Anda di halaman 1dari 144

Berpancasilais

Sebuah studi komparatif pemahaman Pancasila dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Disusun Oleh :
Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.

JAKARTA, 2017
.
Berpancasilais
Sebuah studi komparatif pemahaman Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Emillia Muzwar Akobiarek, SH.,MKn.

Editor :
Dra. Intan Ratna Sari Yanti, MM

Diterbitkan oleh:

Jakarta, 2017
ETIKA BERPANCASILAIS
Penulis : Emillia Muzwar Akobiarek, SH., MKn
Editor : Dra. Intan Ratna Sari Yanti, MM
Desain & Tata Letak : Akhmad Fauzi
ISBN : 978-979-18182-6-1
Cetakan Pertama : Agustus 2017
Penerbit : Jurusan Teknik Mesin STT-PLN
Menara PLN, Jl. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi,
Cengkareng, Jakarta Barat
Telp. 021.5440342, 5440344
Fax. 021.5440343
Website : www.sttpln.ac.id

Hak Cipta@2017 pada Penulis

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian


atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk
memfotocopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR

Kehidupan ketatanegaraan Indonesia saat ini mengalami perubahan


yang sangat cepat akibat adanya gerakan reformasi dalam seluruh
bidang kehidupan yang disertai dengan perubahan terhadap UUD 1945
serta Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 yang menetapkan
mengembalikan kedudukan Pancasila pada kedudukannya yang semula
sebagai dasar negara. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya
multi tafsir dan dapat merugikan bangsa Indonesia yang mengancam
ideologi negara dan ketahanan jati diri bangsa.
Mengingat kondisi tersebut untuk membantu mahasiswa dalam
mempelajari Pancasila maka disusunlah sebuah naskah yang berisi studi
komperatif pemahaman Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila dengan tujuan
agar mahasiswa lebih mengerti dan menguasai pemahaman Pancasila
secara mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu juga
bertujuan membentuk karakter mahasiswa menjadi manusia yang
berbudi pekerti luhur dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Selanjutnya penulis mengucapkan segala puji dan syukur kepada
Allah Swt. atas bimbingannya sehingga buku panduan ini dapat selesai
dan selanjutnya besar harapan penulis agar para pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran yang berguna untuk kesempurnaan buku
ini selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan
belajar.

Jakarta, Agustus 2017

Salam Penulis

Etika Berpancasilais | iii


.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. iii


Daftar Isi ....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1


1. Latar Belakang Pendidikan Pancasila Di Perguruan
Tinggi Umum .................................................................... 1
2. Landasan Pendidikan Pancasila ..................................... 2
3. Tujuan Pendidikan Pancasila ......................................... 6
4. Kajian Pancasila Secara Ilmiah ....................................... 7
5. Pancasila Sebagai dasar Dan Etika Kehidupan
Berbangsa Dan Bernegara ............................................... 8
6. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi Umum
Sebagai Dasar Nilai-Nilai Dan Pedoman Berkarya
Bagi Lulusan ..................................................................... 10

BAB II PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH


PERJUANGAN BANGSA ..................................................... 11
1. Sejarah Nama Indonesia .................................................. 11
2. Nenek Moyang Bangsa Indonesia ................................. 12
3. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Nasional .. 13
4. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistim
Penjajahan .......................................................................... 15
5. Kondisi Kenegaraan Republik Indonesia Pasca
Proklamasi Kemerdekaan .............................................. 24
6. Masa Reformasi ................................................................ 27

BAB III PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT ................................... 35


1. Cara Berpikir Filsafat ....................................................... 35
2. Pengertian Pancasila Sebagai Filsafat ............................ 37
3. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Dan Arah
Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban Manusia 41

Etika Berpancasilais | iv
BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK ........................ 43
1. Pengertian Nilai, Moral Dan Norma ............................. 43
2. Bidang Etika Politik ......................................................... 46
3. Nilai Dasar, Nilai Instrument Dan Nilai Praksis ......... 47
4. Etika Politik Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara ........................................................................... 50
5. Pengertian Etika Politik Pancasila ................................. 52

BAB V PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL .......... 57


1. Pengertian Ideologi .......................................................... 57
2. Makna Ideologi Bagi Negara .......................................... 58
3. Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional ................ 59
4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka .............................. 61
5. Pancasila Sebagai Suatu Pilihan Bangsa ....................... 63
6. Krisis Kebudayaan Yang mengancam Persatuan Dan
Kesatuan ............................................................................ 64
7. Pemberdayaan Ideologi Pancasila Sebagai Proses
Pendidikan ........................................................................ 67

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS


KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA ........... 69
1. Pembukaan UUD 1945 .................................................... 69
2. Batang Tubuh UUD 1945 ................................................ 76
3. Amandemen/Perubahan UUD 1945 ............................. 81

BAB VII PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN
BERNEGARA .......................................................................... 86
1. Pancasila Paradigma Pembangunan ............................. 86
2. Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan ...................... 90

BAB VIII PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DAN


KARAKTER BANGSA .......................................................... 92
1. Pancasila Identitas Nasional ........................................... 92

v | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


2. Penyebab Sering Munculnya Konflik Antar
Masyarakat, Antar Golongan, Antar Pribadi Serta
Solusinya ........................................................................... 93
3. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional ... 95
4. Indonesia Dan Perdamaian Dunia ................................. 96
5. Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan
Identitas Nasional ............................................................ 98
6. Pancasila Sebagai Karakter Bangsa ............................... 100

BAB IX PANCASILA DALAM SISTIM POLITIK INDONESIA 104


1. Sistim Konstitusi ............................................................... 104
2. Pengetahuan Politik Dan Sistim Politik ........................ 106
3. Demokrasi Indonesia ....................................................... 108
4. Pemilihan Umum Di Indonesia ..................................... 111

BAB X PANCASILA DALAM KONTEKS HAK ASASI


MANUSIA DAN RULE OF LAW ........................................ 116
1. Hak Asasi Manusia .......................................................... 116
2. Permasalahan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia
Di Indonesia ...................................................................... 117
3. Rule Of Law ........................................................................ 119
4. Pemberantasan Korupsi .................................................. 121

BAB XI PANCASILA SEBAGAI FILTER NILAI-NILAI ASING


DI ERA BUDAYA GLOBALISASI
1. Pancasila Di Masa Kini .................................................... 126
2. Cara Menjaga Eksistensi Pancasila Di Masa Kini ........ 128

Etika Berpancasilais | vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Petikan Naskah Proklamasi ............................................. 22


Gambar 2. Sistim Etika ........................................................................ 44
Gambar 3. Hirarki Peraturan Perundangan Indonesia ................... 49
Gambar 4. Skema Kelembagaan Negara Pada Masa Orde Baru ... 78
Gambar 5. Skema Kelembagaan Negara Pada Masa Reformasi ... 79
Gambar 6. Skema pengaruh Teknologi Informasi Dan
Komunikasi ........................................................................ 127

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 132

vii | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


BAB I
PEMBELAJARAN PEMAHAMAN PANCASILA
DI PERGURUAN TINGGI

1.1. Latar Belakang Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi


Umum
Perubahan yang terjadi di dunia terasa begitu cepat, sehingga
menyebabkan seluruh tatanan yang ada di dunia ini ikut berubah,
sementara tatanan yang baru belum terbentuk. Hal ini menyebabkan
sendi-sendi kehidupan yang selama ini diyakini kebenarannya menjadi
usang. Nilai-nilai yang semula menjadi panutan hidup perlahan-lahan
mulai ditinggalkan.
Reformasi telah berjalan sejak tahun 1998, semula harapan Indonesia
maju secara positif, namun kenyataannya malah sebaliknya banyak
ditemukan kecenderungan perubahan yang negatif dalam berbagai
bidang seperti politik, ekonomi dan hukum. Dalam bidang ekonomi,
Indonesia lebih mengarah pada sistim liberal, pasar modern bermodal
besar bermunculan menggusur ekonomi rakyat. Dalam bidang hukum,
penegakan hukum belum maksimal. Semua terjadi karena Indonesia
terpengaruh dengan peradaban barat yang cenderung individualistis,
liberal, materialistis dan hedonis. Oleh karena itu perubahan yang kita
inginkan adalah berdasarkan kepada karakter bangsa yang telah teruji
kebenarannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Guna merespon kondisi tersebut di atas, pemerintah perlu
mengantisipasi agar tidak menuju ke arah keadaan yang lebih
memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam menjaga nilai-nilai panutan yang hidup dalam berbangsa dan
bernegara agar lebih efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Upaya di
bidang pendidikan, khususnya pendidikan tinggi berupa perubahan-
perubahan kurikulum sesuai dengan acuan strategi pembangunan
pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistim Pendidikan Nasional, maka ditetapkan bahwa :

Etika Berpancasilais |1
1. Kurikulum perguruan tinggi perlu dirancang berbasis kompetensi
yang sejalan dan searah dengan disain kurikulum bidang studi di
perguruan tinggi.
2. Proses pembelajaran berpendekatan kepentingan mahasiswa yang
bersifat mendidik dan dialogis.
3. Profesionalisme dosen selaku pendidik perlu terus-menerus
ditingkatkan.
Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa yang
mengacu kepada nilai-nilai luhur. Oleh karena itu pemulihan kembali
kesadaran kolektif bangsa tentang posisi vital dan urgensi Pancasila
dalam kehidupan negara bangsa Indonesia. Pancasila kembali menjadi
rujukan dan panduan dalam pengambilan berbagai kebijakan, mulai
dalam kehidupan beragama, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi dan
keadilan.

1.2. Landasan Pendidikan Pancasila


Landasan diselenggarakannya pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi adalah sebagai berikut :
1. Landasan Historis
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, pada umumnya tidak
akan terlepas dari masa lalu. Hampir semua kegiatan yang berhubungan
dengan manusia tidak akan terlepas dari sejarah masa lalunya. Begitu
juga dengan keberadaan bangsa Indonesia, tidak terlepas dari aspek
historis yang membangunnya. Bangsa Indonesia tidak terbentuk secara
otomatis begitu saja, akan tetapi terbentuk melalui proses yang sangat
panjang. Dimulai dari Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan sampai
bangsa asing datang dan menjajah bangsa Indonesia. Dalam perjalanan
yang sangat lama bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati
dirinya sebagai bangsa yang mandiri yang memiliki suatu prinsip yang
terkandung dalam pandangan hidup dan falsafah bangsa. Sehingga
pada akhirnya, bangsa Indonesia menemukan jati dirinya yang memiliki
ciri khas, sifat dan karakter yang berbeda dengan bangsa lain. Ciri, sifat
dan karakter yang khas tersebut oleh para pendiri bangsa Indonesia
dirumuskan dalam lima prinsip dasar yang bernama Pancasila. Oleh
karena itu, ciri khas tersebut tidak berarti baru ada di masa

2 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


kemerdekaan. Ciri has tersebut sesungguhnya telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak dahulu kala. Para pendiri bangsa Indonesia hanya
merumuskannya kembali sehingga menjadi pegangan, falsafah dan
ideologi bangsa. Dengan demikian nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila tidak lain adalah nilai yang datang dari diri bangsa Indonesia
sendiri dan kehidupan bangsa Indonesia tidak akan mungkin bisa
terlepas dari Pancasila. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka para
generasi muda diharapkan dapat mengetahui, mengkaji dan
mengembangkan nilai-nilai Pancasila.

2. Landasan Kultural
Manusia dapat digolongkan menjadi sunatullah, “man born is a social
being.” Manusia sebagai mahkluk sosial akan selalu hidup
bermasyarakat. Manusia yang hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara akan memiliki tujuan bersama yang akan dicapai. Tujuan
tersebut menjadi sebuah pandangan hidup. Setiap bangsa memiliki
pandangan hidupnya masing-masing yang berbeda antara satu bangsa
dengan bangsa lainnya yang disebabkan karena setiap bangsa memiliki
latar belakang historis dan kultural yang berbeda. Pandangan hidup
suatu bangsa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bangsa yang
bersangkutan. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup adalah
bangsa yang tidak memiliki jati diri dan kepribadian. Oleh karenanya
bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup akan mudah terombang-
ambing dalam perjalanan kehidupannya apabila mendapatkan
tantangan baik dari dalam maupun dari luar bangsa yang bersangkutan.
Bangsa Indonesia memiliki pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada asas kultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya merupakan
suatu hasil konseptual seorang saja melainkan merupakan hasil karya
besar bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi
filosofis para pendiri negara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia adalah jati diri dan kepribadian bangsa yang merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam tradisi
adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia dimana Pancasila memiliki

Etika Berpancasilais |3
sifat terbuka terhadap perkembangan zaman. Oleh karena itu Pancasila
mampu beradaptasi dengan perkembangan dan tantangan zaman.
Pancasila adalah sebuah karya besar yang datang dari budaya bangsa
sendiri. Oleh karena itu para generasi muda, khususnya para intelektual
kampus dapat memahami dan mendalami Pancasila dan
perkembangannya yang dinamis. Dengan demikian diharapkan bagi
para generasi muda penerus dapat memperkaya sekaligus
mempertahankan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan
zaman.

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis adalah landasan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran akan peran Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum. Oleh karenanya Pancasila akan mengikat seluruh
bangsa dan negara Indonesia agar dilaksanakan secara murni dan
konsekuen. Pelaksanaan Pancasila dalam kegiatan kehidupan sehari-
hari, baik secara individual maupun sebagai mahkluk sosial. Sehingga
dengan demikian, landasan yuridis dapat memberikan rambu-rambu
terhadap mahasiswa dalam mengambil sikap dalam berbangsa dan
bernegara. Di samping itu landasan yuridis adalah landasan yang
berdasarkan atas peraturan yang dibuat melalui perundingan dan
musyawarah. Landasan yuridis Pancasila terkandung dalam alinea ke IV
Pembukaan UUD 1945 yang memuat rumusan sila-sila Pancasila sebagai
dasar negara yang sah. Adapun landasan yuridis untuk perkuliahan
Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi adalah Undang-Undang No.
20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional dimana telah
ditetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis dan jenjang pendidikan
wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan. Penyelenggaraan pendidikan Pancasila
di Perguruan Tinggi lebih penting lagi karena Perguruan Tinggi sebagai
agen perubahan yang melahirkan intelektual-intelektual muda yang
kelak menjadi tenaga inti pembangunan dan pemegang estafet
kepemimpinan bangsa dalam setiap strata lembaga dan badan-badan
negara, lembaga-lembaga daerah, lembaga-lembaga infrastruktur politik
dan sosial kemasyarakatan, lembaga-lembaga bisnis, dan lainnya

4 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


4. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis
bangsa Indonesia sudah merupakan suatu keharusan moral yang secara
konsisten direalisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
merupakan bentuk filosofis bangsa yang telah hidup dan tumbuh
berkembang sejak sebelum berdirinya negara Indonesia. Secara filosofis
bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa
yang berketuhanan dengan berkemanusian. Hal ini berdasarkan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah mahkluk Tuhan Yang Maha
Esa, maka setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada
nilai-nilai Pancasila, demikian pula sistim peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk proses reformasi yang berlangsung saat ini merupakan suatu
keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik,
hukum sosial, budaya maupun pertahanan keamanan. Oleh karena itu
maka konsekuensinya adalah bahwa dalam setiap kegiatan
penyelenggaraan negara, haruslah bersumberkan pada nila-nilai yang
terkandung dalam Pancasila termasuk juga perundang-undangan yang
ada di Indonesia. Dengan demikian maka suatu keharusan untuk
menempatkan Pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan
kegiatan kenegaraan dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan.
Sehingga para generasi muda mampu merefleksikan secara kritis dan
rasional terhadap nilai-nilai Pancasila.

5. Landasan Sosiologis
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia
penuh dengan kebhinekaan yang terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa
yang tersebar dilebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah
mempraktekan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan
fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif
ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat bagi setiap warga
bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau

Etika Berpancasilais |5
hukum tertulis (peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan
traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan
atau kesepahaman dan konvensi. Kebhinekaan atau pluralitas
masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama, ras, etnik,
bahasa, tradisi budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi
Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah
menunjukan bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau
pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-nilai
Pancasila-lah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan
kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai
kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan yang
terakhir (G30S/PKI) pada tanggal 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari
tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Oleh karena itu
bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi
pemersatu Pancasila. Sehingga nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan
dari generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan masyarakat bangsa.
Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat proses
pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai
Pancasila tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara
terencana dan terpadu.

1.3. Tujuan Pendidikan Pancasila


Tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan Nasional. Hal ini sesuai dengan pasal 31 UUD 1945
yang menyatakan bahwa : “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistim pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang.” Berdasarkan
ketentuan tersebut di atas, maka pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi sangatlah penting keberadaanya.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional
mengusahakan :

6 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


1. Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan
yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri.
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia yang terwujud dalam Ketahanan Nasional yang
tangguh yang mengandung makna terwujudnya kemampuan
bangsa menangkal setiap ajaran, paham dan ideologi yang
bertentangan dengan Pancasila.

1.4. Kajian Pancasila Secara Ilmiah


Menurut I. R. Poedjowijatno dalam bukunya yang berjudul ‘tahu
dan Pengetahuan’ Pancasila dalam suatu kajian ilmiah harus memenuhi
syarat ilmiah yaitu sebagai berikut :
1. Berobjek
Adapun yang dimaksud dengan objek Pancasila adalah suatu objek
yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila, baik
yang bersifat empiris maupun non empiris. Pancasila merupakan hasil
budaya bangsa Indonesia sebagai asal mula nilai-nilai Pancasila. Dengan
demikian subjek material dalam pembahasan Pancasila adalah bangsa
Indonesia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Oleh karena itu
objek pembahasan Pancasila adalah dapat berupa hasil budaya bangsa
Indonesia yang berupa lembaran negara, bukti-bukti sejarah, benda-
benda sejarah, lembaran hukum maupun naskah kenegaraan. Adapun
objek yang bersifat non empiris antara lain meliputi nilai-nilai budaya,
nilai moral serta religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat,
karakter dan pola budaya dalam masyarakat.

2. Bermetode
Adapun yang dimaksud dengan metode yaitu seperangkat cara atau
sistim pendekatan terhadap pembahasan Pancasila untuk mendapatkan
suatu kebenaran yang bersifat objektif. Metode dalam pembahasan
Pancasila sangat bergantung pada karakteristik objek forma maupun
objek material Pancasila. Salah satu metode dalam pembahasan
Pancasila adalah metode analitico syntetic, yaitu gabungan metode
analisa dan sintesa. Selain itu digunakan juga metode hermeneutika, yaitu

Etika Berpancasilais |7
suatu metode untuk menemukan makna di balik objek, demikian juga
metode koherensi historis serta metode pemahaman penafsiran dan
interpretasi yang senantiasa didasarkan atas logika dalam suatu
penarikan kesimpulan.

3. Bersistim
Sebuah pengetahuan ilmiah harus bulat dan utuh. Bagian-bagian
dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan sebuah kesatuan yang
saling berhubungan. Oleh karena itu pembahasan Pancasila secara
ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan. Apabila
Pancasila di dalam dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan
dan keutuhan ‘majemuk tunggal’, maka kelima sila yang ada di
dalamnya baik rumusan, inti maupun isi dari sila-sila Pancasila itu
adalah sebuah kesatuan dan kebulatan.

4. Bersifat Universal
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup
yang sangat luas, tergantung pada objek forma atau sudut pandang
pembahasannya masing-masing. Apabila Pancasila dibahas dari sudut
pandang yuridis kenegaraan maka meliputi pembahasan Pancasila
dalam kedudukan sebagai dasar negara Republik Indonesia, sehingga
meliputi bidang pembahasan yuridis dan ketatanegaraan, realisasi
Pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara secara resmi, baik
yang menyangkut norma hukum maupun norma moral dalam
kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.

1.5. Pancasila Sebagai Dasar Dan Etika Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Dalam pembahasan Pancasila sebagai dasar dan etika kehidupan
berbangsa dan bernegara perlu dipahami sebagai berikut :

1. Pengertian Etika
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik
dan buruk. Pembahasannya meliputi kajian praksis dan refleksi filsafati

8 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


atas moralitas secara normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas
sebagai perbuatan sadar yang dilakukan dan didasarkan pada norma-
norma masyarakat yang mengatur perbuatan yang baik (susila) atau
buruk (asusila). Sedangkan refleksi filsafat tentang ajaran moral filsafat,
mengajarkan bagaimana moral tersebut dapat dijawab secara rasional
dan bertanggung jawab.

2. Pancasila Sebagai Sumber Etika


Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika, tercermin dalam sila-
silanya, yaitu sebagai berikut :
 Sila Pertama : menghormati setiap orang atau warga negara atas
berbagai kebebasannya dalam menganut agama dan
kepercayaannnya masing-masing serta menjadikan ajaran-ajarannya
sebagai panutan untuk menuntun maupun mengarahkan jalan
hidupnya.
 Sila Kedua : menghormati setiap orang dan warga negara sebagai
pribadi (persona) “utuh sebagai manusia”, manusia sebagai subjek
pendukung, penyangga, pengemban serta pengelola hak-hak dasar
kodrati, merupakan suatu keutuhan dengan eksistensi dirinya secara
bermartabat.
 Sila Ketiga : bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi
segmentasi-segmentasi atau primordialisme sempit dengan jiwa dan
semangat “Bhineka Tunggal Ika”, yaitu bersatu dalam perbedaan
dan berbeda dalam persatuan.
 Sila Keempat : kebebasan, kemerdekaan, kebersamaan dimiliki dan
dikembangkan dengan dasar musyawarah untuk mencapai
kemufakatan secara jujur dan terbuka dalam menata berbagai aspek
kehidupan.
 Sila Kelima : membina dan mengembangkan masyarakat yang
berkeadilan sosial yang mencakup kesamaan derajat (equality) dan
pemerataan (equity) bagi setiap orang atau setiap warga negara.

Etika Berpancasilais |9
1.6. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi Umum Sebagai Dasar
Nilai dan Pedoman Berkarya Bagi Lulusan
Pendidikan abad 21 yang disepakati oleh 9 menteri pendidikan dari
negara-negara berpenduduk terbesar di dunia, termasuk Indonesia di
New Delhi tahun 1996, diharapkan dapat berperan secara efektif dalam
hal :
1. Mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan anggota
masyarakat yang bertanggung jawab.
2. Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan bagi kesejahteraan
manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
3. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan,
pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni demi kepentingan kemanusian.
Senada dengan alinea tersebut di atas, Konferensi Dunia tentang
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh UNESCO di Paris tahun
1998, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari 140 negara termasuk
Indonesia, menyepakati perubahan pendidikan tinggi ke masa depan
yang bertumpu pada pandangan, bahwa tanggung jawab pendidikan
tinggi adalah :
1. Selain meneruskan nilai-nilai, transfer ilmu pengetahuan teknologi
dan seni, juga melahirkan warga negara yang berkesadaran tinggi
tentang bangsa dan kemanusian.
2. Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam
konteks yang dinamis.
3. Mengubah cara berpikir, sikap hidup dan perilaku berkarya
individu maupun kelompok masyarakat dalam rangka
memprakarsai perubahan sosial yang berkaitan dengan perubahan
ke arah kemajuan, adil dan bebas.

10 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Pendidikan Sejarah Pancasila merupakan bagian dari proses


sosialisasi budaya nasional yang berasal dari kebhinekaan budaya
daerah yang telah menyatu dan diakui keeksistensiannya dalam
kehidupan berbangsa melalui pengembangan proses kehidupan
berbudaya. Sedangkan fungsi pendidikan sejarah Pancasila selain untuk
mempersiapkan kematangan pola pikir, sikap dan perilaku para
mahasiswa sebagai calon sarjana intelektual dalam mengembangkan
tugas-tugas bangsa dimasa yang akan datang dalam rangka
mengupayakan agar program pendidikan dapat disosialisasikan secara
benar oleh para mahasiswa.
Dalam rangka mencermati kembali latar belakang situasi dan
kondisi sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara, selain untuk
mengingatkan kembali akan kuatnya semangat persatuan dan kesatuan
yang dikobarkan dalam perjuangan bangsa bagi negara yang baru
merdeka juga sangat berharga dalam membina dan memperkokoh
nation and character building.
Melalui Pancasila sebagai dasar negara yang melandasi kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam perkembangannya juga menjadi
ideologi negara maka bangsa Indonesia akan terus berjuang baik melalui
pembangunan di bidang politik kenegaraan maupun dalam kehidupan
sosial budaya masyarakat sampai kepada tahap menghadapi gelombang
sejarah perubahan yang sangat mendasar dan cepat pada era globalisasi
abad ke 21 dewasa ini. Oleh sebab itu sangat penting bagi kita untuk
mengetahui sejarah perjalanan Pancasila sejak dahulu hingga saat ini.

2.1. Sejarah Nama Indonesia


Sejarah berdirinya Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur sampai
dengan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dengan pengaruh

Etika Berpancasilais | 11
kebudayaan Hindu dan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
maka telah ada nama bagi wilayah kepulauan yang merupakan tanah air
bangsa Indonesia. Nama “nusantara” diberikan oleh pujangga
Majapahit, sedangkan bangsa India memberikan nama pada Indonesia
dengan “Dwipantara”. Kemudian pada masa penjajahan Belanda,
Indonesia diberi nama Hindia Belanda atau Nederlands Indie oleh
pemerintah penjajah Belanda.
Nama Indonesia berasal dari bahasa latin, yaitu ‘Indos’ dan ‘Nesos’
yang artinya India dan pulau-pulau. Nama Indonesia yang dimaksud
adalah pulau-pulau yang ada di Samudera India dan itulah yang
dimaksud sebagai satuan pulau yang kemudian disebut dengan
Indonesia.
Pada sekitar tahun 1920 partai-partai politik dan organisasi massa
zaman Hindia Belanda dan organisasi pelajar mahasiswa Indonesia di
Nederland sudah menggunakan sebutan Indonesia. Misalnya nama
perhimpunannya sejak tahun 1922 telah diganti namanya dengan
Perhimpunan Indonesia. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya
nama tersebut lebih banyak lagi dipergunakan.
Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan juga
semenjak Hari Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 istilah “Indonesia” menjadi nama resmi di
seluruh tanah air, bangsa dan negara Indonesia.

2.2. Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Sejak zaman purbakala kepuluan nusantara telah dihuni manusia.
Zaman peradaban batu terjadi dua golongan perpindahan bangsa dari
daratan Asia menyeberang ke kepulauan di Samudera India kemudian
menyebar dari Madagaskar sampai ke Philipina dan Melanesia yang
akhirnya hidup menyatu dengan penduduk asli setempat. Inilah yang
dikenal sebagai nenek moyang bangsa Indonesia.
Penduduk asli inilah yang diakui sebagai nenek moyang bangsa
Indonesia dan mereka telah memiliki suatu nilai kehidupan yang
berbudaya tinggi menurut kondisi saat itu sebelum datangnya pengaruh
bangsa-bangsa asing. Nenek moyang kita pada ummnya saat itu hidup

12 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


dari bertani dan menjadi nelayan/pelalui. Sebagai sisa warisan nenek
moyang adalah berupa perahu bercadik yang kita kenal sebagai
peninggalan masa lalu.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa nenek moyang kita di nusantara
ini hidup di berbagai ribuan pulau. Nenek moyang kita tinggal dalam
kelompok-kelompok kecil sebagai masyarakat yang terisolasi oleh alam
yang satu dengan yang lain terpisah-pisah dalam kelompok yang
akhirnya membentuk suku-suku yang memiliki budayanya sendiri yang
berbeda satu dengan yang lain. Meskipun perbedaan-perbedaan
tersebut tidak terlalu tajam seluruh perbedaan budaya suku-suku yang
ada akan memberikan bentuk pada kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Pada kebudayaan Indonesia asli yang dinilai memiliki unsur-unsur
budaya yang luhur berupa antara lain sifat religius yaitu suatu
kepercayaan terhadap zat yang gaib, juga sikap menghormati terhadap
roh para orang tua dan roh nenek moyang sebelumnya. Demikian juga
rasa peri kemanusian yang iklas tanpa membedakan sumber dan warna
kulit, rasa persatuan dan kesatuan yang terbina sangat erat dalam
bentuk kekeluargaan, sikap ramah tamah, suka bekerja keras tanpa
pamrih, serta rasa keadilan yang merata dalam lingkungannya. Semua
hal yang disebutkan di atas merupakan gambaran yang mencerminkan
ciri-ciri khas kehidupan serta kepribadian bernilai luhur yang telah
dimiliki oleh nenek moyang kita sejak zaman dahulu kala.

2.3. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Nasional


Nilai-nilai Pancasila pada masa Kerajaan Nasional diawali oleh
berdirinya dua kerajaan besar di Indonesia, yaitu Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Majapahit.
1. Masa Kerajaan Sriwijaya
Pada abad ke VII, berdirilah Kerajaan Sriwijaya dibawah kekuasaan
dinasti Saylendra, berbahasa Melayu Kuno dan menggunakan huruf
Pallawa. Kerajaan ini memiliki kekuatan maritim yang cukup tangguh
dengan menguasai jalur pelayaran Selat Sunda dan Selat Malaka.
Melalui kekuatan maritimlah Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar
di Asia Selatan. Para pengrajin dipersatukan di bawah pengawasan

Etika Berpancasilais | 13
pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah. Para pengrajin diberikan
kemudahan dalam memasarkan barang produksinya karena para
pegawai raja mengumpulkannya dalam sebuah lembaga koperasi
seperti pada zaman modern sekarang. Pada hakikatnya nilai-nilai
budaya bangsa semasa kerajaan Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai
Pancasila, yaitu sebagai berikut :
a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan
Hindu yang hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan
Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
agama Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan
India. Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India. Telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep Wawasan
Nusantara.
d. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat
luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.
e. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur
tersebut adalah prasasti Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi,
Talang Tuo dan Kota Kapur.

