Buku Ber Pancasila - PDF
Buku Ber Pancasila - PDF
Disusun Oleh :
Emillia MuzwarAkobiarek, SH.,MKn.
JAKARTA, 2017
.
Berpancasilais
Sebuah studi komparatif pemahaman Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Editor :
Dra. Intan Ratna Sari Yanti, MM
Diterbitkan oleh:
Jakarta, 2017
ETIKA BERPANCASILAIS
Penulis : Emillia Muzwar Akobiarek, SH., MKn
Editor : Dra. Intan Ratna Sari Yanti, MM
Desain & Tata Letak : Akhmad Fauzi
ISBN : 978-979-18182-6-1
Cetakan Pertama : Agustus 2017
Penerbit : Jurusan Teknik Mesin STT-PLN
Menara PLN, Jl. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi,
Cengkareng, Jakarta Barat
Telp. 021.5440342, 5440344
Fax. 021.5440343
Website : www.sttpln.ac.id
Salam Penulis
Etika Berpancasilais | iv
BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK ........................ 43
1. Pengertian Nilai, Moral Dan Norma ............................. 43
2. Bidang Etika Politik ......................................................... 46
3. Nilai Dasar, Nilai Instrument Dan Nilai Praksis ......... 47
4. Etika Politik Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara ........................................................................... 50
5. Pengertian Etika Politik Pancasila ................................. 52
Etika Berpancasilais | vi
DAFTAR GAMBAR
Etika Berpancasilais |1
1. Kurikulum perguruan tinggi perlu dirancang berbasis kompetensi
yang sejalan dan searah dengan disain kurikulum bidang studi di
perguruan tinggi.
2. Proses pembelajaran berpendekatan kepentingan mahasiswa yang
bersifat mendidik dan dialogis.
3. Profesionalisme dosen selaku pendidik perlu terus-menerus
ditingkatkan.
Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa yang
mengacu kepada nilai-nilai luhur. Oleh karena itu pemulihan kembali
kesadaran kolektif bangsa tentang posisi vital dan urgensi Pancasila
dalam kehidupan negara bangsa Indonesia. Pancasila kembali menjadi
rujukan dan panduan dalam pengambilan berbagai kebijakan, mulai
dalam kehidupan beragama, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi dan
keadilan.
2. Landasan Kultural
Manusia dapat digolongkan menjadi sunatullah, “man born is a social
being.” Manusia sebagai mahkluk sosial akan selalu hidup
bermasyarakat. Manusia yang hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara akan memiliki tujuan bersama yang akan dicapai. Tujuan
tersebut menjadi sebuah pandangan hidup. Setiap bangsa memiliki
pandangan hidupnya masing-masing yang berbeda antara satu bangsa
dengan bangsa lainnya yang disebabkan karena setiap bangsa memiliki
latar belakang historis dan kultural yang berbeda. Pandangan hidup
suatu bangsa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bangsa yang
bersangkutan. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup adalah
bangsa yang tidak memiliki jati diri dan kepribadian. Oleh karenanya
bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup akan mudah terombang-
ambing dalam perjalanan kehidupannya apabila mendapatkan
tantangan baik dari dalam maupun dari luar bangsa yang bersangkutan.
Bangsa Indonesia memiliki pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada asas kultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya merupakan
suatu hasil konseptual seorang saja melainkan merupakan hasil karya
besar bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi
filosofis para pendiri negara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia adalah jati diri dan kepribadian bangsa yang merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam tradisi
adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia dimana Pancasila memiliki
Etika Berpancasilais |3
sifat terbuka terhadap perkembangan zaman. Oleh karena itu Pancasila
mampu beradaptasi dengan perkembangan dan tantangan zaman.
Pancasila adalah sebuah karya besar yang datang dari budaya bangsa
sendiri. Oleh karena itu para generasi muda, khususnya para intelektual
kampus dapat memahami dan mendalami Pancasila dan
perkembangannya yang dinamis. Dengan demikian diharapkan bagi
para generasi muda penerus dapat memperkaya sekaligus
mempertahankan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan
zaman.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis adalah landasan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran akan peran Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum. Oleh karenanya Pancasila akan mengikat seluruh
bangsa dan negara Indonesia agar dilaksanakan secara murni dan
konsekuen. Pelaksanaan Pancasila dalam kegiatan kehidupan sehari-
hari, baik secara individual maupun sebagai mahkluk sosial. Sehingga
dengan demikian, landasan yuridis dapat memberikan rambu-rambu
terhadap mahasiswa dalam mengambil sikap dalam berbangsa dan
bernegara. Di samping itu landasan yuridis adalah landasan yang
berdasarkan atas peraturan yang dibuat melalui perundingan dan
musyawarah. Landasan yuridis Pancasila terkandung dalam alinea ke IV
Pembukaan UUD 1945 yang memuat rumusan sila-sila Pancasila sebagai
dasar negara yang sah. Adapun landasan yuridis untuk perkuliahan
Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi adalah Undang-Undang No.
20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional dimana telah
ditetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis dan jenjang pendidikan
wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan. Penyelenggaraan pendidikan Pancasila
di Perguruan Tinggi lebih penting lagi karena Perguruan Tinggi sebagai
agen perubahan yang melahirkan intelektual-intelektual muda yang
kelak menjadi tenaga inti pembangunan dan pemegang estafet
kepemimpinan bangsa dalam setiap strata lembaga dan badan-badan
negara, lembaga-lembaga daerah, lembaga-lembaga infrastruktur politik
dan sosial kemasyarakatan, lembaga-lembaga bisnis, dan lainnya
5. Landasan Sosiologis
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia
penuh dengan kebhinekaan yang terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa
yang tersebar dilebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah
mempraktekan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan
fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif
ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat bagi setiap warga
bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau
Etika Berpancasilais |5
hukum tertulis (peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan
traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan
atau kesepahaman dan konvensi. Kebhinekaan atau pluralitas
masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama, ras, etnik,
bahasa, tradisi budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi
Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah
menunjukan bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau
pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-nilai
Pancasila-lah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan
kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai
kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan yang
terakhir (G30S/PKI) pada tanggal 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari
tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Oleh karena itu
bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi
pemersatu Pancasila. Sehingga nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan
dari generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan masyarakat bangsa.
Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat proses
pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai
Pancasila tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara
terencana dan terpadu.
2. Bermetode
Adapun yang dimaksud dengan metode yaitu seperangkat cara atau
sistim pendekatan terhadap pembahasan Pancasila untuk mendapatkan
suatu kebenaran yang bersifat objektif. Metode dalam pembahasan
Pancasila sangat bergantung pada karakteristik objek forma maupun
objek material Pancasila. Salah satu metode dalam pembahasan
Pancasila adalah metode analitico syntetic, yaitu gabungan metode
analisa dan sintesa. Selain itu digunakan juga metode hermeneutika, yaitu
Etika Berpancasilais |7
suatu metode untuk menemukan makna di balik objek, demikian juga
metode koherensi historis serta metode pemahaman penafsiran dan
interpretasi yang senantiasa didasarkan atas logika dalam suatu
penarikan kesimpulan.
3. Bersistim
Sebuah pengetahuan ilmiah harus bulat dan utuh. Bagian-bagian
dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan sebuah kesatuan yang
saling berhubungan. Oleh karena itu pembahasan Pancasila secara
ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan. Apabila
Pancasila di dalam dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan
dan keutuhan ‘majemuk tunggal’, maka kelima sila yang ada di
dalamnya baik rumusan, inti maupun isi dari sila-sila Pancasila itu
adalah sebuah kesatuan dan kebulatan.
4. Bersifat Universal
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup
yang sangat luas, tergantung pada objek forma atau sudut pandang
pembahasannya masing-masing. Apabila Pancasila dibahas dari sudut
pandang yuridis kenegaraan maka meliputi pembahasan Pancasila
dalam kedudukan sebagai dasar negara Republik Indonesia, sehingga
meliputi bidang pembahasan yuridis dan ketatanegaraan, realisasi
Pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara secara resmi, baik
yang menyangkut norma hukum maupun norma moral dalam
kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.
1. Pengertian Etika
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik
dan buruk. Pembahasannya meliputi kajian praksis dan refleksi filsafati
Etika Berpancasilais |9
1.6. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi Umum Sebagai Dasar
Nilai dan Pedoman Berkarya Bagi Lulusan
Pendidikan abad 21 yang disepakati oleh 9 menteri pendidikan dari
negara-negara berpenduduk terbesar di dunia, termasuk Indonesia di
New Delhi tahun 1996, diharapkan dapat berperan secara efektif dalam
hal :
1. Mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan anggota
masyarakat yang bertanggung jawab.
2. Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan bagi kesejahteraan
manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
3. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan,
pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni demi kepentingan kemanusian.
Senada dengan alinea tersebut di atas, Konferensi Dunia tentang
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh UNESCO di Paris tahun
1998, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari 140 negara termasuk
Indonesia, menyepakati perubahan pendidikan tinggi ke masa depan
yang bertumpu pada pandangan, bahwa tanggung jawab pendidikan
tinggi adalah :
1. Selain meneruskan nilai-nilai, transfer ilmu pengetahuan teknologi
dan seni, juga melahirkan warga negara yang berkesadaran tinggi
tentang bangsa dan kemanusian.
2. Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam
konteks yang dinamis.
3. Mengubah cara berpikir, sikap hidup dan perilaku berkarya
individu maupun kelompok masyarakat dalam rangka
memprakarsai perubahan sosial yang berkaitan dengan perubahan
ke arah kemajuan, adil dan bebas.
Etika Berpancasilais | 11
kebudayaan Hindu dan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
maka telah ada nama bagi wilayah kepulauan yang merupakan tanah air
bangsa Indonesia. Nama “nusantara” diberikan oleh pujangga
Majapahit, sedangkan bangsa India memberikan nama pada Indonesia
dengan “Dwipantara”. Kemudian pada masa penjajahan Belanda,
Indonesia diberi nama Hindia Belanda atau Nederlands Indie oleh
pemerintah penjajah Belanda.
Nama Indonesia berasal dari bahasa latin, yaitu ‘Indos’ dan ‘Nesos’
yang artinya India dan pulau-pulau. Nama Indonesia yang dimaksud
adalah pulau-pulau yang ada di Samudera India dan itulah yang
dimaksud sebagai satuan pulau yang kemudian disebut dengan
Indonesia.
Pada sekitar tahun 1920 partai-partai politik dan organisasi massa
zaman Hindia Belanda dan organisasi pelajar mahasiswa Indonesia di
Nederland sudah menggunakan sebutan Indonesia. Misalnya nama
perhimpunannya sejak tahun 1922 telah diganti namanya dengan
Perhimpunan Indonesia. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya
nama tersebut lebih banyak lagi dipergunakan.
Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan juga
semenjak Hari Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 istilah “Indonesia” menjadi nama resmi di
seluruh tanah air, bangsa dan negara Indonesia.
Etika Berpancasilais | 13
pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah. Para pengrajin diberikan
kemudahan dalam memasarkan barang produksinya karena para
pegawai raja mengumpulkannya dalam sebuah lembaga koperasi
seperti pada zaman modern sekarang. Pada hakikatnya nilai-nilai
budaya bangsa semasa kerajaan Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai
Pancasila, yaitu sebagai berikut :
a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan
Hindu yang hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan
Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
agama Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan
India. Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India. Telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep Wawasan
Nusantara.
d. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat
luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.
e. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur
tersebut adalah prasasti Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi,
Talang Tuo dan Kota Kapur.
2. Kerajaan Majapahit
Pada abad ke XIII berdirilah kerajaan Majapahit di Kediri, Jawa
Timur. Masa kejayaannya pada saat dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk
dengan patihnya Gajah Mada dan dibantu oleh Laksamana Nala,
berbahasa Melayu Kuno dan berhuruf Pallawa. Kerajaan Majapahit
berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan lain yang berada di wilayah
nusantara sebagai bukti dari sumpah Palapa yang diucapkan oleh
Mahapatih Gajahmada dengan wilayah kekuasaan yang membentang
dari Semenanjung Melayu sampai Irian Barat. Sumpah Palapa yang
diucapkan oleh Mahapatih Gajahmada itu berlangsung pada sidang
Ratu dan para menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun
Etika Berpancasilais | 15
seiring dengan itu pada abad ke XVI agama Islam berkembang pesat
dengan berdirinya kerajaan Islam yang pertama, yaitu Samudera Pasai
dan Demak, namun tidak mampu membendung tekanan bangsa Eropa
memasuki Indonesia.
Penjajah yang paling lama menjajah Indonesia adalah Belanda.
Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1602 dengan mendirikan
Verenigde Oost Indisce Compagnie (VOC), yaitu sebuah perusahaan
dagang partikelir. Kemudian lambat laun berubah menjadi badan
pemerintahan resmi, yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Praktek
perdagangan yang dilakukan Belanda mulai menunjukkan pemaksaan
terhadap penduduk pribumi. Monopoli perdagangan dikuasai
sepenuhnya oleh VOC. Hasil panen penduduk pribumi harus dijual
dengan harga murah kepada VOC. Selain itu praktek pungutan pajak
hasil bumi pun dibedakan sehingga dimulailah perlawanan bangsa
Indonesia terhadap Belanda.
Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung mengadakan
perlawanan terhadap VOC pada tahun 1628. Saat itu wilayah Batavia
yang dikuasai VOC dengan pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pusat
perdagangan diserang oleh rakyat Mataram. Penyerangan ini diulang
lagi pada tahun 1629. Memang serangan ini tidak berhasil meruntuhkan
kekuasaan VOC, namun setidaknya pada penyerangan yang kedua
Gubernur Jenderal J.P. Coen tewas.
Di Banten hal serupa terjadi. Pada tahun 1864 Banten yang berada di
bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditundukkan oleh
VOC. Perlawanan rakyat Banten pun tidak mampu mengusir kekuasaan
Belanda. Bahkan rakyat Banten dibuat semakin sengsara dengan
pemberlakuan sistim kerja paksa yang bernama Rodi. Salah satunya
rakyat Banten dipaksa terlibat dalam pembuatan jalan yang
menghubungkan wilayah Anyer dengan Panarukan. Jalan Raya Pos
yang dibangun pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Deandels
ini dikenal dengan nama Jalan Deandels hingga sampai saat ini.
Tidak hanya di Makasar dan Banten, perlawanan pun dilakukan
oleh rakyat Jawa Timur di bawah pimpinan Untung Suropati pada akhir
abad XVII. Di Minangkabau Ibnu Iskandar melakukan hal yang sama.
Perlawanan terhadap Belanda terjadi hampir disetiap daerah di
Etika Berpancasilais | 17
Namun demikian pemerintah Belanda masih dapat menjalin komunikasi
dengan pemerintahan jajahan yang masih berada di Indonesia. Maka
dengan kejatuhan Belanda tersebut tidak secara otomatis membuat
Belanda angkat kaki dari bumi Indonesia. Mareka masih berusaha
mempertahankan kekuasaan di bumi Indonesia. Merasa kekuatannya
melemah, Belanda berusaha mengambil hati bangsa Indonesia dengan
memberikan janji kemerdekaan untuk Indonesia dikemudian hari.
Namun ternyata janji Belanda itu tidak pernah ditepati sampai dengan
akhir pendudukannya pada tanggal 10 Maret 1940.
Pada tanggal 7 Desember 1941 pecahlah perang Pasifik dengan di
bomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Dalam waktu singkat Jepang dapat
menduduki daerah-daerah jajahan sekutu di Pasifik. Kemudian pada
tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia dengan mengusir
bangsa Belanda. Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia
untuk membebaskan Indonesia dari Belanda. Propaganda Jepang
tersebut ternyata hanya untuk mendapat dukungan dari Indonesia
karena Jepang semakin terdesak oleh Amerika, Inggris, Rusia, Perancis,
Belanda dan negara sekutu lainnya.
Kaisar Jepang Hirohito memberikan janji kedua kepada Indonesia
berupa kemerdekaan tanpa syarat yang disampaikan seminggu sebelum
Jepang menyerah pada sekutu. Jepang mengeluarkan Maklumat
Gunseikan yang berisi bahwa bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaan. Di samping itu Jepang pun
menyarankan Indonesia mendirikan negara Indonesia di hadapan
Belanda yang pada saat itu Belanda mulai melancarkan penyerangannya
di Pulau Tarakan dan Pulau Morotai.
Pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun
Kaisar Hirohito dibentuklah Dokuritzu Zyumbi Tjoosakai atau Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
yang beranggotakan 63 orang dan diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio dan Raden Panji
Soeroso.
Pada sidang BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 Mr.
Muh. Yamin mengusulkan rumusan dasar negara yaitu sebagai berikut :
Etika Berpancasilais | 19
2. Kebangsaan persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusian yang adil dan beradap.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945 sebagai hari terakhir sidang BPUPKI yang
pertama Ir. Soekarno dalam pidatonya menyampaikan usulan dasar
negara yang terdiri atas lima prinsip yaitu sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme dari peri kemanusian.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Usulan ini kemudian dipersingkat menjadi Trisila yaitu sosio
nasionalisme (kebangsaan), sosio demokrasi dan Ketuhanan. Kemudian
Trisila yang dipersingkat lagi menjadi Eka Sila yang berintikan gotong
royong. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar filsafat negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia (philoshophische groundslag) dan
dunia. Pancasila dianggap setingkat dengan aliran-aliran besar dunia
(weltanschauung). Soekarno juga membandingkan Pancasila dengan
ideologi besar lainnya seperti liberalisme komunisme, chauvinisme,
kosmopolitisme, Sun Min Chui.
Setelah menerima usulan tersebut kemudian BPUPKI
merumuskannya menjadi Piagam Jakarta yang kelak akan
bertransformasi menjadi Pancasila pada tanggal 22 Juni 1945 dengan
rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya dalam sidang BPUPKI yang kedua menghasilkan
beberapa keputusan penting terutama menyangkut dasar negara.
