinkan menangkap dan memahami realitas yang sedang dihadapi.
Suatu analisis pada dasarnya “mirip” dengan sebuah “penelitian akademis” yang
berusaha menyingkap suatu hal atau aspek tertentu. Dalam proses ini yang dilakukan
bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha
membongkar apa yang terjadi sesungguhnya, bahkan menjawab mengapa demikian,
dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian
tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial, seyogyanya mampu memberikan prediksi ke
depan: kemungkinan apa yang tetjadi.
2. RUANG LINGKUP ANSOS
Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks
transformasi sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target
perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan perubahan. Secara umum
objek sosial yang dapat dianalisis antara lain :
1) Sistem-sistem yang beroperasi dalam suatu masyarakat.
2) Dimensi-dimensi obyektif masyarakat (organisasi sosial, lembaga-lembaga sosial,
pola perilaku, kekuatan-kekuatan sosial masyarakat)
3) Dimensi-dimensi subyektif masyarakat (ideologi, nalar, kesadaran, logika berpikir,
nilai, norma, yang hidup di masyarakat).
4) Masalah-masalah sosial (kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas).
5) Sistem sosial (tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan, sistem
pertanian).
6) Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan.
Kebijakan publik seperti (dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU).
3. PENDEKATAN ANSOS
1) Historis: dengan mempertimbangkan konteks struktur yang saling berlainan dari
periode-periode berbeda, dan tugas strategis yang berbeda dalam tiap periode.
2) Struktural: dengan menekankan pentingnya pengertian tentang bagaimana
masyarakat dihasilkan dan dioperasikan, serta bagaimana pola lembaga-lembaga
sosial saling berkaitan dalam ruang sosial yang ada.
Semua pihak atau pelaku sosial yang menghendaki untuk mendekati dan terlibat
langsung dengan realitas sosial. Bicara tentang analisis sosial, pada umumnya selalu
dikaitkan dengan dunia akade¬mik, kaum cendikiawan, ilmuwan atau kalangan
terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat kuat bahwa anaIisis sosial hanya milik
“mereka”. Masyarakat awam tidak punya hak untuk melakukannya. Bahkan kalau
melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa, sehingga hasil analisis
awam itu dimentahkan.
Pemahaman yang demikian, bukan saja keliru, melainkan mengandung maksud-
mak¬sud tertentu yang tidak sehat dan penuh dengan kepentingan. Pengembangan
analisis sosial di sini, justru ingin membuka sekat atau dinding pemisah itu, dan
memberikatmya kesem¬patan kepada siapapun untuk melakukannya. Malahan mereka
yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan m erupakan pihak yang paling
kaya dengan data dan informasi. Justru analisis yang dilakukan oleh mereka yang
dekat dan terlibat tersebut akan lebih ber-peluang mendekati kebenaran. Dengan
demikian, tanpa memberikan kemampuan yang cu¬kup kepada masyarakat luas untuk
melakukan analisis terhadap apa yang terjadi di lingku¬ngan mereka, atau apa yang
mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat
bergantung” dan pada gilirannya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.
Kalau kita pahami secara lebih mendalam, aktivitas sosial adalah sebuah proses
pe¬nyadaran masyarakat dari suatu kondisi tertentu kepada kondisi yang lain yang
lebih baik (baca: kesadaran kritis) Kalau kita menggunakan isti1ah yang lebih populer,
aktivitas semacam itu bisa juga disebut sebagai aktivitas pemberdayaan
(Empowerment) untuk suatu entitas atau komunitas masyarakat tertentu. Dari
statemen tersebut, maka akan termuat sua¬tu makna bahwa sebenarnya kesadaran
kritis atas realitas sosial ini pada dasarnya ada pada setiap diri ma¬nusia. Hanya saja
tingkat kesadaran kritis pada masing-masing orang itu kadarnya berbeda-beda. Dan
aktivitas sosial adalah alat untuk menyadarkan atau memotivasi bagi munculnya
kesadaran tersebut. Meskipun, sebagaimana kita ketahui, bahwa membangun
kesadaran kritis atas realitas sosial itu tidaklah semudah membalik tangan, karena
kesadaran itu dilingkupi oleh persoalan-persoalan (sosial dan sebagainya), yang
senantiasa membelenggunya.
4. TAHAP-TAHAP ANALISA SOSIAL
1) Tahap menetapkan posisi, orientasi: pada intinya dalam tahap ini, pelaku analisa
perIu mempertegas dan menyingkap motif serta argumen (ideologis) dari tindakan
analisa sosial.
