Anda di halaman 1dari 2

KESIA-SIAAN DALAM KEBAIKAN

Melakukan perbuatan yang bernilai positif meskipun dipandang remeh merupakan


salah satu perbuatan yang terpuji. Namun, dalam Islam perbuatan baik yang dilakukan tak
bisa dinilai sepenuhnya baik begitu saja, karena Islam bukan hanya menilai dari segi lahiriah
perbuatannya saja apakah itu termasuk perbuatan baik atau tidak tapi juga manilai dari segi
batiniyah seseorang saat melakukan hal baik tersebut yang tentu motivasinya beragam ada
yang semata-mata untuk memperoleh pahala, ingin dipuji seseorang atau lainnya. Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan karena kendati hal baik sekecil apapun bila niatnya salah,
dan motivasinya kurang baik maka perbuatan tersebut tidak termasuk dalam kategori
perbuatan yang terpuji menurut Islam. Sekalipun dalam ranah sosial perbuatan baik yang kita
lakukan akan mendapatkan pujian dari orang lain atau suatu apresiasi.

Contoh sederhana yang kerap kali kita temukan khususnya dipesantren adalah
merapikan dan membalik sandal. Hal kecil semacam ini bisa mendatangkan kebarokahan
yang begitu besar bahkan bernilai pahala bila kita melakukannya dengan niat yang baik dan
disertai keikhlasan hati. Tentu berbeda jika hanya karena paksaan dari orang lain apalagi agar
dipuji dan disanjung. Pada akhirnya kebaikan semacam ini tidak akan ada nilainya. Dalam
hal ibadah dan amaliah-amaliah keseharian lainnya ikhlas memang menjadi penentu utama
diterimanya amal seseorang disisi Allah SWT. Allah SWT Berfirman:

ِ ِ‫َو َما أ ِمرُوْ ا اِاَّل لِيَ ْعبُدُواهللاَ ُم ْخل‬


َ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْين‬

Artinya: “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali supaya mereka menyembah Allah
dengan ikhlas karena hanya kepadanya seluruh ketaatan” (QS. Al-bayyinah:5)

yaitu hati yang bersih dan jernih dari mengharap balasan dari selain-Nya sebab bagi
mereka yang mengharap balasan dan pujian dari makhluk hanya akan mendapatkan kerugian
kelak di akhirat.

Dari Anas bin Malik Ra. Dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda: “saat hari
qiyamat telah tiba akan ada suara seruan yang memanggil: dimana orang-orang yang
riya’(mengharap pujian dari makhluk)? Dan dimana orang-orang yang ikhlas? Bawalah
kemari amal-amal kalian dan ambillah balasan/upah dari tuan kalian yakni Allah SWT.” Nabi
SAW. Bersabda: “orang-orang yang riya’ tidak akan diberi balasan apapun kecuali mereka
akan ditimpakan rasa penyesalan, kesedihan dan kemalangan.” Kemudian Nabi melanjutkan
“wahai anak adam, ikhlas, ikhlas. Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi
pada ummatku adalah syirik kecil.” Lantas para sahabat bertanya “apakah syirik kecil itu
wahai Rasul?” Nabi menjawab “syirik kecil itu ialah riya’ dan dihari dimana amal-amal
mereka akan dibalas, Allah SWT. Berfirman: pergilah kepada orang-orang yang kalian
harapkan pujian dari mereka, lantas apakah kalian akan mendapatkan kebaikan?.”

Hadis diatas menerangkan betapa ruginya orang yang melakukan amal-amal


kebaikan bukan karena Allah SWT. Melainkan hanya mengharapkan pujian dari manusia.
Dengan begitu kebaikan yang mereka perbuat didunia sedikitpun tidak akan mendapat
balasan kebaikan diakhirat. Maka setidaknya kita perlu memahami makna ikhlas itu sendiri
walaupun Nabi SAW.telah bersabda:

َ ‫ اِ ْستَوْ َد ْعتُهُ قَ ْل‬, ْ‫ اَأْل ِ ْخاَل صُ ِس ٌّر ِم ْن ِسرِّي‬:‫يَقُوْ ُل هللاُ تَ َعلى‬


ْ‫ب َم ْن اَحْ بَ ْبتُهُ ِم ْن ِعبَا ِدي‬

Artinya: “Allah SWT. Berfirman: ikhlas adalah rahasia dari rahasiaku yang aku
titipkan didalam hati seorang hamba dari para hamba-hambaku yang kucintai”

Namun, Imam Al-ghazali memberikan sedikit penjelesan tentang keikhlasan. Beliau


berpendapat bahwa yang dinamakan ikhlas adalah pekerjaan yang bersih dari sifat riya’ atau
ingin dipuji dan dilihat oleh orang lain serta murni hanya karena Allah. Imam Junaid juga
berpendapat bahwa ikhlas ialah bersihnya amal perbuatan dari kotoran-kotoran hati seperti
sifat sombong, bagga diri, riya’ dan lain sebagainya. Dari beberapa definisi inilah dapat kita
simpulkan bahwa perbuatan baik dalam islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas
atau kemurniaan hati dengan hanya mengharapkan balasan dari Allah SWT semata.

Lalu bagaimana bila ada seseorang yang enggan melakukan suatu kebaikan dengan
dalih takut riya’ atau takut tidak ikhlas maka perlu kita ingat perkataan imam fudhoil bin
iyadh bahwa meninggalkan suatu kebaikan karena takut dilihat dan dipuji manusia
merupakan riya’dan melakukan amal kebaikan karena manusia adalah kesyirikan. Dengan
demikian langkah yang benar adalah terus membiasakan diri untuk melakukan kebaikan
hingga akhirnya menjadi suatu kebutuhan yang tidak perlu mengharapkan pujian orang lain.

Anda mungkin juga menyukai