2. Kerajaan Majapahit
Pada abad ke XIII berdirilah kerajaan Majapahit di Kediri, Jawa
Timur. Masa kejayaannya pada saat dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk
dengan patihnya Gajah Mada dan dibantu oleh Laksamana Nala,
berbahasa Melayu Kuno dan berhuruf Pallawa. Kerajaan Majapahit
berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan lain yang berada di wilayah
nusantara sebagai bukti dari sumpah Palapa yang diucapkan oleh
Mahapatih Gajahmada dengan wilayah kekuasaan yang membentang
dari Semenanjung Melayu sampai Irian Barat. Sumpah Palapa yang
diucapkan oleh Mahapatih Gajahmada itu berlangsung pada sidang
Ratu dan para menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun

14 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


1331. Cita-cita luhur Mahapatih Gajahmada untuk mempersatukan
seluruh nusantara yang bunyi lengkapnya sebagai berikut : “Saya baru
akan berenti berpuasa memakan pelapa jika seluruh nusantara
bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram,
Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik
telah dikalahkan.” Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa
kerajaan Majapahit telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila yaitu sebagai
berikut :
1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan
Hindu yang hidup berdampingan secara damai.
2. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan persahabatan antara
Majapahit dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan
Kamboja.
3. Nilai sila ketiga, terwujud melalui Sumpah Palapa oleh Patih
Gajahmada guna mempersatukan seluruh wilayah nusantara.
4. Nilai sila keempat, terwujud melalui nilai-nilai musyawarah dan
mufakat juga telah dilakukan oleh sistim kerajaan Majapahit.
5. Nilai sila kelima, terwujud melalui kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
Pada masa kerajaan Majapahit inilah istilah Pancasila mulai
disebutkan di dalam dokumen tertulis yang ditemukan dalam dua buah
buku, yaitu :
a. Buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca, yang di dalamnya
telah terdapat istilah “Pancasila.”
b. Buku Sutasoma Karangan Mpu Tantular, yang di dalamnya terdapat
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang
artinya walaupun berbeda-beda, namun satu juga dan tidak ada
agama yang memiliki tujuan yang berbeda.

2.4. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistim Penjajahan


Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah
terutama rempah-rempah menyebabkan bangsa Eropa masuk ke
Indonesia. Tercatat bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda yang datang
silih berganti. Masuknya bangsa Eropa seiring dengan keruntuhan
kerajaan Majapahit akibat perselisihan dan perang saudara. Kemudian

Etika Berpancasilais | 15
seiring dengan itu pada abad ke XVI agama Islam berkembang pesat
dengan berdirinya kerajaan Islam yang pertama, yaitu Samudera Pasai
dan Demak, namun tidak mampu membendung tekanan bangsa Eropa
memasuki Indonesia.
Penjajah yang paling lama menjajah Indonesia adalah Belanda.
Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1602 dengan mendirikan
Verenigde Oost Indisce Compagnie (VOC), yaitu sebuah perusahaan
dagang partikelir. Kemudian lambat laun berubah menjadi badan
pemerintahan resmi, yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Praktek
perdagangan yang dilakukan Belanda mulai menunjukkan pemaksaan
terhadap penduduk pribumi. Monopoli perdagangan dikuasai
sepenuhnya oleh VOC. Hasil panen penduduk pribumi harus dijual
dengan harga murah kepada VOC. Selain itu praktek pungutan pajak
hasil bumi pun dibedakan sehingga dimulailah perlawanan bangsa
Indonesia terhadap Belanda.
Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung mengadakan
perlawanan terhadap VOC pada tahun 1628. Saat itu wilayah Batavia
yang dikuasai VOC dengan pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pusat
perdagangan diserang oleh rakyat Mataram. Penyerangan ini diulang
lagi pada tahun 1629. Memang serangan ini tidak berhasil meruntuhkan
kekuasaan VOC, namun setidaknya pada penyerangan yang kedua
Gubernur Jenderal J.P. Coen tewas.
Di Banten hal serupa terjadi. Pada tahun 1864 Banten yang berada di
bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditundukkan oleh
VOC. Perlawanan rakyat Banten pun tidak mampu mengusir kekuasaan
Belanda. Bahkan rakyat Banten dibuat semakin sengsara dengan
pemberlakuan sistim kerja paksa yang bernama Rodi. Salah satunya
rakyat Banten dipaksa terlibat dalam pembuatan jalan yang
menghubungkan wilayah Anyer dengan Panarukan. Jalan Raya Pos
yang dibangun pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Deandels
ini dikenal dengan nama Jalan Deandels hingga sampai saat ini.
Tidak hanya di Makasar dan Banten, perlawanan pun dilakukan
oleh rakyat Jawa Timur di bawah pimpinan Untung Suropati pada akhir
abad XVII. Di Minangkabau Ibnu Iskandar melakukan hal yang sama.
Perlawanan terhadap Belanda terjadi hampir disetiap daerah di

16 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Indonesia. Akan tetapi karena perlawanan secara fisik bersifat sendiri-
sendiri di setiap daerah. Tidak adanya persatuan dan koordinasi dalam
melakukan perlawanan, sehingga bangsa Indonesia tidak mampu
mengusir bangsa penjajah. Di samping itu kurangnya pemahaman
bahwa hanya dengan persatuanlah bangsa Indonesia dapat terbebas dari
kekuasaan penjajah. Bangsa Indonesia hanya paham bahwa jika
ditindas, maka harus melawan. Padahal tidak cukup dengan itu saja,
bangsa Indonesia memerlukan taktik dan strategi yang matang untuk
melakukan perlawanan. Taktik dan strategi perlu dirancang dalam
sebuah forum musyawarah. Sebuah wadah organisasi diperlukan untuk
membicarakan taktik dan strategi dalam mengusir penjajah.
Pada permulaan abad XX bangsa Indonesia mengubah cara-cara
perlawanan terhadap penjajah. Bentuk perlawanan itu adalah dengan
membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya
bernegara dengan mendirikan berbagai macam organisasi politik.
Organisasi pelopor yang pertama adalah Budi Utomo yang didirikan
pada tanggal 20 Mei 1908 dengan tokohnya dr. Wahidin Sudirohusodo.
Kemudian Syarikat Dagang Islam (1909) yang berubah bentuknya
menjadi Syarikat Islam pada tahun 1911 dengan tokohnya H.O.S.
Tjokroaminoto. Pada tahun 1913 didirikanlah Indische Partij dengan
pelopornya Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo dan Ki Hajar
Dewantara dan pada tahun 1927 berdirilah Partai Nasional Indonesia
yang dipelopori oleh Soekarno.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan dipelopori oleh Muh. Yamin
dan Kuncoro Purbopranoto mengumandangkan Sumpah Pemuda yang
berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air dan bahasa satu, yaitu
Indonesia. Makna sumpah pemuda ini adalah makin tegaslah apa yang
diinginkan oleh bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan
bangsa. Sejak sumpah inilah lagu Indonesia Raya yang diubah oleh
seorang tokoh pemuda bernama Wage Rudolf Supratman untuk
pertama kalinya mulai dikumandangkan. Lagu ini sebagai penggerak
semangat kebangkitan dan kesadaran berbangsa
Pada tanggal 5 Mei 1940 Belanda disebu oleh tentara Nazi Jerman.
Lima hari kemudian belanda jatuh ketangan Nazi. Hal ini menyebabkan
Ratu Wilhelmina beserta aparat pemerintahannya mengungsi ke Inggris.

Etika Berpancasilais | 17
Namun demikian pemerintah Belanda masih dapat menjalin komunikasi
dengan pemerintahan jajahan yang masih berada di Indonesia. Maka
dengan kejatuhan Belanda tersebut tidak secara otomatis membuat
Belanda angkat kaki dari bumi Indonesia. Mareka masih berusaha
mempertahankan kekuasaan di bumi Indonesia. Merasa kekuatannya
melemah, Belanda berusaha mengambil hati bangsa Indonesia dengan
memberikan janji kemerdekaan untuk Indonesia dikemudian hari.
Namun ternyata janji Belanda itu tidak pernah ditepati sampai dengan
akhir pendudukannya pada tanggal 10 Maret 1940.
Pada tanggal 7 Desember 1941 pecahlah perang Pasifik dengan di
bomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Dalam waktu singkat Jepang dapat
menduduki daerah-daerah jajahan sekutu di Pasifik. Kemudian pada
tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia dengan mengusir
bangsa Belanda. Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia
untuk membebaskan Indonesia dari Belanda. Propaganda Jepang
tersebut ternyata hanya untuk mendapat dukungan dari Indonesia
karena Jepang semakin terdesak oleh Amerika, Inggris, Rusia, Perancis,
Belanda dan negara sekutu lainnya.
Kaisar Jepang Hirohito memberikan janji kedua kepada Indonesia
berupa kemerdekaan tanpa syarat yang disampaikan seminggu sebelum
Jepang menyerah pada sekutu. Jepang mengeluarkan Maklumat
Gunseikan yang berisi bahwa bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaan. Di samping itu Jepang pun
menyarankan Indonesia mendirikan negara Indonesia di hadapan
Belanda yang pada saat itu Belanda mulai melancarkan penyerangannya
di Pulau Tarakan dan Pulau Morotai.
Pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun
Kaisar Hirohito dibentuklah Dokuritzu Zyumbi Tjoosakai atau Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
yang beranggotakan 63 orang dan diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio dan Raden Panji
Soeroso.
Pada sidang BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.
Muh. Yamin mengusulkan rumusan dasar negara yaitu sebagai berikut :

18 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusian
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Mengakhiri pidatonya Mr. Muh. Yamin menyerahkan naskah
sebagai lampiran yaitu suatu rancangan yang berisi rumusan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia. Rancangan tersebut dimulai dengan
pembukaan yang bunyinya sebagai berikut : “Untuk membentuk
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, menyuburkan hidup kekeluargaan, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan kebangsaan
Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kebangsaan,
persatuan Indonesia dan rasa kemanusian yang adil dan beradab, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo berpidato pada sidang
lanjutan BPUPKI. Dalam pidatonya Prof. Soepomo mengemukakan
teori-teori kenegaraan tersebut diantara :
1. Teori negara perseorangan (individualisme).
2. Teori golongan (class theory) atau paham negara kelas.
3. Teori negara integralistik.
Adapun usulan asas negara yang dikemukakan Prof. Dr. Soepomo
yaitu sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Keseimbangan lahir batin
3. Kekeluargaan
4. Keadilan rakyat
5. Musyawarah
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai
rancangan UUD 1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Etika Berpancasilais | 19
2. Kebangsaan persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusian yang adil dan beradap.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945 sebagai hari terakhir sidang BPUPKI yang
pertama Ir. Soekarno dalam pidatonya menyampaikan usulan dasar
negara yang terdiri atas lima prinsip yaitu sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme dari peri kemanusian.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Usulan ini kemudian dipersingkat menjadi Trisila yaitu sosio
nasionalisme (kebangsaan), sosio demokrasi dan Ketuhanan. Kemudian
Trisila yang dipersingkat lagi menjadi Eka Sila yang berintikan gotong
royong. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar filsafat negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia (philoshophische groundslag) dan
dunia. Pancasila dianggap setingkat dengan aliran-aliran besar dunia
(weltanschauung). Soekarno juga membandingkan Pancasila dengan
ideologi besar lainnya seperti liberalisme komunisme, chauvinisme,
kosmopolitisme, Sun Min Chui.
Setelah menerima usulan tersebut kemudian BPUPKI
merumuskannya menjadi Piagam Jakarta yang kelak akan
bertransformasi menjadi Pancasila pada tanggal 22 Juni 1945 dengan
rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya dalam sidang BPUPKI yang kedua menghasilkan
beberapa keputusan penting terutama menyangkut dasar negara.

20 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Piagam Jakarta hasil perumusan Panitia Sembilan pada masa reses
disetujui untuk dijadikan Muqoddimah (preambule). Keputusan
pentingnya lainnya berupa bentuk negara. Berdasarkan rapat tanggal 10
Juli 1954, diputuskan bahwa bentuk negara Indonesia adalah Republik.
Hal ini didasarkan pada penghitungan suara terbanyak. Dari 64 suara
(ada beberapa orang yang absent) tercatat 55 suara yang menyetujui
bentuk negara Indonesia adalah Republik, sedangkan yang menyetujui
bentuk Kerajaan sebanyak 6 suara. Sementara itu yang meminta bentuk
lain dan abstain tercatat hanya seorang saja.
Selain bentuk negara, keputusan penting lainnya dari sidang
BPUPKI kedua ini adalah mengenai luas wilayah negara baru. Dalam
sidang 11 Juli 1945 terdapat tiga usulan mengenai luas wilayah yang
menjadi bahan pembahasan. Ketiga usulan tersebut di antara :

1. Hindia Belanda yang dulu.


2. Hindia Belanda ditambah Malaya, Borneo Utara (Berneo Inggris),
Irian Timur, Timor Portugis beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Pilihan kedua mengenai luas wilayah sebagian besar anggota
menghendaki Indonesia Raya yang sebenarnya mempersatukan pulau-
pulau dari ujung barat hingga ke timur kecuali wilayah Irian Jaya,
Tarakan dan Morotai. Selanjutnya BPUPKI dibubarkan oleh Jepang dan
sebagai tindak lanjut dari hasil sidang pertama dan kedua akan dibentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritzu Zjumbi Iinkai
yang diketuai oleh Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Badan ini
mula-mula hanya bertugas memeriksa hasil-hasil sidang BPUPKI, tetapi
kemudian mempunyai kedudukan dan fungsi yang lebih penting, yaitu :
a. Mewakili seluruh bangsa Indonesia.
b. Sebagai pembentuk Negara.
c. Menurut teori hukum, badan ini mempunyai wewenang
menetapkan dasar negara.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah kepada
sekutu. Pada saat itu terjadilah kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Inggris diserahi tugas oleh sekutu untuk memelihara keamanan di Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Situasi yang kosong itu tidak disia-siakan
oleh bangsa Indonesia untuk segera mempersiapkan proklamasi

Etika Berpancasilais | 21
kemerdekaan Indonesia. Para tokoh pemuda yang dimotori Sukarni,
Adam Malik, Soepono, Soedarsono, Syahrir dan Kusnaini terpaksa
mengamankan Soekarno ke Rengas Dengklok agar terhindar dari
pengaruh Jepang. Maka pada malam hari diadakan pertemuan di rumah
Laksamana Maeda. Pada pertemuan itu ditegaskan bahwa Jepang tidak
ikut campur dengan Proklamasi. Pada pertemuan itu konsep dari
Soekarno disepakati dan diketik oleh Sayuti Melik. Kemudian pada hari
Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 Wib. Teks Proklamasi
akhirnya dibacakan Soekarno dan didampingi oleh Muhammad Hatta.
Pembacaan teks Proklamasi dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur No.
56 Jakarta. Berikut ini petikan naskah Proklamasi sebagaimana yang
disajikan dalam gambar di bawah ini, yaitu sebagai berikut :

Poklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya.

Jakarta, 17-8-05
Atas Nama Bangsa Indonesia
Sokarno-Hatta

Gambar 1. Petikan Naskah Proklamasi

Oleh karena itu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia


mempunyai makna yang sangat penting yaitu sebagai berikut :
1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai titik puncak
perjuangan bangsa Indonesia.
Proklamasi bermakna bahwa telah dilakukan perlawanan terhadap
penjajah dan pada akhirnya bentuk perlawanan mulai
memperlihatkan hasilnya sejak Kebangkitan Nasional 1908 dan

22 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


puncaknya adalah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Bentuk perlawanan itu adalah :
a. Perlawanan terhadap penjajahan Barat sebelum tahun 1908.
b. Perjuangan dengan menggunakan organisasi.
c. Perlawanan dengan melahirkan rasa nasionalisme.
d. Perjuangan melalui taktik kooperasi.
e. Perlawanan bangsa menentang penjajahan sampai kepada
puncaknya yaitu Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai sumber lahirnya
Republik Indonesia.
Proklamasi bermakna bahwa bangsa Indonesia yang selama
berabad-abad dijajah telah berhasil melepaskan diri dari belenggu
penjajahan dan sekaligus membentuk perubahan baru, yaitu negara
Republik Indonesia dengan membawa dua akibat yaitu :
a. Lahirlah tata hukum Indonesia dan sekaligus dihapusnya tata
hukum kolonial.
b. Merupakan sumber hukum bagi pembentuk negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan norma
pertama tata hukum Indonesia.
Proklamasi mengandung makna suatu peraturan yang pertama
telah lahir. Oleh sebab itu Proklamasi merupakan dasar berlakunya
norma-norma aturan hukum lain. Sebagai norma pertama atau
norma dasar dilihat dari segi hukum diterima sebagai suatu
kenyataan. Kapan timbulnya tidak dapat ditetapkan secara pasti
hanya dapat diketahui apabila Proklamasi itu benar-benar terjadi.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya
yang pertama dengan menyempurnakan dan mengesahkan UUD
1945, dengan keputusannya sebagai berikut :
a. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi sebagai berikut :
1. Melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang
kemudian berfungsi sebagai Pembukaan UUD 1945.
2. Melakukan beberapa perubahan rancangan hukum dasar
yang telah diterima oleh BPUPKI kemudian berfungsi
sebagai Batang Tubuh UUD 1945.

Etika Berpancasilais | 23
b. Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden yang
pertama.
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat
sebagai Badan Musyawarah Darurat.
Di dalam sidang PPKI yang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945
menghasilkan beberapa keputusan yaitu sebagai berikut :
1. Mengenai daerah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
2. Untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya
diteruskan seperti sekarang.
3. Untuk sementara waktu kedudukan Kota dan Gemeente diteruskan
seperti sekarang.
Dalam sidang PPKI yang ketiga pada tanggal 20 Agustus 1945
mengagendakan Badan Penolong Keluarga Korban Perang yang
selanjutnya dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya
dalam sidangnya yang keempat pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI
membahas agenda mengenai Komite Nasional Partai Indonesia yang
berpusat di Jakarta.

2.5. Kondisi Kenegaraan Republik Indonesia Pasca Proklamasi


Kemerdekaan
Dikaitkan dengan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945, tidak berarti bahwa segalanya telah berakhir.
Bagaimana dengan kenyataan kondisi kenegaraan kita pada saat setelah
Proklamasi kemerdekaan, ada apa sesungguhnya bentuk maupun
sistim pemerintahan dan ketatanegaraan, belum kita ketahui
perkembangannya. Demikian juga bagaimana dasar negara dan UUD
1945 yang telah disahkan pada saat sehari setelah kemerdekaan, yaitu
tanggal 18 Agustus 1945.
Oleh karena itu dengan kondisi ketatanegaran Republik Indonesia
yang belum stabil masih banyak permasalahan yang belum diatasi.
Bangsa Indonesia masih harus tetap berjuang dalam menghadapi agresi
penjajah belanda untuk yang kedua kalinya menguasai Indonesia. Di
samping itu juga menghadapi segenap permasalahan dalam negeri
sendiri yang cukup menyulitkan bagi para tokoh pejuang bangsa yang

24 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


sangat bertanggung jawab dalam mempertahankan negara Republik
Indonesia yang baru beberapa waktu diproklamirkan.
Bangsa Indonesia memang telah sah memiliki, baik secara de facto
maupun de jure namun jalannya pemerintahan belum stabil. Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara
dan sistim liberal atau demokrasi Parlementer yang terdiri atas para
mentri yang duduk dalam kabinet yang dipimpin oleh seorang Perdana
Mentri yang bertanggung jawab kepada Parlemen atau DPR bukan
kepada Presiden. Presiden dalam kedudukannya tidak bisa diganggu
gugat namun sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh Parlemen.
Sebaliknya sewaktu-waktu Parlemen juga dapat dibubarkan oleh
Presiden. Demikian sistim Parlementer di Indonesia.
Selain itu kondisi dasar negara dan undang-undang negara
dinyatakan masih bersifat sederhana mengingat pada saat dibuatnya
dalam kondisi yang sangat tergesa-gesa dan dalam waktu yang singkat
di mana Undang-Undang Dasar yang di dalamnya terdapat Pancasila
sebagai dasar negara berada di dalam pembukaannya. Oleh karena itu
masih harus dibahas kembali lebih akurat. Selain itu dapat dikatakan
bahwa Undang-Undang Dasar dan Pancasila memang belum
mendapatkan kesepakatan yang sifatnya fundamental dan masih perlu
pematangan lebih lanjut agar bisa memenuhi keinginan semua pihak
dari berbagai unsur komponen bangsa yang terdiri atas masyarakat,
golongan, agama dan politik yang ada di Indonesia.
Pada tahun 1948 agresi Belanda masih berlangsung di Indonesia dan
saat itu sebagian pemerintahan dipusatkan di Jogyakarta banyak tokoh
pimpinan bangsa ditangkap dan diasingkan diantaranya Presiden dan
Wakil Presiden, beberapa mentri dan tokoh lainnya. Kondisi tersebut
mengakibatkan lahirnya perjanjian Room Royen. Kemudian mulai
pemerintahan baru di Indonesia dalam bentuk Republik Indonesia
Serikat (RIS) dengan Konstitusi RIS 1949 sebagai Undang-Undang
Dasarnya berdasarkan Konfrensi Meja Bundar di Den Haag pada
tanggal 23 Agustus 1949 sampai dengan 2 November 1949 yang
menghasilkan persetujuan yaitu sebagai berikut :
1. Didirikannya negara Republik Indonesia Serikat (RIS).

Etika Berpancasilais | 25
2. Pengakuan kedaulatan oleh pemerintah Kerajaan Belanda kepada
pemerintahan negara Republik Indonesia Serikat.
3. Didirikannya Uni antara negara Republik Indonesia Serikat dan
Kerajaan Belanda.
Kondisi ketatanegaran dan pemerintahan setelah Konfrensi Meja
Bunda pada saat itu sama dengan masa sebelumnya tetap belum stabil
dan tidak berubah. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan
UUDS 1950 kembali ke Negara Kesatuan RI.
Selanjutnya dalam jangka waktu lima tahun berikutnya, bangsa
Indonesia masih tetap menghadapi situasi yang sulit, termasuk dalam
menyelesaikan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung Pancasila.
Kemudian terbentuk Badan Pembentuk UUD sebagai hasil pemilu
pertama. Badan itu kemudian berubah nama menjadi Majelis Komite
Tertinggi atau MPR dengan setiap anggotanya terdiri dari perwakilan
golongan Islam, golongan Pancasila dan golongan sosial ekonomi.
Mereka bersidang dengan kondisi yang tidak menguntungkan tanpa
menghasilkan keputusan yang bisa memuaskan semua pihak.
Perdebatan terus menerus terjadi dalam badan Konstituante,
diantaranya tokoh Islam (Natsir cs.), tokoh Pancasila (Ruslan Abdulgani
cs.) dan wakil lainnya. Namun perundingan dan pembicaraan tidak
pernah mencapai kesepakatan akhir. Pada puncaknya guna mengatasi
kondisi yang serba sulit Presiden Republik Indonesia pertama, Ir.
Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang
menyatakan :
1. Membubarkan Konstituante.
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1950 dan tidak berlaku lagi
UUDS 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Melalui UUD 1945 direncanakan sistim pemerintahan Demokrasi
Terpimpin dengan membentuk kabinet atas dasar efisiensi, efektif dan
mampu mengatasi dan menanggulangi semua permasalahan Nasional.
Demokrasi Terpimpin adalah suatu paham Demokrasi yang tidak
didasarkan atas paham liberalisme, sosialisme-nasionalisme, fasisme
dan komunisme tetapi suatu paham Demokrasi yang didasarkan kepada

26 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


keinginan-keinginan luhur bangsa Indonesia seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 yang menuju kepada suatu tujuan
masyarakat yang adil dan makmur yang penuh dengan kebahagian
material dan spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamsi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Demokrasi terpimpin juga atas dasar cara musyawarah
untuk mendapatkan mufakat.
Selanjutnya sampai pada periode tahun 1959 sampai dengan tahun
1965 masih banyak tercatat penyimpangan dalam kondisi
ketatanegaraan, di antaranya masih banyak kelembagaan negara yang
belum terbentuk sesuai dengan UUD 1945. Produk legislatif belum
berupa Undang-Undang, hak budget belum berjalan, Presiden diangkat
menjabat seumur hidup dan lain-lain.
Kemudian pada tahun 1966 tercatat lahirnya Orde Baru di bawah
pimpinan Jenderal Soeharto, sehingga secara definitif diangkat sebagai
Presiden RI yang kedua. Pada tahun 1967 dimulai pemerintahan dengan
berbagai kebijaksanaan antara lain kelembagaan negara disesuaikan
dengan amanat UUD 1945. Undang-Undang merupakan hasil kerjasama
Presiden dengan DPR serta sistim pemerintahan juga disesuaikan
dengan amanat UUD 1945 termasuk politik luar negeri Indonesia.
Melalui program-program pemerintah seperti yang tercantum dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pemerintahan Orde Baru
melakukan pembangunan Nasional secara bertahap menuju tercapainya
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Walaupun demikian dalam masa pemerintahan Orde Baru ini pun
dalam evaluasi selanjutnya masih ditemui banyak penyimpangan yang
cukup menonjol diantaranya adalah adanya pemusatan kekuasaan yang
bersifat otoriter, terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) dan lain-
lain. Sampai pada akhirnya lahirlah Periode Reformasi pada tahun 1998
setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya yang
dipegangnya selama tiga puluh dua tahun lamanya.
2.6. Masa Reformasi
Reformasi berasal dari kata ‘reformation’ yang berarti perbaikan,
pembaharuan, memperbaiki dan menjadi lebih baik. Secara umum
reformasi di Indonesia dapat diartikan sebagai melakukan perubahan ke

Etika Berpancasilais | 27
arah yang lebih baik dengan cara menata ulang hal-hal yang telah
menyimpang dan tidak sesuai lagi dengan kondisi dan struktur
ketatanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan
reformasi dapat disebutkan yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk
menemukan nilai-nilai baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk
perundangan dan konstitusi yang menyimpang dari arah
perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat Indonesia.
3. Melakukan perbaikan diseluruh bidang kehidupan baik politik,
ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan.
4. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan
dalam masyarakat bangsa yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan
reformasi, seperti KKN, kekuasaan sewenang-wenang/otoriter dan
penyimpangan kekuasaan.
Adapun yang menjadi syarat-syarat yang dapat menyatakan suatu
kondisi reformasi adalah sebagai berikut :
1. Telah terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam pelaksanaan
kehidupan di bidang ketatanegaraan termasuk bidang perundang-
undangan dan hukum.
2. Penyelenggara negara telah menggunakan kewenangannya secara
otoriter di luar etika kenegaraan melalui tindakan-tindakan yang
sangat merugikan dan menekan kehidupan rakyat keseluruhan.
3. Telah semakin melemahnya kondisi kehidupan ekonomi seluruh
warga masyarakat sebagai akibat krisis multidimensional yang
berkepanjangan dan terus menerus.
4. Perlunya langkah-langkah penyelamatan diseluruh bidang
kehidupan, khususnya yang menyangkut hajat hidup rakyat
banyak.
5. Reformasi harus menggunakan landasan kerohanian berupa falsafah
dasar negara Pancasila.
Reformasi yang telah bergulir di tengah masyarakat Indonesia sejak
tahun 1998 menghendaki perubahan mendasar. Agenda reformasi telah
diputuskan melalui berbagai Ketetapan MPR dan berbagai produk

28 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


perundang-undangan yang baru tetapi setelah berlangsung lebih dari
lima tahun lamanya dan berjalan dengan cara yang belum terarah.
Bangsa Indonesia pada saat ini justru sedang mengalami
ketidakharmonisan sehingga sangat mudah mengarah kepada jurang
disintegrasi. Sistim kehidupan Nasional yang susah payah dibangun
dan disempurnakan dalam beberapa dasa warsa bukan mengalami
kemajuan maupun penyempurnaan melainkan secara perlahan sedang
mengalami proses erosi yang serius.
Bila dinilai kembali kepada kondisi sebelum reformasi maka tampak
bahwa kekuasaan dahulu bersifat otoriter, sedangkan sekarang harus
bersifat demokratis selanjutnya pemerintahan yang terpusat harus
menjadi desentralisasi. Pemerintahan yang bersifat tertutup dan penuh
larangan serta pengawasan seharusnya menjadi lebih terbuka,
transparan dan kebebasan.
Kebebasan yang berkembang pada masa reformasi seharusnya lebih
dapat bertanggung jawab dan secara tegas melalui konsep-konsep yang
terarah dapat membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Mengingat reformasi melalui pemahaman yang keliru yang
menimbulkan kekuasaan baru tanpa kejelasan tentang bagaimana
hukum, kelembagaan negara dan penyelenggaraan pemerintahan.
Rasionalitas dan objektivitas telah dikesampingkan sehingga
muncul egoisme perorangan maupun kelompok tanpa mengindahkan
etika, moral, norma dan hukum yang ada. Politik kekerasan banyak
berkembang mewarnai kehidupan baru dalam masyarakat sehingga
sulit untuk diatasi. Oleh karena itu hal-hal seperti ini harus segera
diatasi dan dihilangkan.
Di samping dampak negatif, maka yang menjadi dampak positif
reformasi dapat dirasakan dan disaksikan melalui berita-berita media
massa baik cetak maupun elektronik. Munculnya suasana baru yang
bisa kita saksikan di antaranya adalah terdapat kebebasan pers,
kebebasan akademis, kebebasan berorganisasi dan lain-lain yang selama
ini belum pernah ada termasuk kebebasan pemikiran dalam
memperjuangkan pembebasan tahanan politik. Hal ini dapat dinilai
sebagai lambang dari suatu era kebebasan berpolitik di Indonesia.

