Anda di halaman 1dari 36

Asesmen Kompetensi

Minimum

Ringkasan Asesmen Kompetensi Minimum untuk


Tingkat SD

By

Arif Riska Nurcahyo


ii
Table of Contents
Table of Contents ............................................................................................................... iii
BAB I: Pengenalan Asesmen Nasional............................................................................... 5
Chapter One: Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional ........................................... 6
Chapter Two: Evaluasi Ujian Nasional................................................................... 7
Chapter Three: Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional ........ 8
PART II: Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional ............................................................ 10
Chapter One: Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional ......................................... 10
Bagian II: Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional ........................................ 11
BAB III: Asesmen Literasi membaca Tingkat SD. .......................................................... 13
Bagian I: Konsep Literasi Membaca..................................................................... 13
Bagian II: Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Literasi Membaca .......... 13
Bagian III: Menganalisis Tahap Asesmen Literasi Membaca Tingkat SD........... 14
BAB IV: Asesmen Numerasi Tingkat SD ........................................................................ 15
Bagian I: Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi ......................... 15
Bagian II: Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SD ......................... 17
BAB V: Tindak Lanjut laporan Hasil Asesmen kompetensi Minimum ........................... 18
Bagian I: Mengidentifikasi 4 kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi ............. 18
Bagian II: Menjelaskan Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan
Berbasis Konten ................................................................................................................ 19
Bagian III: Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk Tindak Lanjut
Pembelajaran ..................................................................................................................... 20
Bagian IV: Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan hasil laporan
Asesmen kompetensi Minimum ....................................................................................... 24
Bagian V: Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi pada Mata
Pelajaran ............................................................................................................................ 24
Bagian VI: Kurikulum, ASesmen, dan Pembelajaran (Segitiga Belajar) ............. 28
BAB VI: Panduan Mengikuti Ayo Coba AKM!............................................................... 30
Bibliography ..................................................................................................................... 36

iii
iv
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

BAB I: Pengenalan Asesmen Nasional

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan
program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan
hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-
mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi
tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM),
Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar

1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar


literasi membaca dan numerasi siswa.

2. Survei karakter yang mengukur sikap, nlai, keyakinan, dan kebiasaaan yang
mencerminkan karakter siswa

3. Survei lingkungan belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun tingkat sekolah.
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan
terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai gelisah
terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk menghindari hal
itu, pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus
disebarluaskan

5
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Chapter One: Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional

Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya
untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang untuk
menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada
gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan


mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem
pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di
satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar
kelompok berdasarkan atribut tertentu).

2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi


tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa

3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah


sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan
dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya
pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat,
bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen
Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen
Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah

6
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Chapter Two: Evaluasi Ujian Nasional


Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang dilakukan
terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian Nasional memnjadi lebih
berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang berorientasi pada
ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan sebagai perbaikan mutu Pendidikan sendiri
seringkaliterabaikan. Selain itu, beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi peritmbangan
untuk mengentikan pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen
Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input
dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan
tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta
kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013.
Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep
melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan
dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN saja
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada
subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke
arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di
dalamnya kemampuan bernalar
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment
of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai sebagai assessment for learning, yang
mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan
belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah
untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di IndIsia. Dan dari ketiga poin tersebut, maka
sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah pemahaman
mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan
strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi
direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis
ujian

7
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Chapter Three: Membandingkan Asesmen Nasional dengan


Ujian Nasional
Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul terkait dengan penghapusan Ujian Nasional
dan pemberlakuan Asesmen Nasional antara lain apakah Asesmen Nasional adalah pengganti
Ujian Nasional. Timbul pula kekhawatiran mengenai persiapan siswa, guru dan sekolah
menghadapi Asesmen Nasional.

8
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:

Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti yang
telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk
mengevaluasi mutu sistem pendidikan di IndIsia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk
mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu.
AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama,
dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan.
Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah pertama dan atas saja.
Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan sebagaimana
Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini
dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan mutu
pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui
capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei
dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah. Berbanding
terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana semua siswa di seluruh
IndIsia wajib mengikutinya.
Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan
ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
Salah satu kompIn hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah literasi
membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan individu untuk dapat
hidup secara produktif di masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang
memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi
kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM
memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer. AN
menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT). MSAT ialah
metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai
level kompetensinya.

