Anda di halaman 1dari 244

MANAJEMEN MODAL KERJA

PERUSAHAAN

Dr. H. Jaja Suteja, S.E., M.Si.


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tren globalisasi bisnis dan berbagai isu lokal pada saat ini telah
terdokumentasi dengan baik dalam laporan keuangan, baik dalam
korporasi besar maupun kecil, sehingga pada akhirnya berbagai
kecenderungan tersebut berpengaruh secara signifikan pada kinerja
keuangan perusahaan, karenanya pemahaman atas manajemen keuangan
dan berbagai studi empiris mengenai keuangan, khususnya keuangan
korporasi (corporate finance) sangat penting, baik bagi manajemen
perusahaan, mereka yang berminat dalam manajemen keuangan, para
mahasiswa sekolah bisnis maupun para pemerhati dan peneliti masalah
keuangan.
Masalahnya banyak di antara pelaku bisnis yang masih sedikit
memberi perhatian pada aspek kualitas investasi jangka pendek, sehingga
ekspektasi kinerja keuangan jangka panjang pada akhirnya terganggu
dengan munculnya berbagai permasalahan terkait pada aspek operasional
perusahaan. Buku Manajemen Keuangan Dasar ini hadir dengan tujuan
untuk membantu mahasiswa memahami masalah manajemen keuangan.
Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. H. R. Abdul
Maqin, S.E., M.P., yang telah memberikan semangat dan terus mendorong
penulis untuk menyelesaikan buku ini, juga kepada Dr. H. Juanim, S.E., M.Si.
dan Ardi Gunardi, S.E., M.Si. yang telah membantu terbitnya buku ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh rekan kerja di
lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Akhirnya, harapan penulis semoga kehadiran buku ini dapat
bermanfaat, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan,
karena kami yakin bahwa buku ini sangat jauh dari sempurna.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Januari 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................ii
Chapter 1: Pengertian, Fungsi, dan Peran Manajemen Keuangan....1
Chapter 2: Kerangka Dasar Keuangan Korporasi..............................17
Chapter 3: Manajemen Modal Kerja...................................................29
Chapter 4: Analisis Laporan Keuangan..............................................75
Chapter 5: Manajemen Kas..................................................................103
Chapter 6: Surat Berharga di Pasar Modal.........................................125
Chapter 7: Manajemen Piutang Usaha................................................143
Chapter 8: Manajemen Persediaan....................................................159
Chapter 9: Sumber Dana Jangka Pendek............................................181
Daftar Pustaka.........................................................................................197

ii
CHAPTER
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN PERAN
1 MANAJEMEN KEUANGAN

1.1. Pengertian Manajemen Keuangan Perusahaan


Keuangan merupakan bidang kajian yang sangat luas dan dinamis.
Dalam praktiknya` masalah tersebut seringkali berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap sisi kehidupan setiap orang dan
perusahaan atau organisasi. Uang (money) bagi perusahaan dapat
dianalogikan seperti ”darah” dalam suatu sistem metabolisme tubuh
manusia, darah akan memiliki fungsi dan peran yang sangat signifikan.
Bayangkan, bagaimana manusia tanpa darah atau perusahaan tanpa
memiliki uang (money) satu sen/rupiah pun, apa yang yang akan terjadi?
Manusia tanpa darah pasti akan meninggal, begitu juga dengan
perusahaan, tanpa dukungan finansial yang memadai akan sangat sulit
untuk melakukan kegiatan bisnis sebelum betul-betul kemudian
dinyatakan mengalami financial distress atau bahkan pailit/bangkrut. Oleh
karena itu, sangatlah penting untuk mengelola sumber daya uang secara
lebih profesional.

1
Secara umum, manajemen keuangan didefinisikan sebagai seni dan
ilmu dalam mengelola uang (the art and science of managing money). Jika
kita berbicara tentang keuangan, maka ada tiga area yang saling berkaitan,
yaitu:
(i) Uang dan Pasar Modal (money and capital market), termasuk di
dalamnya pasar sekuritas dan lembaga keuangan, (ii) Investasi
(investments), baik yang dibuat oleh investor individual maupun lembaga
dalam memilih portofolio sekuritas, serta (iii) Manajemen Keuangan
(financial management), yang mencakup pembuatan keputusan keuangan
dalam perusahaan.

1. Uang dan Pasar Modal (Money and Capital Market)


Setiap individu maupun perusahaan yang memiliki kelebihan (surplus)
uang atau dana dapat melakukan kegiatan investasi. Terdapat banyak
ragam sarana yang dapat dilakukan untuk berinvestasi, mulai dengan
investasi yang dilakukan pada sektor bisnis riil/nyata, sampai dengan
investasi yang dilakukan pada jenis aktiva-aktiva tidak berwujud, salah
satunya adalah berinvestasi pada pasar modal (capital market) dengan
membeli sekuritas/surat berharga yang tersedia. Sementara itu, setiap
perusahaan yang membutuhkan dana juga dapat menjual sekuritas/surat
berharga pada pasar modal.
Selain pasar modal, juga terdapat lembaga lain yang memungkinkan
pemilik dana dan pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat bertemu,
seperti bank, perusahaan asuransi, reksa dana, dan lain-lain. Mereka inilah
yang disebut dengan lembaga keuangan (financial institution), selanjutnya
lembaga keuangan ini juga memberikan pelayanan mengenai jasa
keuangan, yaitu pemberian jasa dan produk-produk keuangan kepada
individu, perusahaan dan pemerintah.

2. Investasi (Investments)
Terdapat banyak alternatif pilihan bagi seseorang individu dan
lembaga atau perusahaan untuk melakukan aktivitas investasi, baik
investasi pada aktiva nyata maupun dalam sejumlah instrumen investasi
berbentuk sekuritas. Untuk dapat meningkatkan beragam pilihan
investasi tersebut,
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

investor dapat membentuk portofolio investasi (portfolio investments).


Untuk itu dibutuhkan analis sekuritas untuk memilih investasi atau
sekuritas mana yang memberikan imbal hasil (return) tinggi. Analis dapat
bekerja sendiri maupun bergabung pada perusahaan pialang sekuritas atau
brokerage house.

3. Manajemen Keuangan (Financial Management)


Dalam sejumlah terbitan buku beberapa orang sering menyebutnya
sebagai keuangan manajerial atau managerial finance, yaitu suatu kegiatan
yang berhubungan dengan beragam fungsi dan peran serta tugas yang
harus dilakukan oleh manajer keuangan dalam perusahaan bisnis dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan keuangan. Manajer keuangan
adalah orang yang bertanggung jawab secara aktif dalam mengelola
keuangan pada berbagai jenis usaha atau bisnis, baik perusahaan keuangan
atau non keuangan, perusahaan perseorangan atau public, perusahaan
besar atau kecil, perusahaan yang mencari keuntungan maupun non profit
motive.
Manajer keuangan secara aktif mencari sumber-sumber dana
(source of fund) dari berbagai pihak untuk kemudian diinvestasikan
dalam berbagai kegiatan produktif (allocation of fund on producting
assets). Dari kegiatan investasi dalam aktiva produktif inilah perusahaan
diharapkan dapat memperoleh nilai tambah baik berupa keuntungan atau
kesejahteraan secara finansial (economic or financial welfares) maupun
kesejahteraan dalam bentuk lain bagi para pemegang saham perusahaan
(shareholders).
Dari Gambar 1.1 tampak pola aliran kas, mulai dari perusahaan (the
firm), untuk mendukung rencana investasi selanjutnya perusahaan
mengeluarkan atau menerbitkan surat berharga (bond or equity issue).
Uang hasil penerbitan sekuritas tersebutkemudiandiinvestasikan pada aset
atau aktiva perusahaan, baik dalam bentuk current maupun fixed assets.
Utilisasi aktiva tersebut akan menciptakan aliran kas (cash flow from firm’s
assets). Aliran kas yang tercipta selanjutnya akan didistribusikan oleh
manajemen perusahaan berdasarkan berbagai kebijakan keuangan

Pengertian, Fungsi, dan Peran Manajemen 3


Keuangan
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n
(diversified financial policies), sebagian dana

4 Chapter 1
tersebut dikembalikan kepada perusahaan dalam bentuk dana ditahan
(retained earning) sebagian lagi didistribusikan kepada pemilik
perusahaan (owners or shareholders) dalam bentuk dividen (dividend cash
payment) atau digunakan untuk membayar berbagai kewajiban yang jatuh
tempo (debt due maturity). Karena perusahaan adalah lembaga bisnis yang
memanfaatkan area public terbesar, oleh karena itu mereka juga harus
membayar pajak (corporate income tax) yang harus dibayarkan kepada
pemerintah dalam rangka berkontribusi dalam pemeliharaan sarana
publik.

Total Value of the Firm


Total Value to Investors in the
of Firm’s Financial Markets
Assets

B invests in assets
Firm Financial markets
A Firm issues securities

ERetained cash flows

Current Assets Fixed Assets


Short-term debt Long-term debt Equity share
Cash flow from firm’s assets F
C Dividends and debts payments

DGovernment

Gambar 1.1
Pola Aliran Kas (Cash Flow) antara Perusahaan
(The Firm) dengan Pasar Keuangan (Financial Market)

1.2. Fungsi dan Peran Manajemen Keuangan


Dalam praktiknya tidak pernah ada aktivitas bisnis (business activities)
dalam suatu organisasi laba (profit organization), khususnya perusahaan
tanpa pernah berinteraksi dengan bagian keuangan. Oleh karena itu, fungsi
manajemen keuangan dapat dijelaskan melalui peran dan fungsi dari
manajemen keuangan dalam perusahaan. Hubungan antara manajemen
keuangan dengan bidang fungsional lainnya dalam sebuah perusahaan
bisnis bersifat saling melengkapi (complementary role of managing
corporate each other). Artinya, dalam satu tata kelola perusahaan, misalnya
bidang atau bagian pemasaran (marketing department) hanya sebagai
salah satu sub sistem saja, oleh karena dengan sendirinya tidak bisa secara
sepihak memutuskan untuk melakukan strategi fungsional tertentu tanpa
memperhatikan arah kebijakan korporat, misalnya ekspansi pasar (existing
or new market expantion) karena harus memperoleh dukungan pendanaan,
sumber daya manusia dan aspek lainnya dari perusahaan. Dengan
demikian, bidang fungsional tersebut seharusnya bersinergi dan
implementasi antara kebijakan tersebut harus bersifat unified, integrated,
dan comprehensive.
Begitu pula dengan bagian atau departemen lainnya, departemen
sumber daya manusia (HRM Department) dalam mengeksekusi strategi
fungsionalnya juga tidak bisa melakukannya atau memutuskan secara
sepihak, misalnya merekrut karyawan tanpa ada perencanaan dan
pengalokasian dana atau menaikkan gaji para karyawannya demi alasan
produktivitas. Dengan demikian, bidang-bidang fungsional tersebut dalam
tata kelola perusahaan sifatnya saling mendukung untuk sebuah strategi
perusahaan yang handal.
Dalamkaitan tersebut, manajemen keuangan perusahaan memiliki
peran yang sangat penting dalam mencari berbagai sumber pendanaan
perusahaan agar dapat menjamin bahwa rencana strategik dapat
diimplementasikan pada berbagai bidang fungsional, termasuk adanya
dukungan finansial yang memadai (available source of fund).
Berdasarkan Gambar 1.2 tampak bahwa dalam hubungannya dengan
bagian lain dalam perusahaan seperti bagian akuntansi misalnya, fungsi
keuangan untuk sejumlah besar perusahaan kecil atau small business
enterprise dilakukan juga oleh controller, sedangkan pada perusahaan
besar (large enterprise) pada umumnya bagian controller kerap dilibatkan
dalam kegiatan keuangan.
Namun demikian, tugas bagian keuangan berbeda dengan akunting.
Bagian akunting menekankan pada accrual basis bahwa pendapatan di-
akui pada saat penjualan (walaupun belum terjadi pembayaran) dan biaya
diakui jika sudah dikeluarkan. Bagian keuangan menekankan pada cash
basis (cash flow), yaitu pendapatan dan biaya yang benar-benar terjadi.
Gambar 1.2. akan memberikan sebuah delinasi work flow hubungan di
antara bidang-bidang tersebut:
Dalam menjalankan fungsi dan peran tersebut, manajemen keuangan
tidak bisa lepas dari berbagai pengaruh perubahan kondisi, baik aspek
internal maupun eksternal. Aspek internal terkait perkembangan dalam
perusahaan, sementara kondisi lingkungan eksternal perusahaan ditunjuk-
kan oleh perkembangan indikator ekonomi makro yang eksistensinya
relatif bersifat uncontrollable factors.

Keputusan Keuangan

Analisis Kelayakan Investasi


Akuntansi, Ekonomi
Modal Kerja
Makro/Mikro, Metode
Sumber dan Biaya Modal
Kuantitatif, Marketing,
Penentuan Struktur Modal/
MSDM, dan lain-lain
Dividen, dan lain-lain

Memaksimumkan
Kesejahteraan para
Pemilik

Gambar 1.2
Pengaruh Berbagai Ilmu terhadap Manajemen Keuangan
Dalam proses pembuatan keputusan keuangan (financial decision
making process), bagian akunting menekankan pengumpulan dan
penyajian data keuangan (collection and presentation of financial data),
sementara itu bagian keuangan menekankan pada evaluasi data keuangan
dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan imbal hasil dan risiko
atau return and risk. Bidang-bidang tersebut sangat berpengaruh terhadap
manajemen keuangan dalam merumuskan berbagai kebijakan atau
keputusan keuangan. Berbagai kebijakan/keputusan keuangan tersebut
tujuan akhirnya adalah bagaimana memaksimumkan kekayaan atau
kemakmuran dari para pemilik perusahaan (shareholders).
Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat di-
tempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang dari semua keuntungan
pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan
datang (present value of expected cash flow). Kemakmuran pemegang
saham meningkat bila harga saham yang dimilikinya juga meningkat. Harga
pasar saham yang terbentuk dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: (i)
Earning per Share (EPS), (ii) Price Earning Ratio (PER), (iii) tingkat bunga
bebas risiko, (iv) tingkat kepastian operasi perusahaan, dan lain-lain.
Makin besar ukuran perusahaan, maka makin besar tingkat
independen- nya, dalam sebuah perusahaan besar bagian keuangan sering
menjadi suatu departemen yang terpisah dan mempunyai hubungan
langsung dengan pemimpin perusahaan (Chief Executive Officer) melalui
pemimpin bagian keuangan atau Chief Financial Officer. Bagian keuangan
ini membawahi
treasurerdancontroller.Treasureradalahorangataupejabatyangbertanggung
jawab terhadap kegiatan keuangan seperti: (i) perencanaan keuangan, (ii)
mencari sumber dana (iii) menginvestasikan dana, (iv) mengelola kas, (v)
mengelola kegiatan kredit, (vi) mengelola dana pensiun, dan (vii)
mengelola foreign exchange. Controller adalah akuntan kepala (chief
accountant) dan bertanggung jawab atas kegiatan akunting perusahaan
seperti, corporate accounting, pengelolaan pajak, akuntansi keuangan, dan
biaya.
Kegiatan utama manajer keuangan adalah membuat keputusan
investasi dan pendanaan (financial decisions). Kegiatan ini dapat
digambarkan
melalui neraca perusahaan. Di sisi kiri adalah keputusan investasi, yaitu
membuat keputusan atas aktivitas kegiatan investasi pada beragam aktiva
produktif yang dilakukan yang dicerminkan pada pemilikan harta atau
aktiva perusahaan: harta lancar/current assets maupun harta tetap/fixed
assets. Di sisi kanan adalah keputusan keuangan, yaitu menentukan
kombinasi dan jenis-jenis sumber dana yang digunakan untuk membiayai
kegiatan produktif perusahaan.

1.3. Tujuan Utama Perusahaan


Manajer dan pemegang saham adalah pihak yang berbeda. Setiap
kegiatan manajer harus dilakukan untuk mencapai tujuan pemiliknya. Jika
manajer dapat mencapai tujuan yang ditetapkan pemilik perusahaan, maka
manajer juga mencapai tujuan finansial dan tujuan profesionalnya.

1. Memaksimumkan Kesejahteraan Pemilik Perusahaan (Maximize


Shareholders Wealth)
Tujuan utama yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan adalah
bagaimana memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham (how to
maximize shareholders wealth) dari aktivitas bisnisnya saat ini yang
dikelola oleh para agen profesional (management). Pencapaian tujuan ini
diukur melalui harga saham perusahaan, jika harga saham meningkat,
maka kesajahteraan pemegang saham juga meningkat. Harga saham ini
tergantung pada timing atas return (cash flow) dan risikonya.
Penetapan tujuan ini juga berarti bahwa perusahaan harus menggunakan
sumber dana berbiaya rendah atau melakukan investasi dengan return
tinggi, sehingga harga saham akan meningkat. Dengan konsep ini, maka
penilaian pendapatan per lembar saham atau Earning per Share (EPS)
menjadi penting, karena merupakan indikator atas imbal hasil atau return
(cash flow) di masa yang akan datang dan mempengaruhi harga saham
perusahaan saat ini.

2. Memaksimumkan Profit (Profit Maximization)


Memaksimumkan profit biasanya dilakukan untuk tujuan jangka
pendek. Dalam jangka panjang, tujuan memaksimumkan profit tidak
dapat dilakukan, karena mengabaikan: (i) timing of the return, (ii) cash
flow kepada pemegang saham, (iii) tingkat risiko yang dihadapi, dan
(iv) masalah waktu (timing).
Jika ada dua proyek yang menghasilkan EPS berbeda, maka
perusahaan harus mengambil proyek dengan EPS besar pada awal-awal
tahun cash flow. Pemegang saham menerima cash flow dalam bentuk
dividen maupun penjualan sahamnya. Jadi profit tinggi, yang berarti EPS
tinggi, tidak berarti bahwa cash flow yang diterima pemegang saham juga
tinggi, karena belum tentu Board of Directors akan memberikan dividen
tinggi kepada para pemilik perusahaan.
Tujuan maksimisasi profit biasanya mengabaikan risiko (risk
avoidance), yaitu kemungkinan kondisi di mana hasil aktual yang terjadi
berbeda dari yang diharapkan. Di lain pihak, terjadi trade-off antara return
(cash flow) dan risiko (risk bearing). Seperti yang kita ketahui bersama-
sama, return dan risk merupakan determinan harga saham, yang pada
akhirnya akan menentukan kesejahteraan pemegang saham (shareholders
welfare). Cash flow tinggi berhubungan dengan harga saham tinggi,
sedangkan risiko tinggi akan menyebabkan harga saham menjadi rendah.
Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, maka maksimisasi profit bukan
menjadi tujuan yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan, sehingga juga
bukan merupakan tujuan manajer keuangan.
Hubungan fungsi keuangan dengan tujuan perusahaan secara
sederhana dapat dilukiskan dalam Gambar 1.2 Tampak bahwa dari
relasional tersebut, ending destination-nya adalah how to maximize value of
the firm.
Fungsi manajemen keuangan yang direpresentasikan pada kebijakan
investasi (investment policy) dan kebijakan pendanaan atau pembelanjaan
(financing policy) akan memiliki implikasi terhadap pendapatan yang
terealisasi (realized return) dengan risiko bisnis yang dihadapi dan pada
sisi lain juga akan berpengaruh terhadap risiko keuangan. Perpaduan
antara risiko bisnis yang bersifat unik/spesifik dengan risiko yang muncul
karena manajemen perusahaan mengungkit (lever) usahanya dengan
sumber pendanaan yang berasal dari eksternal melalui utang (debt
financing) akan
menghasilkan risiko total (total risk). Jumlah risiko total ini akan
berpengaruh terhadap pencapaian nilai perusahaan (value of the firm).
Gambar 1.3 hubungan fungsi keuangan dengan tujuan perusahaan.

Harga Pasar Saham


Fungsi Keuangan
Keputusan Investasi
Pendapatan

Pe
Faktor Eksternal Perusahaan Risiko Bisnis
Risiko Total Nilai Perusahaan nd
ap
Risiko Keuangan at
an

Keputusan Pembelanjaan Pendapatan


Keputusan Dividen

Harga Pasar Saham

Gambar 1.3
Hubungan Fungsi Keuangan dengan Tujuan Perusahaan

Bagi perusahaan terbuka (tbk.), pencapaian nilai perusahaan akan


terepresentasikan dari apresiasi pasar atau investor berupa harga saham
saat ini (current market stock price). Namun demikian, apresiasi harga
saham tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fundamental saja, akan
tetapi faktor eksternal perusahaan juga akan mempengaruhi terhadap
harga pasar yang tercipta.
Hasil sejumlah studi empiris menunjukkan bahwa faktor fundamental
mampu menjelaskan pergerakan harga saham berkisar antara 5% s.d. 27%
saja (Suteja, 2010), sehingga masih tersisa banyak faktor yang
berpengaruh terhadap pergerakan harga saham suatu perusahaan emiten
di suatu pasar modal (capital market).
1.4. Berbagai Bentuk Organisasi Bisnis
Untuk menuju tercapainya tujuan pemilik perusahaan, maka perlu
dibentuk organisasi yang akan mampu mewadahi aspirasi atau keinginan
dari investor. Dalam praktiknya banyak organisasi bisnis yang dapat
dibentuk sesuai dengan keinginan dan tingkat kompleksitas kegiatan bisnis
yang ada.

1. Perusahaan Perseorangan
Pemilik perusahaan adalah satu orang di mana tanggung jawab
terhadap kewajiban (utang) kepada pihak ketiga sepenuhnya pada pemilik
hingga harta milik pribadinya. Meskipun cara-cara pengelolaannya
sederhana, mudah, fleksibel, namun agak sulit dipertahankan ketika
tingkat kerumitan kegiatan bisnis meningkat secara signifikan, meskipun
tidak menutup untuk berkembang menjadi perusahaan dengan skala besar,
namun tetap akan menjadi sulit untuk dikelola secara profesional hal ini
karena tuntutan dari lingkungan bisnis itu sendiri.

2. Persekutuan: Firma (Fa) dan Komanditer (CV)


Perusahaan firma atau komanditer adalah jenis organisasi bisnis yang
dibentuk oleh 2 (dua) orang atau lebih bersepakat mendirikan perusahaan
di mana tanggung jawab terhadap kewajiban (obligation) kepada pihak
ketiga sepenuhnya pada pemilik hingga harta milik pribadinya.

3. Perseroan Terbatas (PT atau NV)


Bentuk organisasi bisnis seperti ini adalah bentuk organisasi bisnis
yang paling ideal dan umum. Bentuk organisasi bisnis ini mencerminkan
adanya pemisahan antara pemilik perusahaan (shareholders) dengan
pimpinan perusahaan (Board of Directors), di mana tanggung jawab
terhadap kewajiban (obligation) kepada pihak ketiga bagi pemilik hanya
sebesar modal yang disetor saja (sebesar harta perusahaan), sehingga
harta pribadi pemilik tidak digunakan untuk membayar sisa utang.
1.5. Masalah Keagenan (Agency Problems)
Dari pembahasan sebelumnya manajer harus menjalankan tujuan yang
telah ditetapkan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, manajer adalah
agen para pemilik perusahaan. Pada kenyataannya, manajer juga memiliki
tujuan pribadi yang menyangkut kesejahteraan, keamanan kerja dan
benefit lainnya. Akibatnya, manajer enggan melakukan kegiatan yang
berisiko tinggi jika hal tersebut akan membahayakan kepentingan
pribadinya. Perbedaan tujuan inilah yang menyebabkan konflik yang
disebut sebagai agency conflict/problem, bahwa manajer akan
mendahulukan kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan
perusahaan secara keseluruhan. Untuk meminimalkan agency problem
biasanya digunakan: (i) market forces dan
(ii) agency cost.
Market Forces: Pemegang saham utama (major shareholder) dengan
jumlah saham mayoritas dan ancaman pengambilalihan
oleh perusahaan lain (threat of takeover or hostile takeover)
merupakan market forces. Kedua hal ini memungkinkan
pemegang saham mengganti manajer dan menekan manajer
untuk melakukan apa yang diinginkan pemegang saham.
Agency Costs: Biaya-biaya ini digunakan untuk memonitor tingkah laku
manajer, memberikan insentif finansial agar mau mencapai
tujuan atau kegiatan yang harus dilakukan dan agar
manajer tidak melakukan kecurangan-kecurangan.
Beberapa contoh agency cost adalah incentive plan dan
performance plan. Incentive plan memberi manajer
kompensasi berupa saham perusahaan (stock option).
Sementara itu performance plan adalah kompensasi yang
akan diberikan jika manajer mencapai standar tertentu.

1.6. Evolusi Teori Keuangan


Manajemen keuangan sebagai bagian dari akar ilmu pengetahuan
sosial, juga menunjukkan perkembangan seperti halnya cabang ilmu
pengetahuan
lainnya, meskipun akselerasi perkembangannya tidak secepat ilmu-ilmu
keperilakuan (behavioral sciences). Beberapa catatan mengenai evolusi
teori keuangan:

1. Konsep Pasar Modal Sempurna (Perfect Capital Market)


Secara umum pasar modal sempurna memiliki karakteristik: (i) tidak
ada biaya transaksi, (ii) tidak ada pajak, (iii) ada cukup banyak pembeli dan
penjual, (iv) ada kemampuan akses yang sama ke pasar, (v) tidak ada biaya
informasi, (vi) setiap orang memiliki harapan yang sama, dan (vii) tidak
ada biaya yang berhubungan dengan hal kesulitan keuangan.
2. Konsep Diskonto Aliran Kas (Discounted Cash Flow)
Teori ini dikembangkan oleh John Burr Williams dan Myron J. Gordon.
Konsep dasar dari teori ini adalah pada nilai waktu uang (time value of
money).
3. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)
Teori ini dikembangankan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller
atau kemudian dikenal dengan istilah MM theory pada Tahun 1958. Teori
yang dikembangkan bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada arus
penghasilan di masa depan (future earning streams) dan oleh karena itu,
tidak tergantung pada struktur modal. Teori MM yang pertama ini
mengasumsikan pada pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, sehingga
sering disebut model MM tanpa Pajak (MM 1 without Tax). Sekitar tahun
1963 model ini disempurnakan dengan Model MM dengan Pajak (MM 1
with Tax).
Dengan adanya pajak penghasilan, utang dapat menghemat pajak yang
dibayar (tax shield). Tetapi teori ini lupa bahwa utang yang besar dapat
menimbulkan financial distress. Karena ada kelemahan tersebut kemudian
model ini diperbaiki yang sering disebut Tax Saving-Financial Cost Trade
off Theory atau lebih dikenal dengan Teori Trade off atau Balance Theory.
4. Teori Dividen (Dividend Theory)
Teori ini juga dikembangkan oleh Modigliani dan Miller yang
kemudian teorinya dikenal dengan Teori MM atau MM Model yang
menyebutkan bahwa
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena setiap
rupiah pembayaran dividen akan mengurangi laba ditahan yang digunakan
untuk membeli aktiva baru.
5. Teori Portfolio dan Capital Asset Pricing Model
Teori Portfolio Modern dikembangkan oleh Harry Markowitz pada
tahun 1990 yang membawanya untuk meraih penghargaan tertinggi dalam
ilmu pengetahuan, ia mendapat hadiah Nobel. Pelajaran utama dari teori
ini adalah bahwa risiko dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan
beberapa jenis aktiva berisiko (risky assets) daripada hanya memegang
salah satu jenis aktiva saja.
Teori yang berkaitan dengan teori portfolio adalah Capital Asset
Pricing Model (CAPM) yang dikembangkan Sharpe, John Litner dan Jan
Moissin yang secara terpisah menunjukkan bahwa tingkat keuntungan
yang disyaratkan (required rate of return) pada suatu aktiva berisiko
merupakan fungsi dari tiga faktor, yaitu:
• tingkat keuntungan bebas risiko,
• tingkat keuantungan yang disyaratkan pada portfolio dengan risiko rata-
rata, dan
• volatilitas tingkat keuntungan aktiva berisiko tersebut.
6. Teori Harga Opsi (Option Pricing Theory)
Option adalah hak untuk membeli atau menjual suatu aktiva pada
harga yang telah ditentukan pada waktu yang telah ditentukan pula. Teori
ini secara formal dikembangkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang
sering disebut Black-Scholes Option Pricing Model.
7. Hipotesis Penelitian Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis)
Teori ini dikembangkan oleh Eugene F. Fama. Terminologi efisien
dalam teori ini lebih menekankan pada konsep efisiensi secara informasi.
Teori ini mengatakan jika pasar efisien (efficient market), maka harga yang
terbentuk merefleksikan seluruh informasi yang ada. Menurut teori ini
pasar efisien dibagi menjadi tiga:
a) Pasar efisien bentuk lemah (weak form efficient market hypothesis):
jika harga sekuritas mengekspresikan seluruh informasi harga di
masa lalu, sehingga upaya investor untuk memperoleh excess return
dengan memanfaatkan data harga di masa lalu adalah sia-sia (harga
adalah random walk).
b) Efisiensi bentuk setengah kuat (semi strong form efficient market
hypothesis): jika harga mencerminkan informasi harga historis plus
informasi yang tersedia bagi publik.
c) Efisiensi bentuk kuat (strong form efficient market hypothesis): jika
harga sekuritas mengekspresikan seluruh informasi yang ada, baik
harga sekuritas masa lalu, informasi yang tersedia bagi publik,
maupun informasi yang bersifat privat.
8. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling
yang lebih familiar dengan Jensen and Meckling (1976). Teori ini muncul
karena adanya keterpisahan antara pemilik dan manajemen. Agency
relationship muncul ketika individu (majikan atau principals) membayar
individu lain (agent/management) untuk bertindak atas namanya,
mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau
karyawannya. Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari
game theory (Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual
antara dua atau lebih orang (pihak), di mana salah satu pihak disebut
agent dan pihak yang lain disebut principals
Pemilik perusahaan atau principals or shareholders mendelegasikan
pertanggung jawaban atas decision making kepada manajemen atau agent,
hal ini dapat pula dikatakan bahwa principals memberikan suatu amanah
kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak
kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun
principals diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak
kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para
manajernya
dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak
kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan
manajer perusahaan. Di mana antara agent dan principals ingin
memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki.
Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (fully
information) dibanding dengan principals, sehingga menimbulkan adanya
asymmetric information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer
dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan
keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utility-nya (perquisite
motive).
Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk
mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena
hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang
kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.
9. Teori Informasi Asimetrik (Asymmetric Information Theory)
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, sebagai
pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi,
informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang
tidak simetris atau asimetri informasi (asymmetric information).
Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam
menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham).
Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principals)
memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu
memperoleh keuntungan pribadi.
CHAPTER
KERANGKA DASAR KEUANGAN
2 KORPORASI

2.1. Kerangka Dasar Keuangan Korporasi


Pada dasarnya sebuah kegiatan bisnis diawali oleh seorang investor
yang bersedia untuk berinvestasi atas sumber daya yang dia miliki.
Kesediaan investor tersebut untuk selanjutnya menjadi nilai tukar
(exchange rate) terhadap besarnya imbal hasil investasi yang diharapkan
(expected return on the investment). Pertanyaan selanjutnya adalah berapa
besar imbal hasil tersebut? Para ahli ekonomi keuangan (financial
economist) berpendapat bahwa, “Semakin berisiko suatu investasi, maka
makin tinggi return ekspektasinya” (the riskier the investment, the higher
the expected return).
Jumlah investasi awal yang dilakukan oleh (seorang) investor pada
perusahaan, seringkali menjadi investasi atau modal awal (initial
investment or capital). Untuk kemudian investasi menjadi aktiva/kekayaan
perusahaan (firm’s assets) baik itu pada aktiva lancar seperti: kas,
ekuivalen kas, surat
17
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

berharga, piutang dagang, maupun beragam persediaan. Sebagian investasi


tersebut dibelanjakan untuk mendukung sustainabilitas perusahaan,
seperti: plant, property, equiptment, land, dan juga beragam jenis investasi
jangka panjang lainnya. Dalam sejumlah kasus, secara khusus pada kasus
perusahaan kecil (small business), seorang investor melakukan sendiri
pengambilan keputusan tersebut (all of the firm’s investment decision).
Namun demikian, pada kasus lain pada sejumlah perusahaan bertumbuh
(growth’s firms), pengambilan keputusan tersebut telah didelegasikan pada
pihak atau orang lain yang kemudian dikenal sebagai manajemen
perusahaan/agen.
Agar imbal hasil yang diekspektasikan investor dapat dipenuhi, maka
langkah selanjutnya adalah manajemen atau pemilik perusahaan atau
investor harus segera me-utilisasi aktiva yang dimiliki untuk bisa
menghasilkan suatu produk (barang dan atau jasa) yang dapat dijual pada
para pembeli (the buyers). Tentu saja, dalam proses penciptaan barang dan
jasa yang dapat dijual tersebut, perusahaan mengeluarkan berbagai biaya,
sebagai contoh: biaya operasi dan produksi, biaya distribusi dan
penyimpanan/ pergudangan, biaya tenaga kerja dan juga pajak. Selisih
antara berbagai biaya yang dikeluarkan dengan total pendapatan atau
transaksi yang terjadi merupakan keuntungan perusahaan (the firm’s
profit).
Dalam perspektif manajemen keuangan, keuntungan perusahaan ini
selanjutnya digunakan sebagai dasar estimasi imbal hasil investor. Untuk
memperoleh delinasi yang lebih jelas, maka selanjutnya pembahasan akan
lebih difokuskan pada sisi atau aspek “investors” yang telah memutuskan
sumberdayanya (money capital) diinvestasikan dalam bisnis tertentu.
Dalam praktik terbaiknya, sangat jarang suatu bisnis hanya didanai
oleh seseorang investor saja (all equity financing), namun ada banyak
investor yang berpartisipasi dalam pembelanjaan aset-aset perusahaan.
Tidak semua investor memiliki kesamaan tujuan, dalam konteks ini, tujuan
para investor diklasifikasikan pada tujuan/kontrak pada saat mereka
(investors) mendirikan perusahaan.
Berkenaan dengan kontrak investor pada saat mereka mendirikan

18 Chapter 2
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n
atau mengembangkan usaha perusahaan, ada 2 (dua) tipe kontrak dasar,
yaitu

Kerangka Dasar Keuangan 19


Korporasi
(i) debt contracts dan (ii) equity contracts. Debt contract merupakan suatu
kesepahaman yang memuat kesanggupan/janji debitur untuk membayar
kembali kepada para investor. Pihak yang memiliki hak/claims atas aktiva
yang dibiayainya (invested assets) disebut debtholders.
Gambar 2.1 menggambarkan mengenai kedua jenis kontrak seperti
yang telah dijelaskan dalam bagian atau paragraf sebelumnya.