Etika Berpancasilais | 29
Timbulnya kesadaran baru bahwa masyarakat dapat bertindak dan
berbuat sesuatu serta melakukan perubahan-perubahan diantaranya
perlawanan dan perjuangan atas rasa ketakutan berpolitik, perlawanan
dan perjuangan terhadap proses pembodohan yang telah berlangsung
hampir lebih dari tiga puluh tahun. Kesadaran baru ini penting sekali
artinya dalam rangka perjuangan selanjutnya menuju reformasi yang
total dan menyeluruh.
Apabila berbicara mengenai hasil reformasi, tidak akan bisa
seobjektif mungkin mengingat reformasi sampai saat ini masih tetap
bergulir tanpa kejelasan tentang hasil positif yang sangat ditunggu-
tunggu seluruh rakyat Indonesia. Pendapat dan penilaian terhadap
reformasi masih banyak yang bersifat vokal terutama dari kalangan
bawah yang sangat mendambakan hasil reformasi bagi perbaikan
kondisi kehidupan ke arah yang lebih baik.
Kemudian apabila dikaitkan dengan Pancasila. Pancasila sebagai
pradigma juga berada pada posisi pembangunan Nasional yang
meliputi berbagai bidang kehidupan. Di bidang politik, Pancasila
menjadi kerangka acuan dan proses ke arah tujuan kehidupan
kenegaran dan kebangsaan dalam rangka melakukan pembangunan
politik. Pancasila juga melakukan pemikiran, gagasan, konsep, evaluasi
serta tindak lanjut bagi bidang politik kenegaraan. Pancasila juga
merupakan landasan dan dasar negara yang dijiwai oleh nilai
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran perwakilan.
Dalam bidang paradigma pembangunan nasional. Bidang ekonomi,
pemerintah harus mengarah lebih memperhatikan kepentingan rakyat,
karena sifat perekonomian harus disesuaikan dengan ekonomi
kerakyatan yang bersumber pada sifat kekeluargaan dan kerakyatan.
Untuk melindungi kepentingan rakyat yang sesungguhnya dimana
perlu adanya pihak pemerintah mengendalikan perusahaan-perusahaan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dan digunakan untuk
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya secara keseluruhan seperti
yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, harus dapat tidak
menempatkan pada posisi yang bertentangan antara ilmu pengetahuan

30 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


dan teknologi dan Pancasila, dalam hal ini justru keduanya harus saling
mendukung sehingga tidak akan ada Pancasila tanpa sikap kritis ilmu
pengetahuan dan teknologi tanpa disadari maupun diarahkan oleh nilai-
nilai luhur Pancasila.
Pembangunan nasional bidang kebudayaan, harus dilandasi dengan
pola berpikir tentang masalah persatuan dan kesatuan bangsa. Negara
harus menjalankan pemerintahan yang efektif dengan cara
menghilangkan mental birokrasi serta membangun sistim budaya dalam
hal norma maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan cara melakukan pemberdayaan kebudayaan lokal guna
memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Kehidupan setiap
insan harus dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala
tantangan dan hambatan serta dapat membangun dirinya sendiri
menjadi masyarakat yang berkeadilan, demokrasi, inovatif dan
mencapai kehidupan yang beradab.
Dalam paradigma pembangunan nasional di bidang hukum dan hak
asasi manusia berupa pelaksanaan tanggung jawab pemerintah serta
penyelengggara negara harus bisa mengarahkan rakyat untuk dapat
mengatur dirinya dalam melaksanakan kebebasan, kebersamaan, cita-
cita supremasi hukum dan tunduk kepada hukum yang berlaku. Dalam
implementasinya masyarakat harus menghormati tatanan sosial dalam
bentuk kepamongan, tatanan pelayanan yang baik dalam bentuk public
serfice. Supremasi hukum yang sifatnya demokratis harus dibarengi
dengan peran serta dan partisipasi yang tinggi dari semua anggota
masyarakat. Masalah hak asasi manusia yang sifatnya universal tidak
harus selalu dibawa ke pertimbangan universal tetapi lebih sesuai dan
tergantung kepada suatu kultur sosial yang bertanggung jawab.
Pembangunan nasional di bidang sosial masyarakat adalah dalam
rangka mewujudkam masyarakat madani atau civil society. Dalam hal ini
diperlukan sikap dan budaya demokratis karena demokrasi Pancasila
sesungguhnya adalah sistim berpikir dan bertindak atas dasar
kedaulatan dan kekuasaan rakyat. Sehingga demokrasi harus dilihat
dari segi proses sejarah perkembangan bangsa dan dari kelahiran bangsa
Indonesia yang sekarang penuh dengan aneka ragam unsur-unsur
dalam proses pengembangannya.

Etika Berpancasilais | 31
Paradigma pembangunan dalam bidang pertahanan dan keamanan
telah menunjukkan kemajuan yang dikedepankan melalui agenda-
agenda pembaharuan, mengingat TNI sebagai bagian integral bangsa
Indonesia, maka senantiasa memegang teguh jati dirinya sebagai tentara
rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional berperan serta mewujudkan
keadaan aman dan rasa aman masyarakat sesuai perannya sebagai alat
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TNI sebagai bagian
dari rakyat dan berjuang bersama rakyat senantiasa menggugah
kepedulian TNI untuk mendorong terwujudnya kehidupan demokrasi
dan juga terwujudnya hubungan sipil militer yang sehat dan persatuan
dan kesatuan bangsa melalui pemikiran, pandangan dan langkah-
langkah reformasi internal TNI.
Kita telah berada dalam sepuluh tahun masa reformasi dan pada
saat yang sama kita berada dalam masa seratus tahun Kebangkitan
Nasional. Walaupun kedua kondisi tersebut berbeda yang harus selalu
diwaspadai dan diingat adalah semangat yang ada pada jiwa bangsa
yaitu kebersamaan. Apabila dinilai pada saat yang bersamaan terlihat
bahwa semangat kebangkitan nasional dirasa semakin menurun, bahkan
khususnya dalam membina nation and character building. Padahal arti
yang sesungguhnya Kebangkitan Nasional adalah detik-detik bangsa
Indonesia memiliki rasa solidaritas yang tinggi, rasa persatuan dan
kesatuan yang kuat dalam menegakan, menjaga dan memelihara nation
character building bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurunnya kondisi tersebut harus menimbulkan kepedulian
seluruh pihak, khususnya masyarakat dalam berbagai kepentingan baik
ekonomi, politik dan lainnya. Mengingat mengembalikan semangat
masa lalu harus dengan pengorbanan. Menumbuhkan kembali semangat
kebangsaan, menjauhkan sikap individual yang mengarah kepada
materialisme dan egois dan dipenuhi dengan sikap demokrasi yang
tinggi dan bertanggung jawab terhadap hukum, politik, ekonomi,
pendidikan, budaya dan lainnya.
Di samping itu diperlukan penghormatan kepada sejarah
Kebangkitan Nasional itu sendiri yang telah berjalan dalam berbagai
periode bentuk pemerintahan diantaranya pemerintahan Orde Lama
yang masih didominasi dengan masa konsolidasi kemerdekaan

32 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Republik Indonesia dengan banyak penyimpangan seperti faham
Nasionalisme Komunis (Nasakom) dan pengangkatan jabatan Presiden
seumur hidup. Kemudian masa Orde Baru dengan berbagai macam
pembangunan di samping banyaknya penyimpangan diantaranya
pemusatan kekuasaan, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Selanjutnya masa reformasi dengan banyaknya perubahan dalam sistim
demokrasi, transparansi, liberalisme ekonomi, otonomi daerah yang
mengiginkan perubahan sistim ketatanegaraan, perubahan UUD,
pemilihan Presiden Republik Indonesia secara langsung oleh rakyat dan
sebagainya. Sementara itu KKN, konflik masyarakat maupun politik,
krisis di semua bidang semakin meningkat, kemiskinan terjadi dimana-
mana, rakyat ekonomi lemah dan sebagian ekonomi menengah terjepit
dalam kesulitan hidup sehari-hari. Walaupun telah dicanangkan
pemberantasan korupsi, namun korupsi tetap berjalan dan belum
seimbang dalam penanganan dan pemberantasannya, mengingat
volume tugas-tugas yang harus diselesaikan pihak pemerintah semakin
menumpuk.
Jika kita mengingat semua realita di atas sampai dengan saat ini,
khususnya perubahan-perubahan yang menguntungkan maupun yang
tidak menguntungkan tentunya timbul dalam pikiran setiap orang
bahwa bagaimana mengatasinya tanpa mengorbankan rakyat kecil dan
ekonomi lemah. Masyarakat tidak boleh lupa, perlunya kerjasama dan
saling bantu membantu demi kebersamaan untuk mencapai tujuan
bersama.
Kemudian dengan dimulainya Sumpah Pemuda 1908 untuk
bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa yang satu yaitu
Indonesia. Kita juga memiliki bendera dan lagu kebangsaan yang satu
yang dapat menggugah semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang
saat ini mengarah kepada kerapuhan. Oleh karena itu dinilai sangat
penting untuk memberikan semangat jiwa kebersamaan dalam
mempertahankan bangsa dan tanah air dengan seluruh permasalahan
yang sering dihadapi, khususnya dalam krisis multi dimensional yang
harus segera dihapuskan.
Selain itu kita harus mengutamakan kepentingan masyarakat luas
agar cita-cita reformasi cepat terwujud. Melalui jiwa patriotisme, cinta

Etika Berpancasilais | 33
tanah air dan cinta bangsa dari semua lapisan masyarakat luas agar cita-
cita reformasi cepat terwujud. Dengan jiwa patriotisme, cinta tanah air
dan cinta bangsa dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia agar
bangkit dan berjuang kembali demi bangsa dan negaranya. Meskipun
masih ada sebagian bangsa yang megutamakan kepentingan pribadi
atau kelompok dengan menggunakan teori ekonomi untung dan rugi
dan cenderung memperoleh keuntungan yang maksimal walaupun
tenaga dan pikiran yang sangat terbatas.
Oleh karena itu pada dasarnya bangsa Indonesia adalah bangsa
yang berkepribadian dan memiliki semangat kebersamaan yang tinggi,
seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita, yaitu founding
father and founding mother. Sebab bangsa Indonesia adalah bangsa yang
tidak mudah terpecah belah oleh siapapun, namun bangsa Indonesia
adalah bangsa yang memiliki cita-cita bangsa yang mandiri baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.
Dengan demikian kita harus bangkit kembali melanjutkan cita-cita
reformasi dengan berlandaskan pada jiwa kebangkitan Nasional yang
telah lahir semenjak seratus tahun yang lalu.

34 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


BAB III
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

3.1. Cara Berpikir Filsafat


Secara etimologi kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu
‘philosophia’ yang merupakan gabungan dua kata, yaitu
‘philo/philos/philein’ yang artinya cinta/pecinta/mencintai dan ‘sophia’
yang berarti kebijakan/wisdom/kearifan/hikmah/hakikat kebenaran.
Jadi filsafat artinya cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran.
Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S.
Poerwadarminta mengartikan kata ‘filsafat’ sebagai pengetahuan dan
pendidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum
dan sebagainya dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ataupun
mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu. Sehingga dengan
demikian berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung)
terhadap sesuatu secara metodik, sistimatik, menyeluruh universal
untuk mencari hakikat sesuatu.
Nilai-nilai sebagai hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kehidupan yang dianggap paling baik bagi bangsa Indonesia adalah
Pancasila, baik sebagai filsafat maupun sebagai pandangan hidup.
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni dan tidak
terikat langsung dengan sesuatu objek lain yang mendalam dan daya
pikir subjek manusia dalam memahami segala sesuatu dalam mencari
kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan
fungsi kepribadian manusia.
Filsafat memiliki sitimatika yang sangat luas yang meliputi tiga
aspek utama, yaitu :
1. Bidang ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki hakikat dari
realita yang ada. Faham-faham seperti idealisme, spritualisme,
materialisme, pluralisme merupakan asumsi-asumsi dasar ontologik
yang akan menentukan hakikat dari kebenaran atau kenyataan
sebagaimana yang dicapai melalui pengetahuan.

Etika Berpancasilais | 35
2. Bidang epistemologi adalah suatu bidang filsafat yang membahas
sumber, batas, proses, hakikat dan validasi pengetahuan.
Epistemologi meliputi berbagai sarana dan tata cara menggunakan
sarana dan sumber pengetahuan untuk mencapai keberhasilan atau
kenyataan rasional.
3. Bidang aksiologi adalah bidang filsafat yang memiliki nilai,
terutama nilai-nilai normatif.
Aliran-aliran filsafat yang paling utama yang sudah ada sejak
dahulu sampai sekarang, meliputi sebagai berikut :
1. Aliran Materialisme
Aliran materialisme mengajarkan bahwa hakikat segala sesuatu
yang ada di alam semesta termasuk manusia dan makhluk hidup
lainnya adalah sebagai materi atau benda yang terikat pada hukum
alam.
2. Aliran Idealisme/Spritualisme
Aliran idealisme atau spritualisme mengajarkan bahwa ide atau
spirit atau semangat manusia yang menentukan hidup manusia.
Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena memiliki
akal budi dan kesadaran rohani.
3. Aliran Realisme
Aliran realisme menyatakan bahwa kedua aliran di atas tersebut
bertentangan karena tidak sesuai dengan kenyataan. Sesungguhnya
kehidupan itu bukanlah materi atau benda semata-mata saja dan
juga bukan hanya spiritual saja. Melainkan perpaduan antara kedua
aliran tersebut, menjadi gabungan antara materi dan rohani
termasuk daya pikir, cipta dan budi. Jadi aliran realisme merupakan
sistesis antara jasmaniah-rohani, materi dengan non-materi.
Oleh karena itu dalam hal ini dapat disimpulkan pokok-pokok atau
hakikat yang terkandung dalam Pancasila, yaitu sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dijadikan dasar dan pedoman dalam
mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semesta.

36 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


b. Pancasila sebagai dasar negara artinya bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dijadikan dasar dan pedoman dalam
mengatur tata kehidupan bernegara.
c. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD
1945 dan merupakan uraian rinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945.
d. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945
merupakan suatu kebulatan yang utuh.
e. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tercermin dalam pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
f. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 dijabarkan lebih lanjut dalam Batang Tubuh UUD 1945.
g. Kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
h. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
Indonesia dan belum tertampung dalam Pembukaan UUD 1945
perlu diselidiki untuk memperkuat dan memperkaya nilai-nilai
Pancasila dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Nilai-nilai yang menunjang dan memperkuat kehidupan
bermasyarakat dan bernegara dapat diterima sepanjang tidak
bertentangan dengan kepribadian bangsa dan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
2. Nilai-nilai yang melemahkan dan bertentangan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh
UUD 1945 harus segera diusahakan tidak hidup dan tidak
berkembang lagi dalam masyarakat Indonesia.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD 1945 dipergunakan sebagai penyaring dari nilai-
nilai lain agar dapat diterima sebagai nilai-nilai Pancasila.

3.2. Pengertian Pancasila Sebagai Filsafat


Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi
kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pengertian secara
mendalam dan menyeluruh. Pembahasan Pancasila dapat dilakukan
secara deduktif yaitu dengan mencari hakikat dari Pancasila serta

Etika Berpancasilais | 37
melakukan analisa dan menyusunnya secara sistimatis menjadi sebuah
pandangan yang komprehensif. Dapat juga dilakukan secara induktif
yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat
kemudian merefleksikannya dan mencari kesimpulan dan maknanya.
Oleh karena itu dengan demikian filsafat Pancasila dapat disajikan
sebagai bahan-bahan yang sangat penting bagi penjabaran ideologi
Pancasila.
Pancasila dipilih sebagai falsafah negara kita karena pada lima sila
yang terkandung di dalamnya terdapat kristalisasi amanat sosial seluruh
kehendak rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat lima unsur kuat
yang dijadikan dasar bangsa Indonesia yang bhineka baik agama
maupun kultur sosial. Oleh karena itu filsafat Pancasila dinilai sebagai
satu pilihan tepat untuk dijadikan perekat utama demi keutuhan bangsa
Indonesia. Asal mula Pancasila sebagai filsafat negara dibedakan atas :
a. Causa materialis (asal mula bahan) yaitu berasal dari bangsa
Indonesia sendiri yang terdapat dalam adat istiadat dan kebiasaan,
kebudayaan dan agama.
b. Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) yaitu bagaimana
Pancasila itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada
Pembukaan UUD 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang
sangat menentukan.
c. Causa efisien (asal mula karya) yaitu asal mula yang meningkatkan
Pancasila dari calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah
sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah PPKI
sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan
menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat negara setelah melalui
pembahasan dalam sidang-sidangnya.
d. Causa finalis (asal mula tujuan) yaitu tujuan dari perumusan dan
pembahasan Pancasila berupa kehendak yang dijadikan sebagai
dasar negara.
Unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri,
walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar negara Republik
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal
tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan
bahkan melaksanakannya di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa

38 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Indonesia memberikan bukti yang dapat dicari dalam berbagai adat
istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan
pada umumnya. Adapun kelima sila dalam Pancasila merupakan
serangkaian unsur yang tidak boleh terputus satu dengan lainnya atau
disebut juga sebagai suatu kesatuan yang berkaitan satu dengan yang
lain dan tidak terpisahkan karena itu adalah cita-cita bangsa yang sudah
sempurna.
Karakter prinsipil dalam Pancasila yang menjadikan Pancasila
memiliki kelengkapan filsafat kebangsaan Indonesia adalah karena di
dalamnya terdapat lima karakter kuat yang senantiasa dan telah lama
melekat dalam segala sendi kehidupan warganya, diantaranya adalah :
a. Karakter berketuhanan.
Karakter berketuhanan yaitu karakter seluruh bangsa Indonesia
yang memiliki dasar keyakinan sebagai bangsa yang mengakui adanya
Tuhan, bukan suatu bangsa yang ateis. Karakter ini terlihat dari
perkembangan agama-agama yang ada di kepulauan nusantara sejak
masa lalu. Dan karakter yang sangat menonjol adalah karakter
keberagaman Islam yang sudah eksis sejak abad ke 7 Masehi. Di
samping itu masyarakat Indonesia pun memiliki karakter masyarakat
berbasis agama lain seperti Kristen, Katholik, Hindu serta Budha.
Multikultur dan multi religinya bangsa Indonesia telah menjadikan
bangsa ini memilih falsafah ketuhanan sebagai salah satu basis ideologi
yang kuat demi menjadikan bangsa ini maju dan bergerak selalu dalam
peradaban lokal maupun internasional.
b. Karakter kemanusian.
Karakter kemanusian yaitu karakter bangsa yang memiliki hasrat
menciptakan keadilan bagi sesama dan memiliki adab serta tata cara
sopan santun bersosial yang tinggi. Karakter bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang penduduknya memiliki sifat ramah dan hangat pada tamu
serta tetangga adalah suatu sifat yang senantiasa melekat sejak dulu
hingga saat ini, meskipun karakter ini diuji dengan potensi disintegrasi
bangsa, radikalisme paham tertentu, serta tantangan dari luar bangsa ini.
Maka kewajiban kitalah untuk menjaga agar karakter ini senantiasa kuat

Etika Berpancasilais | 39
dan melekat dalam diri bangsa. Pupuk dengan toleransi serta sifat
tenggang rasa.
c. Karakter persatuan.
Karakter persatuan yaitu sifat tepa selira, ramah, tenggang rasa akan
mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang antar warganya saling
memiliki ketergantungan positif. Warga akan saling melindungi satu
sama lain dan akan menghasilkan konsekuensi berupa keadaan wilayah
teritorial fisik yang aman. Prinsip ini merupakan satu hal yang
menunjukan bahwa bangsa kita memiliki sifat atau karakter bersatu.
Sejak lama bangsa ini memiliki keyakinan bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh, betapa tidak fakta sejarah telah menunjukkan bahwa
peristiwa Sumpah Pemuda, Boedi Utomo, pembentukan Syarikat Islam
dan berbagai organisasi politik kepemudaan di masa lalu semuanya
berprinsip pada kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Karakter demokratis.
Karakter demokratis yaitu karakter bahwa bangsa Indonesia
memiliki sifat dasar mau dan mampu bermusyawarah. Musyawarah
adalah ciri utama demokrasi yang mengedepankan kepentingan orang
banyak dari pada individu. Perwujudan sifat demokrasi ini terlihat dari
upaya para pemimpin bangsa kita di masa lalu yang menjadikan aspek
demokrasi diupayakan terwujud dalam Pancasila sebagai falsafah
negara. Karakter demokratis pun menunjukkan luhurnya cita-cita
kolektif bangsa untuk mencapainya maka diwujudkan suatu sistim
demokrasi dalam pemerintahan ketatanegaraan dimana rakyat
memegang peranan yang sangat menentukan.
e. Karakter sosial yang berkeadilan.
Karakter sosial yang berkeadilan yaitu Bangsa Indonesia memiliki
identitas karakter sebagai bangsa yang memiliki sifat tenggang rasa dan
gotong royong. Aspek dalam karakter ini akan muncul dengan kuat
karena sifat kerja sama antar anggota masyarakat memiliki sikap yang
penuh dengan tenggang rasa, bersifat setia kawan dan bersatu dalam
menyelesaikan masalah bersama. Jiwa karakter ini adalah jiwa sosial
yang mencerminkan sifat dasar bangsa Indonesia yang dikenal dunia
sejak dulu.

40 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


3.3. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar dan Arah Keseimbangan
Antara Hak dan Kewajiban Manusia
Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung
beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak
dan kewajiban, yaitu sebagai berikut :
1. Hubungan Vertikal
Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa sebagai penjelmaan dari nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam hubungan ini manusia memiliki kewajiban-kewajiban untuk
melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Nya. Sedangkan
hak yang diterima oleh manusia dari Tuhan Yang Maha Kuasa adalah
rahmat yang tidak terhingga sebagai pembalasan amal baik di akhirat
nanti.
2. Hubungan Horizontal
Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan
sesamanya, baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga
bangsa dan warga negara. Hubungan tersebut melahirkan hak dan
kewajiban yang seimbang seperti pajak yang dibayarkan kepada negara
sebagai suatu kewajiban, sedangkan hak yang diterima warga negara
adalah dalam bentuk pembangunan infrastruktur sebagai kewajiban
negara terhadap rakyatnya.
3. Hubungan Alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam
sekitarnya yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam dengan
segala kekayaannnya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk
kebutuhan manusia, namun manusia berkewajiban melestarikannya.
Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia,
manusia dengan masyarakat atau bangsanya dan manusia dengan alam
lingkungannya. Alasan yang prinsipil mengenai Pancasila sebagai
pandangan hidup dengan fungsinya tersebut di atas adalah sebagai
berikut :

Etika Berpancasilais | 41
a. Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada diluar diri manusia
menjadi pencipta serta mengatur dan penguasa alam semesta.
b. Mengakui adanya keseimbangan dalam hubungan dan keserasian
untuk menciptakannya perlu pengendalian diri.
c. Mengakui adanya persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang
merupakan nilai sentral.
d. Mengakui adanya kekeluargaan, gotong royong, kebersamaan serta
musyawarah untuk mufakat dijadikan sendi kehidupan bersama.
e. Mengakui adanya kesejahteraan bersama yang menjadi tujuan
hidup bersama.

42 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

4.1. Pengertian Nilai, Moral dan Norma


Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani ‘ethos’ yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Di dalam terminologi etika tingkah laku
atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk, yang
dapat dinilai baik atau buruk adalah sikap manusia yang menyangkut
perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata dan sebagainya.
Sedangkan motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau
tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat
dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat
dinilai baik atau buruk.
Etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika
deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa
adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana
seharusnya bertingkah laku. Contohnya sejarah etika. Sedangkan etika
normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang buruk yang
harus dikerjakan dan yang tidak. Etika normatif dapat dibagi menjadi
etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-
prinsip umum, seperti pengertian dan pemahaman tentang nilai,
motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus
adalah pelaksanaan prinsip-prinsip umum di atas, seperti etika
pergaulan, etika dalam pekerjaan dan sebagainya.
Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika sosial.
Etika individual membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia
sebagai individu. Misalnya tujuan hidup manusia. Etika sosial
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Misalnya baik atau buruk dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, negara. Etika pada hakikatnya
mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran
melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma

Etika Berpancasilais | 43
dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut
pertanggung jawaban.
Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan
permasalahan moral. Misalnya seorang ibu yang mengandung dan
difonis oleh dokter dengan risiko jiwa ibu terancam karena
kandungannya lemah atau menggugurkan dengan risiko tidak punya
anak. Agar lebih jelas dapat dilihat dalam gambar yang disajikan berikut
ini :

Gambar 2. Sistim Etika

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa


etika terdiri atas nilai, moral dan norma. Ketiga bagian ini saling
berkaitan dan berhubungan satu sama lain dalam mengatur bagaimana
manusia harus bertingkah laku dalam kehidupannya bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Ketiga bagian ini memiliki ikatan yang erat
yang satu dengan yang lainnya untuk membangun sebuah sistim etika.
Dalam kaitannya dengan hubungan ketiga aspek tersebut, Pancasila
pada prinsipnya merupakan sebuah sistim etika yang dibangun dari
satu kesatuan nilai, norma dan moral yang bersumber dari Tuhan dan
keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka yang dimaksud dengan
nilai, moral dan norma yaitu sebagai berikut :

1. Nilai
Di dalam Dictionary of Sociology and Related Science disebutkan bahwa
nilai adalah kemampuan untuk dapat dipercayai yang melekat pada
sebuah benda sehingga dapat memuaskan manusia. Sifat dari sebuah

44 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi
nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek dan bukan objek itu sendiri. Jika sebuah objek mengandung
nilai maka artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada objek itu. Di
dalam nilai itu sendiri juga terkandung cita-cita, harapan-harapan,
dambaan-dambaan dan keharusan. Jika kita berbicara tentang nilai,
maka sebenarnya kita berbicara tentang hal yang ideal, tentang hal yang
merupakan cita-cita, harapan dambaan dan keharusan. Berbicara
tentang nilai berarti berbicara tentang das Sollen, bukan das Sein, kita
masuk ke dunia ideal dan bukan dunia riil. Meskipun demikian, di
antara keduanya, antara das Sollen dan das Sein, antara dunia ideal dan
dunia riil mereka saling berhubungan atau saling berkait secara erat.
Artinya das Sollen seharusnya menjelma menjadi das Sein, yang ideal
harus menjadi riil, dan hal yang bermakna normatif harus direalisasikan
dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan fakta. Oleh karena itu
nilai sosial berorientasi kepada hubungan antar manusia dan
menekankan pada segi-segi kemanusian yang luhur. Sedangkan nilai
politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat maupun politik. Prof. Notonegoro membagi nilai
dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia, yang terbagi atas :
a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia,
budi dan cipta.
b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia
atau kemauan.
d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai Ketuhanan merupakan
nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber
pada keyakinan dan keimanan manusia kepada Tuhan.

Etika Berpancasilais | 45
2. Moral
Moral berasal dari kata ‘mos/mores’ yang artinya kesusilaan, tabiat
dan kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk,
yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral dapat
berupa kesetian dan kepatuhan terhadap nilai-nilai dan norma yang
mengikat kehidupan masyarakat, negara dan bangsa. Sebagaimana nilai
dan norma, maka moral pun dapat dibedakan seperti moral Ketuhanan
atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum dan moral ilmu.
Nilai, moral dan norma secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya.

3. Norma
Norma merupakan perwujudan martabat manusia sebagai makhluk
budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan
sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh
karena itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama,
norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi yang dikenal dengan
sanksi, misalnya :
a. Norma agama dengan sanksinya dari Tuhan.
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal
terhadap diri sendiri.
c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa dikucilkan dalam
pergaulan masyarakat.
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara, kurungan atau
denda yang dipaksakan oleh alat negara.