2) Tahap pengumpulan dan penyusunan data: tujuan dan maksud dari tahap ini, agar
analisa memiliki dasar rasionalitas yang dapat diterima akal sehat. Ujung dari
pengumpulan data ini adalah suatu upaya untuk merangkai data, dan menyusunnya
menjadi diskripsi tentang suatu persoalan.
3) Tahap analisa: pada tahap ini, data yang telah terkumpul diupayakan untuk dicari
atau ditemukan hubungan diantaranya.
5. LANGKAH-LANGKAH ANSOS
Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain :
1) Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam
arti realitas yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan
sesuai dengan visi atau misi organisasi.
2) Membangun konsep minimal asumsi teorotis yang tepat atas konteks, serta
pertanyaan-pertanyaan dan definisi kunci tentang struktur dan kultur terkait.
3) Pengumpulan data atau informasi penunjang
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data
dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media
massa, kegiatan observasi maupun investigasi langsung di lapangan. Recek data atau
informasi mutlak dilakukan untuk menguji validitas data.
4) Identifikasi dan analisis masalah
Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Pemetaan beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan
agama dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan
dapat memahami subtansi masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek.
5) Mengembangkan presepsi
Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam
masalah, selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang
objektif.Pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi
dari objek masalah, serta pengembangan beberapa alternatif sebagai kerangka tindak
lanjut.
6) Menarik kesimpulan
Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang ; akar masalah, pihak mana saja
yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan
secara politik, sosial dan ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan
untuk proses perubahan sosial.
ANTROPOLOGI KAMPUS
Oleh : Saiful Anwar
“Universitas adalah tempat untuk memahirkan diri kita, bukan saja di lapangan
technical and managerial know how, tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita,
di lapangan ideologi, di lapangan pikiran. Jangan sekali-kali universitas menjadi tempat
perpecahan”(Soekarno, Kuliah umum di Universitas Pajajaran, Bandung, 1958).
Kampus boleh dikatakan miniatur negara. Di dalamnya ada politik dan budaya
yang bermacam-macam. Kampus tidak dapat difahami hanya sebagai gelanggang
akademis dan ilmu pengetahuan, karena nyatanya memang tidak demikian. Kampus
terlibat dalam proyek dan pembangunan melalui pemberian legitimasi ‘ilmiah’.
1. Pengertian Antropologi
Ditinjau dari segi bahasa antropologi terdiri dari dua kata, yaiti antropos dan
logos. Antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, jadi
antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kehidupannya atau penyelidikan
tehadap manusia dan kehidupanya.
2. Pengertian Kampus
Kampus, berasal dari bahasa Latin; campus yang berarti “lapangan luas”, “tegal”.
Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang
merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi.
Norma akademik adalah ketentuan, peraturan dan tata nilai yang harus ditaati oleh
seluruh mahasiswa IAI Al Qolam Malang berkaitan dengan aktivitas akademik. Adapun
tujuan norma akademik adalah agar para mahasiswa mempunyai gambaran yang jelas
tentang hal-hal yang perlu dan/seharusnya dilakukan dalam menghadapi kemungkinan
timbulnya permasalahan baik masalah-masalah akademik maupun masalah-masalah non
akademik.
B. Tipologi Mahasiswa
Dalam dunia kampus pasti tidak akan pernah lepas dari kata mahasiswa.
Mahasiswa merupakan komponen utama, karena disitulah para mahasiswa itu berproses
mengembangkan dirinya. Selain itu, mahasiswa merupakan unsur terbanyak diluar civitas
akademika yang ada. Mahasiswa yang banyak itu, pastinya juga membawa karakter dan
budaya yang berbeda-beda karena datang dari berbagai penjuru daerah.
Sebagai anggota PMII yang juga merupakan mahasiswa perlu memahami tipe-
tipe dari mahasiswa, sehingga mampu menempatkan dirinya dalam tipe yang seperti apa.
Dalam pengklasifikasian ini sifatnya tidak bisa dibilang paten, karena setiap diri kita bisa
membuat tipologi sesuai dengan yang kita lihat dan rasakan. Yang paling penting dari
pengklasifikasian mahasiswa ini adalah, kita mampu memetakan jenis-jenis mahasiswa
sehingga mampu “bermain” dalam lingkungan tersebut.
a. Akademis
Mahasiswa seperti ini biasanya adalah mahasiswa yang menonjol dalam bidang
nilai akademik. Waktunya kebanyakan digunakan untut menuntut ilmu. Dan yang parah
dari mahasiswa ini adalah, ketika mereka hanya berorientasi nilai saja.
b. Aktivis
Mahasiswa ini adalah mahasiswa yang bergabung dalam organisasi tertentu, baik
ekstra maupun intra. Sekarang, banyak anggapan negative bagi mahasiswa aktivis ini.
Mulai dari sering bolos, sampai dengan sering membantah dosen. Sayangnya pendapat
ini memang digunakan oleh orang-orang yang kurang suka pada aktivis dan ingin
menjatuhkannya.
Seakan dua kata tersebut tidak dapat dipisahkan, karena dengan organisasi inilah
mahasiswa dapat mengembangkan diri dalam wawasan, dan potesi yang dimilkinya.Tapi
hal itu tidak disadari oleh setiap mahasiswa, sebagian lain –justru dalam golongan yang
lebih besar- organisasi dijadikan “momok” atau penghambat dalam akademiknya.
Kebanyakan mereka berpendapat bahwa dengan ikut berorganisasi akan menjadikan nilai
anjlok, prestasi buruk, juga menyita banyak waktu, biaya dan tenaga. Tetapui sedikit
sekali yang berfikir tentang dampak positif yang nantinya menjadi bekal kelak kembali
ke masyarakat.
Pada kampus ini organisasai bisa dibedakan menjadi dua, yaitu organisasi intra
kampus (OMIK) dan organisasi ekstra kampus (OMEK). Organisasi intra kampus adalah
organisasi yang secara administrative dan struktural berhubungan dengan kampus,
sedangkan organisasi ekstra kampus adalah organisasi independen yang baik struktur dan
administrasinya lepas dari manapun serta mempunyai aturan–aturan secara mandiri, dan
lepas dari pengawasan manapun. Sehingga organ ini lebih berani menyuarakan aspirasi
secara lantang.
Organisasi intra kampus (OMIK) IAI Al Qolam Malang terdiri dari SEMA
(Senat Maasiswa) DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa) yang
merupakanindukdarioraganisasikemahasiswaan, HMJ (HimpunanMahasiswaJurusan)
sebagaiorganisasi di tingkat Program Studi (Prodi) yang
menjadiwadahmahasiswajurusanuntukberkaryadanberkreatifitassesuaidenganjurusannya,
dan UKM (Unit KegiatanMahasiswa)
sebagaiorganisasiuntukmenyalurkanminatdanbakatmahasiswasehinggapotensidiridapatter
ekplorasidenganmaksimal.
PMII merupakan organisasi ekstra terbesar di IAI Al Qolam Malang. Namun hal
ini menjadi suatu ironi melihat banyaknya kader yang berada pada zona nyaman dan tak
mampu bersikap kritis lagi. Seharusnya sudah tugas PMII mencerdaskan kehidupan
mahasiswa IAI Al Qolam Malang sehingga mampu berpikir kritis terhadap realita sosial
yang ada.
Melihat kondisi dunia mahasiswa hari ini, PMII harus lebih matang dalam
mengembangkan visi dan misinya. PMII harus bisa menjadi organisasi “gaul” yang
sesuai dengan tuntutan jaman, tentunya tanpa meninggalkan budaya-budaya PMII yang
ada. PMII dituntut tetap menarik ditengah ababilnya mahasiswa-mahasiswa IAI Al
Qolam Malang.
Diakui atau tidak, saat ini Banyak kader PMII yang menjadi pimpinan pada
organisasi intra kampus meliputi SEMA, DEMA, HMJ, dan UKM. Ini berarti tugas dari
sahabat-sahabat PMII bisa dikatakan berat, karena selain harus menjalankan roda
organisasi di PMII juga di intranya. Namun ingat sahabat, bahwa kita terjun dalam
perpolitikan intra bukan semata-mata hanya mencari materi ataupun eksistensi saja.
Lewat intralah pintu awal kaderisasi kita, lewat intralah kita mampu mengkritisi langsung
kebijakan kampus, dan masih banyak hal-hal lainnya.
Oleh karena itu kader-kader PMII harus mampu mempersiapkan diri sebaik
mungkin baik dari segi kapasitas keilmuan maupun kecakapan managerial dalam
organisasi. Sehingga nantinya ketika masuk dunia organisasi intra sudah matang dan siap
tempur, hal ini wajib dipenuhi karena hal tersebut adalah tanggung jawab sebagai kader
PMII.
MARS PMII
Denganmu PMII
Pergerakanku
Bersemilah, Bersemilah
Tunas PMII
Kader PMII
Bersemilah, bersemilah
Bersemilah, Bersemilah
Tunas PMII
Kader PMII
Bersemilah, bersemilah
Reff
Di persimpang jalan