Etika Berpancasilais | 21
kemerdekaan Indonesia. Para tokoh pemuda yang dimotori Sukarni,
Adam Malik, Soepono, Soedarsono, Syahrir dan Kusnaini terpaksa
mengamankan Soekarno ke Rengas Dengklok agar terhindar dari
pengaruh Jepang. Maka pada malam hari diadakan pertemuan di rumah
Laksamana Maeda. Pada pertemuan itu ditegaskan bahwa Jepang tidak
ikut campur dengan Proklamasi. Pada pertemuan itu konsep dari
Soekarno disepakati dan diketik oleh Sayuti Melik. Kemudian pada hari
Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 Wib. Teks Proklamasi
akhirnya dibacakan Soekarno dan didampingi oleh Muhammad Hatta.
Pembacaan teks Proklamasi dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur No.
56 Jakarta. Berikut ini petikan naskah Proklamasi sebagaimana yang
disajikan dalam gambar di bawah ini, yaitu sebagai berikut :
Poklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya.
Jakarta, 17-8-05
Atas Nama Bangsa Indonesia
Sokarno-Hatta
Etika Berpancasilais | 23
b. Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden yang
pertama.
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat
sebagai Badan Musyawarah Darurat.
Di dalam sidang PPKI yang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945
menghasilkan beberapa keputusan yaitu sebagai berikut :
1. Mengenai daerah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
2. Untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya
diteruskan seperti sekarang.
3. Untuk sementara waktu kedudukan Kota dan Gemeente diteruskan
seperti sekarang.
Dalam sidang PPKI yang ketiga pada tanggal 20 Agustus 1945
mengagendakan Badan Penolong Keluarga Korban Perang yang
selanjutnya dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya
dalam sidangnya yang keempat pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI
membahas agenda mengenai Komite Nasional Partai Indonesia yang
berpusat di Jakarta.
Etika Berpancasilais | 25
2. Pengakuan kedaulatan oleh pemerintah Kerajaan Belanda kepada
pemerintahan negara Republik Indonesia Serikat.
3. Didirikannya Uni antara negara Republik Indonesia Serikat dan
Kerajaan Belanda.
Kondisi ketatanegaran dan pemerintahan setelah Konfrensi Meja
Bunda pada saat itu sama dengan masa sebelumnya tetap belum stabil
dan tidak berubah. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan
UUDS 1950 kembali ke Negara Kesatuan RI.
Selanjutnya dalam jangka waktu lima tahun berikutnya, bangsa
Indonesia masih tetap menghadapi situasi yang sulit, termasuk dalam
menyelesaikan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung Pancasila.
Kemudian terbentuk Badan Pembentuk UUD sebagai hasil pemilu
pertama. Badan itu kemudian berubah nama menjadi Majelis Komite
Tertinggi atau MPR dengan setiap anggotanya terdiri dari perwakilan
golongan Islam, golongan Pancasila dan golongan sosial ekonomi.
Mereka bersidang dengan kondisi yang tidak menguntungkan tanpa
menghasilkan keputusan yang bisa memuaskan semua pihak.
Perdebatan terus menerus terjadi dalam badan Konstituante,
diantaranya tokoh Islam (Natsir cs.), tokoh Pancasila (Ruslan Abdulgani
cs.) dan wakil lainnya. Namun perundingan dan pembicaraan tidak
pernah mencapai kesepakatan akhir. Pada puncaknya guna mengatasi
kondisi yang serba sulit Presiden Republik Indonesia pertama, Ir.
Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang
menyatakan :
1. Membubarkan Konstituante.
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1950 dan tidak berlaku lagi
UUDS 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Melalui UUD 1945 direncanakan sistim pemerintahan Demokrasi
Terpimpin dengan membentuk kabinet atas dasar efisiensi, efektif dan
mampu mengatasi dan menanggulangi semua permasalahan Nasional.
Demokrasi Terpimpin adalah suatu paham Demokrasi yang tidak
didasarkan atas paham liberalisme, sosialisme-nasionalisme, fasisme
dan komunisme tetapi suatu paham Demokrasi yang didasarkan kepada
Etika Berpancasilais | 27
arah yang lebih baik dengan cara menata ulang hal-hal yang telah
menyimpang dan tidak sesuai lagi dengan kondisi dan struktur
ketatanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan
reformasi dapat disebutkan yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk
menemukan nilai-nilai baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk
perundangan dan konstitusi yang menyimpang dari arah
perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat Indonesia.
3. Melakukan perbaikan diseluruh bidang kehidupan baik politik,
ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan.
4. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan
dalam masyarakat bangsa yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan
reformasi, seperti KKN, kekuasaan sewenang-wenang/otoriter dan
penyimpangan kekuasaan.
Adapun yang menjadi syarat-syarat yang dapat menyatakan suatu
kondisi reformasi adalah sebagai berikut :
1. Telah terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam pelaksanaan
kehidupan di bidang ketatanegaraan termasuk bidang perundang-
undangan dan hukum.
2. Penyelenggara negara telah menggunakan kewenangannya secara
otoriter di luar etika kenegaraan melalui tindakan-tindakan yang
sangat merugikan dan menekan kehidupan rakyat keseluruhan.
3. Telah semakin melemahnya kondisi kehidupan ekonomi seluruh
warga masyarakat sebagai akibat krisis multidimensional yang
berkepanjangan dan terus menerus.
4. Perlunya langkah-langkah penyelamatan diseluruh bidang
kehidupan, khususnya yang menyangkut hajat hidup rakyat
banyak.
5. Reformasi harus menggunakan landasan kerohanian berupa falsafah
dasar negara Pancasila.
Reformasi yang telah bergulir di tengah masyarakat Indonesia sejak
tahun 1998 menghendaki perubahan mendasar. Agenda reformasi telah
diputuskan melalui berbagai Ketetapan MPR dan berbagai produk
Etika Berpancasilais | 29
Timbulnya kesadaran baru bahwa masyarakat dapat bertindak dan
berbuat sesuatu serta melakukan perubahan-perubahan diantaranya
perlawanan dan perjuangan atas rasa ketakutan berpolitik, perlawanan
dan perjuangan terhadap proses pembodohan yang telah berlangsung
hampir lebih dari tiga puluh tahun. Kesadaran baru ini penting sekali
artinya dalam rangka perjuangan selanjutnya menuju reformasi yang
total dan menyeluruh.
Apabila berbicara mengenai hasil reformasi, tidak akan bisa
seobjektif mungkin mengingat reformasi sampai saat ini masih tetap
bergulir tanpa kejelasan tentang hasil positif yang sangat ditunggu-
tunggu seluruh rakyat Indonesia. Pendapat dan penilaian terhadap
reformasi masih banyak yang bersifat vokal terutama dari kalangan
bawah yang sangat mendambakan hasil reformasi bagi perbaikan
kondisi kehidupan ke arah yang lebih baik.
Kemudian apabila dikaitkan dengan Pancasila. Pancasila sebagai
pradigma juga berada pada posisi pembangunan Nasional yang
meliputi berbagai bidang kehidupan. Di bidang politik, Pancasila
menjadi kerangka acuan dan proses ke arah tujuan kehidupan
kenegaran dan kebangsaan dalam rangka melakukan pembangunan
politik. Pancasila juga melakukan pemikiran, gagasan, konsep, evaluasi
serta tindak lanjut bagi bidang politik kenegaraan. Pancasila juga
merupakan landasan dan dasar negara yang dijiwai oleh nilai
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran perwakilan.
Dalam bidang paradigma pembangunan nasional. Bidang ekonomi,
pemerintah harus mengarah lebih memperhatikan kepentingan rakyat,
karena sifat perekonomian harus disesuaikan dengan ekonomi
kerakyatan yang bersumber pada sifat kekeluargaan dan kerakyatan.
Untuk melindungi kepentingan rakyat yang sesungguhnya dimana
perlu adanya pihak pemerintah mengendalikan perusahaan-perusahaan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dan digunakan untuk
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya secara keseluruhan seperti
yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, harus dapat tidak
menempatkan pada posisi yang bertentangan antara ilmu pengetahuan
Etika Berpancasilais | 31
Paradigma pembangunan dalam bidang pertahanan dan keamanan
telah menunjukkan kemajuan yang dikedepankan melalui agenda-
agenda pembaharuan, mengingat TNI sebagai bagian integral bangsa
Indonesia, maka senantiasa memegang teguh jati dirinya sebagai tentara
rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional berperan serta mewujudkan
keadaan aman dan rasa aman masyarakat sesuai perannya sebagai alat
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TNI sebagai bagian
dari rakyat dan berjuang bersama rakyat senantiasa menggugah
kepedulian TNI untuk mendorong terwujudnya kehidupan demokrasi
dan juga terwujudnya hubungan sipil militer yang sehat dan persatuan
dan kesatuan bangsa melalui pemikiran, pandangan dan langkah-
langkah reformasi internal TNI.