9
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

PART II: Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional


Pada topik sebelumnya, telah dibahas tentang perbedaan AN dan UN, sekarang mari
mengidentifikasi dimana letak perbedaanya. Apakah perbedaannya ada di dalam teknis
penyelenggaraan atau dalam pelaksanaannya? Mari, kita mencermati dan menyimak infografis ini.

Chapter One: Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional


Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah
di IndIsia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan,
Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih
secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh
seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program
kesetaraan

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa?

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak
digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi
hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen
Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan
memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa
perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel
yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari
Asesmen Nasional.

10
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI?

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran.


Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen
Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah
tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses
pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses
pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil
belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.

Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru
dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala
sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di
setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan
berfungsi sebagai ujian kesetaraan.

Bagian II: Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional


Anda akan mempelajari secara khusus, bagaimana butir-butir soal yang akan diberikan
dalam Asesmen Nasional, khususnya Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). AKM merupakan
bagian dari Asesmen Nasional yang mencakup asesmen kompetensi mendasar, yaitu literasi
membaca dan asesmen kompetensi numerasi.

11
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.

Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik
lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII
dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 36 butir
soal untuk mengukur kompetensi numerasi.

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu
dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan
mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi
kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.

12
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

BAB III: Asesmen Literasi membaca Tingkat SD.

Bagian I: Konsep Literasi Membaca


Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi
dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen Literasi
membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang dimaksud dengan literasi
membaca dan menulis.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis,
mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan
menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta
untuk berBABisipasi di lingkungan sosial.
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih
dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis, perlu
dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan
konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang terus
berkembang memungkinkan siswa untuk dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.

Bagian II: Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Literasi


Membaca
Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi mendasar yang
diperlukan oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berBABisipasi
positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi
membaca dan numerasi..
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini
dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses
kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan
masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi,
interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan konteks menunjukkan aspek
kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga,
yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik

13
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Bagian III: Menganalisis Tahap Asesmen Literasi Membaca


Tingkat SD
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 1 dan 2, siswa akan menemukan informasi dengan
cara mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa akan memahami teks secara
literal, kemudian menyusun inferensi, membuat kIksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks
jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan merefleksi dengan menilai format penyajian dalam teks.
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 3 dan 4, sama seperti level pembelajaran 1 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 3 dan
4 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan mengevaluasi menilai
format penyajian dalam teks, selain itu siswa juga merefleksi isi wacana untuk pengambilan
keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi.
Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 5 dan 6, sama seperti level pembelajaran 2 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 5 dan
6 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya

14
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

BAB IV: Asesmen Numerasi Tingkat SD


Numerasi merupakan suatu kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
perilaku, dan disposisi yang dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika dalam cakupan
dan situasi yang lebih luas. Numerasi menuntut siswa untuk mengenali dan memahami peran
matematika di dunia, memiliki disposisi dan kapasitas untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilan matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
Secara umum kompetensi numerasi ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bernalar,
mengambil keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah. Kemampuan ini dalam penerapannya
terkait dengan mata pelajaran lain yang siswa pelajari.

Bagian I: Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi


Asesmen Numerasi yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan
diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik
atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses
kognitif..
Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Bilangan, Pengukuran
dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar. Kemudian, tingkat proses kognitif
menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah
atau soal. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran.
Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan.
Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik

15
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

16
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Bagian II: Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SD


Asesmen Numerasi yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan
diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik
atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses
kognitif..
Pada jenjang SD/MI terdapat 3 level pembelajaran. Pada level 1 terdapat 3 konten yang
dipelajari yakni, bilangan, geometri dan pengukuran serta aljabar. Sedangkan pada level 2-3
terdapat 4 konten yakni, bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar, dan data dan ketidak pastian.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 2, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan
dan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Siswa akan mengenal bangun geometri dan
pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan
serta relasi dan fungsi bilangan. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap
melalui link berikut.

Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 4, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan
dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun
desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan
mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan
proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan representasinya serta
ketidakpastian dan peluang. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap
melalui link berikut.

Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 6, siswa akan belajar merepresentasi, mengurutkan
dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun
desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan
mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan
proporsi. Pada level ini siswa juga akan mempelajari data dengan representasinya. Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.

17
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

BAB V: Tindak Lanjut laporan Hasil Asesmen kompetensi


Minimum
Pada topik-topik sebelumnya Anda telah memahami mengenai konsep Asesmen Nasional,
teknis pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta memahami contoh-contoh butir soal
AKM literasi membaca dan numerasi. Sekarang Anda akan menggali pemahaman mengenai apa
yang terjadi setelah Asesmen Kompetensi Minimum dilaksanakan.

Bagian I: Mengidentifikasi 4 kategori Tingkat Penguasaan


Kompetensi
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap
Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang
untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi
membaca dan numerasi.

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat
penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa
dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap
kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini.

18
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi
siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang
dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai
konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran.

Bagian II: Menjelaskan Perbedaan Pembelajaran Berbasis


Kompetensi dengan Berbasis Konten
Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi
dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan
tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan,
maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang
berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi.

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik,


misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan
keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.

Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan


pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran.
Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat

19
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran


sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu
melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran
berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan
penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk
menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran
semata.

Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa


dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar
belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya.
Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk
mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan
hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa.

Bagian III: Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk


Tindak Lanjut Pembelajaran
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi
setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan
menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan
mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada

20
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan
mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak
dengan cepat” berdasarkan informasi baru.

Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas
sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak
lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.

Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan
kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan
penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya.

21
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

22
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

23
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Bagian IV: Merekomendasikan Strategi Pembelajaran


Berdasarkan hasil laporan Asesmen kompetensi Minimum

Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti
telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian
belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil
laporan Asesmen Kompetensi Minimum.

Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata
pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan
definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan
pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:

Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid
hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi
bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan
khusus.
Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak
memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam
bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun
belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid,
mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi.
Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi
dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun
beragam strategi pemanfaatan koperasi.

Bagian V: Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi


pada Mata Pelajaran

Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak dan Ibu
bagaimana praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi. Selain itu contoh berikut ini juga
memberikan gambaran bagaimana literasi dan numerasi terintegrasi dalam pembelajaran

24
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

25
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

26
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

27
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Bagian VI: Kurikulum, ASesmen, dan Pembelajaran (Segitiga


Belajar)

Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa
keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan pengalaman belajar
murid yang berkualitas?

28
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran
apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi
mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan utama
bukan lah menentukan nilai murid.

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran
yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara
asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat asesmen,
kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat
melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan menggunakan


cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada tantangan
dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik pembelajaran.

Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas


berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk mencapai sasaran
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi dari asesmen

29
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan
pembelajaran yang optimal.

Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang


terkait pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis:
asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif: asesmen sepanjang
proses belajar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif:
asesmen di akhir untuk menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.

Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca
laporan Asesmen Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas
pembelajaran.

BAB VI: Panduan Mengikuti Ayo Coba AKM!

Hal yang perlu diketahui ialah bahwa uji coba AKM ini bukan sekedar memberikan latihan
ujian pada siswa.Tidak hanya sekedar menjawab soal, AKM melatih siswa memahami instruksi
dalam setiap pertanyaan serta menentukan pilihan jawaban yang tepat. Setelah selesai menjawab
soal AKM, siswa dapat melihat dan mengunduh hasil pengerjaannya secara langsung. Hasil
jawaban dapat disandingkan dengan kunci jawaban sehingga guru dan siswa dapat saling
berefleksi dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan kebutuhan belajar.

30
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

31
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

32
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

33
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

34
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

35
Nurcahyo/Asesmen Kompetensi Minimum

Bibliography
https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/tingkat-sd-modul-belajar-literasi-
numerisasi/
https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/
https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/akm?j=2&l=1
https://gurubelajardanberbagi.kemdikbud.go.id/seri-asesmen-kompetensi-minimum

36

Anda mungkin juga menyukai