Anda di halaman 1dari 10

BAB X

ANALISIS KATION
A. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi kation-kation golongan I, II, III, IV, dan V serta uji penegasan dengan
menggunakan beberapa pereaksi yang spesifik.
2. Mengetahui dan memahami analisis kation serta karakteristik satu sampel.

B. Teori Dasar
Senyawa-senyawa di alam dapat mengalami suatu proses kimia seperti proses ionisasi
sehingga senyawa-senyawa di alam dapat mengalami ionisasi menjadi kation.Suatu jenis
kation sangat sulit dibedakan secara langsung tanpa suatu proses analisis.Secara garis
besarnya analisis suatu senyawa kimia dapat dibedakan atas dua macam , yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif.
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-komponen
suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan langkah
estimasinya adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan penetapan berapa
banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam satu sampel. Berdasarkan hal tersebut maka
percobaan dilakukan identifikasi kation dan anion ini. Analisis kuantitatif biasanya digunakan
dalam identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji spesifik.
Identifikasi kation banyak dilakukan terutama terhadap sampel yang berupa bahan
garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi danlain-lain. Dengan uji
ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu yang terlalu
lama.
Reaksi identifikasi adalah suatu cara untuk mengenal ion-ion, baik kation maupun anion
dalam larutan dengan menggunakan pereaksi-peraksi tertentu. Setiap ion akan memberikan
hasil reaksi tertentu yang dapat membedakan dengan ion-ion yang lain.
Dengan adanya pemisahan suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang
tercampur. Selain itu juga dapat digunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat seperti
Hg dan Pb. Identifikasi anion dan kation banyak dilakukan mengungat keduanya merupakan
bagian bahan obat, bahan baku dan sediaan obat. Namun keduanya dapat juga sebagai
pencemar yang perlu diketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi bila membahayakan.
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif.Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik
kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap
beberapa reagensia.Dengan memakai apa yang disebut regensia golongan secara
sistematik,dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation ,dan dapat juga
memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan yang
dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
ammonium sulfida, dan ammonium karbonat.Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu
kation bereaksi dengan reagensia- reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak.Jadi
boleh kita katakan ,bahwa klasifikasi kation yang paling umum , didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida,sulfida,dan karbonat dari kation tersebut (Svehla G,1985).
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut
(Mulyono HAM, 2005) :
Golongan I Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer.Ion-
ion ini adalah timbal,merkurium(I) (raksa), dan perak.
Golongan II Kation golongan tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.Ion-ion golongan ini
adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik,(III), aresenik (V), stibium (III),
stibium (V),timah(II)dan timah(III) (IV).Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan
IIA dan keenam yang terakhir, sub golongan IIB.Sementara sulfida dari kation dalam
golongan IIA tidak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan
IIB justru yang dapat larut.Golongan III Kation golonganini tak bereaksi dengan asam klorida
encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.Namun, kation ini
membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal.Kation-
kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel (II),besi(II), besi(III), kromium (III), aluminium,
zink dan mangan (II). Golongan IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia
golongan I,II,III.Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.Kation-kation golongan ini
adalah : kalsium, strontium, dan barium. Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak
bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan kation yang terakhir,
yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.Untuk
membedakan antara ion yang satu dengan ion yang lain sering digunakan uji nyala. Reaksi
identifikasi yang sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik golongan tertentu. Reaksi
golongan untuk kation golongan II adalah H2S yang hasilnya adalah endapan-endapan dalam
berbagai warna.
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun PbCl2 sedikit larut
dalam air, karena itu timbale tidak pernah mengendap sempurna bila ditambahkan HCl encer
kepda suatu cuplikan, ion timbale yang tersisa itu di endapkan secara kuantitatif dengan H2S
dalam suasana asam bersama-sama kation golongan IV (Mulyono HAM, 2005).
Kation golongan II diatas dua subgolongan yaitu subgolongan tembaga dan sub
golongan arsenik. Subgolongan tembaga terdiri dari Hydrargium (II), Plumbum (II), Bismut
(III), Cuprun (II), dan Codmium (II). Subgolongan arsenik terdiri dari arsen (III), stibium (II),
stibium (V), starnum (II), dan starnum (IV) (Svehla G, 1985).
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation golongan III menurut vogel
adalah larutan hydrogen sulfida dengan adanya ammonia dan ammonium klorida atau laruta
ammonium sulfida (Svehla G, 1985).
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia
tertentu dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan bahwa, klasifikasi
kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan larutan dari klorida, sulfida, dan karbonat
dari kation tersebut .Reaksi golongan II yaitu membentuk endapan. Endapan dengan berbagai
warna seperti Fe2S2 (hitam), Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (hitam), CoS (hitam), MnS
(merah jambu), dan ZnS (putih) (Svehla G, 1985).
Logam-logam pada golongan III ini tidak diendapkan oleh reagensia golongan untuk
kation golongan I dan II, tetapi semuanya diendapkan dengan adanya ammonium klorida, dan
hydrogen sulfide dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan ammonia. Logam-
logam ini diendapakan dengan silfide kecuali alumunium dan kromium yang diendapkan
sebagai hidroksida karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air. Besi,
alumunium dan krom (sering disertai mangan) juga diendapkan sebagai hidrokdsida aleh
larutan ammonia dengan adanya ammonium klorida. Sedangkan logam-logam dari kation
golongan ini tetap berada dalam larutan dan dapat diendapkan sebagai sulfida oleh hydrogen
sulfida. Maka golongan ini biasanya dibagi menjadi golongan besi, meliputi besi, alumunium,
atau kromium sering disebut golongan III A dan dolongan Zink meliputi nikel, kobalt,
mangan dan seng atau disebut golongan III B (Svehla G, 1985).
Kation golongan IV, meliputi barium, stronsium, dan kalsium. Reagensia yang dipakai
untuk klasifikasi kation golongan IV adalah (NH4)2CO3, yang nantinya akan menghasilkan
endapan putih (Mulyono HAM, 2005).
Kation golongan V sering disebut sebagai golongan sisa sehingga tak ada regensia
umum untuk golongan V. Kation-kation golongan V tidak bereaksi dengan HCl, H2S,
(NH4)2CO3. Reaksi-reaksi atau uji-ujinya ia dapat dipakai untuk mengidentifikasi ion-ion ini.
Adapun kation yang termasuk golongan V adalah magnesium, kalium, natrium, dan ion
ammonium (Svehla G, 1985).
Dalam contoh campuran ditunjukan kesulitan untuk menentukan dengan pasti kation-
kation apa saja yang terdapat dalam campuran. Disebutkan bahwa pereaksi spesifik dapat
dipakai untuk tujuan itu dengan melakukan reaksi untuk ion perion. Cara lain untuk analisa
campuran adalah dengan reaksi selektif (Mulyono HAM, 2005).