Kita telah berada dalam sepuluh tahun masa reformasi dan pada
saat yang sama kita berada dalam masa seratus tahun Kebangkitan
Nasional. Walaupun kedua kondisi tersebut berbeda yang harus selalu
diwaspadai dan diingat adalah semangat yang ada pada jiwa bangsa
yaitu kebersamaan. Apabila dinilai pada saat yang bersamaan terlihat
bahwa semangat kebangkitan nasional dirasa semakin menurun, bahkan
khususnya dalam membina nation and character building. Padahal arti
yang sesungguhnya Kebangkitan Nasional adalah detik-detik bangsa
Indonesia memiliki rasa solidaritas yang tinggi, rasa persatuan dan
kesatuan yang kuat dalam menegakan, menjaga dan memelihara nation
character building bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurunnya kondisi tersebut harus menimbulkan kepedulian
seluruh pihak, khususnya masyarakat dalam berbagai kepentingan baik
ekonomi, politik dan lainnya. Mengingat mengembalikan semangat
masa lalu harus dengan pengorbanan. Menumbuhkan kembali semangat
kebangsaan, menjauhkan sikap individual yang mengarah kepada
materialisme dan egois dan dipenuhi dengan sikap demokrasi yang
tinggi dan bertanggung jawab terhadap hukum, politik, ekonomi,
pendidikan, budaya dan lainnya.
Di samping itu diperlukan penghormatan kepada sejarah
Kebangkitan Nasional itu sendiri yang telah berjalan dalam berbagai
periode bentuk pemerintahan diantaranya pemerintahan Orde Lama
yang masih didominasi dengan masa konsolidasi kemerdekaan
Etika Berpancasilais | 33
tanah air dan cinta bangsa dari semua lapisan masyarakat luas agar cita-
cita reformasi cepat terwujud. Dengan jiwa patriotisme, cinta tanah air
dan cinta bangsa dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia agar
bangkit dan berjuang kembali demi bangsa dan negaranya. Meskipun
masih ada sebagian bangsa yang megutamakan kepentingan pribadi
atau kelompok dengan menggunakan teori ekonomi untung dan rugi
dan cenderung memperoleh keuntungan yang maksimal walaupun
tenaga dan pikiran yang sangat terbatas.
Oleh karena itu pada dasarnya bangsa Indonesia adalah bangsa
yang berkepribadian dan memiliki semangat kebersamaan yang tinggi,
seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita, yaitu founding
father and founding mother. Sebab bangsa Indonesia adalah bangsa yang
tidak mudah terpecah belah oleh siapapun, namun bangsa Indonesia
adalah bangsa yang memiliki cita-cita bangsa yang mandiri baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.
Dengan demikian kita harus bangkit kembali melanjutkan cita-cita
reformasi dengan berlandaskan pada jiwa kebangkitan Nasional yang
telah lahir semenjak seratus tahun yang lalu.
Etika Berpancasilais | 35
2. Bidang epistemologi adalah suatu bidang filsafat yang membahas
sumber, batas, proses, hakikat dan validasi pengetahuan.
Epistemologi meliputi berbagai sarana dan tata cara menggunakan
sarana dan sumber pengetahuan untuk mencapai keberhasilan atau
kenyataan rasional.
3. Bidang aksiologi adalah bidang filsafat yang memiliki nilai,
terutama nilai-nilai normatif.
Aliran-aliran filsafat yang paling utama yang sudah ada sejak
dahulu sampai sekarang, meliputi sebagai berikut :
1. Aliran Materialisme
Aliran materialisme mengajarkan bahwa hakikat segala sesuatu
yang ada di alam semesta termasuk manusia dan makhluk hidup
lainnya adalah sebagai materi atau benda yang terikat pada hukum
alam.
2. Aliran Idealisme/Spritualisme
Aliran idealisme atau spritualisme mengajarkan bahwa ide atau
spirit atau semangat manusia yang menentukan hidup manusia.
Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena memiliki
akal budi dan kesadaran rohani.
3. Aliran Realisme
Aliran realisme menyatakan bahwa kedua aliran di atas tersebut
bertentangan karena tidak sesuai dengan kenyataan. Sesungguhnya
kehidupan itu bukanlah materi atau benda semata-mata saja dan
juga bukan hanya spiritual saja. Melainkan perpaduan antara kedua
aliran tersebut, menjadi gabungan antara materi dan rohani
termasuk daya pikir, cipta dan budi. Jadi aliran realisme merupakan
sistesis antara jasmaniah-rohani, materi dengan non-materi.
Oleh karena itu dalam hal ini dapat disimpulkan pokok-pokok atau
hakikat yang terkandung dalam Pancasila, yaitu sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dijadikan dasar dan pedoman dalam
mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semesta.
Etika Berpancasilais | 37
melakukan analisa dan menyusunnya secara sistimatis menjadi sebuah
pandangan yang komprehensif. Dapat juga dilakukan secara induktif
yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat
kemudian merefleksikannya dan mencari kesimpulan dan maknanya.
Oleh karena itu dengan demikian filsafat Pancasila dapat disajikan
sebagai bahan-bahan yang sangat penting bagi penjabaran ideologi
Pancasila.
Pancasila dipilih sebagai falsafah negara kita karena pada lima sila
yang terkandung di dalamnya terdapat kristalisasi amanat sosial seluruh
kehendak rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat lima unsur kuat
yang dijadikan dasar bangsa Indonesia yang bhineka baik agama
maupun kultur sosial. Oleh karena itu filsafat Pancasila dinilai sebagai
satu pilihan tepat untuk dijadikan perekat utama demi keutuhan bangsa
Indonesia. Asal mula Pancasila sebagai filsafat negara dibedakan atas :
a. Causa materialis (asal mula bahan) yaitu berasal dari bangsa
Indonesia sendiri yang terdapat dalam adat istiadat dan kebiasaan,
kebudayaan dan agama.
b. Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) yaitu bagaimana
Pancasila itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada
Pembukaan UUD 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang
sangat menentukan.
c. Causa efisien (asal mula karya) yaitu asal mula yang meningkatkan
Pancasila dari calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah
sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah PPKI
sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan
menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat negara setelah melalui
pembahasan dalam sidang-sidangnya.
d. Causa finalis (asal mula tujuan) yaitu tujuan dari perumusan dan
pembahasan Pancasila berupa kehendak yang dijadikan sebagai
dasar negara.
Unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri,
walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar negara Republik
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal
tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan
bahkan melaksanakannya di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa
Etika Berpancasilais | 39
dan melekat dalam diri bangsa. Pupuk dengan toleransi serta sifat
tenggang rasa.
c. Karakter persatuan.
Karakter persatuan yaitu sifat tepa selira, ramah, tenggang rasa akan
mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang antar warganya saling
memiliki ketergantungan positif. Warga akan saling melindungi satu
sama lain dan akan menghasilkan konsekuensi berupa keadaan wilayah
teritorial fisik yang aman. Prinsip ini merupakan satu hal yang
menunjukan bahwa bangsa kita memiliki sifat atau karakter bersatu.
Sejak lama bangsa ini memiliki keyakinan bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh, betapa tidak fakta sejarah telah menunjukkan bahwa
peristiwa Sumpah Pemuda, Boedi Utomo, pembentukan Syarikat Islam
dan berbagai organisasi politik kepemudaan di masa lalu semuanya
berprinsip pada kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Karakter demokratis.
Karakter demokratis yaitu karakter bahwa bangsa Indonesia
memiliki sifat dasar mau dan mampu bermusyawarah. Musyawarah
adalah ciri utama demokrasi yang mengedepankan kepentingan orang
banyak dari pada individu. Perwujudan sifat demokrasi ini terlihat dari
upaya para pemimpin bangsa kita di masa lalu yang menjadikan aspek
demokrasi diupayakan terwujud dalam Pancasila sebagai falsafah
negara. Karakter demokratis pun menunjukkan luhurnya cita-cita
kolektif bangsa untuk mencapainya maka diwujudkan suatu sistim
demokrasi dalam pemerintahan ketatanegaraan dimana rakyat
memegang peranan yang sangat menentukan.
e. Karakter sosial yang berkeadilan.
Karakter sosial yang berkeadilan yaitu Bangsa Indonesia memiliki
identitas karakter sebagai bangsa yang memiliki sifat tenggang rasa dan
gotong royong. Aspek dalam karakter ini akan muncul dengan kuat
karena sifat kerja sama antar anggota masyarakat memiliki sikap yang
penuh dengan tenggang rasa, bersifat setia kawan dan bersatu dalam
menyelesaikan masalah bersama. Jiwa karakter ini adalah jiwa sosial
yang mencerminkan sifat dasar bangsa Indonesia yang dikenal dunia
sejak dulu.
Etika Berpancasilais | 41
a. Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada diluar diri manusia
menjadi pencipta serta mengatur dan penguasa alam semesta.
b. Mengakui adanya keseimbangan dalam hubungan dan keserasian
untuk menciptakannya perlu pengendalian diri.
c. Mengakui adanya persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang
merupakan nilai sentral.
d. Mengakui adanya kekeluargaan, gotong royong, kebersamaan serta
musyawarah untuk mufakat dijadikan sendi kehidupan bersama.
e. Mengakui adanya kesejahteraan bersama yang menjadi tujuan
hidup bersama.
Etika Berpancasilais | 43
dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut
pertanggung jawaban.
Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan
permasalahan moral. Misalnya seorang ibu yang mengandung dan
difonis oleh dokter dengan risiko jiwa ibu terancam karena
kandungannya lemah atau menggugurkan dengan risiko tidak punya
anak. Agar lebih jelas dapat dilihat dalam gambar yang disajikan berikut
ini :
1. Nilai
Di dalam Dictionary of Sociology and Related Science disebutkan bahwa
nilai adalah kemampuan untuk dapat dipercayai yang melekat pada
sebuah benda sehingga dapat memuaskan manusia. Sifat dari sebuah
Etika Berpancasilais | 45
2. Moral
Moral berasal dari kata ‘mos/mores’ yang artinya kesusilaan, tabiat
dan kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk,
yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral dapat
berupa kesetian dan kepatuhan terhadap nilai-nilai dan norma yang
mengikat kehidupan masyarakat, negara dan bangsa. Sebagaimana nilai
dan norma, maka moral pun dapat dibedakan seperti moral Ketuhanan
atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum dan moral ilmu.
Nilai, moral dan norma secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya.
3. Norma
Norma merupakan perwujudan martabat manusia sebagai makhluk
budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan
sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh
karena itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama,
norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi yang dikenal dengan
sanksi, misalnya :
a. Norma agama dengan sanksinya dari Tuhan.
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal
terhadap diri sendiri.
c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa dikucilkan dalam
pergaulan masyarakat.
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara, kurungan atau
denda yang dipaksakan oleh alat negara.
Etika Berpancasilais | 47
menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya hakikat
Tuhan, manusia atau makhluk hidup lainnya. Nilai dasar menjadi
sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman dari nilai
dasar. Nilai dasar belum bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar itu
belum memiliki parameter atau ukuran yang jelas dan kongkrit. Apabila
nilai instrumental tersebut berkaitan dengan tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma
moral. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan negara, maka
nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan atau strategi
yang bersumber dari nilai dasar.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata. Nilai praksis
merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai dasar dan nilai
instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar
dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-nilai dasar
dan instrumental tersebut.
Apabila ketiga nilai tersebut di atas dikaitkan dengan hirarki susunan
peraturan perundangan di Indonesia dalam Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
Selanjutnya agar lebih jelas dapat dilihat dalam gambar yang
disajikan berikut ini yaitu sebagai berikut :
Etika Berpancasilais | 49
Sila Kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai
sila ketiga, sila keempat dan sila kelima.
Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan sila kedua,
meliputi dan menjiwai sila keempat dan sila kelima.
Sila Keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, sila kedua dan sila
ketiga, meliputi dan menjiwai sila kelima.
Sila Kelima : diliputi dan dijiwai oleh seluruh sila-sila.
Etika Berpancasilais | 51
hak politiknya untuk melaksanakan norma-norma dan aturan-aturan
berpolitik dalam negara.
Di dalam uraian etika politik dan pemerintahan dinyatakan bahwa
untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik demokratis yang bercirikan keterbukaan,
maka rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesedian untuk
menerima pendapat yang lebih benar, harus menjunjung tinggi hak asasi
manusia serta keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Etika Berpancasilais | 53
Pengertian Pancasila dalam hubungan tersebut selanjutnya juga
telah memasuki perkembangan dalam kesusasteraan masa kejayaan
Kerajaan Majapahit di dalam buku Negara Kertagama karangan Mpu
Prapanca pada tahun 1365 yang mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan
ada lima ketentuan larangan yaitu sebagai berikut :
1. Tidak boleh melakukan kekerasan.
2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh berbohong.
5. Tidak boleh mabuk-mabukan.
Semua pengertian yang telah disebutkan di atas belum ada
penjelasannya dan memiliki makna yang hampir sama seperti yang
disebutkan sebelumnya. Setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit
kemudian dikenal dalam masyarakat Jawa khususnya istilah Mo Lima
atau M berjumlah lima yaitu lima M yang harus dihindari dalam
kehidupan bermasyarakat agar menjadi lebih baik, tertib dan teratur ‘ora
keno mateni, maling, madon, madat, lan main’ yang artinya dilarang
membunuh, mencuri, main perempuan, menghisap candu dan berjudi.
Kemudian istilah resmi Pancasila ini diusulkan oleh Ir. Soekarno
pada sidang pertama BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Berdasarkan
segi yuridis dapat dilihat bahwa pengertian Pancasila dalam sila-sila
Pancasila yang rumusan resminya dapat ditemui di dalam alinea ke
empat Pembukaan UUD 1945.
Selanjutnya dalam pelaksanaan Etika Politik Pancasila menurut
Aryaning Arya Kresna dkk. Ada beberapa cara yang mudah untuk
memahami politik Pancasila yang dapat dipakai untuk mengajukan
kritik terhadap praktek Pancasila. Pertama mempertanyakan tingkatan
dijalankannya prinsip moral “menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia”. Apakah sebuah tindakan yang dilakukan sebuah lembaga
pemerintahan telah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia?
Kedua, mempertanyakan tingkatan kesesuaian antara nilai obyektif
dengan nilai intersubyektif. Apakah sebuah tindakan yang dilakukan
lembaga pemerintahan yang berdasarkan prinsip nilai intersubjektif
“keadilan” sesuai dengan nilai objektif “adil”? Untuk menjawab
pertanyaan di atas, perlu kiranya usaha untuk membuat sebuah rambu
Etika Berpancasilais | 55
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia…”
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti kekuasaan yang tertinggi
berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut juga kedaulatan rakyat.
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang
sehat dengan selalu mempertimbangkan kesatuan dan persatuan
bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur
dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai
dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan/atau memutuskan
suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan
adalah suatu sistim dalam arti prosedur mengusahakan turut
sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara
melalui lembaga perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat. Kehidupan manusia
itu memenuhi tuntutan kehidupan jasmani serta keadilan
memenuhi tuntutan kehidupan rohani secara seimbang. Hakikat
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan dalam
alinea kedua Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Dan perjuangan
kemerdekaan kebangsaan Indonesia…negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur,”
Etika Berpancasilais | 57
5.2. Makna Ideologi Bagi Negara
Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia. Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham tentang
hakikat negara yang dilandasi dengan konsep kehidupan bernegara.
Pancasila yang melandasi kehidupan bernegara menurut Imam Supomo
adalah dalam kerangka negara integralistik untuk membedakan paham-
paham yang digunakan oleh pemikir kenegaraan lainnya.
Untuk memahami konsep Pancasila yang bersifat integralistik, maka
terlebih dahulu kita harus melihat beberapa teori mengenai dasar
negara, yaitu sebagai berikut :
Etika Berpancasilais | 59
tetapi ideologi itu sendiri mempunyai nilai lebih tinggi untuk
dipertahankan dan dalam banyak hal berdiri di atas nilai-nilai pokok di
atas. Suatu keistimewaan dari ideologi berupa keyakinan yang ada
dalam ideologi biasanya berhubungan erat dengan kepercayaan, agama
atau nationalistic sentiment, dimana masing-masing dapat saling
melengkapi.
Dalam proses hubungan antar bangsa, seperti yang telah dijelaskan
di atas, bahwa ideologi merupakan salah satu elemen kekuatan nasional
yang penting bagi setiap negara dalam perjuangan kekuasaan (struggle
for power). Hal ini disebabkan karena ideologi suatu negara dapat
menjadi gainer ataupun loser dalam persaingan dunia yang sifatnya
cenderung anarki. Oleh sebab itu dengan latar belakang yang berbeda
ini baik secara kultural, historis maupun natural hal tersebut tergantung
pada kreatifitas dan kecerdasan dari setiap bangsa dalam membentuk
atau membangun ideologi masing-masing.
Sejak kemerdekaan bangsa Indonesia telah mempunyai ideologi
yaitu Pancasila yang dirumuskan oleh para founding fathers bangsa
dalam suatu naskah yang kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945.
Pancasila adalah perpaduan yang serasi antara nilai tradisi dengan nilai-
nilai modern dan menjadi ideologi resmi sebagai basic philosophy atau
philosophische grondslag dari seluruh bangsa Indonesia.
Sebagai perbandingan dapat dilihat contoh keberhasilan usaha
modernisasi bangsa Jepang, yang sejak awal memang sudah menjadi
motivator perjuangan para pemimpin bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan, yaitu sebagai satu-satunya bangsa Asia yang tidak pernah
dijajah oleh bangsa-bangsa barat dan justru berhasil menghadapi arus
modernisasi dengan nilai-nilai kepribadian atau ideologi mereka sendiri
yang berbasis pada Shintoisme yang dirumuskan ke dalam ideologi
Kokutai No Hongi yang berintikan mitos kaisar dan bangsa Jepang
sebagai keturunan dewa.
Ideologi tersebut dijadikan alat untuk menyokong kebijaksanaan
pemerintah dalam mencapai tujuan internasionalnya yang ekspansionis
dan imperialis. Namun dengan proses demokratisasi dari pihak sekutu
yaitu Amerika Serikat, maka ideologi yang sama walaupun tidak secara
eksplisit tertuang dalam konstitusi dengan proses partisipatoris kultural,
Etika Berpancasilais | 61
terbuka terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945 yang menyatakan
bahwa “…Terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum
dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-
aturan yang menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu diserahkan kepada
undang-undang yang lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya dan
mencabutnya.” Selanjutnya dinyatakan, “…yang sangat penting dalam
pemerintahan dan dalam hidupnya bernegara ialah semangat, semangat para
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan.”
Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi
Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika
masyarakat yang berkembang secara cepat.
2. Kenyataan menunjukkan bahwa hilangnya ideologi yang tertutup
dan beku cenderung memperburuk perkembangan ideologi
tersebut.