Debt
Investors
Para
Investasi Dana
Manajer
Equity Investors

Returns Returns Returns

Sumber: Modified from Lorenzo and Firginia, 2010

Gambar 2.1
Basic Corporate Finance Framework

Gambar 2.1 mengilustrasikan kegiatan bisnis utama perusahaan,


diawali dari aktivitas pengidentifikasian atas berbagai peluang investasi
(investment scanning) kemudian mencari sumber pendanaan untuk
melanjutkan peluang investasi tersebut. Tahap selanjutnya adalah
mengeksekusi beragam investasi terpilih tersebut untuk menghasilkan
pendapatan dan dari sumber ini perusahaan akan membayar biaya operasi,
kewajiban terhadap kreditur juga termasuk imbal hasil (return) bagi
pemilik perusahaan (equity holder’s return atau Return On Equity ~ ROE).
Sementara itu yang dimaksud dengan equity contracts menunjukkan
situasi yang bertolak belakang dengan penjelasan pertama, dalam kontrak
atau perjanjian jenis kedua ini, mengindikasikan adanya residual claims
atas invested assets atau profit perusahaan. Profit adalah nilai dalam satuan
moneter setelah perusahaan membiayai semua biaya operasi dan
kewajiban (obligations) pada kreditur atau debtholders. Pemilik jenis klaim
terakhir ini kemudian disebut equityholders atau equitycontracts.
Untuk memperoleh relasional dari berbagai kegiatan bisnis
perusahaan, maka selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan keuangan
perusahaan (the firm’s financial statement). Laporan keuangan perusahaan
merupakan satu set dokumen (a set of documents) yang memuat dan
mengelola berbagai informasi penting tentang aktivitas yang telah
dilakukan oleh manajemen perusahaan pada suatu waktu tertentu di masa
lalu. Ada dua jenis laporan keuangan standar, yaitu: (i) neraca (the balance
sheet) dan (ii) laporan laba rugi (the income statement).

Laporan Keuangan Perusahaan (A Corporate Financial Statement)


Dalam penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa beragam kegiatan
utama perusahaan dicatat dalam dua jenis laporan keuangan utama, yaitu:
(i) neraca dan (ii) laporan laba rugi. Pada bagian atau paragraf selanjutnya
penulis akan menjelaskan karakteristik utama dari kedua laporan
keuangan tersebut yang dilakukan secara terpisah dan begitu juga
interaksi di antara keduanya. Interaksi di antara keduanya sangatlah
penting bagi para analis keuangan untuk memperoleh
gambaran/potret/snapshot yang lebih lengkap mengenai situasi keuangan
perusahaan dan kinerja bisnis perusahaan (business performance of the
firm).

Neraca (The Balance Sheet)


Sebuah neraca perusahaan menyediakan sebuah potret atau snapshot
perusahaan pada suatu periode waktu tertentu atas berbagai aktivitas
yang telah dilakukan perusahaan. Laporan tersebut pada dasarnya terdiri
dari 2 (dua) bagian utama, yaitu: (i) sisi sebelah kiri (left hand side) yang
menyajikan aset/aktiva perusahaan, dan (ii) sisi sebelah kanan (right hand
side) menyajikan kewajiban atau liabilities perusahaan. Aktiva tersebut
mencerminkan investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, sementara
itu kewajiban atau utang menggambarkan bagaimana aktiva perusahaan
tersebut didanai. Dari penyajian sebuah neraca perusahaan adalah mudah
untuk memahaminya, karena kedua sisi neraca merefleksikan seperti dua
sisi koin/mata uang. Satu sisi neraca tidak dapat dipengaruhi atau dirubah
tanpa merubah atau mempengaruhi sisi yang lainnya dan keduanya
memiliki ukuran yang sama (misalnya, aktiva akan sama dengan utang
perusahaan; TA = E + D).
Sebagai contoh, apabila manajemen perusahaan melakukan investasi
baru, maka perusahaan juga harus mencari tambahan pendanaan
(peningkatan aktiva merefleksikan adanya investasi sementara
peningkatan utang merefleksikan pendanaan). Dengan cara yang sama,
seandainya kita memperoleh pendanaan baru, maka manajemen
perusahaan memperoleh kas atau membeli barang atau perlengkapan
kantor (meningkatnya baik aktiva maupun utang).
Komponen-komponen yang disajikan dalam sebuah neraca disusun
dengan urutan-urutan tertentu. Aktiva dalam neraca diawali dengan
beragam aktiva yang likuid (aktiva yang dengan mudah dapat
dikonversikan kembali menjadi kas). Sementara utang disajikan atau
diurutkan berdasarkan pada tingkat klaim dan waktu jatuh tempo (i.e.
when the liabilities is due). Pada sisi aktiva, beragam komponen aktiva
diurutkan berdasarkan tingkat likuiditas (descending liquidity), hal ini
berarti komponen aktiva yang paling likuid akan disajikan pada daftar
aktiva teratas, sementara yang lainnya ada di bawahnya. Berdasarkan
aturan tersebut, maka aktiva perusahaan disusun dengan urut-urutan
sebagai berikut: cash, bank accounts or cash equivalent, marketable or
tradable securities, trade or account receivables, inventories and at the very
bottom, property, plant, and equipment (PPE). Perlu dicatat bahwa aktiva-
aktiva tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori utama, yaitu:
(i) aktiva jangka pendek atau aktiva lancar yang diharapkan dapat menjadi
kas dalam jangka pendek dan (ii) aktiva tetap atau aktiva tidak lancar yang
diharapkan dapat kembali menjadi kas lebih dari 1 (satu) tahun.
Pada sisi utang perusahaan dalam sebuah neraca komponen
komponen disusun berdasarkan pada tingkat eksibilitasnya, komponen-
komponen
pasiva yang memiliki tingkat jatuh tempo atau klaim tercepat akan
ditempatkan pada daftar yang paling atas, sementara komponen pasiva
atau utang yang klaimnya masih panjang (the furthest-dated claim)
ditempatkan pada bagian bawah neraca sebelah kanan. Dengan demikian,
klaim terendah dalam susunan utang adalah ekuitas atau modal sendiri
yang akan menerima klaim aset setelah semua kewajiban terpenuhi (The
least exigible claim consists of equity, since equity holders receive their part
after all other obligations have been satisfied).

Current Assets Current Liabilities


Cash & Bank Accounts Trade ReceivablesSuppliers Employees
Inventories
Other Current Assets Short Term Financial Debt
Taxes

Non Current Liabilities


Long Term Financial Debt Other Long Term Liabilities

Non Current Assets


Goodwill
Property, Plant & Equipment
Other Long Term Assets
Shareholders Equity

Gambar 2.2
Contoh Komponen Neraca

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa neraca


adalah snapshot dari investasi dan pendanaan perusahaan yang telah
terjadi pada suatu waktu tertentu. Dalam praktiknya, snapshot/potret
tersebut merujuk pada horizon waktu satu bulan, triwulan, semester,
tahunan atau periode waktu lainnya. Snapshot/potret kebijakan investasi
dan pendanaan perusahaan selanjutnya dikomparasikan antar waktu
untuk memperoleh gambaran evolusi perubahan investasi dan pendanaan
sepanjang waktu.
Ketika seseorang sedang menganalisis investasi perusahaan, pada
dasarnya mereka tidak hanya melihat bagaimana ukuran atau besaran
investasinya saja (not just only size of investments), namun juga mereka
harus memahami apa yang menjaid faktor pemicunya (main drivers),
dengan
perkataan lain, apa yang sedang terjadi dalam perusahaan manakala
adanya perubahan secara dramatis pada akun piutang usaha atau tingkat
persediaan. Peningkatan investasi baru juga mengindikasikan adanya
pertumbuhan pendanaan aset, pertanyaan pentingnya adalah apakah
investasi tersebut didanai oleh sumber jangka pendek atau jangka
panjang? oleh debt atau equity? Pilihan alternatif pendanaan akan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan secara signifikan dan
juga pada keterbukaan risiko perusahan (corporate risk exposure).
Untuk memperoleh hasil analisis kinerja keuangan perusahaan, maka
proses analisis seharusnya dilakukan dengan membandingkan akun-akun
yang ada dalam neraca dan juga laporan laba rugi perusahaan.
Penggabungan analisis kedua laporan keuangan tersebut akan mampu
menggambarkan apa yang sudah terjadi pada masa lalu dengan utilisasi
aktiva perusahaan oleh manajemen. Satu hal, analisis secara simultan
laporan keuangan perusahaan (balance sheet and income statement)
sebagai suatu skenario film, akan mampu menceritakan potret keterkaitan
angka-angka di antara keduanya sebagai suatu potret implementasi
kebijakan keuangan perusahaan. Itulah inti dari analisis kinerja keuangan
perusahaan, selanjutnya konsep analisis ini dalam praktiknya kita kenal
sebagai analisis rasio keuangan perusahaan.

Laporan Laba Rugi Perusahaan (Corporate Income Statement)


Laporan laba rugi perusahaan adalah suatu gambaran dari
representasi operasi bisnis perusahaan, yang secara khusus akan
memuat catatan mengenai total penjualan yang terealisasi dan beragam
biaya (cost) yang terjadi sepanjang waktu pada periode
tersebut/tertentu, dari laporan ini keuntungan bersih perusahaan
dihitung. Seperti halnya neraca, laporan laba rugi juga dapat disusun
sesuai dengan horizon waktu yang diinginkan, per bulan, per triwulan,
semester atau laporan laba rugi perusahaan per tahun. Gambar 2.3 contoh
komponen atau akun yang secara umum ada dalam sebuah laporan
laba rugi perusahaan. Dari contoh sampel sederhana sebuah laporan
keuangan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3 mengilustrasikan
bagaimana profit dihitung. Seperti yang dijelaskan pada
bagian sebelumnya bahwa ada relasional kuat antara neraca dengan
laporan laba rugi perusahaan.

Net Sales
Minus Cost of Goods Sold
Gross Profit (or Contribution Margin)
Minus Fixed Costs
EBIT
Minus Interest Expenses
Income Before Taxes
Minus Income
Taxes Net
Income

Gambar 2.3
Contoh Laporan Laba Rugi Perusahaan

Perubahan pada neraca otomatis akan berpengaruh terhadap


komponen yang ada dalam laporan laba rugi. Memahami interaksi antara
kedua laporan tersebut sangat krusial untuk memperoleh konklusi akurat
mengenai kinerja bisnis dan kemampulabaan perusahaan. Laporan laba
rugi perusahaan menunjukkan bagaimana keuntungan (accounting profit)
dihasilkan dari operasi perusahaan.
Dalam praktiknya, investor akan memperoleh imbal hasil dari kegiatan
operasinya, di mana return yang diterima berasal dari profit yang
dihasilkan. Namun demikian, perhatian investor tidak hanya pada
masalah profit saja, akan tetapi juga aliran kas perusahaan (cash flow of
the firm). Lebih spesifik lagi, investor akan memperhatikan jumlah kas
yang telah mereka investasikan kemudian mereka juga akan
membandingkan nilai ini dengan jumlah kas dari return investasinya.

Imbal Hasil Investasi (Return on Investment)


Pada saat aliran kas (cash inflow) terealisasi dari sejumlah transaksi
penjualan, manajemen akan mendistribusikan kas tersebut kepada
beragam pemegang klaim. Kelompok pertama yang memiliki klaim atas kas
dari pendapatan perusahaan adalah tenaga kerja dan para vendor atau
providers
atau suppliers. Selanjutnya kelompok berikutnya adalah beragam
pemenuhan atas pemegang klaim keuangan, misalnya pembayaran bunga
dan prinsipalnya (debtholders or bondholders), termasuk pembayaran
pajak. Setelah semua klaim terpenuhi, maka sisa kas menjadi hak para
pemilik sebagai residual claim atau sebagai equityholders sering juga
disebut shareholders atau para pemegang saham perusahaan.

Suppliers Employees

Investments
Financial Debt

Shareholders
Equity

Gambar 2.4
Distribusi Aliran Kas Perusahaan

Gambar 2.4 mengilustrasikan distribusi penerima kas perusahaan,


dan secara khusus bagaimana return investasi dari seorang investor di-
hitung atau ditentukan. Dari gambar tersebut, arah anak panah menunjuk-
kan distribusi aliran kas perusahaan berdasarkan pada senioritas klaim.
Dari diskusi sebelumnya, jelas bagaimana para investor (a financial
investors) dibayar dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan, namun
pertanyaannya adalah apakah nilai/kas yang dibayarkan tersebut cukup
memuaskan dari ekspektasi imbal hasil (return) sebelumnya?

Return yang diharapkan Investor – Biaya Modal (Investor’s Expected


Return – Cost of Capital)
Pada bagian awal bab ini telah disinggung mengenai nilai tukar
(exchange rate) dari kesediaan seorang investor untuk berinvestasi
dalam aset
perusahaan. Nilai tukar tersebut pada dasarnya adalah sebuah kompensasi
atas risiko yang kemungkinan ia tanggung. Oleh karena itu, makin besar
kesedian atas risk bearing, maka makin besar ekspektasi return dari
kegiatan investasinya.
Perbedaan alokasi dari kas yang dihasilkan akan berimplikasi
terhadap besaran risiko yang dipikulnya (risk bearing), sebagai contoh,
pegawai, pemasok atau supplier dan kreditur atau debtholders akan
menerima pembayaran sesuai dengan janji atau promise atau skedul.
Sementara pemilik perusahaan atau owners or shareholders, mereka tidak
memiliki janji pembayaran tertentu,mereka hanya akan menerima
claim/tuntutan/ hak setelah semua bagian telah menerima haknya masing-
masing, sebagai konsekuensinya para pemilik perusahaan akan memiliki
tingkat risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan pihak lain yang
memiliki skala prioritas tuntutan terhadap cash inflow yang lebih tinggi.
Permasalahannya adalah bagaimana kita dapat memisahkan atau
menjelaskan perbedaan return ekspektasi (expected return) dari investor
yang berbeda? Pertimbangkan apabila ada seseorang tidak menanggung
risiko dalam bisnisnya, pastilah investor itu akan memilih investasi bebas
risiko (riskless investment). Sekarang pertimbangkan kembali apabila
seseorang berinvestasi pada aset berisiko (risky assets), tentu saja mereka
(investors) tidak akan menerima return atau imbal hasil yang lebih kecil
dari investasi bebas risiko, mereka akan mensyaratkan atau menghendaki
adanya risiko premium di atas investasi bebas risiko. Berdasarkan pada
penjelasan tersebut, maka kita dapat memformulasikan secara matematik
persamaan return ekspektasi, yaitu:
Expected Return = Rf + Risk Premium...................................................(2.1)
di mana:
Rf = the return promised by a risk-free investment
Risk Premium = the extra return that an investor requires for an
investment with a given level of risk
Apabila return ekspektasi dari seseorang investor secara sendiri-
sendiri, maka rumusan ekspektasi return investasi secara umum dapat
dirubah menjadi persamaan return ekspektasi individu investor sebagai
berikut:
Ke = Rf + Risk Premiume........................................................................................................................... (2.2)
di mana:
Ke = biaya modal sendiri (cost of equity)
Rf = investasi bebas risiko (risk free rate)
Risk premium = the extra return that aninvestor requires for aninvestment
with a given level of risk

Apabila investasi dalam aktiva tersebut berasal dari pinjaman/utang


di mana biaya utang dinotasikan dengan kd maka persamaan tersebut
dirubah menjadi:
Kd = Rf + Risk Premiumd......................................................................................................................... (2.3)
Karena pemegang ekuitas/pemilik perusahaan memiliki prioritas
terendah terhadap klaim/tuntutan cash inflow atau aktiva, maka
equityholder akan memiliki tingkat risiko yang lebih besar dari debtholders,
di mana nilai Rf sama pada kedua persamaan, maka: Risk Premiume > Risk
Premiumd , oleh karena itu Ke > Kd kondisi ini mencerminkan bahwa risiko
yang lebih tinggi dari pemilik ekuitas dikaitkan dengan makin tingginya
ekspektasi tingkat imbal hasilnya.
Seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bahwa sangat kecil
aktiva hanya dibiayai dari satu jenis sumber saja, tapi ada banyak sumber
pendanaan yang terlibat di dalam sebuah perusahaan. Oleh karena itu,
kombinasi sederhana dari minimal 2 (dua) sumber pendanaan (Debt vs
Equity) akan menghasilkan biaya rata-rata tertimbang dari komposisi
masing-masing WACC atau Weighted Average Cost of Capital dengan
formulasi sebagai berikut:
B
r =r + (1-T )(r -r )
S 0 C 0 B
S
Debtholders Kd = Rf + RPd

Investment WACC

Equityholders Ke = Rf + RPe

Gambar 2.5
The Cost of Capital

Gambar 2.5 mengilustrasikan bagaimana ekspektasi return baik dari


debt dan ekuitas dihitung di mana komposisi ekuitas dan debt masing
masing E/(D+E) dan D/(D+E), sementara biaya modal bersih dari
pinjaman:
Kd (after tax) = Kd (1–t).........................................................................(2.4)
CHAPTER
MANAJEMEN
3 MODAL
KERJA

PENDAHULUAN
Modal kerja adalah suatu konsep yang sangat kompleks, dalam praktik
terbaiknya (in the best practices) banyak ditemukan sejumlah manajer dan
para pemilik perusahaan menemukan kesulitan ketika berupaya untuk
menerjemahkan definisi tersebut kedalam operasi bisnisnya. Alasan dibalik
sulitnya menerjemahkan kalimat tersebut boleh jadi karena
kesederhanaan dari istilah tersebut (modal kerja). Definisi standar yang
sering dipergunakan terkait dengan istilah tersebut merujuk pada nilai
selisih antara nilai utang lancar dengan aktiva lancar (net working capital
concept). Namun demikian, tidaklah seharusnya pemehaman orang
diarahkan secara lebih detail terhadap definisi tersebut.

29
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

Dalam buku ini akan dijelaskan definisi dan interpretasi dari modal
kerja. Organisasi bab ini dikelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama,
akan dijelaskan mengenai definisi standar dan interpretasi modal kerja.
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana definisi modal kerja secara
sederhana gagal untuk menjelaskan secara keseluruhan cerita/aktivitas
bisnis perusahaan dan membutuhkan pemahaman mengenai modal kerja
secara holistik. Pada bagian kedua, akan mengilustrasikan bagaimana
mekanisme interaksi modal kerja dan kebutuhan pendanaan untuk
aktivitas/operasi perusahaan dengan cara yang sederhana. Pada bagian
ketiga atau terakhir akan dijelaskan apa saja faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kebutuhan pendanaan dan modal kerja.

3.1. Pengertian Modal


Secara umum modal dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Working
Capital adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek atau aktiva
lancar (current assets) yang pada umumnya terdiri dari komponen: kas,
sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha yang menghasilkan
current income, dan persediaan. 2) Non Working Capital adalah investasi
perusahaan pada aktiva tetap, akan tetapi tidak menghasilkan current
income.

3.2. Konsep Modal Kerja


Untuk memudahkan elemen-elemen modal kerja, dikenal dengan
konsep modal kerja, yaitu:
1. Modal Kerja Bersih (Net Working Capital Concept)
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, net working capital
adalah selisih antara current assets dan current liabilities, di mana selisih
ini bisa positif atau negatif. Bila current assets lebih besar dari pada current
liabilities, maka net working capital akan positif. Sebaliknya, bila current
assets lebih kecil daripada current liabilities, maka net working capital akan
negatif.
Konversi current assets dari persediaan atau inventory menjadi
piutang usaha atau account receivables kemudian menjadi cash merupakan
sumber kas yang akan digunakan untuk membayar current liabilities.
Pengeluaran kas untuk current liabilities relatif dapat diprediksikan,
sedangkan memprediksikan aliran kas masuk (estimated cash inflow), yaitu
mengkonversikan aktiva lancar (current assets) menjadi aset yang lebih
likuid adalah lebih sukar.
Seringkali dalam kenyataannya banyak perusahaan menghadapi
kesulitan dalam mengatur tingkat maturity antara ekspektasi aliran kas
masuk dengan aliran kas keluar secara pasti. Dengan demikian, aktiva
lancar yang mampu lebih besar menutup aliran kas keluar adalah penting.
Oleh karena itu, semakin besar selisih current assets terhadap current
liabilities adalah semakin baik, meskipun pendapat ini boleh jadi belum
mempertimbangkan kualitas current assets.
2. Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital Concept)
Konsep ini mengisyaratkan keseluruhan investasi perusahaan pada
aktiva lancar yang pada umumnya terdiri dari kas, equivalent cash, surat
berharga, piutang usaha, dan persediaan. Pendekatan modal kerja kotor
menekankan pada proses bisnis yang terjadi, hal ini mengindikasikan
terjadinya perubahan jumlah pada masing-masing komponen aktiva lancar
seiring dengan berjalannya waktu dan terjadinya transaksi bisnis/operasi.

3.3. Manajemen Modal Kerja


Aktiva dan kewajiban lancar tidak dapat dibiarkan saja berjalan tanpa
ada suatu pengaturan yang baik. Ketidaksesuaian antara investasi dan
pendanaan spontandan jangka pendek (spontaneousandshortterm
financing) pada akhirnya akan menimbulkan masalah bagi perusahaan,
munculnya permasalahan baik dalam jangka pendek (terjadinya ilikuiditas
perusahaan) maupun menurunnya kemampulabaan perusahaan
(profitabilitas) akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan
demikian, baik sisi investasi

Manajemen Modal Kerja 31


maupun pendanaan jangka pendek ini seharusnya dikelola dengan baik.
Pengelolaan aktiva lancar perusahaan dan pendanaan yang dibutuhkan
untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar.
Dewasa ini pengolahan modal kerja suatu perusahaan meliputi
berbagai fungsi yang tidak sekedar atau terbatas pada pengelolaan
investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar. Ada dua masalah pokok
dalam working capital management dari suatu perusahaan yaitu: a)
pengelolaan investasi perusahaan yang berupa aktiva lancar dan b)
pengelolaan penggunaan utang lancar atau utang jangka pendek
perusahaan.
Manajemen modal kerja meliputi beberapa aspek yang sering
dijadikan sebagai topik studi yang penting: a) Sebagian besar waktu
manajer tersita untuk kegiatan yang berhubungan dengan modal kerja; b)
Manajemen modal kerja sangat penting bagi perusahaan yang kecil,
walaupun perusahaan ini dapat mengurangi investasi pada aktiva tetap
dengan cara leasing, tetapi perusahaan tidak dapat menghindari kebutuhan
akan kas, piutang, dan persediaan; c) Adanya hubungan langsung antara
pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar.

3.4. Pentingnya Manajemen Modal Kerja


Ada beberapa alas an yang mendasari pentingnya manajemen modal
kerja, yaitu: a) secara khusus dalam perusahaan manufaktur umumnya
aktiva lancar (AL) lebih dari setengah dari total aktiva, b) AL yang
berlebihan akan menurunkan return investasi atau Return on Investment
(ROI), c) bagi perusahaan kecil, utang lancar (UL) merupakan sumber
pendanaan eksternal utama, d) manajemen modal kerja berpengaruh
terhadap risiko perusahaan, return, dan harga saham.

3.5. Jenis-Jenis Modal Kerja


Menurut W.B. Taylor jenis modal kerja dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Modal kerja tetap/modal kerja yang harus ada dalam perusahaan.
a. Modal kerja primer: jumlah modal kerja minimal yang harus ada
dalam perusahaan untuk kelancaran usaha.
b. Modal kerja normal: jumlah modal kerja untuk menyelenggarakan
luas prediksi normal atau dinamis sesuai rata-rata.
2. Modal kerja variabel atau modal kerja yang berubah-ubah.
a. Modal kerja musiman: modal kerja yang jumlahnya berubah
karena fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis: modal kerja yang berubah karena fluktuasi
konjungtur.
c. Modal kerja darurat: modal kerja yang diperlukan dalam keadaan
darurat.

3.6. Perputaran Modal Kerja


Modal kerja dalam perusahaan akan selalu berputar sesuai dengan
perputaran operasi perusahaan. Periode perputaran modal kerja dimulai
pada saat modal diinvestasikan ke dalam komponen modal kerja, melalui
proses operasi sampai dana tersebut kembali menjadi kas, semakin pendek
proses operasi, maka semakin cepat tingkat perputaran modal kerjanya.
Operasi perusahaan terdiri dua jenis usaha, yaitu operasi berupa: a) barang
dagangan dan b) berupa barang industri. Secara umum, dalam praktiknya
periode perputaran barang dagangan lebih pendek daripada barang
industri.
Adapun proses perputaran barang dagangan dapat digambarkan
sebagai berikut.
1. Penjualan dengan kredit:
Kas1 Barang Piutang Kas2

Pembelian Penjualan Penerimaan


Uang
2. Penjualan dengan tunai:
Kas1 Barang Kas2

Pembelian Penjualan/
Penerimaan Barang

Sedangkan proses perputaran modal kerja di barang industri di-


gambarkan seperti berikut.

Kas1 Barang
Proses (Piutang) Kas2
Produksi Jadi

Upah Buruh Penjualan Penerimaan


dan Material Uang

3.7. Besarnya Kebutuhan Modal Kerja


Besar kecilnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh: a) periode
perputaran atau periode terikatnya modal kerja, adalah jangka waktu
pemberian kredit beli lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lama
proses produksi, sampai jangka waktu penerimaan piutang; b)
pengeluaran kas rata-rata tiap hari yang terdiri dari pembelian bahan,
pembayaran upah/ gaji dan pengeluaran yang sifatnya rutin; c) apabila
jumlah pengeluaran setiap hari tetap, makin lama periode perputaran
operasi, maka jumlah modal kerja semakin besar, sedangkan apabila
jumlah pengeluaran setiap hari semakin besar, periode perputaran operasi
tetap, maka jumlah modal kerja semakin besar.
Besarnya kebutuhan modal kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:

Modal Kerja = Periode Perputaran × Jumlah Perputaran Tiap Hari

Apabila jumlah pengeluaran setiap hari tetap, makin lama periode


perputaran operasi, maka jumlah modal kerja semakin besar, sedangkan
apabila jumlah pengeluaran setiap hari semakin besar, periode perputaran
operasi tetap maka jumlah modal kerja semakin besar.
Siklus konversi kas adalah jangka waktu sejak bahan baku dibayar
sampai uang kas diterima dari hasil penjualan barang jadi. Siklus konversi
kas dapat dihitung sebagai berikut.

Periode Konversi Persediaan + Periode Konversi Piutang –


Periode Penangguhan Piutang Usaha

3.8. Masalah Mengenai Modal Kerja


Ada tiga hal yang mempengaruhi penentuan modal kerja optimal, yaitu
pertimbangan likuiditas, profitabilitas, dan tingkat risiko. Untuk
menentukan pertimbangan likuiditas ada tiga alternatif kebijakan modal
kerja yang digambarkan sebagai berikut:
Optimal Amount (Level) of Current Assets

s of production Continuous production Three different policies for current asset Policy
levels Aare possible
ASSET LEVEL ($)

Policy B Policy C

Current Assets

0 25.000 50.000
OUTPUT (units)
Gambar 3.1. Kebijakan dalam
Modal Kerja Perusahaan

Keterangan Gambar 3.1.:


Kebijakan A:
Likuiditas perusahaan tinggi, merupakan kebijakan yang paling
konservatif, aktiva lancar yang dimiliki paling besar, sehingga output
makin banyak (kenaikan output menurun).
Kebijakan B:
Likuiditas perusahaan sedang, jumlah aktiva lancar yang dimiliki lebih
kecil. Kebijakan modal kerja jenis ini merupakan nilai rerata dari
kecenderungan industri, sehingga merupakan indifferent.
Kebijakan C:
Likuiditas perusahaan rendah, kebijakan ini cenderung lebih agresif,
jumlah aktiva lancar yang dimiliki rendah dengan jumlah output yang
sama.

Apabila dikaitkan dengan laba, maka kebijakan C (aggressive


approach) akan mendapatkan jumlah laba yang maksimal, sehingga
manajer me- nanggung konsekuensi:
1. Jumlah kas berkurang, berakibat mengurangi kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban keuangan saat jatuh tempo.
2. Jumlah piutang berkurang, dengan memberikan syarat kredit lebih
ketat dan kebijakan lebih mantap, akan berdampak hilangnya
penjualan akibat habisnya persediaan.
Tingkat pengembalian investasi merupakan perbandingan antara laba
bersih dengan total aktiva, sehingga jika laba yang diperoleh maksimal
maka tingkat pengembalian investasi juga tinggi. Hubungan antara ketiga
alternatif kebijakan modal kerja dengan likuiditas, profitabilitas, dan
tingkat risiko.