4.2. Bidang Etika Politik


Sebagaimana nilai, norma dan moral maka etika juga memiliki
cabang. Salah satu cabang dari etika tersebut adalah etika politik. Pokok
permasalahan dalam etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan yang
dapat dirumuskan menjadi sebuah pertanyaan, yaitu dengan moral apa
seseorang atau sekelompok orang memegang dan menggunakan
kekuasaan yang mereka miliki? Betapa besar kekuasaan yang dimiliki

46 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


seseorang, dia harus berhadapan dengan tuntutan untuk
mempertanggungjawabkannya. Penguasa memiliki kekuasaan dan
masyarakat berhak untuk menuntut pertanggungjawaban. Jadi dengan
etika politik seorang penguasa harus memiliki keluhuran budi
pekertinya. Legitimasi kekuasaan meliputi :
1. Legitimasi etis yaitu keabsahan kekuasaan berdasarkan prinsip-
prinsip moral.
2. Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan diperoleh dan
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pada zaman modern tuntutan legitimasi moral merupakan salah
satu unsur pokok dalam kesadaran masyarakat dimana negara hanya
boleh bertindak dalam batas-batas hukum dan hukum harus
menghormati hak asasi manusia, begitu pula berbagai penolakan
terhadap kebijakan politik tertentu seperti isu ketidakadilan sosial,
semua berwujud tuntutan agar negara melegitimasikan secara moral.
Dalam hal inilah kalangan agama secara klasik membuat rumusan
bahwa kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
Pada hakikatnya kekuasaan memiliki hati nurani yaitu keadilan dan
kemakmuran rakyat. Apabila kehilangan hati nurani, maka kekuasaan
yang terlihat adalah perebutan kekuasaan semata-mata yang penuh
dengan intrik, fitnah, dengki, caci maki dan iri hati. Sehingga kekuasaan
merusak tatanan hidup bermasyarakat. Apabila hati nurani kekuasaan
melekat pada nurani seorang penguasa, maka kekuasaan adalah amanat
rakyat sehingga akan melahirkan martabat, harga diri.

4.3. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


Nilai dalam penjabaran berikutnya dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai Dasar
Nilai yang bersifat abstrak, yaitu tidak dapat diamati melalui panca
indera manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan
tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan manusia. Setiap nilai
memiliki nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena

Etika Berpancasilais | 47
menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya hakikat
Tuhan, manusia atau makhluk hidup lainnya. Nilai dasar menjadi
sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman dari nilai
dasar. Nilai dasar belum bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar itu
belum memiliki parameter atau ukuran yang jelas dan kongkrit. Apabila
nilai instrumental tersebut berkaitan dengan tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma
moral. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan negara, maka
nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan atau strategi
yang bersumber dari nilai dasar.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata. Nilai praksis
merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai dasar dan nilai
instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar
dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-nilai dasar
dan instrumental tersebut.
Apabila ketiga nilai tersebut di atas dikaitkan dengan hirarki susunan
peraturan perundangan di Indonesia dalam Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
Selanjutnya agar lebih jelas dapat dilihat dalam gambar yang
disajikan berikut ini yaitu sebagai berikut :

48 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Gambar 3. Hirarki Peraturan Perundangan Indonesia

Di dalam gambar tersebut di atas Pembukaan UUD 1945


mengandung nilai dasar yang artinya sebagai nilai tertinggi dan pondasi
bagi peraturan lain yang ada di bawahnya. Hal ini disebabkan karena di
dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung Pancasila sebagai dasar
negara. Sehingga dengan demikian Pancasila sumber dari segala sumber
peraturan lain yang berada di bawahnya.
Pancasila susunannya adalah majemuk tunggal yang artinya sebagai
berikut:
1. Terdiri atas bagian-bagian yang tidak terpisahkan.
2. Masing-masing bagian mempunyai fungsi dan kedudukan
tersendiri.
3. Meskipun berbeda tidak saling bertentangan tetapi saling
melengkapi.
4. Bersatu untuk mewujudkanya secara keseluruhan.
5. Tidak boleh satu sila pun ditiadakan, melainkan merupakan satu
kesatuan.
Oleh karena itu susunan Pancasila yang hirarki piramidal adalah
sebagai berikut :
 Sila Pertama : meliputi dan menjiwai sila kedua, sila ketiga, sila
keempat dan sila kelima

Etika Berpancasilais | 49
 Sila Kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai
sila ketiga, sila keempat dan sila kelima.
 Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan sila kedua,
meliputi dan menjiwai sila keempat dan sila kelima.
 Sila Keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, sila kedua dan sila
ketiga, meliputi dan menjiwai sila kelima.
 Sila Kelima : diliputi dan dijiwai oleh seluruh sila-sila.

4.4. Etika Politik Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Dalam hubungan dengan etika politik pengertian politik harus
dipahami dalam pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh
unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut
masyarakat negara. Hukum dan kekuasaan negara merupakan aspek
yang berkaitan langsung dengan etika politik. Hukum sebagai penataan
masyarakat secara normatif, serta kekuasaan negara sebagai lembaga
penata masyarakat yang efektif pada hakikatnya sesuai dengan struktur
sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
Di dalam sudut pandang etika, dalam politik mencakup masalah
legitimasi negara, hukum, kekuasaan serta penilaian kritis terhadap
legitimasi-legitimasi tersebut. Secara substansial pengertian etika politik
tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu
manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan bidang
pembahasan moral.
Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian ‘moral’ senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral
dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya. Kewajiban
moral adalah kewajiban yang dilakukan manusia sebagai manusia atas
kesadarannya, sedangkan kalau melakukan kewajiban atas dasar karena
perintah di luar diri maka kewajiban itu bukan kewajiban moral.
Misalnya jika seorang pelatih memberikan perintah kepada anak
buahnya, “Besok anda wajib latihan !”. Kemudian anak buah itu besok
hadir latihan, namun karena anak buah itu menjalankan kewajiban atas
dasar perintah di luar diri maka tidak termasuk kewajiban moral. Tetapi
kalau ada orang dengan merasa wajib mengembalikan uang yang bukan
haknya dan kewajiban ini dilakukan atas dasar dari hati nurani maka
inilah kewajiban moral.

50 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Etika politik tidak langsung mencampuri urusan politik praktis.
Tugas etika politik ialah membantu agar pembahasan masalah-masalah
ideologis dapat dijalankan secara objektif. Etika politik dapat
memberikan patokan orientasi dan pegangan normatif bagi mereka yang
memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan
tolak ukur martabat manusia atau mempertanyakan legitimasi moral
sebagai keputusan politik. Suatu keputusan bersifat politik apabila
diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat secara
keseluruhan.
Pada hakikatnya etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis
secara lengkap, tetapi melalui moralitas yang bersumber dari hati
nurani, rasa malu kepada masyarakat dan rasa takut kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Adanya kemauan dan memiliki itikad baik dalam
hidup bernegara dapat mengukur secara seimbang antara hak yang
telah dimiliki dengan kewajiban yang telah dilaksanakan tidak memiliki
ambisi yang berlebihan dalam merebut jabatan. Lebih baik membekali
diri dengan kemampuan secara kompetitif yang terbuka untuk
menduduki suatu jabatan dan tidak melakukan cara-cara yang terlarang
seperti penipuan untuk memenangkan persaingan politik. Dengan kata
lain, tidak menghalalkan segala macam cara untuk mencapai suatu
tujuan politik.
Di samping itu dengan perubahan UUD 1945 yang lebih
memberdayakan politisi sipil juga harus meningkatkan proses politik
yang “cantik” dalam seluruh kehidupan politik. Misalnya politik yang
berjalan tanpa premanisme dan kekerasan. Khususnya dalam
pelaksanaan pemilu betul-betul terhindar dari korupsi, KKN,
premanisme dan kekerasan politik, politik uang dan cara-cara yang
tidak halal lainnya.
Berbicara mengenai etika politik dalam kehidupan bernegara
tampaknya lebih banyak pengaruh subjektif. Banyak politisi melihat dan
mencari kesalahan kelompok politik pihak lain. Mereka lupa apakah
etika tersebut telah dilaksanakan pada diri dan kelompok mereka
sendiri. Oleh karena itu terwujudnya etika politik dengan baik dalam
kehidupan bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran dan keiklasan
hati nurani dari masing-masing warga negara yang telah memiliki hak-

Etika Berpancasilais | 51
hak politiknya untuk melaksanakan norma-norma dan aturan-aturan
berpolitik dalam negara.
Di dalam uraian etika politik dan pemerintahan dinyatakan bahwa
untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik demokratis yang bercirikan keterbukaan,
maka rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesedian untuk
menerima pendapat yang lebih benar, harus menjunjung tinggi hak asasi
manusia serta keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

4.5. Pengertian Etika Politik Pancasila


Istilah ‘Pancasila’ berasal dari bahasa Sansekerta yang merupakan
gabungan dari dua kata yaitu ‘panca’ yang artinya lima, sedangkan ‘syila’
yang artinya dasar, batu sendi atau alas. Sehingga istilah ‘Pancasyila’
secara etimologi dapat diartikan menjadi lima aturan tingkah laku yang
penting.
Berdasarkan catatan sejarah tentang Budha, apabila dikaitkan
dengan Pancasila dikenal istilah ‘sila’ yang artinya moralitas dan
berkembang pada masyarakat yang memeluk agama Budha. Sila
mengandung arti melindungi orang lain dari penderitaan.
Selanjutnya sila juga memiliki makna menjalankan lima sila melalui
fungsi sila-sila yaitu sebagai berikut :
1. Menghindari Membunuh (Panditipata-Virati)
Fungsi sila ini untuk melindungi mahkluk lain dari penderitaan.
Oleh karena itu tidak boleh melakukan pelanggaran terhadap sila
tersebut. Sila pertama dari lima sila untuk menghindari terjadinya
pembunuhan semua mahkluk hidup. Jika terjadi pelanggaran
terhadap sila ini akan berakibat terjadinya pembantaian ke arah
peperangan dan pertumpahan darah. Dengan demikian merupakan
malapetaka terhadap semua mahkluk di atas bumi ini.
2. Menghindari Mencuri (Adinnadana-Virati)
Mentaati sila kedua membebaskan semua manusia dari penderitaan
dan kejahatan agar mencapai kedamaian fisik dan mental,

52 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


sedangkan bila terjadi pelanggaran terhadap sila ini maka hal itu
akan mengakibatkan kegelisahan yang sangat karena pencurian dan
perampokan akan menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan dari
korbannya baik dalam lingkup kecil dalam keluarga maupun dalam
lingkup besar seperti negara yang dijajah dan dikuasai oleh musuh.
3. Menghindari Berbuat Asusila (Kamesu-Micchacar),
Mentaati sila ketiga berarti menghindari perbuatan asusila dan
menghindari kesakitan serta penderitaan orang lain. Oleh karena itu
penghindaran diri dari perbuatan seksual yang tidak sah akan
membawa kedamaian dan ketenangan bagi semua mahkluk yang
hidup di dunia karena manusia yang mementingkan kepuasaan
keduniawan akan selalu mengikuti dan menyukai nafsu fisik,
kenikmatan serta kesenangan badaniah.
4. Menghindari Berkata Bohong (Musavada-Virat)
Sila keempat berfungsi untuk menghindari hal buruk atau
penderitaan akibat kebohongan dari ucapan, banyak terjadi orang
melakukan kebohongan atas hal-hal sepele sampai hal yang penting
dari urusan perorangan sampai kepada urusan negara termasuk
kebenaran mutlak dalam ajaran agama yang sesat sehingga mentaati
sila ini artinya karena menghindarkan kesesatan maupun
malapetaka akibat kata-kata yang tidak benar atau kebohongan.
5. Menghindari Minuman Yang Memabukkan (Surapana-Virati)
Mentaati ketentuan sila kelima dan menghindari zat yang
memabukkan akan membebaskan dunia dari kesengsaraan dan
keresahan. Oleh karena itu lebih baik menghindari dan menjauhkan
diri dari berbagai macam minuman keras atau yang dapat
memabukkan agar tidak terjadi kemaksiatan yang menyebabkan
terjadinya kerusuhan yang kadang-kadang tidak terkendali. Dengan
demikian orang yang dapat melepaskan diri dari kebiasan yang
tidak baik tersebut akan terhindar dari malapetaka serta
kesengsaraan duniawi.
Apabila saling menyadari dan benar-benar dapat menjalankan
kelima aturan moral atau kelima sila tersebut di atas, manusia dapat
menyelamatkan dunia dari kesengsaraan dan keresahan. Itulah ajaran
tentang sila yang bermakna moralitas yang sangat ditaati oleh mereka
yang benar-benar melaksanakanan ajaran Budha.

Etika Berpancasilais | 53
Pengertian Pancasila dalam hubungan tersebut selanjutnya juga
telah memasuki perkembangan dalam kesusasteraan masa kejayaan
Kerajaan Majapahit di dalam buku Negara Kertagama karangan Mpu
Prapanca pada tahun 1365 yang mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan
ada lima ketentuan larangan yaitu sebagai berikut :
1. Tidak boleh melakukan kekerasan.
2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh berbohong.
5. Tidak boleh mabuk-mabukan.
Semua pengertian yang telah disebutkan di atas belum ada
penjelasannya dan memiliki makna yang hampir sama seperti yang
disebutkan sebelumnya. Setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit
kemudian dikenal dalam masyarakat Jawa khususnya istilah Mo Lima
atau M berjumlah lima yaitu lima M yang harus dihindari dalam
kehidupan bermasyarakat agar menjadi lebih baik, tertib dan teratur ‘ora
keno mateni, maling, madon, madat, lan main’ yang artinya dilarang
membunuh, mencuri, main perempuan, menghisap candu dan berjudi.
Kemudian istilah resmi Pancasila ini diusulkan oleh Ir. Soekarno
pada sidang pertama BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Berdasarkan
segi yuridis dapat dilihat bahwa pengertian Pancasila dalam sila-sila
Pancasila yang rumusan resminya dapat ditemui di dalam alinea ke
empat Pembukaan UUD 1945.
Selanjutnya dalam pelaksanaan Etika Politik Pancasila menurut
Aryaning Arya Kresna dkk. Ada beberapa cara yang mudah untuk
memahami politik Pancasila yang dapat dipakai untuk mengajukan
kritik terhadap praktek Pancasila. Pertama mempertanyakan tingkatan
dijalankannya prinsip moral “menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia”. Apakah sebuah tindakan yang dilakukan sebuah lembaga
pemerintahan telah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia?
Kedua, mempertanyakan tingkatan kesesuaian antara nilai obyektif
dengan nilai intersubyektif. Apakah sebuah tindakan yang dilakukan
lembaga pemerintahan yang berdasarkan prinsip nilai intersubjektif
“keadilan” sesuai dengan nilai objektif “adil”? Untuk menjawab
pertanyaan di atas, perlu kiranya usaha untuk membuat sebuah rambu

54 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


dan batasan dalam penilaian etika politik Pancasila, sehingga dari titik
tersebut dapat ditarik kesimpulan logis, yaitu hal-hal mana saja yang
dapat dipakai sebagai acuan penilaian yang lebih konkret. Rambu dan
batasan tersebut dimulai dengan cara menentukan nilai objektif, nilai
intersubjektif dan pemaknaannya dalam tiap-tiap sila Pancasila, yaitu
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan pencipta seluruh alam. Yang
Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tidak ada sekutu dalam zat
Nya, sifat Nya dan perbuatan Nya. Keyakinan adanya Tuhan Yang
Maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran. Melainkan
suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar dan
dapat diuji dan dibuktikan melalui khaidah-khaidah logika. Dengan
kata lain di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang
mengingkari adanya Tuhan dengan toleransi beribadat menurut
agama dan kepercayaannya masing-masing.
2. Kemanusian yang adil dan beradab
Kemanusian yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma kesusilaan pada umumnya,
baik terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun terhadap alam
dan hewan. Kemanusian yang adil dan beradab adalah sikap dan
perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia
yang sopan santun. Potensi kemanusian tersebut dimiliki oleh
semua manusia tanpa kecuali. Mereka harus diperlakukan sesuai
dengan nilai-nilai kemanusian sesuai fitrahnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan
Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa serta
kemanusian yang adil dan beradab. Oleh karena itu paham
kebangsaan Indonesia tidak sempit tetapi menghargai bangsa lain
(chauvinistis). Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan,
suku bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai dengan alinea keempat
pemukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Kemudian dari pada itu untuk

Etika Berpancasilais | 55
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia…”
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti kekuasaan yang tertinggi
berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut juga kedaulatan rakyat.
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang
sehat dengan selalu mempertimbangkan kesatuan dan persatuan
bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur
dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai
dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan/atau memutuskan
suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan
adalah suatu sistim dalam arti prosedur mengusahakan turut
sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara
melalui lembaga perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat. Kehidupan manusia
itu memenuhi tuntutan kehidupan jasmani serta keadilan
memenuhi tuntutan kehidupan rohani secara seimbang. Hakikat
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan dalam
alinea kedua Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Dan perjuangan
kemerdekaan kebangsaan Indonesia…negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur,”

56 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

5.1. Pengertian Ideologi


Ideologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu : ‘idea’
dan ‘logos’ yang secara sederhana berarti suatu gagasan yang
berdasarkan atas pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan
pemikiran filsafat. Dewasa ini ideologi telah menjadi suatu pengertian
yang kompleks. Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan terjadinya
perbedaan yang makin jelas antara ideologi, filsafat, ilmu dan teologi.
Pertama ideologi diartikan sebagai “weltanschuung”, yaitu suatu
pengetahuan yang mengandung pemikiran-pemikiran besar, cita-cita
besar, mengenai sejarah, manusia, masyarakat dan negara. Dalam
pengertian ini seringkali ideologi disamakan artinya sebagai pemikiran
filsafat. Kedua ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak
memperhatikan kebenaran internal dan kenyataan empiris, ditujukan
dan tumbuh berdasarkan pertimbangan kepentingan tertentu dan
karena itu ideologi cenderung lebih bersifat tertutup. Ketiga ideologi
diartikan sebagai suatu “believe system” dan karena itu berbeda dengan
ilmu, filsafat dan teologi yang secara formal merupakan suatu
“knowledge system.”
Dalam perkembangan berikutnya terdapat empat tipe ideologi yaitu
sebagai berikut :
1. Ideologi konservatif, yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang
sudah ada, setidak-tidaknya secara umum walaupun membuka
kemungkinan terjadinya perbaikan dalam hal-hal teknis.
2. Kontra ideologi, yaitu melegitimasikan penyimpangan yang ada
dalam masyarakat sebagai yang sesuai dan malah dianggap baik.
3. Ideologi reformis, yaitu berkehendak merubah keadaan yang sudah ada.
4. Ideologi revolusioner yaitu ideologi yang bertujuan mengubah
seluruh sistim nilai dalam masyarakat tersebut.
Dalam perjalanan sejarah Indonesia, Pancasila merupakan ideologi
yang mengandung sifat reformis dan revolusioner.

Etika Berpancasilais | 57
5.2. Makna Ideologi Bagi Negara
Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia. Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham tentang
hakikat negara yang dilandasi dengan konsep kehidupan bernegara.
Pancasila yang melandasi kehidupan bernegara menurut Imam Supomo
adalah dalam kerangka negara integralistik untuk membedakan paham-
paham yang digunakan oleh pemikir kenegaraan lainnya.
Untuk memahami konsep Pancasila yang bersifat integralistik, maka
terlebih dahulu kita harus melihat beberapa teori mengenai dasar
negara, yaitu sebagai berikut :

1. Teori Perseorangan (Individualistik)


Pendukungnya adalah Herbet Spencer (1820-1903) dan Horald J. Laski
(1893-1950). Pada intinya menurut teori ini negara adalah masyarakat
hukum yang disusun atas kontrak antara semua orang dalam
masyarakat itu, manusia sebagai individu yang hidup bebas dan
merdeka, tidak ada individu yang berada di bawah orang lain, semua
dalam kedudukan yang sama, sehingga individu hendak menonjolkan
diri sebagai aku. Negara dipandang sebagai hasil perjanjian masyarakat
dari individu-individu yang bebas sehingga hak-hak seseorang adalah
lebih tinggi kedudukannya dari pada negara yang merupakan hasil
bentukan individu-individu yang bebas tersebut.

2. Teori Golongan (Class Theory)


Pendukungnya adalah Karl Marx (1818-1883). Pada intinya menurut
teori ini negara dipergunakan sebagai alat oleh mereka yang kuat untuk
menindas golongan ekonomi lemah.

3. Teori kebersamaan (Integralistik)


Pendukungnya adalah Spinoza dan Adam Muhler. Pada intinya
menurut teori ini negara adalah suatu susunan masyarakat yang integral
di antara semua golongan dan semua bagian dari seluruh anggota
masyarakat. Imam Supomo menganggap teori integralistik paling sesuai
dengan bangsa Indonesia yang masyarakatnya beraneka ragam.
Kenyataannnya teori ini telah dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak
dahulu di desa-desa, seperti kebiasaan pemimpin desa yang selalu

58 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


bermusyawarah dengan warganya. Negara dalam cara pandang
integralistik Indonesia, tidak akan memiliki kepentingan sendiri atau
bahkan bertentangan dengan kepentingan orang-orang atau rakyat. Di
dalam negara semua pihak mempunyai fungsi masing-masing dalam
suatu kesatuan yang utuh yang oleh Prof. Soepomo disebutkan sebagai
suatu totalitas. Hal ini lebih tegas dinyatakan di dalam UUD 1945 dan
Ketetapan MPR bahwa negara mengatasi segala paham golongan dan
segala paham perseorangan serta menerima paham persatuan. Paham
integralistik ini tercermin dalam nilai-nilai dasar kekeluargaan, yaitu
sebagai berikut :
a. Persatuan dan kesatuan serta saling ketergantungan satu sama lain
dalam bermasyarakat.
b. Bertekad dan berkehendak sama untuk kehidupan kebangsaan yang
bebas, merdeka dan bersatu.
c. Cinta tanah air, bangsa dan kebersamaan.
d. Kedaulatan rakyat dengan sikap demokratis dan toleran.
e. Kesetiakawanan sosial dan non diskriminatif.
f. Berkeadilan sosial dan kemakmuran rakyat.
g. Menyadari bahwa bangsa Indonesia berada dalam tata pergaulan
dunia dan universal.
h. Menghargai harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Pancasila bersifat integralistik karena :
a. Mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan.
b. Adanya semangat kerjasama (gotong royong).
c. Memelihara persatuan dan kesatuan
d. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

5.3. Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Ideologi adalah suatu pernyataan dari nilai-nilai dasar dalam bidang
politik, ekonomi dan sosial, sebagai suatu kerangka cita-cita yang
dipakai sebagai dasar bagi suatu sistim sosial atau way of life yang dicita-
citakan. Suatu ideologi dihubungkan dengan semacam sistim politik,
sistim ekonomi dan sistim sosial serta tujuan-tujuan masyarakat. Sebagai
suatu dasar sistim kepercayaan, suatu ideologi tidak hanya
berhubungan dengan satu nilai-nilai pokok kehidupan masyarakat,

Etika Berpancasilais | 59
tetapi ideologi itu sendiri mempunyai nilai lebih tinggi untuk
dipertahankan dan dalam banyak hal berdiri di atas nilai-nilai pokok di
atas. Suatu keistimewaan dari ideologi berupa keyakinan yang ada
dalam ideologi biasanya berhubungan erat dengan kepercayaan, agama
atau nationalistic sentiment, dimana masing-masing dapat saling
melengkapi.
Dalam proses hubungan antar bangsa, seperti yang telah dijelaskan
di atas, bahwa ideologi merupakan salah satu elemen kekuatan nasional
yang penting bagi setiap negara dalam perjuangan kekuasaan (struggle
for power). Hal ini disebabkan karena ideologi suatu negara dapat
menjadi gainer ataupun loser dalam persaingan dunia yang sifatnya
cenderung anarki. Oleh sebab itu dengan latar belakang yang berbeda
ini baik secara kultural, historis maupun natural hal tersebut tergantung
pada kreatifitas dan kecerdasan dari setiap bangsa dalam membentuk
atau membangun ideologi masing-masing.
Sejak kemerdekaan bangsa Indonesia telah mempunyai ideologi
yaitu Pancasila yang dirumuskan oleh para founding fathers bangsa
dalam suatu naskah yang kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945.
Pancasila adalah perpaduan yang serasi antara nilai tradisi dengan nilai-
nilai modern dan menjadi ideologi resmi sebagai basic philosophy atau
philosophische grondslag dari seluruh bangsa Indonesia.
Sebagai perbandingan dapat dilihat contoh keberhasilan usaha
modernisasi bangsa Jepang, yang sejak awal memang sudah menjadi
motivator perjuangan para pemimpin bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan, yaitu sebagai satu-satunya bangsa Asia yang tidak pernah
dijajah oleh bangsa-bangsa barat dan justru berhasil menghadapi arus
modernisasi dengan nilai-nilai kepribadian atau ideologi mereka sendiri
yang berbasis pada Shintoisme yang dirumuskan ke dalam ideologi
Kokutai No Hongi yang berintikan mitos kaisar dan bangsa Jepang
sebagai keturunan dewa.
Ideologi tersebut dijadikan alat untuk menyokong kebijaksanaan
pemerintah dalam mencapai tujuan internasionalnya yang ekspansionis
dan imperialis. Namun dengan proses demokratisasi dari pihak sekutu
yaitu Amerika Serikat, maka ideologi yang sama walaupun tidak secara
eksplisit tertuang dalam konstitusi dengan proses partisipatoris kultural,

60 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


nilai-nilai ideologi bangsa Jepang dapat direvitalisasi dan
diimplentasikan menjadi dasar semangat perjuangan bangsa Jepang
dalam memasuki persaingan internasional pasca Perang Dunia II. Salah
satu contohnya antara lain adalah mengubah konsep Zaibatsu menjadi
konsep Keiretsu di bidang kehidupan ekonomi dalam kerangka besar
konsep Japan Incorporated dalam menghadapi persaingan internasional
pasca Perang dunia II
Dalam memahami ideologi Pancasila kiranya bangsa Indonesia
dapat merujuk kembali pengalaman bangsa Jepang. Namun berbeda
dan bertolak belakang dengan bangsa Jepang yang sudah homogen
sejak awal di mana ideologi mereka sudah terbangun dalam masyarakat
bersamaan dengan pertumbuhan bangsa Jepang, maka keberadaan
Bangsa Indonesia dengan ideologi Pancasila yang baru merdeka pada
tahun 1945 setelah melalui perjuangan yang tidak kenal lelah dari para
pahlawannya tentunya memerlukan usaha khusus, yaitu membagun
suatu bangsa dengan kondisi masyarakat majemuk dan multi kultural
dan masih dalam tatanan masyarakat kolonial.
Bangsa Indonesia harus berjuang lagi untuk mewujudkan emagined
community (masyarakat/bangsa yang dibayangkan/dicita-citakan)
menjadi realized community berdasarkan cita-cita dan perjanjian luhur
yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
Sampai dengan Era Reformasi saat ini di mana bangsa kita mencapai
situasi krisis pada stadium kritis yaitu tingkat krisis motivasi yang
menciptakan situasi revolusioner dan mengancam eksistensi ideologi
Pancasila. Sekarang justru perilaku liberal sekaligus radikal baik dari
ekstim kanan (agama) maupun ekstim kiri (komunis) yang sangat nyata
merasuki jiwa masyarakat Indonesia dan justru banyak kaum terpelajar
masuk dalam arus negatif yang sedikit banyak mendapat dukungan dari
luar negeri tersebut. Oleh sebab itu ideologi Pancasila harus segera
diselamatkan sekaligus direvitalisasi dan diimplementasikan sebagai
proses pemberdayaan

5.4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika internal. Sumber ideologi

Etika Berpancasilais | 61
terbuka terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945 yang menyatakan
bahwa “…Terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum
dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-
aturan yang menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu diserahkan kepada
undang-undang yang lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya dan
mencabutnya.” Selanjutnya dinyatakan, “…yang sangat penting dalam
pemerintahan dan dalam hidupnya bernegara ialah semangat, semangat para
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan.”
Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi
Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika
masyarakat yang berkembang secara cepat.
2. Kenyataan menunjukkan bahwa hilangnya ideologi yang tertutup
dan beku cenderung memperburuk perkembangan ideologi
tersebut.
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar
Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara
kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Ideologi terbuka memiliki tiga sifat utama yang sangat penting,
yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi Realitas
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersumber dari nilai-
nilai riil yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu
ideologi itu lahir, sehingga masyarakat betul-betul merasakannya
dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama.
b. Dimensi Idealisme
Pancasila mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cita-
cita tersebut berisi harapan yang masuk akal, bukanlah angan-angan
yang sama sekali tidak mungkin direalisasikan.
c. Dimensi Fleksibilitas
Pancasila memiliki sifat fleksibel yang diperlukan oleh sebuah
ideologi untuk memelihara dan memperkuat relevansi ideologi
tersebut dengan perkembangan zaman.

62 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Keterbukaan ideologi Pancasila ada batas-batasnya yang tidak dapat
dilanggar, yaitu sebagai berikut :
a. Stabilitas Nasional yang dinamis.
b. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme dan komunisme.
c. Mencegah berkembangnya paham liberalisme.
d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan
kehidupan masyarakat.
e. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.

5.5. Pancasila Sebagai Suatu Pilihan Bangsa


Pancasila bagi bangsa Indonesia pada umumnya dijadikan sebagai
dasar negara dan ideologi negara. Dengan demikian Pancasila dapat
diterima oleh seluruh rakyat Indonesia dan menjadi dasar serta
pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan kepemerintahan negara
Republik Indonesia.
Pancasila telah disahkan secara yuridis konstitusional pada tanggal
18 Agustus 1945 sebagai dasar negara Republik Indonesia. Pada masa
Orde Baru Pancasila melalui P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila) diberikan pengertian yang beragam. Setelah
lahirnya Reformasi, dikeluarkanlah Ketetapan MPR RI No.
XVIII/MPR/1998 yang mengatur :
1. Pengembalian fungsi Pancasila sebagai dasar negara.
2. Penghapusan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
3. Penghapusan Pancasila sebagai asas tunggal bagi organisasi sosial
politik di Indonesia.
Dengan demikian maka selanjutnya Pancasila memiliki fungsi yang
tetap yaitu sebagai dasar negara dan juga sebagai ideologi bangsa dan
negara.
Benarkah Pancasila memiliki fungsi yang tetap sebagaimana yang
telah disebut di atas ? Untuk memberikan jawabannya maka perlu
diberikan alasan-alasannya yaitu sebagai berikut :
1. Ideologi Pancasila telah sesuai serta berakar pada nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia yang lahir dan digali dari kehidupan rakyat yang
telah berabad-abad lamanya dari bumi Indonesia semenjak zaman
nusantara.