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar
Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara
kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Ideologi terbuka memiliki tiga sifat utama yang sangat penting,
yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi Realitas
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersumber dari nilai-
nilai riil yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu
ideologi itu lahir, sehingga masyarakat betul-betul merasakannya
dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama.
b. Dimensi Idealisme
Pancasila mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cita-
cita tersebut berisi harapan yang masuk akal, bukanlah angan-angan
yang sama sekali tidak mungkin direalisasikan.
c. Dimensi Fleksibilitas
Pancasila memiliki sifat fleksibel yang diperlukan oleh sebuah
ideologi untuk memelihara dan memperkuat relevansi ideologi
tersebut dengan perkembangan zaman.
Etika Berpancasilais | 63
2. Pancasila juga telah dapat mempersatukan seluruh kebhinekaan
suku, kelompok, agama dan bahasa dalam kehidupan masyarakat
Indonesia menjadi satu kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
bentuk Bhinneka Tunggal Ika.
3. Dalam kondisi krisis multidimensional saat ini yang sedang
melanda bangsa dan negara Indonesia pelaksanaan ideologi
Pancasila telah membantu mengatasi krisis melalui berbagai solusi
yang bermanfaat.
4. Melalui pelaksanaan ideologi Pancasila derajat dan martabat bangsa
Indonesia telah terangkat di tengah kehidupan internasional.
Etika Berpancasilais | 65
Kegiatan tersebut kiranya dapat diawali dari pendidikan tinggi
khususnya mahasiswa sebagai salah satu stakeholder utama bangsa dan
negara untuk memelopori pengembangan konsep kebersamaan dalam
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Seperti telah
dijelaskan bahwa tantangan riil bagi Pancasila adalah justru dari
liberalisme sedangkan ideologi besar lainnya sebagai pecundang
memanfaatkan ruang kosong yang ada sehingga sangat kondusif
terhadap perpecahan bangsa. Karena apa yang menjadi dasar para
ilmuwan kampus dan masyarakat terdidik lainnya dalam menyusun
konsep-konsep reformasi sekarang adalah kehidupan masyarakat liberal
di mana mereka menuntut ilmu khususnya dari Amerika Serikat dan
negara-negara barat lainnya.
Suatu gaya hidup yang sangat kuat pengaruhnya bagi masyarakat
Indonesia melalui pendidikan dan media massa yang sangat intensif
menjadi salah satu penyebab bangsa Indonesia nyaris kehilangan jati
dirinya. Untuk itu dengan dipelopori oleh masyarakat Perguruan
Tinggi, bangsa Indonesia ke depan harus mengembangkan konsep yang
bertujuan menumbuhkan kembali dan memperkuat akar jiwa Pancasila
di masyarakat Indonesia.
Pancasila harus direvitalisasi untuk menemukan pola kesatuan dan
persatuan yang lebih langgeng. Apa yang dialami oleh Bangsa Indonesia
sekarang yaitu krisis kepercayaan dan rasa empati atau tepa selira dapat
dikategorikan ke dalam krisis moral yang didasari kesalahan di dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Krisis menjadikan bangsa
Indonesia kelihatan bodoh, tidak percaya diri dan mudah diperdaya
oleh bangsa lain.
Krisis moral menyebabkan konflik-konflik sosial, sehingga bangsa
Indonesia mengalami perpecahan (disintegrasi), berperilaku ganas dan
biadab. Krisis moral juga menyebabkan perilaku korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) dan dengan perilaku demikian kekayaan alam yang
indah dan melimpah ruah baik di darat maupun di laut bangsa
Indonesia tidak mampu dimanfaatkan secara maksimal. Semuanya
berlangsung karena bangsa Indonesia sudah tidak memiliki etika yang
benar.
Etika Berpancasilais | 67
terhadap berbagai lembaga dan proses masyarakat yang terdapat dalam
ideologi. Kita dapat menyimak rangkaian masalah apa yang penting
bagi setiap ideologi dan selanjutnya kita dapat menentukan dasar
tertentu untuk saling membandingkannya.
Kita tidak selalu yakin tentang mekanisme berbagai lembaga
sosialisasi beroperasi. Harus pula diakui bahwa pandangan seorang
anak tentang dunia secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga dan paling tidak oleh tahun-tahun awal
sekolahnya. Barangkali kurang jelas bagaimana lembaga-lembaga
sosialisasi lainnya mempengaruhi pandangan seorang individu tentang
kehidupan. Barangkali kita bisa menganggap bahwa pesan yang sama
yang diulang-ulang dalam lembaga-lembaga yang mengajarkan
individu untuk menghormati, seperti sistim-sistim agama dan
pendidikan, bisa melahirkan akibat yang kumulatif dan akhirnya
menjadi bagian dari sistim nilai individu. Barangkali media massa
bekerja dengan cara yang sama.
Jadi sesuai dengan uraian di atas sistim sosialisasi yang pertama kali
harus dikembangkan dan dianggap sesuai dengan kondisi bangsa
Indonesia adalah pada sistim pendidikan umum (public school), yaitu
sosialisasi implementasi ideologi Pancasila melalui sistim pendidikan
umum yang target utamanya adalah generasi muda baik murid sekolah
menengah maupun mahasiswa Perguruan Tinggi dengan metode
implementasinya terstruktur dalam kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar. Sehingga dengan demikian diharapkan proses sosialisasi ke
masyarakat yang lebih luas akan menjadi efektif. Proses sosialisasi
ideologi Pancasila dalam masyarakat dikembangkan melalui semua jalur
baik formal, non formal maupun informal dengan cara terintegrasi
sebagai kegiatan masyarakat di dalam merumuskan dalam perilaku
sebagai bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang difasilitasi oleh
pemerintah.
Etika Berpancasilais | 69
Pembukaan, Batang Tubuh yang memuat pasal-pasal dan penjelasan
UUD 1945 merupakan kesatuan yang utuh yang merupakan bagian-
bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Kedudukan UUD 1945 bukanlah hukum biasa melainkan hukum
dasar. Sebagai hukum dasar UUD 1945 merupakan sumber hukum bagi
setiap produk hukum lainnya, seperti undang-undang, peraturan
pemerintah dan peraturan lainnya serta setiap tindakan kebijakan
pemerintah haruslah berdasarkan dan bersumber pada peraturan yang
lebih tinggi.
Oleh sebab itu sebagai hukum negara yang tertinggi UUD 1945
harus diberikan sifat untuk tidak dapat diganti-ganti dengan undang-
undang dasar lain. Apabila dengan pergantian tersebut akan membawa
dampak yang fundamental sehingga sama dengan melakukan
pergantian negara. UUD 1945 tidak boleh ketinggalan dengan
perkembangan zaman. Dengan tidak mengurangi sifatnya yang kekal,
UUD 1945 dapat saja mengalami perubahan, tambahan dan
penyempurnaan demi menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perubahan dan penyempurnaan itu tidak dilakukan dengan cara
semaunya, tetapi lazim dilakukan dengan cara yang istimewa, yaitu
dengan cara yang sulit kalau dibandingkan dengan cara merubah
peraturan-peraturan lainnya.
Pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa sifat UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
1. Rumusan UUD 1945 jelas karena tertulis, merupakan hukum positif
yang mengikat Pemerintah sebagai penyelenggara negara dan setiap
warga negara.
2. UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan pokok
yang setiap saat dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan
zaman.
3. UUD 1945 merupakan tertib hukum positif yang tertinggi dengan
fungsinya sebagai alat kontrol norma-norma hukum positif yang
lebih rendah dalam tata urutan perundang-undangan yang berlaku.
UUD 1945 mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, alat mengecek
apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai ketentuan Undang-
Etika Berpancasilais | 71
hukumnya yang mandiri. Pasal-pasal yang termuat dalam UUD 1945
bukanlah sebuah dasar hukum tertinggi namun masih ada di atasnya
suatu super norma yang menjadi roh tertinggi yang fundamental utama
sumber dari segala sumber hukum yang ada.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok khaidah negara
yang fundamental yang artinya dasar-dasar pokok yang menjadi
landasan dan peraturan hukum yang tertinggi bagi hukum-hukum
lainnya termasuk hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar yang
tidak tertulis.
Pokok-pokok khaidah negara yang fundamental itu terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut :
1. Dasar-dasar pembentukan negara.
a. Tujuan negara yang menyatakan negara Indonesia mempunyai
fungsi yang sekaligus menjadi tujuan, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
b. Asas politik negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa
negara Indonesia yang berbentuk Republik dan berkedaulatan
rakyat.
c. Asas kerohanian negara, yaitu dasar falsafah negara Pancasila
yang meliputi hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonesia.
2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar negara.
Ketentuan ini dapat terlihat dalam kalimat, “maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
negara Indonesia…” Hal ini menunjukan sebab keberadaan sumber
hukum Undang-Undang Dasar negara. Khaidah fundamental suatu
negara dalam hukum, mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap
kuat dan tidak berubah dalam arti dengan jalan hukum apa pun tidak
mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung UUD 1945 memuat khaidah
negara yang fundamental maka Pembukaan UUD 1945 itu tidak dapat
dirubah secara hukum, perubahan itu berarti pembubaran negara hasil
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea Pertama
Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 berbunyi, “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh karena itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusian dan perikeadilan.” Makna yang terkandung dalam alinea
ini adalah sebagai berikut :
1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia
menghadapi masalah kemerdekaan melawan penjajah.