C. Tinjauan Bahan
1. Air suling (FI III, 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18.02
Pemerian : Cairan jernih tidak berwrana ; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat pelarut atau pengencer.
2. HCl (FI III, 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap; bau merangsang, jika
diencerkan dengan 2 bagian air asap dan bau hilang.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik.
3. Thioasetamida (FI III, 1979 : 722)
Nama resmi : THIOASETAMIDA
Nama lain : Thioasetamida
RM / BM : CH3.C15NH2
Pemerian : Serbuk hablur putih
Kelarutan : larut dalam air dan dalam etanol 95 % P, praktis tidak larut dalam
benzene P
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
4. Natrium hidroksida (FI III, 1979 : 412)
Nama resmi : NATRII HYDROHYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
RM / BM : NaOH / 40.00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering keras,
rapuh dan menujukan susunan hablur ; putih mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif, segera menyerap Karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
5. Ammonia (FI III 1979 : 86)
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Amonia
RM / BM : NH4OH / 35.05
Pemerian : Cairan jernih tidak bewarna ; bau khas, menusuk kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ; ditempat sejuk.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.

D. Prosedur kerja (Anonim 2011)


1. Ambil sampel yang akan diuji
2. Lakukan uji pendahuluan pada sampel dengan uji organoleptik dan uji kelarutan
3. Lakukan uji selanjutnya dengan menggunakan beberapa pereaksi selektif, seperti HCl
encer.
4. Amati perubahannya, jika terbentuk endapan putih, lanjutkankan pengujian dengan
mereaksikan sampel menggunakan pereaksi golongan I.
5. Jika tidak terbentuk endapan putih,berarti sampel tidak termasuk golongan I dan lanjutkan
dengan menambahakn pereaksi H2S.Jika terbentuk endapan kuning atau hitam,lanjutkan
pengujian dengan menggunakan pereaksi golongan II.
6. Jika masih belum terbentuk endapan,berarti sampel bukan golongan II,lanjutkan
pengujian dengan larutan yang baru yaitu HCl encer ditambahkan dengan (NH4)2S
7. Jika terbentuk endapan hijau atau coklat kemerahan,lanjutkan dengan menambahkan
pereaks spesifik dari golongan III
8. Jika tidak terbentuk endapan,berarti sampel bukn golongan III,selanjutnya buat kembali
sampel yang telah uji dengan menambahkan (NH4)2CO3.Apabila terbentuk
endapan,maka lanjutkan pengujin dengan pereaksi spesifik golongan IV
9. Apabila tidak terbentuk endapan,berati sampel bukan golongan IV,maka termasuk
golongan V,dan dilanjutkan dengn peraki spesifik pada golongan V

E. Alat dan Bahan


a. Alat Praktikum
1. Botol semprot
2. Bunsen
3. Gegep
4. Pipet tetes
5. Rak tabung
6. Sendok tanduk
7. Tabung reaksi
b. Bahan Praktikum
1. Aquades
2. Sampel XX
3. Larutan HCL 2 N
4. Larutan NaOH 2 N
5. Larutan NH4OH
6. Larutan Thioasetamid
7. Tissue roll.

F. Cara Kerja
1. Pemeriksaan pendahuluan
a) Uji warna
Dilihat warna zat sampel XX yang akan diperiksa.
b) Uji bau
Dibaui zat sampel XX yang akan diperiksa.
c) Bentuk sampel.
Diamati bentuk sampel XX yang akan diperiksa.
2. Pemeriksaan golongan
Dilarutkan sampel XX dalam air suling. Kemudian ditambahkan HCl, Thiosetamid
dalam suasana asam, NH4OH dalam suasana basa untuk membedakan golongan.
3. Uji penegasan
Ditetesi beberapa tetes larutan NaOH 2 N ke dalam tabung reaksi (1) yang berisi
sampel XX. Dicatat perubahan yang terjadi. Kemudian ditetesi beberapa tetes larutan
NH4OH ke dalam tabung reaksi (2) yang berisi sampe XXl. Dicatat perubahan yang
terjadi.

G. Gambaran Hasil Pengamatan


Tabel hasil pengamatan
a) Pemeriksaan Pendahuluan
No Uji Pendahuluan Pengamatan
1. Bentuk serbuk
2. Warna putih
3. Kelarutan larut dalam air
4. Bau berbau
b) Uji Golongan dan Penegasan
Pereaksi Pengamatan
No Sampel
UJI GOLONGAN
HCl 2N bening larut
1.
+ berlebih Tetap
XX
Thiosetamid bening larut
2.
Dipanaskan Tetap
UJI PENEGASAN
NaOH 2N Endapan putih
1. + berlebih Cokat
Tetap
XX
NH4OH Endapan putih
2. + berlebih Coklat
Tetap

KATION GOLONGAN II
➢ SAMPEL B
- Diambil 10mL dengan gelas ukur
- Ditempatkan dalam gelas kimia
- Diuapkan hingga volume yang tersisa tinggal setengah dari volume awal
- Ditambahkan aquades hingga volume 10mL
- Ditambahkan HCL tetes demi tetes
- Diamati apakah terbentuk endapan (X)
➢ Endapan X
- Dilakukan pemisahan berdasarkan skema penggolongan kation I
➢ Larutan X
- Ditambahkan larutan Na2S sampai tidak terbentuk endapan lagi
- Disaring dan dicuci dengan 5mL air
- Dilakukan pemisahan golongan IIA dan IIB
- Dicatat warna endapan yang terbentuk (Y)
➢ Endapan Y
- Diambil sedikit dan dimasukkan tabung reaksi
- Ditambahkan (NH4)2Sx
- Diamati endapan apakah bisa larut dalam amonium polisulfida
- Jika endapan larut, dimasukkan gelas beaker dan ditambahkan (NH4)2Sx berlebih
hingga larut (Z)
➢ Endapan Z
- Dicuci dengan 1mL amonium sulfida encer dan 1mL NH4NO3 2%
- Dipindahkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan 10-15mL HNO3 6M
- Dipanaskan selama 10 menit
- Disaring (O)
➢ Filtrat O
- Ditambahkan 1mL H2SO4 encer tetes demi tetes (P)
➢ Filtrat P
- Diambil sedikit dalam beberapa tabung reaksi
- Tabung pertama ditambahkan asam sulfida (H2S)
- Tabung kedua ditambahkan NaOH
- Tabung ketiga ditambahkan KI
- Diamati dan dicatat hasilnya

A. Gambaran Pengamatan
Sampel Perlakuan Respon
Sampel B Dipanaskan • Larutan tetap berwarna biru
• Volume berkurang sekitar setengahnya
Ditambahkan Aquades • Larutan tetap berwarna biru
• Volume bertambah menjadi 10mL
Ditambahkan HCL 2M (3 • Tidak terbentuk endapan
tetes)
Larutan X Ditambahkan Na2S (15 tetes) • Terbentuk endapan berwarna hitam
Disaring dan dicuci dengan • Filtrat bewarna biru
5mL air • Residu (endapan) berwarna hitam
Dicatat warna endapan yang • Endapan berwarna hitam
terbentuk
Endapan Y Ditambahkan (NH4)2Sx • Warna larutan berubah menjadi kuning
Diamati larut atau tidak • Sedikit endapan larut
Disaring • Filtrat berwarna kuning
• Redisu (endapan) berwarna hitam
Endapan Z Ditambahkan 10-15mL HNO3 • Tidak terjadi perubahan
6M
Dipanaskan selama 10 menit • Sebagian endapan larut
Disaring • Filtrat berwarna biru muda
• Residu (endapan) berwarna hitam
Filtrat O Ditambahkan H2SO4 encer • Tidak terdapat endapan putih
Filtrat P Ditambahkan H2S pada tabung • Terbentuk endapan berwarna hitam
1
Ditambahkan NaOH pada • Tabung reaksi terasa hangat
tabung 2 • Tidak terbentuk endapan, tetapi setelah
beberapa saat di diamkan terbentuk sedikit
endapan putih.
Ditambahkan KI pada tabung 3 • Larutan berubah warna menjadi coklat
kekuningan.

Anda mungkin juga menyukai