Etika Berpancasilais | 63
2. Pancasila juga telah dapat mempersatukan seluruh kebhinekaan
suku, kelompok, agama dan bahasa dalam kehidupan masyarakat
Indonesia menjadi satu kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
bentuk Bhinneka Tunggal Ika.
3. Dalam kondisi krisis multidimensional saat ini yang sedang
melanda bangsa dan negara Indonesia pelaksanaan ideologi
Pancasila telah membantu mengatasi krisis melalui berbagai solusi
yang bermanfaat.
4. Melalui pelaksanaan ideologi Pancasila derajat dan martabat bangsa
Indonesia telah terangkat di tengah kehidupan internasional.

5.6. Krisis Kebudayaan Yang Mengancam Persatuan Dan Kesatuan


Krisis yang kita alami bukan hanya krisis politik dan ekonomi
namun juga kebudayaan. Salah satu akibat dari krisis ini adalah
perkembangan lebih ganas “penyakit” yang telah hidup di tubuh bangsa
Indonesia yang berkembang biak pertama kali di birokrasi pemerintah
sebagai sentral pelaksanaan pembangunan dalam sistim pemerintahan
otoriter Orde Baru.
Dalam menjalankan fungsinya ternyata tubuh birokrasi menjadi
limbung tidak mampu mengembangkan koordinasi, integrasi,
sinkronisasi pada dirinya. Hal tersebut tidak lain karena pembangunan
juga merupakan proses distribusi (dana pembangunan) sekaligus
produksi industri modern sehingga terjadi perubahan nilai yang
cenderung materialistis. Gejala “penyakit” tersebut adalah korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), arogansi sektoral, golonganisme,
materialisme, individualisme dan bahkan hedonisme yang
mengakibatkan hilangnya saling percaya dan rasa empati atau tepa
selira yang tidak hanya di antara birokrasi tetapi juga sudah menjalar di
seluruh lapisan masyarakat dan mempengaruhi motivasi masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan berbegara sehingga dapat menghambat
dalam mengamankan ideologi Pancasila.
Penyakit birokrasi tersebut timbul karena tidak lepas dari proses
pembangunan pada Era Orde Baru di mana birokrasi menjadi mesin
pelaksanaan pembangunan dalam posisi peranan pemerintah sangat
kuat. Lembaga negara, departemen pemeritah dan agen-agen

64 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


pembangunan lainnya termasuk perguruan tinggi khususnya Perguruan
Tinggi Negeri menjadi sangat berorientasi pada proyek pembangunan
dengan ketergantungan hampir di semua bidang pada anggaran
pemerintah di mana salah satu komponen utamanya adalah bantuan
dan hutang luar negeri.
Akibatnya berkembang eksklusivisme dan saling tidak percaya
antar individu antar departemen (antar sektor), antar kelompok, antar
golongan sebagai salah satu penyebab utama dari krisis. Padahal
menurut Institute of Future Studies for Development di Bangkok saling
percaya adalah kunci untuk menyelesaikan krisis. Sedangkan empati
adalah jaringan rasa sebagai basis kebudayaan yang memungkinkan
terbangunnya kerukunan dan dialog sosial di setiap masyarakat. Melalui
saling percaya dan empati orang akan dapat saling tolong menolong dan
bekerja sama.
Oleh karena itu krisis yang terjadi pada bangsa Indonesia juga
dapat disebut krisis kepercayaan dan empati. Salah satu cara untuk
keluar dari krisis kepercayaan dan menemukan rasa empati di antara
masyarakat Indonesia adalah membangun keterbukaan satu sama lain
dengan mengadakan forum-forum dialog atau kosultasi dengan
pendekatan pembangunan masyarakat berbasis kelompok. Karena
dengan keterbukaan atau saling terbuka melalui dialog yang akrab akan
terjadi proses saling memberi input berupa segala sesuatu yang perlu
dipikirkan tentang nilai-nilai Pancasila dengan menyerap dan
menyarikan segala pemikiran atau gagasan yang relevan beserta nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya di antara anak bangsa satu sama lain
yang mempunyai perhatian pada kondisi moral dan ideologi bangsa.
Dengan demikian diharapkan dapat memberi kontribusi model
pada pembangunan masyarakat Pancasila yang sedang terpuruk ini
untuk menemukan konsep-konsep yang fungsional. Forum dialog atau
kosultasi yang diselenggarakan harus dalam pola kebersamaan dan
keterbukaan masyarakat madani. Suatu forum dialog yang
diselenggarakan secara terstruktur sebagai wahana komunikasi dan
sinergi untuk menumbuhkan saling kenal, saling membuka diri warga
masyarakat yang pada gilirannya menjadi saling percaya dan empati
sebagai salah satu strategi menjadikan masyarakat lebih produktif dan
mandiri berjiwa Pancasila.

Etika Berpancasilais | 65
Kegiatan tersebut kiranya dapat diawali dari pendidikan tinggi
khususnya mahasiswa sebagai salah satu stakeholder utama bangsa dan
negara untuk memelopori pengembangan konsep kebersamaan dalam
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Seperti telah
dijelaskan bahwa tantangan riil bagi Pancasila adalah justru dari
liberalisme sedangkan ideologi besar lainnya sebagai pecundang
memanfaatkan ruang kosong yang ada sehingga sangat kondusif
terhadap perpecahan bangsa. Karena apa yang menjadi dasar para
ilmuwan kampus dan masyarakat terdidik lainnya dalam menyusun
konsep-konsep reformasi sekarang adalah kehidupan masyarakat liberal
di mana mereka menuntut ilmu khususnya dari Amerika Serikat dan
negara-negara barat lainnya.
Suatu gaya hidup yang sangat kuat pengaruhnya bagi masyarakat
Indonesia melalui pendidikan dan media massa yang sangat intensif
menjadi salah satu penyebab bangsa Indonesia nyaris kehilangan jati
dirinya. Untuk itu dengan dipelopori oleh masyarakat Perguruan
Tinggi, bangsa Indonesia ke depan harus mengembangkan konsep yang
bertujuan menumbuhkan kembali dan memperkuat akar jiwa Pancasila
di masyarakat Indonesia.
Pancasila harus direvitalisasi untuk menemukan pola kesatuan dan
persatuan yang lebih langgeng. Apa yang dialami oleh Bangsa Indonesia
sekarang yaitu krisis kepercayaan dan rasa empati atau tepa selira dapat
dikategorikan ke dalam krisis moral yang didasari kesalahan di dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Krisis menjadikan bangsa
Indonesia kelihatan bodoh, tidak percaya diri dan mudah diperdaya
oleh bangsa lain.
Krisis moral menyebabkan konflik-konflik sosial, sehingga bangsa
Indonesia mengalami perpecahan (disintegrasi), berperilaku ganas dan
biadab. Krisis moral juga menyebabkan perilaku korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) dan dengan perilaku demikian kekayaan alam yang
indah dan melimpah ruah baik di darat maupun di laut bangsa
Indonesia tidak mampu dimanfaatkan secara maksimal. Semuanya
berlangsung karena bangsa Indonesia sudah tidak memiliki etika yang
benar.

66 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


5.7. Pemberdayaan Ideologi Pancasila Sebagai Proses Pendidikan
Melalui pendekatan analisa budaya dalam memahami pembentukan
ideologi, setiap negara harus melalui suatu proses pembentukan ide-ide
dan nilai-nilai. Di negara-negara bekas jajahan seperti halnya Indonesia
tentunya mempunyai warisan jaman kolonial proses tersebut dapat
dipercepat dengan menekan elemen-elemen pikiran-pikiran rasional
ilmiah dari barat (western). Ideologi rasional ilmiah dengan bias barat
baik dari jaman penjajahan maupun era perang dingin harus dihadapi
dengan sub kultur setempat, tradisi kebudayaan basar masyarakat
jajahan sebagai unsur pemersatu yang paling efektif dalam kebudayaan
yang mempunyai kemampuan untuk menyatukan semua pihak yang
dapat menyesuaikan diri dengan bahasa, dokumen dan sejarah suatu
bangsa. Hal tersebut sangat terkait dengan keberadaan golongan
intelektual yang mempunyai peranan penting di dalam transformasi
lembaga-lembaga dan ideologi politik formal dari barat dengan
kecerdasan politik mereka untuk dapat diterapkan sesuai dengan
kepentingan obyektif untuk negara mereka.
Ideologi Pancasila yang dalam hal ini secara operasional telah lahir
dari proses demikian dan ternyata sekarang menghadapi pergeseran
nilai dan akibat interaksi lebih lanjut dengan dunia barat dan untuk
menemukan kembali nilai-nilai mutakhir dari ideologi Pancasila maka
golongan intelektual dan dunia Perguruan Tinggi kembali dihadapkan
pada tanggung jawabnya untuk merevitalisasi ideologi Pancasila agar
mampu menjadi perekat pluralitas masyarakat yang bertambah
kompleks akibat pembangunan sekarang ini. Dari sudut pandang studi
ideologi, sistem nilai suatu masyarakat dianggap sebagai unsur yang
paling penting.
Agar dapat memahami ideologi suatu negara, khususnya sistim nilai
maka harus memahami dasar teoritis dan filosofisnya. Dengan begitu,
banyak analisa ideologi yang perlu diberikan dalam suatu uraian bentuk
pertanyaan yang biasanya dianggap sebagai falsafah politik. Karena
secara bebas, tujuan-tujuan filosofis politik adalah pemahaman nilai-
nilai politik dan norma-norma politik. Ideologi politik merupakan suatu
sistim nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai sesuatu yang benar.
Di samping itu, akan berusaha dikaji ide tertentu tentang sikap-sikap

Etika Berpancasilais | 67
terhadap berbagai lembaga dan proses masyarakat yang terdapat dalam
ideologi. Kita dapat menyimak rangkaian masalah apa yang penting
bagi setiap ideologi dan selanjutnya kita dapat menentukan dasar
tertentu untuk saling membandingkannya.
Kita tidak selalu yakin tentang mekanisme berbagai lembaga
sosialisasi beroperasi. Harus pula diakui bahwa pandangan seorang
anak tentang dunia secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga dan paling tidak oleh tahun-tahun awal
sekolahnya. Barangkali kurang jelas bagaimana lembaga-lembaga
sosialisasi lainnya mempengaruhi pandangan seorang individu tentang
kehidupan. Barangkali kita bisa menganggap bahwa pesan yang sama
yang diulang-ulang dalam lembaga-lembaga yang mengajarkan
individu untuk menghormati, seperti sistim-sistim agama dan
pendidikan, bisa melahirkan akibat yang kumulatif dan akhirnya
menjadi bagian dari sistim nilai individu. Barangkali media massa
bekerja dengan cara yang sama.
Jadi sesuai dengan uraian di atas sistim sosialisasi yang pertama kali
harus dikembangkan dan dianggap sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia adalah pada sistim pendidikan umum (public school), yaitu
sosialisasi implementasi ideologi Pancasila melalui sistim pendidikan
umum yang target utamanya adalah generasi muda baik murid sekolah
menengah maupun mahasiswa Perguruan Tinggi dengan metode
implementasinya terstruktur dalam kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar. Sehingga dengan demikian diharapkan proses sosialisasi ke
masyarakat yang lebih luas akan menjadi efektif. Proses sosialisasi
ideologi Pancasila dalam masyarakat dikembangkan melalui semua jalur
baik formal, non formal maupun informal dengan cara terintegrasi
sebagai kegiatan masyarakat di dalam merumuskan dalam perilaku
sebagai bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang difasilitasi oleh
pemerintah.

68 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


BAB VI
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA

6.1. Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 memberikan pedoman tertentu untuk
mengisi kemerdekaan Indonesia yang merupakan pelaksanaan yuridis
formil ketatanegaran Indonesia dalam mengetahui tujuan hidup serta
mengarahkan dalam menjaga kelangsungan bangsa. Undang-Undang
Dasar adalah hukum dasar yang tertulis, selain itu terdapat undang-
undang yang berlaku sebagai hukum dasar yang tidak tertulis yaitu
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-
pokok khaidah negara yang fundamental. Maka di samping merupakan
suasana kerohanian dari UUD 1945, juga merupakan sumber penjabaran
normatif. Oleh karena itu dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung
sendi-sendi kehidupan negara.
UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis yang mempunyai arti
bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, setiap lembaga negara, lembaga
masyarakat dan seluruh warga negara Indonesia dimanapun mereka
berada dan setiap penduduk yang berdomisili di wilayah negara
Republik Indonesia. Sebagai hukum dasar UUD 1945 berisi norma,
aturan dan ketentuan yang dilaksanakan dan ditaati.
Maksud dari UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang utuh yang
terdiri atas :
1. Pembukaan yang terdiri atas empat alinea.
2. Batang Tubuh yang terdiri atas 37 pasal, 16 bab, 4 pasal aturan
peralihan dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Penjelasan yang terbagi dalam penjelasan umum dan penjelasan
pasal demi pasal

Etika Berpancasilais | 69
Pembukaan, Batang Tubuh yang memuat pasal-pasal dan penjelasan
UUD 1945 merupakan kesatuan yang utuh yang merupakan bagian-
bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Kedudukan UUD 1945 bukanlah hukum biasa melainkan hukum
dasar. Sebagai hukum dasar UUD 1945 merupakan sumber hukum bagi
setiap produk hukum lainnya, seperti undang-undang, peraturan
pemerintah dan peraturan lainnya serta setiap tindakan kebijakan
pemerintah haruslah berdasarkan dan bersumber pada peraturan yang
lebih tinggi.
Oleh sebab itu sebagai hukum negara yang tertinggi UUD 1945
harus diberikan sifat untuk tidak dapat diganti-ganti dengan undang-
undang dasar lain. Apabila dengan pergantian tersebut akan membawa
dampak yang fundamental sehingga sama dengan melakukan
pergantian negara. UUD 1945 tidak boleh ketinggalan dengan
perkembangan zaman. Dengan tidak mengurangi sifatnya yang kekal,
UUD 1945 dapat saja mengalami perubahan, tambahan dan
penyempurnaan demi menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perubahan dan penyempurnaan itu tidak dilakukan dengan cara
semaunya, tetapi lazim dilakukan dengan cara yang istimewa, yaitu
dengan cara yang sulit kalau dibandingkan dengan cara merubah
peraturan-peraturan lainnya.
Pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa sifat UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
1. Rumusan UUD 1945 jelas karena tertulis, merupakan hukum positif
yang mengikat Pemerintah sebagai penyelenggara negara dan setiap
warga negara.
2. UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan pokok
yang setiap saat dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan
zaman.
3. UUD 1945 merupakan tertib hukum positif yang tertinggi dengan
fungsinya sebagai alat kontrol norma-norma hukum positif yang
lebih rendah dalam tata urutan perundang-undangan yang berlaku.
UUD 1945 mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, alat mengecek
apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai ketentuan Undang-

70 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Undang Dasar. Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 yang
mengatur Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan tersebut adalah
yang berisi hirarki perundang-undangan, yaitu :
1. Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu).
3. Peraturan Pemerintah (PP).
4. Peraturan Presiden (Perpres).
5. Peraturan Daerah (Perda).
Apabila kita mempelajari Pembukaan UUD 1945 maka telah
tercermin bagaimana kedudukan hukum yang ada di Indonesia. Tertib
hukum legal order merupakan sebuah kesatuan (unity) dari kesatuan
peraturan hukum yang di dalamnya meliputi empat aspek penting,
yaitu:
1. Adanya subject unity.
Maknanya adalah bahwa penyelenggara negara mengadakan dan
membuat peraturan hukum. Hal ini tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea keempat.
2. Spritual Confession atau asas kerohanian.
Spritual Confession adalah dasar kesatuan hukum spritual yang
menjadi dasar dari segala sumber hukum dengan pengakuan
terhadap eksistensi ketuhanan. Ini adalah pengakuan Indonesia
sebagai negara yang mengakui dirinya sebagai negara yang
menjamin kebebasan pemeluk agama yang hidup di dalamnya.
3. Territoril unity atau kesatuan daerah.
Hal ini adalah pengungkapan bahwa hukum yang berlaku di
Indonesia sebagai suatu aspek teritorial atau wilayah negara
kesatuan Republik Indonesia.
4. Kesatuan waktu.
Kesatuan waktu yaitu pernyataan bahwa sumber hukum Indonesia
ini memiliki titik tolak waktu kapan mulainya hukum ini berlaku di
Indonesia.
Empat unsur tertib hukum negara tersebut telah terpenuhi sebagai
syarat utama dari sebuah negara yang lahir dan memiliki hirarki

Etika Berpancasilais | 71
hukumnya yang mandiri. Pasal-pasal yang termuat dalam UUD 1945
bukanlah sebuah dasar hukum tertinggi namun masih ada di atasnya
suatu super norma yang menjadi roh tertinggi yang fundamental utama
sumber dari segala sumber hukum yang ada.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok khaidah negara
yang fundamental yang artinya dasar-dasar pokok yang menjadi
landasan dan peraturan hukum yang tertinggi bagi hukum-hukum
lainnya termasuk hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar yang
tidak tertulis.
Pokok-pokok khaidah negara yang fundamental itu terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut :
1. Dasar-dasar pembentukan negara.
a. Tujuan negara yang menyatakan negara Indonesia mempunyai
fungsi yang sekaligus menjadi tujuan, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
b. Asas politik negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa
negara Indonesia yang berbentuk Republik dan berkedaulatan
rakyat.
c. Asas kerohanian negara, yaitu dasar falsafah negara Pancasila
yang meliputi hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonesia.
2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar negara.
Ketentuan ini dapat terlihat dalam kalimat, “maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
negara Indonesia…” Hal ini menunjukan sebab keberadaan sumber
hukum Undang-Undang Dasar negara. Khaidah fundamental suatu
negara dalam hukum, mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap
kuat dan tidak berubah dalam arti dengan jalan hukum apa pun tidak
mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung UUD 1945 memuat khaidah
negara yang fundamental maka Pembukaan UUD 1945 itu tidak dapat
dirubah secara hukum, perubahan itu berarti pembubaran negara hasil
Proklamasi 17 Agustus 1945.

72 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 1945
adalah prolog dari suatu teks yang sangat sakral secara sosial.
Pembukaan berisi pernyataan tentang komitmen bangsa Indonesia
tentang pernyataan dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki
komitmen kebangsaan serta komitmen sebagai masyarakat dunia.
Namun yang terpenting pembukaan merupakan rumusan awal tentang
permaktub poin-poin penting yang dijadikan sebagai dasar negara yaitu
Pancasila yang selalu melekat pada realitas keberlangsungan Indonesia
sebagai negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 ini akan selalu ada selama Indonesia sebagai dasar negara berdiri
dan teks Pembukaan UUD 1945 ini tidak bisa dirubah sampai kapanpun.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea yang mengandung
pokok pikiran sebagai berikut :

Alinea Pertama
Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 berbunyi, “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh karena itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusian dan perikeadilan.” Makna yang terkandung dalam alinea
ini adalah sebagai berikut :
1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia
menghadapi masalah kemerdekaan melawan penjajah.
2. Tekad bangsa Indonesia untuk tetap berdiri di barisan yang paling
depan untuk menentang dan menghapuskan penjajahan di atas
dunia.
3. Pengungkapan suatu dalil objektif, yaitu penjajahan tidak sesuai
dengan perikemanusian dan perikeadilan, oleh karenanya harus
ditentang dan harus dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini
dapat menjalankan hak kemerdekaannya sebagai hak asasi.
4. Pengungkapan suatu dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia
sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dalil ini
meletakkan tugas kewajiban kepada bangsa/pemerintah Indonesia
untuk senantiasa melawan setiap bentuk penjajahan dan
mendukung setiap kemerdekaan suatu bangsa.

Etika Berpancasilais | 73
Alinea Kedua
Alinea kedua Pembukaan UUD 1945 berbunyi, “Dan perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur”. Alinea ini menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kepada
perjuangan bangsa Indonesia dengan adanya kesadaran yang tidak
dapat dilepaskan dari keadaan masa lalu dan langkah yang akan
ditempuh sekarang untuk menentukan keadaan yang akan datang.
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut :
1. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada
saat yang menentukan.
2. Momentum yang telah dicapai itu harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir, tetapi masih
diisi dengan usaha mewujudkan negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Hal ini merupakan cita-cita
nasional bangsa Indonesia.

Alinea Ketiga
Alinea ketiga berbunyi, “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa
dan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan.” Makna
yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut :
1. Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan bangsa kita
berkat rahmat dari Tuhan.
2. Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia untuk
hidup yang berkeseimbangan antara kehidupan material dengan
spiritual dan kehidupan dunia dengan akhirat.
3. Pengukuhan melalui proklamasi kemerdekaan sebagai suatu negara
yang berwawasan kebangsaan.

74 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Alinea Keempat
Alinea keempat berbunyi, “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan sekaligus fungsi negara Indonesia, yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berkedaulatan,
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila.
Selanjutnya ada empat pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 yang memiliki makna yang sangat dalam, yaitu
sebagai berikut :
1. Pokok pikiran pertama : “Negara melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan
atas persatuan Indonesia dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.” Dalam pembukaan ini diterima aliran
pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi
segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala paham
golongan dan paham perseorangan. Negara menurut pengertian itu
menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa Indonesia
seluruhnya. Ini suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan.

Etika Berpancasilais | 75
Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan
pengertian yang lazim, negara, penyelenggara negara dan setiap
warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas
kepentingan golongan atau pun perseorangan.
2. Pokok pikiran kedua :” Negara hendak mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat“. Ini merupakan pokok pikiran keadilan
sosial. Pokok pikiran yang hendak diwujudkan oleh negara bagi
seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Pokok pikiran ketiga : “Negara yang berkedaulatan rakyat
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.”
Oleh karena itu sistim negara yang terbentuk dalam Undang
Undang Dasar harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan/perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan
sifat masyarakat Indonesia. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan
rakyat yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Pokok pikiran keempat : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab.” Oleh
karena itu Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusian yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Ini menegaskan
pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusian yang adil
dan beradab.

6.2. Batang Tubuh UUD 1945


Undang-Undang Dasar 1945 terdiri atas 37 pasal, ditambah dengan 4
pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. Di samping
mengandung semangat dan merupakan perwujudan dari pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 juga merupakan
rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Di dalamnya
berisi materi yang pada dasarnya dibedakan dalam tiga bagian, yaitu
sebagai berikut :

76 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistim pemerintahan
negara, di dalamnya termasuk pengaturan tentang kedudukan,
tugas, wewenang dan saling hubungan dari kelembagaan negara.
2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara negara dan warga
negara dan penduduknya serta dengan dipertegas oleh Pembukaan
UUD 1945, berisi konsepsi negara di berbagai aspek kehidupan,
yaitu kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam serta
ke arah mana, negara, bangsa dan rakyat Indonesia akan bergerak
mencapai cita-cita nasional.
3. Hal-hal lain seperti bendera, bahasa, lambang negara dan lagu
kebangsaan serta perubahan Undang-Undang Dasar itu sendiri.
Sistim pemerintahan negara Indonesia ditegaskan dalam UUD 1945.
Sistim ini dikenal dengan tujuh kunci pokok sistim pemerintahan negara
RI, yaitu sebagai berikut :
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (reschstaat).
2. Sistim konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (die gesamte staatgewalt liegt allein bei der
majelis).
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
di bawah majelis.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
6. Menteri Negara adalah pembantu Presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Pada masa Orde Baru pembagian lembaga ketatanegaraan Republik
Indonesia berdasarkan Ketetapan MPR No. III/MPR/1978 dibagi
menjadi lembaga tertinggi negara yaitu Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) sedangkan lembaga-lembaga tinggi negara yaitu sebagai
berikut :
1. Presiden.
2. Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
3. Dewan Perwakilan Rayat (DPR).
4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
5. Mahkamah Agung (MA).

Etika Berpancasilais | 77
Agar lebih jelas maka dapat dilihat pada skema gambar yang akan
disajikan berikut ini yaitu sebagai berikut :

STRUKTUR KETATANEGARAAN RI SEBELUM


AMANDEMEN UUD 1945

Gambar 4. Skema Kelembagaan Negara Pada Masa Orde Baru

Di dalam skema gambar di atas dikenal Majelis Permusyawaratan


Rakyat (MPR) sebagai lembaga tertinggi negara sebagai pelaksana
kedaulatan rakyat seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat 2 UUD
1945 naskah original bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Selain itu
masih terdapat kelembagaan negara lain yang pada saat itu disebut
sebagai lembaga tinggi negara di antaranya adalah Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Presiden, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA).
Adapun susunan MPR RI terdiri atas anggota DPR ditambah utusan
daerah dan utusan golongan yang diangkat. Tugas dan kewenangan
MPR RI menurut Pasal 3 UUD 1945 naskah original adalah menetapkan
Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

78 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Selanjutnya berdasarkan perubahan UUD 1945 tidak mengenal
lembaga tertinggi dan tinggi negara, melainkan lembaga kekuasaan
negara yang terdiri atas :
 Lembaga legislatif, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
yang terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).
 Lembaga ekskutif, yaitu Presiden dan Wakil Presiden
 Lembaga yudikatif yang memegang kekuasaan kehakiman, terdiri
atas Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Kostitusi (MK) dan
Komisi Yudisial.
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Agar lebih jelas maka dapat dilihat dalam gambar yang disajikan
berikut ini yaitu sebagai berikut :

STRUKTUR KETATANEGARAAN RI SESUDAH


AMANDEMEN UUD 1945

Gambar 5. Skema Kelembagaan Negara Pada Masa Reformasi

Apabila diperhatikan skema gambar tersebut di atas maka sebagai


kelembagaan negara MPR RI tidak lagi diberikan sebutan sebagai
lembaga tertinggi negara dan hanya sebagai sebagai lembaga negara
seperti DPR, Presiden, BPK dan MA. Di dalam Pasal 1 ayat 2

Etika Berpancasilais | 79
Amandemen UUD 1945 perihal kedaulatan disebutkan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar sehingga tampaklah bahwa MPR RI tidak lagi menjadi
pelaksana kedaulatan rakyat. Demikian juga susunan keanggotaan MPR
RI telah mengalami perubahannya yaitu terdiri atas anggota DPR dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang seluruhnya hasil pemilu.
Perlu dijelaskan pula bahwa susunan ketatanegaran dalam
kelembagaan negara juga mengalami perubahan dengan pemisahan
kekuasaan antara lain adanya lembaga negara yang dihapuskan yaitu
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan lahir baru yaitu badan legislatif
yang terdiri atas anggota MPR, DPR dan DPD, badan eksekutif yang
terdiri atas Presiden dan Wakil Presiden, sedangkan yudikatif terdiri
atas kekuasaan kehakiman yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) dan
Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial (KY). Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) tetap ada hanya diatur tersendiri.
Tugas dan kewenangan MPR RI sesudah perubahan menurut Pasal
3 Amandemen UUD 1945 yaitu sebagai berikut :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar (impeachment).
Di samping itu tugas dan kewenangan Mahkamah Konstitusi dan
Komisi Yudisial menurut Amandemen UUD 1945 yaitu sebagai berikut :
1. Mahkamah Konstitusi
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutuskan sengketa kelembagaan negara, memutuskan
pembubaran partai politik dan perselisihan hasil pemilu.
b. Kewajibannya memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran Presiden menurut Udang-
Undang Dasar dan dapat melakukan penghentian/pemecatan
Presiden.

80 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


c. Keanggotaannya, sembilan anggota hakim yang ditetapkan oleh
Presiden yang diajukan masing-masing tiga orang oleh MA, tiga
orang dipilih DPR dan tiga orang dari Presiden. Ketua dan
wakilnya dipilih dari dan oleh anggota.
2. Komisi Yudisial
a. Kewenangannnya adalah mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan menjaga kehormatan hakim.
b. Keanggotaannya diangkat dan diberhentikan Presiden atas
persetujuan DPR.