Tinggi Rendah

Likuiditas Kebijakan A Kebijakan B Kebijakan C

Profitabilitas Kebijakan C Kebijakan B Kebijakan A


Risiko Kebijakan C Kebijakan B Kebijakan A

Gambar 3.2. Hubungan Likuiditas,


Profitabilitas dan Risiko dalam
Beragam Kebijakan Modal Kerja
Perusahaan
Likuiditas tertinggi pada kebijakan A, dengan konsekuensi akan
mendapatkan profit dan risiko rendah, sedangkan apabila perusahaan
menginginkan profit yang tinggi, maka sebaiknya manajer memilih
kebijakan C, dengan konsekuensi tingkat likuiditas perusahaan rendah dan
tingkat risiko tinggi.
Dari penjelasan dan ilustrasi tersebut, maka dapat ditarik dua prinsip
dasar keuangan yang terkait dengan masalah pengelolaan modal kerja:
1) kemampuan untuk memperoleh laba perusahaan berbanding terbalik
dengan likuiditas, 2) kemampuan untuk memperoleh laba bergerak searah
dengan risiko.
Oleh karena itu, modal kerja optimal sangat ditentukan oleh sikap
manajemen terhadap trade-off antara kemampuan memperoleh laba dan
risiko. Trade-off atau tukar balik dapat terjadi antara profitabilitas dan
risiko. Profitabilitas dalam hal ini, adalah hubungan antara revenue dan
cost yang ditimbulkan sehubungan dengan penggunaan aset perusahaan.
Profit perusahaan dapat naik, karena: a) revenue yang meningkat, dan b)
cost yang menurun.
Risiko dalam hal short term financial management adalah probabilitas
perusahaan tidak dapat membayar kewajiban-kewajibannya yang jatuh
tempo. Risiko ini disebut technical insolvency. Secara umum, diasumsikan
apabila net working capital lebih besar, maka risiko tersebut lebih kecil.
Dengan kata lain, semakin banyak net working capital, semakin likuid
perusahaan. Oleh karena itu, semakin rendah pula risiko technical
insolvency- nya.

3.9. Menguraikan Sumber Pendanaan Aktiva Lancar


Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, terutama dalam
ilustrasi masalah modal kerja, lebih lanjut pada sub bagian ini akan
dijelaskan lebih rinci mengenai tiga pendekatan dalam menangani
khususnya pada aspek sumber pendanaan aktiva lancar, ketiga
pendekatan tersebut, yaitu:
1) pendekatan pencocokan waktu jatuh tempo atau likuidasi sendiri
(maturity matching approach) atau self liquidity, 2) pendekatan agresif
(aggressive approach), dan 3) pendekatan konservatif (conservative
approach).

1) Pendekatan pencocokan waktu jatuh tempo atau likuidasi sendiri


(maturity matching approach) atau self liquidity
Adalah pencocokan waktu jatuh tempo aktiva dan kewajiban. Strategi
ini
meminimalkan risiko perusahaan yang tidak mampu melunasi kewajiban-
kewajibannya yang telah jatuh tempo. Kebijakan ini merupakan kebijakan
moderat (karena sebagian besar perusahaan cenderung mendanai aktiva
lancar dengan sumber pendanaan jangka pendek dan sebaliknya). Atau
suatu metoda pendanan dimana setiap aktiva harus didanai dengan
instrumen pendanaan yang memiliki ekuivalensi waktu jatuh tempo.
Kendala strategi dalam pendekatan ini adalah: a) terdapat
ketidakpastian pada umur aktiva, b) sejumlah ekuitas biasa harus
digunakan dan ekuitas biasa tidak memiliki jatuh tempo.

Short-term financing**
DOLLAR AMOUNT

Current assets*

Long-term
Fixed assets financing

TIME

Gambar 3.3. Pendekatan


Matching Maturity/Self
Liquidity

Keterkaitan antara kebutuhan dan penggunaan dana dalam


pendekatan likuiditas sendiri atau self liquidity, dapat disimpulkan sebagai
berikut: a) aktiva tetap (fixed assets) dan bagian aktiva lancar non
musiman didanai
dengan utang jangka panjang dan modal sendiri, b) long term profitability
of assets to cover the long term financing costs of the firm, c) kebutuhan
yang bersifat musiman didanai oleh utang jangka pendek, d) under normal
operations sufficient cash flow is expected to cover the short term financing
cost.

2) Pendekatan Agresif (Aggressive Approach)


Adalah kebijakan pendanaan aktiva lancar dengan cara pendanaan
seluruh aktiva tetapnya dengan modal jangka panjang dan sebagian
dari aktiva lancar permanennya (aktiva tetap yang harus dimiliki oleh
perusahaan, meskipun sedang berada di bagian terendah siklus bisnisnya)
dengan kredit jangka panjang non spontan. Strategi ini untuk mendapatkan
keuntungan pendanaan utang jangka pendek lebih murah dari utang
jangka panjang. Perusahan meningkat risikonya dikaitkan dengan
pinjaman jangka pendek dengan penggunaan porsi yang lebih besar dalam
pendanaan jangka panjang.
Kendala strategi yang dihadapi dalam melaksanakan pendekatan ini
adalah: a) mengorbankan keamanan, karena perusahaan sepenuhnya
berada dalam bahaya kenaikan tingkat suku bunga, b) masalah dalam
perpanjangan pinjaman.

Short-term financing
DOLLAR AMOUNT

Current assets

Long-term
Fixed assets financing

TIME

Gambar 3.4. Pendekatan Agresif


dalam Modal Kerja
3) Pendekatan Konservatif (Conservative Approach)
Adalah kebijakan mengenai pendanaan aktiva lancar, yang
menyatakan bahwa modal jangka panjang (long term financing) digunakan
untuk mendanai seluruh kebutuhan aktiva lancar permanen dan juga
untuk memenuhi beberapa kebutuhan pendanaan musiman; dalam situasi
ini perusahaan menggunakan kredit jangka pendek non spontan dalam
jumlah kecil untuk memenuhi kebutuhan puncaknya di samping itu
perusahaan juga memenuhi sebagian kebutuhan musiman dengan
menyimpan likuiditas dalam bentuk sekuritas. Pendekatan konservatif
adalah kebijakan pendanaan aktiva lancar yang paling aman.
Perusahaan dapat mengurangi risiko dengan mengkaitkan pinjaman
jangka pendek dengan menggunakan proporsi pendanaan jangka panjang
yang lebih besar.
Manfaat sumber pendanaan jangka panjang: a) berkurangnya ke-
khawatiran dalam me-refinancing kewajiban jangka panjang (less worry
in refinancing short term obligations), b) berkurangnya ketidakpastian
mengenai biaya bunga di masa depan (less uncertainty regarding future
interest costs).

Short-term financing
DOLLAR AMOUNT

Current assets*

Long-term
Fixed assets financing

TIME

Gambar 3.5. Pendekatan


Konservatif dalam Modal Kerja
Risiko pendanaan jangka pendek antara lain, a) umumnya meminjam
lebih dari yang dibutuhkan (borrowing more than what is necessary),
b) umumnya meminjam dengan biaya modal yang lebih tinggi (borrowing
at a higher overall cost (usually)).
Hasil dari pemilihan dengan pendekatan ini adalah para manajer akan
menerima profit ekspektasi yang lebih kecil sebagai suatu pertukaran
dengan makin kecilnya tingkat risiko yang ditanggung (manager accepts
less expected profits in exchange for taking less risk).

3.10. Ringkasan Pendanaan Jangka Panjang dan Pendek


a. Tingkat aktiva lancar dan metoda pendanaan aset bersifat bebas (the
level of current assets and the method of financing those assets are
interdependent).
b. A conservative policy of “high” levels of current assets allows a more
aggressive method of financing current assets.
c. A conservative method of financing (all-equity) allows an aggressive
policy of “low” levels of current assets.
Secara sederhana hubungan antara waktu jatuh tempo pendanaan
dengan jatuh tempo aktiva dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Asset SHORT-TERM LONG-TERM


Financing

Maturity
Maturity
SHORT-TERM Moderate Low
(Temporary) Risk-Profitability Risk-Profitability

LONG-TERM High Moderate


(Permanent) Risk-Profitability Risk-Profitability

Gambar 3.6. Hubungan antara Waktu Jatuh Tempo


Pendanaan dengan Jatuh Tempo Aktiva
3.11. Menguraikan Jenis Sumber Pendanaan Aktiva Lancar
Terdapat empat jenis sumber pendanaan jangka pendek, yaitu:
1. Akrual (accrued liabilities) adalah kewajiban jangka pendek yang
terus- menerus timbul, khususnya adalah akrual gaji (mingguan,
bulanan) dan akrual pajak (penghasilan, penjualan). Akrual ini akan
naik secara otomatis atau spontan seiring dengan meluasnya operasi
perusahaan. Utang jenis ini adalah utang bebas, yaitu tidak ada
kewajiban bunga yang dibayarkan, tetapi perusahaan biasanya tidak
dapat mengendalikan akrualnya; karena waktu pembayaran gaji
ditentukan oleh kekuatan ekonomi dan kebiasaan industri. Pajak
ditentukan oleh undang-undang.
2. Utang dagang (account payable) adalah kewajiban jangka pendek yang
terbesar 40% dari kewajiban rata-rata perusahaan non keuangan.
Utang dagang merupakan sumber pendanaan yang spontan, karena
terjadi dari transaksi bisnis biasa yaitu dari transaksi memperpanjang
kredit atau meningkatkan penjualan atau pembelian yang dilakukan
perusahaan.
3. Biaya utang dagang. Perusahaan yang melakukan penjualan secara
kredit memiliki suatu kebijakan kredit yang mencakup beberapa
persyaratan kredit.
4. Pinjaman bank jangka pendek. Merupakan dana non spontan, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan pendanaan sebuah perusahaan.
Fitur- fitur utama dari pinjaman bank adalah sebagai berikut:
Jatuh tempo. Jatuh tempo pinjaman bank untuk kalangan bisnis
seringkali ditulis sebagai wesel 90 hari, sehingga pinjaman harus
dilunasi atau diperpanjang pada akhir 90 hari.
Warkat promes. Ketika pinjaman sebuah bank disetujui, per-
janjianakan dilaksanakan dengan menandatangani suatu warkat
promes yang menguraikan secara spesifik: a) jumlah pinjaman, b)
tingkat suku bunga, c) jadwal pelunasan, d) agunan, e)
persyaratan keduabelah pihak.
Saldo kompensasi. Saldo rekening pembayaran minimal yang
harus dipertahankan oleh perusahaan disebuah bank komersial.
Batas kredit informal. Suatu perjanjian informal antara sebuah
bank dan pihak penerima pinjaman yang menunjukkan jumlah
kredit maksimal yang akan diberikan oleh bank kepada penerima
pinjaman. Perjanjian kredit berulang. Suatu batas kredit formal
yang sering kali dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan besar.

3.12. Bagaimana Perusahaan Memelihara Hubungan Perbankannya


Perusahaan dalam pemilihan bank sebaiknya mempertimbangkan:
a) keinginan untuk menanggung risiko, b) saran dan nasihat, c) kesetiaan
pada nasabah, d) spesialisasi, e) besarnya pinjaman maksimum, f)
perbankan merchant, g) jasa lainnya.

3.13. Latihan dan Penyelesaian


Soal 1.
Perhatikan informasi berikut ini:
Kebutuhan modal kerja bulanan untuk Tahun 2010 (dalam Rp juta) dari
Rumah Sakit Cigadung adalah sebagai berikut:

Modal Kerja Bulanan Tahun 2008


Januari 6.000 Juli 8.000
Februari 4.000 Agustus 11.000
Maret 6.000 September 4.000
April 9.000 Oktober 5.000
Mei 7.000 Nopember 9.000
Juni 5.000 Desember 7.000

Bank “XYZ” bersedia memberi kredit jangka panjang dengan tingkat


bunga/biaya pendanaan 24% per tahun, kredit jangka pendek dengan
biaya pendanaan 3% per bulan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank
juga bersedia menerima dana simpanan dengan tingkat bunga simpanan
0,5% per bulan.
Diminta:
a. Berapa sebaiknya Rumah Sakit Cigadung menarik pinjaman jangka
panjang agar biaya pendanaan minimal?
b. Berapa total biaya pendanaan dengan keputusan pada jawaban (a)
tersebut?

Penyelesaiannya:
Untuk memperoleh nilai investasi optimal, maka secara konsep dapat
dilakukan dengan menggunakan salah satu dari berapa pendekatan yang
dapat digunakan, yaitu: (i) pendekatan agresif (ii) pendekatan konservatif.

Bulan Jumlah Kebutuhan Permanen Kebutuhan Musiman

Januari 6.000 4.000 2.000

Februari 4.000 4.000 0.000

Maret 6.000 4.000 2.000

April 9.000 4.000 5.000

Mei 7.000 4.000 3.000

Juni 5.000 4.000 1.000

Juli 8.000 4.000 4.000

Agustus 11.000 4.000 7.000

September 4.000 4.000 0.000

Oktober 5.000 4.000 1.000

November 9.000 4.000 5.000

Desember 7.000 4.000 3.000

Total 33.000
(i) Misalnya dengan pendekatan agresif:
Kebutuhan Dana
Musiman Rata-Rata = 33.000/12 = Rp 2.750,-
Biaya Pembelanjaan
Jangka Pendek = 36% × 2.750 = Rp 990,-
Biaya Pembelanjaan
Jangka Panjang = 24% × 4.000 = Rp 960,-
Total Pendanaan untuk
Modal Kerja = Rp 1.950,-

(ii) Dengan pendekatan konservatif:


Berdasarkan pendekatan ini kebutuhan dana dipenuhi dengan dana
jangka panjang sebesar Rp 11.000,-, yaitu sebesar kebutuhan dana bulan
Agustus yang merupakan kebutuhan paling tinggi. Berarti dana disediakan
setiap bulan rata-rata sebesar Rp 11.000. Dengan demikian, biaya
pendanaan sebesar Rp 11.000,- × 24% = Rp 2.640,-, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pinjaman jangka panjang sebesar Rp 4.000,- dengan
pendekatan agresif, maka biaya yang paling kecil dapat dicapai, yaitu
sebesar Rp 1.950,- jika dibandingkan apabila menggunakan pendekatan
konservatif sebesar Rp 2.640,-.
Apabila menggunakan pendekatan kedua selisihnya:
Kebutuhan Dana Musiman Rata-Rata …….. Rp 2.640,-
Biaya Pembelanjaan Jangka Pendek …….. Rp 1.950,-
Selisih …….. Rp 690,-
Apabila opsi konservatif kedua diambil, maka tambahan pendapatan
karena selisih tersebut ditabungkan = 0,5% × 690,- = Rp 3,45 per bulan
atau Rp 3,45 × 12 = Rp 41,40.
Jadi total biaya dengan conservative approach …….. Rp 2.640,00
Saving dengan bunga 0,5% …….. Rp 41,40
Biaya bersih …….. Rp 2.598.60

Kesimpulan:
Pinjaman jangka panjang Rp 4.000,-.
Total Biaya pendanaan minimum sebesar Rp 1.950,- selama satu tahun.
Soal 2.
Seseorang berencana mendirikan perusahaan pembuatan sepatu olah raga
(PT XYZ), setiap hari memproduksi 1.000 pasang sepatu baru. Bahan baku
kulit harus dibeli dengan cara membayar dimuka lima hari sebelum
pesanan diterima, dengan harga Rp 2.000,-/kg. Untuk membuat sepasang
sepatu diperlukan 2 kg kulit, bahan penolong Rp 200,- dan upah untuk
membuat sepasang sepatu adalah Rp 1.000,-. Proses pembuatan sepatu
tersebut selama 2 hari. Setelah selesai dibuat, terlebih dahulu sepatu
tersebut disimpan selama satu minggu. Kemudian dijual dengan cara kredit
selama 4 hari. Gaji staf setiap bulan Rp 1.500.000,- biaya overhead pabrik
setiap bulan Rp 2.750.000,-, biaya pemasaran setiap bulan sebesar Rp
1.400.000,-, apabila satu bulan diasumsikan ada 25 hari kerja, dan kas
minimum per bulan sebesar Rp 1.000.000,- ditanyakan: berapakah
kebutuhan modal kerja perusahaan tersebut?

Penyelesaiannya:
Kebutuhan kas setiap hari:
Bahan baku 1.000 × 2 kg × Rp 2.000,- = Rp 4.000.000,-
Bahan penolong 1.000 × Rp 200,- = Rp 200.000,-
Upah tenaga kerja 1.000,- × Rp 1.000,- = Rp 1.000.000,-
Biaya FOH Rp 2.750.000,-/25 hk = Rp 110.000,-
Biaya pemasaran Rp 1.400.000,-/25 hk = Rp 56.000,-
Gaji staf Rp 1.500.000,-/25 hk = Rp 60.000,-
Jumlah kebutuhan kas/hari = Rp 5.426.000,-

Periode keterikatan dana pada:


a. Bahan baku kulit dan bahan penolong:
Pembayaran dimuka …….. 5 hari
Proses produksi …….. 2 hari
Disimpan digudang …….. 7 hari
Penjualan kredit …….. 4 hari
Lama keterikatan dana …….. 18 hari
b. Upah langsung, overhead, dan pemasaran:
Proses Produksi …….. 2 hari
Disimpan digudang …….. 7 hari
Penjualan kredit …….. 4 hari
Lama keterikatan dana …….. 13 hari

Kebutuhan Modal Kerja:


Bahan baku kulit 18 × Rp 4.000.000,- = Rp 72.000.000,-
Bahan penolong 18 × Rp 200.000,- = Rp 3.600.000,-
Biaya tenaga kerja 13 × Rp 1.000.000,- = Rp 13.000.000,-
Overhead pabrik 13 × Rp 110.000,- = Rp 1.430.000,-
Biaya pemasaran 13 × Rp 56.000,- = Rp 728.000,-
Gaji staff 13 × Rp 60.000,- = Rp 780.000,-
Persediaan kas minimum = Rp 1.000.000,-
Jumlah Kebutuhan Modal Kerja = Rp 92.538.000,-

Dengan demikian, tampak bahwa kebutuhan modal kerja perusahaan


XYZ sebesar Rp 92.538.000,- atau terhitung sebesar sembilan puluh dua
juta lima ratus tiga puluh delapan ribu rupiah.

Soal 3.
Berikut ini adalah data hipotesis (contoh) PT TJAN DJADI di mana posisi
total aktiva (000) pada periode 2010 sebesar Rp 70.000,- dan Rp 40.000,-
di antaranya merupakan aktiva lancar. Pendanaan perusahaan tersebut
60% berasal dari utang dan sisanya dari modal sendiri. Perkiraan
penjualan pada periode tersebut sebesar Rp 100.000,- dengan EBIT yang
diekspektasikan sebesar 20% dari total penjualan dari informasi bagian
keuangan perusahaan tersebut, ada tiga pendekatan yang mungkin bisa
dilakukan:
Pendekatan Agresif besarnya utang lancar = Rp 30.000,-
Pendekatan Moderat besarnya utang lancar = Rp 20.000,-
Pendekatan Konservatif besarnya utang lancar = Rp
10.000,-
Besarnya bunga, apabila menggunakan sumber pendanaan jangka
pendek 8%, namun apabila menggunakan sumber pendanaan jangka
panjang sebesar 10%. Besarnya pajak 50% dari pendapatan kena pajak
(EBT). Dari data tersebut saudara diminta untuk menghitung:
a. Berapa likuiditasnya (current ratio)
b. Hitung juga besarnya profitabilitasnya (ROE)
c. Apa kesimpulan saudara?

Penyelesaiannya:

Pendekatan Agresif Moderat Konservatif


Aktiva Lancar (C/A) 40,000 40,000 40,000
Aktiva Tetap (F/A) 30,000 30,000 30,000
Total Aktiva (T/A) 70,000 70,000 70,000
Utang Lancar (C/L) 8% 30,000 20,000 10,000
Utang Jangka Panjang (LTD) 10% 12,000 22,000 32,000
Total Utang (60% T/A) 42,000 42,000 42,000
Modal Saham 28,000 28,000 28,000
Total Utang dan Modal 70,000 70,000 70,000
Perkiraan Penjualan 100,000 100,000 100,000
Expected EBIT 20,000 20,000 20,000
Dikurangi Bunga:
C/L 8% 2,400 1,600 800
LTD 10% 1,200 2,200 3,200
3,600 3,800 4,000
Pendapatan Kena Pajak 16,400 16,200 16,000
Dikurangi Pajak 50% 8,200 8,100 8,000
Pendapatan Setelah Pajak 8,200 8,100 8,000
Expected Rate of Return on Equity 29.29% 28.93% 28.57%
Net Working Capital 10,000 20,000 30,000
Current Ratio 1.33 2.00 4.00
Dari hasil perhitungan seperti pada tabel tersebut:
a. Likuiditas perusahaan atau current ratio-nya
sebesar: Pendekatan Agresif sebesar 133%
Pendekatan Moderat sebesar 200%
Pendekatan Konservatif sebesar
400%
Dari CR ketiga pendekatan tersebut tampak bahwa CR dengan
menggunakan pendekatan konservatif memiliki nilai likuiditas yang
paling tinggi (400%), dalam pendekatan ini setiap kewajiban lancar
sebesar Rp 1,- di back up atau ditutup oleh aktiva lancar sebesar Rp 4,-.
Pendekatan ini (konservatif) memiliki CR (400%) > CR moderat(200%) >
CR agresif (133%).
b. Profitabilitas dari ketiga pendekatan tersebut sebagai berikut:
Profitabilitas pendekatan konservatif, ROE konservatif
(28.57%) < ROE
moderat

(28.93%) < ROE agresif (29.29%).


c. Dari hasil perhitungan tersebut, tampak bahwa pendekatan
konservatif memiliki nilai rasio likuiditas paling tinggi, sementara
berdasarkan pendekatan agresif, pendekatan ini memiliki nilai rasio
profitabilitas tertinggi.

Soal 4.
PT ABCDEF Indonesia mempunyai rencana pembelanjaan musiman
(seasonal
financing) untuk tahun yang akan datang sebagai berikut:

Bulan Kebutuhan Musiman Bulan Kebutuhan Musiman


Januari Rp 12.000.000,- Juli Rp 8.000.000,-
Pebruari Rp 6.000.000,- Agustus Rp 4.000.000,-
Maret Rp 0,- September Rp 0,-
April Rp 3.000.000,- Oktober Rp 3.000.000,-
Mei Rp 8.000.000,- Nopember Rp 8.000.000,-
Juni Rp 10.000.000,- Desember Rp 16.000.000,-
Dengan anggapan bahwa kebutuhan dana permanen PT ABCDEF
Indonesia sebesar Rp 4.000.000,-. Ditanyakan: Hitunglah total financing
costs berdasarkan pendekatan agresif dan konservatif serta berikan
rekomendasi mana yang sebaiknya dipilih jika diketahui:
a. Ongkos pembelanjaan jangka pendek 10% dan ongkos pembelanjaan
jangka panjang 16%
b. Ongkos pembelanjaan jangka pendek 11% dan ongkos pembelanjaan
jangka panjang 14%
c. Ongkos pembelanjaan jangka pendek dan ongkos pembelanjaan jangka
panjang 12%.

Penyelesaiannya:
Pola kebutuhan dana dapat disusun menjadi:

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


Bulan Permanen Musiman Bulan Permanen Musiman
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Januari 4.000.000 8.000.000 Juli 4.000.000 4.000.000

Pebruari 4.000.000 2.000.000 Agustus 4.000.000 0

Maret 4.000.000 0 September 4.000.000 0

April 4.000.000 0 Oktober 4.000.000 0

Mei 4.000.000 4.000.000 Nopember 4.000.000 4.000.000

Juni 4.000.000 6.000.000 Desember 4.000.000 12.000.000

Jumlah 20.000.000 20.000.000

Pendekatan Agresif
Kebutuhan dana musiman rata-rata = 40.000.000/12 = Rp 3.333.333,33
Ongkos pembelanjaan jangka pendek
= 0,1 × Rp 3.333.333,33 = Rp 333.333,33
Ongkos pembelanjaan jangka panjang
= 0.16 × 4.000.000 = Rp 640.000,00
Total Biaya = Rp 973.333,33
Ongkos pembelanjaan jangka pendek
= 0,11 × Rp 3.333.333,33 = Rp 366.666,67
Ongkos pembelanjaan jangka panjang
= 0.14 × 4.000.000 = Rp 560.000,00
Total Biaya = Rp 926.666,67
Ongkos pembelanjaan jangka pendek
= 0,12 × Rp 3.333.333,33 = Rp 400.000,00
Ongkos pembelanjaan jangka panjang
= 0.12 × 4.000.000 = Rp 480.000,00
Total Biaya = Rp 880.000,00

Pendekatan Konservatif
Berdasarkan pendekatan ini kebutuhan dana dipenuhi dengan dana
jangka panjang sebesar Rp 16.000.000, yaitu sebesar kebutuhan dana
bulan Desember yang merupakan kebutuhan paling tinggi. Berarti dana
yang disediakan setiap bulan rata-rata sebesar Rp 16.000.000,-.
a. Costs of financing 16% × Rp16.000.000,- = Rp 2.560.000,-
b. Costs of financing 14% × Rp16.000.000,- = Rp 2.240.000,-
c. Costs of financing 12% × Rp16.000.000,- = Rp 1.920.000,-

Kesimpulan:
Di antara pendekatan agresif dan konservatif sebaiknya PT ABCDEF
Indonesia mempertimbangkan untuk memilih pendekatan agresif, karena
pendekatan tersebut jauh lebih murah. Dengan demikian, tingkat
keuntungan yang akan diperoleh menjadi lebih tinggi karena ada
penghematan.

Agresif Konservatif Penghematan


a. Total biaya Rp 973.333,33 Rp 2.560.000 Rp 1.586.666,67
b. Total biaya Rp 926.666,67 Rp 2.240.000 Rp 1.313.333,33
c. Total biaya Rp 880.000,00 Rp 1.920.000 Rp 1.040.000,00
Soal 5.
Seandainya PT XYZ Indonesia memerlukan jumlah dana dalam tahun yang
akan datang, yang ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut:
Januari Rp 10.000.000,- Juli Rp 10.000.000,-
Pebruari Rp 10.000.000,- Agustus Rp 9.000.000,-
Maret Rp 11.000.000,- September Rp 9.000.000,-
April Rp 12.000.000,- Oktober Rp 8.000.000,-
Mei Rp 13.000.000,- Nopember Rp 8.000.000,-
Juni Rp 10.000.000,- Desember Rp 9.000.000,-

Ditanyakan:
a. Kebutuhan dana rata-rata selama satu tahun.
b. Total costs untuk pendekatan agresif, konservatif, dan trade off antara
keduanya jika short term costs 8% dan long term costs 15%.

Penyelesaiannya:
a. Berdasarkan rencana kebutuhan dana tersebut dapat diketahui bahwa
jumlah kebutuhan dana permanen setiap bulan sebesar Rp 8.000.000.
Dengan demikian, pola kebutuhan dana dapat disusun menjadi:

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


Bulan Permanen Musiman Bulan Permanen Musiman
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Januari 8.000.000 2.000.000 Juli 8.000.000 2.000.000
Pebruari 8.000.000 2.000.000 Agustus 8.000.000 1.000.000
Maret 8.000.000 3.000.000 September 8.000.000 1.000.000
April 8.000.000 4.000.000 Oktober 8.000.000 0
Mei 8.000.000 5.000.000 Nopember 8.000.000 0
Juni 8.000.000 2.000.000 Desember 8.000.000 1.000.000
Jumlah 18.000.000 5.000.000
Kebutuhan dana musiman rata-rata:
= Rp 23.000.000/12
= Rp 1.916.666,67

b. Total biaya
Pendekatan agresif:
Ongkos dana jangka pendek
= 0,08 × Rp 1.916.666,67 = Rp 153.333,33
Ongkos dana jangka panjang
= 0.15 × Rp 8.000.000 = Rp 1.200.000,00
Total Biaya = Rp 1.353.333,33

Pendekatan konservatif:
Berdasarkan pendekatan ini kebutuhan dana dipenuhi dengan dan
jangka panjang sebesar Rp 13.000.000,-, yaitu sebesar kebutuhan dana
bulan Mei yang merupakan kebutuhan paling tinggi. Berarti dana yang
disediakan setiap bulan rata-rata sebesar Rp 13.000.000,-.
Costs of financing konservatif 15% × Rp 13.000.000 = Rp 1.950.000,-

Pendekatan diantara agresif dan konservatif:


Kebutuhan dana tertinggi Rp 13.000.000
Kebutuhan dana terendah Rp 8.000.000
Jumlah Rp 21.000.000

Kebutuhan dana musiman rata-rata:


= 21.000.000/2 = Rp 10.500.000.
Rencana pembelanjaan berdasarkan trade off antara profitabilitas
dan risiko dapat disusun sebagai berikut:
Jumlah Pembelanjaan Pembelanjaan
Bulan Kebutuhan Jangka Panjang Jangka Pendek
(Rp) (Rp) (Rp)

Januari 10.000.000 10.500.000 0


Pebruari 10.000.000 10.500.000 0
Maret 11.000.000 10.500.000 500.000
April 12.000.000 10.500.000 1.500.000
Mei 13.000.000 10.500.000 2.500.000
Juni 10.000.000 10.500.000 0
Juli 10.000.000 10.500.000 0
Agustus 9.000.000 10.500.000 0
September 9.000.000 10.500.000 0
Oktober 8.000.000 10.500.000 0
Nopember 8.000.000 10.500.000 0
Desember 9.000.000 10.500.000 0

Kebutuhan dana jangka pendek rata-rata


= 4.500.000/12 = Rp 375.000

Biaya dana jangka pendek = 0,08 × Rp 375.000 = Rp 30.000


Biaya dana jangka panjang = 0.15 × 10.500.000 = Rp 1.575.000
Total Biaya = Rp 1.605.000

Total biaya konservatif = Rp 1.950.000,00


Total biaya agresif = Rp 1.353.333,33
Penghematan = Rp 596.666,67
Kesimpulan:
Di antara pendekatan agresif dan konservatif sebaiknya PT XYZ
Indonesia memperhatikan untuk memilih agresif, karena pendekatan
tersebut jauh lebih murah. Dengan demikian, tingkat keuntungan yang
akan diperoleh menjadi lebih tinggi karena ada penghematan sebesar Rp
596.666,67

Soal 6.
Neraca PT DEF dan PT GHI per 31 Desember 2010 menunjukkan sebagai
berikut:
PT DEF ($) PT GHI ($)
Aktiva Lancar 100.000 80.000
Aktiva Tetap (bersih) 100.000 120.000
Total Aktiva 200.000 200.000

Kewajiban Lancar 20.000 80.000


Utang Jangka Panjang 80.000 20.000
Saham Biasa 50.000 50.000
Saldo Laba Ditahan 50.000 50.000
Total Kewajiban dan Ekuitas 200.000 200.000

Laba sebelum bunga dan pajak untuk kedua perusahaan $30.000 dan
tarif pajak sebesar 40%.

Pertanyaan:
a. Berapakah pengembalian atas ekuitas dari tiap perusahaan jika tingkat
bunga atas kewajiban lancar adalah 10% dan tingkat bunga utang
jangka panjang adalah 13%?
b. Diasumsikan tingkat bunga jangka pendek naik menjadi 20% dan
tingkat bunga utang jangka panjang baru naik menjadi 16%, tingkat
bunga utang jangka panjang yang sudah ada tidak mengalami
perubahan. Berapakah pengembalian atas ekuitas untuk masing-
masing perusahaan?
c. Perusahaan manakah yang berada dalam posisi yang lebih berisiko?
Penyelesaiannya:
Laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010

PT DEF ($)
EBIT 30.000 30.000
Bunga 12.400 14.400
Pendapatan sebelum Pajak 17.600 15.600
Pajak (40%) 7.040 6.240
Laba Bersih 10.560 9.360
Ekuitas 100.000 100.000
Pengembalian atas Ekuitas 10,56% 9,36%

PT GHI ($)
EBIT 30.000 30.000
Bunga 10.600 18.600
Pendapatan sebelum Pajak 19.400 11.400
Pajak (40%) 7.760 4.560
Laba Bersih 11.640 6.840
Ekuitas 100.000 100.000
Pengembalian atas Ekuitas 11,64% 6,84%

PT DEF memiliki nilai ROE lebih tinggi ketika tingkat suku bunga
jangka pendek sedang tinggi, sedangkan PT GHI memberikan hasil yang
lebih baik ketika tingkat suku bunga lebih rendah.
Soal 7.
Estimasi kebutuhan dana per tahun PT Pasundan Djaya tahun 2010
ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut:

Bulan Current Assets Fixed Assets Total Asset


1 4.000.000 13.000.000 17.000.000
2 3.000.000 13.000.000 16.000.000
3 2.000.000 13.000.000 15.000.000
4 1.000.000 13.000.000 14.000.000
5 900.000 13.000.000 13.900.000
6 1.500.000 13.000.000 14.500.000
7 3.000.000 13.000.000 16.000.000
8 3.700.000 13.000.000 16.700.000
9 4.000.000 13.000.000 17.000.000
10 5.000.000 13.000.000 18.000.000
11 3.000.000 13.000.000 16.000.000
12 2.000.000 13.000.000 15.000.000

Jika perkiraan biaya:


Jangka pendek 3%
Jangka panjang 11%
Dari data tersebut, saudara diminta untuk menghitung:
a. Besarnya modal kerja bersih dan total biaya modal kerja dengan
menggunakan pendekatan agresif?
b. Besarnya modal kerja bersih (net working capital) dan biaya modal
kerja dengan menggunakan pendekatan konservatif?
c. Apa kesimpulan Saudara?
Penyelesaiannya:
a.1. Pendekatan Agresif
Kebutuhan dana jangka pendek dibelanjai oleh dana jangka
pendek Kebutuhan dana jangka panjang dibelanjai oleh dana jangka
panjang Total aset terkecil sebesar Rp 13.900.000,-
Maka kebutuhan dana permanen atau jangka panjang diambil dari
total aset terkecil, yaitu Rp 13.900.000,-
Untuk kebutuhan musiman atau jangka pendek diambil dari total
aset dikurangi kebutuhan permanen

Bulan Total Asset Permanen Musiman


1 17.000.000 13.900.000 3.100.000
2 16.000.000 13.900.000 2.100.000
3 15.000.000 13.900.000 1.100.000
4 14.000.000 13.900.000 100.000
5 13.900.000 13.900.000 0
6 14.500.000 13.900.000 600.000
7 16.000.000 13.900.000 2.100.000
8 16.700.000 13.900.000 2.800.000
9 17.000.000 13.900.000 3.100.000
10 18.000.000 13.900.000 4.100.000
11 16.000.000 13.900.000 2.100.000
12 15.000.000 13.900.000 1.100.000

Rata-rata kebutuhan musiman adalah:


22.300.000/12 = Rp 1.858.333,33

a.2. Analisis pendekatan agresif


Net working capital
= Rp 13.900.000 - Rp 13.000.000
= Rp 900.000,-
Biaya
Jangka panjang = 0,11 × Rp 13.900.000 = Rp 1.529.000
Jangka pendek = 0.03 × Rp 1.858.333,33 = Rp 55.750
Total Biaya = Rp 1.584.750

b.1. Pendekatan konservatif


Kebutuhan dana dibelanjai oleh dana jangka panjang
Jangka pendek digunakan dalam keadaan darurat
Dalam menentukan kebutuhan permanen atau jangka panjang
digunakan nilai total aset tertinggi, yaitu Rp 18.000.000

Bulan Total Asset Permanen Musiman


1 17.000.000 18.000.000 0
2 16.000.000 18.000.000 0
3 15.000.000 18.000.000 0
4 14.000.000 18.000.000 0
5 13.900.000 18.000.000 0
6 14.500.000 18.000.000 0
7 16.000.000 18.000.000 0
8 16.700.000 18.000.000 0
9 17.000.000 18.000.000 0
10 18.000.000 18.000.000 0
11 16.000.000 18.000.000 0
12 15.000.000 18.000.000 0

Pembiayaan yang digunakan hanya pembiayaan jangka panjang, untuk


jangka pendek tidak dipergunakan.

b.2. Analisis Pendekatan Konservatif


Net working capital
= Rp 18.000.000 - Rp 13.000.000
= Rp 5.000.000,-
Biaya
Jangka panjang = 0,11 × Rp 18.000.000 = Rp 1.980.000
Jangka pendek = 0.03 × Rp 0 = Rp 0
Total Biaya = Rp 1.980.000

c. Kesimpulan
c.1. Trade off
Kebutuhan dana jangka pendek dan jangka panjang dibelanjai
oleh kombinasi jangka pendek dan jangka panjang
Untuk kebutuhan jangka panjang diambil dari titik tengah total aset
Titik tengah total aset dengan cara nilai terkecil ditambah nilai
terbesar dibagi dua, dengan demikian dapat dihitung sebagai
berikut:
= (Rp 18.000.000 + Rp 13.900.000)/2
= 15.950.000
Musiman = Total Aset - Kebutuhan Permanen. Nilai tidak boleh
negatif, harus dijadikan nol (0)
Rata-rata biaya jangka pendek

Bulan Total Asset Permanen Musiman


1 17.000.000 15.950.000 1.050.000
2 16.000.000 15.950.000 50.000
3 15.000.000 15.950.000 0
4 14.000.000 15.950.000 0
5 13.900.000 15.950.000 0
6 14.500.000 15.950.000 0
7 16.000.000 15.950.000 50.000
8 16.700.000 15.950.000 750.000
9 17.000.000 15.950.000 1.050.000
10 18.000.000 15.950.000 2.050.000
11 16.000.000 15.950.000 50.000
12 15.000.000 15.950.000 0
Jumlah 5.050.000

= 5.050.000/12
= 420.833,33
c.2. Analisis Trade off
Net working capital = Rp 15.950.000 - Rp 13.000.000
= Rp 2.950.000,-
Biaya
Jangka panjang = 0,11 × Rp 15.950.000 = Rp 1.754.500
Jangka pendek = 0.03 × Rp 420.833,33 = Rp 12.625
Total Biaya = Rp 1.767.125

Rangkuman:

Pendekatan NWC Risiko Total Biaya Profit


Agresif 900.000 Tinggi 1.584.750 Tinggi
Trade off 2.950.000 Sedang 1.767.125 Sedang
Konservatif 5.000.000 Rendah 1.980.000 Rendah

Pendekatan agresif memberikan tingkat profit yang tinggi dan tingkat


risiko yang tinggi
Pendekatan konservatif lebih memilih pada tingkat risiko yang rendah
dan konsekuensi tingkat profit yang rendah
Bagi perusahaan yang menghendaki kondisi antara profit dan risiko
berimbang maka pendekatan trade off menjadi pilihan

3.14. Latihan Soal


Soal 1.
Perhatikan informasi berikut ini:
Kebutuhan modal kerja bulanan untuk Tahun 2010 (dalam Rp juta) dari
Rumah Sakit Cigadung adalah sebagai berikut:
Modal Kerja Bulanan Tahun 2008
Januari 6.000 Juli 8.000
Februari 4.000 Agustus 11.000
Maret 6.000 September 4.000
April 9.000 Oktober 5.000
Mei 7.000 Nopember 9.000
Juni 5.000 Desember 7.000

Bank “XYZ” bersedia memberi kredit jangka panjang dengan tingkat


bunga/biaya pendanaan 24% per tahun, kredit jangka pendek dengan
biaya pendanaan 3% per bulan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank
juga bersedia menerima dana simpanan dengan tingkat bunga simpanan
0,5% per bulan.
Diminta:
a. Berapa sebaiknya Rumah Sakit Cigadung menarik pinjaman jangka
panjang agar biaya pendanaan minimal?
b. Berapa total biaya pendanaan dengan keputusan pada jawaban (a)
tersebut?

Soal 2.
Seseorang berencana mendirikan perusahaan pembuatan sepatu olah raga
(PT XYZ), setiap hari memproduksi 1.000 pasang sepatu baru. Bahan baku
kulit harus dibeli dengan cara membayar dimuka lima hari sebelum
pesanan diterima, dengan harga Rp 2.000,-/kg. Untuk membuat sepasang
sepatu diperlukan 2 kg kulit, bahan penolong Rp 200,- dan upah untuk
membuat sepasang sepatu adalah Rp 1.000,-. Proses pembuatan sepatu
tersebut selama 2 hari. Setelah selesai dibuat, terlebih dahulu sepatu
tersebut disimpan selama satu minggu. Kemudian dijual dengan cara kredit
selama 4
hari. Gaji staf setiap bulan Rp 1.500.000,- biaya overhead pabrik setiap
bulan Rp 2.750.000,-, biaya pemasaran setiap bulan sebesar Rp 1.400.000,-,
apabila satu bulan diasumsikan ada 25 hari kerja, dan kas minimum per
bulan sebesar Rp 1.000.000,- ditanyakan: berapakah kebutuhan modal
kerja perusahaan tersebut?

Soal 3.
Berikut ini adalah data hipotesis (contoh) PT TJAN DJADI di mana posisi
total aktiva (000) pada periode 2010 sebesar Rp 70.000,- dan Rp 40.000,-
di antaranya merupakan aktiva lancar. Pendanaan perusahaan tersebut
60% berasal dari utang dan sisanya dari modal sendiri. Perkiraan
penjualan pada periode tersebut sebesar Rp 100.000,- dengan EBIT yang
diekspektasikan sebesar 20% dari total penjualan dari informasi bagian
keuangan perusahaan tersebut, ada tiga pendekatan yang mungkin bisa
dilakukan:
Pendekatan Agresif besarnya utang lancar = Rp 30.000,-
Pendekatan Moderat besarnya utang lancar = Rp 20.000,-
Pendekatan Konservatif besarnya utang lancar = Rp
10.000,-
Besarnya bunga, apabila menggunakan sumber pendanaan jangka
pendek 8%, namun apabila menggunakan sumber pendanaan jangka
panjang sebesar 10%. Besarnya pajak 50% dari pendapatan kena pajak
(EBT). Dari data tersebut saudara diminta untuk menghitung:
a. Berapa likuiditasnya (current ratio)
b. Hitung juga besarnya profitabilitasnya (ROE)
c. Apa kesimpulan saudara?

Soal 4.
PT ABCDEF Indonesia mempunyai rencana pembelanjaan musiman
(seasonal
financing) untuk tahun yang akan datang sebagai berikut:
Bulan Kebutuhan Musiman Bulan Kebutuhan Musiman
Januari Rp 12.000.000,- Juli Rp 8.000.000,-
Pebruari Rp 6.000.000,- Agustus Rp 4.000.000,-
Maret Rp 0,- September Rp 0,-
April Rp 3.000.000,- Oktober Rp 3.000.000,-
Mei Rp 8.000.000,- Nopember Rp 8.000.000,-
Juni Rp 10.000.000,- Desember Rp 16.000.000,-

Dengan anggapan bahwa kebutuhan dana permanen PT ABCDEF


Indonesia sebesar Rp 4.000.000,-. Ditanyakan: Hitunglah total financing
costs berdasarkan pendekatan agresif dan konservatif serta berikan
rekomendasi mana yang sebaiknya dipilih jika diketahui:
a. Ongkos pembelanjaan jangka pendek 10% dan ongkos pembelanjaan
jangka panjang 16%
b. Ongkos pembelanjaan jangka pendek 11% dan ongkos pembelanjaan
jangka panjang 14%
c. Ongkos pembelanjaan jangka pendek dan ongkos pembelanjaan jangka
panjang 12%.

Soal 5.
Seandainya PT XYZ Indonesia memerlukan jumlah dana dalam tahun yang
akan datang, yang ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut:
Januari Rp 10.000.000,- Juli Rp 10.000.000,-
Pebruari Rp 10.000.000,- Agustus Rp 9.000.000,-
Maret Rp 11.000.000,- September Rp 9.000.000,-
April Rp 12.000.000,- Oktober Rp 8.000.000,-
Mei Rp 13.000.000,- Nopember Rp 8.000.000,-
Juni Rp 10.000.000,- Desember Rp 9.000.000,-
Ditanyakan:
a. Kebutuhan dana rata-rata selama satu tahun.
b. Total costs untuk pendekatan agresif, konservatif, dan trade off antara
keduanya jika short term costs 8% dan long term costs 15%.

Soal 6.
Neraca PT DEF dan PT GHI per 31 Desember 2010 menunjukkan sebagai
berikut:
PT DEF ($) PT GHI ($)
Aktiva Lancar 100.000 80.000
Aktiva Tetap (bersih) 100.000 120.000
Total Aktiva 200.000 200.000

Kewajiban Lancar 20.000 80.000


Utang Jangka Panjang 80.000 20.000
Saham Biasa 50.000 50.000
Saldo Laba Ditahan 50.000 50.000
Total Kewajiban dan Ekuitas 200.000 200.000

Laba sebelum bunga dan pajak untuk kedua perusahaan $30.000 dan
tarif pajak sebesar 40%.

Pertanyaan:
a. Berapakah pengembalian atas ekuitas dari tiap perusahaan jika tingkat
bunga atas kewajiban lancar adalah 10% dan tingkat bunga utang
jangka panjang adalah 13%?
b. Diasumsikan tingkat bunga jangka pendek naik menjadi 20% dan
tingkat bunga utang jangka panjang baru naik menjadi 16%, tingkat
bunga utang jangka panjang yang sudah ada tidak mengalami
perubahan. Berapakah pengembalian atas ekuitas untuk masing-
masing perusahaan?
c. Perusahaan manakah yang berada dalam posisi yang lebih berisiko?
Soal 7.
Estimasi kebutuhan dana per tahun PT Pasundan Djaya tahun 2010
ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut:

Bulan Current Assets Fixed Assets Total Asset


1 4.000.000 13.000.000 17.000.000
2 3.000.000 13.000.000 16.000.000
3 2.000.000 13.000.000 15.000.000
4 1.000.000 13.000.000 14.000.000
5 900.000 13.000.000 13.900.000
6 1.500.000 13.000.000 14.500.000
7 3.000.000 13.000.000 16.000.000
8 3.700.000 13.000.000 16.700.000
9 4.000.000 13.000.000 17.000.000
10 5.000.000 13.000.000 18.000.000
11 3.000.000 13.000.000 16.000.000
12 2.000.000 13.000.000 15.000.000

Jika perkiraan biaya:


Jangka pendek 3%
Jangka panjang 11%

Dari data tersebut, saudara diminta untuk menghitung:


a. Besarnya modal kerja bersih dan total biaya modal kerja dengan
menggunakan pendekatan agresif?
b. Besarnya modal kerja bersih (net working capital) dan biaya modal
kerja dengan menggunakan pendekatan konservatif?
c. Apa kesimpulan Saudara?
Soal 8.
Pada tahun depan PT Tamsar merencanakan untuk memproduksi barang
jadi sebanyak 3.750 unit sebulan. Untuk memproduksi satu unit barang
jadi tersebut diperlukan 3,5 kg bahan baku dengan harga Rp 875,- per kg.
Bahan baku tersebut sebelum diproses rata-rata disimpan di gudang
selama 14 hari. Lamanya proses produksi 7 hari. Setelah menjadi barang
jadi biasanya barang disimpan selama 20 hari. Rata-rata piutang dapat
ditagih selama 45 hari. Upah langsung per unit barang jadi sebesar Rp
1.125,-. Biaya pemasaran tunai sebulan sebesar Rp 7.500.000,-, biaya
administrasi dan umum sebulan sebesar Rp 6.000.000,- dan kas minimal
ditentukan sebesar Rp 1.625.000,-. Dari informasi tersebut, hitunglah
berapa kebutuhan modal kerja PT Tamsar?

Soal 9.
PT Vise sedang mempelajari untuk menentukan tingkat aktiva lancar yang
optimal untuk tahun depan. Manajemen memperkirakan bahwa penjualan
akan meningkat sebesar Rp 20 juta karena ditawarkannya produk baru.
Perusahaan ingin tetap mempertahankan rasio utangnya sebesar 50%,
sementara nilai aktiva tetap saat ini sebesar Rp 8 juta. Tingkat bunga baik
utang jangka pendek maupun panjang sebesar 12%. Manajer keuangan PT
Vise menginginkan untuk menganalisis tiga alternatif kebijakan modal
kerja, yaitu:
Kebijakan konservatif dengan tingkat aktiva lancar sebesar 60% dari
penjulan.
Kebijakan moderat, dengan memperthankan tingkat aktiva lancar
sebesar 50% dari penjualan.
Kebijakan agresif dengan tingkat aktiva lancar hanya 40% dari
penjualan.
Saudara diminta:
a. Tunjukkan kenaikan Return on Equity (ROE) untuk ketiga
alternatif tersebut! Anggaplah bahwa EBIT sebesar 10% dari
penjualan dan tarif pajak sebesar 40%, maka kebijakan mana
yang paling baik menurut saudara?
b. Bagaimana komentar saudara terhadap ketiga kebijakan tersebut?

Soal 10.
Perusahaan PPTIK mempunyai data keuangan sebagai berikut:
a. Jumlah seluruh modal usahanya sebesar Rp 10.000.000 dari jumlah itu
50% adalah modal sendiri. Jika seluruh modal asingnya dikembalikan,
maka ia akan mengalami kesukaran modal kerja.
b. Dari seluruh modal sendiri yang dimiliki, hanya Rp 1.000.000 tersedia
untuk modal kerja (pada tanggal 1 Juli 2012) terdiri atas:
Kas (saldo kas) Rp 250.000
Piutang Rp 375.000
Persediaan bahan mentah Rp 375.000
Sisanya tersimpan dalam aktiva tetap
c. Kebutuhan pembelanjaan sehari-hari sebagai berikut:
Produksi per 100 unit, harga jual Rp 5.000 per unit, satu bulan
rata- rata bekerja 25 hari.
Kebutuhan setiap hari untuk setiap unit barang yang dihasilkan
adalah:
Material A Rp 1.000
Material B Rp 500
Tenaga kerja Rp 1.000
Biaya administrasi Rp 125.000/bulan
Gaji pimpinan Rp 250.000/bulan
Waktu terlihatnya dana adalah sebagai berikut:
Pembelian bahan/material A dengan uang muka 7 hari
Pembelian material B dengan uang muka 5 hari
Waktu proses produksi 3 hari
Barang jadi disimpan di gudang 3 hari
Penjualan kredit barang jadi 7 hari
Persediaan kas minimal sebesar Rp 250.000

Dari data tersebut, saudara diminta untuk menghitung:


a. Hitunglah besarnya kebutuhan modal kerja kotor, sesuai dengan
kapaitas produksinya.
b. Hitunglah besarnya pinjaman yang harus diperoleh untuk menutup
kekurangan modal kerja sebelum pinjaman jangka panjang diperoleh.
c. Buatlah neraca akhir Juli 2012 apabila pinjaman tersebut diperoleh
pada bulan Juli 2012 (besarnya nilai piutang atas dasar at cost).

11. Perusahaan MNS setiap harinya mampu memproduksi sebanyak 25


unit lukisan, perusahaan bekerja dalam sebulan selama 25 hari. Untuk
memproduksi 1 unit lukisan dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut:
2 m bahan kanvas seharga Rp 20.000 per meter
2 lusin kaleng cat minyak seharga Rp 50.000 per lusin
3 buah kuas dengan harga Rp 15.000 per buah
½ lembar tripleks seharga Rp 17.500 per lembar
2 m kayu lis seharga Rp 12.500 per meter

Bahan kanvas, tripleks dan kayu list dibayar 3 hari sebelum bahan
diterima, sedangkan kuas dan cat minyak dibeli secara tunai. Sebelum
diproses bahan kanvas, tripleks dan kayu lis harus dipotong-potong
dan dibentuk selama 3 hari. Lama proses produksi 7 hari. Sebelum
dijual kepada konsumen disimpan dulu di gudang selama 3 hari dan
penjualan
dilakukan secara kredit selama 14 hari. Rata-rata gaji karyawan yang
dibayarkan per bulan Rp 5.500.000. Biaya administrasi per bulan Rp
1.500.000 dan biaya untuk tenaga kerja langsung untuk setiap lukisan
Rp 25.000 (gaji karyawan, biaya administrasi, dan biaya tenaga kerja
langsung terikat pada modal kerja mulai dari perusahaan membayar
uang muka). Jika perusahaan menginginkan persediaan kas minimum
sebesar Rp 2.000.000 hitunglah modal kerja yang dibutuhkan agar
perusahaan berjalan secara kontinu.

12. PT Bimoli Indonesia mempunyai rencana pembelanjaan musiman


(seasonal financing) untuk tahun yang akan datang sebagai berikut:

Kebutuhan Kebutuhan
Bulan musiman Bulan musiman
Januari Rp. 12.000.000 Juli Rp. 8.000.000
Pebruari Rp. 6.000.000 Agustus Rp. 4.000.000
Maret Rp. 0 September Rp. 0
April Rp. 3.000.000 Oktober Rp. 3.000.000
Mei Rp. 8.000.000 Nopember Rp. 8.000.000
Juni Rp. 10.000.000 Desember Rp. 16.000.000

Dengan anggapan bahwa kebutuhan dana permanen sebesar Rp


4.000.000

Ditanyakan:
Hitunglah total financing cots berdasarkan pendekatan agresif dan
konservatif serta berikan rekomendasi mana yang sebaiknya dipilih
jika diketahui:
a. Ongkos pembelanjaan jangka pendek 10% danongkos pembelanjaan
jangka panjang 16%
b. Ongkos pembelanjaan jangka pendek 11% danongkos pembelanjaan
jangka panjang 14%
c. Ongkos pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjang 12%.

13. Seandainya PT Bimoli Indonesia memerlukan jumlah dana dalam tahun


yang akan datang sebagai berikut:

Januari Rp. 10.000.000 Juli Rp. 10.000.000


Pebruari Rp. 10.000.000 Agustus Rp. 9.000.000
Maret Rp. 11.000.000 September Rp. 9.000.000
April Rp. 12.000.000 Oktober Rp. 8.000.000
Mei Rp. 13.000.000 Nopember Rp. 8.000.000
Juni Rp. 10.000.000 Desember Rp. 9.000.000

Ditanyakan:
1. Kebutuhan dana rata-rata selama satu tahun
2. Total cots untuk pendekatan agresif , konservatif, dan trade-off
antara keduanya jika short term cots 8% dan long term cots 15%.

14. LAGUNASECA Company adalah sebuah industry yang memproduksi


Helm, yang setiap harinya sanggup memproduksi sebanyak 65 unit.
Dalam satu bulan kerja, industry tersebut memiliki libur sebanyak 5
hari. Berikut adalah biaya-biaya yang dibebankan adalah:
Bahan dasar : Rp. 12.000
Bahan pembantu : Rp. 7.000
TKL : Rp. 9.000
Biaya Administrasi: Rp. 550.000
Biaya Gaji pimpinan : Rp. 1.700.000
LAGUNASECA Company membeli bahan dasar untuk kelancaran
produksi dengan memberikan uang persekot kepada pemasok 4x24
jam sebelum barang diterima. Sedangkan waktu yang diperlukan
untuk
proses produksi adalah 3 hari. Barang tersebut disimpan kedalam
almari pengharum selama 4 hari, dan penjualan secara kredit
dilakukan selama 5 hari. LAGUNASECA Company ternyata menetapkan
kas minimum sebesar Rp. 500.000.
Hitunglah besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan.

15.. Danilee Coorporation, merupakan perusahaan industri yang


memproduksi kompor dengan lamanya penyimpanan 3 hari, proses
produksi 5 hari, dan diberikan jangka waktu penerimaan piutang
selama 4 hari. Serta dibutuhkan bahan mentah Rp 700.000, bahan
pembantu Rp 350.000, upah buruh sebesar Rp 400.000 dan
pengeluaran- pengeluaran lainnya sebesar Rp 665.000. maka
hitunglah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan Danilee
Coorporation dengan metode pengeluaran kas rata-rata setiap harinya
serta berikan analisanya.

16. TWA Coorporation di daerah Bekasi Utara memproduksi Bingkai


foto sebanyak 72 unit per harinya. Usaha tersebut bekerja selama
23 hari dalam 1 bulan. Unsur-unsur yang diperlukan adalah bahan
baku Rp.75.000, BTKL Rp 55.500, Bahan pembantu Rp 22.500, biaya
administrasi dan gaji pimpinan masing-masing sebesar Rp 920.000
dan Rp 2500.000. Persekot kepada supplier 4 hari sebelum diterima,
proses produksi 4 hari lamanya. Dan Bingkai foto tersebut disimpan
digudang selama 3 hari. Jangka waktu penerimaan piutang 5 hari. Bila
kas minimum ditetapkan sebesar Rp 725.000,
Ditanyakan:
a. Berapakah modal kerja yang dibutuhkan oleh TWA Coorporation
tersebut?
b. Berapa lama perputaran waktu untuk bahan dasar produksi ?
c. Berapa lama perputaran waktu untuk biaya pembantu, TKL,
administrasi dan gaji dalam produksi Bingkai foto tersebut ?
d. Tentukanlah jumlah biaya bahan baku dan biaya pembantu pada
kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh TWA Coorporation pada
masa aktif kerja?
e. Tentukanlah jumlah BTKL dan biaya gaji pada kebutuhan dana yang
dibutuhkan oleh TWA Coorporation tersebut?
f. Berapakah jumlah biaya administrasi pada kebutuhan dana yang di
butuhkan oleh TWA Coorporation pada masa aktif kerja tersebut?
g. Tentukanlah total biaya dari keseluruhan biaya-biaya tersebut?
h. Berapakah besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh TWA
Coorporation?
17. PT JBM sedang mencoba untuk menentukan jumlah optimum aktiva
lancar untuk tahun yang akan datang. Dari kegiatan ekspansi yang
sekarang dilakukan, manajemen mengharapkan adanya kenaikan
penjualan hingga mencapai kira-kira Rp 1.200.000.000. aktiva
tetap perusahaan adalah Rp 500.000.000 dan perusahaan berusaha
mempertahankan rasio utang (debt ratio) sebesar 60 persen. Biaya
bunga yang sekarang berlaku adalah 10 persen, baik untuk utang
jangka pendek maupun utang jangka panjang (perusahaan
menggunakannya pada struktur modal permanen perusahaan). Ada
tiga alternatif yang dipertimbangkan tentang proyeksi tingkat aktiva
lancar perusahaan:
Alternatif pertama: kebijakan agresif yang memerlukan aktiva
lancar hanya 45 persen dari proyeksi penjualan.
Alternatif kedua: kebijakan moderat dengan tingkat aktiva lancar
50 persen dari proyeksi penjualan.
Alternatif ketiga: kebijakan konservatif yang mengharuskan adanya
aktiva lancar 60 persen dari penjualan.
Perusahaan mengharapkan laba sebelum bunga dan pajak pada
tingkat 12 persen dari total penjualan.
a. Berapakah tingkat hasil pengembalian atas modal (return on
equity) yang diharapkan dari masing-masing kebijakan?
(asumsikan tarif pajak 40 persen).
b. Dalam masalah ini, telah diasumsikan bahwa tingkat laba dan
tingkat penjualan yang diharapkan bersifat independen terhadap
kebijakan aktiva lancar. Apakah asumsi tersebut valid?
c. Bagaimana dengan tingkat risiko perusahaan secara keseluruhan
dari masing-masing kebijakan? Diskusikan secara spesifik
pengaruh manajemen aktiva lancar terhadap permintaan, biaya,
penutupan biaya tetap perusahaan, risiko kepailitan, dan
sebagainya.
CHAPTER
ANALISIS
4 LAPORAN KEUANGAN

PENDAHULUAN
Analisis laporan keuangan didesain untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan relatif perusahaan. Para investor membutuhkan informasi
dalam rangka menentukan baik aliran kas perusahaan masa depan dan
juga risiko dari kegagalan aliran kas tersebut. Para manajer keuangan
membutuhkan informasi yang dihasilkan dari kegiatan analisis baik itu
untuk mengevaluasi kinerja keuangan masa lalu, akan tetapi juga untuk
memetakan berbagai rencana masa depan. Aktivitas analisis keuangan
perusahaan memfokuskan pada laporan keuangan sebagai highlight aspek
kunci kegiatan atau operasi perusahaan.
Analisis laporan keuangan perusahaan mempelajari bagaimana ke-
terkaitan di antara angka angka/numerics baik dalam laporan laba rugi,

Analisis Laporan Keuangan 75


Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

dalam neraca perusahaan, maupun di antara laporan laba rugi dan neraca
perusahaan. Bagaimanapun hubungan atau keterkaitan tersebut selalu
berubah sepanjang waktu sebagai sebuah trend/inclination dan bagaimana
sebuah perusahaan tertentu membandingkan kinerja dengan perusahaan
lainnya dalam suatu industri (benchmarking). Namun demikian, analisis
laporan keuangan perusahaan tetap memiliki keterbatasan dan mengguna-
kan pertimbangan tertentu, meskipun demikian produk atau hasil analisis
ini dapat menyediakan banyak pandangan yang sangat bermanfaat bagi
operasi perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan umumnya digunakan untuk membantu
memprediksikan earnings dan dividen perusahaan di masa depan. Dari
sudut pandang seorang investor, prediksi kondisi keuangan masa depan
tidak lain merupakan substansi utama dari analisis laporan keuangan
secara keseluruhan. Dari sudut pandang manajemen, analisis laporan
keuangan sangat bermanfaat baik itu untuk membantu mengantisipasi
kondisi keuangan masa depan dan lebih penting lagi, sebagai titik awal
untuk merencanakan berbagai tindakan yang akan berpengaruh terhadap
berbagai aktivitas masa depan perusahaan.

4.1. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan (financial statement) adalah laporan yang memuat
hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja
keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan
yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan
yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan.

4.2. Pengguna Hasil Analisis Laporan Keuangan


Informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat ber-
manfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah,
bankers,
pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Arti penting analisis laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
Kreditur Dagang
Bagi para kreditur dagang, laporan keuangan perusahaan digunakan
sebagai informasi awal mengenai kemampuan perusahaan dalam
menutup kewajibannya yang harus segera mereka penuhi dengan
beragam aktiva lancar yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka
lebih memfokuskan pada masalah likuiditas.
Pemegang Obligasi
Laporan keuangan perusahaan bagi para bondholders merupakan
informasi awal mengenai prediksi aliran kas masuk perusahaan dalam
jangka panjang (long term expected cash inflows of the firm).
Pemegang Saham
Bagi para pemegang saham (stockholders) hasil analisis laporan
keuangan perusahaan akan dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan, apakah perusahaan yang dia miliki merupakan perusahaan
yang sehat atau sebaliknya. Indikator awal mengenai tingkat
kesehatan tersebut akan dapat dilihat dari berbagai jenis rasio
kemampulabaan perusahaan (profitability ratio). Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa bagi stockholders mereka akan lebih
memfokuskan pada profitabilitas, arus kas jangka panjang dan
kesehatan perusahaan.
Perencana
Bagi para perencana perusahaan, informasi yang diperoleh dari lebih
memfokuskan pada penilaian posisi keuangan saat ini dan evaluasi
peluang potensial perusahaan.
Pengawas
Bagi para pengawas (supervisors), produk analisis laporan keuangan
perusahaan sering dipergunakan sebagai dasar penilaian mengenai
efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan dari beragam aktiva atau
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa bagi para pengawas lebih memfokuskan pada ROI
untuk beragam aset dan efisiensi aset.
Analisis Laporan Keuangan 77
4.3. Bentuk Dasar Laporan Keuangan
Ada banyak laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan, tetapi
yang umum digunakan adalah: (1) neraca, (2) laporan laba rugi. Berikut
adalah penjelasan kedua laporan keuangan tersebut beserta contohnya:
1. Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan sebuah ringkasan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total assets = total
liabilities + owner’s equity. Contoh berikut ini adalah neraca hipotesis
PT ABC pada periode tertentu sebagai berikut:
PT ABC
(dilihat dari sisi aset)
Neraca 31 Desember,
2009a (dalam Rp)
a)
Kas 2.848.000 posisi aset pada tanggal
Piutang usahac 10.848.000 tertentu
b)
Persediaan 21.264.000 apa yang dimiliki perusahaan
c)
jumlah utang para pelanggan
Biaya dibayar dimukad 336.000 d)
biaya dimuka yang siap
Piutang pajak 560.000 dibayar
Aktiva lancare 35.856.000 e)
aktiva lancar
f)
jumlah aktiva tetap
g)
Aktiva tetapf 25.536.000 akumulasi pengurangan atas
Akumulasi (13.712.000) penggunaan aset tetap
penyusutang
Aktiva tetap bersih 11.824.000
Aktiva tetap lainnya 4.320.000
Total aktivab 52.000.000

Neraca dilihat dari sudut pandang aktiva menggambarkan sisi output


dari kebijakan investasi perusahaan. Dari sudut pandang aktiva investasi
perusahaan dikategorikan pada: (i) investasi jangka pendek, dan (ii)
investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek selanjutnya
menunjukkan isi investasi pada aktiva lancar (current assets) dalam
pandangan manajemen
keuangan sisi investasi ini menggambarkan modal kerja perusahaan atau
corporate working capital.
Sementara sisi investasi jangka panjang menunjukkan investasi dalam
aktiva tetap (fixed assets). Komponen utama dalam investasi aktiva tetap
umumnya terdiri dari property, plant dan equipment (PPE).

PT ABC
(dilihat dari sisi utang)
Neraca 31 Desember, 2009
(dalam Rp)
Wesel bayar 7.168.000 a)
aktiva = utang + modal
Utang dagangc 2.368.000 sendiri
b)
Utang pajakd 576.000 apa yang menjadi utang
perusahaan dan posisi
Utang lancar lainnyad 3.056.000
kepemilikan usaha
Utang lancare 13.168.000 c)
kewajiban pada
Utang jangka panjangf 10.096.000 pemasok perusahaan
d)
upah dan gaji yang
Modal sendiri masih harus dibayar
e)
utang usaha < 1 tahun
Saham biasa nominal 16.000g 6.736.000 f)
utang > 1 tahun
Tambahan modalg 5.776.000 g)
investasi milik
Laba ditahanh 16.224.000 perusahaan sendiri
h)
Total modal sendiri 28.736.000 earnings reinvested
Total utang dan modal sendiria, 52.000.000
b

Neraca dilihat dari sudut pandang utang dan modal mengindikasikan


atau menggambarkan kebijakan pendanaan (financing decisions) yang
dilakukan oleh perusahaan. Pada dasarnya, neraca dilihat dari sisi utang
menggambarkan mengenai sumber pendanaan jangka pendek perusahaan
(short term financing) dan sumber pendanaan jangka panjang perusahaan
(long term financing) termasuk sumber pendanaan abadi yang berasal dari
para pengambil bagian dalam perusahaan atau sering disebut dengan
modal sendiri (equity financing).
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) merupakan sebuah ringkasan
mengenai pendapatan dan biaya-biaya selama periode tertentu yang
menggambarkan apakah perusahaan dalam posisi untung atau rugi.
Berikut ini contoh hipotesis mengenai laporan laba rugi PT ABC pada
periode tertentu, secara rinci komponen/pos yang ada dalam sebuah
laporan laba rugi standar sebagai berikut:
PT ABC
Laporan Laba Rugi 31 Desember, 2009a
(dalam Rp)
Penjualan bersih 63.872.000 a)
mengukur kemampuan
Harga pokok penjualanb 42.880.000 perusahaan untuk
Laba kotor 20.992.000 memperoleh keuntungan
b)
Biaya administrasi dan yang diterima atau akan
umumc 14.592.000 diterima dari pelanggan
c)
EBITd 6.400.000 biaya penjualan, iklan,
Biaya bungae 1.360.000 administrasi kantor,
dan lain-lain
EBTf 5.040.000 d)
pendapatan operasi biaya
Pajak 1.824.000 dana
e)
pinjaman
EATg 3.216.000 pendapatan
f) kena pajak
Dividen kas 2.288.000 jumlah
g) yang siap diterima oleh
Peningkatan laba ditahan 928.000 pemilik perusahaan

Laporan laba rugi PT ABC untuk Tahun 2009, penerimaan penjualan


(sales revenue) adalah Rp 63.872.000. Laba kotor (gross profit) Rp
20.992.000 diperoleh dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan (cost
of goods sold) dan merupakan jumlah yang digunakan untuk menutup
biaya operasi, biaya finansial dan pajak. Laba operasi (operating profit) Rp
6.400.000 diperoleh setelah laba kotor dikurangi biaya operasi, berarti
perusahaan sudah membayar biaya produksi dan biaya penjualan produk.
Laba operasi sering disebut earning/net profit before interest and taxes
(EBIT), karena digunakan
untuk membayar biaya finansial, yaitu pembayaran bunga pinjaman dan
membayar pajak. Laba operasi dikurangi pembayaran bunga diperoleh
laba sebelum pajak atau earning before tax/EBT, besarnya Rp 5.040.000.
Laba bersih (earning/net profit after tax = EAT) Rp 3.216.000 didapat
setelah laba sebelum pajak dikurangi pajak. Laba bersih inilah yang
menjadi hak/milik pemegang saham.

4.4. Rasio Keuangan


Pada bagian ini, akan digambarkan suatu konstruksi dan interpretasi
dari rasio utama yang digunakan untuk meringkas informasi keuangan
perusahaan. Kemudian setelah menjelaskan serta mengenalkan rasio-rasio
kunci tersebut, akan dipertimbangkan bagaimana dapat dipergunakan
untuk dapat menyertakan informasi mengenai kondisi keuangan dan untuk
mem- forecast prospek perusahaan di masa depan.
Secara garis besar ada empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, aktivitas,
leverage, dan profitabilitas. Keempat jenis rasio tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
a. Rasio Likuiditas
Menyoal masalah rasio likuiditas, seharusnya memahami juga apa arti
dari likuiditas itu sendiri. Aktiva likuid secara khusus dicirikan sebagai
suatu aset/aktiva yang dapat dengan mudah dikonversikan menjadi kas/
cash. Tapi apa artinya semua ini? Konversi terhadap karakteristik kas
secara khusus menjelaskan tiga kondisi/keadaan. Pertama, menjelaskan
bagaimana konversi aset menjadi kas dalam horizon waktu jangka pendek,
tapi kondisi tersebut tidaklah memadai untuk dapat menjelaskan
mengenai konsep Likuiditas. Kedua, konversi aset menjadi karakteristik
kas tidak disertai dengan penurunan nilai aset tersebut secara signifikan
(lost of value) dan ketiga, kondisi likuiditas dari aset bersifat scalable, hal
ini berarti sejumlah aset tertentu dapat dikonversikan menjadi kas.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa kita sangat peduli terhadap
likuiditas? Analisis likuiditas akan mampu memberikan informasi
seseorang menentukan apakah perusahaan mampu membayar
kewajibannya yang telah jatuh tempo dalam satu tahun (ingat bahwa
kondisi likuiditas selalu dikaitkan dengan kecepatan dan dalam bahasa
sederhana kemudian disebut jangka pendek). Bagaimanapun dengan
membandingkan keseluruhan aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya
yang jatuh tempo satu tahun atau kurang kemudian sering disebut bahwa
perusahaan memiliki kemampuan bayar, rasio ini pada analisis selanjutnya
disebut liquidity ratio atau rasio likuiditas. Rasio likuiditas menyediakan
beragam informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan perusahaan jangka pendek.
Liquidity Ratio yang umum digunakan antara lain:
1. Current ratio (rasio lancar): alat ukur bagi kemampuan likuiditas
(solvabilitas jangka pendek), yaitu kemampuan untuk membayar
utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Formulasi:

Aktiva lancar
CR = U ta n g la ×100%
2. Quick ra ti o /a cindctaerst ratio (rasio cepat): alat ukur bagi
kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang segera
harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.
Formulasi:
Aktiva lancar - Persediaan
QR = Utang lancar ×100%

b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas atau dikenal juga sebagai rasio operasi/efisiensi, yaitu
memfokuskan pada tingkat efisiensi di mana aset-aset dikelola perusahaan,
dengan perkataan lain rasio-rasio ini meringkas berbagai informasi,
sehingga dapat membantu seseorang menilai apakah suatu perusahaan
memiliki jumlah investasi yang tepat untuk setiap aset operasi. Oleh
karenanya, pada
umumnya rasio operasi rumusannya beragam dari satu perusahaan
kepada perusahaan lainnya dalam suatu industri.
Rasio-rasio ini antara lain:
1. Receivable turnover (perputaran piutang): mengukur kualitas
piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam me-
ngumpulkan piutang dagang tersebut.
Formulasi:
Penjualan Kredit Bersih Setahun
Receivable turnover = Rata-Rata Piutang

2. Inventory turnover (perputaran persediaan): rasio untuk


mengukur efisiensi penggunaan persediaan atau rasio untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan
untuk berputar dalam suatu periode tertentu.
Formulasi:
Harga Pokok Penjualan
Inventory turnover = Rata- Rata Persediaan

3. Receivable turnover in days (perputaran piutang harian):


mengukur kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan jumlah
piutang dalam setiap jangka waktu tertentu.
Formulasi:
Jumlah Hari dalam Setahun
Average collection period =
4. Total assets turnover (perputarPaenrpaukttaivraa)n:
Praiustiaonugntuk mengukur
efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
Formulasi:
Penjualan Bersih
Total assets turnover =
Total Aktiva

c. Rasio Leverage Finansial


Penggunaan utang dalam pendanaan bisnis dalam perspektif
manajemen keuangan disebut leverage. Dalam ilmu fisika, leverage adalah
sesuatu yang mampu mengangkat/mengungkit dengan kekuatan tertentu.
Utang (debts) adalah salah satu alat pendanaan yang memiliki pengaruh
yang sama baik terhadap kinerja atau return maupun risiko yang harus
dipikul atau ditanggung oleh perusahaan. Dengan demikian, rasio leverage
finansial merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan
menggunakan dana dari utang.
Rasio-rasio ini antara lain:
1. Debt ratio (rasio utang): rasio yang menghitung berapa bagian
dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan utang.
Formulasi:
Total Utang
Debt ratio = Total Aktiva

2. Total debt to equity ratio (rasio total utang terhadap modal


sendiri) Formulasi:

Total debt to equity ratio Total Utang


= Modal Sendiri
3. Time interest earned ratio: rasio untuk mengukur seberapa besar
keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan
adanya kesulitan keuangan, karena perusahaan tidak mampu
membayar bunga.
Formulasi:
EBIT
Time interest earned ratio
= Beban
Bunga

d. Rasio Profitabilitas
Kemampulabaan perusahaan merupakan bagian perhatian utama
seorang manajer (barangkali kecuali bagi para manajer non profit
institution). Konsep kemampulabaan perusahaan sangatlah luas, namun
demikian sangatlah kritis/penting bahwa satu yang amat menentukan baik
itu pada tingkat atau tataran akuntansi dalam hal profit diukur dan faktor
skala digunakan untuk dasar perhitungannya. Sebagai contoh, dengan
memperhatikan tingkatan data untuk beberapa contoh adalah sangat
bermanfaat untuk mengevaluasi keuntungan operasi perusahaan dengan
cara membandingkan dengan sejumlah bisnis sejenis tanpa
memperhatikan tingkat leverage (mengukur profit pada tingkat EBIT atau
EBITDA).
Rasio-rasio ini antara lain:
1. Gross profit margin
Formulasi:

Penjualan Bersih- HPP


Gross profit margin = Penjualan Bersih

2. Net profit margin


Formulasi:
EAT
Net profit margin =
Penjualan
Bersih

3. Return on assets
Formulasi:
EAT
Returnon assets =
Total Assets

4. Return on equity
Formulasi:
EAT
Returnon equity =
Total Modal Sendiri
4.5. Evaluasi Rasio-Rasio Keuangan
Summary evaluasi rasio-rasio keuangan disajikan seperti berikut:
Liquidity ratio:
Current ratio Naik Membaik
Quick ratio Naik Membaik
Cash ratio Naik Membaik

Leverage ratio:
Debt to total assets ratio Naik Memburuk
Debt to equity ratio Naik Memburuk
Long term debt to equity ratio Naik Memburuk
Time interest earned ratio Naik Membaik

Activity ratio:
Receivable turnover Naik Membaik
Average collection period Naik Memburuk
Inventory turnover Naik Membaik
Average days in inventory Naik Memburuk
Assets turnover Naik Membaik

Profitability ratio:
Gross profit margin Naik Membaik
Operating profit margin Naik Membaik
Net profit margin Naik Membaik
Return on assets Naik Membaik
Return on equity Naik membaik

4.6. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan


Adapun keterbatasan dari analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan metode akuntansi yang dipakai untuk menyusun laporan
keuangan.
b. Penjualan perusahaan yang bersifat musiman.
c. Kesulitan untuk menentukan jenis industri apabila perusahaan mem-
punyai berbagai lini produk.
d. Perusahaan dapat melakukan “window dressing”.
4.7. Latihan dan Penyelesaian
Soal 1.
Diketahui laporan keuangan PT Bumi Jaya sebagai berikut:

PT Bumi Jaya
Neraca 31 Desember,
2009
(dalam jutaan Rp)
Kas 880 Utang dagang 660
Piutang 1.100 Utang wesel 880
Persediaan 3.300 Utang lainnya 440
Total aktiva lancar 5.280 Total utang lancar 1.980
Utang jangka panjang 880
Aktiva tetap 2.420 Modal sendiri 4.840
Total aktiva 7.700 Utang dan modal sendiri 7.700

PT Bumi Jaya
Laporan Laba Rugi 31 Desember, 2009
(dalam jutaan Rp)
Penjualan 11.000
Harga pokok penjualan 8.120
Laba bruto 2.880
Biaya operasi:
Biaya penjualan 1.100
Biaya administrasi dan umum 1.268
2.368
EBIT 512
Bunga 52
Laba sebelum pajak 460
Pajak (50%) 230
Laba bersih 230
Dari data tersebut, hitunglah:
a. Current Ratio
b. Quick Ratio
c. Debt Ratio
d. Average Collection Period
e. Total Asset Turnover
f. Total Debt to Equity Ratio
g. Net Profit Margin

Penyelesaiannya:
Aktiva lancar
a. Current Ratio = ×100%
Utang lancar
5.280
= 1.980×100%
= 2,67 atau 267%

b. Aktiva lancar - Persediaan


Quick Ratio = Utang lancar ×100%

(5.280-3.300)
= 1.980 ×100%

1.980
= 1.980
=1
= 100%
Total Utang
c. Debt Ratio = ×100%
Total Aktiva

(1.980 + 880)
= 7.700 ×100%

2.860
= 7.700
= 0,37
= 37%
d. Piutang× Jumlah Hari dalam Setahun
Average Collection Period = Penjualan Kredit
1.100×365
= 11.000
= 36,5 hari
Penjualan Bersih
e. Total Asset Turnover
Total Aktiva
=
11.000
= 7.700
= 1,43 kali
Total Utang
f. Total Debt to Equity Ratio =
Modal Sendiri
(1.980 + 880)
=
4.840
= 0,59 = 59%

g. Laba Bersih setelah Pajak


Net Profit Margin = Penjualan Bersih

230
= 11.000
= 0,021 = 2,1%

Soal 2.
Lengkapilah Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Bunga Flamboyan berikut:
PT Bunga Flamboyan
Neraca 31 Desember,
2009 (Rp)
Kas …………… Utang lancar ……………
Piutang …………… 10% obligasi ……………
Persediaan 800.000 Modal sendiri ……………
Aktiva tetap ……………
Total aktiva …………… Total utang dan modal sendiri ……………
PT Bunga Flamboyan
Laporan Laba Rugi 31 Desember,
2009
(Rp)
Penjualan neto …………………
Harga pokok penjualan …………………
Laba bruto …………………
Biaya administrasi dan umum 8.000.000
Biaya penjualan 4.000.000
12.000.000
EBIT …………………
Bunga 10% …………………
Laba sebelum pajak …………………
Pajak (50%) …………………
Laba neto …………………

Keterangan:
a. Tingkat perputaran aktiva = 4×
b. Tingkat perputaran persediaan = 7,5×
c. Quick Ratio = 100%
d. Rasio aktiva tetap dengan aktiva total = 60%
e. Rasio utang jangka panjang dengan aktiva tetap = 50%
f. Operating ratio (rasio biaya total dengan penjualan) = 60%
g. Rasio kas dengan persediaan = 50%

Penyelesaiannya:
biaya total
Rasio operasi =
Penjualan
= 60%
12.000.000
Penjualan = ×12.000.000
0,6
= Rp 20.000.000
Penjualan
Tingkat perputaran aktiva =
Total aktiva = 4×
20.000.000
= Total aktiva = 4
20.000.000
Total aktiva =
4
= Rp 5.000.000
Aktiva tetap
Rasio aktiva tetap dengan total aktiva = = 60%
Total aktiva
Aktiva tetap
= 5.000.000 = 60%
Aktiva tetap = 60% × 5.000.000
= Rp 3.000.000
Aktiva lancar = Total aktiva – Aktiva tetap
= 5.000.000 – 3.000.000
= Rp 2.000.000
Rasio utang jangka panjang dengan aktiva tetap
Utang jangka panjang
= 3.000.000 = 50%
Utang jangka panjang = 50% × 3.000.000
= Rp 1.500.000
Kas
Rasio kas dengan persediaan =
800.000 = 50%
Kas = 50% × 800.000
= Rp 400.000
Piutang = Aktiva lancar – Kas –
Persediaan Piutang = 2.000.000 – 400.000
–800.000
= Rp 800.000

Aktiva lancar - Persediaan


Quick ratio = Utang Lancar = 100%

2.000.000-800.000
= Utang Lancar =1
Utang lancar = 2.000.000 – 800.000
= Rp 1.200.000

Modal sendiri = 5.000.000 – 1.200.000 – 1.500.000


= Rp 2.300.000
H arg a pokok = 7,5 kali
Perputaran persediaan =
penjualan
Persediaan = 7,5 kali

H arg a pokok
=
penjualan
800.000
Harga pokok penjualan = 7,5 × 800.000
= Rp 6.000.000

Dengan demikian, neraca dan laporan laba-rugi adalah sebagai berikut:


PT Bunga Flamboyan
Neraca 31 Desember,
2009 (Rp)
Kas 400.000 Utang lancar 1.200.000
Piutang 800.000 10% obligasi 1.500.000
Persediaan 800.000 Modal sendiri 2.300.000
Aktiva tetap 3.000.000
Total aktiva 5.000.000 Total utang dan modal sendiri 5.000.000
PT Bunga Flamboyan
Laporan Laba Rugi 31 Desember,
2009
(Rp)
Penjualan neto 20.000.000
Harga pokok penjualan 6.000.000
Laba bruto 14.000.000
Biaya administrasi dan umum 8.000.000
Biaya penjualan 4.000.000
12.000.000
EBIT 2.000.000
Bunga 10% 150.000
Laba sebelum pajak 1.850.000
Pajak (50%) 925.000
Laba neto 925.000

Soal 3.
Lengkapilah neraca berikut ini dengan menggunakan data berikut:
Debt to net worth ratio 41,8%
Acid test ratio 2,3
Periode pengumpulan piutang 40 hari
Gross profit margin 22%
Perputaran persediaan 6,5 kali
Perputaran aset 1,3 kali
PT Rennais
Neraca 31 Desember,
2009 (Rp)
Kas …………… Utang lancar ….………
Piutang …………… Saham biasa 20.000
Persediaan …………… Laba ditahan 35.000
Bangunan dan perlengkapan kantor ……………
Total aktiva …………… Total pasiva ….………

PT Rennais
Laporan Laba Rugi 31 Desember, 2009
(Rp)
Penjualan neto ……………
Harga pokok penjualan ……………
Laba bruto ……………

Penyelesaiannya:
Debt to net worth = 41,8%
Utang
Saham biasa + Laba = 41,8%
ditahan
Utang = 41,8% × (20.000 + 35.000)
= Rp 22.990
Total pasiva = Total utang + total modal sendiri
= 22.990 + 55.000
= Rp 77.990
Acid test ratio = 2,3
Aktiva lancar - Persediaan
= 2,3
Utang lancar
(Kas + Piutang) = 2,3 × 22.990
= Rp 52.877
Perputaran aktiva = 1,3
Penjualan Aktiva
Total
= 1,3
Penjualan = 1,3 × 77.990
= Rp 101.387
Periode pengumpulan piutang = 40 hari
Rata-rata piutang = (penjualan/360) ×
40
= (101.387/360) × 40 = Rp 11.265
Kas = (Kas + Piutang) – Piutang
= 52.877 – 11.265 = Rp 41.612
Gross profit margin = 22%
Harga pokok penjualan= (1 – GPM) × penjualan
= (1 – 22%) × 101.387 = Rp 79.082
Perputaran persediaan = 6,5 kali
Harga pokok
penjualan Rata- rata = 6,5
persediaan
Rata-rata persediaan = 79.082/6,5
= Rp 15.598
Bangunan dan perlengkapan kantor = Total aktiva – Aktiva lancar
= 77.990 – (41.612 + 11.265 + 15.598)
= Rp 9.515
PT Rennais
Neraca 31 Desember, 2009
(Rp)
Kas 41.612 Utang lancar 22.990
Piutang 11.265 Saham biasa 20.000
Persediaan 15.598 Laba ditahan 35.000
Bangunan dan perlengkapan kantor 9.515
Total aktiva 77.990 Total pasiva 77.990

PT Rennais
Laporan Laba Rugi 31 Desember, 2009 (Rp)

Penjualan neto 101.387


Harga pokok penjualan 79.082
Laba bruto 22.305
Soal 4.
Diketahui neraca dan laporan laba rugi PT Bremen sebagai berikut:
PT Bremen
Neraca 31 Desember,
2009 (Rp)
Kas 540.000.000 Utang dagang 430.000.000
Piutang 650.000.000 Utang wesel 540.000.000
Persediaan 1.750.000.000 Utang lainnya 320.000.000
Total aktiva
lancar 2.940.000.000 Total utang lancar 1.290.000.000
Utang jangka panjang 540.000.000
Aktiva tetap 1.310.000.000 Modal sendiri 2.420.000.000
Total aktiva 4.250.000.000 Utang dan modal sendiri 4.250.000.000

PT Bremen
Laporan Laba Rugi 31 Desember, 2009
(Rp)
Penjualan 6.600.000.000
Harga pokok penjualan 4.160.000.000
Laba bruto 2.440.000.000
Biaya operasi:
Biaya penjualan 650.000.000
Biaya administrasi dan umum 734.000.000
1.384.000.000
EBIT 1.056.000.000
Bunga 106.000.000
Laba sebelum pajak 950.000.000
Pajak (50%) 475.000.000
Laba bersih 475.000.000
Dari neraca dan laporan laba rugi PT Bremen tersebut, saudara diminta
untuk menghitung:
a. Berapa perputaran kas (cash turnover)?
b. Berapa perputaran piutang (receivable turnover)?
c. Berapa perputaran persediaan (inventory turnover)?

Penyelesaiannya:
Penjualan
a. Cash turnover =
Kas
6.600.000.000
= 540.000.000
= 12,22 kali berputar dalam setahun
Penjualan
b. Receivable turnover =
Piutang
6.600.000.000
= 650.000.000
= 10,15 kali berputar dalam setahun
Harga Pokok Penjualan
c. Inventory turnover =
Rata- rata persediaan
4.160.000.000
= 1.750.000.000

= 2,38 kali berputar dalam setahun

4.8. Latihan Soal


1. PT Monaco pada Tahun 2009 memiliki neraca dan laporan laba rugi
berikut: PT Monaco
Neraca 31 Desember, 2009
(Rp)
Kas 75.000 Utang dagang 90.000
Piutang 360.000 Utang wesel 180.000
Persediaan 240.000 Obligasi 375.000
Aktiva tetap 252.000 Modal saham 555.000
Total aktiva 1.200.000 Modal sendiri dan utang 1.200.000
PT Monaco
Laporan Laba Rugi 31 Desember,
2009 (Rp)
Penjualan neto 1.800.000
Harga pokok penjualan 1.200.000
Laba bruto 600.000
Biaya administrasi dan umum 100.000
Biaya penjualan 80.000
Biaya operasi 180.000
EBIT 420.000
Bunga 90.000
Laba sebelum pajak 330.000
Pajak (40%) 132.000
Laba neto 198.000

Rasio industri dari perusahaan tersebut adalah:


Current ratio 1,8
Debt ratio 0,45
Average collection period 40 hari
Inventory turnover 12 kali
Asset turnover 1,5 kali
Net profit margin 8%
ROI 9,5%
ROE 18%

Dari data keuangan tersebut, diminta:


a. Menghitung rasio-rasio perusahaan sesuai dengan rasio industri
b. Memberikan komentar rasio perusahaan dibandingkan rasio industri
2. Selama Tahun 2008 dan 2009 manajemen PT Knicks telah
menunjukkan kinerja yang cukup baik. Neraca dan laporan laba rugi
untuk Tahun 2008 dan 2009 disajikan seperti yang terlihat pada neraca
berikut.
PT Knicks
Neraca 31 Desember, 2008–2009
(dalam ribuan Rp)
Keterangan Des, 2008 Des, 2009 Keterangan Des, 2008 Des, 2009
Utang
Kas 200.000 ………..…… dagang 200.000 250.000
Piutang 340.000 ……..……… Utang wesel 350.000 300.000
Total utang
Persediaan 260.000 ……..……… lancar 550.000 ……………
Total aktiva Utang
jangka
lancar 800.000 ………..…… panjang 200.000 ……………
Total aktiva
bersih 250.000 ………..…… Ekuitas 300.000 ……………
Total aktiva 1.050.000 ………..…… Total utang 1.050.000 1.150.000

PT Knicks
Laporan Laba Rugi 31 Desember, 2008–
2009 (dalam ribuan Rp)
Penjualan ………………
Harga pokok penjualan ………………
Laba kotor ………………
Biaya administrasi dan penjualan 100.000
Depresiasi 200.000
300.000
EBIT ………………
Bunga ………………
EBT ………………
Pajak penghasilan ………………
EAT ………………
Lengkapilah neraca dan laporan laba rugi PT Knicks tersebut dengan
beberapa rasio keuangan perusahaan yang disajikan berikut.
Return on total assets 18%
Return on equity 41%
Current ratio 1,4 kali
Quick ratio 1 kali
Cash ratio 0,2 kali
Debt ratio 40%
Time interest earned ratio 8 kali
Inventory turnover 5 kali
Receivable collection period 71,2 hari

3. NEC co. Menghasilkan persentase laba operasi 10% didasarkan pada


penjualan $ 20.000.000 dan total aktiva $ 10.000.000 tahun lalu.
Diminta:
a. Berapakah kecepatan peredaran total aktiva perusahaan tersebut?
b. Selama tahun yang akan datang, direktur perusahaan telah me-
netapkan suatu tujuan untuk mencapai suatu kecepatan peredaran
total aktiva menjadi 3,5 kali. Berapa besar penjualan perusahaan
harus naik, sedangkan hal-hal yang lain tidak berubah, agar tujuan
tersebut tercapai? (tetapkan jawaban saudara baik dalam US$
Dollar maupun dalam persentase kenaikan penjualan?)
c. Berapakah laba operasi terhadap hasil investasi tahun lalu?
Anggaplah bahwa persentase laba operasi tetap sama, berapakah
laba operasi terhadap hasil investasi tahun yang akan datang, jika
tujuan kecepatan peredaran total aktiva tercapai?

4. The Stuttgart Sales Company mempunyai persentase laba kotor 30%


dan penjualan sebesar $ 18.000.000 tahun lalu. Tujuh puluh lima
persen dari penjualannya dalam bentuk kredit dan sisanya merupakan
penjualan tunai. Aktiva lancar Stuttgart $ 3.000.000, utang lancarnya $
600.000, dan memiliki uang tunai dan surat berharga yang segera
dapat dijual $
200.0. diminta:
a. Jika piutang dagang Stuttgart $ 1.125.000, berapakah rata-rata
periode penagihan piutangnya?
b. Jika rata-rata periode pengumpulan piutangnya turun menjadi 20
hari, berapakah jadinya tingkat piutang dagang yang baru?
c. Rasio kecepatan peredaran persediaan adalah 9 kali. Berapakah
tingkat persediaan Stuttgart?

5. Lengkapilah neraca dan data penjualan berikut dengan menggunakan


data keuangan sebagai berikut:
Debt ratio 60%A
Total asset turnover 5 kali
Quick ratio 2 kali
Average collection period 8 hari
Gross profit margin 50%
Inventory turnover 20 kali
1 tahun = 360 hari

Neraca (dalam Rp)


Cash ……… Current liabilities ………
A/R ……… Long term debt 125.000
Total current asset ……… Common stock ………

Fixed asset ……… Retained earning 50.000


Total assets 250.000 Total liabilities and equities ………

Laporan Laba Rugi (dalam jutaan Rp)


Sales 11.000
COGS 8.120
Gross profit 2.880
Dengan menggunakan data berikut, Anda diminta untuk
melengkapi data laporan keuangan dari PT DEF (1 tahun = 260 hari):
Debt ratio 1,5
Acid test ratio 1 1/3
Assets turnover 4 kali
Average collection period 27 hari
Gross profit margin 44,643%
Inventory turnover 12,4 kali
Total assets Rp 28 juta
Operating expense Rp 16,4 juta
Interest expense Rp 6,72 juta
Tax 40%
Long term debt Rp 6,5 juta
Retained earning Rp 4 juta
Buatlah neraca dan perhitungan laba rugi di PT DEF.
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

CHAPTER
MANAJEMEN
5 KAS

PENDAHULUAN
Perusahaan memegang atau memiliki kekayaan pada dasarnya untuk
satu alasan, yakni untuk menghasilkan imbal hasil (return), misalnya nilai
suatu aktiva ditentukan oleh kapasitasnya untuk menghasilkan aliran kas
di masa depan (to be generated expected cash inflow). Sebagai contoh
misalnya, bagaimana suatu perusahaan tetap menjaga jumlah piutang
usahanya dan beragam jenis persediaan dalam upaya untuk memperoleh
loyalitas lebih tinggi dari para pelanggan, sehingga mampu mendorong
penjualan/transaksi bisnis yang lebih besar di masa depan.
Namun demikian, manakala tujuan utamanya adalah untuk
mendistribusi- kan keuntungannya pada para investor, mengapa
perusahaan pada umum- nya memilih untuk memegang kas (firms choose
to hold cash?). Barangkali

Manajemen Kas 103


Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

ide utama mengapa perusahaan atau manajemen mempertahankan atau


memegang kas (uang tunai), karena kas/uang tunai merupakan alat tukar
yang paling likuid, selain sebagai alat pembayaran yang sah.

5.1. Pengertian Kas


Kas sebagai salah satu elemen modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya, dapat digunakan untuk memiliki barang dan jasa yang
diinginkan juga untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Ini bukan berarti
bahwa kita harus menyediakan uang kas dalam jumlah besar, karena
dengan demikian kita hanya mengutamakan pertimbangan likuiditas dan
mengorbankan atau menekan profitabilitas. Untuk menentukan berapa
sebaiknya jumlah persediaan kas minimum yang harus dimiliki perusahaan
belumlah ada standar tertentu untuk dijadikan pedoman.
Ada tiga motif yang melandasi untuk memiliki uang kas:
1. Motif transaksi: motif ini memungkinkan perusahaan dapat me-
nyelenggarakan kegiatan-kegiatannya, melakukan pembelian, penjualan
operasi sehari-hari.
2. Motif berjaga-jaga: motif utama menahan kas terutama berkaitan bisa
tidaknya arus kas masuk dan keluar diperkirakan dan kemampuan
untuk menjamin tambahan kas secara mendadak.
3. Motif spekulasi: motif ini untuk melakukan spekulasi, untuk
menangkap kesempatan memperoleh keuntungan yang mungkin
timbul.
Aliran kas dalam perusahaan:
1. Kas selalu dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan usahanya
(membiayai operasi, investasi baru).
2. Pengeluaran kas bersifat kontinyuseperti: pembelian bahan,
pembayaran gaji dan upah.
3. Pengeluaran kas bersifat intermittent. Misalnya: pembayaran bunga,
dividen, pajak penghasilan, dan lain-lain.
4. Aliran kas masuk juga ada yang bersifat kontinyu seperti: kas hasil
penjualan tunai, penagihan piutang, sedangkan yang intermittent
seperti: tambahan modal, penjualan surat berharga, penerimaan kredit
bank, dan lain-lain.
Depresiasi Barang dalam Proses

Buruh Upah Penjualan Kredit


Barang Jadi

Bahan Mentah
By Admin dan Penjualan
Aktiva Tetap

Piutang
By Adm dan Penjualan

Pembelian Pengumpulan
Pembelian
Penjualan AT
Pinjaman Investasi
HutangKasPemilik PembayaranPrive

Gambar 5.1. Aliran Kas


dalam Perusahaan

5.2. Persediaan Kas Minimal


Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan minimal kas
adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar, yaitu
pengaturan dan perimbangan yang baik mengenai timing antara cash
inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan dalam arti kata,
pengeluaran kas baik dalam segi jumlahnya maupun waktunya akan
dapat dipenuhi penerimaan kasnya, sehingga perusahaan tidak perlu
memiliki persediaan besi (safety cash balance) terlalu besar.
2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan (estimasi), hal
ini dapat diantisipasi dari pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya
mengenai sejauhmana pemasukan kas tidak meleset dari jadwal yang
telah ditetapkan. Penyimpangan juga dapat berasal dari (i) kejadian
perubahan kebijakan pemerintah, (ii) pemogokan buruh, (iii) bencana
alam, dan (iv) lain-lain yang kesemuanya akan mengakibatkan
pengeluaran ekstra dan memerlukan penyediaan besi kas yang besar.

Manajemen Kas 105


3. Adanya hubungan yang baik dengan bank. Apabila pimpinan
perusahaan berhasil mengadakan hubungan baik dengan pihak bank
yang akan mempermudah untuk mendapatkan kredit, untuk
menghadapi kekurangan kas yang disebabkan oleh berbagai hal di
atas, maka perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi yang
besar.
4. Menurut H. G. Guthmann, agar “well finance”, kas hendaknya tidak
kurang antara 5% sampai dengan 10% dari aktiva lancar.

5.3. Anggaran Kas


Tindakan tahap awal dalam upaya penentuan jumlah kas minimum
yang diperlukan adalah menyusun budget yang merupakan forecast dari
pada posisi kas setiap periodenya di waktu yang akan datang. Penyusunan
cash budget pada dasarnya membandingkan proyeksi penerimaan dan
pengeluaran.
Budget kas (cash budget) dapat disusun untuk periode bulanan atau
kuartalan dan pada dasarnya budget kas dapat dibedakan dalam dua
bagian, yaitu:
1. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari: hasil
penjualan tunai, piutang yang terkumpul, penerimaan bunga, hasil
penjualan aktiva tetap dan penerimaan-penerimaan lainnya.
2. Estimasi pengeluaran yang digunakan untuk: pembelian bahan
mentah, pembayaran utang-utang, pembayaran upah buruh,
pengeluaran untuk biaya penjualan, biaya administrasi dan umum,
pajak, premi asuransi, dan lain-lain.

5.4. Penyusunan Anggaran Kas


Dengan mengadakan estimasi penerimaan dan pengeluaran selama
periode tertentu di waktu akan datang dapat diketahui akan adanya
surplus atau defisit kas sebagaimana diuraikan di atas. Oleh karena itu,
diperlukan penyusunan budget kas agar pimpinan perusahaan dapat
mengetahui:
a) kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi perusahaan, b)
kemungkinan adanya surplus atau defisit karena adanya operasi perusahaan,
c) besarnya dana beserta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup
defisit kas, d) saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali.
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

Tahapan penyusunan budget kas dapat dilakukan melalui beberapa


tahap, yaitu:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana
operasi perusahaan, langkah ini sering disebut sebagai transaksi
operasi (operation transaction).
2. Menyusun perkiraan estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank
dan sumber dana lainnya untuk menutup defisit, juga disusun estimasi
pembayaran bunga beserta waktu pembayaran kembali (financial
transaction).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran
yang ada transaksi finansial, dan budget kas yang final ini merupakan
gabungan antara transaksi operasional dan transaksi finansial.

5.5. Menentukan Target Saldo Kas


Terdapat dua model yang sering dipergunakan dalam menentukan
jumlah saldo kas minimum, jumlah saldo kas ini sebagai saldo kas aman
(safety cash balance), kedua metode itu: a) The Baumol Model dan b) The
Miller-Orr Model.
a. Model Baumol atau Model Persediaan
Baumol (1952), dalam artikelnya menyebutkan bahwa kebutuhan
akan kas mirip dengan kebutuhan persediaan, dengan asumsi kebutuhan
kas setiap periode (bulanan) sama, pada saat digunakan kas akan
berkurang dan pada titik tertentu harus mengubah aktiva lain (misal efek)
menjadi kas. Dengan memperhatikan biaya karena memiliki kas dan biaya
merubah efek menjadi kas.
Keterbatasan dalam Model Baumol, antara lain: a) mengasumsikan
menggunakan kas yang konstan setiap periode, b) mengasumsikan
bahwa selama interval waktu tertentu tidak ada penerimaan kas, c) tidak
mempertimbangkan kemungkinan disediakan persediaan kas untuk
pengamanan.
Rumusan besarnya kas minimum menurut Baumol Model: saldo kas
optimal diperoleh pada saat opportunity costs sama dengan trading costs.
Opportunity Costs = Trading Costs
C T
×K = ×F
2 C

Manajemen Kas 107


Kalikan kedua sisi dengan C
C
2 ×K =T ×F
2
T ×F
C2 = 2× K
2T F
C* =
K

Biaya memegang kas, menurut Model Baumol:


Costs in
dollars of Biaya perdagangan (trading cost) meningkat
holding cash ketika perusahaan harus menjual sekuritas
untuk memenuhi kebutuhan kas.

Total cost of holding cash


Opportunit
y Costs

Pendapatan dari investasi hilang


ketika memegang kas

Trading costs

C* Size of cash balance

Gambar 5.2. Model Kas Baumol

F = fixed cost dari menjual sekuritas untuk memperoleh kas


T = Total jumlah kas baru yang dibutuhkan
K = opportunity cost memegang kas, adalah tingkat bunga

C
2

1 2 3 Time
Gambar 5.3. Rata-Rata Saldo Kas
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

Jika kita mulai dari $C, mengeluarkan pada tingkat yang konstan tiap
periode dan mengganti kas dengan $C ketika kekurangan kas, rata-rata
saldo kas adalah:
C
opportunity cost dari memegang adalah ×K
C 2
2

C T
Total = ×K + ×F
cost
2 C

C
Opportunity Costs ×K
2

T
Trading Costs ×F
C

C* Size of cash balance

*
2T
C = K
×F

Gambar 5.4. Model Kas Baumol Lanjutan

Saldo kas yang optimal diperoleh di mana opportunity costs sama dengan
trading costs

b. Model Miller-Orr
Dalam kondisi penggunaan dan penerimaan kas secara acak,
perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah.
Pada saat kas mencapai batas atas perlu merubah kas menjadi
aset lain (sekuritas) sampai saldo kas pada batas tertentu, dan
sebaliknya pada batas bawah perlu menjual sekuritas.
Perusahaan membiarkan saldo kas di antara batas kendali atas dan
bawah.

Manajemen Kas 109


Ketika saldo kas menyentuh
batas kendali atas, H, kas
diinvestasikan di tempat lain
untuk mencapai
$ target saldo kas Z.

Ketika kas menyentuh batas


kendali bawah, L, investasi
Z dijual untuk memperoleh kas
agar mencapai target saldo kas.
L

Time

Gambar 5.5. Model Kas Miller Orr

Dengan L, yang ditetapkan oleh perusahaan, The Miller-Orr Model


menyelesaikan untuk Z dan H.
*
3Fs2
Z = 3 +L H* = 3Z*– 2L
4K

Dimana σ2 adalah varians dari arus kas harian bersih. Rata-rata saldo
kas pada Miller-Orr Model adalah:
4Z * - L
Average Cash Balance =
3
Untuk menggunakan Model Miller-Orr, manajer harus melakukan empat
hal:
1. Tentukan batas kendali bawah dari saldo kas
2. Estimasi standar deviasi dari arus kas harian
3. Tentukan tingkat bunga
4. Estimasi trading costs dari membeli dan menjual sekuritas
Model Mengklarifikasi Isu Mengenai Manajemen Kas:
Titik Z, berhubungan positif dengan trading costs, F, dan berhubungan
negatif dengan tingkat bunga K.
Z dan rata-rata saldo kas berhubungan positif terhadap variabilitas arus
kas.
5.6. Latihan dan Penyelesaian
Soal 1.
Rencana untuk penjualan bulan Januari sampai dengan Juni 2007 dari
PT Cibiru sebagai berikut.
Januari Rp 200.000 April Rp 280.000
Februari Rp 220.000 Mei Rp 300.000
Maret Rp 240.000 Juni Rp 320.000

Diperkirakan 30% dari penjualan itu dilaksanakan secara tunai dan


sisanya kredit. Untuk pembayaran tunai diberikan kas diskon 5%.
80% dari penjualan kredit akan dibayar 30 hari setelah tanggal penjualan
dan sisanya bulan berikutnya.
Penjualan bulan November 2006 Rp 160.000 dan penjualan bulan
Desember 2006 Rp 180.000,-

1. Penjualan-penjualan aktiva tetap


Januari Rp 80.000 April Rp 70.000
Februari Rp 80.000 Mei Rp 60.000
Maret Rp 60.000 Juni Rp 80.000

2. Pembelian Bahan Mentah Secara Tunai


Januari Rp 100.000 April Rp 200.000
Februari Rp 120.000 Mei Rp 160.000
Maret Rp 150.000 Juni Rp 150.000

3. Biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai berikut:


Januari Rp 160.000 April Rp 100.000
Februari Rp 200.000 Mei Rp 80.000

4. Pajak perusahaan dibayarkan setiap bulan Maret dan Juni Rp 60.000,-


5. Saldo akhir bulan Desember 2006 Rp 10.000,- safety cash balance
Rp 10.000,-
Diminta:
a. Buatlah schedule pengumpulan piutang Januari sampai dengan Juni 2007.
b. Budget kas, dengan ketentuan harus dipisahkan antara transaksi.

Penyelesaiannya:
Total Penjualan bulan Januari = Rp 200.000
Penjualan Tunai 30% × Rp 200.000,- = Rp 60.000
Cash. Disc 5% × Rp 60.000,- = Rp 3.000
Total Penjualan Tunai = Rp 57.000

Penjualan Kredit 70% × Rp 200.000 = Rp 140.000


Penerimaan bulan Februari 80% × Rp 140.000 = Rp 112.000
Penerimaan bulan Maret 20% × Rp 140.000 = Rp 28.000

Total Penjualan bulan Februari = Rp 220.000


Penjualan Tunai 30% × Rp 220.000,- = Rp 66.000
Cash. Disc 5% × Rp 66.000,- = Rp 3.300
Total Penjualan Tunai = Rp 62.700

Penjualan Kredit 70% × Rp 220.000 = Rp 154.000


Penerimaan bulan Maret 80% × Rp 154.000 = Rp 123.200
Penerimaan bulan April 20% × Rp 154.000 = Rp 30.800

Total Penjualan bulan Maret = Rp 240.000


Penjualan Tunai 30% × Rp 240.000,- = Rp 72.000
Cash. Disc 5% × Rp 72.000,- = Rp 3.600
Total Penjualan Tunai = Rp 68.400

Penjualan Kredit 70% × Rp 240.000 = Rp 168.000


Penerimaan bulan April 80% × Rp 168.000 = Rp 134.400
Penerimaan bulan Mei 20% × Rp 168.000 = Rp 33.600
Total Penjualan bulan April = Rp 280.000
Penjualan Tunai 30% × Rp 280.000,- = Rp 84.000
Cash. Disc 5% × Rp 84.000,- = Rp 4.200
Total Penjualan Tunai = Rp 79.800

Penjualan Kredit 70% × Rp 280.000 = Rp 196.000


Penerimaan bulan Mei 80% × Rp 196.000 = Rp 156.800
Penerimaan bulan Juni 20% × Rp 196.000 = Rp 39.200

Total Penjualan bulan Mei = Rp 300.000


Penjualan Tunai 30% × Rp 300.000,- = Rp 90.000
Cash. Disc 5% × Rp 90.000,- = Rp 4.500
Total Penjualan Tunai = Rp 85.500

Penjualan Kredit 70% × Rp 300.000 = Rp 210.000


Penerimaan bulan Juni 80% × Rp 210.000 = Rp 168.000
Penerimaan bulan Juli 20% × Rp 210.000 = Rp 42.000

Total Penjualan bulan Juni = Rp 320.000


Penjualan Tunai 30% × Rp 320.000,- = Rp 96.000
Cash. Disc 5% × Rp 96.000,- = Rp 4.800
Total Penjualan Tunai = Rp 91.200

Penjualan Kredit 70% × Rp 320.000 = Rp 224.000


Penerimaan bulan Juli 80% × Rp 224.000 = Rp 179.200
Penerimaan bulan Agustus 20% × Rp 224.000 = Rp 44.800

Total Penjualan bulan November 2006 = Rp 160.000


Penjualan Kredit 70% × Rp 160.000 = Rp 112.000
Penerimaan bulan Desember 80% × Rp 112.000 = Rp 89.600
Penerimaan bulan Januari 20% × Rp 112.000 = Rp 22.400
Total Penjualan bulan Desember 2006 = Rp 180.000
Penjualan Kredit 70% × Rp 180.000 = Rp 126.000
Penerimaan bulan Januari 80% × Rp 126.000 = Rp 100.800
Penerimaan bulan Februari 20% × Rp 126.000 = Rp 25.200

Receivable Collection Budget


Wakt Taksiran Bulan Penerimaan
u
Penjualan Kredit Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Nov ’96 112.000 22.400
Des ’96 126.000 100.800 25.200
Jan ’97 140.000 112.000 28.000
Feb ’97 154.000 123.200 30.800
Mar ’97 168.000 134.400 33.600
Apr ’97 196.000 156.800 39.200
Mei ’97 210.000 168.000
Jun ’97 224.000
Σ Penjualan Piutang 123.200 137.200 151.200 165.200 190.400 207.200

Budget Kas
Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Penerimaan
Penjualan tunai 57.000 62.700 68.400 79.800 85.500 91.200
Penjualan kredit 123.200 137.200 151.200 165.200 190.400 207.200
Penjualan lain 80.000 80.000 60.000 70.000 60.000 80.000
Σ penerimaan 260.200 279.900 279.600 315.000 335.900 378.400
Pengeluaran
Pembelian tunai 100.000 120.000 150.000 200.000 160.000 150.000
Pajak persero 60.000 60.000
Biaya lainnya 160.000 200.000 100.000 80.000
Σ pengeluaran 260.000 320.000 210.000 300.000 240.000 210.000
Surplus/defisit 200 –40.100 69.600 15.000 95.900 168.400
Saldo akhir 10.200 –29.900 39.700 54.700 150.600 319.000
Soal 2.
Kebutuhan kas setahun Rp 1.200.000.000,- pemakaian per hari konstan.
Biaya setiap transaksi mengubah sekuritas menjadi kas sebesar Rp 50.000.
Tingkat bunga karena memiliki sekuritas (opportunity cost) 12% per tahun.
Ditanyakan:
a. Hitung berapa jumlah saldo kas minimum?
b. Hitung biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost of capital)?
c. Hitung juga biaya transaksi?

Penyelesaiannya:
a. Jumlah saldo kas minimum dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut: C* = √(2 x 50.000 × 1.200.000.000)/0.12
= 31.622.777
Jadi besarnya nilai kas minimum sebesar Rp 31.623.000,-
b. Biaya kehilangan kesempatan:
= (31.623.000/2) × 0,12
= Rp 1.897.380.000,-
c. Biaya transaksi:
= (1.200.000.000/31.623.000) × 50.000
= Rp 1.897.353

Soal 3.
PT KWE mempunyai empat cabang penjualan di beberapa kota. Penjualan
masing-masing cabang rata-rata setiap hari bisa menghasilkan penjualan
sebesar Rp 3 juta. Hasil penjualan tersebut dikirim setiap hari ke induk
perusahaan dengan menggunakan jasa pos dengan biaya pengiriman setiap
kiriman Rp 10.000,-. Rata-rata kiriman tersebut baru diterima oleh induk
perusahaan dalam waktu 3 hari biaya modal per bulan sekitar 2%.
Perusahaan ingin mempercepat pengumpulan ini dengan cara mendatangi
sendiri cabang-cabang tersebut, sehingga waktu pengiriman sekarang
berkurang hanya menjadi 1 hari saja. Untuk itu perusahaan harus
mengeluarkan biaya setiap hari rata-rata Rp 20.000,-. Satu bulan
perusahaan bekerja 30 hari.
Pertanyaan: apakah rencana ini cukup ekonomis untuk dijalankan?
Penyelesaiannya:
Dana yang terikat dalam pengiriman tersebut adalah:
= 4 × Rp 3.000.000 × 3
= Rp 36.000.000,-
Berarti ada dana sebesar Rp 36 juta yang tidak bisa dimanfaatkan
karena masih beredar diperjalanan. Apabila dikumpulkan sendiri, maka
waktu pengiriman tinggal 1 hari. Dengan demikian, dana yang terikat
menjadi:
= 4 × 1 hari × Rp 3 juta
= Rp 12.000.000,-
Dana yang bisa dihemat = 36.000.000 – 12.000.000
= Rp 24 .000.000,-
Penghematan biaya dana = Rp 24.000.000 × 2%
(dalam 1 bulan) = Rp 480.000,-
Tambahan biaya pengiriman = 30 × (20.000 – 10.000)
(dalam 1 bulan) = Rp 300.000,-
Karena penghematan (Rp 480.000) lebih besar dari pada penambahan biaya
(Rp300.000) maka rencana ini cukup ekonomis.

Soal 4.
PT Stones memperkirakan bahwa pola pengeluaran kasnya tidak bisa
diperkirakan. Berdasarkan pengalaman, untuk setiap kali mengubah kas
menjadi surat berharga atau sebaliknya, diperlukan biaya sebesar Rp 300,-.
Varians pengeluaran kas bersih adalah Rp 9.000,-, sedangkan tingkat bunga
yang bisa diperoleh dari investasi pada surat-surat berharga sekitar 25%
per tahun. Satu tahun = 365 hari. Berdasarkan data tersebut:
Hitunglah berapa batas atas jumlah kas sebaiknya.
Apakah kas terendah adalah Rp 0,00 berapakah rata-rata kasnya?

Penyelesaiannya:
* 3×300×9.000
Z = 3 = 1.435
4×0,0685%
Batas atas jumlah kas = 1.435 × 3 = Rp 4.305,-
Rata-rata kas = (1.435 + 4.305)/3 = Rp 1.913,-
Soal 5.
Kebutuhan kas perusahaan selama satu bulan Rp 20 juta. Perusahaan
memperoleh kas dengan menjual surat berharga. Biaya transaksi
perolehan kas adalah Rp 10 ribu, sedangkan biaya beban tetap/bagi hasil
berkisar 18% per tahun atau 1,5% per bulan.

Penyelesaiannya:
C* = [(2 × 10.000 × 20.000.000)/0,015] 1/2
C* = 5.163.978
Jika perusahaan menambah saldo kas besi sebesar Rp 5.000.000,-, maka
saldo kas baru sebesar:
= Rp 5.163.978 + Rp 5.000.000
= Rp 10.163.978,-

Soal 6.
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap berupa bunga per tahun
sebesar Rp 150.000,-. Jumlah kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan
per minggu sebesar Rp 1.000.000,-. Besarnya penghasilan investasi yang
diharapkan sebesar 15% per tahun.
Diminta:
a. Berapa jumlah kas optimal yang diperlukan perusahaan?
b. Berapa jumlah frekuensi transaksi yang harus dilakukan?
c. Berapa saldo kas rata-rata?

Penyelesaiannya:
a. C* = [(2 × 150.000 × 52.000.000)/0,15]1/2
C* = 10.198.039
b. 52.000.000/10.198.039
= 5,09 kali atau 5 kali.
c. 10.198.039/2
= 5.099.019,5
Soal 7.
Suatu perusahaan menjual barang dagangannya secara kredit, di mana
pelanggan harus membayar dalam waktu 60 hari dari saat penjualan.
Perusahaan menghitung rata-rata waktu yang diperlukan (rata-rata umur
persediaan = RUP), yaitu 90 hari untuk memproduksi sampai menjual
barang jadi dan rata-rata periode tagih (RPT), yaitu 75 hari. Syarat kredit
untuk membeli bahan baku adalah membayar dalam waktu 30 hari sejak
pembelian dan karyawan dibayar setiap 15 hari. Perusahaan menghitung
rata-rata periode bayar (RPB) untuk bahan baku dan tenaga kerja adalah
25 hari.
a. Berapakah siklus operasinya?
b. Berapakah siklus konversi kas?

Penyelesaiannya:
a. SO = RUP + RPT = 90 hari + 75 hari = 165 hari.
b. SKK = RUP + RPT - RPB = 90 hari + 75 hari - 25 hari = 140 hari

5.7. Latihan Soal


1. Kebutuhan kas suatu perusahaan per tahun sebesar Rp 240.000.000,-.
Kas yang digunakan per hari besarnya tetap. Biaya transaksi yang
dikeluarkan setiap mengkonversi sekuritas menjadi kas sebesar
Rp 100.000,-. Tingkat bunga yang diharapkan dari sekuritas yang
dimiliki sebesar 20% per tahun. Berapa jumlah sekuritas yang harus
dikonversi menjadi kas setiap kali transaksi (sebagai kas optimal).

2. Pada Tahun 2011 Perusahaan Novara akan menyusun anggaran kas.


Rencana penerimaan dan pengeluaran kas selama enam bulan kedua
(bulan Juli s.d. Desember) adalah sebagai berikut:
A) Rencana Penerimaan:
Penjualan dilakukan secara tunai sebanyak 40% dan kredit
60% dari penjualan. Dari penjualan kredit, 30% diterima pada
satu bulan setelah bulan penjualan dan sisanya diterima 2 bulan
setelah bulan penjualan. Total penerimaan piutang bulan Juli dan
Agustus masing-masing sebesar Rp 1.450.000 dan Rp 1.800.000.
Adapun rencana penerimaan tersebut adalah:
1) Besarnya penjualan:
Juli Rp 2.500.000 Oktober Rp 3.100.000
Agustus Rp 3.250.000 November Rp 3.200.000
September Rp 3.300.000 Desember Rp 3.250.000
2) Penerimaan lain-lain:
Juli Rp 250.000 Oktober Rp 700.000
Agustus Rp 450.000 November Rp 750.000
September Rp 550.000 Desember Rp 800.000

B) Rencana Pengeluaran:
1) Pembelian bahan mentah:
Juli Rp 1.250.000 Oktober Rp 1.200.000
Agustus Rp 1.200.000 November Rp 1.250.000
September Rp 1.300.000 Desember Rp 1.300.000
2) Pembelian bahan penolong:
Juli Rp 100.000 Oktober Rp 250.000
Agustus Rp 150.000 November Rp 200.000
September Rp 100.000 Desember Rp 300.000
3) Pembayaran gaji dan upah:
Juli Rp 1.250.000 Oktober Rp 1.200.000
Agustus Rp 1.200.000 November Rp 1.250.000
September Rp 1.300.000 Desember Rp 1.300.000
4) Biaya transport dan komisi penjualan:
Juli Rp 150.000 Oktober Rp 300.000
Agustus Rp 250.000 November Rp 250.000
September Rp 200.000 Desember Rp 350.000
5) Biaya administrasi dan lainnya:
Juli Rp 425.000 Oktober Rp 475.000
Agustus Rp 475.000 November Rp 425.000
September Rp 425.000 Desember Rp 375.000
6) Pajak akan dibayar pada bulan November 2011 sebesar
Rp 500.000

C) Rencana Lain:
1) Saldo kas akhir pada bulan Juni 2011 sebesar Rp 200.000,-.
2) Apabila terjadi defisit, perusahaan akan melakukan pinjaman
ke bank pada permulaan bulan sebesar 150% dari besarnya
defisit tersebut dan pengembaliaannya akan dilakukan pada
akhir bulan ketika persediaan kas telah cukup. Tingkat bunga
pinjaman 2% per bulan.
3) Pembayaran angsuran pinjaman akan dilakukan pada saat
saldo kas perusahaan mencukupi dan selalu menjaga kas
minimalnya.
4) Persediaan kas minimal (persediaan besi) sebesar Rp 250.000,-.

Dari informasi data tersebut buatlah:


a. Anggaran kas untuk transaksi operasi bulan Juli sampai
dengan Desember 2011.
b. Anggaran kas untuk transaksi finansial bulan Juli sampai
dengan Desember 2011.
c. Anggaran kas final (keseluruhan) bulan Juli sampai dengan
Desember 2011, yaitu anggaran untuk operasi (transaksi
usaha), transaksi finansial dam transaksi secara keseluruhan.

3. Swansea Co, Ltd. Memperkirakan adanya pengeluaran kas secara ke-


seluruhan untuk tahun yang akan dating sebesar Rp 10.800.000,-.
Perusahaan merencanakan untuk memenuhi permintaan kas tersebut
dengan menjual surat berharga secara periodik. Investasi pada surat
berharga bagi perusahaan dapat memberikan return sebesar 12% dan
biaya transaksi untuk merubah surat berharga menjadi kas adalah Rp
80,-.
Diminta:
a. Dengan menggunakan Model Baumol, tentukan transaksi yang
optimal untuk merubah dari surat berharga menjadi kas.
b. Berapa rata-rata cash balance perusahaan dan berapa kali
transaksi terjadi dalam setahun?

4. Suatu perusahaan mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp 5.000


setiap kali transaksi. Deviasi standar aliran kas masuk sebesar Rp
100.000. Tingkat bunga per tahun sebesar 12%. Batas minimal kas
yang tersedia sebagai batas bawah sebesar nol rupiah. Satu tahun
dihitung 360 hari. Berapa jumlah persediaan kas yang diinginkan
perusahaan?

5. Jika perusahaan bermaksud untuk meningkatkan perputaran


persediaan dengan mengurangi rata-rata umur persediaan dari 80 hari
menjadi 65 hari. Juga perusahaan akan mengurangi rata-rata periode
tagih (RPT) dari 65 hari menjadi 40 hari. Di samping itu perusahaan
memperoleh tambahan rata-rata periode bayar utang dagangnya
menjadi 30 hari. Diasumsikan pembiayaan sebesar Rp 12.000.000.000
setahun. Apabila tingkat bunga 15% per tahun, berapakah
penghematan dan tambahan keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan?Tambahan soal manajemen kas.

6. Delhi Co. memperkirakan kebutuhan kas tahun yang akan datang


sebesar Rp 5 miliar. Perusahaan akan memenuhi kebutuhan uang
kas tersebut dengan mengonversi surat berharga menjadi kas secara
periodik. Besarnya biaya untuk mengkonversi surat berharga menjadi
kas Rp 28.800 dan opportunity cost sebesar 18%. Dengan
menggunakan model baumol, hitunglah:
a. Besarnya jumlah kas optimal, yang akan diubah dari surat
berharga menjadi kas?
b. Berapa kali perusahaan mengubah surat berharga menjadi uang
kas dalam satu tahun?
c. Berapa total opportunity cost, total conversion cost dan total cost-nya?
d. Jika perusahaan menginginkan konversi sebanyak 100 kali dalam
1 tahun, berapa total cost yang harus dikeluarkan perusahaan?
7. PT Mahindra menggunakan metode Miller Orr dalam manajemen kas
perusahaan. Biaya untuk mengkonversi surat berharga menjadi kas
atau mengonversi kas menjadi surat berharga sebesar Rp 35.000.
Penyimpangan arus kas bersih setiap harinya (varians) Rp 500.000.
Suku bunga investasi pada surat berharga 14%/tahun. Diasumsikan
satu tahun 360 hari kerja.
a. Hitunglah besarnya upper limit dan return point?
b. Berapa besarnya uang kas yang ditransfer menjadi surat berharga?
c. Berapa jumlah surat berharga yang harus ditransfer menjadi uang
kas?

8. Bob Corp. menggunakan metode Miller Orr dalam manajemen kas


perusahaan. Biaya menjual surat-surat berharga adalah $20, varians
net cash flow per hari adalah $3.000.000 dan opportunity cost per
tahun 12%.
a. Hitunglah return point dan upper limit?
b. Jika semua data mengalami kenaikan 50%, hitunglah return point
dan upper limit?
c. Berilah komentar atas tingkat sensitivitas hasil yang diperoleh
setelah adanya perubahan variabel-variabel di atas?4. Manajer
PT Kotak Bulat memperkirakan kebutuhan kas adalah Rp 300 juta
per minggu. Arus kas masuk dari operasi perusahaan Rp270 juta
per minggu. Biaya tetap untuk menjual sekuritas atau meminjam
uang Rp1,5 juta tiap transaksi. Tingkat keuntungan apabila
membeli sekuritas adalah 22,5% per tahun. Hitunglah saldo kas
optimal dan rata-rata saldo kas menurut Baumol.

9. Biaya transaksi PT Red Apple Rp 100.000,00. Deviasi standar arus kas


bersih harian Rp 4,6 juta. Tingkat kepemilikan sekuritas 12% per
tahun (1 tahun = 365 hari). Batas bawah ditentukan nol rupiah.
a. Hitung saldo kas sasaran
b. Hitung batas atas kas
10. Manajer keuangan PT Sinar mengamati bahwa pengeluaran kas setiap
hari dari perusahaan bersifat acak. Deviasi standar arus kas harian
ditaksir Rp 2,5 juta. Kas yang menganggur bisa diinvestasikan pada
obligasi yang diharapkan dapat memberikan tingkat keuntungan
0,55% per bulan. Biaya menjual obligasi ditaksir Rp 50.000,00 per
transaksi. Batas bawah ditetapkan Rp 2,5 juta.
a. Berapa batas atas saldo kas perusahaan?
b. Berapa jumlah obligasi yang harus dijual saat saldo kas mencapai
Rp 5 juta
c. Berapa rata-rata saldo kas perusahaan?

11. Perusahaan Panca Warna meperkirakan pengeluaran kas secara


keseluruhan untuk tahun yang akan datang sebesar Rp5.400.000,-.
Untuk memenuhi kebutuhan kas tersebut perusahaan akan menjual
surat berharga secara periodik. Return yang diperoleh dari surat
berharga 12% per tahun dan biaya transaki sebesar Rp.40,- per
transaksi.
Hitunglah:
a. Transaski yang optimal dengan menggunakan model persediaan
(model Baumol).
b. Rata-rata cash balance
c. Frekuensi transaksi dalam satu tahun

12. Marjuki seorang pengusaha mebel mengamati ternyata pengeluaran


kas setiap hari bersifat acak. Deviasi standar kas harian ditaksir
Rp5.000.000,-. Kas yang tidak dipergunakan dapat diinvestasikan pada
saham dengan return per bulan 1,1%. Biaya transaksi untuk menjual
obligasi ditaksir sebesar Rp100.000,- per transaksi. Perusahaan
menetapkan batas minimal kas sebesar Rp5.000.000,-. Manajer
tersebut ingin menerapkan model Miller-Orr untuk pengelolaan kas
perusahaan.
Hitunglah:
a. Berapa jumlah obligasi yang harus dijual pada saat saldo kas
mencapai Rp5.000.000,-
b. Batas maksimal saldo kas perusahaan
c. Berapakah rata-rata saldo kas perusahaan.
13. PT Merah Delima mengamati tentang pengeluaran kas setiap hari
perussahaan dia bekerja relatif konstan. Pengeluaran per bulan rata-
rata Rp.600.000.000,- kalau kas tersebut dibelikan obligasi setiap
bulan akan memperoleh keuntungan 1%. Biaya transaksi setiap kali
transaksi Rp 40.000,-.
Hitunglah:
a. Jumlah obligasi yang seharusnya dijual kalau menggunakan model
persediaan.
b. Rata-rata cash balance jika saldo kas minimal Rp20.000.000,-
c. Jika ada perobahan kebijakan saldo kas minimal menjadi
Rp50.000.000,-, apakah perobahan kebijakan tersebut benar.

14. PT Intan Gemerlap memiliki pola pengeluaran kassetiap hari bersifat


acak. Deviasi standar kas harian ditaksir Rp12.000.000,-. Kas yang
tidak dipergunakan dapat diinvestasikan pada saham dengan
returnper tahun 11%. Biaya transaksi untuk menjual obligasi
ditaksir sebesar Rp 240.000,- per transaksi. Perusahaan menetapkan
batas minimal kas
= Rp.10.000.000,-. Manajer tersebut ingin menerapkan model Miller-
Orr untuk pengelolaan kas perusahaan. Asumsi 1 tahun = 360 hari.
Hitunglah:
a. Berapa jumlah obligasi yang harus dijual pada saat saldo kas
mencapai Rp.8.000.000,-.
b. Batas maksimal saldo kas perusahaan.
c. Berapakah rata-rata saldo kas peruahaan.
CHAPTER

6 SURAT BERHARGA
DI PASAR MODAL

6.1. Pengertian Surat Berharga


Surat Berharga adalah istilah umum di dalam dunia keuangan yang
menunjukkan bukti (dapat berupa selembar kertas) hak investor (yaitu
pihak yang memiliki surat berharga tersebut) untuk mendapatkan hak
tertentu atas kepemilikan surat berharga. Hak atas kepemilikan tersebut
dapat berbentuk macam-macam, misalnya hak untuk mendapatkan bagian
tertentu atas kekayaan pihak yang menerbitkan surat berharga tersebut
(umumnya surat berharga diterbitkan oleh perusahaan).
Dikatakan berharga, karena surat tersebut memiliki nilai ekonomis
dan dapat diperjualbelikan pada tingkat harga tertentu sehingga seorang
pemegang surat berharga dapat memperoleh keuntungan atas jual beli
surat berharga tersebut.

125
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

Di pasar modal, istilah khusus untuk menyebut surat berharga adalah


Efek. Jadi, untuk menyatakan surat berharga di pasar modal seperti saham
atau obligasi, kita dapat menyebut Efek. Oleh sebab itu, kata Efek banyak
kita temukan di pasar modal, seperti Bursa Efek, Perusahaan Efek, dan lain-
lain. Dalam buku ini, penulis selain menggunakan istilah Efek, juga
menggunakan istilah surat berharga secara bergantian.
Ada banyak jenis Efek di pasar modal. Namun, terdapat 3 jenis Efek
yang paling populer yaitu saham, obligasi, dan Reksa Dana.

6.2. Mengenal Saham


Saham merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
atau penyertaan modal investor di dalam suatu perusahaan. Artinya, jika
seseorang membeli saham suatu perusahaan, itu berarti dia telah
menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham
yang dibeli.
Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan sebuah
perusahaan dalam rangka menambah modal perusahaan tersebut. Jika
sebuah perusahaan menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat luas
atau kepada publik maka perusahaan tersebut dikatakan go public (baca:
go pablik) atau telah menjadi perusahaan publik, dalam arti kepemilikan
atas perusahaan tersebut tidak hanya dimiliki sekelompok orang (atau
orang- orang yang mendirikan perusahaan tersebut), namun
kepemilikannya telah menyebar ke banyak pihak.
Saham merupakan bentuk penyetoran modal kedalam suatu
perusahaan. Artinya jika 5 orang sepakat untuk mendirikan sebuah
perusahaan, maka bentuk setoran modal yang disetorkan masing-masing
pihak adalah berupa sejumlah saham yang disetorkan ke perusahaan baru
tersebut. Misalnya, perusahaan tersebut disepakati untuk didirikan
dengan modal sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dimana nilai
nominal setiap saham sebesar Rp 500,- (lima ratus rupiah). Apa artinya?
Artinya perusahaan terdiri atas modal saham sebanyak 200.000 lembar
saham. (100.000.000 dibagi 500 = 200.000).
Dengan perbedaan jumlah dana yang dimiliki masing-masing pihak,
misalnya masing-masing pihak menyetor modal sebagai berikut:

Pemegang Jumlah saham Nilai Nilai Prosentase


Saham disetor Nominal Penyertaa Kepemilikan
(lembar saham) Saham (Rp) n (Rp) Saham

Johan 80.000 500 40.000.000 40%


Joko 60.000 500 30.000.000 30%
Jono 40.000 500 20.000.000 20%
Jenny 10.000 500 5.000.000 5%
Jarot 10.000 500 5.000.000 5%
Total 200.000 100.000.000 100%

Dari tabel tersebut terlihat bahwa Johan merupakan penyetor modal


terbesar dimana ia menyetor sebanyak 80.000 lembar saham (nominal
Rp 500) senilai Rp 40 juta. Joko menyetor uang sebesar 30 juta atau setara
dengan kepemilikan saham sebanyak 60 ribu lembar saham. Jenny dan
Jarot menyetor modal dengan jumlah yang sama yaitu sebanyak 10 ribu
lembar saham atau setara dengan 5% kepemilikan saham di perusahaan
tersebut. Komposisi yang menggambarkan porsi kepemilikan saham dalam
suatu perusahaan dikenal dengan istilah struktur permodalan perusahaan.
Dari contoh tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa nilai nominal
saham merupakan batas minimal penyetoran modal ke dalam sebuah
perusahan. Dari contoh diatas, kita melihat bahwa batas minimal
penyetoran ke perusahaan tersebut adalah sebesar Rp 500 atau setara
dengan satu lembar saham.
Dalam perjalanan selanjutnya atau misalnya beberapa tahun
kemudian perusahaan tersebut tumbuh menjadi besar, sehingga
membutuhkan tambahan modal baru. Salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan tersebut adalah dengan melakukan penawaran umum yaitu
dengan cara menjual saham baru kepada masyarakat. Kegiatan tersebut
umumnya

Surat Berharga di Pasar Modal 127


dikenal dengan sebutan go public. Misalnya perusahaan tersebut
mengeluarkan saham baru sebanyak 50 juta lembar saham. Saham baru
tersebut dijual dengan harga Rp 800,- per lembar saham. Penjualan saham
pertama kali kepada publik disebut dengan istilah Pasar Perdana. Dengan
go public tersebut maka yang semula pemegang saham PT Maju Terus
hanya 5 pemegang saham, maka pemegang saham PT Maju Terus setelah
go public bertambah. Tambahan pemodal baru tersebut dapat berjumlah
ribuan orang, dimana porsi pembelian masing-masing pihak tergantung
berapa banyak saham yang dibelinya di Pasar Perdana.

1. Karakteristik Saham
Seperti diuraikan di atas, bahwa saham merupakan wujud penyertaan
modal ke dalam sebuah perusahaan. Adapun karakteristik saham sebagai
bentuk penyertaan modal ke dalam perusahaan adalah antara lain:
a. Hak atas keuntungan perusahaan
Pemegang saham memiliki hak atas keuntungan yang dihasilkan
perusahaan tersebut. Pembagian keuntungan tersebut dikenal dengan
istilah dividen atau pembagian dividen. Dividen dibayarkan sepanjang
perusahaan memperoleh laba. Dengan demikian, jika perusahaan
mengalami kerugian maka dividen tidak akan dibagikan kepada para
pemegang saham. Pembagian dividen harus mendapat persetujuan para
pemegang saham dalam acara Rapat Umum Pemegang Saham atau biasa
disingkat RUPS. Sebagai contoh PT ABC memutuskan untuk membagi
dividen sebesar Rp 200 untuk pemegang saham. Joni memiliki 10.000
lembar saham, sehingga Joni mendapat dividen sebesar Rp 2 juta.
Umumnya, semakin besar keuntungan perusahaan, maka semakin besar
pula dividen yang akan diterima pemegang saham.
b. Hak atas Harta Perusahaan
Pemegang saham pada dasarnya adalah pemilik perusahaan, dengan
demikian maka pemegang saham memiliki hak atas harta yang dimiliki
perusahaan. Jika suatu ketika perusahaan tersebut bubar atau dilikuidasi,
maka pemegang saham berhak atas sisa kekayaan perusahaan tersebut.
c. Hak Suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Setiap pemegang saham mempunyai hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham. Setiap lembar saham memiliki satu hak suara (one share
one vote) dalam sebuah voting di dalam RUPS. Dengan demikian, setiap
pemegang saham dapat menyatakan suaranya (setuju atau tidak) atas
sebuah agenda dalam rapat pemegang saham. Tentu saja semakin banyak
porsi saham yang dimiliki maka semakin besar peluang pemegang saham
dalam sebuah voting untuk suatu agenda rapat, misalnya agenda untuk
menyetujui pembagian keuntungan perusahaan, penunjukan direktur baru,
dan berbagai keputusan perusahaan lainnya.

2. Keuntungan dan Kerugian Saham


Pemegang saham memiliki beberapa keuntungan dengan memiliki
atau membeli saham, yaitu:
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang investor ingin mendapatkan
dividen, maka investor tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relatif lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut
berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan dividen. Misalnya, dividen akan dibagikan 3 bulan
lagi, maka jika pemegang saham tersebut ingin mendapatkan pembagian
dividen tersebut, maka ia mesti memegang saham tersebut hingga tiga
bulan mendatang. Dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang
saham dengan orientasi jangka panjang, seperti misalnya investor institusi,
dana pensiun dan lain- lain.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai yang
berarti setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai
dalam jumlah rupiah tertentu, misalnya Rp 300 per lembar saham. Namun
demikian dividen dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham, misalnya setiap
pemegang 1 lembar akan diberi dividen sebanyak 2 lembar saham. Johan
memiliki sebanyak 1.000 lembar saham sehingga dengan pembagian
dividen saham tersebut jumlah saham yang dimiliki Joni bertambah
menjadi 3.000 lembar saham.
b. Capital Gain
Keuntungan lain yang akan didapatkan pemegang saham adalah
Capital Gain yaitu merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Misalnya seorang investor membeli saham Bank BRI
dengan harga per saham Rp 900, kemudian beberapa waktu kemudian
investor tersebut menjual sahamnya dengan harga Rp 1.200 yang berarti
investor tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 300 untuk setiap
saham yang dijualnya.
Di satu sisi, saham dapat memberikan keuntungan kepada para
pemegangnya, namun saham juga mengandung beberapa risiko, antara
lain:
1) Tidak Mendapat Dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika
perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan
tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami
kerugian. Dengan demikian peluang keuntungan investor untuk
mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja atau prestasi
perusahaan tersebut.
2) Capital Loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu investor
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya.
Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih
rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami
capital loss. Misalnya seorang investor memiliki Bank ABC dengan
harga beli Rp 3.000 namun beberapa waktu kemudian dijual dengan
harga per saham Rp 2.400,- yang berarti investor tersebut mengalami
capital loss Rp 1.000 untuk setiap saham yang dijual.
Disamping 2 risiko utama diatas, pemegang saham juga masih
dihadapkan dengan kemungkinan risiko lainnya yaitu:
3) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi. Jika suatu perusahaan bangkrut,
maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham
perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut atau dibubarkan akan
dikeluarkan dari Bursa Efek. Artinya saham perusahaan tersebut tidak
lagi tercatat di Bursa tersebut sehingga akan menyulitkan investor
untuk menjual saham tersebut. Kalaupun ada pihak yang bersedia
membeli saham tersebut, namun tentu saja dengan harga yang relatif
rendah. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi atau perusahaan
dibubarkan,
maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding
kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan
tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur seperti
bank serta pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan
kepada para pemegang saham. Risiko yang satu ini relatif jarang terjadi,
namun demikian pemegang saham tetap perlu waspada dengan jalan
mengawasi perkembangan perusahaan sehingga investor dapat menjual
sahamnya terlebih dahulu ketika mengetahui perkembangan perusahaan
yang semakin kurang berprestasi.

3. Jenis-jenis Saham
Saham dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Saham Biasa
b. Saham Preferen
Antara saham biasa dan saham preferen terdapat beberapa perbedaan,
antara lain:
1) Saham preferen memberikan pembayaran yang tetap kepada investor,
sementara dividen yang didapat pemegang saham biasa tergantung
kinerja perusahaan sehingga pemegang saham biasa dapat menerima
dividen dan dapat pula tidak menerima dividen.
2) Dalam hal perusahaan di likuidasi atau dibubarkan, pemegang saham
preferen memiliki tingkat klaim yang lebih tinggi atas aset perusahaan
dibanding saham biasa.
Yang perlu diingat adalah bahwa jika pelaku dipasar modal
berbincang- bincang tentang saham, tentu yang dimaksud adalah saham
biasa. Dengan demikian, pembahasan dalam buku ini mengacu kepada
saham biasa yang selanjutnya akan disebut saham.

6.3. Mengenal Obligasi


Obligasi adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit
obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki
kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.
1. Karakteristik Obligasi
Obligasi sering pula disebut sebagai surat utang yang berarti
perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut berutang kepada
masyarakat untuk tujuan tertentu misalnya menambah modal perusahaan,
membangun pabrik baru dan sebagainya.
Sebagai surat utang, obligasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
sebagai berikut:
a. Memiliki Masa Jatuh Tempo. Masa berlaku suatu obligasi sudah
ditentukan secara pasti pada saat obligasi tersebut diterbitkan,
misalnya 5 tahun, 7 tahun dan seterusnya. Artinya, jika telah
melampaui masa jatuh tempo, maka obligasi tersebut otomatis tidak
berlaku lagi.
b. Nilai Pokok Utang. Besarnya nilai obligasi yang dikeluarkan sebuah
perusahaan telah ditetapkan sejak awal obligasi tersebut diterbitkan,
misalnya PT ABC menerbitkan obligasi sebesar Rp 100 Milyar.
Umumnya, obligasi memiliki pecahan sebear Rp 50 juta. Berarti jika
jumlah obligasi
yang diterbtikan adalah sebanyak 2.000 obligasi. Pecahan obligasi
disekenal dengan istilah denominasi. Jika seseorang membeli
sebanyak 2 obligasi, maka uang yang dia keluarkan adalah sebesar 2
obligasi x 50 juta atau setara dengan Rp 100 juta. Nilai pokok utang
yang sebesar Rp 100 Milyar tersebut wajib dikembalikan perusahaan
ketika obligasi tersebut jatuh tempo, misalnya 5 tahun.
c. Kupon Obligasi. Pendapatan utama pemegang obligasi adalah berupa
bunga yang dibayar perusahaan kepada pemegang obligasi pada
waktu- waktu yang telah ditentukan misalnya dibayar setiap 3 bulan,
atau setiap 6 bulan sekali. Di obligasi, istilah bunga umumnya disebut
kupon. Kupon merupakan daya tarik utama bagi para investor untuk
membeli obligasi karena kupon tersebut merupakan pendapatan pasti
yang diterima pemegang obligasi selama masa belakunya obligasi
tersebut. Di Indonesia, umumnya kupon obligasi dibagikan setiap 3
bulan atau secara kuartalan. Besarnya kupon yang dibayar perusahaan
penerbit obligasi, dapat berupa:
1) kupon dengan tingkat bunga tetap, misalnya sebesar 17% setiap
tahun.
2) kupon dengan tingkat bunga mengambang. Artinya tingkat bunga
yang diberikan tidak tetap atau tergantung tingkat suku bunga
yang sedang berlaku. Biasanya yang dijadikan patokan adalah
tingkat bunga SBI (sertifikat Bank Indonesia). PT X menerbitkan
obligasi dengan tingkat bunga mengambang sebesar 3 persen
diatas SBI. Jika misalnya sekarang tingkat SBI sebesar 10% maka
tingkat bunga atas kupon adalah menjadi sebesar 13%. Jadi,
besarnya kupon yang diterima pemegang obligasi tergantung
kepada tingkat bunga SBI yang berlaku saat itu.
3) Kupon dengan tingkat bunga kombinasi atau gabungan antara
tetap dan mengambang. Misalnya PT ABC menerbitkan obligasi
dengan masa 5 tahun dengan ketentuan kupon 2 tahun diawal
dengan tingkat bunga tetap, dan 3 tahun selanjutnya dengan
tingkat bunga
mengambang. Dengan demikian, pada 2 tahun pertama investor
akan menerima penghasilan secara tetap, sementara 3 tahun
terakhir pendapatan bunga ditentukan besarnya tingkat suku
bunga SBI.
d. Peringkat Obligasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
dalam dunia investasi selalu terdapat kemungkinan harapan investor
tidak sesuai dengan kenyataan atau selalu terdapat risiko. Risiko
dalam berinvestasi di obligasi adalah risiko perusahaan penerbit
obligasi tidak mampu memenuhi janji yang telah ditentukan, yaitu
risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon maupun tidak
mampu mengembalikan pokok obligasi. Agar investor memiliki
gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam
membayar, maka didalam dunia surat utang atau obligasi dikenal
suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan
penerbit obligasi. Tingkat kemampuan membayar kewajiban tersebut
dikenal dengan istilah Peringkat Obligasi. Peringkat obligasi
dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan
peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Semua
obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat sedemikian agar
dengan adanya peringkat tersebut maka investor dapat mengukur atau
memperkirakan seberapa besar risiko yang akan dihadapi dengan
membeli obligasi tertentu.
e. Dapat diperjualbelikan. Sebagai surat berharga, obligasi dapat
diperjualbelikan seperti halnya saham. Jika suatu saat nilai obligasi
meningkat, maka pemegang obligasi dapat menjual obligasi tersebut
melalui dealer atau pialang obligasi. Pialang obligasi akan menerima
fee atas transaksi obligasi tersebut.
2. Keuntungan dan Kerugian Obligasi
Sebagai sebuah instrumen investasi, obligasi menawarkan beberapa
keuntungan menarik antara lain:
a. Memberikan Pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon.
Hal ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang obligasi
akan mendapatkan pendapatan berupa bunga secara rutin selama
waktu berlakunya obligasi. Bunga yang ditawarkan obligasi, umumnya
lebih tinggi daripada bunga yang diberikan deposito. Misalnya
deposito memberikan bunga tahunan sebesar 12%, maka bunga yang
diberikan obligasi misalnya 17,5% atau 20%. Sebagai tambahan,
pembayaran bunga obligasi harus didahulukan sebelum perusahaan
membayar dividen kepada pemegang saham. Disamping itu, dalam
posisi perusahaan penerbit mengalami likuidasi atau bubar, maka
pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tinggi atas kekayaan
perusahaan dibanding dengan pemegang saham.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya kupon yang diterima
investor dapat berupa: (1) kupon dengan tingkat bunga tetap, (2)
kupon dengan tingkat bunga mengambang, dan (3) kupon dengan
tingkat bunga kombinasi.
PT ABC menerbitkan obligasi dengan tingkat bunga tetap sebesar
20% selama 5 tahun. Investor A membeli sebanyak 3 obligasi.
Dengan kondisi tersebut, maka Investor A tersebut akan memperoleh
penghasilan sebesar 3 x (20% x 50 juta) yaitu Rp 30 juta setiap tahun
atau penghasilan sebesar Rp 7,5 juta setiap tiga bulan (ingat...di
Indonesia umumnya perusahaan membagikan kupon setiap 3
bulanan).
b. Keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain).
Disamping penghasilan kupon, pemegang obligasi dapat
memperjualbelikan obligasi yang dimilikinya. Jika ia menjual lebih
tinggi dibanding dengan harga belinya maka tentu saja pemegang
obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut dengan capital
gain. Jual beli obligasi dapat dilakukan di pasar sekunder melalui para
dealer atau pialang obligasi. Jual beli obligasi berbeda dengan jual beli
saham. Jika jual beli saham dinyatakan dengan nilai rupiah misalnya
saham A dijual seharga Rp 3.000 per saham, maka jual beli obligasi
dinyatakan dalam bentuk prosentase atas harga pokok obligasi.
Dengan demikian dikenal 3 jenis tingkat penjualan obligasi yaitu (1)
obligasi dijual lebih tinggi dari nilai pokok obligasi (dijual dengan
premium), (2) obligasi dijual sama dengan harga pokok obligasi (dijual
at par), (3) obligasi dijual lebih
rendah dari nilai pokok obligasi (dijual dengan discount). Sebagai
contoh PT ABC menawarkan obligasi yang dijual dengan diskon 2,5%
yang berarti obligasi tersebut dijual sebesar 97,5% dari nilai pokok
obligasi. Dari sisi perusahaan, perusahaan tersebut hanya memperoleh
97,5% dari pokok obligasi yang diterbitkan, misalnya jika perusahaan
tersebut menerbitkan obligasi sebesar Rp 100 milyar maka jumlah
uang yang diperleh perusahaan hanya sebesar Rp 97,5 milyar. Dari sisi
investor, karena obligasi tersebut dijual dengan diskon maka investor
membayar lebih murah. Misalnya investor A membeli sebanyak 4
obligasi, maka dia cukup membayar ( 4 x 50 juta x 97,5%) yaitu
sebesar Rp 195 juta. 1 bulan kemudian nilai pasar obligasi tersebut
meningkat, dan investor tersebut menjual obligasi tersebut dengan
harga premium yaitu 12% diatas nilai pokok obligasi. Jadi obligasi
tersebut dijual menjadi ( 4 x 50 juta x 112%) Rp 224 juta. Dengan
demikian dalam waktu satu bulan investor obligasi tersebut
mendapat keuntungan sebesar Rp 29 juta (224 juta – 195 juta). Tentu
saja karena obligasi tersebut sudah berpindah tangan, maka hak atas
kupon obligasi tersebut telah beralih kepada pemegang obligasi yang
baru.
Meskipun termasuk surat berharga dengan tingkat risiko yang relatif
rendah, namun obligasi tetap mengandung beberapa risiko, antara lain:
1) Risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon obligasi maupun
risiko perusahaan tidak mampu mengembalikan pokok obligasi.
Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban dikenal
dengan istilah default. Walaupun jarang terjadi, namun dapat saja
suatu ketika penerbit obligasi tidak mampu membayar baik bunga
maupun pokok obligasi. Jika penerbit obligasi tidak mampu membayar
bunga, maka biasanya pembayaran bunga ditangguhkan atau diundur
sesuai kesepakatan dengan para pemegang obligasi.
2) Risiko Tingkat Suku Bunga (interest rate risk). Pergerakan harga
obligasi sangat ditentukan pergerakan tingkat suku bunga. Pergerakan
harga obligasi berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga; artinya
jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun, sebaliknya jika
suku bunga turun maka harga obligasi akan naik. Investor obligasi
harus jeli memperkirakan tingkat suku bunga sedemikian sehingga ia
dapat memperkirakan apakah terus memegang suatu obligasi,
membeli obligasi baru atau menjual obligasi yang dipegang saat ini.
Perdagangan obligasi sangat dipengaruhi tingkat suku bunga. Jika
tingkat suku bunga mengalami kenaikan, maka nilai obligasi menjadi
turun, yang berarti obligasi akan dijual dengan diskon atau dijual lebih
murah.
3. Jenis-jenis Obligasi
Obligasi dapat dikategorikan menjadi:
a. Obligasi Perusahaan
b. Obligasi Pemerintah
Sebagai catatan, umumnya obligasi yang dibicarakan dan
diperdagangakan adalah obligasi yang diterbitkan perusahaan. Oleh sebab
itu, pembahasan dalam buku ini mengacu kepada obligasi perusahaan yang
selanjutnya akan disebut obligasi.

6.4. Mengenal Reksa Dana


Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
investor, khususnya investor kecil dan investor yang tidak memiliki banyak
waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan
investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.
Dilihat dari asal kata-nya, Reksa Dana berasal dari kosa kata ‘reksa’
yang berarti ‘jaga’ atau ‘pelihara’ dan kata ‘dana’ yang berarti (kumpulan)
uang, sehingga reksa dana dapat diartikan sebagai ‘kumpulan uang yang
dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan)’.
Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat investor untuk selanjutnya di
investasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal
1 ayat (27) didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya
dana dari masyarakat investor. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam
portofolio efek, dan Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana
bersama para investor, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang
dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
Jika seseorang melakukan pembelian saham, maka ia dapat
menentukan pilihan atas saham mana saja yang akan dibeli, demikian pula
ketika akan menjual ia dapat menentukan menjual yang mana saja
sepanjang ia mau. Investasi seperti demikian dapat dikategorikan sebagai
bentuk investasi langsung.
Reksa Dana dikatakan sebagai bentuk investasi tidak langsung, karena
investor tidak dapat menentukan saham mana saja yang dipilih untuk
dibeli atau sebaliknya untuk dijual. Dalam Reksa Dana, para investor
menyerahkan hak tersebut kepada Manajer Investasi sebagai pihak yang
mengelola Reksa Dana tersebut.
1. Manfaat Reksa Dana
Manfaat yang diperoleh investor jika melakukan investasi dalam Reksa
Dana, antara lain: Pertama, investor walaupun tidak memiliki dana yang
cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga
dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang investor dengan dana
terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan
jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan
terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan
diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang,
artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito,
saham, obligasi.
Kedua, Reksa Dana mempermudah investor untuk melakukan
investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli
bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan
keahlian tersendiri, dimana tidak semua investor memiliki pengetahuan
tersebut.
Ketiga, Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana
dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka
investor tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya
karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.
2. Risiko Reksa Dana
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai
peluang risiko, antara lain:
a. Risko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi,
dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana
tersebut.
b. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi
jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali
(redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi
kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
c. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul
ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa
Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah
dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana,
pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang
dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.
3. Pengertian Portofolio
Dalam dunia investasi khususnya di pasar modal, istilah portfolio
sering disebut para pelaku pasar. Portfolio dapat diartikan sebagai
sekumpulan surat berharga yang dimiliki atau dibeli investor baik
perorangan atau institusi. Jika seseorang memiliki beberapa saham dari
industri yang berbeda, maka investor tersebut dikatakan memiliki portfolio
investasi karena saham yang dibelinya tidak berasal dari industri yang
sama. Seseorang juga dapat dikatakan memeliki portfolio investasi jika
surat berharga yang dimilikinya tidak hanya saham, namun juga berupa
obligasi dan surat berharga lainnya. Umumnya tujuan adanya portfolio
atau penyebaran investasi ke dalam beberapa obyek investasi bertujuan
untuk mengurangi risiko. Misalnya, jika investasi disebar ke beberapa
obyek investasi, maka ketika salah satu dari obyek investasi tersebut
mengalami penurunan, maka risiko atau kerugian
tersebut dapat ditutup oleh kenaikan harga surat berharga yang lain.
Dilihat dari portfolio investasinya atau kemana kumpulan dana
diinvestasikan, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:
a. Reksa Dana Pasar Uang (Moner Market Funds). Reksa Dana jenis ini
hanya melakukan investasi pada Efek bersifat Utang dengan jatuh
tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga
likuiditas dan pemeliharaan modal.
b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds). Reksa Dana jenis
ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini memiliki risiko yang
relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah
untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
c. Reksa Dana Saham (Equity Funds). Reksa dana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek
bersifat Ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka
risikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun
menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
d. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds). Reksa Dana jenis ini
melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat
Utang.
4. Pengelola Reksa Dana
Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh perusahaan yang telah
mendapatkan izin dari Bapepam sebagai Manajer Investasi. Perusahaan
pengelola Reksa Dana dapat berupa (1) Perusahaan Efek, dimana
umumnya membentuk divisi atau PT tersendiri yang khusus menangani
Reksa Dana, misalnya Danareksa Investment Management atau Trimegah
Investment Management (2) Perusahaan yang secara khusus bergerak
sebagai perusahaan investasi atau investment management company.
Selain perusahaan investment management yang bergerak sebagai
pengelola dana, maka pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu
Reksa Dana adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian mempunyai
wewenang dan tanggung jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan
mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan serta
pembayaran/penjualan kembali suatu Reksa Dana berdasarkan kontrak
yang dibuat dengan Manajer Investasi. Dalam UU PM disebutkan bahwa
kekayaan Reksa Dana wajib disimpan pada Bank Kustodian sehingga pihak
Manajer Investasi tidak memegang langsung kekayaan tersebut. Hal lain
yang juga penting diketahui, bahwa Bank Kustodian dilarang terafiliasi
dengan Manajer Investasi dengan tujuan untuk menghindari adanya
benturan kepentingan dalam pengelolaan kekayaan Reksa Dana.
5. Pengertian NAB dan Cara Perhitungan
Nilai aktiva bersih (NAB) atau net asset value (NAV) merupakan alat
ukur kinerja Reksa Dana. Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio
reksadana yang bersangkutan. Seperti kita ketahui bahwa aktiva atau
kekayaan Reksa Dana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat
berharga komersial, saham, obligasi, right dan Efek lainnya. Sementara
pada kewajiban Reksa Dana dapat berupa fee manajer investasi yang belum
dibayar, fee bank kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum
dibayar, fee broker yang belum dibayar serta pembelian Efek yang belum
dilunasi.
Nilai aktiva bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi
kewajibankewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan
merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang
beredar (outstanding).
Dari penjelasan diatas, dapat dimengerti jika nilai NAB akan
mengalami kenaikan atau penurunan, karena nilai NAB tersebut sangat
tergantung akan kinerja aset yang merupakan portfolio Reksa Dana
tersebut. Kalau harga pasar aset-aset suatu Reksa Dana mengalami
kenaikan maka NAB-nya tentu akan mengalami kenaikan, demikian juga
sebaliknya.
Setiap sore, manajer investasi akan menilai harga pasar wajar seluruh
aset reksadana. Dalam nilai pasar wajar tersebut termasuk semua
keuntungan atau kerugian, baik yang telah direalisasikan maupun yang
belum. (Kalau harga saham dalam portofolio naik, nilai portofolio akan naik
pula, walaupun sahamnya sendiri tidak dijual).
NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah
mendapat data dari Manajer Investasi dan nilai tersebutlah yang kemudian
setiap hari dapat dilihat keesokan harianya di media massa.

6.5. Perbandingan Saham, Obligasi, dan Reksa Dana


Dari berbagai penjelasan dan paparan seputar 3 jenis surat berharga
di atas, maka dapat disimpulkan melalui tabel berikut:

Karakteristik/
Instrumen Saham Obligasi Reksa Dana
Sifat Penyertaan Utang Pengelolaan Modal
Modal Bersama
Penerbit Perusahaan Perusahaan, Perusahaan Efek
Pemerintah
Keuntungan Dividen, Capital Kupon, Modal kecil, dikelola
Gain Capital Gain manajer investasi
Risiko Tidak Mendapat Gagal bayar Penurunan NAB, risiko
Dividen, Capital atas kupon likuiditas
Loss, Likuidasi atau
Jenis Saham Biasa, pokok, capital Reksa Dana Pendapatan
Saham loss Tetap, Reksa Dana
Preferen Obligasi Saham, Reksa Dana Pasar
Korporasi,Obligasi Uang, Reksa Dana
Pemerintah Campuran
Mekanisme Pasar Sekunder Diperdagangkan Diperdagangkan di Luar Bursa
Perdagangan di di Bursa Efek (over the counter)
Pemegang dana kembali ke Reksa Dana (redemption)
Reksa menjual Penerbit
CHAPTER
MANAJEMEN
7 PIUTANG
USAHA

PENDAHULUAN
Kebijakan pengumpulan piutang dan pemberian kredit meliputi
kualitas rekening yang diterima, periode kredit yang diberikan, potongan
tunai yang diberikan, biaya pengumpulan piutang dan faktor lainnya. Pada
dasarnya, keputusan ini menyangkut trade off antara keuntungan
tambahan dan biaya tambahan yang disebabkan oleh perubahan dalam
salah satu atau kombinasi elemen-elemen tersebut.
Dengan melonggarkan persyaratan pemberian kredit penjualan di-
harapkan akan meningkat, yang berarti laba juga akan meningkat, tetapi di
samping itu perusahaan menanggung tambahan biaya lain, seperti bad
debt yang semakin besar, piutang yang makin besar (karena jumlah

Manajemen Piutang 143


penjualan

144 Chapter 7
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

yang makin besar maupun karena pembayarannya makin lama). Semakin


besarnya piutang yang ditanggung oleh perusahaan akan mengakibatkan
perusahaan menanggung biaya modal yang makin besar pula. Penentuan
biaya modal ini (kalau dibelanjai dengan modal sendiri) berbeda dengan
menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Untuk menilai penilaian penjualan secara kredit, perusahaan perlu
mengumpulkan berbagai informasi. Informasi ini, baik yang bersifat
keuangan, maupun yang tidak. Informasi tersebut kemudian dianalisis
untuk menentukan layak tidaknya seseorang calon pembeli diberikan
penjualan secara kredit.

6.1. Pengertian Piutang


Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang
karena terjadinya transaksi di masa lalu. Walaupun pada dasarnya semua
perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena
adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan
penjualan secara kredit.
Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omzet penjualan,
akan tetapi memiliki risiko tertundanya penerimaan kas, sehingga
membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga
mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih.
Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang
dibutuhkan.

6.2. Penentuan Besarnya Piutang


Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang:
a. Volume penjualan: semakin besar volume penjualan kredit, semakin
besar investasi yang tertanam dalam piutang.
b. Syarat pembayaran penjualan kredit: misalnya: 2/10 net 30. Semakin
lama masa kredit, maka semakin besar investasinya.
c. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang: pengumpulan piutang
dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan
Manajemen Modal Kerja Perusahaa n
piutang
lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang
atau pasif, yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka risiko
tertunggaknya piutang lebih besar.
d. Kebiasaan tentang pembatasan kredit: batasan kredit dapat berupa
kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan
makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif
terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin
memperkecil investasi dalam piutang).
e. Kebiasaan membayar dari para langganan: apabila sebagian besar
pelanggan membayar pada masa diskon (termin 2/10 net 30), maka
membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar
pada hari ke-30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yang besar.

6.3. Penilaian Risiko dan Penyaringan Para Langganan


Risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah
diberikan kepada para langganan. Kemampuan atau daya beli pasar
sangatlah beragam, oleh karena itu banyak perusahaan yang memberikan
keleluasaan. Meskipun demikian, pemberian kredit juga perlu
memperhatikan 2 (dua) kriteria utama, yaitu:
a. Perlu dipertimbangkan lima C:
a.1. Character, ditunjukkan dengan sifat peminjam apakah termasuk
orang yang ingkar atau tepat janji.
a.2. Capacity, penilaian yang lebih bersifat subjektif.
a.3. Capital, posisi keuangan.
a.4. Collateral, asset sebagai jaminan.
a.5. Condition, dilihat dari faktor eksternal ekonomi makro.
b. Pertimbangan tiga R:
b.1. Repayment ability adalah kemampuan membayar kembali pinjaman.
b.2. Rate of return, ditunjukkan dengan kemampuan memperoleh return
yang reasonable.
b.3. Risk bearing capacity adalah kemampuan menghadapi risiko.

Manajemen Piutang Usaha 145


6.4. Tingkat Perputaran Piutang
Perputaran piutang (receivable turnover) dipengaruhi oleh syarat pem-
bayaran dan kecenderungan debitur untuk menepati janji pembayarannya.
Net credit sales
Receivables turnover =
Average receivables

Jadi hari-hari rata-rata pengumpulan


piutang:
360 = ... hari
Average collection days =
Receivables
turnover

Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan:

360× Average
= receivables Net
credit sales

Jika periode pengumpulan piutang 30 hari dan penjualan kredit per


hari adalah Rp 100.000,-, maka investasi pada piutang dagang Rp
3.000.000,-. Jika penjualan per hari meningkat, maka investasi pada
piutang juga akan meningkat dan juga membutuhkan penambahan
persediaan dan mungkin juga pertambahan kas.
Jika perusahaan dapat menahan kas sesuai dengan kebutuhan,
persediaan yang dibutuhkan untuk penjualan, mempertahankan piutang
dagang sesuai dengan jumlah yang diperlukan untuk kebijaksanaan kredit
yang optimum dan tidak menyimpan surat berharga, maka jumlah aktiva
lancar yang sesuai dengan perkiraan yang tepat merupakan jumlah
optimum teoritis untuk mencapai laba maksimum perusahaan.
Satu di antara manajemen modal kerja yang perlu mendapat perhatian
yang lebih penting adalah manajemen piutang. Perusahaan umumnya
mempunyai piutang dagang, karena melakukan penjualan barang
dagangannya secara kredit. Semakin besar proporsi dan jumlah penjualan
kredit, maka semakin besar pula piutang dagang yang dimiliki oleh
perusahaan. Pada beberapa perusahaan, piutang dagang merupakan hal
yang amat penting, dan memerlukan analisis yang seksama, piutang harus
dikelola dengan efisien, karena dengan memiliki piutang dagang,
perusahaan juga menanggung tambahan biaya.
Dalam mengelola piutang dagang ada dua hal yang harus dianalisis, yaitu:
a. Kebijaksanaan kredit dan pengumpulan piutang
b. Analisis untuk para langganan
Kedua hal tersebut saling berkaitan. Kebijaksanaan kredit menyangkut
trade off antara laba yang diperoleh dengan penjualan yang menimbulkan
piutang disatu pihak dan biaya yang ditanggung karena memiliki piutang
tersebut ditambah lagi adanya kemungkinan piutang itu tidak bisa di-
kumpulkan.
Analisis kredit terhadap para langganan menentukan tingkat risiko
yang bersedia ditanggung oleh perusahaan. Sebaliknya, tingkat risiko itu
menentukan kecepatan piutang berputar, besarnya investasi pada piutang
dan jumlah piutang yang tidak tertagih. Dengan demikian, analisis kredit
terhadap para langganan ini mempengaruhi pula kebijaksanaan kredit
yang akan diambil perusahaan. Besar kecilnya piutang yang dimiliki
perusahaan, disamping dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada
umumnya, juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya,
juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan kredit yang ditentukan oleh
perusahaan. Sementara kondisi perekonomian pada umumnya tidak bisa
dipengaruhi oleh manajer keuangan, tetapi kebijaksanaan perkreditan jelas
bisa ditentukan oleh perusahaan.
Pengelolaan piutang dagang yang efisien perlu menilai kebijaksanaan
kredit ini dengan membandingkan antara risiko dan profitabilitas, yaitu
harus membandingkan antara besarnya tambahan risiko dengan besarnya
tambahan laba jika kebijaksanaan kredit diubah menjadi lebih lunak/
ringan.
6.5. Latihan dan Penyelesaian
Soal 1.
Data yang dikumpulkan dari Perusahaan ABC selama dua tahun berturut,
yaitu data keuangan perusahaan selama tahun 2009 dan 2010 sebagai
berikut:

Keterangan 2009 (Rp) 2010 (Rp)


Net credit sales 100.000,00 100.000,00
Receivables: permulaan tahun 20.000,00 30.000,00
Akhir tahun 30.000,00 10.000,00
Averages receivables 25.000,00 20.000,00

Dari contoh tersebut, anda diminta:


a. Hitung tingkat perputaran piutang usaha?
b. Hitung pula rata-rata hari pengumpulan piutang?

Penyelesaiannya:
100.000
Receivables Turnover: = 4×
25.000
360 hari
Average collection days: = 90 hari

Keterangan 2009 (Rp) 2010 (Rp)


Receivables turnover 4× 5×
Average collection period 90 hari 72 hari

Kesimpulan:
Dari perhitungan tersebut tampak bahwa pada tahun 2010
perusahaan telah meningkatkan intensitas penarikan piutangnya, sehingga
ada peningkatan perputaran dari hanya 4× dalam setahun menjadi 5×
dalam
setahun. Dengan perkataan lain periode pengumpulan piutang relatif
lebih cepat dari 90 hari pada tahun 2009 menjadi 72 hari. Peningkatan
pengumpulan piutang menjadi indikator bahwa likuiditas perusahaan
menjadi lebih baik, ketersediaan kas untuk diinvestasikan menjadi terbuka
dan pada akhirnya ada signal pasar yang baik bahwa produk perusahaan
pada saat ini lebih disukai.

Soal 2.
Budget skedul pengumpulan piutang:
Suatu perusahaan mempunyai rencana penjualan atas dasar estimasi akhir
bulan sebagai berikut:

Bulan penjualan Jumlah penjualan


Juli 28.000
Agustus 35.000
September 42.000

Syarat pembayaran ditetapkan: 3/20 net 30

Berdasarkan pengalaman cara pembayaran para langganan adalah


sebagai berikut:
a. 60% dari penjualan setiap bulannya terkumpul dalam waktu 20 hari
sesudah bulan penjualan
b. 30% terkumpul dalam waktu sesudah 20 hari dalam bulan yang sama,
yaitu dalam bulan ke satu sesudah bulan penjualan
c. 10% terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan
Berdasarkan data tersebut di atas kita dapat menyusun skedul atau
budget pengumpulan piutang (receivables collection budget).
Penyelesaiannya:
Skedul pengumpulan piutang bulan Agustus sampai dengan Oktober

Waktu Taksiran
Penjualan Agustus September Oktober
Penjualan
Juli 28.000,- 24.696,-*) 2.800,-**) ---
Agustus 35.000,- --- 30.870,- 3.500,-
September 42.000,- --- --- 37.044,-
Σ Piutang terkumpul 24.696,- 33.670,- 40.544,-

*) Penerimaan piutang dalam bulan Agustus:


60% × Rp 28.000 Rp 16.800
Cash discount 3% × Rp 16.800 Rp 504
Rp 16.296
30% terkumpul dalam waktu sisanya atau dalam waktu
10 hari terakhir = 30% × Rp 28.000 Rp 8.400
Rp 24.696
**) Piutang yang terkumpul dalam bulan kedua sesudah
bulan penjualan: 10% × Rp 28.000 = Rp 2.800

*) Penerimaan piutang dalam bulan September:


60% × Rp 35.000 Rp 21.000
Cash discount 3% × Rp 21.000 Rp 630
Rp 20.370
30% terkumpul dalam waktu sisanya atau dalam waktu
10 hari terakhir = 30% × Rp 35.000 Rp 10.500
Rp 30.870
**) Piutang yang terkumpul dalam bulan kedua sesudah
bulan penjualan: 10% × Rp 35.000 = Rp 3.500

*) Penerimaan piutang dalam bulan Oktober:


60% × Rp 42.000 Rp 25.200
Cash discount 3% × Rp 25.200 Rp 756
Rp 24.444
30% terkumpul dalam waktu sisanya atau dalam waktu
10 hari terakhir = 30% × Rp 42.000 Rp 12.600
Rp 37.044

Dari tabel tersebut nampak bahwa dalam bulan Agustus terkumpul


piutang sebesar Rp 24.696, September Rp 33.670, Oktober Rp 40.544 yang
ini akan merupakan cash inflow untuk ketiga bulan tersebut.

Soal 3.
Perusahaan ABC menjual barang dagangannya secara kredit dengan
persyaratan penjualan 1/30 net 90. Penjualan yang bisa direalisir adalah
sekitar 100.000 unit per bulan, dengan harga jual Rp 100,- per unit dengan
harga belinya Rp 80,00,-/unit. Piutang yang tidak terbayar diperkirakan
sebesar 0,50% dari penjualan dari pengalaman. Dari pengalaman, ternyata
tidak ada pembeli yang memanfaatkan discount, yang mengakibatkan
periode pengumpulan piutang menjadi 90 hari.
a. Berapa keperluan dana untuk membelanjai piutang tersebut?
b. Apabila biaya modal adalah 20%, maka besarnya biaya modal (Rp)
yang harus ditanggung adalah?
c. Sekarang misalkan perusahaan mengubah persyaratan penjulanya
menjadi 3/30 net 90. Diperkirakan 30% pembeli akan memanfaatkan
discount dan sisanya membayar pada hari ke-90. Berapa rata-rata hari
pengumpulan piutang dengan perubahan tersebut?
d. Apabila penjualan dianggap tidak berubah (baik setelah perubahan
kebijakan maupun sebelumnya), berapa perusahaan bisa menghemat
(menambah) keperluan dana untuk piutang?
e. Apakah persyaratan penjualan 3/30 net 90 lebih baik dari pada 1/30
net 90?
Penyelesaiannya:
a. Penjualan yang dicapai dalam satu tahun:
= (12 × Rp 100,-/unit) × 100.000 unit/bulan
= Rp 120.000.000,-
Perputaran piutang = 360/90 = 4 kali dalam setahun
Rata-rata piutang = Rp 120.000.000/4
= Rp 30.000.000,-
Dana yang diperlukan untuk membelanjai piutang sebesar:
= 0,8 × Rp 30.000.000
= Rp 24.000.000,-
b. Biaya modal (dalam Rp) yang harus ditanggung adalah:
= 20% × Rp 24.000.000,-
= Rp 4.800.000,-
c. Rata-rata hari pengumpulan piutang:
= (30% × 30 hari) + (70% × 90 hari)
= 72 hari
d. Perputaran piutang = 360/72 hari
= 5 kali
Rata-rata piutang = Rp 120.000.000/5 kali
= Rp 24.000.000,-
Dana yang diperlukan = 0,8 × Rp 24.000.000
= Rp 19.200.000,-
Penghematan dana = Rp 24.000.000 – Rp 19.200.000
= Rp 4.800.000,-
e. Penghematan dana sebesar Rp 4.800.000 berarti bisa menghemat
biaya dana sebesar 20% × Rp 4.800.000 = Rp 960.000,-.
Soal 4.
Suatu perusahaan memperoleh contribution margin untuk setiap unit
penjualan Rp 1.500,-. Biaya variabelnya adalah Rp 2.500,-. Tingkat
keuntungan yang disyaratkan adalah 20%. Data lain yang tersedia adalah
sebagai berikut:

Rata-rata Rata-rata biaya Probabilitas


Kelompok
periode pengumpulan piutang pengumpulan kerugian bad debt
Baik 30 hari Rp 100,- 1%
Cukup 45 hari Rp 300,- 8%
Kurang 100 hari Rp 1.000,- 35%
Baru 60 hari Rp 60,- 20%

Dengan data tersebut buatlah untuk masing-masing kelompok apabila


ada pesanan?

Penyelesaiannya:
Biaya penerimaan = probabilitas bad debt (biaya variabel per unit)Q +
(keuntungan yang disyaratkan) (rata-rata periode pengumpulan/360)
(biaya variabel)Q + rata-rata biaya pengumpulan
di mana Q adalah jumlah unit yang dipesan

Biaya penolakan = (1 – probabilitas bad debt) (laba marginal/unit)Q


Untuk langganan tergolong “Baik”, maka:
Biaya penerimaan = 0,01 (2.500Q) + 0,2 (30/360) 2.500Q + 100
= 25Q + 41,67Q + 100
= 66,67Q + 100
Biaya penolakan = (1 – 0,01) 1.500Q
= 1.485Q
Untuk langganan yang tergolong “Cukup”, maka:
Biaya penerimaan = 0,08 (2.500Q) + 0,2(45/360) 2.500Q + 300
= 200Q + 62,5Q + 300
= 262.5Q + 300
Biaya penolakan = (1 – 0,08) 1.500Q
= 1.380Q
Untuk langganan yang tergolong “Kurang”, maka:
Biaya penerimaan = 0,35 (2.500Q) + 0,2 (100/360) 2.500Q + 1000
= 875Q + 138,9Q + 1.000
= 1.013,9Q + 1.000
Biaya penolakan = (1 – 0,35) 1.500Q
= 975Q
Untuk langganan “Baru”, maka:
Biaya penerimaan = 0,20 (2.500Q) + 0,2(60/360) 2.500Q + 60
= 500Q + 83,3Q + 60
= 583.3Q + 60
Biaya penolakan = (1 – 0,2) 1.500Q
= 1.200Q
Formula tersebut menunjukkan bahwa untuk kelompok “Baik” setiap
nilai Q memberikan biaya penolakan yang lebih besar dari persamaannya.
Misalnya Q = 1, maka biaya penolakannya = 1.485,-, sedangkan biaya
penerimaannya 66,67 + 100 = Rp 166,67,-, jadi berapapun jumlah pesanan,
untuk langganan yang tergolong baik seharunya diterima.
Demikian seterusnya, bisa dilakukan untuk masing-masing kelompok,
“Kurang”, maka berapapun unit yang dipesan akan memberikan biaya
penerimaan yang lebih dari biaya penolakannya, karena itu seharusnya
selalu diolak.
6.6. Latihan Soal
1. Perusahaan Anzhi melakukan kebijakan penjualan kredit yang ber-
diskon dengan syarat pembayaran 2/10, net/30. Untuk tahun 2011,
perusahaan menetapkan penjualan kreditnya sebesar 50% dari total
penjualan dengan jangka waktu kredit selama 3 bulan. Dari
pengalaman penjualan kredit dengan diskon yang diberikan kepada
pembeli, cara pembayarannya adalah sebagai berikut:
a) 30% membayar dalam jangka waktu 1 s.d. 10 hari setelah bulan
penjualan.
b) 20% membayar dalam jangka waktu 11 s.d. 30 hari setelah bulan
penjualan.
c) 30% membayar dalam jangka waktu 31 s.d. 60 hari setelah bulan
penjualan.
d) 10% membayar dalam jangka waktu 61 s.d. 90 hari setelah bulan
penjualan.
e) 10% membayar dalam jangka waktu 91 s.d. 120 hari setelah bulan
penjualan.
Adapun penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama
Tahun 2011 adalah:

Bulan Penjualan Total Penjualan Tunai Penjualan Kredit


Januari Rp 20.000.000 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Februari Rp 20.000.000 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Maret Rp 24.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000
April Rp 24.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000
Mei Rp 32.000.000 Rp 16.000.000 Rp 16.000.000
Juni Rp 36.000.000 Rp 18.000.000 Rp 18.000.000

Dari data tersebut, buatlah rencana pengumpulan piutang yang


telah memperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama Tahun 2011.
2. Perusahaan Santander dalam Tahun 2010 telah melakukan penjualan
hasil produksinya sebanyak 16.000 unit. Seluruh penjualan dilakukan
secara kredit dengan jangka waktu 30 hari. Perusahaan merencanakan
meningkatkan penjualannya pada tahun-tahun yang akan dating
dengan merubah jangka waktu kreditnya menjadi 60 hari. Dengan
merubah jangka waktu kredit, penjualan Tahun 2011 diharapkan akan
naik sebesar 5%. Biaya produksi yang ditanggung perusahaan meliputi
biaya tetap sebesar Rp 2.400.000,-, biaya variabel per unit Rp 500,-,
sedangkan harga penjualan per unit adalah Rp 1.200,-. Apabila jangka
waktu diperpanjang menjadi 60 hari, maka biaya tambahan modal
untuk investasi piutang yang diperhitungkan sebesar 25% dan
tambahan biaya gaji pengawas produksi (sebagai biaya tetap) sebesar
Rp 200.000,-. Dari informasi tersebut, apakah kebijakan perpanjangan
jangka waktu kredit tersebut perlu dilaksanakan?

3. PT Braga yang sedang mengalami pertumbuhan sedang mempertimbang-


kan untuk merubah kebijakan kreditnya agar penjualannya meningkat.
Dengan pelonggaran standar kredit yang akan ditempuh, diharapkan
penjualan akan meningkat sebesar 25% dari penjualan saat ini sebesar
Rp 10.400.000,-. Namun demikian, bad debt diperkirakan akan
meningkat dari 4% menjadi 5% dari penjualan. Rata-rata periode
pengumpulan piutang meningkat dari 75 hari menjadi 110 hari.
Contribution margin perusahaan adalah 40%. Required rate of return
sebesar 15%. Haruskah perusahaan menempuh kebijakan yang baru?

4. Penjualan PT Anta untuk Tahun 2010 adalah Rp 495.000.000,-. Piutang


dagang pada bulan April 2010 adalah Rp 20.625.000,-, sedang piutang
dagang pada bulan Juli 2010 meningkat lebih dari dua kalo lipat
menjadi Rp 48.125.000,-. Hitunglah tingkat penjualan harian untuk
setiap periode. Apakah kenaikan piutang dagang tersebut akan
merupakan suatu masalah bagi PT Anta?
5. Perusahaan Jazeera akan meningkatkan penjualan kreditnya sebesar
Rp 20.000.000,- dengan jangka waktu kredit maksimal 4 bulan (120
hari). Berdasarkan pengalaman, piutang yang tidak dapat ditagih
(kredit macet) dikaitkan dengan umur piutang adalah sebagai berikut:

Umur Piutang (hari) Penjualan Kredit Piutang Tidak Tertagih


% Jumlah % Jumlah
0 – 20 50 Rp 10.000.000 1 Rp 100.000
21 – 30 20 Rp 4.000.000 2 Rp 80.000
31 – 60 10 Rp 2.000.000 4 Rp 80.000
61 – 90 15 Rp 3.000.000 4 Rp 120.000
91 – 120 5 Rp 1.000.000 10 Rp 100.000
Jumlah Rp 20.000.000 Rp 480.000

Apabila tambahan barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki


harga pokok penjualan sebesar Rp 14.000.000,- dan mengakibatkan
bertambahnya biaya operasi sebesar Rp 2.000.000,-. Berapa manfaat
(keuntungan) yang diperoleh?
6. PT ABC mempunyai laporan laba rugi periode Januari-Desember 2012
(dalam jutaan Rp) sebagai berikut:
Penjualan bersih = Rp 1.315.000
HPP = Rp 912.000
Laba kotor = Rp 403.000
Total penjualan tersebut terdiri atas 20% penjualan tunai dan
sisanya penjualan kredit. Pada akhir tahun (31-12-2012) diketahui
80% dari penjualan kredit sepanjang tahun 2012 tersebut telah
dilunasi. Jika piutang awal tahun (1-1-2012) sebesar Rp 52.600 juta,
maka dari data tersebut ditanyakan:
a. Besarnya jumlah piutang rata-rata
b. Besarnya tingkat perputaran piutang
c. Lamanya periode perputaran piutang (1 tahun = 360 hari)
d. Jika jangka waktu kredit ditetapkan selama 30 hari, apakah
kebijakan periode rata-rata pengumpulan piutang perusahaan
saat ini telah cukup baik? Jelaskan alasan saudara.

7. Perusahaan XYZ mempunyai rencana penjualan untuk bulan Juli-


Oktober 2012 adalah sebagai berikut (dasar perhitungan akhir bulan):
Juli = Rp 2.200.000
Agustus = Rp 2.000.000
September = Rp 2.400.000
Oktober = Rp 3.200.000
Diperkirakan 25% dari penjualan dilakukan secara tunai, sisanya
kredit dengan syarat pembayaran 5/20 net 30. Dari penjualan 30%
dibayarkan sesuai dengan jangka waktu pembayaran, sedangkan
sisanya akan dibayar dalam waktu 1 bulan berikutnya. Rencana
penjualan pada bulan Mei Rp 1.800.000 dan bulan Juni Rp 1.400.000.
penerimaan piutang lainnya pada bulan Juli sampai dengan Oktober
2013 masing- masing sebesar Rp 450.000; Rp 550.000; Rp 650.000;
Rp 150.000.
Dari data tersebut, buatlah schedule pengumpulan piutang untuk
bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

8. Perusahaan ABC selama ini melakukan kebijakan penjualan tunai


dan rata-rata penjualan sebesar Rp 800 juta. Untuk meningkatkan
penjualan maka perusahaan menawarkan syarat penjualan n/60 dan
diestimasikan penjualan meningkat menjadi Rp 1.050 juta. Profit
margin yang diperoleh 15% dan biaya dana 16%. Apakah perusahaan
perlu menerapkan kebijakan kredit?
CHAPTER
MANAJEMEN
8 PERSEDIAAN

PENDAHULUAN
Inventory merupakan salah satu elemen utama dalam modal kerja
yang selalu dalam keadaan berputar. Penentuan besarnya persediaan dan
alokasi dalam persediaan merupakan masalah yang penting sehubungan
mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan, ini berarti
adanya kesalahan dalam penetapan besarnya penanaman dalam
persediaan akan berdampak pada keuntungan.
Penanaman dana yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan
akan memperbesar cost of capital (biaya penyimpanan, kerusakan, usang,
dan sebagainya) yang kesemuanya akan memperkecil keuntungan
perusahaan. Sebaliknya, penanaman terlampau kecil akan menekan
keuntungan juga, karena perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas
produksi yang optimal,

Manajemen Persediaan 159


Manajemen Modal Kerja Perusahaa n

sehingga mempertinggi biaya produksi rata-rata pada akhirnya akan


menekan keuntungan juga.

7.1. Pengertian Persediaan


Persediaan merupakan investasi paling besar dalam aktiva lancar
untuk setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan
dagang. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi,
sedangkan barang jadi harus selalu tersedia sebagai buffer stock agar
memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang timbul.
Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan barang mempunyai
pengaruh langsung terhadap besar kecilnya modal yang ditanam dalam
persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran berarti semakin kecil
jumlah modal yang akan diinvestasikan.
Dalam perusahaan pada umumnya diadakan penggolongan dalam 3
jenis persediaan:
1. Persediaan bahan mentah
2. Persediaan barang dalam proses
3. Persediaan barang jadi
Sedangkan pada perusahaan dagang umumnya dikenal satu macam,
yaitu persediaan barang dagangan. Besar kecilnya persediaan bahan yang
dimiliki oleh perusahaan bergantung kepada:
a. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan agar
proses produksi berjalan lancar.
b. Volume dari pada produksi tergantung pada volume penjualan yang
diperkirakan.
c. Fluktuasi dari bahan mentah pada waktu yang akan datang.
d. Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan.
Persediaan perlu mempunyai persediaan minimal yang harus di-
pertahankan untuk menjamin kelancaran usaha yang disebut safety stock.
Besar kecilnya safety stock dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh:
1. Risiko kehabisan persediaan, tergantung kepada:
a. Kebiasaan pada levelansir menyerahkan barangnya pada kita,
apakah sering tidak menepati janjinya, dan hal tersebut perlu
diantisipasi dengan persediaan yang besar demikian sebaliknya.
b. Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dibeli setiap saat
kalau jumlah yang dibeli ini besar berarti bahwa persediaan rata-
rata diatas safety stock selama satu periode tertentu adalah besar,
maka risiko kehabisan persediaan adalah kecil, sehingga tidak
perlu mempertahankan safety stock yang besar.
c. Dapat diduganya atau tidak dengan tepat kebutuhan bahan
mentah untuk memproduksi.
2. Hubungan antara biaya penyimpanan di gudang disatu pihak dengan
biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan sebagai akibat
kehabisan persediaan di pihak lain. Apabila biaya penyimpanan lebih
besar daripada biaya tambahan maka kita tidak perlu mempunyai
safety stock yang besar dan sebaliknya.
3. Tingkat kecepatan bahan menjadi busuk atau rusak. Penetapan besar
kecilnya persediaan barang jadi pada umumnya didasarkan kepada
volume penjualan yang diharapkan. Economical Order Quantity (EOQ)
adalah jumlah kuantitas daripada barang yang paling ekonomis.
Pesanan yang paling ekonomis, yaitu pesanan yang disertai dengan
jumlah biaya yang minimal. Biaya daripada inventory pada prinsipnya
terdiri dari dua komponen yang mengalami perubahan secara berlawanan
satu dengan yang lainnya, yaitu:
1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi daripada
pesanan, yang ini sering dinamakan “procurement cost” atau set up
cost.
2. Biaya-biaya yang berubah sesuai dengan besarnya average inventory
yang ini sering disebut storage atau carrying cost.

Manajemen Persediaan 161


Set up cost akan makin besar apabila order quantity makin kecil.
Carrying cost akan makin kecil apabila jumlah material yang dipesan makin
kecil.

7.2. Economical Order Quantity


Kuantitas pemesanan yang optimal:
Dalam penentuan persediaan yang optimal dapat digunakan
model kuantitas pemesanan yang ekonomis: Economical Ordering
Quantity Model = EOQ.
EOQ adalah kuantitas persediaan yang optimal atau yang me-
nyebabkan biaya persediaan mencapai titik terendah.
Model EOQ adalah suatu rumusan untuk menentukan kuantitas
pesanan yang akan meminimumkan biaya persediaan.
Dua Dasar Keputusan Dalam Model EOQ
Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan
tersebut perlu dibeli kembali – replenishment cycle.
Kapan perlu dilakukan pembelian kembali – reorder point.
Besarnya EOQ dapat ditentukan dengan berbagai cara, yang paling
banyak digunakan ialah dengan rumus sebagai berikut:

2×R×S
Q=
P×I

di mana:
Q = jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ)
R = jumlah dalam unit yang dibutuhkan dalam satu periode tertentu
S = biaya pesanan
P = harga pembelian persediaan
I = persentase biaya simpan
Syarat berlakunya rumus tersebut ialah apabila harga pembelian per
unitnya adalah sama untuk setiap pembelian.
Asumsi model EOQ:
Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dahulu
secara pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode
Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol
atau di atas safety stock
Harga konstan selama periode tersebut

7.3. Reorder Point


Reorder Point atau titik saat perusahaan harus memesan kembali
adalah suatu kondisi atau jumlah persediaan di mana harus diadakan
pesanan lagi sedemikian rupa, sehingga kedatangan atau penerimaan
material itu tepat pada waktu di mana persediaan di atas safety stock sama
dengan nol. Dengan demikian, diharapkan datangnya material yang
dipesan itu tidak akan melewati waktu, sehingga akan melanggar safety
stock. Apabila pesanan dilakukan sesudah melewati reorder point (ROP)
tersebut maka material yang dipesan akan diterima setelah perusahaan
mengambil material dari safety stock.
Pemesanan ulang – reorder point
Titik di mana pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi
persediaan
Titik pemesan ulang
= waktu tunggu × tingkat penggunaan
Persediaan pengaman – safety stock
Persediaan tambahan yang dimiliki untuk berjaga-jaga terhadap
perubahan tingkat penjualan atau kelambatan produksi-pengiriman
Maka:
Persediaan awal = EOQ + safety stock
Persediaan rata-rata = (EOQ/2) + safety stock
Menentukan besarnya safety stock
Faktor pengalaman
Faktor dugaan
Biaya
Keterlambatan
Dalam penentuan pesanan reorder point (ROP) haruslah memperhatikan
sebagai berikut:
1. Penggunaan selama procurement lead time
2. Besarnya safety stock
ROP merupakan tingkat persediaan di mana pemesanan harus
dilakukan agar barang dapat datang tepat pada waktunya.

ROP = L × QROP = L × Q

Keterangan:
L = Lead time
Q = Pemakaian rata-rata (per hari, per minggu, atau per bulan)

Q*
Inventory level (units)

Slope = units/day = d

ROP
(units)

Time (days)
Lead time = L

Gambar 7.1. Reorder Point


Apabila dikaitkan antara jumlah pemesanan optimal (economical order
quantity) dengan jumlah titik pemesanan kembali yang dapat dilakukan
oleh perusahaan dengan kondisi yang relatif lebih pasti, maka relasional
tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:

Hubungan EOQ dengan Reoder point


pada kondisi yang pasti

Persediaan maksimum = EOQ

EOQ EOQ EOQ


ROP ROP ROP
Lt Lt Lt
Gambar 7.2. Hubungan
EOQ dengan ROP

Tujuan pengelolaan persediaan: menyediakan persediaan yang di-


butuhkan untuk menyokong operasi dengan b