Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGAUDITAN II (E2)
Dosen Pengampu:
Dr. I Ketut Budiartha, S.E., M.Si., Ak., CPA
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Sella Lolita (1907531134)
I Dewa Gede Dalem Praja Dhita (1907531135)
2. Pembuktian Kas
Auditor menggunakan pembuktian kas jika pengendalian internal terhadap kas
lemah untuk menentukan: semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan,
seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi, seluruh pengeluaran kas
dibayarkan oleh bank, seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat. Suatu
pengujian kas meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut ini:
a. Merekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo di buku besar pad aawal
periode pengujian kas.
b. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang
dicatat dalam jurnal penerimaan kas pada periode yang direkonsiliasi.
c. Merekonsiliasi check-check yng dibayar bank dan pembayaran secara elektronik
dengan pengeluaran yang dicatat dalam jurnal pengeluaran kas pada periode
direkonsiliasi.
d. Merekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo di buku besar pada akhir
periode yang diuji.
Bukti kas memasukkan empat tugas rekonsiliasi yaitu:
3. Pengujian Transfer Antar Bank
Pengujian transfer bank penting untuk menguji kiting (mentransfer uang dari
bank yang satu ke bank yang lain dan mencatat transaksi tersebut dengan cara yang
salah) dan kesalahan tidak sengaja dalam mencatat transfer antarbank. Terdapat
beberapa yang sebaiknya diaudit dalam skedul transfer antara bank, yaitu:
a. Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi
b. Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank yang
mengirimkan.
c. Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus
dilakukan di tahun fiskal yang sama.
d. Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau
dikeluarkandengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar.
e. Penerimaan dalam skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan.
Walaupun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya terkait kecurangan,
tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa memerhatikan
pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat mengakibatkan salah
perhitungan antara kas dan utang dagang.
5. Pengauditan Akun-Akun Instrument Keuangan
Metodologi untuk mengaudit instrumen keuangan akhir tahun:
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Instrumen Keuangan
(Tahap I)
Risiko bisnis yang terkait dengan instrumen keuangan akan bervariasi
tergantung pada signifikansi dan agresivitas aktivitas investasi perusahaan. Risiko
yang lebih tinggi akan ditanggung oleh perusahaan yang berinvestasi dalam sekuritas
yang kurang likuid atau instrumen keuangan derivatif, dan jika proporsi investasi
lebih besar dari total aset. Perusahaan jasa keuangan akan menanggung risiko yang
lebih besar akibat minimnya volume aktivitas dan jenis instrumen yang
diperdagangkan; misalnya, beberapa perusahaan menderita kerugian perdagangan
yang besar dari aktivitas “pedagang nakal” (rogue trader) individu yang
disembunyikan dengan menyalahsajikan saldo investasi dan kas. Selain itu, seperti
diilustrasikan dalam sketsa yang terkait dengan “program nakal” (rogue program),
volatilitas pasar secara keseluruhan juga lebih tinggi hanya karena sifat dari aktivitas
perdagangan di pasar. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi
investasi klien, serta pengendalian manajemen yang mengurangi risiko tersebut.
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Saldo akun instrumen keuangan mungkin bersifat material tergantung pada
jenis dan frekuensi aktivitas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
inheren atas instrumen keuangan meliputi tujuan manajemen terkait dengan aktivitas
investasi (misalnya, hedging untuk meminimalkan risiko), kompleksitas sekuritas atau
derivatif, pengalaman sebelumnya perusahaan dengan investasi tertentu, dan apakah
faktor-faktor eksternal seperti risiko kredit atau risiko suku bunga mempengaruhi
asersi yang relevan. Banyak dari risiko tersebut berhubungan dengan tujuan audit
keakuratan, klasifikasi, dan nilai realisasi. Faktor lainnya yang meningkatkan risik
inheren atas instrumen keuangan adalah kompleksitas standar akuntansi yang relevan.
Mayoritas instrumen keuangan dinilai dengan menggunakan estimasi nilai wajar (fair
value estimates). Standar akuntansi membedakan antara estimasi nilai wajar tingkat 1
(harga yang dapat diamati, yaitu ditetapkan, di pasar aktif untuk aset ata kewajiban
yang identik) dan estimasi tingkat 2 atau tingkat 3. Estimasi tingkat menggunakan
input yang dapat diamati (langsung atau tidak langsung) selain harga yang ditetapkan,
seperti harga aset atau kewajiban yang serupa, sedangkan estimasi tingkat 3
menggunakan input yang tidak dapat diamati seperti model penetapan harga atau arus
kas yang didiskontokan. Estimasi ini memerlukan pertimbangan manajemen yang
signifikan dan auditor juga perlu mempertimbangkan insentif manajemen untuk
mengklasilikasikan investasi sebagai nilai wajar tingkat 2 atau tingkat 3. Semua risiko
ini, dikombinasikan dengan volatilitas pasar baru-baru ini dan potensi pasar menjadi
tidak likuid, akan menghasilkan potensi salah saji dan misklasifikasi saldo instrumen
keuangan yang signifikan.
3. Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Auditor harus memahami efektivitas perancangan dan pengoperasian
pengendalian internal menyangkut inisiasi, otorisasi, pemrosesan, pengukuran nilai
wajar, dan pengungkapan aktivitas investasi. Hal yang paling penting, manajemen
harus memiliki (1) strategi investasi dan kesadaran atas tingkat exposure berbagai
risiko; (2) prosedur untuk mengklasifikasikan instrumen keuangan dengan benar
sebagai perdagangan, tersedia untuk dijual, atau dimiliki hingga jatuh tempo
berdasarkan niat; (3) prosedur untuk memulai dan mencatat transaksi; dan (4)
pengendalian internal yang ketat atas penentuan estimasi nilai wajar, seperti personil
dengan keahlian atau pengalaman yang tepat dalam menilai estimasi tingkat 2 atau 3.
Jika perusahaan menggunakan organisasi jasa, seperti penasihat atau manajer
investasi, untuk mengelola aktivitas investasinya, auditor juga harus memahami
pengendalian organisasi jasa itu. Auditor sering kali dapat mengandalkan
pengendalian internal organisasi jasa jika auditor organisasi jasa tersebut menerbitkan
laporan tentang pengendalian internal organisasi jasanya. Sebaliknya, auditor
mungkin memerlukan pengetahuan khusus atau mungkin harus mengandalkan
spesialis internal perusahaan untuk membantu memahami sistem informasi yang
relevan.
4. Merancang dan melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Tidak seperti beberapa akun lain di mana auditor dapat memilih untuk
melakukan pengujian substantif yang lebih ekstensif dan mengurangi ketergantungan
pada pengendalian, penilaian pengendalian internal yang terkait dengan instrume
keuangan mungkin diperlukan demi mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat
diterima, terutama untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Pengujian
transaksi yang akan dilakukan terkait dengan instrumen keuangan meliputi pengujian
pembelian dan penjualan sekuritas serta derivatif atau penyelesaian transaksi hedging
atau lindung-nilai, keuntungan atau kerugian yang terkait, serta bunga dan pendapatan
dividen. Biasanya auditor mengandalkan laporan dan saran broker (notiiikasi yang
dikirim dari broker kepada klien berupa rincian pembelian atau penjualan) dari
manajer investasi untuk menguji pembelian dan penjualan selama pengendalian
dianggap efektif, menelusuri pembayaran atau hasil ke pengeluaran atau penerimaan
kas, kemudian menguji keakuratan matematis keuntungan dan kerugian. Pendapatan
bunga dapat dihitung ulang, sementara dividen dapat dihitung ulang dan dibandingkan
dengan sumber publik seperti catatan dividen Standard and Poor's.
5. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap II)
Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir
tahun Maumen keuangan karena saldo tersebut dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun
dan tidak selalu terkait dengan akun lainnya. Namun, prosedur analitis dapat
digunakan untuk menguji kewajaran pendapatan bunga dan dividen. Auditor juga
dapat membandingkan persentase relatif investasi di masing-masing dari tiga kategori
nilai wajar (tingkat 1, 2, atau 3) dari tahun-ke-tahun untuk menilai perubahan strategi
investasi atau risiko portofolio.
6. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Instrumen Keuangan (Tahap III)
Titik awal pengujian saldo akhir akun instrumen keuangan adalah
mendapatkan skedul aktivitas investasi selama tahun berjalan. Skedul aktivitas
investasi akan meliputi saldo awal, pembelian dan penjualan instrumen keuangan
serta keuntungan dan kerugian terkait, saldo akhir yang dicatat pada nilai pasar wajar
atau nilai lain yang konsisten dengan standar akuntansi. Skedul itu juga akan
menunjukkan pendapatan dividen dan bunga. Tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo dan pengujian atas rincian saldo yang umum dalam audit instrumen keuangan
ditampilkan pada Tabel 23-2. Tujuan yang paling penting adalah eksistensi,
keakuratan, dan nilai realisasi bagi investasi dalam sekuritas, sementara kelengkapan
juga penting bagi instrumen keuangan derivatif. Tujuan penyajian dan pengungkapan
juga sangat penting menurut persyaratan pengungkapan catatan kaki yang ekstensif
terkait estimasi nilai wajar. Dalam pembahasan tentang pengujian yang terinci, kita
mengasumsikan bahwa entitas menggunakan organisasi jasa sebagai manajer investasi
dan auditor telah menentukan bahwa organisasi jasa itu memiliki pengendalian yang
efektif. Manajer investasi, atau penasihat investasi, biasanya yang mengawali
transaksi, memegang sekuritas, serta memroses dan menyimpan catatan yang terkait
dengan transaksi itu. Kita mengacu organisasi jasa itu sebagai broker-dealer dalam
pembahasan kita tentang prosedur audit.
Auditor meminta konfirmasi dari broker-dealer untuk mengkonfirmasi
holdings akhir tahun serta transaksi yang telah selesai dan belum selesai yang terjadi
selama tahun bersangkutan. Konfirmasi ini memberikan assurance atas eksistensi,
kelengkapan, dan keakuratan. Sangatlah penting memverifikasi saldo kas, ekuivalen
kas, dan instrumen keuangan secara simultan untuk memastikan bahwa manajemen
tidak berupaya menutupi kekurangan kas dengan menghitung ganda kas. Pengujian
yang lebih ekstensif terkait dengan kelengkapan juga akan diperlukan jika ada
instrumen keuangan derivatif, seperti memeriksa kontrak derivatif terlampir serta
membaca notulen rapat dewan direksi yang berhubungan dengan aktivitas hedging
dan investasi.
Pengujian yang berkaitan dengan nilai realisasi akan bervariasi menurut jenis
sekuritas dan standar akuntansi terkait. Standar akuntansi mungkin mengharuskan
agar instrumen keuangan dicatat pada harga pokok, nilai wajar, atau berdasarkan hasil
keuangan investee. Pedoman auditing disediakan untuk mengaudit estimasi akuntansi
dan terutama untuk mengestimasi nilai wajar karena melibatkan banyak pertimbangan
auditor. Estimasi nilai wajar tingkat 1 (aset identik dengan harga pasar yang
ditetapkan) lebih mudah diaudit dan biasanya melibatkan observasi harga pasar pada
akhir tahun, yang dapat dilakukan dengan memeriksa The Wall Street Journal atau
publikasi keuangan ternama lainnya. Estimasi nilai wajar tingkat 2 dan tingkat 3 lebih
sulit diaudit karena melibatkan pertimbangan manajemen yang signifikan baik dalam
klasifikasi (tingkat 2 atau 3) maupun dalam menentukan nilai wajar. Auditor harus
menguji kelayakan dan ketepatan asumsi serta model Yang digunakan oleh
manajemen ketika menentukan estimasi nilai wajar. Jika auditor memilih
menggunakan spesialis untuk menguji estimasi nilai wajar, standar auditing
mengharuskan auditor menentukan apakah spesialis tersebut objektif dan memenuhi
kualifikasi, selain harus memahami metode yang digunakan oleh spesialis untuk
menentukan nilai wajar. Juga penting bagi auditor untuk mempertimbangkan insentif
manajemen dalam mengklasiflkasikan instrumen keuangan sebagal tmgkat 2 atau
tingkat 3 akibat perbedaan estimasi yang diperoleh menurut pandekatan yang berbeda,
serta persyaratan pengungkapan yang lebih ekstensif terkait dengan estimasi nilai
wajar tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Arens A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing dan Jasa. Jakarta:
Erlangga.
Haryono Jusup, Al. 2012. Auditing Pengauditan Berbasis ISA, Edisi ke-2. Yogyakarta: STIE
YKPN.