6.3. Amandemen/Perubahan UUD 1945


Sesuai dengan perkembangan di berbagai bidang kehidupan dalam
berbangsa dan bernegara di Indonesia sejak masa reformasi telah
menimbulkan pemikiran yang serius dari bangsa dan negara Indonesia
untuk melakukan koreksi atas berbagai penyimpangan yang terjadi
dalam praktek penyelenggaraan negara. Dalam rangka pelaksanaan
penyelenggaraan hidup bernegara, termasuk jalannya ketatatanegaran,
bangsa Indonesia telah mengalami sejarah baru yaitu reformasi.
Tepatnya terjadi pada sekitar tahun 1998 setelah berakhirnya
pemerintahan Orde Baru yang sebelumnya telah berlangsung selama
lebih kurang 32 tahun.
Pada masa Orde Baru UUD 1945 telah ditafsirkan bersifat sakral.
Usaha pemerintahan Orde Baru untuk mempersulit perubahan UUD
1945 dengan mengeluarkan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum. Sulitnya merubah Undang-Undang Dasar melalui
Referendum yang harus disetujui oleh 90% rakyat yang berhak ikut
Referendum, barulah MPR pada masa Orde Baru berketetapan untuk
tidak mengubah dan akan melaksanakan secara murni dan konsekuen
serta melestarikannya.
Dibandingkan dengan masa sekarang dimana perubahan zaman
tidak dapat direncanakan oleh manusia. Pada saat Soeharto jatuh dari
tampuk kekuasaan, bergulirlah reformasi dalam segala bidang
kehidupan. Langkah utama adalah menuntut agar UUD 1945 diadakan
perubahan, dengan demikian MPR dengan sidangnya tahun 1998

Etika Berpancasilais | 81
mengeluarkan Ketetapan No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum, dengan
pertimbangannya adalah sebagai berikut :
1. Referendum tidak sesuai dengan jiwa, semangat dan prinsip
perwakilan sebagaimana diamanatkan UUD 1945.
2. Perubahan UUD 1945 tidak termasuk merubah pembukaannya,
karena pembukaan itu mengandung cita-cita luhur Proklamasi dan
memuat Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu mengubah
pembukaan berarti membubarkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka, dalam menuju
Indonesia yang baru yang demokratis, UUD 1945 perlu
diamandemenkan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. UUD 1945 adalah bersifat sementara sebagaimana saat PPKI
mengesahkan UUD 1945 dalam rapatnya pada tanggal 18 Agustus
1945 di gedung Pejambon, Jakarta. Ketua PPKI, yaitu Ir. Soekarno
mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar yang disahkan rapat
adalah Undang-Undang Dasar yang bersifat sementara dan kelak
akan dibuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan
sempurna.
2. UUD 1945 menumbuhkan figur Presiden yang diktatorial. Hal ini
terlihat dalam Pasal 7 UUD 1945 yang dapat digunakan oleh
Soeharto untuk memegang jabatan Presiden selama 32 tahun.
3. Mahkamah Agung perlu dibekali hak menguji undang-undang
(judicial review) dengan kedudukan Presiden yang kuat dalam sistim
pemerintahan presidensial sehingga yang membutuhkan
perimbangan kekuasaan yang kuat pula di pihak Mahkamah
Agung.
Jika diamati UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan
dengan cara perubahan Undang-Undang Dasar, yaitu Pasal 37
menyatakan bahwa untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
harus hadir. Pasal 37 ayat 1 putusan diambil dengan pesetujuan
sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota hadir.

82 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Amandemen UUD 1945 adalah mengubah pasal yang terdapat
dalam Batang Tubuh UUD 1945. Beberapa kategori arti amandemen
adalah sebagai berikut :
1. Membuat, artinya mencipta pasal baru.
2. Mengubah, artinya mengganti suatu pasal tertentu dengan pasal
baru.
3. Mencabut, artinya menyatakan satu pasal tidak berlaku, tanpa
mengganti dengan pasal baru.
4. Menyempurnakan, artinya manambah suatu subdiktum baru pada
diktum dari suatu pasal.
5. Memberi interprestasi baru pada suatu pasal.
Batasan perubahan/amandemen berdasarkan pasal 37 UUD 1945,
yaitu sebagai berikut :
1. Hanya pasal-pasal dan tidak termasuk Pembukaan.
2. Perubahan mengacu kepada Pembukaan.
3. Perubahan harus mengikuti prosedur yang disyaratkan Pasal 37.
Proses perubahan/Amandemen UUD 1945 dapat dilihat yaitu
sebagai berikut :
1. Perubahan Pertama yang disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999.
Perubahan pertama meliputi antara lain :
a. Mengurangi, membatasi serta mengendalikan kekuasaan
Presiden.
b. Hak membentuk undang-undang yang dulu ada di tangan
Presiden dan sekarang ada pada DPR, sedangkan Presiden
hanya berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
DPR.
Pasal-pasal yang mengalami perubahan/penambahan pada
perubahan pertama adalah Pasal 5 ayat 1 diubah; Pasal 7 diubah;
Pasal 9 diubah; Pasal 13 ayat 2 diubah dan ditambah satu ayat; Pasal
14 diubah menjadi dua ayat; Pasal 15 diubah; Pasal 17 ayat 3 diubah
dan ditambah satu ayat; Pasal 20 diubah menjadi empat ayat dan
Pasal 21 ayat 1 diubah.
2. Perubahan Kedua yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000.
Perubahan yang kedua meliputi antara lain :
a. Pemerintahan daerah.

Etika Berpancasilais | 83
b. Keanggotaan, fungsi, hak serta cara pengisian keanggotaan DPR.
c. Wilayah negara.
d. Warga negara dan penduduk negara RI.
e. Hak asasi manusia.
f. Pertahanan keamanan negara.
g. Mengenai bendera, bahasa, lambang negara dan lagu
kebangsaan.
Adapun pasal-pasal yang diubah pada perubahan kedua adalah
Pasal 18 dan Bab VI ditambah dua pasal; Pasal 19 diubah menjadi
tiga ayat; Pasal 20 ditambah satu ayat dan Bab VII ditambah satu
pasal; Pasal 22 ditambah dua pasal; Pasal 25 ditambah satu bab dan
ditambah satu pasal yaitu Bab IX A tentang wilayah negara dan Bab
X diubah judul bab menjadi warga negara dan penduduk; Pasal 26
ayat 2 diubah dan ditambah satu ayat; Pasal 27 ditambah satu ayat;
Pasal 28 ditambah satu bab, yaitu Bab XA tentang Hak Asasi
Manusia; Bab XII judul bab diubah menjadi Pertahanan Keamanan
Negara; Pasal 30 diubah; Bab XV judul bab diubah menjadi Bendera,
Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan; Pasal 36 Bab XV
ditambah tiga pasal.
3. Perubahan ketiga yang disahkan pada tanggal 10 November 2001.
Perubahan yang ketiga meliputi antara lain :
a. Pelaksana kedaulatan.
b. Negara Indonesia adalah negara hukum.
c. Kedudukan dan kewenangan MPR.
d. Jabatan Presiden dan wakil Presiden.
e. Tata cara pemilihan Presiden dan wakil Presiden secara
langsung oleh rakyat.
f. Pemberhentian Presiden dan/atau wakil Presiden dalam masa
jabatan.
g. Pembentukan lembaga negara baru, seperti Mahkamah
Konstitusi (MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Komisi
Yudisial (KY).
h. Pengaturan tambahan untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dan
i. Pemilihan umum (Pemilu).

84 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Adapun pasal-pasal yang terkena perubahan adalah Pasal 1 ayat 2
diubah dan ditambah satu ayat; Pasal 3 diubah dan ditambah tiga
ayat; Pasal 6 ayat 1 diubah dan ditambah satu ayat; Pasal 7 ditambah
tiga pasal; Pasal 8 diubah menjadi dua ayat; Pasal 11 diubah; Pasal
17 ditambah satu ayat; Pasal 22 ditambah dua bab yaitu Bab VII A
tentang Dewan Perwakilan Rakyat dan Bab VII B tentang Pemilihan
Umum; Pasal 23 diubah dan ditambah dua pasal dan satu Bab VIII A
tentang Badan Pemeriksa Keuangan dengan tiga pasal; Pasal 24
diubah; Pasal 24 ayat 2 tentang Mahkamah Konstitusi (MK)
ditambah tiga pasal.
4. Perubahan Keempat yang disahkan pada tanggal 11 Agustus 2002.
Perubahan yang keempat dan terakhir antara lain meliputi :
a. Keanggotaan MPR.
b. Pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahap kedua.
c. Kemungkinan Presiden dan wakil Presiden berhalangan tetap.
d. Kewenangan Presiden.
e. Keuangan negara dan bank sentral.
f. Perekonomian nasional dan kesejateraan rakyat.
g. Fakir miskin dan sistim jaminan sosial
h. Aturan peralihan dan aturan tambahan.
i. Kedudukan penjelasan UUD 1945.

Adapun pasal-pasal yang mengalami perubahan terakhir adalah


Pasal 2 ayat 1 diubah; Pasal 6A ditambah satu ayat; Pasal 8 ditambah
satu ayat; Pasal 11 ditambah satu ayat; Pasal 16 diubah; Pasal 23
ditambah dua pasal; Pasal 24 ditambah satu ayat; Pasal 32 diubah; Pasal
33 ditambah dua ayat; Pasal 34 diubah menjadi empat ayat; Pasal 37
diubah menjadi lima ayat; kemudian perubahan Aturan Peralihan
diubah menjadi Pasal I, II, III dan Aturan Tambahan menjadi Pasal I dan
II.

Etika Berpancasilais | 85
BAB VII
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYRAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

7.1. Pancasila Paradigma Pembangunan


Pancasila sebagai paradigma pembangunan mengandung arti
bahwa semua aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai
Pancasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia,
dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia memiliki fungsi
monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan dunia tetapi juga
mendapatkan kebahagian di akhirat nanti. Oleh karena itu
pembangunan nasional harus memenuhi tujuan tersebut.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi
pembangunan iptek. Apabila kita melihat sila-sila Pancasila
menunjukkan sistim etika dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yaitu sebagai berikut:
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu
pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional,
antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila pertama ini ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
mempertimbangkan maksud dan akibatnya pada kerugian dan
keuntungan manusia dan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan
pelestarian. Sila pertama menempatkan manusia di alam semesta
bukan sebagai sentral melainkan sebagai bagian sistimatika dari
alam yang diolahnya.
 Sila kemanusian yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar
moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi haruslah secara beradab. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah bagian dari proses budaya

86 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu pembangunan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus berdasarkan kepada usaha-
usaha mencapai kesejahteraan umat manusia. Ilmu pengetahuan
dan teknologi harus dapat diabadikan untuk peningkatan harkat
dan martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk
yang angkuh dan sombong akibat dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
 Sila persatuan Indonesia, memberikan kesadaran pada bangsa
Indonesia bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari
sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi persatuan dan kesatuan bangsa dapat
terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar
daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari faktor
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dapat dikembangkan untuk
memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya
dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan
masyarakat internasional.
 Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, prinsip demokrasi sebagai jiwa sila
keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas untuk
mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seorang ilmuwan harus pula memiliki sikap menghormati terhadap
pemikiran orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari
pemikirannya. Penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah teruji kebenarannya harus dapat dipersembahkan kepada
kepentingan rakyat banyak.
 Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dapat menjaga keseimbangan
keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya, hubungan
manusia dengan lingkungan dimana pun mereka berada.
Proses pembangunan terwujud dalam pelaksanaan emansipasi
bangsa, modernisasi kehidupan bangsa dan negara serta dinamisasi
kehidupan masyarakat. Selain itu juga terwujud dengan melaksanakan

Etika Berpancasilais | 87
demokratisasi kehidupan bangsa dan negara, integrasi nasional dan
humanisasi bangsa dan negara. Kedudukan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional harus memperhatikan konsep
berikut ini :
a. Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka
berpikir yang objektif rasional dalam membangun kepribadian
bangsa. Oleh karena itu perlu dikembangkan budaya ilmu
pengetahuan dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang
terjadi dalam masyarakat akibat dari pembangunan harus semakin
menempatkan nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses
pembangunan nasional tidak terlepas dari kontrol nilai-nilai
Pancasila. Oleh karena itu kemana arah pembangunan melalui
tahap-tahapnya tidak dapat dilepaskan dari usaha
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sehingga pembangunan
adalah pengamalan Pancasila.
d. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, untuk
mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi
pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konsisten antara teori dan
kenyataan dan ucapan dengan tindakan merupakan paradigma baru
dalam menjadikan Pancasila sebagai etika pembangunan nasional.
e. Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung
maksud agar nilai-nilai luhur Pancasila yang dijadikan tolak ukur
dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan maupun
dalam evaluasi.
Di samping itu pembangunan nasional harus dapat
memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
a. Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang.
b. Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjektif.
c. Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk
sektarianisme. Hal ini berarti komitmen kepada nilai kebersamaan

88 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


seluruh bangsa dan komitmen moral untuk mempertahankan
eksistensi dan perkembangan seluruh bangsa Indonesia.
d. Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi konstitusional.
e. Keadilan sosial yang mencakup persamaan.
Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka beberapa unsur
yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan yaitu sebagai berikut :
1. Sistim politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis dan
terbuka.
2. Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan
rakyat.
3. Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan
budaya politik dan demokratis
4. Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat
yang seluas-luasnya.
Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau
Pancasila semakin credible, yaitu masyarakat mengalami secara nyata
realisasi dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Usaha
yang dilakukan melalui cara-cara :
1. Dihormati martabatnya sebagai manusia.
2. Diperlakukan secara manusiawi.
3. Mengalami solidaritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya
kesenjangan ekonomi.
4. Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.
5. Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.
Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya Pancasila
terdiri atas beberapa kriteria kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang.
2. Mampu untuk menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah
sumber daya alam secara efektif, efisien, lestari dan
berkesinambungan.
3. Memiliki etos professional, tanggung jawab atas pengembangan
keahliannya dan kejujurannya dalam pelaksanaan tugas, ketelitian
pelayanan kepada masyarakat, penghargaan terhadap waktu dan
ketetapan waktu.

Etika Berpancasilais | 89
7.2. Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan
Kita sudah mengetahui perjalanan sejarah Indonesia sampai dengan
masa reformasi saat ini. Pemerintahan masa reformasi saat ini
seharusnya mampu memberikan koreksi terhadap penyimpangan
dalam mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dalam praktek
bermasyarakat dan bernegara yang dilakukan oleh masa sebelumnya.
Aktualisasi nilai Pancasila dituntut selalu mengalami pembaharuan ke
arah yang lebih baik. Hakikat pembaharuan adalah perbaikan dari
dalam dan melalui sistim yang ada.
Pembaharuan dan perubahan bukanlah hanya bersumber dari satu
sisi saja, yaitu akibat yang timbul dari dalam melainkan bisa terjadi
karena pengaruh dari luar. Terjadinya proses perubahan secara
dinamis dalam aktualisasi nilai Pancasila tidaklah semata-mata
disebabkan kemampuan dari dalam Pancasila itu sendiri, melainkan
suatu peristiwa yang terkait dengan realitas yang lain. Dinamika
aktualisasi Pancasila bersumber pada aktivitas di dalam menyerap atau
menerima dan menyingkirkan atau menolak nilai-nilai atau unsur-
unsur dari luar, yaitu berupa pengaruh dari negara asing.
Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup
masyarakat yang begitu cepat. Tidak satupun bangsa dan negara
mampu mengisolir diri dan menutup rapat dari pengaruh budaya asing.
Demikian juga terhadap masalah ideologi. Kemajuan di bidang ilmu dan
teknologi komunikasi dan transportasi ikut mendorong hubungan
antar bangsa semakin erat dan luas. Kondisi ini di satu pihak akan
menyadarkan bahwa kehidupan yang mengikat kepentingan nasional
tidak luput dari pengaruhnya dan dapat menyinggung kepentingan
bangsa lain.
Dalam konteks budaya, masalah pertemuan kebudayaan bukan
masalah memfilter atau menyaring budaya asing, tetapi mengolah dan
mengkreasi dalam interaksi dinamik sehingga tercipta sesuatu yang
baru. Jati diri bangsa, budaya politik adalah sesuatu yang harus
terus menerus dikonstruksikan karena bukan kenyataan yang apabila
ideologi-ideologi besar di dunia sekarang ini diperhatikan dengan
seksama, maka terlihat mereka bergeser secara dinamik. Para

90 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


penyangga ideologi itu telah melakukan revisi, pembaharuan dan
pemantapan-pemantapan dalam mengaktualisasikan ideologinya.
Perkembangan zaman menuntut bahwa ideologi harus memiliki nafas
baru, semangat baru dengan corak nilai, ajaran dan konsep kunci
mengenai kehidupan yang memiliki perspektif baru. Ideologi Pancasila
pun dituntut demikian. Pancasila harus mampu menghadapi pengaruh
budaya asing, khususnya ilmu dan teknologi modern dan latar
belakang filsafatnya yang berasal dari luar.
Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam bentuk aktualisasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan
masyarakat yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan dapat
terlihat dalam perilaku yang sesungguhnya dan bukan hanya sekedar lip
sevice untuk mencapai keinginan pribadi dengan mengajak orang lain
mengamalkan nilai-nilai Pancasila sedangkan perilakunya sendiri jauh
dari nilai-nilai Pancasila sesungguhnya.
Oleh karena itu merealisasikan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara sesungguhnya dapat
dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Aktualisasi Pancasila secara objektif, yaitu melaksanakan Pancasila
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, meliputi bidang
legislatif, eksekutif, yudikatif dan dalam bidang kehidupan
kenegaraan lainnya. Seluruh kehidupan kenegaraan dan tertib
hukum Indonesia didasarkan atas filsafat negara Pancasila, asas
politik kedaulatan rakyat dan tujuan negara berdasarkan asas
kerohanian Pancasila.
b. Aktualisasi Pancasila secara subjektif, yaitu pelaksanaan Pancasila
dalam setiap pribadi, perseorangan, warga negara dan penduduk.
Pelaksanaan Pancasila secara subjektif sangat ditentukan oleh
kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk mengamalkan
Pancasila. Sikap dan tingkah laku seseorang sangat menentukan
terlaksananya nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya dalam segala
aspek kehidupan. Oleh karena itu Pancasila harus dipahami,
diresapi dan dihayati oleh setiap orang sehingga terwujud moral
Pancasila dan perilakunya.

Etika Berpancasilais | 91
BAB VIII
PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DAN
KARAKTER BANGSA

8.1. Pancasila Identitas Nasional


Apabila diartikan secara etimologi, maka kata ‘identitas’ berasal dari
kata ‘identity’ yang artinya ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau benda yang membedakannya dengan yang
lain. Apabila dihubungkan dengan negara yang lebih luas, kata
‘nasional’ berarti kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-
kesamaan baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun non fisik
seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Sehingga identitas nasional dapat
diartikan menjadi ciri-ciri khas yang membedakan negara yang satu
dengan negara yang lain.
Identitas nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang
majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur
pembentuk identitas nasional, yaitu:
a. Suku Bangsa, adalah golongan sosial yang khusus bersifat sama
coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia
terdapat banyak suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak
kurang 300 dialek bahasa.
b. Agama, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah
agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.
Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama
resmi negara namun sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan, maka kedudukan
Kong Hu Cu menjadi diakui.
c. Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang isinya adalah perangkat-perangkat pengetahuan yang secara
kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan

92 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak sesuai
lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa, merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain.
Bahasa dipahami sebagai sistim perlambang yang dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai
sarana berinteraksi antar manusia.
Unsur-unsur identitas nasional dapat dirumuskan menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Identitas fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan falsafah
bangsa, dasar negara dan ideologi negara.
2. Identitas instrumental, berisi UUD 1945 dan tata perundangannya,
bahasa Indonesia, lambang negara, lagu kebangsaan “Indonesia
Raya”.
3. Identitas alamiah, meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam
suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan

8.2. Penyebab Sering Munculnya Konflik Antar Masyarakat, antar


Golongan, Antar Pribadi Serta Solusi Untuk Mengatasi Masalah
Tersebut
Hal-hal yang menyebabkan sering munculnya konflik dan
perselisihan antar golongan dan antar pribadi yaitu sebagai berikut :
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan
perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan
yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial sebab
dalam menjalani hubungan sosial seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian
yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik.

Etika Berpancasilais | 93
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu dalam waktu yang
bersamaan masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar yang terjadi,
tetapi perubahan ini berlangsung cepat atau bahkan mendadak,
perubahan itu dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut di atas yang harus
dilakukan oleh negara dan masyarakat yaitu sebagai berikut :
a. Memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Mediasi yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak
diberikan keputusan yang mengikat.
c. Negosiasi yaitu perundingan yang dilakukan secara langsung antara
para pihak dengan tujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui
dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.
d. Konsiliasi yaitu usaha untuk mempertemukan kieinginan pihak-
pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.
e. Kompromi yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang
terlibat konflik.
f. Musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak seperti warga,
tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat pemerintah setempat dan
lainnya.
g. Positive Thinking, berpikir positif terhadap masalah yang sedang
terjadi, karena setiap individu pasti memiliki alasan tertentu
melakukan suatu kesalahan itu baik disengaja maupun tidak
disengaja.
h. Mempelajari masalah. Orang tua seharusnya mencari tahu latar
belakang masalah yang dialami anak sebelum memarahinya.
i. Instrospeksi diri, anak dan orang tua seharusnya menginstrospeksi
diri sebelum melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan
masalah.

94 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


j. Mengontrol emosi, menyelesaikan masalah dengan tenang, sehingga
dapat berpikir secara jernih.
k. Penanaman jiwa patriotisme, kepribadian, nasionalisme dan
memiliki wawasan kebangsaan.
l. Cinta tanah air serta menjunjung lambang dan atribut negra.
m. Pemimpin yang bermoral, beretika tinggi serta mampu menjadi
panutan dan teladan bagi masyarakat.

8.3. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional


Di Era Globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar
negara hampir tidak ada artinya, batas wilayah menjadi tidak lagi
menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antar bangsa yang semakin
kental itu, akan terjadi proses alkulturasi, saling meniru dan saling
mempengaruhi antara budaya masing-masing. Hal yang perlu
diperhatikan dari proses alkulturasi adalah apakah dapat melunturkan
tata nilai yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Lunturnya tata
nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor yaitu sebagai berikut :
a. Semakin menonjolnya sikap individualistis yaitu mengutamakan
kepentingan pribadi di atas kepentingan umum, hal ini bertentangan
dengan asas gotong royong.
b. Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan
martabat kemanusian hanya diukur dari hasil atau keberhasilan
seseorang dalam memperoleh kekayaan. Hal ini bisa berakibat
bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi.
Bila hal ini terjadi berarti etika dan moral telah dikesampingkan.
Di dalam Globalisasi, intensitas hubungan negara antara satu negara
dengan negara lain menjadi semakin tinggi. Sehingga kecenderungan
munculnya kejahatan yang bersifat trans nasional menjadi semakin
sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain terkait dengan
masalah narkotika, pencucian uang (money laundering) dan peredaran
dokumen keimigrasian yang dipalsukan. Hal ini menunjukkan budaya
bangsa yang selama ini dijunjung tinggi mulai memudar.
Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda
dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan menjadi lebih utuh.
Krisis multidimensi yang sedang terjadi pada masyarakat menyadarkan

Etika Berpancasilais | 95
kita bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan
identitas. Masalah integrasi nasioanal di Indonesia sangat kompleks.
Untuk mewujudkannya diperlukan, keadilan dan kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku,
agama dan bahasa.
Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan dan persatuan
bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina
stabilitas politik. Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan
strategi yang diinginkan. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh,
Ambon, Kalimantan Barat dan Papua, hal ini mencerminkan belum
terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan.
Paham nasionalisme di Indonesia yang disampaikan oleh Soekarno,
bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit, tiruan dari barat atau
berwatak chauvinism. Nasionalisme yang dikembangkan Soekarno
bersifat toleran, bercorak ketimuran dan agresif sebagaimana
nasionalisme yang dikembangkan di Eropa. Selain mengungkapkan
keyakinan watak nasionalisme yang penuh nilai-nilai kemanusian, juga
meyakinkan pihak-pihak yang berseberangan pandangan bahwa
kelompok nasional dapat bekerjasama dengan kelompok manapun.

8.4. Indonesia dan Perdamaian Dunia


Di dalam dunia modern, hubungan Era Globalisasi antar bangsa
sudah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Tidak ada suatu bangsa yang
dapat membebaskan diri dari keterlibatan dengan bangsa dan negara
lain, karena semua bangsa merupakan warga dunia. Hubungan
internasional terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu :
a. Hubungan individual, misalnya turis, mahasiswa dan lain-lain.
b. Hubungan antar kelompok, lembaga-lembaga sosial dan keagamaan
c. Hubungan antar negara, misalnya segala macam hubungan
internasional yang dilaksanakan oleh aparatur negara atas nama
negaranya masing-masing.
Setiap bangsa atau negara yang merdeka dan berdaulat,
melaksanakan politik luar negeri dalam pergaulan dengan berbagai
bangsa dan negara lain. Politik luar negeri suatu negara, pada intinya
mengandung dua unsur, yaitu :

96 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


1. Unsur tujuan nasional yang disertai strategi dan taktik
pencapaiannya.
2. Unsur tujuan internasional yang berkaitan erat dengan kepentingan
nasional bangsa-bangsa yang bersangkutan.
Bagi Indonesia, kedua unsur tersebut terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 sebagai landasan ideal normatif. Kebijakan politik luar negeri
tersebut antara lain menyangkut : perumusan sikap, arah tindakan dan
tujuan yang hendak dicapai suatu negara dalam pergaulan
internasionalnya. Kebijakan politik luar negeri tidak sekedar penerapan
keluar yang berdiri sendiri, melainkan terkait pada kebijakan nasional
yang dirumuskan secara bertahap, sesuai dengan perkembangan kondisi
menyeluruh di dalam negeri. Oleh karena itu seringkali dikatakan
bahwa kebijakan politik luar negeri suatu negara adalah pantulan atau
perpanjangan dari kondisi nyata di dalam negeri bangsa yang
bersangkutan. Kebijakan politik luar negeri berkaitan dengan tiga unsur
yang saling berhubungan, yaitu :
 Kepentingan nasional, yaitu sebagai ukurannya adalah keselamatan
dan keamanan nasional serta peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan bangsa.
 Kemampuan nasional, yaitu persepsi bangsa yang bersangkutan
tentang kemampuannya sendiri yang berupa sumber daya, baik
manusia atau alam serta posisi geografis yang melekat pada bangsa
yang bersangkutan.
 Dinamika dan kondisi internasional, yaitu tidak selalu
menampilkan situasi yang sesuai dengan keinginan suatu negara,
begitu juga situasi internasional tidak bersifat tetap melainkan
mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga suatu negara
harus menyesuaikan diri dengan perkembangan kondisi dan situasi
internasional itu sepanjang tidak bertentangan dengan konstitusi
negara yang bersangkutan.
Setiap negara di dunia baik negara maju atau pun negara
berkembang menginginkan adanya suatu dunia yang tertib dan damai.
Tidak ada satu negara pun di dunia yang menginginkan perpecahan.
Namun demikian mengapa terjadi peperangan dan persengketaan
antara negara yang satu dengan negara yang lain? Hal ini disebabkan

Etika Berpancasilais | 97
karena setiap negara memiliki kepentingan, keinginan serta kemauan
yang berbeda-beda yang dilandasi oleh suatu sistim atau cara
memperjuangkan kepentingan tersebut dengan cara yang berbeda-beda
pula, sehingga tidak jarang menimbulkan konflik kepentingan antar
negara.
Penggunaan kekerasan dalam hubungan internasional sudah
dilarang dan oleh karena itu sengketa-sengketa Internasional harus
diselesaikan secara damai. Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa
telah menerima deklarasi untuk meminta semua negara menyelesaikan
sengketa mereka dengan cara damai agar perdamaian, keamanan
internasional dan keadilan tidak sampai terganggu. Pasal 2 ayat 4
Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa melarang negara anggota
menggunakan kekerasan dalam hubungannnya satu sama lain.
Berdasarkan Deklarasi Manila 1982 mengenai penyelesaian sengketa
internasional secara damai menyatakan sebagai berikut :
 Prinsip bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasan yang
bersifat mengancam integritas teritorial atau kebebasan politik suatu
negara atau menggunakan cara-cara lainnya yang tidak sesuai
dengan tujuan Perserikatan Bangsa Bangsa.
 Prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar negeri
suatu negara.
 Prinsip persamaan hak dan menentukan nasib sendiri bagi setiap
bangsa.
 Prinsip persamaan kedaulatan negara.
 Prinsip hokum internasional mengenai kemerdekaan, kedaulatan
integritas teritorial suatu negara.
 Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional.

8.5. Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional


Pemberdayaan identitas nasional perlu ditempuh melalui revitalisasi
Pancasila. Revitalisasi sebagai manifestasi identitas nasional,
mengandung makna bahwa Pancasila harus kita letakkan dalam
keutuhannya dengan Pembukaan, dieksplorasikan dimensi-dimensi
yang melekat padanya, meliputi:

98 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


 Realitas, dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dikonsentrasikan sebagai cerminan kondisi objektif yang tumbuh
dan berkembang terutama dalam masyarakat kampus.
 Idealitas, dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya
bukanlah sekedar tanpa makna, namun di objektivasikan sebagai
“kata kerja” untuk membangkitkan gairah dan optimis para warga
masyarakat untuk melihat hari depan secara prospektif, menuju hari
esok yang lebih baik melalui seminar atau gerakan yang bertema
”Revitalisasi Pancasila”
 Fleksibilitas, dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dan tertutup menjadi sesuatu yang sakral, melainkan
terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman
yang terus menerus berkembang.
Di dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi identitas
nasional harus dikaitkan dengan wawasan berikut :
a. Spritual untuk meletakkan landasan etik, moral, religius sebagai
dasar dan arah pengembangan sesuatu profesi.
b. Akademis, untuk menunjukan bahwa mata pelajaran kepribadian
merupakan aspek yang tidak kalah penting bahkan lebih penting
daripada aspek kerangka penyiapan sumber daya manusia (SDM)
yang bukan sekedar instrumen melainkan adalah subjek
pembaharuan dan pencerahan.
c. Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalisme agar
dalam pergaulan antar bangsa tetap setia pada kepentingan
bangsanya, bangga dan menghormati kepada jati diri bangsanya
yang memiliki ideologi tersendiri.
d. Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa
sekarang siap menghadapi dialektikanya perkembangan masyarakat
dunia yang “terbuka”. Mampu untuk segera beradaptasi dengan
perubahan yang terus-menerus terjadi dengan cepat dan mampu
juga mencari jalan keluarnya sendiri dalam mengatasi setiap
tantangan yang dihadapi, sebab dampak dan pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bukan lagi
hanya sekedar sarana, melainkan telah menjadi sesuatu yang
substantif yang dalam kehidupan umat manusia bukan hanya
sebagai tantangan melainkan juga peluang untuk berkarya.

