Kompetensi Minimum
Kompetensi Minimum
Minimum
By
iii
iv
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan
program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan
hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-
mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi
tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM),
Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar
2. Survei karakter yang mengukur sikap, nlai, keyakinan, dan kebiasaaan yang
mencerminkan karakter siswa
3. Survei lingkungan belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun tingkat sekolah.
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan
terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai gelisah
terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk menghindari hal
itu, pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus
disebarluaskan
5
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya
untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang untuk
menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada
gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
6
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
7
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
8
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti yang
telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk
mengevaluasi mutu sistem pendidikan di IndIsia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk
mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu.
AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama,
dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan.
Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah pertama dan atas saja.
Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan sebagaimana
Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini
dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan mutu
pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui
capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei
dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah. Berbanding
terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana semua siswa di seluruh
IndIsia wajib mengikutinya.
Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan
ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
Salah satu kompIn hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah literasi
membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan individu untuk dapat
hidup secara produktif di masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang
memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi
kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM
memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer. AN
menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT). MSAT ialah
metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai
level kompetensinya.
9
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak
digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi
hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen
Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan
memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa
perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel
yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari
Asesmen Nasional.
10
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI?
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru
dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala
sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di
setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan
berfungsi sebagai ujian kesetaraan.
11
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.
Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik
lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII
dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 36 butir
soal untuk mengukur kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu
dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan
mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi
kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.
12
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
13
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
14
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
15
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
16
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 2, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan
dan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Siswa akan mengenal bangun geometri dan
pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan
serta relasi dan fungsi bilangan. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap
melalui link berikut.
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 4, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan
dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun
desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan
mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan
proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan representasinya serta
ketidakpastian dan peluang. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap
melalui link berikut.
Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 6, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan
dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun
desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan
mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan
proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan representasinya. Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.
17
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat
penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa
dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap
kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini.
18
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi
siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang
dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai
konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran.
19
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
20
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan
mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak
dengan cepat” berdasarkan informasi baru.
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas
sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak
lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.
Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan
kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan
penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya.
21
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
22
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
23
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti
telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian
belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil
laporan Asesmen Kompetensi Minimum.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata
pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan
definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan
pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid
hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi
bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan
khusus.
Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak
memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam
bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun
belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid,
mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi.
Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi
dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun
beragam strategi pemanfaatan koperasi.
Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak dan Ibu
bagaimana praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi. Selain itu contoh berikut ini juga
memberikan gambaran bagaimana literasi dan numerasi terintegrasi dalam pembelajaran
24
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
25
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
26
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
27
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa
keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan pengalaman belajar
murid yang berkualitas?
28
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran
apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi
mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan utama
bukan lah menentukan nilai murid.
Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran
yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara
asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat asesmen,
kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat
melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.
Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:
29
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan
pembelajaran yang optimal.
Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca
laporan Asesmen Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas
pembelajaran.
Hal yang perlu diketahui ialah bahwa uji coba AKM ini bukan sekedar memberikan latihan
ujian pada siswa.Tidak hanya sekedar menjawab soal, AKM melatih siswa memahami instruksi
dalam setiap pertanyaan serta menentukan pilihan jawaban yang tepat. Setelah selesai menjawab
soal AKM, siswa dapat melihat dan mengunduh hasil pengerjaannya secara langsung. Hasil
jawaban dapat disandingkan dengan kunci jawaban sehingga guru dan siswa dapat saling
berefleksi dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan kebutuhan belajar.
30
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
31
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
32
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
33
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
34
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
35
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum
Bibliography
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/tingkat-sd-modul-belajar-literasi-
numerisasi/
https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/
https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/akm?j=2&l=1
https://gurubelajardanberbagi.kemdikbud.go.id/seri-asesmen-kompetensi-minimum
36