2. Tekad bangsa Indonesia untuk tetap berdiri di barisan yang paling
depan untuk menentang dan menghapuskan penjajahan di atas
dunia.
3. Pengungkapan suatu dalil objektif, yaitu penjajahan tidak sesuai
dengan perikemanusian dan perikeadilan, oleh karenanya harus
ditentang dan harus dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini
dapat menjalankan hak kemerdekaannya sebagai hak asasi.
4. Pengungkapan suatu dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia
sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dalil ini
meletakkan tugas kewajiban kepada bangsa/pemerintah Indonesia
untuk senantiasa melawan setiap bentuk penjajahan dan
mendukung setiap kemerdekaan suatu bangsa.
Etika Berpancasilais | 73
Alinea Kedua
Alinea kedua Pembukaan UUD 1945 berbunyi, “Dan perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur”. Alinea ini menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kepada
perjuangan bangsa Indonesia dengan adanya kesadaran yang tidak
dapat dilepaskan dari keadaan masa lalu dan langkah yang akan
ditempuh sekarang untuk menentukan keadaan yang akan datang.
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut :
1. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada
saat yang menentukan.
2. Momentum yang telah dicapai itu harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir, tetapi masih
diisi dengan usaha mewujudkan negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Hal ini merupakan cita-cita
nasional bangsa Indonesia.
Alinea Ketiga
Alinea ketiga berbunyi, “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa
dan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan.” Makna
yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut :
1. Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan bangsa kita
berkat rahmat dari Tuhan.
2. Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia untuk
hidup yang berkeseimbangan antara kehidupan material dengan
spiritual dan kehidupan dunia dengan akhirat.
3. Pengukuhan melalui proklamasi kemerdekaan sebagai suatu negara
yang berwawasan kebangsaan.
Etika Berpancasilais | 75
Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan
pengertian yang lazim, negara, penyelenggara negara dan setiap
warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas
kepentingan golongan atau pun perseorangan.
2. Pokok pikiran kedua :” Negara hendak mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat“. Ini merupakan pokok pikiran keadilan
sosial. Pokok pikiran yang hendak diwujudkan oleh negara bagi
seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Pokok pikiran ketiga : “Negara yang berkedaulatan rakyat
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.”
Oleh karena itu sistim negara yang terbentuk dalam Undang
Undang Dasar harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan/perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan
sifat masyarakat Indonesia. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan
rakyat yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Pokok pikiran keempat : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab.” Oleh
karena itu Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusian yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Ini menegaskan
pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusian yang adil
dan beradab.
Etika Berpancasilais | 77
Agar lebih jelas maka dapat dilihat pada skema gambar yang akan
disajikan berikut ini yaitu sebagai berikut :
Etika Berpancasilais | 79
Amandemen UUD 1945 perihal kedaulatan disebutkan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar sehingga tampaklah bahwa MPR RI tidak lagi menjadi
pelaksana kedaulatan rakyat. Demikian juga susunan keanggotaan MPR
RI telah mengalami perubahannya yaitu terdiri atas anggota DPR dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang seluruhnya hasil pemilu.
Perlu dijelaskan pula bahwa susunan ketatanegaran dalam
kelembagaan negara juga mengalami perubahan dengan pemisahan
kekuasaan antara lain adanya lembaga negara yang dihapuskan yaitu
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan lahir baru yaitu badan legislatif
yang terdiri atas anggota MPR, DPR dan DPD, badan eksekutif yang
terdiri atas Presiden dan Wakil Presiden, sedangkan yudikatif terdiri
atas kekuasaan kehakiman yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) dan
Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial (KY). Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) tetap ada hanya diatur tersendiri.
Tugas dan kewenangan MPR RI sesudah perubahan menurut Pasal
3 Amandemen UUD 1945 yaitu sebagai berikut :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar (impeachment).
Di samping itu tugas dan kewenangan Mahkamah Konstitusi dan
Komisi Yudisial menurut Amandemen UUD 1945 yaitu sebagai berikut :
1. Mahkamah Konstitusi
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutuskan sengketa kelembagaan negara, memutuskan
pembubaran partai politik dan perselisihan hasil pemilu.
b. Kewajibannya memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran Presiden menurut Udang-
Undang Dasar dan dapat melakukan penghentian/pemecatan
Presiden.
Etika Berpancasilais | 81
mengeluarkan Ketetapan No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum, dengan
pertimbangannya adalah sebagai berikut :
1. Referendum tidak sesuai dengan jiwa, semangat dan prinsip
perwakilan sebagaimana diamanatkan UUD 1945.
2. Perubahan UUD 1945 tidak termasuk merubah pembukaannya,
karena pembukaan itu mengandung cita-cita luhur Proklamasi dan
memuat Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu mengubah
pembukaan berarti membubarkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka, dalam menuju
Indonesia yang baru yang demokratis, UUD 1945 perlu
diamandemenkan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. UUD 1945 adalah bersifat sementara sebagaimana saat PPKI
mengesahkan UUD 1945 dalam rapatnya pada tanggal 18 Agustus
1945 di gedung Pejambon, Jakarta. Ketua PPKI, yaitu Ir. Soekarno
mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar yang disahkan rapat
adalah Undang-Undang Dasar yang bersifat sementara dan kelak
akan dibuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan
sempurna.
2. UUD 1945 menumbuhkan figur Presiden yang diktatorial. Hal ini
terlihat dalam Pasal 7 UUD 1945 yang dapat digunakan oleh
Soeharto untuk memegang jabatan Presiden selama 32 tahun.
3. Mahkamah Agung perlu dibekali hak menguji undang-undang
(judicial review) dengan kedudukan Presiden yang kuat dalam sistim
pemerintahan presidensial sehingga yang membutuhkan
perimbangan kekuasaan yang kuat pula di pihak Mahkamah
Agung.
Jika diamati UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan
dengan cara perubahan Undang-Undang Dasar, yaitu Pasal 37
menyatakan bahwa untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
harus hadir. Pasal 37 ayat 1 putusan diambil dengan pesetujuan
sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota hadir.
Etika Berpancasilais | 83
b. Keanggotaan, fungsi, hak serta cara pengisian keanggotaan DPR.
c. Wilayah negara.
d. Warga negara dan penduduk negara RI.
e. Hak asasi manusia.
f. Pertahanan keamanan negara.
g. Mengenai bendera, bahasa, lambang negara dan lagu
kebangsaan.
Adapun pasal-pasal yang diubah pada perubahan kedua adalah
Pasal 18 dan Bab VI ditambah dua pasal; Pasal 19 diubah menjadi
tiga ayat; Pasal 20 ditambah satu ayat dan Bab VII ditambah satu
pasal; Pasal 22 ditambah dua pasal; Pasal 25 ditambah satu bab dan
ditambah satu pasal yaitu Bab IX A tentang wilayah negara dan Bab
X diubah judul bab menjadi warga negara dan penduduk; Pasal 26
ayat 2 diubah dan ditambah satu ayat; Pasal 27 ditambah satu ayat;
Pasal 28 ditambah satu bab, yaitu Bab XA tentang Hak Asasi
Manusia; Bab XII judul bab diubah menjadi Pertahanan Keamanan
Negara; Pasal 30 diubah; Bab XV judul bab diubah menjadi Bendera,
Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan; Pasal 36 Bab XV
ditambah tiga pasal.
3. Perubahan ketiga yang disahkan pada tanggal 10 November 2001.
Perubahan yang ketiga meliputi antara lain :
a. Pelaksana kedaulatan.
b. Negara Indonesia adalah negara hukum.
c. Kedudukan dan kewenangan MPR.
d. Jabatan Presiden dan wakil Presiden.
e. Tata cara pemilihan Presiden dan wakil Presiden secara
langsung oleh rakyat.
f. Pemberhentian Presiden dan/atau wakil Presiden dalam masa
jabatan.
g. Pembentukan lembaga negara baru, seperti Mahkamah
Konstitusi (MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Komisi
Yudisial (KY).
h. Pengaturan tambahan untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dan
i. Pemilihan umum (Pemilu).
Etika Berpancasilais | 85
BAB VII
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYRAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Etika Berpancasilais | 87
demokratisasi kehidupan bangsa dan negara, integrasi nasional dan
humanisasi bangsa dan negara. Kedudukan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional harus memperhatikan konsep
berikut ini :
a. Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka
berpikir yang objektif rasional dalam membangun kepribadian
bangsa. Oleh karena itu perlu dikembangkan budaya ilmu
pengetahuan dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang
terjadi dalam masyarakat akibat dari pembangunan harus semakin
menempatkan nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses
pembangunan nasional tidak terlepas dari kontrol nilai-nilai
Pancasila. Oleh karena itu kemana arah pembangunan melalui
tahap-tahapnya tidak dapat dilepaskan dari usaha
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sehingga pembangunan
adalah pengamalan Pancasila.
d. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, untuk
mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi
pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konsisten antara teori dan
kenyataan dan ucapan dengan tindakan merupakan paradigma baru
dalam menjadikan Pancasila sebagai etika pembangunan nasional.
e. Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung
maksud agar nilai-nilai luhur Pancasila yang dijadikan tolak ukur
dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan maupun
dalam evaluasi.
Di samping itu pembangunan nasional harus dapat
memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
a. Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang.
b. Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjektif.
c. Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk
sektarianisme. Hal ini berarti komitmen kepada nilai kebersamaan
Etika Berpancasilais | 89
7.2. Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan
Kita sudah mengetahui perjalanan sejarah Indonesia sampai dengan
masa reformasi saat ini. Pemerintahan masa reformasi saat ini
seharusnya mampu memberikan koreksi terhadap penyimpangan
dalam mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dalam praktek
bermasyarakat dan bernegara yang dilakukan oleh masa sebelumnya.
Aktualisasi nilai Pancasila dituntut selalu mengalami pembaharuan ke
arah yang lebih baik. Hakikat pembaharuan adalah perbaikan dari
dalam dan melalui sistim yang ada.
Pembaharuan dan perubahan bukanlah hanya bersumber dari satu
sisi saja, yaitu akibat yang timbul dari dalam melainkan bisa terjadi
karena pengaruh dari luar. Terjadinya proses perubahan secara
dinamis dalam aktualisasi nilai Pancasila tidaklah semata-mata
disebabkan kemampuan dari dalam Pancasila itu sendiri, melainkan
suatu peristiwa yang terkait dengan realitas yang lain. Dinamika
aktualisasi Pancasila bersumber pada aktivitas di dalam menyerap atau
menerima dan menyingkirkan atau menolak nilai-nilai atau unsur-
unsur dari luar, yaitu berupa pengaruh dari negara asing.
Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup
masyarakat yang begitu cepat. Tidak satupun bangsa dan negara
mampu mengisolir diri dan menutup rapat dari pengaruh budaya asing.
Demikian juga terhadap masalah ideologi. Kemajuan di bidang ilmu dan
teknologi komunikasi dan transportasi ikut mendorong hubungan
antar bangsa semakin erat dan luas. Kondisi ini di satu pihak akan
menyadarkan bahwa kehidupan yang mengikat kepentingan nasional
tidak luput dari pengaruhnya dan dapat menyinggung kepentingan
bangsa lain.
Dalam konteks budaya, masalah pertemuan kebudayaan bukan
masalah memfilter atau menyaring budaya asing, tetapi mengolah dan
mengkreasi dalam interaksi dinamik sehingga tercipta sesuatu yang
baru. Jati diri bangsa, budaya politik adalah sesuatu yang harus
terus menerus dikonstruksikan karena bukan kenyataan yang apabila
ideologi-ideologi besar di dunia sekarang ini diperhatikan dengan
seksama, maka terlihat mereka bergeser secara dinamik. Para
Etika Berpancasilais | 91
BAB VIII
PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DAN
KARAKTER BANGSA
Etika Berpancasilais | 93
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu dalam waktu yang
bersamaan masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar yang terjadi,
tetapi perubahan ini berlangsung cepat atau bahkan mendadak,
perubahan itu dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut di atas yang harus
dilakukan oleh negara dan masyarakat yaitu sebagai berikut :
a. Memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Mediasi yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak
diberikan keputusan yang mengikat.
c. Negosiasi yaitu perundingan yang dilakukan secara langsung antara
para pihak dengan tujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui
dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.
d. Konsiliasi yaitu usaha untuk mempertemukan kieinginan pihak-
pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.
e. Kompromi yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang
terlibat konflik.
f. Musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak seperti warga,
tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat pemerintah setempat dan
lainnya.
g. Positive Thinking, berpikir positif terhadap masalah yang sedang
terjadi, karena setiap individu pasti memiliki alasan tertentu
melakukan suatu kesalahan itu baik disengaja maupun tidak
disengaja.
h. Mempelajari masalah. Orang tua seharusnya mencari tahu latar
belakang masalah yang dialami anak sebelum memarahinya.
i. Instrospeksi diri, anak dan orang tua seharusnya menginstrospeksi
diri sebelum melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan
masalah.
Etika Berpancasilais | 95
kita bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan
identitas. Masalah integrasi nasioanal di Indonesia sangat kompleks.
Untuk mewujudkannya diperlukan, keadilan dan kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku,
agama dan bahasa.
Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan dan persatuan
bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina
stabilitas politik. Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan
strategi yang diinginkan. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh,
Ambon, Kalimantan Barat dan Papua, hal ini mencerminkan belum
terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan.
Paham nasionalisme di Indonesia yang disampaikan oleh Soekarno,
bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit, tiruan dari barat atau
berwatak chauvinism. Nasionalisme yang dikembangkan Soekarno
bersifat toleran, bercorak ketimuran dan agresif sebagaimana
nasionalisme yang dikembangkan di Eropa. Selain mengungkapkan
keyakinan watak nasionalisme yang penuh nilai-nilai kemanusian, juga
meyakinkan pihak-pihak yang berseberangan pandangan bahwa
kelompok nasional dapat bekerjasama dengan kelompok manapun.
Etika Berpancasilais | 97
karena setiap negara memiliki kepentingan, keinginan serta kemauan
yang berbeda-beda yang dilandasi oleh suatu sistim atau cara
memperjuangkan kepentingan tersebut dengan cara yang berbeda-beda
pula, sehingga tidak jarang menimbulkan konflik kepentingan antar
negara.
Penggunaan kekerasan dalam hubungan internasional sudah
dilarang dan oleh karena itu sengketa-sengketa Internasional harus
diselesaikan secara damai. Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa
telah menerima deklarasi untuk meminta semua negara menyelesaikan
sengketa mereka dengan cara damai agar perdamaian, keamanan
internasional dan keadilan tidak sampai terganggu. Pasal 2 ayat 4
Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa melarang negara anggota
menggunakan kekerasan dalam hubungannnya satu sama lain.
Berdasarkan Deklarasi Manila 1982 mengenai penyelesaian sengketa
internasional secara damai menyatakan sebagai berikut :
Prinsip bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasan yang
bersifat mengancam integritas teritorial atau kebebasan politik suatu
negara atau menggunakan cara-cara lainnya yang tidak sesuai
dengan tujuan Perserikatan Bangsa Bangsa.
Prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar negeri
suatu negara.
Prinsip persamaan hak dan menentukan nasib sendiri bagi setiap
bangsa.
Prinsip persamaan kedaulatan negara.
Prinsip hokum internasional mengenai kemerdekaan, kedaulatan
integritas teritorial suatu negara.
Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional.
Etika Berpancasilais | 99
Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang
sedang dilanda oleh arus kritis dan diintegrasi, maka Pancasila tidak
terhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme serta pelecehan
terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara atau pun manifestasi
identitas nasional. Namun demikian perlu segera disadari, tanpa suatu
“platform” dalam format dasar negara atau ideologi, maka mustahil
suatu bangsa akan dapat survive menghadapi berbagai tantangan dan
ancaman yang menyertai derasnya arus globalisasi yang melanda ke
seluruh dunia.
Pemilihan Umum Pada Masa Orde Baru (1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
1997)
Pada masa demokrasi terpimpin Indonesia tidak melaksanakan
pemilu, barulah pada masa demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru
tahun 1971, dilaksanakan kembali pemilu dengan peserta 10 Organisasi
Sosial Politik. Golkar mendapat mayoritas mutlak. Sistim pemilu yang
digunakan adalah sistim proporsional dengan stelsel daftar (perwakilan
berimbang dengan stelsel daftar). Pada pemilu Orde Baru tidak semua
anggota DPR dipilih, sebagian diangkat dari ABRI dan non ABRI.
Namun setelah asas tunggal Pancasila diterapkan, hanya yang dari
golongan ABRI yang diangkat, yaitu 1/5 dari jumlah anggota DPR.
Pemilu pada masa Orde Baru berjalan tidak kompetitif, karena
pemerintah berkeinginan stabilitas politik dengan dukungan mayoritas
A. BUKU
Manan, Bagir. DPR, DPD dan MPR Dalam UUD 1945 Baru. (UII Press.
Yogyakarta).
Muhammad Amin, Maswardi. Moral Pancasila Jati Diri Bangsa Aktualisasi
Ucapan dan Perilaku Bermoral Pancasila. (Yogyakarta : Calpulis, 2015).
Kusnardi, M dan Bintan Saragih. Ilmu Negara. (Jakarta : Gaya Media
Pratama).
Roza, Prima et al. Memahami dan Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi dan
Dasar Negara. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2015).
Suryana, Effendi dan Kaswan. Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa
Panduan Kuliah Di Perguruan Tinggi. (Bandung : Refika Aditama,
2015).
Syarbaini, Syahrial. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2015).
Setijo, Pandji. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.
(Jakarta : Gramedia Widiasarana, 2011).
B. MODUL DIKTI
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasioanal, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonsia. “Materi Ajar Mata
Kuliah Pendidikan Pancasila”. 2013
D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
___, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya.
___, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 20 Tahun 2003,
TLN No 4301, LN No. 78 Tahun 2003.
___,Undang-Undang Pendidikan Tinggi, UU No, 12 Tahun 2012, LN No.
158 Tahun 2012.