Etika Berpancasilais | 99
Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang
sedang dilanda oleh arus kritis dan diintegrasi, maka Pancasila tidak
terhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme serta pelecehan
terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara atau pun manifestasi
identitas nasional. Namun demikian perlu segera disadari, tanpa suatu
“platform” dalam format dasar negara atau ideologi, maka mustahil
suatu bangsa akan dapat survive menghadapi berbagai tantangan dan
ancaman yang menyertai derasnya arus globalisasi yang melanda ke
seluruh dunia.

8.6. Pancasila Sebagai Karakter Bangsa


Karakter bangsa adalah akumulasi atau sinergi dari karakter
individu-individu warga bangsa yang berproses secara terus menerus
dan kemudian mengelompok. Karakter bangsa Indonesia merupakan
kristalisasi nilai-nilai kehidupan nyata bangsa Indonesia yang
merupakan perwujudan dan pengamalan Pancasila.
Nilai-nilai yang harus ada untuk membentuk karakter bangsa yaitu
sebagai berikut:
a. Keimanan dan ketakwaan .
Keimanan dan ketakwaan adalah manusia yang melaksanakan
perintah Tuhan Yang Maha Esa serta menjauhi semua larangannya.
b. Kejujuran
Kejujuran menumbuhkan sikap dan perilaku yang mengedepankan
ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
sehingga berkata dan berbuat apa adanya.
c. Kedisiplinan
Kedisplinan merupakan kepatuhan seseorang pada norma-norma
dan peraturan yang berlaku.
d. Keihklasan
Keihklasan menumbuhkan sikap dan tindakan setia yang secara
sadar berbuat sesuai dengan hati nurani tanpa pamrih.
e. Tanggung jawab
Dalam setiap tugas dan kewajiban selalu diikuti oleh adanya
tanggung jawab, baik tanggung jawab secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa maupun tanggung jawab sosial terhadap sesama
manusia.

100 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


f. Persatuan
Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
g. Saling menghormati
Sikap saling menghormati sudah berakar dan membudaya dalam
masyarakat Indonesia, sikap ini sebagai perekat terhadap budaya
atau tradisi budaya yang berbeda di berbagai daerah.
h. Toleransi
Dalam kehidupan beragama, bangsa Indonesia menganut agama
dan keyakinan yang berbeda, sehingga masing-masing umat
beragama harus bersikap saling menghormati umat agama lainnya.
i. Gotong royong
Gotong royong adalah suatu pekerjaan yang dilakukan bersama-
sama tanpa pamrih untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang
hasilnya dapat bermanfaat bagi semua orang dengan dilandasi rasa
kekeluargaan.
j. Musyawarah
Musyawarah yang merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan atas dasar kesepakatan bersama untuk menyelesaikan
suatu permasalahan.
k. Kerjasama
Kerjasama merupakan ciri khas masyarakat Indonesia yang
diwujudkan dalam berbagai kehidupan, mulai dari lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
l. Ramah tamah
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah yang
diartikan sebagai sifat baik hati, baik budi, santun dalam tutur kata,
suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan.
m. Keserasian
Pada dasarnya kesejahteraan dan kebahagian hidup manusia akan
dapat dicapai apabila terdapat keserasian hubungan antara dirinya
dengan Tuhan Yang Maha Esa dengan sesama manusia dan
lingkungan.

Etika Berpancasilais | 101


n. Patriotisme
Patriotisme merupakan sikap mental yang dilandasi oleh rasa cinta,
siap membela dan rela berkorban untuk tanah air, bangsa dan
negara.
o. Kesederhanaan
Kesederhanaan merupakan sikap mental yang rendah hati dan
bersifat sosial, tingkah laku atau penampilan serta tutur kata selalu
bersahaja.
p. Martabat dan harga diri
Martabat merupakan tingkat harkat kemanusian, kedudukan yang
terhormat.
q. Kerja keras
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukan upaya sungguh-
sungguh dalam mencapai sesuatu yang diharapkan.
r. Pantang menyerah
Pantang menyerah merupakan sikap tangguh, terus berjuang
meskipun menghadapi berbagai rintangan, hambatan dan
tantangan.
Pembangunan karakter dapat dilakukan dengan membentuk
kebiasaan (habits forming) khususnya penanaman kebiasaan yang baik.
Pembangunan karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas, seperti :
a. Kepedulian sosial (social sensitivity).
Orang yang berkarakter tidak hanya sekedar peduli, tetapi juga mau
mengulurkan tangan dan memiliki sensitivitas sosial.
b. Melindungi dan menjaga hubungan baik (naturance and care).
Orang yang berkarakter akan selalu berusaha untuk melindungi dan
menjaga hubungan baik dengan orang lain.
c. Mengembangkan sifat berbagi, bekerjasama dan adil (sharing,
cooperation and fainess).
Orang yang berkarakter akan selalu berusaha untuk berbagi,
bekerjasama dan bersikap adil terhadap orang lain.
d. Mengedepankan sikap jujur (honesty).
Orang yang berkarakter senantiasa mengedepankan sikap dan peri
laku yang dilandasi oleh nilai-nilai jujur.

102 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


e. Mengedepankan moral dan etika (moral ethics).
Orang yang berkarakter senantiasa mengedepankan moral dan etika
dalam menjalin hubungan dengan sesama.
f. Mampu mengontrol dan instrospeksi diri (self control and self
monitoring).
Orang yang berkarakter senantiasa mampu mengontrol dan
introspeksi diri dalam sikap dan perilaku dalam menjalin hubungan
dengan orang lain.
g. Pribadi yang suka menolong dan membantu orang lain (helping
others).
Orang yang berkarakter senantiasa mengedepankan perilaku suka
menolong dan membantu orang lain.
h. Mampu menyelesaikan masalah dan konflik sosial (problem solving
and social conflict solution).
Orang yang berkarakter akan selalu berusaha untuk menyelesaikan
masalah atau konflik yang terjadi dengan cara arif dan bijaksana.

Pembangunan karakter dapat dilakukan melalui proses


pembelajaran dan pengalaman dalam menghadapi berbagai rintangan,
hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan dalam pembangunan
bangsa dan negara.

Etika Berpancasilais | 103


BAB IX
PANCASILA DALAM SISTIM POLITIK INDONESIA

9.1. Sistim Konstitusi


Istilah konstitusi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘contitution’ dan
berasal dari Belanda yaitu ‘constitue’ dalam bahasa latin yaitu ‘contitutio,
constituere’ sedangkan dalam ketatanegaraan Republik Indonesia
diartikan sama dengan Undang Undang Dasar yaitu sebuah norma
sistim politik dan hukum yang dibentuk oleh pemerintahan negara.
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu
keseluruhan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat mengenai cara penyelenggaraan
pemerintahan. Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan
keseluruhan sistim ketatanegaran suatu negara. Sistim ini berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai
keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang
berupa kebiasaan dalam praktek penyelenggaraan negara.
Para ahli dalam hal ini ada yang membedakan arti konstitusi dan
Undang-Undang Dasar dan ada juga yang menyamakan arti keduanya.
Menurut L.J. Van Apeldoorn, konstitusi (constitution) memuat peraturan
tertulis dan peraturan tidak tertulis. Sedangkan Undang Undang Dasar
(grondwet) adalah bagian tertulis dari konstitusi. Prof. Sri Sumantri
menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktek ketatanegaraan di
sebagian negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu
negara sangat penting karena menjadi ukuran kehidupan dalam
bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-aturan pokok yang
ditujukan, baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat
dalam ketatanegaraan. Pada negara-negara yang berdasarkan pada
Demokrasi Konstitusional, Undang Undang Dasar mempunyai fungsi
yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,

104 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Caranya yang efektif adalah dengan membagi kekuasaan. Konstitusi
merupakan perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi hukum)
yang harus ditaati oleh rakyat dan penguasanya.
Di negara-negara komunis Undang-Undang Dasar mempunyai
fungsi ganda yang mencerminkan kemenangan-kemenangan yang telah
dicapai dalam perjuangan ke arah masyarakat komunis dan merupakan
pencatatan formal dan legal dari perjuangan yang telah dicapai dan
Undang Undang Dasar memberikan rangka dan dasar hukum untuk
perubahan masyarakat yang dicita-citakan dalam tahap perkembangan
berikutnya. Jadi Undang Undang Dasar mengikuti perkembangan ke
arah terbentuknya masyarakat komunis dan diganti setiap kali
dicapainya suatu tahap yang lebih maju.
Oleh karena itu maka unsur-unsur yang harus dimuat di dalam
konstitusi menurut Lohman adalah sebagai berikut :
a. Konstitusi sebagai perwujudan kontrak sosial yaitu merupakan
perjanjian dari kesepakatan antara warga negara dengan
pemerintah.
b. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan
penentu hak dan kewajiban warga negara dan badan-badan
pemerintah.
c. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka
pembangunan pemerintah.
Menurut C.F. Strong suatu konstitusi dapat memiliki dua sifat yaitu
bersifat kaku atau rigid dan bersifat supel atau fexibel. Pada umumnya
konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan
penyelenggara negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta
dapat menjamin hak-hak warga negara. Tujuan konstitusi ini
merupakan suatu gagasan yang dinamakan dengan konstitusionalisme
yang artinya adalah suatu gagasan yang memandang pemerintah
sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas
nama rakyat.
Oleh karena itu dengan demikian maka konstitusi yang demokratis
mengandung prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan
bernegara, yaitu:

Etika Berpancasilais | 105


a. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan.
b. Mayoritas berkuasa dan terjamin hak minoritas.
c. Pembatasan pemerintahan dan pemisahan kekuasaan negara yang
meliputi :
1. Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias politika.
Trias politika artinya pembagian kekuasaan kelembagaan negara
menjadi tiga bagian seperti yang terjadi di Indonesia yaitu
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
2. Kontrol dan keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan.
3. Proses hukum.
4. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan
kekuasaan.
d. Prinsip-prinsip konstitusi demokratis merupakan refleksi dari nilai-
nilai dasar yang terkandung dalam hak asasi manusia, yaitu hak-hak
dasar, hak kebebasan mengeluarkan pendapat dan lain-lain.
Oleh karena itu dengan disahkannya amandemen perubahan I, II, III
dan IV UUD 1945 dalam sidang MPR tahun 2002, maka merupakan
suatu lompatan besar ke depan bagi bangsa Indonesia, karena bangsa
Indonesia telah mempunyai sebuah Undang Undang Dasar yang lebih
sempurna dari pada UUD 1945 sebelumnya. Kalaupun nanti
dikemudian hari ditemukan adanya kekurangsempurnaan dalam
rumusan perubahan UUD 1945 yang baru dan harus diakui tidak ada
pekerjaan manusia yang sempurna dimana pun juga. Komisi konstitusi
segera akan menyempurnakan perubahan Undang Undang Dasar itu.
Pengesahan perubahan UUD 1945 dimana MPR telah menyelesaikan
reformasi konstitusi sebagai suatu langkah demokrasi dalam upaya
menyempurnakan UUD 1945 menjadi konstitusi yang demokratis sesuai
dengan semangat zaman yang mewadahi dinamika perkembangan
zaman. Perubahan itu suatu lembaran sejarah lanjutan setelah Bung
Karno dan Bung Hatta dan rekan-rekannya berhasil menegaskan UUD
1945 dalam rapat-rapat BPUPKI dan PPKI.

9.2. Pengetahuan Politik dan Sistim Politik


Kata ‘politik’ secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu
“politeia” yang berasal dari gabungan dua kata, yaitu “ polis” yang

106 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan “teia”yang berarti
urusan. Jadi dalam bahasa Indonesia politik berarti kepentingan umum
warga negara suatu bangsa.
Dalam konteks berikutnya politik berkaitan dengan hal-hal, yaitu
sebagai berikut :
a. Negara
Negara merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah yang
memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Boleh
dikatakan negara merupakan bentuk masyarakat dan organisasi
politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat.
b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginannya. Dalam politik yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana mempertahankannya dan bagaimana melaksanakannya.
c. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah aspek utama politik. Dalam
pengambilan keputusan perlu diperhatikan siapa pengambil
keputusan itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat. Jadi politik
adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. Keputusan
yang diambil menyangkut sektor publik dari negara.
d. Kebijaksanaan umum
Kebijaksanaan merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan
cara mencapai tujuan itu. Dasar pemikirannya bahwa masyarakat
memiliki beberapa tujuan bersama yang ingin dicapai secara
bersama pula. Sehingga perlu ada rencana yang mengikat yang
dirumuskan dalam kebijakan-kebijakan oleh pihak yang berwenang.
e. Distribusi
Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam
masyarakat.
Proses politik dan strategi nasional pada infrastruktur politik
merupakan sasaran yang akan dicapai oleh rakyat Indonesia. Sesuai
dengan kebijakan politik nasional, penyelenggara negara harus
mengambil langkah-langkah pembinaan terhadap semua lapisan
masyarakat dengan mencantumkan sasaran sektoralnya.

Etika Berpancasilais | 107


9.3. Demokrasi Indonesia
Demokrasi berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Yunani,
yaitu ‘demos’ yang artinya rakyat dan ‘kratos’ yang berarti pemerintahan.
Jadi demokrasi artinya pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang
rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan. Pemerintahan
demokrasi langsung di Indonesia dapat dilihat di dalam pemerintahan
desa. Kepala desa atau lurah dipilih langsung oleh rakyat desa itu
sendiri. Pemilihan kepala desa itu dilakukan secara sederhana sekali.
Para calon menggunakan tanda gambar hasil pertanian, seperti padi
atau pisang. Rakyat memberikan suara pada calon yang dipilihnya
dengan memasukkan lidi dalam tabung bambu milik calon yang
dipilihnya. Calon yang memiliki lidi terbanyaklah yang dipilih menjadi
kepala desa. Di samping memilih kepala desa, pada hari-hari tertentu
warga desa dikumpulkan oleh kepala desa di balai desa untuk
membicarakan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
Peristiwa semacam ini dikenal dengan nama musyawarah desa.
Bagi negara-negara besar yang penduduknya puluhan juta jiwa dan
tempat tinggalnya menyebar di beberapa daerah atau kepulauan,
penerapan demokrasi langsung juga mengalami kesukaran. Untuk
memudahkan pelaksanaannya setiap penduduk dalam jumlah tertentu
memilih wakilnya untuk duduk dalam suatu badan perwakilan. Wakil-
wakil rakyat yang duduk dalam badan perwakilan ini yang kemudian
menjalankan demokrasi. Rakyat tetap merupakan pemegang kekuasan
tertinggi, sehingga dalam hal ini dapat disebut sebagai demokrasi tidak
langsung atau demokrasi perwakilan.
Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistim
demokrasi. Namun demokrasi di tanah air berbeda dengan sistim
demokrasi di negara-negara Barat yang menganut Demokrasi Liberal
ataupun demokrasi timur yang lebih komunis. Demokrasi yang berlaku
di Indonesia adalah demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai yang
terkandung dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang wajib bertanggung
jawab kepada Tuhan Yang Esa, bertanggung jawab kepada kemanusiaan
dan bertanggung jawab kepada persatuan Indonesia. Selain sistim
Demokrasi Pancasila yang memiliki tanggung jawab yang sama adalah

108 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


warga negara Indonesia. Adapun tanggung jawab warga negara
Indonesia dalam pelaksanaan demokrasi Pancasila yaitu sebagai berikut:
1. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap segala
pelaksanaan sistim Demokrasi Pancasila.
2. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap segala
pelaksanaan pemilu secara langsung, umum, bebas dan rahasia serta
jujur dan adil.
3. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas segala
pelaksanaan hukum dan pemerintahan Republik Indonesia.
4. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas segala usaha
pembelaan negara.
5. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas segala
pelaksanaan hak asasi manusia, mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam sistim pemerintahan Demokrasi Pancasila, terdapat landasan
formal yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945 dan Ketetapan MPR.
Adapun sistim pemerintahan Demokrasi Pancasila apabila didasarkan
pada Batang Tubuh UUD 1945 maka akan berlandaskan pada tujuh
sendi pokok. Ketujuh sendi pokok tersebut mengalami perubahan dan
penambahan pasca Amandemen UUD 1945 yaitu sebagai berikut :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum.
Negara Indonesia berdasarkan hukum (rechstaat) tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka (machstaat). Hal ini mengandung arti bahwa
baik pemerintah maupun lembaga-lembaga negara lainnya dalam
melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan
tindakannya bagi rakyat harus ada landasan hukumnya. Persamaan
kedudukan dalam hukum bagi semua warga negara harus tercermin
di dalamnya.
2. Indonesia menganut sistim konstitusional.
Pemerintah berdasarkan sitim konstitusional dan tidak bersifat
absolutisme. Sistim konstitusional ini lebih menegaskan bahwa
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau
dibatasi oleh ketentuan konstitusi.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Majelis Permusyawaran Rakyat sebagai pemegang kekuasaan
negara yang tertinggi. Dengan demikian MPR adalah lembaga

Etika Berpancasilais | 109


negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi MPR mempunyai tugas
pokok, yaitu menetapkan Undang Undang Dasar dan memilih dan
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
4. Presiden
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah
MPR. Presiden dan Wakil Presiden selain diangkat Majelis juga
harus tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis. Presiden
memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan
menteri negara. Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR
tetapi kepada Presiden. Berdasarkan hal tersebut berarti sistim
kabinet adalah kabinet kepresidenan/presidensil. Kedudukan
menteri negara yang bertanggung jawab kepada Presiden tetapi
mereka bukan pegawai tinggi biasa, menteri ini menjalankan
kekuasaan pemerintah dalam prakteknya berada di bawah
koordinasi Presiden.
5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR
mengawasi pelaksanaan kekuasaan pemerintah yang dipegang oleh
Presiden dan DPR harus saling bekerjasama dalam pembentukan
undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-
undang, Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR
di bidang legislatif adalah hak inisiatif, hak amandemen dan hak
budget. Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:
a. Hak tanya atau bertanya kepada pemerintah.
b. Hak interpelasi yaitu hak meminta penjelasan atau keterangan
kepada pemerintah.
c. Hak mosi percaya atau tidak percaya kepada pemerintah.
d. Hak angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal.
e. Hak petisi yaitu hak mengajukan usul/saran kepada
pemerintah.
6. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia
bukan diktaktor artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Kepala negara
harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Kedudukan
DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh Presiden dan semua

110 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan
Presiden.
7. Bentuk dan kedaulatan negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk Republik. Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR serta Indonesia adalah negara
hukum.

9.4. Pemilihan Umum Di Indonesia


Pemilihan Umum Pertama (1955)
Pemilu pertama sejak kemerdekaan Indonesia, dilaksanakan pada
tahun 1955, yaitu masa pemerintahan Parlementer untuk memilih
anggota DPR dan badan Kostituante. Puluhan partai politik telah
mengikuti pemilu, tapi terdapat empat partai terbesar yang hampir
menguasai kursi yang seimbang, yaitu Masyumi, PNI, NU dan PKI.
Keempat partai tersebut telah melambangkan masyarakat plural di
Indonesia dengan penampilan ideologi yang bertentangan, sehingga
proses menemukan kesepakatan dalam badan Konstituante mengalami
kegagalan dan akhirnya hasil pemilu yang dianggap paling bersih dan
jujur serta demokratis kurang mampu menghasilkan keputusan di
Konstituante.

Pemilihan Umum Pada Masa Orde Baru (1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
1997)
Pada masa demokrasi terpimpin Indonesia tidak melaksanakan
pemilu, barulah pada masa demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru
tahun 1971, dilaksanakan kembali pemilu dengan peserta 10 Organisasi
Sosial Politik. Golkar mendapat mayoritas mutlak. Sistim pemilu yang
digunakan adalah sistim proporsional dengan stelsel daftar (perwakilan
berimbang dengan stelsel daftar). Pada pemilu Orde Baru tidak semua
anggota DPR dipilih, sebagian diangkat dari ABRI dan non ABRI.
Namun setelah asas tunggal Pancasila diterapkan, hanya yang dari
golongan ABRI yang diangkat, yaitu 1/5 dari jumlah anggota DPR.
Pemilu pada masa Orde Baru berjalan tidak kompetitif, karena
pemerintah berkeinginan stabilitas politik dengan dukungan mayoritas

Etika Berpancasilais | 111


DPR/MPR. Untuk itu Golkar harus dimenangkan dengan berbagai cara
dalam setiap kali pemilu Orde Baru.
Pemilihan umum adalah pemindahan hak dari setiap warga negara
kepada kelompok yang akan memerintah atas nama kekuasaan dari
rakyat. Agar pemerintah yang berkuasa itu betul-betul menjalankan
kekuasaannya sesuai dengan hati nurani rakyat, maka pemilu harus
berpedoman kepada asas-asas yang telah disepakati bersama. Pada
umumnya di berbagai negara menerapkan beberapa asas pemilihan
umum, yaitu :
 Langsung, yaitu warga negara yang sudah berhak memilih dapat
secara langsung memilih partai atau kelompok peserta pemilu
tanpa perantara.
 Umum, yaitu penyerahan hak yang disimbolkan dengan menusuk
atau mengundi harus dilandasi oleh pemikiran dan segala
konsekuensinya, mengerti apa dan untuk apa pemilu. Oleh karena
itu anak-anak dan orang gila dan lain-lain atas pertimbangan
tertentu tidak diberi hak untuk memilih dalam pemilu. Jadi tidak
seluruh warga negara berhak dalam pemilu, melainkan pada
umumnya atau mayoritas.
 Bebas, yaitu agar pilihan seseorang itu betul-betul sesuai dengan
keinginannya, maka seseorang tidak boleh dipaksa, maka
kemungkinan kesetiannya kepada pemerintah berkurang dan akan
menimbulkan gejala-gejala yang kurang menyenangkan dalam
masyarakat, seperti kerusuhan, pemberontakan dan lain-lain.
 Rahasia, yaitu pemilihan menyangkut hak-hak yang sangat pribadi,
untuk itu apa yang menjadi pilihan seseorang, tidak ada seorangpun
yang mengetahui.
 Jujur dan adil, yaitu asas ini lebih ditujukan kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam menyelenggarakan pemilu, seperti petugas
pemilu harus jujur dan bersikap adil kepada semua peserta pemilu.
Setelah pemilu tahun 1971, terjadi penyederhanaan partai politik
(PPP, PDI dan Golkar), sehingga berakibat PPP dan PDI memulai
konflik internnya. Pada Golkar terdapat perebutan pengaruh diantara
fraksi yang ada. Sementara, di DPR terjadi pertentangan pendapat
tentang undang-undang politik yang menetapkan format politik Orde

112 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Baru. Secara bertahap pemerintah Orde Baru telah kuat dengan
dikeluarkannya undang-undang partai politik, pemilu dan susunan
kedudukan pemerintah dan tokoh vokal telah tersingkir. Pancasila telah
dinyatakan sebagai “asas tunggal”, sehingga dilarang menggunakan
ideologi lain.
Kekuasaan pemerintah yang kuat melemahkan kedudukan DPR
sebagai pengontrol kekuasaan Presiden. Usaha-usaha melemahkan
kekuasaan DPR itu dapat terlihat pada :
1. Bertanya persyaratan DPR menggunakan hak-haknya seperti
interplasi, angket dan lain-lain.
2. Ancaman “recall” yang membayang-bayangi anggota DPR yang
bersuara vokal.
3. Penyaringan tokoh-tokoh vokal dalam LPU melalui LITSUS yang
dikuasai pemerintah.
4. Berkurangnya kepercayaan rakyat kepada DPR, karena lemahnya
posisinya bila berhadapan dengan pemerintah.
5. Pertengahan tahun 1980 an sampai akhir Orde Baru semakin
semaraknya demonstrasi, mogok buruh, unjuk rasa sebagai upaya
menyuarakan berbagai kepentingan dalam masyarakat. Sekalipun
cara-cara ini dilarang oleh pemerintah Orde Baru melalui undang-
undang, namun sebagai pertanda kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap institusi pemerintah Orde Baru.
Fungsi DPR yang lemah juga disebabkan oleh beberapa hal yaitu
sebagai berikut :
1. Mengangkat sebagian anggota DPR dan ABRI sebagai pendukung
setia pemerintah Orde Baru.
2. Mengontrol Golkar dengan jalan memberi hak veto kepada Dewan
Pembina yang diketuai oleh Presiden Soeharto.
3. Memperkokoh dukungan ABRI dan birokrasi kepada Golkar secara
berlebihan, sehingga mampu memenangkan setiap kali pemilu.
4. Mengontrol partai politik (PPP dan PDI) dengan tujuan agar partai
itu dipimpin oleh orang-orang yang dekat dengan pemerintah.
5. Melaksanakan konsep “ massa mengambang”, sehingga anggota
DPR lebih menyuarakan kepentingan partainya dibandingkan
kepentingan masyarakat.

Etika Berpancasilais | 113


6. Peraturan tata tertib DPR mengikat DPR untuk berfungsi.
7. Potensi partai politik (PPP dan PDI) terkuras pada penyelesaian
konflik yang pada akhirnya mengundang campur tangan
pemerintah dalam konflik intern.
8. Dalam Pemilu tahun 1977 dan 1982, pemerintah melemahkan PPP
dengan isu-isu negara Islam dan komando jihat, mencurigai ulama-
ulama Islam dan kesetianya pada Pancasila yang pada akhirnya
hilangnya oposisi politik Islam terhadap penguasa.
9. Asas tunggal Pancasila berakibat sempitnya ruang gerak pada
perbedaan pendapat dalam wadah politik.
10. Isu-isu terlibatnya G30S/PKI sebagai pemukul oleh pemerintah
terhadap tokoh-tokoh PDI pada tahun 1990 an, pada saat PDI lebih
menampakkan sebagai oposisi kepada pemerintah.
11. Pengontrolan pemerintah terhadap hak-hak rakyat melalui ancaman
“subversif” serta ancaman cabut SIUPP bagi media massa.
Dalam hal pelaksanaan pemilu Orde Baru, pemerintah Ode Baru
menyatakan bahwa tujuan pemilu pada prakteknya adalah untuk
mempertahankan rezim “status quo”, sehingga pemilu memiliki
makna:
1. Legitimasi terhadap kepemimpinan Orde Baru di bawah pimpinan
Soeharto.
2. Pemilu dilaksanakan oleh pemerintah dengan memberi keuntungan
pada Golkar, seperti tidak menerima asas “jurdil”, hari “H” tidak
libur, sehingga birokrasi digiring masuk Golkar.
3. Pada hasil pemilu, protes PPP dan PDI dapat diredam, pemilu
memiliki indikasi kecurangan yang sangat mendalam sebagai usaha
pembenaran konsep pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah.
Wacana politik akhir tahun 1990 an menuntut ke arah perubahan
sistim pemilu, dengan mengemukakan empat preposisi yaitu sebagai
berikut:
 Sistim pemilu proporsional telah melahirkan legislatif yang berjarak
dengan rakyat, jika sistim proporsional diganti dengan sistim
distrik, maka akan lahir legislatif yang lebih dekat dengan rakyat.

114 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


 Sistim pemilu proporsional telah mengorientasi para anggota
legislatif menjadi wakil Presiden, sistim distrik akan
mengorientasikan para anggota legislatif menjadi wakil rakyat.
 Perubahan sistim pemilu dari proporsional ke distrik akan
melahirkan legislatif masa depan yang kuat dan fungsional dalam
menjalankan fungsinya sebagai pengontrol eksekutif.
Oleh karena itu atas dasar tiga pertimbangan tersebut, maka
perubahan sistim pemilu dari proporsional ke distrik dianggap
merupakan sebuah jalan perubahan politik secara demokratisasi.
Namun setelah reformasi 1998 bergulir, terdapat kecenderungan
perpolitikan di Indonesia yang tidak mau merubah ke sistim pemilu ke
sistim distrik. Hal tersebut wajar karena akan banyak tokoh politik
karbitan yang kualitasnya dipertanyakan, sehingga akan tersinggkir
pula pada saat pemilu. Elit-elit politik yang oportunis, tampak lebih
cenderung mendukung sistim proporsional keinginan ini telah diterima
pada pemilu tahun 2004. Inilah dilema politik Indonesia ke arah
demokratisasi yang kurang didukung oleh kualitas insan politik yang
otonom, rasional dan transparansi.

