Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Volume Titrasi
Volume (ml) NaOH untuk
Volume (ml) NaOH untuk
Konsentrasi titrasi CH3COOH sisa
titrasi CH3COOH awal
sampel ekstraksi
CH3COOH Rata- Rata-
I II I II
rata rata
1,15 N 0,6 ml 0,7 ml 0,65 ml 0,4 ml 0,4 ml 0,4 ml
2,4 N 1 ml 1 ml 1 ml 0,7 ml 0,6 ml 0,65 ml

4.2 Pembahasan
Pada percobaan distribusi zat terlarut terhadap dua pelarut yang tidak
bercampur ini menggunakan dua konsentrasi CH3COOH yaitu 1, 15 N dan 2,4 N.
Dua pelarut yang digunakan adalah CH3COOH dan CHCl3, sedangkan asam asetat
pada percobaan ini berperan sebagai zat terlarut.
Percobaan pertama untuk mengetahui konsentrasi awal dari CH 3COOH
sesungguhnya. Larutan CH3COOH 1,15 N dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan
ke kedalam erlenmeyer. Diteteskan dua tetes indikator PP lalu setelah itu dititrasi
dengan menggunakan NaOH 1 N. Pada saat titrasi dilakukan terjadi perubahan warna
larutan dari bening menjadi merah muda yang merupakan tanda tercapainya titik
ekivalen. Langkah-langkah yang sama dilakukan juga untuk CH 3COOH dengan
konsentrasi 2,4 N.
Volume NaOH untuk titrasi CH3COOH awal dengan konsentrasi CH3COOH
1,15 N didapatkan sebesar 0,6 ml, pada pengulangan 0,7 ml dan rata-ratanya 0,65 ml.
Volume titrasi konsentrasi CH3COOH 2,4 N sebesar
1 ml, pada pengulangan 1 ml dan rata-ratanya 1 ml. Pada 20 ml larutan CH3COOH

32
33

1,15 N dicampurkan dengan 20 ml larutan kloroform di dalam corong pemisah lalu


dikocok selama 20 menit dan didiamkan selama 10 menit.
Fungsi pengocokan di sini untuk memperbesar luas permukaan untuk
membantu proses distribusi asam asetat pada kedua fasa. Setelah tercapai
kesetimbangan pada corong pemisah. Kemudian pada saat tercapai kesetimbangan terjadi
pemisahan antara CH3COOH dengan kloroform. Pemisahan tersebut dinamakan fasa
atas dan fasa bawah. Dari kedua fasa itu yang diambil adalah lapisan atas yaitu fasa
cair. Larutan dalam fasa cair dipisahkan lalu dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
Pemisahan itu terjadi karena CH3COOH dan kloroform adalah dua pelarut
yang tidak saling bercampur dikarenakan perbedaan densitas antar kedua pelarut
tersebut. Saat dicampurkan, air akan berada di atas kloroform disebabkan densitas
kloroform lebih besar daripada air. Bila suatu zat terlarut membagi dirinya antara dua
pelarut yang tidak bercampur, ada suatu hubungan pasti antara konsentrasi zat terlarut
dalam dua fasa pada kesetimbangan. Zat terlarut akan membagi dirinya antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur sehingga angka banding konsentrasi adalah
konstanta pada temperatur tetap. Kemudian setelah itu diteteskan dua tetes indikator
PP dan dilakukan titrasi dengan NaOH 1 N. Kemudian terjadi perubahan warna
larutan dari bening menjadi merah muda yang juga merupakan tanda tercapainya titik
ekivalen. Penggunaan indikator dari kedua percobaan ini berguna utuk mendeteksi
titik akhir titrasi, di mana akan terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah
muda. Indikator fenolftalein (pp) merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Saat
direaksikan, indikator pp terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan
kemudian, dengan menghilangnya proton kedua dari indikator ini menjadi ion
terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda, pada titik akhir titrasi terjadi
perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Pada percobaan ini titrasi yang
terjadi merupakan titrasi asam basa di mana asamnya yaitu asam asetat (CH 3COOH)
bertindak sebagai titrat sedangkan basa yaitu NaOH bertindak sebagai titran. Volume
titrasi menggunakan konsentrasi CH3COOH 1,15 N didapatkan sebanyak 0,4 ml,
34

pada pengulangan menghasilkan 0,4 ml dan rata- rata 0,4 ml. Sedangkan pada
konsentrasi 2,4 N CH3COOH menghasilkan volume titrasi 0,7 ml, pada pengulangan
0,6 ml dan rata-ratanya 0,65 ml.
Melalui hasil yang diperoleh baik dalam mengetahui konsentrasi CH 3COOH
awal ataupun sisa ekstraksi diketahui semakin besar konsentrasi CH 3COOH yang
digunakan, maka volume larutan NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam
asetat juga semakin banyak. Hal ini menunjukkan konsentrasi berbanding lurus
dengan volume titrasi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena ion-ion pada
konsentrasi CH3COOH 2,4 N lebih banyak daripada konsentrasi 1,15 N. Sehingga
konsentrasi yang lebih memungkinkan menghalangi jalannya tercapai titik ekivalen
sehingga volume titrasi yang dihasilkan lebih besar. Faktor pengocokan sangat
penting dan mempengaruhi proses distribusi suatu larutan organik pada pelarut
organik dan air yang tidak saling bercampur. Selain itu, temperatur juga
mempengaruhi proses ekstraksi, karena ekstraksi harus dilakukan pada temperatur
konstan.

Anda mungkin juga menyukai