Etika Berpancasilais | 115


BAB X
PANCASILA DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA,
RULE OF LAW DAN KORUPSI

10.1. Hak Asasi Manusia


Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa merupakan dasar kehidupan
yang mengatur individu manusia, masyarakat dan negara Indonesia.
Lima sila yang terdapat dalam Pancasila merupakan satu kesatuan
aturan yang senantiasa menjadi arah dan pedoman kehidupan bangsa
Indonesia. Dengan lima sila itu juga, nilai-nilai kemanusian manusia
Indonesia dijunjung tinggi. Setiap sila dan juga butir-butirnya memiliki
relevansi yang kuat kepada penegakan hak asasi manusia Indonesia.
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia.
Tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.
Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya atau
kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak asasi manusia
bersifat umum (universal), karena diyakini bahwa beberapa hak yang
dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras atau jenis kelamin.
Ciri-ciri pokok dari hak asasi manusia tersebut yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Hak asasi manusia adalah bagian yang secara otomatis ada pada diri
manusia. Sifatnya tidak diberikan maupun diwariskan.
2. Hak asasi manusia berlaku luas bagi semua manusia tanpa
memandang jenis kelamin, ras, agama maupun pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar, sebaliknya hak ini harus
dilindungi dan dijunjung tinggi. Seseorang maupun negara tidak
boleh melanggar hak asasi orang lain.
Secara umum hak asasi manusia dapat dibedakan menurut sifatnya,
yaitu sebagai berikut :
a. Personal rights, yaitu hak pribadi yang meliputi kemerdekaan
bersikap, bertindak/bergerak, berpendapat, memeluk agama/
idealisme, hubungan sex dan sebagainya.

116 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


b. Political rights, yaitu hak politik pemerintahan yang meliputi turut
memilih dan dipilih, mendirikan partai politik, mengadakan petisi,
demonstrasi, berkumpul, berpartisipasi dalam politik dan
sebagainya.
c. Property rights, yaitu hak asasi ekonomi yang meliputi hak milik
benda, membeli dan menjual, mengadakan janji dagang dan
sebagainya, tanpa campur tangan pemerintah secara berlebihan,
kecuali peraturan bea cukai, pajak dan pengaturan perdagangan
pemerintahan.
d. Social and cultural rights, yaitu hak masyarakat dan budaya yang
meliputi hak memilih pendidikan dan pengajaran dan
mengembangkan kebudayaan yang disukai serta mengamalkannya
dalam masyarakat.
e. Rights of legal equality, yaitu hak mendapat perlakuan yang sama
menurut hukum dan kedudukan yang sederajat di hadapan hukum
dan pemerintahan.
f. Proses dan prosedur tata cara peradilan menurut peraturan yang sah
dan legal sebagai bukti pelaksanaan hak asasi manusia, misalnya
perihal penahanan, penggeledahan, peradilan dan vonis.

10.2. Permasalahan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia Di Indonesia


Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada konstitusi, yaitu
Pembukaan alinea 1 UUD 1945, Pancasila sila ke 4, Batang Tubuh UUD
1945 pasal 27, 29 dan 30, Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dan Undang Undang No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia di Indonesia
menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak
atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut
serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak.
Program penegakan hukum dan hak asasi manusia meliputi
pemberantasan korupsi, anti teroris dan pembasmian penyalahgunaan
narkotika dan obat terlarang. Oleh karena itu, penegakan hukum dan
hak asasi manusia harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan

Etika Berpancasilais | 117


konsisten. Adapun kegiatan-kegiatan pokok tersebut meliputi berikut
ini:
a. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui
pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-
2009.
b. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia
(RANHAM) dari 2004-2009 sebagai gerakan nasional.
c. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak
pidana terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat
berbahaya lainnya.
d. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga/institusi hukum
maupun lembaga yang fungsi dan tugasnya mencegah dan
memberantas korupsi.
e. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum
maupun lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakan hak asasi
manusia.
f. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap
warga negara di depan hukum melalui keteladanan kepala negara
dan pimpinan lainnya untuk mematuhi dan mentaati hukum dan
hak asasi manusia secara konsisten dan konsekuen.
g. Penyelenggaraan audit regular atas seluruh kekayaan pejabat
pemerintah dan pejabat negara.
h. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam
rangka mewujudkan proses hukum yang lebih sederhana, cepat,
tepat dan dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat.
i. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan
hak asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban
sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.
j. Pembenahan sistim manajemen penanganan perkara yang menjamin
akses publik, pengembangan sistim pengawasan yang transparan
dan akuntable.
k. Pengembangan sistim manajemen kelembagaan hukum yang
transparan.

118 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


l. Penyelamatan barang bukti akuntabilitas kinerja yang berupa
dokumen/arsip lembaga negara dan badan pemerintahan untuk
mendukung penegakan hukum dan hak asasi manusia.
m. Peningkatan koordinasi dan kerjasama yang menjamin efektivitas
penegakan hukum dan hak asasi manusia.
n. Pembaharuan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan
korupsi.
o. Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang
melakukan perjalanan baik ke luar maupun masuk ke wilayah
Indonesia.
p. Peningkatan fungsi intelejen agar aktivitas terorisme dapat dicegah
pada tahap yang sangat dini, serta meningkatkan berbagai operasi
keamanan dan ketertiban.
q. Peningkatan penanganan dan tindakan hukum terhadap
penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya melalui identifikasi
dan memutus jaringan peredarannya, meningkatkan penyidikan,
penyelidikan, penuntutan serta menghukum para pengedarnya
secara maksimal.

10.3. Rule of Law


Inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat,
terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar
hukum pengambilan kebijakan bagi penyelenggara
negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah yang
berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan terutama keadilan sosial.
Rule of law adalah upaya pemerintah untuk memaksa warga negaranya
untuk mematuhi hukum yang berlaku dengan menggunakan alat
pemaksa, yaitu berupa berbagai peraturan perundang-undangan yang
dilengkapi dengan sanksi hukumnya beserta aparat penegak hukum.
Sebagai contoh peraturan lalu lintas di jalan raya untuk membuat
pengguna jalan raya tertib.
Di Indonesia prinsip-prinsip rule of law secara formal tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan : (1) bahwa kemerdekaan
itu hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri kemanusian dan “peri
keadilan,” (2)…kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil

Etika Berpancasilais | 119


dan makmur, “(3)…memajukan “kesejahteraan umum”,…dan “keadilan
sosial”, (4)…disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
“Undang Undang Dasar Negara Indonesia, “ (5)”…kemanusian yang adil dan
beradab: dan (6)…serta dengan mewujudkan suatu” keadilan sosial” bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan jaminan formal terhadap rasa
keadilan bagi rakyat Indonesia dan juga keadilan sosial, sehingga
Pembukaan UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggara
negara. Dengan demikian inti dari rule of law adalah jaminan adanya
keadilan bagi masyarakat terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip
tersebut merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi
penyelenggara negara/pemerintahan, baik ditingkat pusat maupun
daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan terutama
keadilan sosial.
Di samping itu penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal
yang termuat di dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu :
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3).
2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan (pasal 24 ayat 1).
3. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1).
4. Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal,
antara lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum (pasal 28 D ayat 1).
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D
ayat 2).
Agar pelaksanaan rule of law berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
sebagai berikut :

120 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


1. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan
pada corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian
nasional masing-masing bangsa.
2. Rule of law merupakan institusi sosial yang harus didasarkan pada
akar budaya yang tumbuh dan berkembang pada bangsa.
3. Rule of law sebagai suatu legalitas yang memuat wawasan sosial,
gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara,
harus dapat ditegakkan secara adil dan hanya memihak kepada
keadilan.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, perlu dikembangkan
hukum progresif yang memihak hanya kepada keadilan itu sendiri,
bukan sebagai alat politik yang memihak kepada kekuasaan seperti
yang selama ini diperlihatkan. Hukum progresif merupakan gagasan
yang ingin mencari cara untuk mengatasi keterpurukan hukum di
Indonesia secara lebih bermakna. Asumsi dasar hukum progresif bahwa
“hukum adalah manusia”, bukan sebaliknya, hukum bukan merupakan
institusi yang absolut dan final, hukum selalu berada dalam proses yang
terus menerus terjadi.

10.4. Pemberantasan Korupsi


Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik
untuk kepentingan pribadi. Korupsi melibatkan perilaku pegawai sektor
publik, baik politikus maupun pegawai negeri, mereka dengan tidak
pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri atau
orang yang dekat dengan mereka, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka.
Korupsi berkaitan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan
umum atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau kelompok
tertentu. Ciri-ciri korupsi adalah sebagai berikut :
a. Korupsi melibatkan lebih dari satu orang.
b. Kegiatannya serba rahasia.
c. Keuntungan diperoleh secara timbal balik.
d. Berlindung dibalik pembenaran hukum.
e. Mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah.
f. Mengandung penipuan kepada publik/masyarakat.

Etika Berpancasilais | 121


g. Bentuk pengkhianatan kepercayaan rakyat.
h. Melanggar norma dan tatanan masyarakat
Pemberantasan korupsi sangat penting bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara dengan beberapa pertimbangan, yaitu :
a. Korupsi menghambat dan menghalangi usaha kita berbangsa untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
b. Kejahatan korupsi tidak lagi merupakan kejahatan dan masalah
lokal, akan tetapi sudah menjadi masalah internasional, sehingga
penting adanya kerjasama internasional untuk mencegah dan
pemberantasannya termasuk pemulihan atau pengembalian aset-
aset hasil kejahatan korupsi.
c. Kemiskinan dan kebodohan serta rendahnya mutu kehidupan
rakyat kita sangat dipengaruhi oleh kejahatan korupsi, karena dana
negara yang seharusnya dapat digunakan untuk mengentaskan
kemiskinan dan meningkatkan pelayanan pendidikan telah mengalir
ke tangan-tangan orang yang tidak bertanggung jawab.
d. Kejahatan korupsi sudah merupakan perilaku pengkhianatan
kepada Negara dan cita-cita proklamasi kemerdekaan, tidak
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta merong-rong
kehidupan bernegara.
e. Kejahatan korupsi sudah menyamai sikap anti Pancasila dan anti
UUD 1945, karena nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 mengajarkan
kita untuk hidup bertakwa kepada Tuhan, punya rasa kemanusian,
punya rasa kebersamaan dan kekeluargaan untuk menciptakan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali.
Penyebab utama dari perilaku korupsi adalah nafsu untuk hidup
mewah dalam kelompok yang memerintah. Korupsi merugikan orang
banyak yang telah bekerja keras dan berlaku jujur. Tindakan korupsi
tidak menghargai fitrah manusia yang diilhamkan kepadanya untuk
cinta kepada kebaikan. Pemberantasan korupsi sangat penting bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dukungan masyarakat terhadap pemberantasan korupsi dapat
dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :

122 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


 Mengasingkan dan menolak keberadaan koruptor serta tidak
memilih pejabat yang terlibat korupsi.
 Melakukan pengawasan dan mendukung terciptanya lingkungan
yang anti korupsi.
 Melaporkan bila ada penyelewengan dan berani memberikan
kesaksian dalam pemberantasan perkara korupsi.
Masyarakat yang berjasa mengungkapkan korupsi berhak
mendapatkan penghargaan berupa, piagam dan premi sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000. Sebagai peran serta
masyarakat dan pemberantasan korupsi, para pelapor telah dijamin oleh
perundang-undangan, seperti larangan menyebut nama atau identitas
pelapor serta memberikan rasa aman kepada pelapor yang dilindungi
oleh alat-alat negara seperti polisi.
Instrumen anti korupsi dalam bentuk alat atau lembaga negara,
memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk dapat melakukan tugas
dalam memberantas korupsi, yaitu sebagai berikut :
1. Mahkamah Agung (MA).
Dalam proses peradilan perkara korupsi, MA adalah peluang
terakhir bagi mereka untuk memperoleh kebebasan atau minimal
pengurangan hukuman. Posisi ini sangat strategis dalam percepatan
pemberantasan korupsi. Di samping itu, MA juga dapat mengawasi
penerapan hukum di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
2. Komisi Yudisial (KY).
Kewenangan KY menurut pasal 24B Amandemen ke III UUD 1945
adalah mengusulkan pengangkatan hakim agung dan menjaga perilaku
hakim. Dalam pemberantasan korupsi, KY berwenang untuk mengawasi
hakim, baik hakim agung maupun hakim yang berada di kota-kota besar
dan menerima serta mengawasi laporan harta kekayaan penyelenggara
negara.
3. Kejaksaan Agung
Kejaksaan Agung memiliki kewajiban untuk menerima dan
melakukan analisis atas setiap rekomendasi yang diberikan, khususnya
dari lembaga yang berwenang dalam pemberantasan korupsi, seperti
dari komisi pemberantasan korupsi.

Etika Berpancasilais | 123


4. Kepolisian
Kepolisian memiliki wewenang penyelidikan dan penyidikan.
Dalam hal ini kepolisian memiliki korps reserse Polri yang dalam
fungsinya sebagai pelindung hak asasi warga negara sesuai aturan
undang-undang. Reserse melaksanakan praktek-praktek kepolisian
represif dari penyidikan, penyelidikan, pemanggilan, penangkapan,
pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan sampai penahanan.
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Tanggung jawab BPK adalah untuk turut membongkar praktek-
praktek penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. BPK
adalah lembaga negara yang mempunyai tanggung jawab kepada
masyarakat umum, dalam hal pengawasan keuangan negara. Hasil
audit BPK sering mendeteksi adanya korupsi dalam penggunaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). BPK senantiasa
melaporkan auditnya pada lembaga yang berwenang untuk
pemberantasan korupsi. Data BPK dapat dijadikan data awal bagi
penegak hukum untuk melakukan penyidikan atas indikasi korupsi
yang dilaporkan. Laporan BPK yang akurat juga akan menjadi alat bukti
dalam pengadilan.
6. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Dalam pemberantasan korupsi BPKB memiliki peran pada tingkat
pencegahan, penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi.
Namun kelemahannya adalah memiliki peran dan kewenangan yang
sangat bergantung pada kemauan baik Presiden yang berkuasa.
7. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut Undang Undang No. 30 Tahun 2002, KPK memiliki
kewenangan melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, di
antaranya menyadap dan merekam pembicaraan, memerintahkan
kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke
luar negeri, meminta keterangan pada bank atau lembaga keuangan
lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang
sedang diperiksa, memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan
lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik
tersangka, terdakwa atau pihak yang terkait, meminta data kekayaan

124 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada pimpinan atau
atasan tersangka korupsi agar tersangka diberhentikan sementara dari
jabatannya, bahkan KPK dapat memerintahkan Presiden agar membuat
izin kepada pejabat negara untuk diperiksa atas dugaan korupsi.
8. Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tim
Tastipikor).
Tim Tastipikor beranggotakan 48 orang yang diketuai oleh Jaksa
Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus. Tim Tastipikor terdiri atas
unsur kejaksaan, kepolisian serta Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden. Tim
Tastipikor dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005
yang bekerja selama dua tahun dan dapat diperpanjang lagi jika
dianggap perlu. Kewenangan Tim ini adalah melakukan penangkapan
pelaku korupsi. Kasus korupsi yang ditangani Tim ini adalah
pengawasan terhadap instansi pemerintah.

Etika Berpancasilais | 125


BAB XI
PANCASILA SEBAGAI FILTER NILAI-NILAI ASING
DI ERA BUDAYA GLOBALISASI

11.1. Pancasila Di Masa Kini


Pancasila merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi
Indonesia untuk menghadapi nilai-nilai dari luar sebagai sistim filter
atau penyaring terhadap berbagai pengaruh luar. Nilai-nilai dalam
Pancasila dapat membangun sistim imun dalam masyarakat terhadap
kekuatan-kekuatan dari luar sekaligus menyeleksi hal-hal baik untuk
diserap dan sebagai sistim dan pandangan hidup yang merupakan
konsensus dasar dari berbagai komponen bangsa yang plural. Melalui
Pancasila, moral sosial, toleransi dan kemanusian bahkan demokrasi
bangsa ini dibentuk. Pancasila seharusnya dijadikan sebagai poros
identitas untuk menghadapi bermacam identitas yang berasal dari luar.
Sangat disayangkan jika wacana Pancasila belakangan ini mulai
berkurang mengingat berbagai potensi yang tersimpan di dalamnya.
Wacana nasional perlu dimunculkan kembali dan dibangkitkan kembali
dan digali terus nilai-nilainya agar terus berdialektika dalam zaman
yang terus bergulir.
Oleh sebab itu Pancasila harus ditelaah secara analitis. Pancasila
dengan kekayaan nilainya sudah selayaknya digali, diperdalam dan
dikontestualialisasikan lagi pada perkembangan situasi yang sekarang
dihadapi terlebih jika Pancasila benar-benar akan dijadikan sebagai
ideologi negara. Satu hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana
nilai-nilai lokal tersebut diturunkan menjadi mode of production untuk
menjawab kebutuhan tersebut? Perlu ditanamkannya nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Agar kita mampu memfilter
arus globalisasi yang ada, apakah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila dapat berperan dalam Era Globalisasi apabila dari diri masing-
masing sudah tertanam nilai-nilai luhur Pancasila. Tentu akan percuma
peran Pancasila dalam Era Globalisasi ini apabila dalam diri sendiri
tidak mempunyai kesadaran akan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan.

126 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Berikut ini ada tiga unsur utama yang selalu bergerak dalam Era
Globalisasi, yaitu unsur manusia, unsur barang dan modal serta unsur
informasi. Melalui ke tiga unsur-unsur tersebut, apa yang terjadi pada
dunia luar akan dapat diketahui. Sebuah rumah akan terbuka terhadap
dunia luar secara keseluruhan melalui berbagai media seperti televisi,
surat kabar, telephone, internet dan media lainnya, agar lebih jelas dapat
dilihat dalam gambar yang akan disajikan berikut ini :

Gambar 6. Skema Pengaruh Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Berdasarkan gambar tersebut di atas, maka nampak jelas bahwa saat


ini dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak
bisa tertutup lagi terhadap pengaruh yang datang dari luar. Sehingga
mau tidak mau, mereka harus siap menerima segala hal baru yang
masuk ke negaranya termasuk bangsa Indonesia.
Berdasarkan ketiga unsur tersebut di atas terlihat bahwa Pancasila
seakan-akan rapuh dalam kedudukannya sebagai dasar dan ideologi
negara. Oleh sebab itu memahami peran Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi nasional di Era Globalisasi ditandai dengan semakin
berkembangnya arus informasi yang merupakan tuntutan yang hakiki
dari setiap warga negara Indonesia agar memiliki pemahaman, persepsi
dan sikap yang sama terhadap kedudukan peran serta fungsi Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Etika Berpancasilais | 127


Masuknya pengaruh budaya asing ke Indonesia melalui berbagai
media seperti yang disebutkan di atas, tentunya akan sangat
mempengaruhi perkembangan budaya di Indonesia karena akan terjadi
proses interaksi antara budaya Indonesia dengan budaya asing yang
masuk. Proses interaksi yang terjadi tersebut pada hakikatnya
merupakan sesuatu hal yang wajar dalam Era Globalisasi seperti
sekarang ini karena melalui interaksi dengan dunia luar kemajuan akan
dapat diperoleh tergantung dari bagaimana kita menyikapinya.
Bangsa Indonesia seperti yang diketahui memiliki keanekaragaman
budaya dengan keunikan serta ciri khas yang berbeda jika dibandingkan
dengan budaya dari negara-negara lain. Kebudayaan lokal Indonesia
yang sangat beranekaragam tersebut seharusnya dapat dijadikan sebagai
suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk dapat dipertahankan serta
diwarisi kepada generasi selanjutnya. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman yang ditandai dengan semakin derasnya arus
globalisasi perlahan-perlahan budaya asli Indonesia mulai terlupakan.
Akibatnya tidak jarang masyarakat Indonesia khususnya golongan
muda lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilainya lebih
modern dibandingkan dengan budaya lokal.

11.2. Cara Menjaga Eksistensi Pancasila Di Masa Kini


Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara bangsa
Indonesia, memegang peranan penting sebagai filter atau penyaring
nilai-nilai baru sehingga mempertahankan nilai budaya asli Indonesia di
Era Globalisasi seperti sekarang ini. Pancasila akan memilah-milah nilai-
nilai mana saja yang pada dasarnya dapat diserap untuk disesuaikan
dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Sehingga dengan demikian nilai-
nilai baru yang berkembang nantinya akan tetap berada di bawah
kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu untuk mengatasi dampak dari
globalisasi, Pancasila juga seharusnya benar-benar dipegang teguh oleh
masyarakat Indonesia sebagai pandangan hidup yang harus tetap
menjadi pedoman dalam bersikap.
Selanjutnya masih ada tiga fungsi lainnya dari Pancasila selain
sebagai filter atau penyaring yaitu :

128 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


1. Kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah
dengan cepat. Sejarah membuktikan banyak peradaban masyarakat
yang telah hilang karena tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan dunia. Padahal masyarakat mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan serta mampu menfaatkan peluang yang timbul.
2. Adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beragam
secara terus-menerus yang akan menyatukan masyarakat itu sendiri.
Artinya sistim yang ada di dalam masyarakat harus mampu
mengatur dan menjaga hubungan antar bagian-bagian masyarakat.
3. Masyarakat harus memiliki goal attainment atau tujuan bersama yang
kemudian bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika
masyarakatnya dan oleh para pemimpinnya. Jika negara Indonesia
terbentuk oleh kesamaan sejarah masa lalu, maka ke depannya perlu
lebih dimantapkan lagi oleh kesamaan cita-cita, pandangan hidup,
harapan dan tujuan tentang masa depannya.
Pancasila sebagai dasar negara harus benar-benar dijadikan sebagai
acuan dasar hukum dan dasar moral dalam penyelenggaraan negara.
Sebagai ideologi atau pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila
harus betul-betul dihayati sebagai suatu sistim nilai yang dipilih dan
dianut oleh bangsa Indonesia karena kebaikan, kebenaran, keindahan
dan manfaatnya bagi banggsa Indonesia. Sehingga dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat subjektif
artinya tergantung kepada individu yang bersangkutan. Karena
berbagai tantangan yang dihadapi dalam menjalankan ideologi
Pancasila menunjukkan tidak akan mampu untuk menggantikan
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu Pancasila
harus terus dipertahankan oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai dasar
negara dan ideologi bangsa Indonesia karena Pancasila merupakan
jiwa/roh yang telah tertanam sejak bangsa dan negara Indonesia lahir.
Tantangan pada Era Globalisasi yang dapat mengancam eksistensi
budaya dan kepribadian bangsa Indonesia saat ini harus ditangkal
melalui nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai sebuah
dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia. Walaupun
perkembangan zaman terjadi dengan sangat cepat tetapi perlu diingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak harus kehilangan jati dirinya
sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai peradaban, kebudayaan dan

Etika Berpancasilais | 129


keluruhan budi yang sebenarnya sudah tergambar dari nilai-nilai luhur
Pancasila. Oleh karena itu tantangan yang sebenarnya dihadapi oleh
bangsa Indonesia dalam Era Globalisasi ini adalah menyiapkan secara
matang generasi muda penerus bangsa agar arah dari pembangunan
Indonesia dapat berjalan dengan baik. Salah satu caranya adalah melalui
pendidikan yang lebih menekankan pada nilai-nilai yang tertuang
dalam Pancasila.
Seperti kita ketahui pendidikan merupakan faktor utama dalam
pembentukan karakter manusia dan faktor terpenting dalam menjaga
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Melalui pendidikan yang lebih
menekankan pada nilai-nilai Pancasila diharapkan hal tersebut akan
dapat menjadi solusi yang mampu menghalangi dan mengurangi
dampak negatif dari globalisasi. Sehingga ke depannya diharapkan akan
tertanam ideologi dan identitas bangsa yang mampu menghasilkan
manusia-manusia dengan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkemanusian yang adil dan beradab,
mendukung persatuan bangsa Indonesia, mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu atau
golongan serta mendukung upaya mewujudkan suatu keadilan sosial di
dalam masyarakat sehingga Indonesia ke depannya dapat menjadi
negara yang memiliki kepribadian yang baik dan berkarakter.
Salah satu bentuk pendidikan yang dapat diterapkan adalah
pendidikan moral Pancasila. Pendidikan moral Pancasila dapat
dijadikan dasar sebagai dasar dan arahan dalam upaya mengatasi kritis
dan disintegrasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada Era
Globalisasi saat ini. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menjaga nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi nasional. Oleh sebab itu perlu dipersiapkan lahirnya
generasi-generasi yang sadar dan terdidik berdasarkan nilai-nilai moral
yang ada pada Pancasila. Sadar dalam arti generasi yang hati nuraninya
selalu merasa terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-
nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang mempunyai
kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara.
Dengan demikian akan muncul generasi-generasi yang mempunyai ide-
ide segar dalam mengembangkan Pancasila. Sehingga dari sinilah

130 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


diharapkan akan tercipta generasi penerus yang mampu membangun
bangsa Indonesia menuju kesejahteraan.
Oleh karena itu harus disadari akan pentingnya menanam dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sehingga pada akhirnya masyarakat
dan bangsa Indonesia dapat menjaga keharmonisan dan kelangsungan
hidup bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan
rakyat berdasarkan Pancasila serta dijiwai oleh Pancasila untuk
mewujudkan bangsa yang sejahtera, adil dan makmur di masa
mendatang. Melalui pemahaman makna Pancasila yang dikembangkan
dengan penuh semangat dan keyakinan, maka bangsa Indonesia akan
mampu menjaga dan mengembangkan nilai-nilai sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya yang serba pluralistik pada Era Globalisasi
seperti sekarang ini. Tetap melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional sebagaimana yang
telah dirintis oleh para pendahulu dan merupakan suatu kewajiban etis
dan moral yang harus tetap dilestarikan oleh generasi-generasi
berikutnya sehingga apapun tantangan yang akan dihadapi bangsa
Indonesia tidak akan pernah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang
memiliki nilai-nilai peradaban, kebudayaan dan keluhuran budi.
Bangsa dan negara Indonesia tidak dapat menghindari adanya
tantangan globalisasi dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman
dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap dapat
menjaga eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia. Marilah kita menjaga
ideologi Pancasila agar selalu tertanam dalam sanubari rakyat Indonesia.
Mulailah dari diri sendiri, orang-orang terdekat, teman-teman, keluarga
dan masyarakat luas. Untuk diri sendiri, untuk hidup yang lebih baik
dan untuk rakyat Indonesia.
Indonesia adalah bangsa yang ramah, tetapi tidak harus ramah pada
budaya yang tidak baik. Mulai dari satu titik menuju bangsa yang lebih
maju dan sejahtera, yaitu dengan mempelajari dan mengamalkan nilai-
nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari. Maka tanpa harus disadari bangsa ini akan maju dengan sendirinya
tanpa harus khawatir lagi kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.

Etika Berpancasilais | 131


DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU
Manan, Bagir. DPR, DPD dan MPR Dalam UUD 1945 Baru. (UII Press.
Yogyakarta).
Muhammad Amin, Maswardi. Moral Pancasila Jati Diri Bangsa Aktualisasi
Ucapan dan Perilaku Bermoral Pancasila. (Yogyakarta : Calpulis, 2015).
Kusnardi, M dan Bintan Saragih. Ilmu Negara. (Jakarta : Gaya Media
Pratama).
Roza, Prima et al. Memahami dan Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi dan
Dasar Negara. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2015).
Suryana, Effendi dan Kaswan. Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa
Panduan Kuliah Di Perguruan Tinggi. (Bandung : Refika Aditama,
2015).
Syarbaini, Syahrial. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2015).
Setijo, Pandji. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.
(Jakarta : Gramedia Widiasarana, 2011).

B. MODUL DIKTI
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasioanal, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonsia. “Materi Ajar Mata
Kuliah Pendidikan Pancasila”. 2013

C. HASIL PENELITIAN NASIONAL


Triharso. “Pembangunan Ideologi Pendidikan Pancasila dan Masyarakat
Gotong Royong.”(Departemen Ilmu Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga).
Surajiyo. “Pancasila Sebagai Etika Politik Indonesia.” (Jurnal Ultima
Humaniora, Vol. II, No. 1, 2014).

132 | Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.


Sukadi. “Pemahaman dan Orientasi Nilai Pancasila Mahasiswa Sebagai
Wahana Pendidikan Karakter Bangsa ”.(Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran Universitas Pendidikan Ganesha, Jilid 43 No. 3).
Triyanto, Triana Rejekiningsih dan Utomo. “Integrasi Nilai-Nilai
Pancasila Ke Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Sebagai Wahana Pendidikan Moral Peserta Didik.” (Dipublikasikan
dalam Prosiding Semnas LPP UNS, 3 Nopember 2012).

D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
___, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya.
___, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 20 Tahun 2003,
TLN No 4301, LN No. 78 Tahun 2003.
___,Undang-Undang Pendidikan Tinggi, UU No, 12 Tahun 2012, LN No.
158 Tahun 2012.

Etika Berpancasilais | 133


BIODATA PENULIS

Emilia Muzwar Akobiarek, SH., MKn

Lahir di Jakarta, pada tanggal 21 April 1971.


Menyelesaikan pendidikan Strata 1 Fakultas
Hukum Jurusan Keperdataan Universitas
Trisakti Jakarta pada tahun 1994. Tahun 2003
menyelesaikan pendidikan Strata 2 di Fakultas
Hukum Bidang Studi Kenotariatan dan
Pertanahan Universitas Indonesia.

Mengawali karir di beberapa konsultan hukum kemudian


berpraktek sebgai Notaris dan PPAT di Kabupaten Bogor dan
meneruskan kecintaannya di dunia pendidikan sejak tahun 2004
mengajar sebagai salah satu dosen di Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta
hingga saat ini. Penulis juga aktif mengikuti berbagai seminar, kongres
Notaris dan PPAT dan berbagai penelitian serta pengabdian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai