Anda di halaman 1dari 116

223

PENDEI(ATAN DIAGNOSTIK TUMOR PADAT


BudiDarmawan Machsoos

PENDAHULUAN fisik, yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, recla/


toucher, d11. Pemeriksaan ini sangat penting, karena dari
Diagnosis tumor padat bertujuan mengidentifikasi jenis hasil pemeriksaan klinik yang dilakukan secara teliti,
tumor padat yang diderita dengan cara pemeriksaan menyeluruh, dan sebaik-baiknya dapat ditegakkan
tertentu secara lege artis. Menegakkan diagnosis suatu diagnosis klinik yang baik pula. Pemeriksaan klinik yang
tumor padat adalah sangat penting walaupun tidak selalu dilakukan harus secara holistik.
mudah dan harus dilakukan sebelum memberikan terapi/ Anamnesis tentang keluhan kanker pada seorang
penatalaksanaan tumor padat itu sendiri. Berbagai upaya pasien, dapat bermacam-macam mulai dari tidak ada
klinik yang meliputi pendekatan multidisipliner diperlukan keluhan sampai banyak sekali keluhan, bisa ringan sampai
secara rutin untuk menegakkan diagnosis tumor padat. dengan berat. Kanker stadium dini pada umumnya tidak
Atas dasar azas manfaat dan memudahkan cara kerja di menimbulkan keluhan/gej ala apapun. Keluhan/gej ala yang
klinik serta efisiensi tenaga dan biaya, maka pembahasan timbul biasanya bergantung pada lokasi tumor pada
pendekatan diagnostik tumor padat selanjutnya organ, stadium lanjut dari tumor, dan penyulit yang
difokuskan pada: pemeriksaan klinis, pemeriksaan ditimbulkannya. Lokasi tumor pada organ vital seperti:
laboratorium, pemeriksaan patologi anatomi, pemeriksaan otak, mediastinum, paru, hepar, pankreas, ginjal, dll akan
penunjang lain, pentahapan (staging) tumor padat, tata lebih cepat menimbulkan keluhan/gejala yang khas. Begitu
cara penulisan diagnosis tumor padat dan status juga stadium dari tumor; semakin lanjut stadium tumor,
penampilan (petformance status ) pasien. semakin banyak timbul keluhan/gejala akibat tumor padat
itu sendiri atau akibat penyulit yang ditimbulkannya.
Apabila ditemukan tumor padat di dalam atau di petmukaan
DEFINISI tubuh yang jumlahnya banyak (multiple), maka perlu
ditanyakan tumor mana yang timbul lebih dahulu.
Tumor padat adalah bentuk benjolan yang abnormal dalam Tujuannya adalah untuk memperkirakan origin daifimor
tubuh, yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit, padat.
seperti penyakit keganasan (neoplasma), infeksi, dll. Dalam Pemeriksaan fisik sebagaimana dilakukan secara rutin
arti khusus tumor padat di sini didefinisikan sebagai di klinik juga perlu dilakukan pada pasien tumor padat.
benjolan yang disebabkan oleh penyakit keganasan Pemeriksaan fisik ini sangat penting sebagai data dasar
(neoplasma); dan neoplasma ganas secara umum disebut keadaan umum pasien dan keadaan awal tumor padat
kanker. Dalam pembahasan selanjutnya pada bab ini yang tersebut saat di diagnosa. Selain pemeriksaan umum,
dimaksud tumor padat adalah tumor padat ganas. pemeriksaaaan khusus terhadap tumor padat tersebut perlu
dideskripsikan secara teliti dan rinci. Untuk tumor padat
yang letaknya berada di atau dekat dengan permukaan
PEMERIKSAAN KLINIK tubuh, jika perlu dapat digambar topografinya pada organ
tubuh supaya mudah mendeskripsikannya. Selain itu juga
Pemeriksaan klinik disini adalah pemeriksaan rutin yang perlu dicatat: (1). Ukuran tumor padat, dalam 2 atau 3
biasa dilakukan dengan cara anamnesis dan pemeriksaan dimensi, (2). Konsistensinya, (3). Adaperlekatan atau tidak

1407
1408 ONKOI]OGIMEDIK

dengan organ di bawahnya atau kulit di atasnya. Jika ada dari biopsi tumor padat atau dari spesimen operasi. Ada
komplikasi lokal jugaperlu dicatat, misalnya terdapat ulkus beberapa cara biopsi yang sering dilakukan, yaitu: 1).
di atasnya, tanda-tanda infeksi, abses, retraksi, dll. Biopsi insisi, yaitu mengambil sebagian kecil jaringan
Pemeriksaan klinis juga mempunyai peranan penting tumor padat dengan menggunakan pisau bedah; 2). Biopsi
dalam memperkirakan apakah tumor pacrt tersebut jinak eksisi (biopsi in toto), yaitu mengambil seluruh tumor secara
atau ganas (Tabel 1). eksisi. Untuk tumor jinak, tindakan ini sekaligus sebagai
terapi; 3). Biopsi truncut, yaitu mengambil sebagian
jaringan tumor dengan alat biopsi khusus berbentuk jarum
besar yang dapat memotong dan mengambil jaringan
Karakteristik Tumor Jinak Tumor Ganas tumor; 4). Biopsi aspirasi dengan jarum (Needle Aspiration
Batas tumor Jelas Tidak jelas Biopsy), yaitu mengambil sebagian kecil jaringan tumor
Kapsul Jelas Tidak jelas/ pseudo kapsul
Kecepatan tumbuh Umumnya lambat Umumnya cepat
padat dengan cara disedot menggunakan jarum yang
lnfiltrasi Tidak ada Ada, bahkan merupakan ditusukkan kedalam jaringan tumor. Dapat dilakukan
ciri khas
Nekrosis/ ulserasi Sangat iarang Sering dengan jarum besar (arum no 18 atau jarum Jamshidi),
Struktur jaringan Khas Tidak khas, sering sulit atau jarum halus (jarum nomer 23), atau menggunakan
menunjukkan menentukan
Bentuk sel asal jaringan asal jaringan jarumkhusus (arumMn Silverman); 5). Biopsi endoskopi,
Warna inti sel Uniform Polikromasi yaitu mengambil sebagian kecil jaringan tumor dengan
Warna sitoplasma Normal Hiperkromasi/ polikromasi
Rasio Normal Hiperkromasi/ polikromasi menggunakan endoskop.
nukleus/plasma Normal Naik
Metastase Tidak ada Sering
Setelah bahan sediaan PA diperoleh, selanjutnya
Residif Jarang Sering diproses melalui beberapa cara agar dapat dipotong sangat
Efek sistemik Jarang, kecuali Sering
tumor endokrin
halus. Proses tersebut antara lain: sediaan bektt (Vries
c'oupe). parffine block, plastic coupe, dll dan dilakukan
pengecatan sesuai tujuan pemeriksaan.
Pemeriksaan PA ini sangat pentin-s dalam menentukan
jenis tumor padat, dan selanjutnya akan sangat berguna
PEMERIKSAAN LABORATOBIUM
untuk menentukan tindakan terapi apa yang akan diberikan
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk menunjang kepada pasien. Pemeriksaan PA ini antara lain
diagnosis tumor padat penting dilakukan dengan tujuan dipergunakan untuk menentukan:
untuk mengetahui keadaan pasien apakah ada penyulit
. Diagnosis patologi atau morfologi yang dicrasarkan
kanker atau penyakit sekunder, danjuga untuk persiapan padahasil pemeriksaan mikroskopis, dan sekaligus bisa
terapi yang akan diiakukan baik itu tindakan bedah maupun untuk menentukan jaringan asal tumor padat apakah
tindakan medik. Beberapa pemeriksaan yang perlu berasal dari j aringan : Epithel, embri onal, mesenkim, atau
dilakukan, antara lain: campuran.
a. darahlengkap f. faalhemostatik k. asamurat . Sifat tumor: Jinak, Ganas, karsinoma in situ.
b. urin lengkap g. protein serum 1. serum . Derajat diferensiasi sel. Ada 4 derajat, yaitu:
imunoglobulin - G1 = diferensiasi baik(well dffirentiatuA
C. tes fungsi hati h. alkali fosfatase m. dll - G2 = diferensiasi sedang (moderately dffirentiated)
(t. tes fungsi ginjal i. elektrolit serum - G3 = diferensiasi jelek(poorly dffirentiatefi
e. gula darah j. LDH - G4= Tanpa diferensiasi (undifferentiated ataLL
anaplastic)
Pada kasus limfoma maligna, pemeriksaan LDH yang
meningkat dapat menggambarkan massa tumor dan laju Pada umumnya derajat keganasan tumor padat sesuai
ganti, terutama pada limfoma yang bersifat agresif. dengan derajat diferensiasi sel. Makin jelek derajat
Sedangkan hiperurikemia pada kasus yang sama selain diferensiasi sel, makin ganas tumor padat tersebut.
merupakan manifestasi laju ganti limfoma agresif, juga . Stadium Penyakit. Penentuan stadium penyakit juga
ditemukan pada limfoma derajat keganasan rendah yang penting artinya, karena stadium ini sangat menentukan
ekstensif. Pada kanker lain seperti keganasan kolorektal, prognosis pasien. Beberapa stadium dari kanker dapat
peningkatan LDH diikutkan dengan prognosis. ditentukan dari pemeriksaan PA. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada staging tumor padat di bawah.

PEM ERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI


PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
Pemeriksaan Patologi Anatomi (PA) ialah pemeriksaan
morfologi tumor, meliputi pemeriksaan makroskopi dan Pencitraan (lmaging)
mikroskopi. Bahan untuk pemeriksaan PA dapat diperoleh Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu
PENDEKATAN DIAGNOSTIK TUMOR PADAT 1409

menegakkan diagnosis tumor padat (radiodiagnosis) USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan
banyak jenisnya mulai dari yang konvensional sampai menggunakan gelombang suara. Contoh: USG
dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih abdomen, USG urologi, mammosografi, d11.

sesuai dengan kasus yang dihadapi (Tabel 2). Pada tumor CT-scan (Computerized Tomography Scanning).
padat yang letaknya profunda dari bagian tubuh atau Contoh: Scan kepd.a, thoraks, abdomen, whole bod1,
organ, pemeriksaan diperlukan untuk tuntunan (guiding) scan, dl],,.

pengambilan sampel patologi anatomi, misal cucuk jarum/ MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat
fine needle aspiration Diopsl (FNAB) atau biopsi lainnya. scanning yang masih tergolong baru dan pada
Selain untuk membantu menegakkan diagnosis, umumnya hanya berada di Rumah sakit besar. Alat ini
pemeriksaan imagingjuga berperan dalam menentukan stag- menggunakan magnet inti sel, terutama ion hidrogen.
ing dari tumor padat. Beberapa pemeriksaan imaging Hasilnya dikatakan lebih baik dari CT.
tersebut antara lain: Sintigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan
. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras. Contoh: salah satu alat scannning dengan menggunakan isotop
X-foto tengkorak, leher, toraks, abdomen, tulang, radioaktif, seperti: Iodiumrsl, Technetium ee, dll. Contoh:
mammografi,dll. scinfigrafi tiroid, tulang, otak, d11.
. Radiografi dengan kontras. Contoh: Saluran cerna RIA (Radio Immuno As.say), untuk mengetahui petanda
bagian atas, bronkografi, Colon in loop, kistografi, dll. itmor (tumor marker).

Penanda Tumor (Tumor Marker)


Penanda tumor (PT) ata:u tumor marker ialah molekul pro-
Organ yang
Jenis Radiodiagnosis tein berupa enzrm, hormon, dll yang dalam keadaan nor-
Diperiksa
1 Otak Ro tengkorak, CT, Ventrikulografi, mal tidak atau sedikit sekali diproduksi oleh sel tubuh. PT
Angiografi merupakan salah satu penunjang pemeriksaan kanker
2 lVielum Ro tulang vertebrae, l\4ielografi
3 Srnus Maksilaris Ro Tengkorak, Water, CT tertentu, baik untuk skrining, menegakkan diagnosis.
4 Mulut Ro Tengkorak, Water, CT prognosis, perrantauan hasil pengobatan danjuga deteksi
Nasofaring Ro Tengkorak (lateral, basis),
Water, CT, MRI Bone scan, Ro kekambuhan. Untuk tujuan skrining, diagnosis, maupun
toraks untuk menilai hasil pengobatan, maka harus dipilih
b Laring Laringografi CT
penanda tumor yang memiliki sensitifitas dan spesifisitas
7 Tiroid USG, Scan I"' uptake yang tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa hingga saat ini
8 Paru Ro toraks (PA, lateral), CT, belum ditemukan PT tunggal yang memiliki sensitifitas dan
bronkografi, PET Scan
9 Mediastinum Ro toraks, CT
spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan kombinasi PT berupa
'10 Payudara lvlammografi, USG, Ro toraks, panel pemeriksaan tertentu, untuk jenis tumor tertentu,
bone scan, CT
11 Esofagus
dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas
UGI, CT
12 Lambung, Duodenum UGI, CT diagnostik (Tabel 3).
13 Kolon, Rekto-sigmoid Colon in loop, CT, Ro toraks Pada umumnya pemeriksaan penanda tumor pertama /
14 Hepar USG, CT
awal dilakukan sebelum terapi untuk menunjang diagno-
15 Pankreas USG, CT, IVIRI
sis dan atau untuk memperoleh data awal kadar PT yang
16 Ginjal lVP, CT, Angiografi diperlukan untuk pemantauan berikutnya. Secara umum
17 Vesika Urinaria
jadwal pemeriksaan PT berikutnya dalam rangka
USG, Kistografi
pemantauan atau deteksi kekambuhan adalah: (1). Antara
18 Prostat USG, Kistografi, CT
2-10 hari setelah tindakan, (2). Setiap 3 bulan selama 1-2
19 Uterus, Ovari-um, USG, CT abdomen, Ro toraks tahun pertama, (3). Setiap 6 bulan pada tahun ke 3-5, (4).
Serviks
20 Jaringan lunak Ro polos, CT, l\4Rl
Bila secara klinis ada dugaan residif atau metastasis, (5).
Bila ada peningkatan kadar PT, pemeriksaan diulang + 4
21 Pembuluh darah Angiografi, MRI
22, Pembuluh limfe Limfografi minggu kemudian. Dalam hal pemantauan, interpretasi hasil
23, Kelenjar limfe Limfografi, USG, CT pemeriksaan tidak didasarkan pada hasil satu kali
24 Tulang Ro tulang, Scintigrafi ,CT
25 Otot CT, MRI pengukuran tetapi pada trend peningkatan atau penurunan
Keterangan: kadar PT tersebut.
Cf = Computerized tomography
UGI = UpperGastro lntestinal
MRI = Magnelic Resonance lmaging
IYP = lntra Venous Pyelography
USG = Ultresonography
PENTAHAPAN TUMOR PADAT
PET = Positron Emission Tomography
Ro = ROntgen Pentahapan tumor padat ialah penentuan stadium dari
tumor padat, meliputi penentuan letak topografi tumor
t4t0 OI\KOI-OGIMEDIK

Pemantauan Tx, Deteksi


Skrining Diagnosis Prognosis
kekambuhan

Payudara ER, PR, HER.2 CA 15-3, CEA, IVCA, CA27.29


Ovarium cA 125, CA72-4 CEA, Ca 125
Testis AFP, P-HCG, LDH AFP, P.HCG, LDH AFP, p-HCG, LDH
Kolorektal CEA CEA, CA 1 9-9
Prostat PSA PSA PSA PSA
Paru NSE, SCC, Ct1fra21-1 NSE, Cyfra 21-1,CEA
Tiroid Kalsitonin, Tiroglobulin Kalsitonin, Tiroglobulin
Koriokarsinoma p-HCG
Neuroblastoma NSE, VIVA, Katekolamin NSE
Hati AFP AFP, PIVKA II AFP
Pankreas CA 19-9, CEA cA 19-9 cA 19-9
Lambung cA72-4, CA 19-9 cA72-4, CEA
Nasofaring lgA anti EBV-VCA & EA lgA anti EBV-VCA lgA anti EBV-VCA
Esofagus CEA, SCC
Serviks HPV Typing SCC

primer, ekstensinya ke organ sekitar, dan ada tidaknya Sistem TNM (Stadium TNM)
metastasenya ke organ lain. Mengetahui stadium tumor Sistem ini pertamakali diperkenalkan oleh seorang sarjana
padat sangat penting artinya untuk menentukan tindakan Perancis Piere de Noix, kemudian dipergunakan dan
terapi apa yang akan diberikan dan juga prognosis disempurnakan oleh UICC (Union Internationale Contre
penyakit. Beberapa cara menentukan stadium dari tumor le Cancere), dan sejak 1958 sistem ini dipergunakan secara
padat, antara lain berdasarkan: (1). Letak topografi tumor luas di berbagai belahan dunia.
beserta ekstensi dan metastasenya dalam orya\ (2)' Sistem Sistem TNM berdasarkan 3 kategori, yaitu: T
ini
TNM, (3). Pentahapan menurut AJCC (American Joint (Tumor primer), N (Nodul regional, metastase ke kelenjar
Committee on Cancer), dan (4). Berdasarkan kesepakatan limfe regional), dan M (Metastase jauh). Masing-masing
para ahli (konvensi). kategori tersebut dibagi lagi menjadi subkategori untuk
melukiskan keadaan masing-masing kategori dengan cara
memberi indeks angka dan huruf dibelakang I N, dan M,
Stadium Tumor Padat Berdasarkan Letak yaitu:
Topografi, Ekstensi, dan Metastasenya Dalam Organ . T=TumorPrimer
. Stadium lokal: peftumbuhannya masih terbatas pada - Indeks angka: Tx, Tis, T0, T1,T2, T3, dan T4'
organ semula tempatnya tumbuh. - Indeks huruf: T1a, Tlb, Tlc, T2a,T2b,T3b, dst
Karsinoma in situ: pertumbuhannya masih terbatas . N = Nodul, metastase ke kelenjar regional.
intra epitelial, intraduktal, intra lobuler. Istilah ini hanya - Indeks angka: N0, Nl, N2, danN3.
dikenal pada tumor ganas epitelial. - Indeks huruf: Nla, Nlb, N2a, N2b, dst
Infiltrasi lokal atau invasif: Tumor padat telah tumbuh . M = Metastase organ jauh
melewati jaringan epitel, duktus, atau lobulus, tetapi - Indeks angka: M0, Ml
masih dalam organ yang bersangkutan (pengertian - Indeks huruf: Mx
patologi: telah melewati stratum papilare atau membrana Tiaptiap indeks angka dan huruf mempunyai arti klinis
basalis) atau telah menginfiltrasi jaringan sekitarnya sendiri-sendiri untuk tiap jenis atau tipe tumor padat. Jadi
(pengertian klinis: sudah ada perlekatan dengan organ arti indeks untuk karsinoma payudara tidak sama dengan
sekitarnya). karsinoma nasofaring, dsb. Pada umumnya arti sistem TNM
. Stadium metastase regional: Tumor padat telah tersebut adalah sebagai berikut:
metastase ke kelenjar limfe yang berdekatan (kelenjar . Kategori T = Tumor Primer.
limferegional) - Tx = Syarat minimal menentukan indeks T tidak
. Stadium metastase jauh: Tumor padat telah terpenuhi.
metastase pada organ yang letaknya jauh dari tumor - Tis = Tumor in situ
primer. - T0 = Tidark ditemukan adanya tumor primer
Secara klinis kadang-kadang dipakai dua istilah di - Tl =Tumordenganf maksimal<2cm
atas sekaligus untuk menyebutkan stadium tumor padat - T2=Tumordenganfmaksimal2-5cm
yaitu Stadium lokoregional, oleh karena pada - T3 = Tumor dengan f maksimal >5 cm
kenyataannya sering ditemukan stadium lokal dan - T4=Tumorinvasikeluarorgan.
regional secara bersamaan pada waktu dilakukan . Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar regional.
pemeriksaan klinis. - N0 = Nodul regional negatif
PENDEKATAN DIAGNOSTIK TUMOR PADAf, t4tl
- N1 = Nodul regional positif, mobil (belum ada Pentahapan Berdasarkan Kesepakatan Para
perlekatan) Ahli(Konvensi)
- N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan Beberapa jenis tumor padat stagingnya didasarkan pada
- N3 = Nodus jukstaregional atau bilateral. kesepakatan para ahli dibidangnya masing-masing.
. Kategori M = Metastase organ jauh Beberapa contohnya antara lain:
- M0 = Tidak ada metastase organ jauh . StadiumDukes, untukkarsinomakolorektal
- M1 = Ada metastase organ jauh . StadiumAnnArbor, untuklimfomamaligna
- Mx = Syarat minimal menentukan indeks M tidak . Stadium FIGO, untuk karsinoma serviks dan tumor
terpenuhi. ginekologi
. Stadium Jewett, untuk karsinoma bladder (kantung
Pentahapan Menurut AJCC (American Joint kencing)
Committee on Cancerl
. American staging for prostate cancer, untuk kanker
Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas prostat
pada tahun 1958, kelompok para ahli yang menangani
. Staging melanoma maligna menurut Clark, dan Breslow,
kanker di USA, pada tahun 1959 juga mengemukakan suatu dlt.
skema pentahapan kanker yang merupakan penjabaran
lebih lanjut dari sistem TNM. Kelompokpara ahli tersebut
semula bernama: The American Joint Committe for TATA CARA PENULISAN DIAGNOSIS TUMOR
Cancer Staging and End Results Reporting (disingkat: PADAT
AJC). AJC tersebut kemudian berubah nama pada tahun
1980 menjadi American Joint Committee on Cancer Setelah semua pemeriksaan yang diperlukan untuk
(disingkatAJCC). Tujuan pembuatan skema staging kanker diagnosis telah lengkap, maka selanjutnya penegakkan
tersebut adalah agar lebih praktis dan lebih mudah diagnosis tumor padat hendaknya ditulis selengkap-
pemakaiannya di klinik. Buku manual stadium kanker lengkapnya, meliputi: (1). Organ asal tumor padat
(Manualfor Staging of Cancer) edisi satu hasil kerja AJCC (origin-nya), (2). Histopatologi, dan (3). Stadiumnya.
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1977 dan diperbarui Tumor primer pada umumnya diberi nama berdasarkan
setiap beberapa tahun, sehingga pada tahun 2002 sudah nama organ atau jaringan tempat tumor padat tersebut
dikeluarkan edisi 6 yang sampai saat ini dipakai secara pertama kali tumbuh. Namun ada beberapa tumor padat
luas. diberi nama berdasarkan nama sarjana yang pertamakali
Staging menurutAJCC ini pertama harus menentukan menemukan atau melaporkan jenis tumor tersebut
T,N,M dari tumor padat tersebut sesuai ketentuan yang (eponim), antara lain: Limfoma Burkitt, Limfoma Hodgkin
ada, dan selanjutnya dikelompokkan dalam stadium (keduanya merupakan keganasan kelenjar limfe), Tumor
tertentu yang dinyatakan dalam angkaRomawi (I-IV) dan Wilm (nefroblastoma, keganasan pada ginjal), Tumor
angka Arab (khusus untuk stadium 0). Lebih mudahnya, Brenner (tumor ovarium, dapat ganas atau jinak), Sarkoma
sebagai contoh dapat dilihat staging kanker payudara Ewing (tumor ganas tulang), dll.
menurutAJCC pada Tabel 4. Selain itu sebaiknyajuga disebutkan status penampilan
pasien (performance status) saat diagnosis ditegakkan,
untuk tujuan persyaratan sebelum dilakukan tindakan
terapi dan sekaligus untuk evaluasi perkembangan keadaan
umum pasien selama dan sesudah terapi diberikan.
Stadium Deskripsi TNM
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 NO MO STATUS PENAMPILAN PASIEN
Stadium llA TO N1 MO
T1 Nl MO
12 N0 M0 Status penampilan pasien juga perlu ditetapkan sejak
Stadium llB 12 N1 M0 diagnosis tumor padat ditegakkan. Hal ini sangat berguna
T3 NO MO
untuk menilai base line status penampilan pasien sejak
Stadium lllA TO N2 MO
T1 N2 MO diagnosis ditegakkan dan perubahannya selama
T3 Nl MO pengobatan, maupun selesai pengobatannya. Pada
T3 N2 MO
umumnya status penampilan pasien ditampilkan dalam
Stadium lllB 14 N0 M0
14 N1 M0 bentuk skala tertentu. Beberapa diantaranya yang sering
14 N2 M0 dipakai adalah Skala Karnofsky, Skala Zlbrod (ECOG =
Stadium lllC Sembarang T N3 M0
Eastern Cooperative Oncology Group) seperti terlihat
Stadium lV SembarangT SembarangN M'1
dalam Thbel 5,6,dan7.
L4t2 ONKOI.OGIMEI'IK

REFERENSI

Skala Deskripsi Ampi R. Penanda hrmor: prinsip umum dan aplikasi klinis' Informasi
100% Tidak tampak sakit Laboratorium. 2005:.2:3 -5.
90% Aktivitas normal dengan sedikit tandatanda penyakit AJCC staging systems [on line]. Available at: http://wwwtraining'seer'
80% Aktivitas normal dengan upaya; tandatanda penyakit cancer. gov/module-staging-cancer/unit03-sec03-
70% Tidak dapat beraktivitas normal tapi mampu part00-ajcc.html. Akses: tatggal 2l Nopember 2005'
mengurus diri sendiri Bakornas HOMPEDIN. Kanker payudara. Panduan tata laksana
60% Kadang-kadangmembutuhkanbantuan
kanker tumor padat dalam hal kemoterapi. Iakarta;2005' p' 4-
5Oo/o Memerlukan bantuan cukup banyak
40% Sering memerlukan bantuan 22.
30% Tidak dapat bergerak sendiri; butuh perawatan Bresalier RS. Malignant & premalignant lesions of the colon ln:
khusus Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors' Current diag-
ZOYI Sangat lemah;dapat memerlukan perawatan rumah nosis & treatment in gastro-enterology. 2nd edition' Boston:
sakit McGrawHill; 1996. P. 422-8.
1Oo/o Sakit berat, membutuhkan perawatan rumah sakit
L, Haffty BG Doroshow JH, et al' Breast cancer overview
Jardine
risk factors, screening, genetic testing, and prevention ln: Pazdur
RP, Coia LR, et al, editors. Cancer management: a

multidisiplinary approach medical, surgical, and radiation


oncology. 8th edition. New York: United Business Media; 2004'
Skala Deskripsi p.i65-88.
Skeel RT. Systemic assessment of the patient with cancer and
0 Asimptomatik; aktivitas normal
1 Simptomatik tetapi ambulatori penuh long-term medical complications of treatment' In: Skeel RT'
2 Simptomatik; di tempat tidur <50% waktunya editor. Handbook of cancer chemotherapy' 6th edition'
3 Simptomatik; di tempat tidur >50% waktunya; tapi Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003' p' 26-9'
tidak imobilisasi Sukardja IDG. Onkologi klinik. 2nd edition. Surabaya: Airlangga
100% imobilisasi
University Press; 2000. p.133-208.
Sturgeon C. Practice guidelines for tumor markers in the clinic'
Clinical Chemistry. 2000;48:115 1-9.

Skala Zubrod Skala KarnofskY

0 100 %
1 85 Yo

2 65%
J 40%
4 15 0/
224
ASPEK SELULAR DAN MOLEKULAR tr(ANKER
Bambang Karsono

PENDAHULUAN promoter atalu enhancer yarag kuat. Sebagaimana kita


ketahui bersam a promoter dan enhancerberperan penting
Kanker adalah penyakit di mana sel-sel ganas "beranak- dalam proses transkripsi suatu gen. Onkogen pada virus
pinak" berupa keturunan yang bersifat ganas pula. DNA memang berasal dari virus itu sendiri, onkogen pada
Pewarisan bakat ganas ini, atau yang biasa disebut dengan virus ini memang dibutuhkan secara hakiki oleh virus ini
istilah fenotip, memberi petunjuk kuat pada kita bahwa untuk replikasi dan mentransformasi sel pejamu. Virus DNA
kelainan mendasar sifat ganas ini berada pada gen sel menghasilkan protein-protein yang dapat memaksa sel
kanker tersebut. Pelbagai kajian petanda genetik, seperti pejamu memasuki fase S siklus sel.
translokasi 9;22 yang menghasilkan kromosom
Philadelphia pada leukemia granulositik/mieloid kronik,
menunjukan bahwa sel-sel kanker ini berasal dari satu sel BIOLOGI SELULAR DAN MOLEKULAR KANKER
yang kemudian membentuk satu kelompok sel yang
homogen, yang disebut sebagai klor. (clone). Menurut Hanahan dan Weinberg terdapat enam perubahan
Di samping sifat ganas yang berasal dari translokasi fisiologik mendasar yang secara bersama-sama
kromosom, sifat ganas juga dapat berasal dari gen yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya sel-sel ganas,
secara norrnal terdapat di dalam sel. Gen-gen semacam ini perubahan-perubahan sebagai berikut:
disebut sebagai proto-onkogen, yang kemudian oleh . Mandiri dalam hal sinyal-sinyal pertumbuhan
karena mutasi somatik berubah menjadi onkogen. Onkogen . Tidak sensitif terhadap sinyal-sinyal penghambat
inilah yang kemudian mengubah perangai sel dari normal pertumbuhan (anti pertumbuhan)
menjadi sel kanker. Contoh dari proto-onkogen ini adalah . Mampu menghindar dari apoptosis Qtrogrammed cell
H-ras (rat sarcoma- associated sequence, Harvey) yang death)
pertama kali ditemukan pada gen virus penyebab sarkoma . Berkemampuan replikasi yang tak terbatas
pada tikus oleh Harvey. . Kemampuan angiogenesis yangberkesinambungan
Proses onkogenesis juga dapat terjadi oleh virus . Mampu menyusup ke jaringan lain dan bermetastasis
melalui beberapa cara. tergantung jenis virusnya.
Setiap perubahan fisiologik di atas tidak lerdapatpada
t ran sfo rmin g r e t r ov iru s e s, no nt r an sfo rmin g r e t r ov i ru s e s
sel-sel asal sel-sel ganas dan didapat selama perubahan
dan virus DNA. Transfurming retrovlruses menginsersi
bertahap dari sel-sel normal menjadi sel-sel ganas.
provirus pada sisi hulu suatu proto-onkogen sel pejamu.
Dalam proses replikasi virus berikutnya terjadi
penggabungan proto-onkogen sel pejamu ke dalam genom MANDIRI DALAM HAL S!NYAL.SINYAL
virus. Selanjutnya ekspresi proto-onkogen dikendalikan PERTUMBUHAN
sepenuhnya oleh virus yang infeksinya bersifat menetap
ini. Mekanisme onkogenesis non-transforming Murphy dan Adrian mengkultur galur sel kanker pankreas
retroviruses terjadi oleh karena virus-virus dalam kelompok dalam media tanpa serum. Mereka mendapatkan bahwa
ini menginsersi provirus berdekatan dengan proto- tingkat proliferasi sel lebih tinggi bila media tidak sering
onkogen sel pejamu dan provirus ini berperan sebagai diganti dibandingkan bila media sering diganti atau dikultur

t4t3
l4t4 ONKOI.OGIMEDIK

bersama-sama dengan penghambat tyrosine kinase kelangsungan hidupnyao. Frassanito dan kawan-kawan
reseptor F,GF (ep ide rmal g row th factor) ata.u penghambat meneliti sel mieloma denganJlow cytometry, sel mieloma
MEK (MAPK/ERK kinase). Selain itu aktivitas ERK didefinisikan sebagai sel mononuklear sumsum tulang yang
(extracelular regulated protein kinase) I du2 dan kadar positif untuk CD38 dan positif untuk syndecan-1 (CD138).
mRNA dari c7 un dar, c-fos meningkat bermakna bila dikultur Ternyata pada sel-sel CD38+ dan syndecan-1+ ini
berkesinambungan dalam media bebas serum. ditemukan Il-6 intrasitoplasmik. Gejala ini membuktikan
Serum pada media kultur sel binatang, termasuk sel bahwa sel-sel mieloma menghasilkan sendiri n-6 atau biasa
manusia tertentu, berfungsi sebagai penyedia pelbagai disebut gejala autokrin.
senyawa polipeptida faktor pertumbuhan. Faktor-faktor
pertumbuhan ini berperan sebagai pengatur, yang tak
tergantikan, pertumbuhan dan diferensiasi sel dan sebagai TIDAK SENSITIF TERHADAP SINYAL.SINYAL
sarana komunikasi antar sel. PENGHAMBAT PERTUMBUHAN
Mitogen activated protein kinase (MAPK) adalah
sekelompok protein yang diaktifkan oleh berbagai Sinyal-sinyal penghambat pertumbuhan bekerja melalui
rangsang ekstraselular dan berfungsi menyampaikan siklus sel, oleh karena pada siklus sel inilah sel diatur kapan
sinyal rangsang tersebut ke inti sel. Salah satu keluarga berproliferasi, berdiferensiasi atau masuk ke fase diam
dari MAPK ini adalah extracelular regulated protein (quiescent atau Go).
kinase (ERK) 1 dan 2;, kedua protein ini diaktifkan secara Siklus sel adalah suatu proses yang tertata amat teratur
kuat oleh EGF dan PDGF (platelet derived growthfactor) untuk menggandakan dan menebarkan informasi genetik
melalui jalur Ras/Raf/NIAPK. Kelompok protein kedua pada dari satu generasi sel ke generasi yang berikutnya. Selama
MAPK adalah kelompok yang salah satu anggotanya proses ini berjalan, DNA harus digandakan secara tepat
c-Jun-N-terminal Kinase (JNK), protein ini suatu enzim dan salinan kromosom harus dibagikan tepat sama jumlah
yang mampu mengaktifkan AP-1 (activator protein-l) pada kedua sel anak yang terbentuk. Siklus sel dapat
yaitu suatu faktor transkripsi. Sinyal yang diterima reseptor dibedakan menjadi beberapa tahap yang terpisah jelas
akan diteruskan ke inti sel melalaui kaskade Ras-+Erkl/ yartu:
2, c-Fos atau Rac+ JNK, c-Jun dan selanjutnya ' Gr(BaP 1) suatu interval atau celah antara mitosis (fase
heterodimer c-Jun/c-Fos bertindak sebagai faktor M) dan sintesis DNA (fase S). Selama fase G, ini sel
transkripsi. Faktor transkripsi AP-l sebenarnya suatu dapat mengalami stimulasi dari berbagai mitogen dan
kelompok protein yang terdiri atas 2 keluarga yaitu faktor pertumbthan (growth factor) ekstraselular
keluarga c-Jun yang terdiri atas c-Jun, JunB dan JunD. . Selanjutnya sel memasuki fase S, pada fase ini DNA
Sedangkan keluarga yang lain adalah c-Fos yang terdiri digandakan dengan cara membuat salinan
dari c-Fos, FosB, Fra-l dan Fra-2. Stimulasi EGF akan komplemenny a (c omp lement ary c o py)
menyebabkan transkripsi gen c-fos. MAPK juga dapat ' G, (TaP 2) adalah interval atau celah antara
mengakibatkan transkripsi gen c-jun. penyempumaan sintesis DNA (fase S) dan mitosis (fase
Dengan demikian Murphy dan Adrian membuktikan M)
bahwa galur sel kanker pankreas dapat hidup dan tumbuh . Fase M ditandai dengan
dalam media kultur tanpa dukungan faktor pertumbuhan - Pembentukan benang-benang mitotik yang terpisah
dari serum. Fakor pertumbuhan yang berperan di sini EGF pada kedua kutub sel
karena dapat dihambat oleh penghambat tyrosine kinase - Pemisahan khromatid menjadi dua bagian yang
EGF. Kemudian sinyal EGF ini melalui jalur Ras+ sama persis dalam kualitas dan kuantitas (two sis-
MAPK-;Ap-1 sampai ke inti sel, oleh karena terdapat ter chromatids)
peningkatan kadar ERK1 dan ERK2 di samping peningkatan - Pembelahan sel
kadarmRNA c-jun dan c-fos. Kesimpulan galur sel kanker
pankreas dapat memsintesis sendiri EGF yang Dalam pengaturan proliferasi sel tahap G,/S memegang
dibutuhkannya. peranan terpenting. Pada lebih kurang sepertiga akhir fase
Secara in vivo ketidaktergantungan sel kanker terhadap G, terdapat suatu periode yang disebut restriction point-
faktor pertumbuhan dari sel lain dapat dilihat pada mieloma Restriction point sebenmrrya hanya merupakan salah satu
multipel (MM). Interleukin-6 (Il-6) merupakan faktor dari pos pemeriksaan (checkpoint) yang terdapat dalam
pertumbuhan utama yang terlibat dalam kelangsungan siklus sel. Peraturan siklus sel menetapkan bahwa harus
hidup sel-sel MM manusia. Namun demikian ternyata dapat dipastikan semua langkah dalam setiap fase sudah
dapat dibuat galur sel mieloma manusia(human myeloma benar-benar sempurna selesai pada waktu memasuki fase
cell line = HMCL) dari setiap pasien MM tahap akhir dan berikutnya. Untuk itu beberapa pos pemeriksaan (check-
galur sel ini tidak membutuhkan Il-6 untuk kelangsungan point) pemantau keutuhan DNA ditempatkan secara
hidupnya, dengan perkataan lain sel-sel mieloma pada strategis di akhir fase G, dan pada ambang peralihan fase
pasien MM tahap akhir dapat membuat sendiri Il-6 untuk GrlI\4 guna mencegah gerak maju atau perambatan siklus
ASPEK SELUI.AR DAI\ MOLEKULAR KANKER t4t5

pada sel yang mengalami mutasi atau kerusakan. Restiction keluarga KIP (kinase inhibitory protein yang terdiri dari
point ini dikawal oleh protein RB (pRB, retinoblastoma), p2l, p27 dan p57). Ke hilir hambatan terhadap CDK4|6
pRB bertindak memantau keutuhan DNA. Dalam keadaan berarti menghambat fosforilasi pRB, lanjut ke hilir lagi
tidak terfosforilasi pRB mengikat protein lain yaitu E2F. berarti tidakmampu melepaskan E2F yang diperlukanuntuk
E2F adalah suatu faktor transkripsi. Bila DNA dalam mentranskripsi gen-gen yang dibutuhkan untuk menembus
keadaan utuh maka terjadi fosforilasi pRB oleh CDK4/CDK6 restriction point.Hambatan secara tidak langsung berupa
(cyclin dependent kinase), akibat fosforilasi pRB, maka mengurangi fungsi gerl c-myc, yaitu dengan cara
pRB tidak dapat lagi mengikatB2F. E2F yang terlepas akan menghambat transkripsinya, padahal protein c-Myc (hasil
menyebabkan transkripsi beberapa gen termasuk di dari gen c-myc) berperan menghambat pl5INru. p15NKb ini
antaranya gen untuk cyclinE, cyclinE ini dibutuhkan sel sendiri berfungsi menghambat aktifasi CDK4/ 6 y angberrti
untuk menembus restriction point. Beberapa protein dapat menghambat laju siklus sel di fase G,. Jadi stimulasi TGF-
menghambat fosforilasi pRB, protein-protein itu antara lain B akan mengakibatkan peningkatan kadar pl5NKb sehingga
p53, pl6INKa', p19o* danp2l. p53 bekerja mengaktifkan aktivitas CDK4/6 berkurang yang berarti pRB tidak
p2 I dan p ada gilir anny a p2l men ghambat CDK4/ 6. p I 9* terfosforilasi dan ke hilir ini berarti restriction point G,
bekeia dengan cara menginaktivasi MDM2, inaktif MDM2 tidak dapat ditembus. Sinyal-sinyal dari TGF-p juga
tidak dapat menghambat p53 sehingga p53 dapat berperan dalam gerak maju siklus sel dari G, ke M.
mengaktifkan p2 1 . p I 6NKa" bekerj a langsung menginaktivasi Peranan TGF-B pada pertumbuhan kanker dapat dilihat
CDK4|6 sehingga tidak dapat memfosforilasi pRB. Apabila pada pengaruh ekspresi reseptor TGF-B pada patogenesis
terjadi kerusakan DNA maka siklus sel akan dihambat KSS atau SCC (karsinoma sel skuamosa ataLt squamous
terutama di G,, bila kerusakan DNA tak mungkin diperbaiki cell carcinoma) leher dan kepala. Tingkat diferensiasi KSS
maka sel akan melakukan apoptosis. dan kecenderungan infiltrasi KSS temyata dipengaruhi
Kerusakan DNA akan mengaktifkan ATM (ataxia- oleh tingkat ekspresi reseptor TGF-p Makin buruk tingkat
te langie ctasia mutatecf , suatu phosphoinositide-3-kinase diferensiasi dan makin cenderung untukberinfiltrasi maka
yang dapat memfosforilasi asam amino serine pada p53, makin sedikit pula ekspresi reseptor TGF-p dipermukaan
sehingga terjadi aktifasi p53. Ke hilir aktifasi p53 ini sel.
menghambat fosforilasi pRB sehinggaE2F tetap rerikat Pada kanker buli-buli berkurangnya ekspresi gen TGF-
pada pRB yang berarti siklus sel ditahan pada fase G,. B, berkaitan erat dengan derajat keganasan tinggi kanker
Aktivasi ATM akibat kerusakan DNA juga dapat buli-buli dan tingkat penyakit lanjut. Sedangkan kehilangan
mengaktifkan protein yang disebut HuCdsl. Pada ekspresi reseptor TGF-p berdampak pada derajat penyakit
gilirannya aktifasi HuCds 1 akan menghambat CDK1, pro- (grade) yang lebih tinggi, tingkat penyakit (stage) yang
tein yang mendorong siklus sel dari G, ke M, sehingga lebih tinggi, metastasis kelenjar getah bening, progresi
siklus sel ditahan pada fase G, dan itu berarti mitosis penyakit dan tingkat kelanjutan hidup yang lebih rendah.
dihambat.
Sinyal-sinyal yang berasal dari TGF-p (transfurming
growth factor B) mengendalikan berbagai proses selular MAMPU MENGHINDAR DARI APOPTOSIS
seperti proliferasi, identifikasi, differensiasi, apoptosis dan
pembentukan dalam embriogenesis. Umumnya sinyal- Berbagai sinyal kematian fisiologik, sebagaimana juga
sinyal dari TGF-B ini mempunyai efek negatif terhadap berbagai cedera sel yang patologik, dapat memicu proses
pertumbuhan sel, oleh karena itulah tidak mengherankan apoptosis yang terprogram secara genetik. Sedangkan
bila inaktifasi jalur sinyal TGF-B berperan dalam tumor wujud pelaksanaan sinyal kematian ini ke hilir terbagi
genesis. Ikatan TGF-p sebagai ligand terhadap reseptomya menjadi 2 jalw utama yaitu jalur Caspase dan jalur
akan mengakibatkan hetero-dimerisasi reseptor TGF-p. kerusakan organel selular, dan organel selular yang paling
Selanjutnya reseptor ini akan memfosforilasi Smad4, Smad4 banyak diketahui dalam kaitan dengan apoptosis ini adalah
terfosfosforilasi akan membentuk dimer dengan Smad4 mitokondria. Oleh karena anggota keluarga protein Bcl-2
inaktif dan tertranslokasi ke inti seI. Di dalam inti sel dimer berada pada posisi hulu dalam peristiwa kerusakan sel
Smad4 akan bekerja menghambat ekspresi c-myc dan yang irreversibel dan oleh karena sebagian besar
meningkatkan ekspresi protein-protein inhibitor siklus sel peranannya dalam peristiwa tersebut terpusat pada
baik dari keluarga INK maupun dari keluarga KIP. mitokondria, maka anggota keluarga protein Bcl-2 ini
TGF-B mampu menghambat proliferasi sel-sel epitel, berperan menentukan dalam membuat keputusan apakah
endotel, hematopoietik dan beberapa jeins sel-sel suatu sel akan mati atau tetap terus hidup.
mesenkhim. Hambatan proliferasi ini dapat langsung yaitu Proto-onkogenbcl-2 semula ditemukan pada limfoma
terhadap CDK fase G,, yaitu CDK4/6 dan juga CDK2. sel B (B cell lymphoma) dengan t( 14; I 8). Anggota keluarga
Hambatan terhadap CDK4/6 terjadi melalui pengaktifan protein Bcl-2 ini ternyata ada yang bersifat pro-apoptotik
penghambat CDK baik dari keluarga NK4 (inhibitor CDK4 seperti Bax, Bak dan Bcl-X., dan sebaliknya adapula yang
yang terdiri dari p15, p16, p18 dan p19) maupun dari bersifat anti-apoptotik atau pro-.rrr?ival seperti Bcl-2 dan
L4t6 ONKOI.OGIMEDIK

Bcl-Xr. Protein keluarga Bcl-2 ini mempunyai zl hrrah Cooper GM, Hausman RE. Growth of animal cells in culture In: The
domain pada setiap anggotanya, keempatdomaln itu BH1 cell. A molecular approach. 3'd edition Washington, ASM
(Bcl-2 homology),BH2, BH3 dan BH4. Setiap anggota Press;2004.p.29-33
Canman CE, Lim D-S, Cimprich KA, Taya Y, Tamai K, Sakaguchi
keluarga Bcl-2 anti-apoptotik selalu memptnyai domain
K, Appella E, Kastan MB, Siliciano JD. Activation of the AfM
BH4 sebaliknya anggota keluarga Bcl-2 pro-apoptotik kinase by ionizing radiation and phosphorylation of p53 Sci-
justru tak mempuryaa domainBHL in\. DomainBH3 diyakini ence, 1998; 281: 16'77-1919
berperan penting sebagai domain kematian pada anggota De Cesare D, Jacquot S, Hanauer A, Sassoni-Corsi P. Rsk-2 activity
keluarga pro-apoptotik. Anggapan ini dibenarkan oleh is necessary for epidermal growth factor-induced phosphoryla-
ditemukannya anggota keluarga protein Bcl-2 yang hanya tion of CREB protein and transcri.ption of c-fos gene. Proc
Natl Acad Sci; 1998, 95 12202-'7
memiliki domain BH3 saja seperti Bad dan Bid yang
Donovan J, Slingerland J. Transforming growth tactor-B and breast
keduanya ternyata bersifat pro-apoptotik. Semua anggota cancer . Cel1 cycle arrest by transforming growth factor-p and
keluarga protein ini mampu berdimerisasi baik homo maupun its disruption in cancer Breast Cancer Res, 2000; 2: 116-21
heterodimer sehingga diyakini bahwa proses dimerisasi ini Frassanito MA. Cusmai A. Iodice G, Dammacco F Autocrine
akan dapat mengakibatkan netralisasi efek masing-masi ng. interleukin-6 production and highly malignant multiple
Terbukti memang rasio antara pro-apoptotik dan myeloma: relatlon with resistance to drug-induced apoptosi:
anti-apoptotik dapat menentukan apakah akan terjadi Blood, 2001; 97: 483-89
Gross A, McDonnell JM, Korsmeyer SJ. BCL-2 family members and
apoptosis atau tidak. Anggota keluarga protein Bcl-2 anti-
the mitochondria in apoptosis. Gen Develop; 1999, l3: 1899 -
apoptotik terdapat sebagai bagian yang terpisalrkan (bagian 191 I
integral) dari membran mitochondria, sedangkan anggota Hill RP. Tannock IF. Introduction to cancer biology In: Tannock
keluarga pro-apoptotik terdapat di dalam sitosol atau IF. Hill RP The basic science of oncology. 3'd edition. 1998.
sitoskelet. \4cGrau-Hill. Neu York: I- 5

Sinyal kematian mengakibatkan Bax atau Bak Hanahan D. Rreinberg RA The hallmark of cancer Cell: 2000. 100:

(pro-apoptotik) berubah bentuk stereometriknya sehingga 51 -70


Israels ED, Israels LG. The cell c1'cle Oncologist 1000: 5: -:10-1-i
memaparkan amino terminusnya dan melepaskan sebagian
Murphy LO, Cluck MW Lovas S, Otuo. F. Murphr RF Schalll A\'.
dari asam-asam amino pada sisi amino terminus ini. Permert J, Larsson J, Knezetic JA, Adrian TE. Pancreatic can-
Perubahan ini mengakibatkan Bax atau Bak dapat cer cells require an EGF receptor-mediated autocrine pathwal'
bergabung dengan membran mitokondria dan menjadi for proliferation in serum free condition Brit J Cancer; 2001,
bagian integralnya serta dapat mengalami dimerisasi. Rasio 84: 926 - 935
antara Bax, Bak dan Bcl-X. (pro-apoptotik), yang telah Manson MM, Holloway KA, Howells LM, Hudson EA, Plummer
SM, Squires MS, Prigent SA. Modulation of signal-rransduction
terintegrasi di membran mitochondria, di satu sisi dengan
pathways by chemopreventive agents Biochem Soc Transc;
Bcl-2 dan Bcl-X. (anti-apoptotik), yang memang bagian
2000.28:7 - 12
integral membran mitokondria, di sisi lain inilah yang akan N{urakami \{. Lri \1. Tba H Fra-1-positive autoregulatorl loop
menentukan nasib suatu sel untuk mengalami apoptosis triggered b1' mitogen-actirated protein kinase (\{APK) and
atau tidak. Fra-2 phosphorylation sites by MAPK. Cell Growth Differ:1999'
10:333-42
Muro-Cacho CA, Anderson M, Cordero J, Mubos-Antonia T.
REFERENSI Expression of transforming growth factor A type lI receptor in
head and neck squamous cell carcinoma. Clin Cancer Res, 1999;
Butel JS. Viral carcinogenesis: revelation of molecular mechanism 5: 1243-48
and etiology of human disease Carcinogenesis; 2000;21: 405 Shi Massagu6 J Mechanism of TGF-d signalling lrom cell mem-
!
426 brane to the nucleus Cell. 2003; 685 700
Banin S, Moyal L, Shieh S-Y, Taya ! Anderson CW, Chessa L' Wamer BJ. Blain SW, Seoane J, Massagu6 J Myc downregulation by
Smorodinsky NI, Prives C, Reiss Y, Shiloh Y, Ziv Y. Enhanced transforming growth factor A required for activation of the
phosphorylation of p53 by ATM in response to DNA damage. pl4INKb Gl arest pathway Mol Cel Biol, 1999; 19: 5973-22.
Science, 1998; 281: 161 4-11 Weinberger RA. Oncogenes and the molecular biology of cancer J
Brown AL, Lee C-H, Schwarz JK, Mitiku N, Piwnica-Worms H, Cell Biol, 1983; 97: 1661 1662
Chung JH. A human Cds-1 related kinase that function down- Zhang X-G, Gu J-J, Lu Z-L, Yasukawa K, Yancopoulos GD, Turner
stream of AIM protein in cellular response to DNA damage. K, Shoyab M, Taga T, Kishimoto T, Bataille R, Klein B Ciliary
Proc Natl Acad Sci, 1999;96 3745-50 Neurotropic Factor, Interleukin 11, Leukemia Inhibitory Fac-
Bryan R! Hussain SA, James ND, Jankowski JA, Wallace DMA. tor, and Oncostatin M are growth factors for human myeloma
Molecuiar pathway in bladder cancer: partl. Brit J Urol Intern, cell lines using the Interleukin 6 signal transducer gpl30. J Exp
2005: 95: 485-90. Medl1994, 111: 1331 -42.
225
TEKNIK.TEKNIK BIOLOGI MOLEKULAR
DAN SELULAR PADA KANKER
Bambang Karsono

PENDAHULUAN Enzim endonuklease restriksi adalah enzim yang


dihasilkan oleh sel prokaryote yang dapat mengenali
Berkembangnya kemampuan teknik pemeriksaan di bidang rangkaian basa tertentu dalam DNA heliks ganda, contoh
biologi molekular telah mendorong perubahan yang cepat EcoRI yang berasal dari E. coli serotipe RI dapat mengenali
dalam kemampuan membuat diagnosis kelainan genetik. rangkaian basa GAAITC dan memotong DNAheliks ganda
Di masa yang lampau kelainan genetik didiagnosis secara di antara G dan A pada rangkaian tersebut.
deduktif dari manifestasi fenotipnya.. yaitu den-uan kriteria DNA polymerase adalah enzim yang dapat menggunakan
klinis dan pemeriksaan biokimiawi. Kriteria klinis senngkali dan merubah deoksinukleotida-5'trifosfat menjadi
meragukan, di samping itu kelainan genetik kadang-kadang deoksinukleotida-5' monofosfat dan merangkaikannya ke
butuh waktu lama baru bermanifestasi. Pemeriksaan ujung terminal -OH 3' dari primer DNA.
biokimiawi juga sering membingungkan dan kadang perlu
Nukleotida adalah suatu senyawa yang terdiri dari gula,
tindakan invasif. Kriteria klinis dan uji biokimiawi jelas tak
dapat berupa ribosa pada RNA atau deoksiribosa pada
mungkin untuk medeteksi carrier kelainan genetik dan
DNA, basa yang dapat berupa basa purin yaitu adenin dan
membuat diagnosis kelainan genetik secara antenatal.
guanin dan basa pirimidin yaitu sitosin dan timin (uridin
Keterbatasan yang penting dari metoda diagnostik
sebagai ganti timin pada RNA) serta fosfat.
molekular adalah perubahan genetik yang
melatarbelakangi penyakit keturunan seringkali amat dNTP, merupakan kependekan dari deoksi nukleotida
heterogen. Kita tahu bahwa mutasi pada gen ini dapat trifosfat. Nukleotida di sini dapat berarti adenin, guanin.
berupa, delesi suatu wilayah (region) kromosom, delesi sitosin atau timin. Oleh enzim DNA polimerase akan dirubah
gen, delesi exon, duplikasi rangkaian nukleotida, insersi menjadi deoksimonofosfat dan dirangkaikan menjadi
suatu rangkaian nukleotida dan mutasi titlk (point untaian DNA.
mutation). Apapun bentuk mutasi genetiknya yang pasti Oligonukleotida adalah segmen rantai tunggal DNA yang
mutasi ini menyebabkan hilangnya fungsi gen tersebut. seringkali berasal dari DNA synthesizer.
Dalam taraf molekular kadang-kadang kelainan gen ini Primer,suatu oligonukleotida yang merupakan pasangan
seragam seperti misalnya pada penyakit sel bulan sabit komplemen dari segmen kecil DNA rantai tunggal atau
(sickle cell), namrn dapat juga amat heterogen seperti RNA. Primer digunakan dalam reaksi PCR untuk mensintesis
misalnya pada fibrosis kistik. kopi pasangan komplemen dari template DNA atau
templateRNA.

BEBERAPA ISTILAH BIOLOGI MOLEKULAR Upstream primer adalah primer yang berpasangan dengan
segmen DNA pada ujung 5' dari template strand DNA.
Untuk dapat memahami metoda pemeriksaan biologi Sedangkan downstream primer berpasangan dengan ujung
molekular, maka dalam paragraf ini akan drlelaskan beberapa 5' dari coding strand DNA atau jika dilihat dari template
pengerlian yang lazim digunakan dalam biologi molekular. strand, pada ujung 3'.

L417
1418 ONKOI-OGIMEDIK

Probe atau Pelacak DNA adalah potongan DNA yang kemungkinan untuk 2 sel B memiliki has7l rearrangment
berlabel dan digunakan untuk mengidentifikasi rangkaian yang sama sangat kecil. Dengan perkataan lain IgH dapat
urutan basa yang merupakan pasangan komplemennya di menjadi sidik jari bagi setiap sel limfosit B. Apabila sebuah
dalam genom, kromosom atau sel. sel limfosit B kemudian tumbuh menjadi satu klon yang
besar, entah oleh karena keganasan atau oleh karena respon
terhadap antigen, maka dengan sendirinya setiap sel B
BEBERAPA PENYAKIT AKIBAT KELAINAN GEN dalam klon tersebut mempunyai sidik jari gen IgH yang
sama. Dan oleh karena jumlahnya besar maka klon ini tentu
Mutasi titik terjadi pada kodon ke- 6 gen B globin, yaitu lebih mudah terdeteksi dibandingkan dengan sel B yang
adenin digantikan oleh timin, sehingga terjadi penggantian tidak tumbuh menjadi klon. Keadaan inilah yang digunakan
asam amino asam glutamat oleh valin pada protein p globin. untuk mendeteksi adanya pertumbuhan sel B monoklonal
Kelainan pada protein p globin ini berakibat pada secara molekular.
terbentuknya sel bulan sabit.
Penggantian basa guanin oleh adenin pada basa ke
169 1 gen faktor V mengakibatkan penukaran asam amino TEKNIK PEMERIKSAAN DALAM BIOLOGI
ke 506 pada protein faktor V dari arginin menjadi glutamin. MOLEKULAR
Protein faktor V dengan kelainan ini menjadi resisten
terhadap pemecahan oleh protein C dan protein S. Elektroforesis adalah suatu cara untuk memisahkan
Resistensi faktor V ini secara klinis menimbulkan trombosis molekul bermuatan listrik berdasarkan perbedaan massa
vena dan emboli paru-paru. dan muatan listriknya di dalam suatu medan listrik. Makin
Pada leukemia granulositik kronik dikenal kelainan yang basar massanya maka makin lambat molekul ini bergerak,
disebut khoromosom Ph. Pada kromosom Ph' ini sebaliknya makin besar muatan listriknya makin cepat
sebenarnya terjadi perpindahan yang bersifat resiprokal molekul ini bergerak. Agar pemisahan ini dapat terlihat
antara sebagian dari gen abl di kromosom 9 dan sebagian jelas maka molekul yang akan dipisahkan ini harus
gen bcr di kromosom 22 sehingga terbentuk gen chimera diletakkan dalam suatu zona teftentu dan mulai bergerak
yaitu gen BCR-ABL. Sedikitnya ada dua varian gen BCR- dari satu titik yang sama. Sebagai zona pemisahan dipakai
ABL ini yaitu varian yang membentuk protein p210 dan 2 macam media yaitu gel agar atau gel poliakrilamid,
varian yang membentuk protein p190. sedangkan molekul yang diperiksa dapat berupa protein
Ketiga penyakit di atas menggambarkan 2 jenis mutasi atau asam nukleat (DNA atau RNA).
genetik yang berbeda ekstrim namun maknanya secara klinis Polymerase chain reaction (PCR) adalah suatu metoda
sama saja. Substitusi basa pada suatu gen tentu saja tidak in vitro untuk mensintesis suatu rangkaian DNA spesifik
akan merubah ukuran gen tersebut, namun demikian dapat secara enzimatis dengan menggunakan sepasang primer
merubah bentuk stereoskopis dari segmen DNA rantai oligonukleotida yang berhibridisasi dengan rantai DNA
tunggal gen tersebut. Selain itu perubahan dalam susunan yang berhadapan dan mengapit suatu wilayah tertentu di
basa menyebabkan perubahan pula pada trtik potong enzim DNA sasaran. Teknik ini pertama kali ditemukan oleh
restriksi endonuklease terhadap segmen DNA rantai tunggal Mullis pada tahun 1985. PCR pada saat ini umumnya
dari gen tersebut. Kedua perubahan ini dapat dimanfaatkan dilakukan di blok pemanas dai thermal cycler, alat ini
untuk mendeteksinya. Pada gen BCR-ABL jelas terdapat berfungsi untuk merubah-rubah suhu sesuai dengan
perbedaan ukuran gen chimera dengan gen yang asli. langkah dan siklus PCR. Langkah-langkah dalam PCR
Perbedaan ukuran inilah yang digunakan untuk menemukan dimulai dengan denaturasi pada suhu 94'C selanjutnya
mutasi tersebut. langkah annealing pada suhu 55'C dan terakhir ekstensi
Sel-sel limfosit B dalam proses maturasinya dari pada suhu 72"C, ketiga langkah ini disebut satu siklus,
limfoblas menjadi prolimfosit dan limfosit mengalami proses selanjutnya siklus ini diulang-ulang sampai 25-40 kali. Pada
rearrangmenl pada gen yang membentuk imunoglobulin Iangkah denaturasi DNA rantai ganda dipisahkan menjadi
baik pada heavy chain maupun pada light chain. Proses rantai tunggal, selanjutnya pada langkah annealing primer
rearrangment ini bersifat unik dalam proses maturasi berhibridisasi dengan DNA rantai tunggal dan akhirnya
setiap sel B, sehingga susunan gen imunoglobulin ini pada pada saat ekstensi primer mengalami polimerisasi dengan
setiap sel Bpun unik. Gen imunoglobulin unlutk heavy bantuan enzim DNA polimerase. DNA polimerase yang
chainberasal dari 50 gen kelompok variabel (VH gene), 30 dipakai dalam reaksi ini bersifat tahan terhadap suhu tinggi
gen kelompok diversity gene (DH gene) dan 6 gen dari sehingga tidak kehilangan aktivitasnya walaupun terkena
kelompok joining gene (JH gene). Oleh karena demikian suhu tinggi pada langkah denaturasi. DNA polimerase
banyak gen yang mengalami rearrangment dalam gen yang tahan panas ini berasal dari suatu bakteri
imunglobulin heavy chain (IgH) ini, maka wajar bila variasi termoasidofilus yaitu Thermus aquaticus yang diasingkan
hasll rearrangment inipun sangat besar, sehingga dari mata air panas di Yellowstone National Park.
TEKNIK.JTEKNIK BIOLOGI MOLEKULAR DAN SELULAR PADA KANKER t4t9

PCR juga dapat dilaksanakan dengan bahan secara biologi molekular.


pemeriksaan RNA, teknik ini disebut RIPCR (Reverse Cara pertama adalah dengan memanfaatkan perbedaan
trans criptas e-PCR). Mula-mul a dilakukan yang disebut titik potong pada untaian DNA yang terdapat di gen chi-
first strand synthe.sis yaitu membuat kopi pasangan mera dan yang terdapat pada masing-masing gen asalnya
komplemen DNA dengan RNA sebagai cetakan(template). oleh enzim endonuklease restriksi. Setelah DNA dipotong
DNA rantai tunggal pertama ini kemudian menjadi cetakan dengan enzim tersebut lalu dilakukan elektroforesis,
untuk proses PCR biasa. First strand synthesis selanjutnya dilakukan transfer Southem ke membran nilon
dilaksanakan dengan mengunakan enzim reverse tran- atau nitroselulosa. Pelacak DNA yang dapat dibeli secara
scriptase yang berasal dari Avian Myeloblastosis yirus komersial hanya akan berhibridisasi dengan potonganan
(AMV) atau dari Moloney murin leukemia virus (MuLV). DNA yang berasal dari gen BCR-ABL dan tidak akan
Teknik Southern blot mula-mula diperkenalkan oleh berhibridisasi dengan potongan DNA yang berasal
E.M. Southern pada tahun 1975, pada saat itu ia masing-masing gen asal. Jadi bila ditemukan hibridisasi
memindahkan fragmen DNA yang telah dipisahkan secara pelacak DNA maka itu berarti terjadi translokasi, demikian
elektroforesis ke membran nitroselulosa lalu divisualisasi pula sebaliknya. Dengan teknik in dapat dibuktikan bahwa
dengan pelacak DNA radioaktif. Secara prinsip teknik titik pisah yang terdapat pada gen bcr sedikitnya ada 2
Southern blot meliputi 3 pekerjaan yaitu: pertama, tempat, yang diduga berhubungan dengan jenis krisis
elektroforesis terhadap DNA untuk memisahkan fragmen- blastik yang terjadi pada pasien LGK.
fragmen DNA berdasarkan ukurannya. Kedua, fragmen Cara kedua adalah dengan teknik RT-PCR. Teknik ini
DNA yang telah terpisahkan tadi ditransfer ke suatu memanfaatkan perbedaan yang terjadi pada transkripsi
penyangga padat dalam hal ini membran baik nitroselulosa DNA gen menjadi mRNA, mRNA yang barasal dari fusi
maupun nilon, dengan tetap mempertahankan gen BCR-ABL tentu berbeda urutan basanya dengan
keterpisahannya tersebut. Terakhir, fragmen DNA yang urutan basa mRNA yang berasal dari transkripsi masing-
sudah berada dalam fase padat ini kemudian divisualisasi masing gen asal. Dengan menggunakan primer yang hanya
dengan pelacak DNA. Teknik ini kemudian dikembangkan dapat beranneal dengan gen fusi, maka tentu saja bila
untuk RNA dan disebut Northern blot dan untuk protein fusi tak terjadi tak ada produk RT-PCR. Dengan
disebut sebagai Western blot. menggunakan 2 pasang primer yang berbeda tefiryata
Teknik single strand conformation polymorphism dapat ditemtkan 2 jenis fusi gen BCR-ABL yang
(SSCP) pertamakali dikemukan oleh Orita dan karvan-kawan tergantung dari letak titik pisah pada gen bcr. Keduajenis
pada tahun 1989 untuk menguji saring polimorhsme DNA. gen fusi tersebut menghasilkan produk RT-PCR yang
Mutasi titik, insersi dan delesi pada suatu fragmen DNA berbeda ukurannya yaitu masing-masing berukuran 456
cukup mampu untuk merubah bentuk stereoskopis bp dan 385 bp. Pemeriksaan molekular untuk gen BCR-
(=konformasi) fragmen DNA rantai tunggal sehingga ABL ini bermanfaat untuk melihat sisa penyakit minimal
merubah juga kecepatan migrasinya dalam elektroforesis. (mirrinml residual disease=mrd) pada pasien LGK yang
Kecepatan migrasi DNA yang akan diuji dibandingkan mendapat transplantasi sumsum tulang, di samping itu juga
dengan kecepatan migrasi DNA yang telah diketahui tidak untuk memantau terjadinya relaps atau kegagalan tumbuh
mengalami mutasi (wild bila ternyata ditemukan transplant.
perbedaan jauh migrasi dalam
^,pe), elektroforesis,maka itu Salah satu penyebab trombosis vena dalam adalah
berarti DNA yang diuji telah mengalami mutasi. Untuk faktor V yang resisten terhadap protein C yang teraktifasi
mengetahui jenis mutasi memang tidak dapat dengan (APC resistant Faktor Y APC = activated protein C) atalu
memakai teknik SSCP, untuk itu diperlukan sekuensing. yang disebutjuga faktor V Leiden. Penyakit ini relatifbaru
ditemukan yaitu pada tahun 1993. Prevalensinya di
kalangan donor darah di Canada cukup tinggi yuttr 5.37o,
BEBERAPA CONTOH PEMERIKSAAN BIOLOGI sedangkan di kalangan orang Indonesia diduga tidak ada.
MOLEKULAR DALAM KLINIK Diagnosis pasti penyakit ini hanyalah dengan pemeriksaan
molekular. Dengan teknik PCR gen faktorV ini diamplifftasi,
Untuk menemukan translokasi t(.9q;22q) pada leukernia produk amplifikasinya kemudian diinkubasi dengan enzim
granulositik kronik atau leukemia limfoblastik akut selain endonuklease restriksi. Hasil digesti dengan enzim tersebut
dengan cara karyotyping dapat juga dilakukan dengan kemudian dielektroforesis. Gen faktor V normal(wild tlpe)
teknik biologi molekular. Translokasi gen bcr (bre akpoint memberikan hasil 3 buah pita dengan ukuran 163 bp, 49 bp
cluster region) pada kromosom22ke gen abl (Abelson) dan 3l bp. Mutasi homozigot pada gen ini akan
pada kromosom 9 menyebabkan terbentuknya gen baru menampakkan pita elektroforesis berukuran 200bp dan 49
yaitu gen BCR-ABL yang tentu saja memiliki karakteristik bp. sedangkan mutasi heterozigot akan menampakkan
yang berbeda dengan karakteristik masing-masing gen keempat pita kombinasi dari wild type dan mutont yairu
asalnya. Ada dua cara untuk mendeteksi translokasi ini 200 bp, 163 bp, 49 bp dan 37 bp. Seorang pasien trombosis
r420 OIIKOI.OGIMEDIK

vena yang ditemukan mengalami mutasi gen faktor V ini bp tersebut di atas. Bilapemeriksaan ini dilakukan terhadap
mungkin perlu mendapat terapi antikoagulan seumur hidrip pasien keganasan limtbsjt B seperti limfoma malignum sel
oleh karena risiko untuk mengalami rekurensi lebih tinggi B, LLA dan MM sebelurn dilakukan pengobatan, maka
daripada pasien tanpa mutasi gen. pemeriksaan ulang sesudah pengobatan dapat digunakan
Rearrangemenl gen IgH yang bersifat unik untuk setiap sebagai cara untuk mendeteksi mrd.
sel limfosit B ini juga bersifat monoklonal baik pada sel Gen BRCA- I pertama kali ditemukan pada tahun 1 994
normal maupun pada penyakit-penyakit li mfoproliferatif. oleh Miki dan kawan-kawan. Mereka menemukan gen ini
Pemeriksaan reatangenTenr ini dilakukan terhadap segmen terletak pada kromosom 17q (lengan panjang kromosom
gen IgH yang diapit oleh primer untuk wilayah V dan l7) dan mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap
wilayah J. dengan sepasang prirner ini didapatkan produk kanker payudara dan indung telur. Sejak penemuannya ini
PCR yang berukuran 100-120 bp. Pemeliksaan diawali telah banyak dilakukan per.relitian tentang dampak mutasi
dengan proses PCR, kemudian hasil PCR dielektloforesis gen ini pada pembawanya. Prevaiensinya dikalangan
di gel agarose untuk mencari prta yang bemkuran I00- I2t) pasien kenker payudara dan kanker iudung telur bervariasi.
dikalangan pasien kanker payudara tanpa riwayat penyakit
kanker payudara namun terdiagnosis kanker ini pada usia
kurang dari 35 tahun, prevalensinya sekitar 107o, namun
demikian prevalensi mutasi gen ini pada pasien dengan
liwayat keluarga kanker payudara dan indung telur
mcncapai 40clc. Seseorang dengan mutasi gen BRCA-1
BCR
mernpunyai risiko sampai usia 70 tahun untuk terkena
kankel pal,udala sebesar 8JC/c dar untuk terkena kanker
m-bcr N4-bcr 3-bcr
rndung telur sebesar 4-l?t. Selain itu mutasi ini juga
BCR-ABL meningkatkan risiko seseoraug untuk terkena kanker kolon
dan prostat. Pemeriksaan mutasi gen BRCA-1 diawali
e1 a2
dengan amplifikasi exon-exon tertentu dari gen BRCA- I
b2a2
ini dengan teknik PCR. Hasil PCR diteliti mutunya dengan
b3a2 pemeriksaan elektroforesis agarose. Bila hasil PCR baik
19a2
rnaka. hasil PCR ini didenaturasi lalu dielektroforsis kembali
dalam suasana ternaturasi dan dalarn suhu tertentu di gel
Gambar 1. Gen baru (BCR-ABL) sebagai akibat fusi 2 gen (ABL poliakrilamid. teknik ini disebut SSCP (single .rtrutd
dan BCR) conJorntation pohtnttrph rsrir). Mrrtasi akan merubah

Gambar 2. Prinsip amplifikasi DNA dengan prosedur PCR (polymerase chain


reaction)
TEKNIK-TEKNIK BIOLOGI MOLEKULAR DA}I SELULAR PADA KANKER t42l

konformasi bentuk DNA rantai tunggal (dalam keadaan Lee DH, Henderson PA, BJajchman MA Prevalence of lactor V
terdenaturasi) sehingga berbeda dengan konformasi wlld Leiden in Canadian blood donor population. Can Med Assoc J
155. 1996: 285 - 9I
type, dan ini berakibat perbedaan migrasi pada
Maniatis T, Fritsch EF, Sambrook J Molecular cloning. A Labora-
elektroforesis. Pemeriksaan SSCP ini digunakan sebagai tory Manual Cold Spring Harbor Laboratory 1982
uji saring untuk menemukan mutasi gen, untuk penentuan Morris SW, Daniel L, Ahmed CMI, Elias A, Lebowitz P. Relation-
tipe mutasi harus dilakukan sekuensing. ship of bcr breakpoint to chronic phase duration, survival, and
blast crisis lineage in chronic myelogenous leukemia patients
presenting in early chronic phase. Blood 7-5, 1990: 2035 - 4l
REFERENSI Maloum K, Pritsch O, Dighiero G. Minimal residual disease
detection in B-cell malignancies by assesing IgH rearrangement
Anonymous. Southwestern medical genetics and dysmorphology Hematol Cell Ther 39, 1991:1 19 - 24.
glossary. http://lwaber.swmwd edu/glossarl.htm Miki Y, Swensen J, Shattuck-Eidens D, Futreal PA, et al. A strong
Anonymous. The source for discovery Protocols and applications for the breast and ovarian cancer susceptibility
candidate gene
guide 3'd edition,Promega corporation, 1996 BRCA l. Science, 266, 1991:66 -'71.
Cross NCP Detection of BCR-ABL in hematological malignancies Ridker PM. Hannekens CH, Lindpaintner K, Stampfer MJ, Eisenberg
by lrPCR. In Cotter FE.(ed). Methods in molecular medicine. PR, Miletich JP Mutation in gene coding for coagulation factor
molecular diagnosis of cancer Hun'rana Press Inc. Totowa NJ. V and the risk of myocardial infarction, stroke, and venous
1966, pp 25 - 36. thrombosis in apperently healthy men. N Engl J Med 332,
Davis L, Kuehl M, Battey J Basic methods in molecular biology. 1995: 912 1.
Second edition. Appleton and Lange 1994 Rees DC, Cox M, Clegg JB. World distribution of factor V Leiden.
Erlich HA (ed). PCR technology. Principal and applications tbr Lancet 346, I995: 1133 4.
DNA amplification. M Stockton press 1989, pp 1 5. Ruteshouser EC, Huff V Blotting assays. Cancer Buil 47, 1995: 268
Evans H, Sillibourne J. Detection of the BCR-ABL gene in CML/ - 7t.
ALL patients. Promega Notes Mag 51 , 1996: 2l - 23. Schmid M, Schalasta G. A rapid and reliable PCR based method for
Ford D, Easton DF, Bishop DT, Narod SA, Goldgar DE, Breast detecting the blood coagulation factor V Leiden mutation
Cancer Linkage Risks of cancer in BRCA 1 mutation carriers Biochemica 1991 (3): 12 - 5.

Larcet 343, 1994: 692 - 5. Schwartz RS Jumping genes and the immunoglobulin V gene
Friedman LS, Ostermeyer EA, Szabo CI, Dowd P, Lynch ED, Rowell system N Engl J Med 333, 1995:
SE, King M-C. Confirmation oi BRCAl by analysis of germline Saiki RK The design and optimization of the PCR. In: Erlich HA
mutations linked to breast and ovarian cancer in ten families. (ed). PCR technology. Principal and applications for DNA
Nature Genetics 8: 399 ,104. 199.1 amplification M Stockton press 1989, pp 7 - 16.
Hames BD. One dimensional polyacrylamidegel electrophoresis Simioni P, Prandoni P, Lensing AWA, Scudeller A, Sardella C, Prins
In:Hames BD, Rickwood D Ge1 electrophoresis of protein. A MH, Vllalta S, Dazzi F, Girolami A. The risk of recurrent venous
practical approach 2"d edition, IRL Press Oxfor d, 1990, pp 1 - thromboembolism in patients with an Arg506-to-G1n mutation in
14'7. gene for factor V (factor V Leiden). N Engl J Med 336, 1997:
Korf B. Molecular diagnosis (first of two parts). Molecular Medi- 399 - 403
cine. N Engl J Med 332, 1995: 1218 - 20. Simard J. Tonin P, Durocher F, Rommens J, et al. Common origins
Koster T, Rosendaal FR, de Ronde H, Bridt E, Vandenbroucke JP, of BRCA 1 rnutations in Canadian breast and ovarian cancer
Bertina RM. Venous thrombosis due to poor anticoagulant families. Nature Genetics 8. 1994: 392 - 8.
responsto activated protein C: Leiden Thrombophilia Stucly. Taylor GR Polymerase chain raection: basic principles and
Lancer 342, 1993: 1503 - 6 automation In McPherson MJ, Quirte P, Taylor CR (eds), PCR
Lodish H, Baltimore D, Berk A, Zipursky SL, Matsudaira P, Damell 1 Practical Approach Oxford University Press 7'h reprint 1996,
J. Mole-cular Cell Biology. Sientific American Books. WH. ppl-14.
Freeman and Coy, New York, 1995. Trainor KJ. Brisco MJ, Wan JH, Neoh S, Grist S, Morley AA Gene
Langston AA, Malone KE, Thompson JD, Daling JR, Ostrander rearrangement in B- and T- Lymphoproliferative Disease
EA. BRCA 1 mutation in population-based sample of young Detected by the Polymerase Chain Reaction. Blood 78, no. 1'
women with breast cancer N Eng J Med. 334, 1996: 137 42. 1991: 192 - 6.
226
PENANDA TUMOR DAN APLII(ASI KLINIK
Ketut Suega, I made Bakta

PENDAHULUAN membantu dalam pengambilan keputusan klinik suatu


penyakit. Ada banyak jenis PT, beberapa diantaranya
Karsinogenesis adalah suatu proses multi langkah yang hanya diproduksi oleh satu jenis tumor sedang ada PT
berlangsung lama melibatkan akumulasi gen yang yang sama dibuat oleh beberapa jenis tumor. Pemeriksaan
mengalami kelainan sampai timbulnya lesi kanker pada PT dapat dilakukan dengan melibatkan model binatang
tubuh. Deteksi tumor fase awal merupakan masalah yang atau dengan menggunakan tes imunohistokimia.
penting bagi para onkologist oleh karena pada fase inilah Perkembangan di bidang pemeriksaan PT sangat pesat dan
terapi diharapkan memberikan hasil maksimal. Seperti beberapa pemeriksaan yang canggih dan baru seperti
diketahui penyebab primer dan faktor yang mengawali microarrays, serial analysis of gene expression (SAGE)
proses karsinogenesis adalah adanya defek pada proto- dan mass spectrometry , stldi proteomlcs untuk mengetahui
onkogen, gen supresor dan beberapa gen esensial lainnya. proteom dari setiap sel, terus dikembangkan walupun
Defek tersebut tidak saja dianggap sebagai faktor beberapa diantaranya hanya digunakan untuk keperluan
patogenetik tapi juga sebagai penanda tumor oleh karena rlset saJa.
mutasi DNA (defek genetik) yang terdeteksi pada cairan
biologis tubuh merupakan petunjuk adanya pertumbuhan
tumor. IDENTIFIKASI PENANDA TUMOB
Penanda tumor (PT) adalah suatu molekul atau proses
ataupun suatu substansi yang dapat diukur dengan suatu Sejarah perkembangan PT dimulai sejak ditemukannya
pemeriksaan (assay) baik secara kualitatif maupun pertama kali oleh Henry Bence-Jones pada tahun 1846
kuantitatifpada kondisi prakanker dan kanker. Perubahan endapan protein dalam kencing yang diasamkan dari
kadar tersebut dapat diakibatkan oleh tumor maupun oleh seorang pasien mieloma multipel dan sampai saat ini masih
jaringan normal sebagai respon terhadap tumor. Definisi digunakan sebagai salah satu tanda adanya imunoglobulin
yang lebih umum dari PT adalah suatu alat yang dapat rantai ringan, dan sejak saat itu telah ditemukan makin
membantu para klinisi untuk menjawab perlanyaan sekitar banyak PT yang potensial. PT yang pertama kali digunakan
masalah kanker dan istilah PT sering digunakan secara sebagai alat untuk mendeteksi adanya kanker adalah
umum sekali. Terlepas dan definisi mana yang dipakai, PT human chorionic gonadotopin (HCG). HCG digunakan
sendiri dapat berupa DNA, mRNA, protein, atau bagian untuk mengetahui adanya kanker dari jaringan plasenta
dari protein (seperli proses dari proliferasi, angiogenesis, yang disebut gestational trophoblastic neoplasia ( GTN
apoptosis, dan lainnya). PT dapat ditemukan dalam jumlah ). Beberapa tumor testis dan ovarium juga memproduksi
yang banyak Calam darah atau urin pasien dengan kanker HCG oleh karena berasal dari sel germinal. Dalam
dan dapatjuga dijumpai dalam darah dan urin pasien yang perkembangan selanjutnya banyak sarjana dalam
tidak menderita kanker. Di samping itu jaringan, air liur, melakukan risetnya berusaha menemukan suatu PT yang
cairan tubuh dan sel sendiri dapat dipakai sebagai bahan dapat mendeteksi semua kanker hanya dengan satu jenis
untuk pemeriksaan PT. tes.
PT banyak digunakan dalam klinik dalam rangka Pada tahun 1965 Dr. Joseph Gold menemukan suatu
menambahkan informasi yang diperlukan sehingga dapat substansi dalam darah pada pasien dengan kanker kolon

t422
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 1423

yang disebut carcino embryonic antigen (CEA). Sejaktahun mencerminkan adanya perbedaan pada kadar proteinnya.
1970 tes darah telah makin berkembang untuk mendeteksi Protein merupakan target yang digunakan baik sebagai
adanya PT, diberikan label numerik seperti misalnya CA 19- diagnosis maupun target terapi sehingga diperlukan suatu
9 untuk kanker kolorektal dan kanker pankreas, CA 15-3 konfirmasi dari masing kandidat PT di tingkat ekspresi
untuk kanker payudara, dan CA 125 untuk kanker ovarium. proteinnya. Salah satu studi dengan menggunakan SAGE
Dan banyak lagi yang ditemukan akan tetapi pada kanker kolorektal telah berhasil menghitung ekspresi
penyelidikannya tidak dilanjutkan oleh karena tidak gen yang bertanggung jawab. Buckhaulst et al., berhasil.
memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan mengidentifikasikan penanda dini dari kanker kolorektal
PT yang sudah ada. Namun demikian sampai saat ini belum melalui perbandingan ekspresi gen pada adenoma, kanker
ditemukan target utama dari penelitian tentang PT ini yaitu kolon dan epitel kolon normal yang berasal dari pasien
menemukan PT yang dapat mendeteksi adanya lesi dengan familial adenomatosis polyposis. Pada studi ini
prakanker. Tidak saja PT ini tidak cukup sensitif akan tetapi didapatkan 20 transkrip protein dengan peningkatan kadar
juga tidak spesifik untuk satu jenis tumor saja. Seperti hampir 20 kali pada adenoma dan kanker kolon
misalnya pasien dengan kanker paru atau payudara akan dibandingkan dengan epitel normal. Enam diantaranya
mempunyai kadar CEA yang tinggi, walaupun CEA dapat dipergunakan sebagai PT oleh karena dia dapat
merupakan penanda adanya tumor kolon. mengkode protein permukaan. Studi lain dengan SAGE
Tidak seperti penemuan obat-obat baru sampai pada dapat membedakan antara adenocarcinoma dan squdmous
pengesahannya sebagai obat standar, prosedur untuk cell carcinoma pada kanker paru. Namun demikian
pemeriksaan PT mulai dari penelitian laboratorium sampai diperlukan studi lanjutan untuk dapat menggunakan PT
aplikasi klinik belum ditentukan denganjelas. Khususnya yang baru sebagai alat untuk menegakkan diagnosis
apabila pemeriksaannya menggunakan bahan jaringan dan penyakit.
dengan tujuan untuk menentukan PT yang bersifat prediktif. PT yang ideal adalah PT yang sangat spesifik artinya
Untuk mengatasi hal ini setelah melalui beberapa kali dia hanya ada pada tumor tersebut dan juga perlu
pertemuan dan konsensus mengenai karakteristik dan sensitifitas yang tinggi artinya dapat mendeteksi tumor
aplikasi klinik dari PT maka National Cancer Institute pada kondisi prakanker. Akan tetapi sampai saat ini belum
merekomendasikan suatu strategi untuk menentukan suatu ada satupun PT yang ideal dan pemeriksaan hanya satu
PT. Penanda biologis dengan potensi diagnostik dan jenis PT tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk
prediktif tersebut mula-mula akan diperiksa pada tas.r T )'ang diagnosis suatu tumor oleh karena: 1. kadar PT dapat
terdiri dan pilot study. Pada fase ini metode yang dipakai meningkat pada pasien tanpa kanker; 2. kadar PT tidak
tersebut akan dites menggunakan material baik yang berasal meningkat pada setiap pasien kanker, lebih-lebih pada
dari jarinean normal maupun jaringan tumor untuk kanker stadium dini; 3. banyak PT meningkat kadarnya
mengctal-rul pelubahan kadar molekul yang bersangkutan. pada berbagaijenis tumor. Akan tetapi kadar PT akan sangat
Apabila pemeriksaan cukup meyakinkan baik secara berguna apabila digunakan bersama-sama dengan
kualitatif maupun kuantitatif, kemudian dilakukan studi fase pemeriksaan rontgen dan tes darah lainnya untuk
II yang merupakan studi retrospektif dengan menggunakan menegakkan diagnosis kanker pada individu yang
sampel klinik yang sudah ditentukan untuk mendapatkan diketahui mempunyai risiko tinggi untuk kanker.
nilai kiinik PT yang potensial. Setelah itu akan diikuti dengan
fase III dengan studi komfirrnasi menggunakan sekelompok
pasien dan fase IV yang merupakan fase validasi kadar PT KLASIFIKASI PENANDA TUMOR
dengan melakukan studi terbuka pada banyak institusi
seperti pada trial klinik. Banyak macam penggolongan yang dapat ditemukan
PT dan tumor antigen mempunyai peran yang mengenai PT. Berdasarkan aspek kliniknya maka PT dapat
menjanjikan di dalam aplikasi kUnik akan tetapi dengan dibedakan menjadi: screening, prognosis, predictive dan
teknologi yang terdahulu belum dapat menentukan lokasi monitoring markers.
dari protein tersebut sehingga belum dapat dengan tegas
menggambarkan asal dari tumornya. Dahulu penemuan Screening Markers
suatu PT merupakan suatu produk sampingan dari suatu Penandaini merupakan bagian dari penanda diagnosis.
studi, bukan suatu tujuan utama dari riset. Pada Hal yang penting diperhatikan pada penanda ini adalah
perkembangan terakhir ini ditemukan 2 jenis teknologi sensitivitas dan spesifisitas dari PT dalam menunjang
untuk mengidentifikasi PT yaitu serial analysis of gene diagnosis. Untuk dapat berfungsi sebagai penanda yang
expression ( SAGE ) danmicroarray analysis. Akan tetapi dapat mengenal tumor pada fase awal maka PT yang
kedua cara ini mempunyai keterbatasannya dalam mengenal bersangkutan harus mempunyai sensitivitas dan
PT. Yang utama adalah adanya kenyataan bahwa spesifisitas yang tinggi. Namun demikian, tergantung dari
perbedaan kadar pada level nRNA tidak sepenuhnya jenis tumor tingkat sensitivitas dan spesifisitasnya dapat
1424 ONKOI.TOGIMEDIK

bervariasi. Sebagai contoh skrining untuk tumor kolon menggambarkan prognosis pasien dengan kanker payudara
memerlukan spesifisitas yang tinggi oleh karena semua berdasarkan risk-group nya khususnya pada kasus yang
pasien dengan tes positif akan menjalani pemeriksaan node-negative. Penanda lainnya yang juga mendapat
kolonoskopi suatu prosedur invasifdan mahal. Sebaliknya validasi dan evaluasi yang konsisten sebagai penanda
pada kanker payudara walaupun dengan spesifisitas yang prognosis adalah proliferation marker thymidine label-
tidak terlalu tinggi asalkan di sertai dengan sensitivitas ling index juga untuk kanker payudara.
tinggi tetap dapat diterima karena akan dilanjutkan dengan Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan sebelum
pemeriksaan mammography yang dianggap murah dan menetapkan suatu PT sebagai penanda prognosis adalah
lebih mudah. Hal ini akan mengurangi jumlah pasien yang PT ini sebaiknya hanya dievaluasi pada pasien yang tidak
menjalani pemeriksaan sekaligus memastikan mereka yang menerima terapi sistemik setelah pemberian terapi loko-
dengan tes positif (sensitivitas) harus menjalani regional, oleh karena pemberian terapi sistemik akan
pemeriksaan lanjutan. Di samping hal itu, prevalensi kanker mempengaruhi perjalanan penyakit secara signifikan. Hal
yang bersangkutan juga dapat menyebabkan tingkat yang kedua adalah PT yang berkaitan langsung dengan
spesifisitas suatu tes dapat diterima sebagai tes skrining. perjalanan dari suatu tumor tidak akan memberi manfaat
Seperti misalnya penelitian pada kelompok pasien dengan klinik. Manfaat dari penanda prognosis dan juga lainnya
risiko tinggi maka hasil nilai prediksi positif akan tinggi, tergantung dari apakah hasilnya akan mempengaruhi
oleh karena hasil positifpalsu lebih banyak pada populasi penatalaksanaan selanjutnya. Misalnya pada pasien
yang tidak diteliti. Akan tetapi perlu diingat bahwa disini dengan kemampuan yang sangat terbatas tentunya
sensitivitas tidak mempunyai pengaruh yang besar dan penentuan prognosis tidak akan memberikan manfaat
hal ini dapat diatasi misalnya dengan melakukan maksimal.
pemeriksaan PT lain yang tidak ada hubungannya dengan
PT yang pertama. Predictive Markers
Sampai saat ini hanya ada 2 jenis PT yang diterima Predictive markers memprediksi respon terapi sedangkan
sebagai tes skrining yaitu PSA, yaitu suatu PT untuk p ro g no s tic marke r s memprediksi terj adinya kekambuhan
mendiagnosis kanker prostat dan pemeriksaan hemoglo- atau progresi dari penyakitnya. Akan tetapi banyak
bin pada feses untuk skrining kanker kolon. PSA penanda mempunyai kedua sifat tersebut. Pada kanker
mempunyai sensitivitas yang tinggi tapi spesifisitas yang payudara, penanda yang banyak diteliti sebagai predic-
kurang. Hal ini dapat diterima karena pemeriksaan biopsi tive marker adalah reseptor hormon steroid. EF.(estrogen
prostat dianggap prosedur yang relatif mudah. Namun receptor ) dan PgR ( proges'terone receptor) dapat
demikian banyak usaha baru yang dilak-ukan dalam rangka memprediksi respons terapi hormonal. Pasien yang
menemukan suatu bahan lain yang dapat dikombinasikan berespons dengan dengan terapi hormonal mempunyai
dengan PSA untuk meningktkan spesifisitas. Suatu kit korelasi positif dengan kadar ER pada tumor primer dan
pemeriksaan darah tersamar pada feses dengan spesifisitas pada kasus yang lanjut, keberhasilan terapi lebih banyak
yang tinggi telah dipasarkan walaupun sensitivitasnya dijumpai pada kasus dengan tumor dengan kadar ER dan
masih belum maksimal. PgR yang tinggi.
Salah satu kesulitan tes skrining ini adalah tingkat Selama hampir 20 tahun keberadaan dari ER dan PgR
kepatuhan pasien. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien pada tumor primer merupakan petunjuk utama bagi para
syarat tes skrining haruslah tidak terlalu invasif dan klinisi untuk mengobati kanker yang recurrenl dengan terapi
prosedur yang tidak rumit sehingga bisa mudah dikerjakan. hormonal. Akan tetapi status reseptor hormonal ini tidak
Di samping tentu saja hasil pemeriksaan PT yang sepenuhnya dapat memprediksi mana pasien yang akan
bersangkutan akan membawa keuntungan yang lebih pada memberi respons ataukah resisten dengan terapi
pasien yaitu tingkat kesembuhan yang tinggi. hormonal. Pada pemberian terapi hormonal adiuvant pada
kanker payudara dengan ER positif hanya memberi respons
Prognostic Markers sekitar 20-257o saja. Oleh karena itu banyak para sarjana
Penanda ini akan memberikan informasi mengenai hasil masih meneliti biological predictive marker yang lainya
pengobatan dan juga tentang tingkat keganasan dari sebagai target potensial di masa depan seiring dengan
tumornya. Umumnya penanda ini dievaluasi pada saat berkembangnya teknologi pemeriksaan yang makin canggih.
pemberian terapi perlama pada masing individu. Salah satu
contoh PT yang dapat memberikan informasi prognosis Monitoring Markers
yang banyak digunakan di klinik adalah tPA(urokinase- Penanda ini dapat digunakan pada beberapa keadaan.
type plasminogen activator) dan PAI-1 ( plasminogen Pertama, PT yang sudah baku dapat dipakai untuk
activator inhibitor type-l) pada kanker payudara. PT ini memonitor manfaat atau respons terapi yang diberikan.
merupakan yang pertama dilakukan validasi denganlevel Artinya perubahan dari status penyakitnya juga diikuti
of evidence yang tinggi. Kombinasi kedua PT ini dapat dengan perubahan dari kadar PT. Juga dapat digunakan
PENANDA TUMOR DATI APLII(ASI KLINIK 1425

sebagai alal follow-up setelah pemberian terapi awal Cell Specitic Protein Overexpressed in
dengan tujuan melihat awitan timbulnya dan beratnya Malignant Cells
recurrent disease. Pengukuran kadar PT untuk evaluasi Beberapa jenis protein diekspresikan secara berlebihan
terapi sering dipakai sebagai surrogate end point dai oleh sel kanker tertentu yang sebenarnya merupakan
manfaat terapi tersebut. PT jenis ini jelas sangat bermanfaat ekspresi dari sel yang mengalami diferensiasi normal
untuk pergantian dan pemilihan terapi lainnya apabila tidak sehingga kadarnya dalam serum relatif lebih tinggi pada
dijumpai adanya respons terhadap terapi yang diberikan pasien dengan kanker. Hal ini dapat dilihat pada kasus
atau adanya toksisitas obat sehingga pasien terhindar dari kanker prostat dimana didapatkan peningkatan konsentrasi
paparan obat terlalu lama. dari PSA Qtrostate spesific antigen).
Pada pasien kanker sel germinal, alfa fetoprotein dan B erdasarkan struktur biologis PT dapat dibedakan antara
HCG dipakai sebagai alat monitor deri keberhasilan terapi. protein markers dan DNA markers; Protein marker sudah
Sedang pada pasien dengan kanker saluran cerna, CEA lebih dahulu dikenal dan banyak digunakan dalam klinik.
dan CA 19-9 digunakan sebagai alat untuk mengetahui Walaupun jumlahnya akan makin meningkat dengan
kekambuhan penyakit setelah terapi awal. Hal yang sama ditemukannya teknologi proteonomik, tapi hanya sedikit
pada kanker ovarium, CA 125 umumnya dipakai untuk yang masih akan digunakan. Protein yang pertama kali
mengetahui adanya proses kekambuhan. Namun perlu dikenal dan digunakan dalam praktek klinik adalah alfa
untuk diingat, agar PT klas ini mempunyai manfaat klinik fetoprotein, yang kemudian diikuti oleh CEA, CA 125, PSA,
yang jelas, harus dapat dibuktikan bahwa dengan dan lainnya. Sedang DNA markers adalah defek genetik
(ilakukannya deteksi dini akan meningkatkan kemampuan yang bertanggung jawab atas terjadinya proses
hidup pasien. Pada kanker payudara ternyata tidak karsinogenesis. Seperti diketahui proses karsinogenesis
didapatkan manfaat dengan mengukur kadar PT secara adalah proses multi langkah yang berlangsung lama akibat
reguler pada follow-up selelah terapi primer sehingga adanya akumulasi dari gen yang mengalami defek pada saat
pemeriksaan PT pada fase ini tidak direkomendasikan terjadinya proses pembelahan sel, perbaikan DNA"maupun
walaupun hasil yang didapatkan dapat merupakan alat proses apoptosis. Dengan kemajuan pengetahuan mengenai
monitor yang berguna selama terapi sistemik pada kanker mekanisme karsinogenesis, diketahui bahwa beberapa
payudara yang mengalami kekambuhan. kelainan gen tadi dapat dipakar sebagai petunjuk adanya
Berdasarkan spesifitasnya maka PT dapat dibedakan proses malignansi sehingga digunakan sebagai PT untuk
menjadi: tumor specific proteins, non-specific dan cell diagnosis kanker. Defek genetik sebagai PT merupakan klas
specific protein overexpressed in malignant cell. terbaru dan mempunyai potensi diagnostik yang baik.

Tumor Specific Proteins


PT spesifik hanya diekspresikan oleh sel tumor tertentu.
Sebagai contoh adalah apa yar,g dikenal sebagai fusion Properti Penanda protein Penanda DNA
proteins yang mempakan penggabungan antara onkogen Karakter Tidak ada Absolut
yang bertanggung jawab pada proses malignansi dengan universal
gen promotor yang lain. Sebagai akibatnya adalah produksi Onko spesifitas Relatif Absolut
protein yang aktif yang merupakan klon yang malignan. Spesifitas Tinggi Tidak ada secara
Janngan virtual
Kromosom Philadelphia adalah salah satu contoh fusion
Stadium deteksi Tumor yang Sel-sel yang terinisial
protein yang merupakan penanda yang cukup spesifik berkembang
untuk lekemia mieloid kronik. Dengan melakukan DNA Asal Sel-sel hidup Sel-sel yang mati
sekuensing dapat direkombinasikan fusion g ene s sehingga
Materi klinis Darah Tumor, alami
dapat diciptakan atau bahkan dirusaknya gen yang (kebanyakan) urin
bertanggung jawab pada suatu proses keganasan.

Non Specific Proteins Secara umum kedua jenis PT ini dapat saling
Protein onkofetal adalah salah satu contoh PT yang melengkapi dalam rangka menegakkan diagnosis adanya
walaupun tidak terlalu spesifik akan tetapi cukup berguna. tumor. Beberapa karakteristrk dai DI''IA markers irri adalah
Protein ini diekspresikan selama pertumbuhan embriologis dia adalah universal artinya ditemukan pada hampir semua
dan juga pada sel kanker. Protein oncofetal yang paling sel kanker yang bersangkutan, berbeda dengan penanda
sering digunakan sebagai PT adalah CEA yang protein yang tidak didapatkan pada semua tumor. Penanda
diekspresikan oleh semua sel kanker saluran cerna dan sel DNA bersifat sangat oncospesific artinya dia merupakan
kanker lainnya. Protein lainnya adalah alfa fetoprotein produk dari proses karsinogenesis (direct cause and
yang dijumpai pada sel kanker hati dan juga pada kanker effect relationship in carcinogenesis), sedang penanda
testis dan ovarium. protein dapat merupakan penanda dari proses diferensiasi
t426 ONKOI.OGIMEDIK

normal dari sel yang mengalami maturasi, sehingga pro- tumor sel islet, kanker usus kecil dan besar, hepatoma,
tein mungkin dapat dideteksi pada kondisi patologis lambung, paru, ovarium, payudara dan kanker ginjal.
Iainnya. Namun demikian penanda DNA tidak dapat Untuk pemeriksaan penanda tumor biasanya
menggambarkan asal jaringan (lokasi), tidak seperti hal diperiksakan HCG intak dan beta subunit HCG karena
penanda protein. Penanda DNA sangat potensial dalam ada jenis tumor yang hanya memproduksi subunit beta
memprediksi fase awal dari proses pembentukan kanker, saja. Beberapa peneliti mendapatkan hubungan antara
tapi hal ini masih perlu penelitian lebih lanjut. Penanda kadar HCG dengan ukuran tumor dan prognosisnya.
protein akan makin meningkat kadarnya dengan Peningkatan HCG juga ditemukan pada laki-laki dengan
berkembangnya sel kanker tersebut akan tetapi pada tumor mediastinum (mediastinal germ cell neoplasm).
penandaDNA justru konsentrasinya akan makin meningkat Hormon ini dapat dideteksi di darah dan urin. Karena
dengan makin banyak proses apotosis atau nekrosis yang HCG tak dapat menembus sawar darah otak maka rasio
terjadi pada sel kanker tersebut, yang akan melepaskan kadar HCG antara cairan sebrospinal dan serum >1:60
DNA dari sel ke ruang ekstra seluler. menunjukkan kemungkinan adanya metastase ke
serebral.

PENANDA TUMOR Carcino Embryonic Antigen (CEA)


CEA diproduksi selama perkembangan bayi dan setelah
Banyakjenis PT yang tersedia secara komersial akan tetapi lahir produksi CEA akan berhenti dan tak terdeteksi pada
tidak semuanya bermanfaat secara klinik. Ada juga PT yang orang dewasa normal. CEA ditemukan pertama kali pada
hanya digunakan oleh para peneliti di dalam riset sehingga adenokarsinoma kolon pada tahun 1965. CEA
tidak tersedia di laboratorium komersial dan hanya apabila dimetabolisme di hepar dengan waktu paruh sekitar l-8
diketahui mempunyai nilai klinik maka PT yang hari. Beberapa penyakit hati dan obstruksi biliaris akan
bersangkutan akan dapat diperiksakan pada laboratorium menghambatklirens nya sehingga akan terjadi peningkatan
klinik. Berikut beberapa PT yang sering digunakan di klinik. kadarCEA.
CEA adalah PT yang digunakan untuk pasien dengan
Alfa Fetoprotein (AFP) kanker kolorektal. Kadar di atas 5 u/ml sudah dianggap
AFP biasanya didapatkan pada fetus yang sedang abnormal. Kadar yang tinggi juga dijumpai pada kanker
tumbuh, bayi baru lahir dan perempuan hamil, mempunyai paru, payudara, pankreas, tiroid, hati, serviks dan kandung
kadar tertinggi sekitar 15 ug/l setelah tahun pertama dari kemih. Dalam kondisi normal kadar CEA meningkat pada
kehidupan dan akan meningkat pada kelainan hati dan perokok. Kadar CEA akan meningkat setelah kankernya
keganasan lainnya. Protein ini diproduksi oleh hati bayi sendiri terdeteksi sehing-ua CEA tidak digunakan sebagai
dan yolk sac.Peningkatan kadar AFP lebih dari 100 ng/ml alat diagnostik.
paling sering dijumpai pada kanker sel germinal dan kanker CEA adalah satu-satunya penanda yang sudah
hati primer, akan tetapi juga meningkat pada kanker digunakan sebagai alat monitoring kanker kolorektal
lambung, kolon, pankreas dan paru yaitu sekitar 20Vo.Kadat selama >20 tahun, dan pemeriksaan serial lebih
AFP dijumpai lebih tinggi pada 2/3 pasien kanker direkomendasikan untuk mendeteksi rekurensi kanker
hepatoselular. Kadar normal AFP tidak lebih dari 20 ngl ml, kolorektal pasca tindakan bedah. Peningkatan kadar CEA
kadarnya meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran setelah tindakan dihubungkan dengan adanya
tumor. Dalam sirkulasi waktu paruh AFP adalah 3,5- 6 hari . kekambuhan dari tumornya.
Pada tumor kecil kadarnya bisa lebih kecil dari 20 ng/ml.
AFP juga meningkat pada hepatitis akut dan kronis tapi Cancer Antigen 15-3 (CA 15'3)
kadarnya tidak lebih dari 100 ng/ml, tapi tidak meningkat CA 15-3 pertama kali digunakan pada kanker payudara.
pada penyakit kolestasis. Kadarnya hanya meningkat kurang lebih 107o pada kasus
yang dini tapi akan meningkat sampai 75Vo pada kanker
Hu man Chori on ic Gonadotropin (HCG) yang sudah lanjut. Kadar normal CA 15-3 adalah sekitar 25
HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan u/ml, dan kadar setinggi 100 u/ml bisa dideteksi pada
plasenta dan mencapai kadar teftinggi pada umur kehamilan perempuan yang tidak menderita kanker. CA 15-3 juga
60 hari. Hormon ini terdiri dari 2 subunityaitt alpha sub- meningkat pada kanker lainnya seperti kanker pankreas,
unit dan beta subunit, dengan waktu paruh sekitr 12-24 paru, ovarium dan hati. Pada hepatitis dan sirosis juga
jam. Kadar normal HCG adalah 1-5 nglml dan sedikit ditemukan kadar CA l5-3 yang meningkat. Sampai saatini
meningkat pada perempuan pasca menopause (sampai l0 ada beberapa PT yang dapat digunakan untuk kanker
ng/ml). Kadar yang tinggi dari HCG dapat ditemukan pada payudara, seperti : CEA< MCA, CA 549, BR 21-29 dan
kehamilan mola, korio karsinoma. Peningkatan kadar HCG BRMA. Penanda lainnya seperli CYFRA21.1, TPA, TPS
dapat juga dijumpai pada adenokarsinoma pankreas, dan c-erbB atau HER-2/ neu.
PENA}IDA TUMOR DAI\ APLII(ASI KLINIK
1427

Cancer Antigen 125 (CA 125) prostat. Kadar di baw ah 4 nglmT menunjukan tidak adanya
CA 125 adalah PT standar untuk kanker epitelial ovarium. lesi malignan sedang kadar di atas 10 ng/m1 menandakan
Kadar referensi yang banyak dianut adalah 0-35 ku/L, namun lesi kanker, sedang nilai antara 4- l0 ng/ml merupakan area
hampir 99vo perernpuan normal pascamenopause abu-abu yang masih memerlukan pemeriksaan tambahan
mempunyai kadar <20 kU/L. Kadar antara 100 kU/L dan lebih atau serial PSA. Disini dapat dimintakan pemeriksaan PSA
dapat dijumpai pada perempuan pramenopause pada saat free. Kadar PSA free yang meningkat jarang diikuti oleh
menstruasi. Lebih dari 907o pasien mempunyai kadar CA adanya kanker, dan kadar PSAfree lebih besar 25Vo dari
125 lebih dari 30 u/ml apabila kanker sudah lanjut. CA 125 total PSA umumnya merupakan lesi jinak. DibawahI5To
sedang diteliti sebagai alat untuk skrining diagnosis oleh kemungkinan suatu kanker meningkat di atas 20Vo dan
karena kadarnya meningkat apabila penyakitnya hanya apabila < l)Vo maka kemungkinan kanker meningkat
mengenai ovarium. Akan tetapi masalahnya banyak menjadi sekitar 30-60Vo. Umumnya kadar di atas 4 ng/ml
perempuan dengan kadar >30 U/mI tidak didapatkan dengan mengharuskan tindakan biopsi prostat dan kadar >20 ngl
kanker ovarium. Kadar yang tinggi juga ditemukan pada ml menunjukkan kanker sudah menyebar dan biasanya
perempuan dengan endometriosis, pada kanker paru dan tidak bisa disembuhkan.
individu yang mempunyai kanker sebelumnya. Kadar CA Banyak faktor lain yang mempengaruhi kadar PSA yaitu
125 yang meningkat juga ditemukan pada kondisi umur tua akan cenderung mempunyai kadar yang lebih
nonmalignan seperli penyakit hati, fibroid, kista ovarium, tinggi. Demikian pula pada pasien BPH ( benign prostate
dan peritonitis. hypertrophy). Kadar PSA berkorelasi linier dengan
pertumbuhan tumor, makin besar jaringan tumor makin
tinggi peningkatan kadar PSA. Terapi hormonal juga dapat
Cancer Antigen 19-9 (CA 19-9)
mempengaruhi sekresi PSA dan hal ini sangat ditentukan
CA 19-9 dijumpai pada epitel lambung bayi, saluran usus
oleh aktivitas androgen. Pada pasien kanker prostat yang
halus dan hati serta pankreas bayi serta pada serum pasien
sudah mendapat terapi bedah atau radiplerapi
dengan keganasan. Walaupun CA 19-9 pertama kali
menunjukkan peningkatan kadar PSA merupakan tanda
dilakukan untuk kanker kolorektal, akan tetapi saat ini
adanya rekurensi. Setelah terapi seharusnya kadar PSA
diketahui penanda ini lebih sensitifuntuk kanker pankreas.
adalah 0. Demikian halnya, kadar PSA seharusnya
Dan saat ini dianggap sebagai PT yang terbaik unruk kanker
menurun setelah pasien mendapat terapi yang efektif dan
pankreas. Dia tidak bisa untuk mendeteksi kasus awal karena
kadarnya meningkat apabila tumornya tetap berkembang'
kadar CA 19-9 yang meningkat menandakan kasus tersebut
sudah lanjut. Kadar abnormal CA 19-9 adalah di atas 37 tl
ml. CA l9-9 juga dapat meningkat pada kanker saluran cerla Beta 2-M i croglobul i n (B2M)
jenis lainnya seperli kanker duktus biliaris. Kadar yang B2M merupakan protein yang berhubungan dengan
meningkat juga dapat dilihat pada hepatitis, sirosis, membran luar dari banyak sel termasuk sel limfosit' Dia
pankreatitis dan kelainan saluran cema lainnya. Keadaan merupakan unit kecil dari molekul MHC klas I dan
ikterus akan mempengaruhi spesifisitas' CA 19-9, karena diperlukan untuk transpor rantai berat klas I dari retikulum
pada kondisi dengan ikterus didapatkan kadar CA l9-9 yang endoplasmik ke permukaan sel. Pada kadar yang kecil B2M
meningkat sehingga CA 19-9 kurang sensitif dalam dapat ditemukan pada serum, urin dan cairan spinal orang
mendeteksi kanker pankreas fase awal dan hanya 557o pasien normal. B2M meningkat pada leukemia limfoblastik akut,
kanker pankreas dengan kadar CA 1 9-9 yang tinggi apabila leukemia kronik, mieloma multipel dan beberapa limfoma.
masatumor<3 cm. Pada pakreatitis juga didapatkan kadar B2M yang
meningkat. Pada mieloma multipel B2M sangat baik untuk
menentukan prognosis. Pasien dengan kadar >3 ng/ml akan
Prostate Specitic Antigen (PSA)
mempunyai prognosis yang lebih jelek.
Dalamkondisi normalkadarPSA <3 ng/ml padalaki dewasa.
PSA diproduksi di sel prostat dan kadar di atas 4 nglml
ditemukan pada penyakit prostat baik kasus malignan Bladder Tumor Antigen (BTA)
maupun kasus jinak seperti prostat hiperplasia. Walaupun BTA dijumpai pada urin pasien dengan kanker kandung
diganosis pasti dari kanker adalah biopsi tapi dengan kemih. Dan bersama dengan NMP 22 digunakan sebagai
melihat kadar PSA akan memberikan informasi penting tesuntuk memonitor rekurensi kanker. Hal ini belum banyak
tentang kondisi pasien. PSA satu-satunya PT yang sudah digunakan ,masih dilakukan studi lanjutan. Akan tetapi
diakui sebagai alat skrining untuk kanker prostat. banyak ahli masih menganggap sitoskopi lebih baik dari
Pemeriksaan PSA terdiri dari PSA.free dan PSA act yang pada penanda ini.
merupakan kompleks antara PSA dengan alpha-1
antichymotrypsin. PSA act mertpakan rasio antara total Cancer Antigen 27.29 (CA27.291
PSA dengan PSAfree, dan digunakan untuk membedakan CA ini juga dipakai untuk kanker payudara, akan tetapi dia
antara kasus jinak seperti prostat hipertrofi dengan kanker tidak lebih baik dari pada CA 15-3. Akan tetapi dia lebih
t428 ONKOITOGIMEDIK

jarang positif pada individu yang sehat. Kadar normal tiroid telah diangkat dan kadar thyroglobulin meningkat
biasanya kurang dari 38-40 u/ml. Penanda ini ternyatajuga di atas 10 nglml maka dapat diduga terjadi kekambuhan.
dapat meningkat pada kanker yang lain. Kadar ini juga dapat diikuti untuk mengevaluasi hasil terapi
pada kanker tiroid yang metastase. Kadar hTG yang
HER-2/neu (c-erbB-2) meningkat juga dapat dijumpai pada tumor Wilm's.
HER-2/neu merupakan penanda yang ditemukan pefiama
kali pada sel kanker payudara dan dapat dilepaskan ke s-100
sirkulasi darah. Protein ini dijumpai pada permukaan sel S-100 berhubungan dengan melanoma malignan. Pada
epitel dan berfungsi sebagai reseptor untuk faktor studi awal diketahui terjadi peningkatan pada hampir semua
pertumbuhan sel. Pada sel kanker protein ini akan pasien dengan melanoma malignan. Hal ini sedang diteliti
kehilangan respon normalnya untuk faktor regulator lainnya dan tes pemeriksaan S-100 masih pelajari.
sehingga akan menyebabkan kontrol regulasi terhadap
suatu sel hilang dan timbulah kanker.
Can cer A nti ge n 7 2-4 (C A 7 2-4)
HER-2/neu jtga dapat dijumpai pada kanker lain. Dia
CA 72-4 merupakan tes yang relatif baru untuk kanker
hanya digunakan untuk meramalkan prognosis. Perempuan
ovarium dan kanker yang berasal dari saluran cerna. Tidak
dengan kanker payudara dengan penanda ini tidak akan
Iebih baik dari CA 125 tapi dapat menambahkan nilai diag-
memberikan respons baik dengan kemoterapi dan
nosis dan hal ini masih dalam penelitian lanjutan.
mempunyai prognosis yang jelek. Umumnya penanda ini
tidak diperiksa melalui darah tapi memeriksa sel kankemya
dengan menggunakan immunohistochemistry atau Squamous Cell Carcinoma Antigen (SCC)
pewarnaan khusus pada jaringan kankernya. Pemeriksaan SCC pertama kali di identifikasi pada kanker serviks. Ini
lainya yaitu dengan ELISA untuk menghitur kadarnya merupakan penanda dari kanker sel squmous yang dapat
dalam darah,/serum. Kadar normal dalam darah adalah di terjadi pada serviks, kepala dan leher, paru dan kulit. Kadar
bawah 450 fmoVrnl. dari SCC dapat dipakai membantu menetapkan stadium
dari karsinoma dan menentukan respon terapi (4,19)
Beberapa pemeriksaan penanda lainnya dapat
Lipid Associated Sialic Acid in Plasma (LASA-P)
digunakan sebagai petunjuk adanya lesi kanker, seperti
LASA-P telah diteliti sebagai penanda pada kanker
misalnya pemeriksaan metabolit katekolamin pada kasus
ovarium dan kanker lainnya. Namun belum menunjukkan
neuroblastoma, hormon adrenokortikotropik dan anti-
mafaat yang besar sehingga penggunaannya sudah mulai
diuretik hormon pada kasus kankel paru sel kecil. Alpha 2
ditinggalkan.
macroglobulin dapat berikatan dengan PSA dan kompleks
ini dapat digunakan pada kanker prostat. Kadar ferjtin yang
NMP22 tinggi juga dihubungkan dengan beberapa jenis kanker
NMP22 merupakan protein yang ditemukan pada urin seperti kanker testis, neuroblastoma, iimfoma Burkitt's,
pasien kanker kandung kemih. Awalnya digunakan untuk leukemia dan kanker laring. Pada kanker nasofaring
follow-up pasien dengan kanker kandung kemih untuk didapatkan bahwa DNA EBV ( Epstein Barr Virus ) dalam
menghindari pemeriksaan sistoskopi yang berulang. plasma dapat digunakan sebagai PT baik sebelum, selama
Pemeriksaan ini sudah mulai ditinggalkan karena tidak maupun sesudah terapi diberik;rn.
sensitif.

Neuron Spesific Enolase (NSE) APLIKASI KLINIK PENANDA TUMOR


NSE disekresi oleh sel saraf dan sel neuroendokrin
susunan sarafpusat dan tepi. Peningkatan kadar NSE > l2 Penggunaan PT di klinik ditujukan terutama untuk mendapat
ng/ml biasanya dianggap abnormal. NSE kadang dipakai informasi tambahan yang dapat mempengaruhi
untuk kanker paru khususnya pada kanker sel kecil. penatalaksanaan suatu penyakrt. Namun ditegaskan bahwa
Protein ini didapatkan lebih baik dari pada CEA untuk tidak dapat dijamin bahwa suatu metode pemeriksaan PT
follow-up pasien kanker sel kecil. Penanda ini juga dalam darah atau jaringan akan memberikan hasil yang sama
ditemukan pada beberapa tumor neuroendokrin yaitu dengan metode yang berbeda. Demikian pula hasil dari suatu
karsinoid, neuroblastoma, kanker medula tiroid, tumor pemeriksaan akan sangat ditentukan oleh komposisi
Wilm's dan pheo chromo cytoma. spesimen, prosesing dari jaringan yang akan diperiksa,
spesifisitas'dan desain dari alat ukur yang dipakai, jenis
Thyroglobulin (hTG) antibodi pada assay immunometric dan yang penting juga
Thyroglobulln diproduksi oleh kelenjar tiroid dan adalah evaluasi statistik terhadap data yang didapat
kadarnya meningkat pada kelainan tiroid. Apabila kanker (preanalytical, analytical dan post analytical aspect).
PENANDA TUMOR DAi\ APLIKASI KLINIK 1429

PT akan sangat berguna dalam evaluasi dan estrogen) Iebih efektif dalam mencegah rekurensi dari
penatalaksanaan beberapa kondisi klinik seperti penentuan kanker payudara yang ER-positive dlbanditgkan dengan
risiko suatu tumor, skrining tumor, diferensial diagnosis, ER-negative. Disini PT ER adalah faktorprediktif terhadap
menentukan prognosis dan monitoring perjalanan suatu efek tamoksifen.
tumor. Selama dalam terapi dan fase follow-up selanjutnya
Strategi skrining akan sangat efisien apabila dilakukan pemeriksaan PT dapat dipakai sebagai alat untuk
pada populasi dengan risiko tinggi terhadap munculnya memonitor pasien. Baik untuk mendeteksi kekambuhan
suatu tumor yang diperkirakan, dan dengan makin majunya tumor primer setelah mendapat terapi maupun untuk
pengetahuan dimana beberapa gen yang diduga sudah melihat efektifitas hasil pengobatan. Banyak perempuan
dapat diidentifikasikan maka estimasi risiko timbulnya dengan kanker payudara diperiksakan setiap tahun CA
kanker akan makin tepat. Skrining PT akan makin 15-3 untuk mendeteksi rekurensi kankernya sebelum
bermanfaat apabila tersedia pilihan terapi yang dapat gejalanya timbul, namun hal ini masih banyak
menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas dari kanker dipertanyakan manfaatnya. Umumnya peningkatan kadar
yang bersangkutan, Pada situasi dimana hasil dari CA 15-3 terjadi bersamaan dengan munculnya gejala.
pemeriksaan histopatologis meragukan, PT mungkin dapat Demikian pula halnya dengan pemeriksaan CEA pada
membantu membedakan antara jaringan yang jinak dengan kanker kolon sehingga ASCO tak merekomendasikan
ganas, antara keganasan hematologi dengan keganasan penggunaan PT ini untuk monitor kasus dengan kanker
yang berasal dari epitel atau jaringan mesensimal dan kolon, kecuali untuk melihat respons terapi pada kanker
bahkan dapat membedakan tipe jaringan dengan jenis kolon stadium lanjut.
lainnya. Walaupun awalnya PT dipelajari untuk dapat Kebanyakan para klinisi berpendapat manfaat PT
mendeteksi tumor pada fase dini, namun sampai saat ini terbesar adalah untuk memonitor pasien kanker stadium
hanya PSA yang diterima sebagai penanda dini dari suatu lanjut yang sedang mendapat terapi. Dimana akan lebih
kanker ( kanker prostat ). Pada pasien dengan kadar CA mudah untuk memeriksa PT dibandingkan melakukan
125 tinggi diduga mempunyai kanker ovarium walaupun pemeriksaan lainnya seperti scaning, X-ray dan
massa ovariumnya tidak terlalu jelas bisa di identifikasi. pemeriksaan invasif lainnya. Kalau kadar PT menurun
Banyak para peneliti meragukan manfaat pemeriksaan umumnya merupakan tanda dari keberhasilan terapi.
PT sebagai alat skrining tumor fase dini oleh karena tidak demikian sebaliknya apabila kadarnya meningkat maka
spesifiknya PT yang bersangkutan. Akan tetapi hal ini terapi harus diganti. Namun perlu diingat kadang terjadi
nampaknya dapat diatasi dengan melakukan pemeriksaan peningkatan kadar PT pada saat terjadinya kematian dari
kombinasi antara beberapa PT sekaligus sehingga sel kanker terutama pada kanker yang sensitif terhadap
meningkatkan daya spesifisitas. Peneliti Jepang kemoterapi.
mendapatkan hasil yang dapat menilai dengan adekuat Akhirnya pemeriksaan PT hanya akan menjadi efektif
risiko timbulnya kanker pada sekelompok orang yang apabila hasilnya dapat mempengaruhi penatalaksanaan
sebelumnya nomal. Dengan mengkombinasikan 3 macam pasien sehingga rnenghasilkan perbaikan klinik yang
klas PT yaitu tumor- specific tumor markers , tumor-asso- nyata. Sebaliknya apabila PT yang bersangkutan tidak
ciated tumor markers dan growth-related tumor markers dapat memberikan manfaat baik dalam lama hidup,
assays. kualitas hidup pasien ataupun aspek ekonominya
Prognosis pada pasien dengan tumor primer ataupun tentunya PT yang bersangkutan tidak layak untuk
metastase adalah suatu prediksi suatu kondrsi tumor di diteruskan. Akan tetapi walaupun belum tersedianya
kemudian hari baik dengan pengobatan maupun tanpa modalitas terapi untuk suatu tumor tertentu, pemeriksaan
pengobatan. Menurut McGuire dan Clark faktor PT tetap akan memberi manfaat dikemudian hari seiring
prognosis dibagi menjadi 2 katagori yaitu I'aktorprognostik dengan perkembangan terapi dimasa depan. Karena
yang meramalkan adanya kekambuhan atau progresi dari pengetahuan tentang PT akan membuka peluang
penyakitnya dan faktor prediktif yang meramalkan adanya dikembangkannya suatu pendekatan baru berdasar atas
respons atau resisten terhadap terapi yang diberikan. Suatu pengenalan molekul protein dari PT tersebut. Demikian
PT bisa bersifat keduanya yaitu prognostik (kemungkinan pula PT akan memberi nilai klinik yang tinggi apabila dia
kekambuhan dan atau progresi) dan prediktif dapat mengambarkan suatu proses bilogis dari
(kemungkinan bermanfaat terhadap terapi yang diberikan). berkembangan suatu tumor.
Sebagai contoh adalah pada pasien kanker payudara
dengan ER- negative yang tidak mendapat terapi akan Panduan untuk Penanda Tumor
mempunyai risiko kekambuhan yang lebih tinglri Perlu untuk diketahui bahwa panduan atau guideline tidak
dibandingkan dengan pasien dengan ER-positive, diduga selalu bisa memenuhi setiap perubahan yang terjadi pada
disebabkan oleh ER berhubungan dengan metastase atau setiap pasien. Dia tidak dimaksudkan untuk memaksakan
potensi overgrowth. Pada kasus ini ER adalah faktor seorang klinisi pada suatu kondisi individu tertentu tapi
prognostik. Pada kasus lain pemberian tamoksifen (anti lebih merupakan suatu petunjuk secara lebih umum. Dan
1430 ONKOI.OGIMEDIK

juga dia tidak seutuhnya inclusive pada semua metode PROSPEK PENANDA TUMOR
penanganan pasien yang ada, sebaliknya tidak juga
mentabukan terapi lainnya yang jelas memberikan hasil Banyak PT baru yang sedang diteliti dan dikembangkan
yang sama. ASCO menganggap kepatuhan pada sebagai suatu penanda tumor yang potensial di masa yang
guideline tertentu hanyalah bersifat sukarela (v oluntary'). akan datang. Dengan perkembangan tehnologi pemeriksaan
Keputusan akhir mengenai penggunaan guideline dengan menggunakan antibodi monoklonal makin banyak
tergantung dari penilaian klinik dari seorang dokter saja penemuan tentang molekul yang berkaitan dengan
berdasarkan kebutuhan dari pasiennya. Di samping itu proses karsinogenesis pada tahap awal, baik pada darah
perlu diperhatlkart guideline biasanya dibuat atas dasar maupun pada sel kankemya sendiri. Perubahan kromosom,
pemberian pengobatan di dalam konteks praktis klinik baik delesi, duplikasi maupun lainnya telah diketahui dan
sehingga tidak dimaksudkan pada konteks penelitian yang mungkin akan menjadi penanda yang potensial. Di samping
umumnya dilakukan untuk mengetahui suatu terapi itu banyak laboratorium yang mencari kelainan genetik
inovatif dan baru. untuk mendeteksi adanya kanker. Kita ketahui semua
Clinical guideline bukanlah statu magic bullet bagi kanker akan mempunyai kelainan DNA, suatu molekul yang
para klinisi akan tetapi hanya memberikan salah satu mengatur setiap fungsi sel tubuh. Dengan mengetahui
pilihan tambahan untuk memperbaiki kualitas hidup kelainan DNA dalam darah, urin, atau sel tubuh maka para
pasien. Petunjuk penggunaan PT ini dibuat melalui ilmuwan akan dapat mengenal proses perkembangan
penilaian kritis dan sistematik dari literatur ilmiah oleh kanker pada stadium awal sekali. Saat ini telah berkembang
para ahli dari banyak disiplin ilmu, nasional maupun suatu studi yang baru yang disebut sebagai proteomics
internasional. Rekomendasi penggunaan PT merupakan yaitu studi tentang protein complement yag komplit atau
bagian dari penatalaksanaan menyeluruh dari seorang sl;allr proteom dari sel. Dengan teknologi pro teomic akan
pasien kanker karena kontribusi dan pemeriksaan PT tidak memungkinkan kita untuk mengenal perubahan protein
dapat diintepretasikan tersendiri. akibat suatu proses penyakit dengan akurasi yang tinggi.
Berikut disajikan salah satu guideline praktis dari Dan keuntung an lain p r o t e o nti c s t udy' ini adalah identihkasi
penanda tumor dengan indikasinya pada jenis tumor yang protein yang mempakan produk akhir yang bertanggung
bersangkutan yang direkomendasikan oleh group panelis jawab terhadap keseluruhan proses tersebut (biological
dari beberapa negara. (dikutip :34) endproducts).

A.Tumor Sel Germinativum


ACBI AJCC EAU EGPT ESMO NACB SIGN
AFP dan hCg untuk
Skrining NN NNN
Diagnosis /deteksi YY YYY
Pentah apan/progno s is YYYY YYY
Mendeteksi rekurensi YYY YYY
Memantau terapi YYY YYY
AFP untuk diagnosis yang berbeda dari NSGCT YY YY
LDH untuk
Diagnosis/deteksi YY YYY
Pentahapan/pro gnosi s YY YYY
Mendeteksi rekurensi YY YYY
Memantau terapi YY YYY
B. Kanker Kolorektal
ACBI ACJJ ASCO EGPT ESMO NACB SIGN SOR
CEA untuk
Skrining NNN N NNN
Diagnosis/deteksi NNN N NNN
Pentahapan/prognosi s YYY YNY
Mendeteksi rekurensi cYY d YNY"
Memantau terapi cYY d YNY"
Skrining untuk metastase hepatik YY Y Y"

C. Kanker Payudara
ACBI AJCC ASCO EGPI NACB SOR
Pengukuran ER dan PR
Pada semua lesi primer Y Y Y
Untuk memilah terapi endokrin Y Y Y
Ekspresi lebih HER-2/neu (c-erbB-2)
Untuk memilah pasien terpi herceptin
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK t43t

CA15-3 or 8R27.29 for


SkriningNNNN
Diagnosis/deteksiNNNN
Prognosis/prediksiNNNNN
Follow-up/pemantauantreaPTent Y N y y y
CEA untuk
SkriningNNNN
Diagnosis/deteksiNNhNyi
Prognosis/prediksiNNyNyi
Follow up/pemantauan teaPTent N y yk yi

D, Kanker Ovarium
ACBI AJCC EGPT ESMO NACB SOR
CAl25 untuk
SkriningNNr NN
Diagnosis/deteksi N Nr N Nr y
Pentahapan/prognosisYNyyyy
Deteksirekurensi y y y y y
Memantauterapi y y y y
CEA atau CAl9.9 jika CAl25 tidak meningkar pada
Diagnosis y
AFP dan hCG untuk menyingkirkan diagnosis tumor y
sel germinal pada wanita muda

E. Kanker Prostat
ACBI ACS AJCC AUA EAU EGPI NACB
PSA untuk
Skrining (dengan DRE) N y, y^ y. y
Sebagai alat bantu diagnosis (dengan DRE) Y Y y y y y
PrognosisNYNfy
Memantau pasien setelah diagnosis Y Y y yq
% bebas: Total PSA
sebagai diagnosis pembantu ketika PSA Y y y
4-10 pg/L and DRE negatif
Pemeriksaan kanker prosrat N
Kisaran rujukan spesitik umur N y
F. Paru, Neuroendokrin, dan Kanker Tiroid

Kanker paru BTA EGPI NACB


NSE pada diagnosis yang berbeda y
CYFRA 21-1, CEA, dan/arau NSE sebagai follow-up
and pemantauan terapi y
Tumor-tumor neuroendokrin
Katekolamin urin, asam vanililmandalat.
dan/atau asam homovanilat sebagai petunjuk
feokromositoma aod neuroblastom y
Kalsitonin untuk mendiagnosis dan memantau
Tiroid rnedulari karsinoma Y y
Kanker tiroid
Tiroglobulin Y y

N- not recomntended: Y, recomrnended. Ruang kosong menunjukkan bahwa aplikasi tidak dipertimbangkan dan/atau rekomendasi dijanjikan.
bACBI, A,rsociation of Clinical Biochemists
in lreland: ESMO, European Society of Medical Oncology'. NSGCT, nonseminomatous germ cell
tumor: LDH, lactate dehydrr)genase: EF' estrogen receptor'. PR, progesterone receptor: ACS, America Cancer Socient): AIJA, American
Urological Association: BTA, British Thyroid Association.
'Manfaat pemeriksaan CEA meragukan.
'LPemeriksaan laboratorium dibatasi pada pasien dengan sangkaan gejala.
'Manfaat pemeriksaan CEA meragukan karena tidak menunjukkan manfaat kelangsungan hidup.
lHanya jika netastasis hati diindikasikan
secara klinis.
rJika penyakit tidak dapat diukur segera, peningkatan Ca15-3 atau BR 27 29 bisa digunakan untuk menduga
kegagalan terapi
hMungkin berguna untuk diagnosis dini
metastasis jauh.
rHanya jika CEA meningkat, dan CA 15-3 tidak meningkat.
lJika penyakit tidak dapat diukur segera, peningkatan CEA mungkin bisa digunakan untuk menduga kegagalan
terapi.
t432 ONKOI.OGIMEDIK

kUntuk deteksi dini pada pasien karsinoma stadium II atau III yang telah diterapi sebelumnya yang secara klinis bebas penyakit.
rPada perempuan pasca menopause, membantu dalam diagnos.is diferensial masa pelvis jinak dan ganas
.Jika dikombinasi dengan sonografi transvagina, CAl25 bisa menjadi prosedur untuk deteksi dini kanker ovarium pada perempuan dengan

sindrom
kanker ovarium herediter.
"Pemeriksaan setiap tahun dimulai pada laki-laki usia 50 tahun dengan harapan hidup paling sedikit 10 tahun.
oBerdasarkan permintaan, keputusan skrining populasi harus menunggu hasil studi acak prospektif yang menunjukkan pengaruh skrining pada

hasil.
pSistem penentuan stadium TNM diperbaiki dengan penambahan skor PSA dan gleason, tetapi inklusi menunggu hasil studi PSA telah
berperan
dalam penentuan stadium pada pasien menunjukkan stadium Tk setelan biopsi prostat yang asimtomatik dan selalu ditelusuri hanya jika PSA
meningkat.
qTerapi tambahan ditawarkan jika PSA meningkat.

Potensi dari diagnostik gen yang dipakai sebagai alat hasil yang beda sehingga perlu dilakukan standarisasi.
skrining pada tumor ataupun pada keseluruhan sel yang Dengan perkembangan teknologi kedokteran yang pesat
mengandung gen yang rusak bukanlah suatu yang mudah diharapkan di masa depan suatu penanda yang ideal bisa
dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Perlu dibedakan ditemukan yaitu penanda yang dengan sensitivitas dan
kerusakan sel yang tedadi pada ketuaan, mengingat proses spesifitas tinggi, mudah dan murah pemeriksaannya.
ketuaan sendiri merupakan akumulasi dari kerusakan gen
yang sangat berpotensi untuk muncul dimasa yang akan
datang sebagai suatu tumor yang manifes. Namun REFERENSI
kenyataannya hal tersebut memang tidak mudah dikenali.
Oleh karena itu perlu ditingkatkan sensitivitas dari penanda
American Cancer Society Tumor Markers Available at: httpl'll
DNA dan dikembangkan suatu teknik untuk menghitung www.google.com. Accessed I 5/01/05.
penanda DNA tersebut. Hanya dengan penghitungan Anonim Current Cancer Marker. Available at: http:/l
penanda DNA (suatu panel dari penanda awal dan penanda wrvw.google.com Accessed 0410?,105.
Ianjut lebih baik dari hanya penanda tunggal) dalam daralt Buckhaults P, Rago C. StCroix B Secreted and Cell Surface Genes
Expressed in Benign and Malignant Colorectal Tumors Cancer
akan memungkinkan untuk mendeteksi fase awal dari tu-
Res 2001: 61: 6996 0l
mor. Demikian pula dengan data kuantitatif dapat dilakukan
Biclart JN{. Thuillier F. Augereau C. Chalas J. DaverA. Jacob N, et al
perbandingan dengan data dari klinik lainya, untuk Kinetic of Serum Tumor Marker Concentrations and Useful-
memonitor progresi penyakit pada individu terlentu, dan ness in Clinical Monitoring. Clin Chem 1999:.45:1695-701
mendeteksi adanyaprogesi dari tumor dengan menghitung Bast RC, Rirvdin P, Hayes Dfl Bates S, Frische H, Jessup JM, et al
panel PT tersebut. 2000 Update of Recommendation for the Use of Tumor Mark-
ers in Brcast and Colorectal Cancer: Clinical Practice Guidelines
of the American Society of Clinical Oncology Asco Special
Article. J Clin Oncol 2001;19:1865-78.
RINGKASAN Baselga J. Is Circulating HER-2 More Than Just a Tumor Marker'/
Editorial. Clin Cancer Res 2001;1:2605-'7.
PT adalah alat yang penting bagi para klinisi untuk Cordon-Cordo C. p53 and RB: Simple Interesting Correlates or
membantu memberikan informasi mengenai deteksi awal Tumor Markers of Critical Predictive Nature? J Clin Oncol
suatu tumor, estimasi prognosis pasien. memprediksi 2004:22:915-7.
Cancer Center Staff. Tumor Marker Tests. Available at: http://
respons terapi dan monitoring penyakit. Namun sebuah
www.google com. Accessed 04102105
PT sebelum diakui bermanfaat secara klinik harus melalui European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in Gern Cel1
suatu studi validasi dan penilaian kualitas pada beberapa Cancer-EGTM Recommendations Available at: http://
tingkatan. Suatu penanda harus terbukti memberi manfaat www.google.com. Accessed 04102105.
lebih pada pasien, meningkatkan kualitas dan menurunkan European Group on Tumor Markers Tumour Markers in Breast
biaya perawatan pasien sebelum diaplikasikan dalam Cancer-EGTM Recommendations Available at: http://
www.google.com. Accessed 04102105
praktek klinik sehari-hari. Ada banyakjenis penanda dan
European Group on Tumor Markers Tumour Markers in Lung
manfaatnya akan lebih baik apabila dilakukan pemeriksaan at: http://
Cancer-EGTM Recommendations. Available
serial dan kombinasi dibandingkan hanya dengan www.google.com. Accessed 04102105
pemeriksaan tunggal. Yang perlu juga diperhatikan adalah Fritsche HA. Serum Tumor Markers for Patient Monitoring: A
kualitas dan prosedur dari pemeriksaan, karena Case-Oriented Approach Illustrated with Carcinoembryonic
pemeriksaan dengan metode yang lain akan mendapatkan Antigen. Clin Chem 1993;39:2431-4.
PENANDA TUMOR DAI\ APLIKASI KLINIK L433

Hayes DF, Bast RC, Desch CE, Fritsche H, Kemeny NE, Jessup JM, Riley RD, Heney D, Jones DR, Sutton AJ, Lambert PC, Abrams KR,
et a[. Tumor Marker Utility Grading System: a Framework to et al. A Systemic Review of Molecular and Biological Tumor
Evaluate Clinical Utility of Tumor Markers. Special Article. J Marker in Neuroblastoma. Review. Clin Cancer Res 2004;10:4-
Natl Cancer Inst 1996;88:1456-66. t2.
Harbech N, Kates RE, Schmit HM. Clinical relevance invasion Srinivas PR, Verma M, Zhao Y, Srivastava. Proteomics for Cancer
lactors Urokinase type Plasminogen Activator and Plaminogen Biomarker Discovery. Clin Chem 20021,48:1160-9.
Activator Inhibitor type-1 for individualized therapy decision Smith JF. Tumor Markers. Available at: http://www.google.com
in primary breast cancer is greatest when used in combination. Accessed 15/01/05.
J Clin.Oncol.2002; 19: 1000-07 Smith RA, Cokkinides Y Eschenbach AC, Levin B, Cohen C,
Kobayashi T, Kawakubo T. Prospective Investigation of Tumor Runowich CD, et al. American Cancer Society Guidelines for
markers and Risk Assessment in Early Cancer Screening. the Early Detection of Cancer Ca Cancer I Clin 2002;52:8-22.
Available at: http://www.google com. Accessed 04/02105. Schrohi AS, Holten-Andersen M, Sweep F, Schmitt M, Harbeck N,
Hermeking H. Serial Analysis of Gene Expression and Cancer. Foekens J, et al. Tumor Markers from Laboratory to Clinical
Current Opinion in Oncology 2003;15:44-9 Utility Review Molecular & cellular proteomics 2.6 2003:378-
Lichtenstein AV, Potapova GI. Genetic Defects as Tumor Markers. 81 .

Moleculer Biology 20031,31 :159-69. Sidransky D. Emerging molekuklar markers of cancer. Nature Rev.
Lindblom A, Liljegren A Tumour Markers in Malignancies. Clinical Cancer 2002; 2:210-19
Review. BMJ 20O0:32O:424-7. Sturgeon C. Practice Guidelines for Tumor Marker Use in the
Loging W! Lirl A, Siu IM, Loney TL, Wikstrand CJ, Marra MA, Ciinic. Cancer Diagnostic: Review. Clin Chem 2002;48:ll5l-9.
Prange C Indentifying Potential Tumor Markers and antigens Shoterlersuk K, Khorpraset C, Sakdikul S, Pornthanakasem W,
by Database Mining and Rapid Expression Screening. Letter. Voravud N, Mutirangura A. Epstein-Barr Virus DNA in Serum/
Genome Research 2000:1 0: 1393 -1402. Plasma as a Tumor Marker for Nasopharyngeal Cancer. Clin
Norderson NJ Tumor Markers. Available at: htrp://www.google.com. Cancer Res 2000;6:1046-51.
Accessed 04102105. Sturgeon C. Practice Guidelines for Tumor Marker Use in the Clinic.
Phillips L Tumor Markers. Available at: http://www.google.com. Clin Chem.2002: 48: l15l-9
Accessed 3ll01/05 Torosian MH. The Clinical Usefulness and Limitations of Tumor
Perkins GL. Slater ED. Sanders GK, Prichard JG. Serum Tumor Markers Surg Gynnecol Obstet 1988;166:561-19.
Markers. Am Fam Physician 2003;68:1075-82 Varsney D, Zhou YY, Giller SA, Alsabel R. Determination of HER-
European Group on Tumor Markers Tumour Markers in Gas- 2 status and Chromosome 17 Polysomy in Breast Carcinoma
trointestinal Cancers-EGTM RecommendaLions Available at: Comparing Hercep test and Pathvysion. Am.J Clin Pathol. 2004;
http:i/www google.com Accessed 04102105 121:70-77
227
PENGGUN MTN OBAT.OBATAN
ANTIKOAGULAN ANTITROMBOLITIK,
TROMBOLITIK DAN FIBRINOLITIK
Soenafto

PENDAHULUAN dibentuk di hati yang memerlukan adanya vitamin K. Faktor


pembekuan tersebut ialah faktor II, V[, IX dan X. Obat
Penghentian perdarahan spontan yang disebabkan yang tergolong kelompok ini hanya bekerja in vivo,
robeknya pembuluh darah disebut hemostasis. Peristiwa termasuk di sini ialah golongan antikoagulan oral.
ini sangat kompleks, dan melibatkan banyak faktor dimulai
dari pembuluh darah, trombosit dan faktor-faktor
pembekuan yang ada dalam plasma darah. Hasil akhir HEPARIN
peristiwa ini ialah terbentuknya fibrin. Tahap pembekuan
darah dalam garis besarnya melalui: (1) pembentukan Heparin untuk pertama kali diisolasi dari hati anling. Zat
tromboplastin, (2) pembentukan trombin dari protrombin, tersebut terdiri dari banyak asam glukuronat (26Vo) dan
(3) pembentukan fibrin dari fibrinogen. glukosamin (23Vo). Sekarang heparin dapat diisolasi dari
Peristiwa terjadinya bekuan guna menutup bagian sel maupun jaringan yai1ut: mast cell dan mukosa usus,
pembuluh darah yang rusak adalah suatu peristiwa paru dan dinding pembuluh darah. Tentang banyaknya
fisiologik normal, namun bila bekuan yang timbul zat tersebut dalarn jaringan berbeda dari spesies satu
mengakibatkan aliran darah ke jaringan terganggu atau dengan yang lain. Pada manusia jumlahnya sedikit.
tersumbat, akan terjadi suatu penyakit (trombosis). Dalam Beberapa pabrik farmasi telah memproduksi zat tersebut
hal ini diperlukan obat yang dapat mencegah atau dari paru lembu/sapi atau dari mukosa usus babi.
melarutkan trombus. Seperti diterangkan di atas heparin merupakan
Obat yang dimaksud, tergolong: antikoagulan, mukopolisakarid (glukosaminoglikan) yang terdiri dari
antitrombotik, trombolitik dan fibrinolitik. glukosamin sulfat dan asam glukuronat atau iduronat. la
membentuk suatu ikatan asam organik dengan muatan
listrik negatif.
OBAT ANTIKOAGULAN Fungsi fisiologi heparin belum jelas, diperkirakan
berkaitan dengan fungsimast cell,metabolisme lemak, dan
Obat antikoagulan ialah obat atau golongan obat yang pemeliharaan sifat nontrombogenik sel endotel permukaan
kerjanya menghalangi pembekuan darah. Menurut cara pembuluh darah. Heparin bersifat antikoagulan langsung.
kerjanya dikenal dua macam antikoagulan yaitu: a). Aksi untuk mengadakan gangguan terhadap perkembangan
langsung (direk) pada pembekuan darah dan antitrombin aktivitas tromboplastin ini tampak terjadi baik invivo
III baik in vivo in Vitro dan contoh untuk ini
maupun maupun in vitro. Secara tak langsung heparin bekerja
adalah heparin dan, b). yang tak langsung (indirek) sebagai kofaktor plasma. Kofaktor heparin atau antitrombin
mempunyai khasiat menghambat pembekuan darah dengan III adalah suatu alfa 2 globulin dan suatu inhibitor
memutuskan hubungan antara faktor pembekuan yang protease yang dapat menetralisir beberapa faktor

t434
PENGGUNAAII OBATOBAIAN AI\TIKOAGULAN AIYTITROMBOLITIK t435

pembekuan yang telah diaktifkan yaitu XIIa, kalikrein, IXa, emboli paru diperlukan dosis heparin besar karena obat
Xa, Ila dan XIIIa. Pengaruh ini lebih dipercepat dengan ini cepat dibersihkan dari darah.
adanya heparin. Meskipun antitrombin III diperkirakan
menginaktifkan trombin, namun plasma protein lain juga
Cara Pemberian dan Dosis
ikut terpengaruh.
Heparin dapat disuntikkan intravena maupun subkutan,
Ada petunjuk bahwa antitrombin III berperan dalam
dan j angan diberikan intramuskular.
menghambat pengaktifan faktor XI dan heparin
Obat yang tersedia biasanya berbentuk sebagai
mempercepat reaksi ini. Jadi heparin dapat menurunkan
heparin sodium injection USP. Penggumpalan darah in
aktivitas antitrombin III, hal demikian akan tampak pada
vitro dapat dicegah dengan kadar 1 unit/ml darah dalam
pasien yang mendapatkan pengobatan baik secara terus
badan. Pemberian 10.000 unit bolus heparin intravena pada
menerus maupun terputus-putus. Karenanya pengobatan
pasien seberat 70 kg akan menghasilkan kadar awal
standar untuk penyakit-penyakit tromboemboli heparin kurang lebih 3 unit/ml darah, dan aktivitas
memerlukan suatu modifikasi guna mencegah seminimal
antikoagulan lenyap dengan waktu paruh 1,5 jam.
mungkin akan kekurangan antitrombin III selama Pengobatan intravena secara berulang adalah baik. Dosis
pengobatan berlangsung.
awal 10.000 unit diik-uti dosis ulang 5.000 unit sampai 10.000
Perlu diingat bahwa selain heparin, terdapat pula obat
unit tiap 4 atau 6 jam. Indikasi penggunaan heparin akan
lain yang mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar
dibahas kemudian.
antitrombin IIL Obat kontrasepsi yang mengandung
estrogen dapat juga menurunkan kadar antitrombin III.
Selama terj adi penjendalan, trombosit akan Efek Samping, Toksisitas
menghasilkan faktor trombo sit 4. Zat ini dapat menetralisir Efek samping biasanya jarang terjadi. Bila hendak memberi
pengaruh heparin. Fungsi fisiologisnya belum diketahui. heparin pada pasien, perlu diketahui obat apa yang
Ikatan antara faktor trombosit 4 dengan heparin diminum. Demikian pula mengenai riwayat alergi terhadap
memudahkan penumpukan trombin dan pembentukan jaringan hewan. Sebaiknya dicoba dulu dengan 1.000 unit.
jendalan. Pengaruh lain suntikan heparin ialah dapat Reaksi hipersensitif dapat berupa: menggigil, demam,
membersihkan plasma lipid pada pasien dengan plasma urtikaria, dan renjatan anafilaktik. Efek samping yang
keruh (lipemia). Hasil reaksi ini adalah, pengeluaran darah mungkin timbul ialah:
dari ikatan jaringan enzim-enzim lipid hidrolisis. Salah saru . Teqadinya rambut rontok sampai botak yang sifatnya
enzim yaitu lipoprotein lipase, menghidrolisasi trigliserid reversibel.
dari kilomikron-kilomikro n dan v e ry I ow de n s ity I ip o p r o - . Osteoporosis sampai patah tulang pernah dilaporkan
tein yang terikat pada sel sel endotel kapiler menj adi asam pada pasien yang mendapatkan heparin 15.000 unit tiap
lemak dan bagian bagian gliserid. hari selama 6 bulan.
. Perdarahan merupakan komplikasi utama pemberian
heparin. Perdarahan dapat dikurangi dengan kontrol
Nasib, Penyerapan dan Pengeluaran yang cermat pada dosis yang diberikan. Efek
Heparin kurang mempunyai kemampuan menembus
antikoagulan perlu dimonitor dengan tes waktu
membran karena molekulnya besar. Juga tidak diserap oleh
pembekuan.
usus dan tidak dapat menembus plasenta. Demikian pula . Trombositopenia dapat terjadi setelah pemberian hep-
bila heparin diberikan pada ibu yang menyusui bayi, arin, karena itu penghitungan trombosit harus sering
heparin tak ditemukan dalam air susu. Bila heparin
dilakukan.
disuntikkan intravena, pengaruh antikoagulannya mudah
lenyap dari darah, karena waktu paruh tergantung dari
dosis yang diberikan. Dari percobaan pemberian heparin Kontraindikasi
dengan dosis 100, 400, dan 800 unit/kg berat badan yang Hipersensitivitas terhadap heparin, pasien dengan
diberikan intravena, tampak bahwa waktu paruh aktivitas perdarahan aktif, hemofilia, purpura trombositopenik,
antikoagulasi kurang lebih berturut-turut sekitar 1,2, dan perdarahan intrakranial, endokarditis bakterial, tuberkulosis
3jarn. aktif, meningkatkan permeabilitas kapiler, ulkus traktus
Heparin di dalam tubuh akan dimetabolisasi dalam hati gastrointestinalis, hipertensi berati kemungkinan abortus
oleh enzim heparinase, dan hasil metabolit yang inaktif dan karsinoma alat dalam.
dikeluarkan bersama urin. Heparin sendiri dapat pula Heparin harus ditunda pada dan sesudah operasi mata,
ditemukan dalam urin setelah pemberian dosis besar otak atau medula spinalis.
rntravena.
Waktu paruh aktivitas antikoagulan heparin dapat Antidotum
memanjang lebih dari normal pada pasien dengan Kerja heparin dapat dinetralisir oleh protamin sulfat.
gangguan faal ginjal dan sirosis hati. Untuk pasien dengan Pemberiannya intravena secara pelan pelan. Diberikan
1436 ONKOI.OGIMEDIK

sebagai larutan satu persen dan diperhrtungkan 1 sampai . Yang meningkatkan respons: aspirin, fenilbutason,
1,25 mg protamin per mg heparin, dan jangan melebihi 100 oksifenbutason, metronidazol, moral hidrat, d-tiroksin,
mg dalam waktu 24 jam. Kelebihan dosis protamin steroid anabolik, kinidin dan glukagon.
memberikan efek antikoagulan. . Yang mengurangi respons : barbiturat, griseofulvin,
vitamin K, vitamin C dosis tinggi dan
adrenokorlikosteroid.
ANTIKOAGULAN ORAL
Penyerapan, Nasib dan Pengeluaran
Yang termasuk dalam kelompok obat ini ialah kelas Obat antikoagulan oral diserap di usus. Kecepatan
kumarin (bishidroksikumarin) dan Indandion penyerapan tergantung jenis obat. Warfarin lebih cepat
(Fenindion). Sejumlah obat golongan kumarin ini telah diserap dibandingkan dengan dikumarol. Di antara jenis
dapat disintesis. Strukturnya mirip vitamin K yang warfarin sendiri terdapat juga perbedaan. Bioav ailability
sintetik. Diperkirakan kerja golongan antikoagulan ini kalium warfarin pada manusia lebih rendah dari pada
kompetitif terhadap vitamin K, sehingga faktor-faktor natrium warfarin.
pembekuan yang membutuhkan vitamin K dalam Obat golongan ini akan mengalami konjugasi di dalam
pembentukannya akan terganggu. Faktor-faktor tersebut hati dan dikeluarkan dengan urin serta tinja.
ialah: faktor II, faktor VII, faktor IX dan faktor X. Jadi
obat antikoagulan oral tidak bakerja secara langsung.
Mereka tidak mempengaruhi pembekuan in vitro, tapi Penanganan Pengaruh Toksik
in vivo. Gangguan pembekuan ini tidak berlangsung Perdarahan merupakan hal yang tidak diinginkan pada
segera setelah meminum obat, melainkan tergantung dari pemberian obat antikoagulan oral.
penyusutan atau hilangnya faktor-faktor pembekuan Pengobatan perdarahan karena pengaruh obat ini
yang bersangkutan, dimana masing masing mempunyai ialah segera menghentikan obat dan memberikan vita-
waktu paruh yang berbeda. Yang hilang pertama adalah min K, (fitonadion). Cara ini akan menghentikan
faktor VII karena waktu paruhnya terpendek kemudian perdarahan ringan/kecil, dan waktu protrombin akan
diikuti berturut turut oleh IX, X dan akhirnya II. Dengan menjadi normal dalam waktu 24 jam. Vitamin K3 dalam
demikian efek antikoagulan baru nyata setelah masa hal ini tidak efektif. Bila perdarahan berat, diberi vita-
laten antara 12-24 jam. Sebaliknya demikian pula bila min K intravena paling sedikit 50 mg. Bila dengan cara
terjadi perdarahan akibat dosis antikoagulan berlebihan, ini tidak menolong setelah beberapa jam, perlu segera
make pemberian vitamin K tidak dapat segera transfusi darah segar atau, fresh frozen plasma dan
mengatasinya dan perlu diberikan transfusi plasma atau penambahan vitamin K,
darah segar. Bila pasien dengan antikoagulan oral akan menjalani
operasi, obat dapat dilanjutkan dengan penambahan vita-
min K, 2,5 mgtiap hari, dua hari menjelang operasi atau 5
Faktor-faktor yang Mempengaruhl Aktivitas mg pada hari menjelang operasi.
Terdapat beberapa faktor baik fisiologis maupun patologis Alternatif lain bila pasien dengan warfarin akan
yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan respons menj alani operasi, warfarin dap at dihentikan. S elanjutny a
terhadap obat antikoagulan oral. Faktor-faktor tersebut diberi substitusi heparin dosis rendah menjelang operasi
berpengaruh terhadap efek biologis obat. sampai 5-7 hari setelah operasi. Kemudian kembali ke obat
Beberapa faktor yang mempengaruhi obat antikoagulan oral semula.
adalah: Kontraindikasi sama dengan heparin, termasuk
. Faktor yang memngkatkan respons hipoprotrombinemia. panyakit hati, ginjal, dan defisiensi vitamin K.
- Faktor yang mengakibatkan defisiensi vitamin K
(diet yang kurang, penyakit usus halus).
Preparat dan Cara Pemberian
- Penyakit hati dengan berbagai etiologi.
Warfarin sodium U.S.P. (Koumadin, Panwarfarin) dapat
. Keadaanhipermetabolikseperti: demam,hiperliroidisme
. diperoleh dalambentuk tab1et2,2,5,5,1,5,10 dan 25 mg.
Faktor yang menurunkan respons hipoprotrombinemia:
Meskipun dianjurkan dosis awal antara 40-60 mg sebaiknya
kehamilan sindrom nefrotik, uremia.
hati-hati dengan dosis yang besar. Terapi dapat dimulai
dengan 10-15 mg; sedang dosis pemeliharuar'arrtara2-15
lnteraksi Obat mg tiap hari.
Terdapat beberapa macam obat yang dapat mengadakan Dicumarol U.S.P. (Bishidroksikumarin). Pada manusia
interaksi dengan obat antikoagulan. Pengaruhnya dapat obat ini lambat dan tak sempurna diserap. Waktu paruh
meningkatkan atau menurunkan respons antikoagulan tergantung dari dosis yang diberikan. Sering memberikan
oral. gangguan gastrointestinal (mual, kembung, nyeri den
PENGGUNAAN OBATOBAIAN AI\TIKOAGULAT{ ANTITROMBOLITIK 1437

diare). Dosis yang dianjurkan pada had pertame 300 mg, menggerombol dan waktu perdarahan memanjang. Dosis
hari kedua 200 mg den dosis pemeliharaan antara 25-150 antar a 325 - 1300 mg memberikan pen garuh antitrombotik
mg disesuaikan dengan respons pengobatan yang dan waktu protrombin pun akan memanjang dengan
diukur dengan one stage prothrombin time. Kemasan pemberian dosis tinggi ini. Sebaliknya dosis 100-300 mg
berupa tablet 25,50 dan 100 mg serta kapsul 25 dan tidak mempunyai pengaruh.
60 Mg. Faktor faktor koagulasi (II, VII, IX dan X) menunjukkan
Ansenokoumarol. Waktu paruh pada manusia sekitar penurunan aktivitas pembekuan dengan dosis aspirin
8 jam. Dosis yang dianjurkanpadahanpertama2S mg, hari antara 1.300-2.000 mg yang dapat dikoreksi dengan
kedua 16 mg, selanjutnya dosis pemeliharaan tergantung pemberian vitamin K.
pada one stage prothrombin activity. Efek samping yang
pernah dilaporkan ialah iritasi gastrointestinal, dermatitis,
urtikaria dan alopesia. DIPIRIDAMOL
Fenindion, U.S.P. (Hedulin). Obat ini banyak efek
sampingnya, dan toksis. Karenanya pemakaiannya tak Obat ini berkhasiat vasodilator, yang dalam kombinasi
dianjurkan. Difenadion, U.S.P. (Dipaksin). Efek samping dengan warfarin menghambat terjadinya emboli pada
berupa gangguan gastrointestinal yang ringan. Dosis awal pasien dengan katup prostetik.
padahari perlama 20-30 mg, hari kedua 10-15 mg, dan dosis Dipiridamol sendiri secara klinis tidak mempunyai efek
pemeliharaan 2,5-5 mg setiap hari. Sediaan berupa tablet 5 menghambat ADP. Cara kerja obat ini menekan fungsi
mg. trombosit dengan merangsang aktivitas prostasiklin atau
Fenprokoumon, U. S.P. (Likuamar). Waktu paruh dalam menghambat aktivitas siklik nukleotid fosfodiesterase,
plasma adalah panjang yaitu 6 hari. Efek samping yang dengan hasil meningkatkan kadarAMP siklik.
dilaporkan ialah : nausea, diare dan dermatitis. Dosis hari Dosis dipiridamol pada pasien dengan katup jantung
pertama 2l mg, hari kedua 9 mg dan dosis pemeliharaan buatan ialah 400 mg setiap hari.
antara 0,5 6 mg tergantung one stage prothrombin time.
Tersedia dalam bentuk tablet 3 mg.
Anisindion. Penggunaan sangat terbatas. Hari pertama SUFINPIRAZON
diberikan 300 mg, hari kedua 200 mg, han ketiga 100 mg.
dan dosis pemeliharaan 2 10 mg setiap hari. Obat ini digunakan untuk tujuan urikosuria, dan di
sampingnya dapat menghambat fungsi trombosit dalam
hal kemampuannya melekat pada sel subendotel dan
OBAT ANTITROMBOTIK sintesis prostaglandin.
Pengaruh menghambat agregasi trombosit baru tampak
Cara kerja obat antitrombotik berbeda dengan obat 18 jam setelah pemberian obat tersebut.
antikoagulan. Golongan yang perlama bekerjanya menekan
fungsi trombosit, sedangkan golongan kedua menekan
pembentukan atau fungsi faktor-faktor pembekuan. Yang KLOFIBRAT
pertama digunakan terutama pada penyakit trombotik
arlerial, sedang yang kedua guna mengontrol gangguan Merupakan obat hipolipidernik yang juga dapat
tromboembolik vena. mengurangi perlekatan trombosit ln vttro.
Kemanjuran obat antitrombotik dari pada obat yang
mencegah penggumpalan trombosit dapat diperlihatkan
dalam: DEKSTRAN 70 DAN DEKSTRAN 75
. Tes fungsi trombosit in vitro eks vivo (yaitu trombosit
yang berasal dari orang yang telah mendapat obat). Dekstran in vitro tidak mempunyai pengaruh terhadap
. Percobaan binatang. Yang tergolong obat antitrombotik fungsi trombosit dalam darah, namun waktu pembekuan,
yaitu aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, dekstran 70 dan polimerasi fibrin dan fungsi trombosit dapat terganggu in
75, dan klofibrat. vlvo. Infus dekstran harus hati-hati pada pasien dengan
edema paru, payah jantung dan fungsi ginjal yang
menurun. Hal ini disebabkan karena.dekstran dapat
ASPIRIN meningkatkan tekanan osmotik koloidal. Ada
kontraindikasi untuk pasien anemia berat, trombositopenia
Obat ini mampumenghambat pengeluaran ADP dari berat dan kadar fibrinogen yang menurun. Efek samping
trombosit dan menghambat pembentukan prostasiklin dan yang mungkin timbul ialah urtikaria, sesak napas dan
tromboksan AT Akibatnya trombosit tidak cepat hipotensi.
1438 ONKOII)GIMEDIK

OBAT TROMBOLITIK DAN FIBRINOLITIK atau antikoagulan ora1. Selama pengobatan dengan
urokinase, tidak perlu memonitor dengan waktu trombin.
Streptokinase dan urokinase adalah protein yang telah
menunjukkan kemanjurannya guna pengobatan penyakit
tromboemboli akut. Mereka meningkatkan pemecahan ANTIDOTUM UNTUK OBAT FIBRINOLITIK
trombi dengan memacu perubahan plasminogen endogen
menjadi plasmrn (fibrinolisin), suatu enzim proteolitik yang Antidotum yang spesifik untuk menanggulangi kelebihan
menghidrolisasi fibrin. Penggunaan obat ini harus oleh dosis obat fibrinolitik (streptokinase, urokinase) ialah asam
tangan dokter yang berpengalaman banyak dalam aminokaproat.
mengelola penyakit tromboemboli. Asam aminokaproat (Amicar) dapat diperoleh dalam
Obat tersebut diindikasikan pada emboli paru yang luas bentuk suntikan, sirup atau tablet. Dosis awal adalah 5 g
dan tromboflebitis iliofemoralis yang berat. (oral atau iv) dilanjutkan dengan 1,25 gtiapjam sampai
perdarahan dapat dikendalikan. Dosis tidak boleh melebihi
Streptokinase (Streptase) 30 g dalam wakn 24 jam. Penyuntikan intravena harus
Dihasilkan dari Streptococcus betahemolyticus. Ia bekerj a dilakukan pelan-pelan guna menghindari kemungkinan
dengan cara interaksi dengan proaktivator plasminogen timbulnya hipotensi, bradikardia dan disritmia.
hingga terbentuk kompleks yang mempunyai aktivitas pro-
tease dan mempercepat perubahan plasminogen menjadi
plasmin. Plasmin ini mampu menghancurkan fibrin yang PEMAKAIAN OBAT ANTIKOAGULAN, ANTI-
terjadi pada bekuan darah dan menurunkan fibrinogen dan TROMBOTIK DAN TROMBOLITIK
faktor V dan VII. Streptokinase dapat melarutkan bekuan
darah yang telah timbul. Bll.a zat tersebut diberikan pada Obat obat tersebut digunakan untuk mencegah penyakit
luka yang sudah menutup, akan terjadi perdarahan lagi. tromboemboli. Telah digunakan untuk pengobatan
Karena itu harus dicegah pemberian obat antikoagulan maupun pencegahan pada infark miokard, katup jantung
dan obat yang mencegah aglutinasi trombosit bersamaan buatan, emboli jantung, emboli paru, tromboemboli
dengan streptokinase atau urokinase. serebral, trombosis vena dalam pada waktu dan setelah
Efek yang tidak diinginkan dengan pemberian strep- pembedahan. Untuk penggunaan obat obat tersebut harus
tokinase ialah reaksi panas, reaksi alergi sampai anafilaksis. tersedia sarana laboratorium yang baik serta tenaga yang
Hal ini disebabkan karena terbentuknya antibodi terhadap berpengalaman. Monitorlng harus dilakukan guna
obat tersebut. menghindari timbulnya bahaya perdarahan.
Obat ini telah digunakan dengan hasil baik untuk
pengobatan emboli paru akut dan trombosis vena yang
letaknya dalam. Biasanya dosis awal streptokinase adalah PEMERIKSAAN LABORATORIUM GUNA PENG-
250.000 U. Diberikan inffavena pelan pelan selama 30 menit, AWASAN PEMAKAIAN OBAT ANTI KOAGULAN
kemudian dilanjutkan dengan 100. 000 I.U. setiap jam.
disesuaikan dengan waktu trombin. Pengobatan diteruskan Tujuan pemeriksaan laboratorium sebelum dan selama
untuk 24 sampai 72 jam dan selalu dimonitor dengan waktu pemakaian obat antikoagulan ialah menilai serta mencegah
trombin. Waktu trombin ini sebaiknya berkisar arrtaft 2 dan sebaik mungkin mengurangi efek yang tidak
sampai 5 kali harga normal. Penggunaan lain yaitu pada diinginkan atau guna mengetahui efektivitas pemberian.
infarkmiokard akut. Pemeriksaan sebelum menggunakan obat dimaksudkan
untuk menemukan kemungkinan kelainan hemostasis.
Pemeriksaan yang diperlukan :
Urokinase (Abbokinass)
Obat ini pertama kali diisolasi dari kencing manusia. Dibuat
. penentuan hemoglobin, trombosit
dari kultur sel ginjal manusia. Zatini adalahenzimproteolitik
. pemeriksaan hapusan darah perifer
dan merupakan substrat alamiah yang mengaktifkan plas-
. pemeriksaan urin
minogen menj adi plasmin.
. waktu pembekuan darah(Lee White)
Penggunaannya serupa dengan streptokinase.
. waktu tromboplastin parsial (PTT)
Kontraindikasi pemakaian urokinase ialah : pada anak,
. one stage prothrombin time
pasien yang baru sembuh dari luka trauma yang baru,
. tes protrombin dan prokonvertin
keganasan di viseral dan intrakranial, cerebrovasculer
. tes trombo (thrombo Test)
accident yang baru, serta kehamilan. Dosis awal uroki- Guna memonitor pemakaian heparin disarankan
nase sebanyak 4.400 l.U./kg, diberikan intravena selama pemeriksaan PT! karena ini lebih peka dibandingkan waktu
l0 menit, kemudian diteruskan dengan infus 4.400 LU/Kg. pembekuan darah.
setiap jam selama 12 jam dan selanjutnya diberi heparin Untuk pasien dengan antikoagulan oral dimonitor
PENGGTJI.IAAN OBATOBI$AT{ AITITIKOAGULAN ANTTTROMBOLTTIK 1439

dengan: tes one stage prothrombin time, tes protrombin REFERENSI


dan prokonvertin (Tes P dan P) dan tes trombo.
Buckler P, Douglas AS. Antithrombotic treat-ment. Brit Med J.
7983; 28'7:196.
Leavel BS, Thorup OA. Anticoagulants in fundamental. Hematol-
PENGENDALIAN EFEK PENGOBATAN ogy. Fourth edition. 1976. p. 600.
(THERAPEUTTC RANGq O'Reilly RA. Anticoagulant, antithrombotic and thrombolytic drugs,
in Goodman & Gilman's. The pharmacological basic of thera-
Pengendalian dosis pemeliharaan perlu memperhatikan peutics. 6th edition. New York: Mac Milian Pubi Go; 1980. p.
hasil laboratorium. t34'7.
. Waktu pembekuan hasilnyamtara2-2,5 normal. Schoder R, Biamino G, Enz Rudiger VIL, et al. Iniravenous short
. Kompleksprotrombinhasilnyawfiara2}-2l term infusion of Streptokinase in acute myocardial infarction.
. Tes trombo hasilnya antaru5-l5%o.
Circulation. 7983:67 :536.
Sharma CVRK, Gella G, Parisi AF, et al. Thrombolytic therapy. New
. Tes protrombin dan prokonvertin = 20 Eng J Med. 7982;306:1268.
228
PERAN FLOW CYTOMETRIC
IMMUNOPHENOTYPING DI BIDANG
KEGANASAN HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI
Cosphiadi Irawan, Zubairi Djoerban

PENDAHULUAN APA ITU FLOW CYTOMETRY ?

Ketepatan diagnosis keganasan darah sangat tergantung Flow-cytometry adalah teknologi yang memungkinkan
dari tiga parameter yang saling mendukung, yaitu: pengukuran berbagai karakter fisik dari satu sel (single file
morfologi, imunofenotip dan sitogenetika (sesuai dengan cell) secaru simultan/bersamaan .Pengukuran ini dilakukan
rekomendasi WHO dan klasifikasi "FABlFrench pada saat satu seUparlikel, bersama aliran air (fluid stream)
American British"). Beberapa kasus mungkin telah sangat dengan kecepatan 500 sampai 4000 sel per detik melewati
jelas diagnosanya berdasarkan morfologi selnya (sitologi) sistem analisa oplik(apparalus) yang mampu melaporkan:
atau jaringan (histologi) yang didukung pewarnaan secara relatif ukuran (forward scatter), granularitas/
imunositokimia,ihistokimia; namun tidak sedikit pula yang kompleksitas internal (side scatter) dan intensitas flurosens
memerlukan kajian sitogenetik dan biologi molekular dari sel tersebut pada saat berinteraksi dengan sinar laser.
terlebih bila akan mengkaji subklasifikasi, prognosis, hasil Alat ini umumnya menggunakan sumber sinar LASER (/igizr
pengobatan dan kemungkinan sisa minimal sel ganas amplification by stimulated emission of radiation) dari
(" minimal residual diseaselMRD"); tulisan ini selanjutnya argon dengan panjang gelombang 488 nm yang akan
akan menitik beratkan pada pembahasan peter ap an "fl ow dieksitasi (menyerap energi) oleh flurokrom tertentu
cytometric immunophenotyping" ( FCI ) pada keganasan (misahya: PerCP/Perkloroferidin, FTTC / fluoroisotiosianat,
darah dan tumor padat. PE/fikoeritrin ) yang kemudian melepaskan energi (emitting
"Imunophenotyping" sendiri berarti: mengenali photon) yang diserapnya melalui: getaran (vibration),
ifi c at i o n) dan men ghitun g (q u an t ifi c at i o n) anti-
(i d e nt pelepasan panas (heat dissipation) dan dengan panjang
gen sel melalui "fluorochrome" yatg dilekatkan (labeled) gelombang yang berbeda yang disebut fluoresens (FLl,
pada antibodi monoklonal yang spesifik terhadap anti- FL2 ata.u FL3) yang direkam oleh detektor optik berupa
gen dipermukaan atau sitoplasma (intra selular) dari sel energi sinyal yang akan diubah menjadi sinyal elektronik
tertentu. Teknik ini dapat dikerjakan secara manual serta dilaporkan berupa gambaran distribusi sel dan
dengan menggunakan mikroskop fluoresens atau dengan enumerasi. (Gambarl)
alatJlow-cytometry (FAC-scan atalu Coulter) yang dapat Hal ini menjadikan imunofenotip dengan flow-
menilai dan menghitung sel sel satu persatu serta cytometry merupakan fase yang penting dalam menilai dan
menganalisa berbagai parameter karakteristik sel yang menentukan diagnosis awal dan klasifikasi pasien dengan
kompleks secara simultan, obyektif dengan akurasi yang leukemia akut; yang dalam perkembangannya berperan
tinggi. Untuk dapat memahami bidang imunophenotyping pula untuk menentukan prognosis. rencana pengobatan
dengan baik, maka pembahasannya tak dapat dilepaskan dan membantu mendeteksi adanya residu minimal penyakit
dengan pengertian flow - cytomet ri danhalhal yang terkait (MRD: minimal residual disease). Teknik ini dipergunakan
dengannya. pula untuk melakukan enumerasi CD4 (sel T helper) ,CDB

t440
PERAN FLO\il CTTOMETRIC IMMUNOPHENOTYPING t44t

Gambar l.Terlihat suspensi "singld'sel yang tedokus oleh tekanan hidrodinamik dalam aliran cairan
dan di"interseksi" oleh laser ion argon, dimana sinyal yang dikeluarkan akan di tangkap oleh detektor
"forward /side scattel'(1)dan detektor multi emisi flurosens (2-4). Sinyal ini akan dikonversi dan
diamplifikasi menjadi data digital dan ditayangkan dalam layar computer. Sumber: Brown M. Clin Chem
2000

(sel T supresor), CD56(-)/NK sel, CD34 (sel induk), KEGANASAN HEMATOLOGI DAN
retikulosit; dan pada tumor padat digunakan untuk IMUNOFENOTIP
menganalisa siklus sel, tingkat proliferasi, DNA ploldy,
apoptosis dan monitor resistensi sel terhadap kemoterapi. Pada dasarnya semuajenis sel darah berasal dari sel induk
serta banyak lainnya. FCI dalam perkembangannya (stem cell), yang kemudian berdiferensiasi dan
merupakan alat yang berguna untuk menentukan diagnosa berproliferasi baik pada jalur mieloid atau limfoid; di bawah
berdasarkan fenotip baik secara selular dan juga kontrol sitokin seperti CFS (colony stimulating factors).
hematopatologi Berbagai spesimen yan-e dapat dipakai Sel-sel pendahulu Qtrecursor) dari jalur dan fase yang
dapat berasal dari darah tepi. aspirasi sumsum tuian g. core berbeda akan mengekspresikan subset molekul yang
biops1'. aspirasi j arum halus, sampel segar blopsi.l arin gan. berbeda pada permukaan/membran selnya dan mungkin
danjuga berbagai sampel dari cairan tubuh. juga sitoplasmik (intrasel) yang dapat merupakan penanda
khusus dari sel tersebut. Konsep inilah yang kemudian
didefinisikan/dikenal sebagai antigen CDI cluster of
POPULASI SEL SUMSUM TULANG NORMAL differentiation. CD antigen ini berhubungan dengan
membran-plasma leukosit yang secara molekular mungkin
Sumsum tulang normal didominasi elemen matang dari berhubungan dengan berbagai fungsi sel, seperti misalnya:
mielopoesis. Sel ini umumnya berukuran besar dan sangat interaksi sel, reseptor sitokin, sinyal transduksi, ion
bervariasi dari kompleksitas sitoplasma dan inti sel, channels, transportasi, enzim, Ig, atau molekul adhesif.
sehingga dapat dibedakan dengan komponen lainnya Sejalan dengan diferensiasi sel pada jalurnya, maka CD
berdasarkan penyebaran cahayanya (light scatter). antigen ini akan berubah. Sebagai contoh sel induk mieloid
Informasi yang lebih rinci didapat dengan dual parameter mengekspresikan CD34+ (merupakan penanda sel induk),
RALS (rlghr angle light scatter) dan CD45 (antigen yang yang kemudian akan mengalami penurunan/menghilang
dijumpai pada leukosit) dengan intensitas berbeda-beda (down regulation) pada saat berdiferensiasi ke bawah
tergantung dari jenis selnya. Masing masing sel akan menjadi granulosit; dan mulai mengekspresikan CDl3, dan
menempati posisi tertentu dalam penampilan digitalnya CD33. Neutrofil matang akan memperlihatkan CDllb,
(Gambar 2), proses selanjutnya dengan melaktkan gating CD13, dan CD15, namun CD33 menghilang. Pada
(penilaian dan penghitungan kelompok sel tertentu) keganasan limfoid atau mieloid, analisa tlow-cytometry
berdasarkan koekspresi dari antibodi monoklonal tertentu menggunakan panel mtibodi monoklonal dapat mendeteksi
dapat diketahui jumlah dan jenis sel tersebut. Dengan secara spesifik dengan ketepatan mencapai 98% untuk
memahami prinsip diatas dan proses hematopoeisis membedakan asal sel tersebut, selanjutnya karena
normal maupun yang patologis teknologi ini mampu perannya yang penting pada leukemia akut, maka FCI akan
memberikan asupan yang sangat bermanfaat bagi seorang dibahas lebih mendalam dibanding jenis keganasan
klinisi dalam menentukan terapi, prognosis, monitor hasil lainnya. Sistim panel antibodi monoklonal yang digunakan
pengobatan dan banyak lainnya. dari satu pusat kesehatan dengan yang lainnya, biasanya
t442 ONKOITOGIMEDIK

Gambar 2 . Dual parameter CD45/'side scatte/' memperlihatkan beberapa populasi , regio (r) A : Sesuai SSTL
normal dengan beberapa populasi normal, B : Limfoblast pada ALL C : CML dengan transisi krisis blas / mieloblas
meningkat dan reaktif precursor erithroid d: Keganasan rendah limfoproliferatif , sesuai dengan CLL

akan berbeda dalam tingkat spesifitasnya. Namun secara baku yang kaku, kembali penulis mengutip pertemuanpanel
diagnostik, panel tersebut harus terdiri dari minimal Amerika dan Canada tahun 1997 y ang merekomendasikan
kombinasi yang dapatmembedakan kelompok sel dan jenis pada semua kasus, interpretasi akhir FIC harus berkaitan
keganasannya (limfoid/mieloid,akut atau kronik, limfoma dengan keadaan klinis, morfologi, hasil laboratorium dan
sel B/T, sel plasma./mieloma multipel). Tentu saja hal ini studi lain yang dianggap sesuai.
memerlukan seorang ahli penyakit darah dan kanker serta
patologi klinik yang berpengalaman; serta tergantung pula Akut Mieloblas Leukemia/AML M0
dari dana yang tersedia, kemampuan pasien dan kebutuhan Sel blastM0, secara imunohistokimia bereaksi negatif, dan
penelitian. menempati posisi yang rendah pada CD45+ dan RALS
(side scatter) dan berhimpitan dengan daerah limfoblas.
Namun setidaknya akan bereaksi positif dengan minimal
KEGANASAN HEMATOLOGI satu penanda spesifik mieloid seperti: CD13+, CD33+ dan
CD11b+. Bila ditemui reaksi dengan mieloproksidase
Sampai dengan saat ini telah diketahui setidaknya 247 CD (MPO) maka reaksi ini akan lebih sensitif dari pada
subset antigen yang mewakili perkembangan sel kombinasi CD13+ ataupun CD33+. Meskipun bereaksi
pendahulu sampai dengan matang baik dari mieloid atau negatif terhadap penanda limfoid , namun dapat ditemui
limfoid. Dengan tetap mengacu pada kemampuan pulakoekspresiCDT+ dan CD4+. M0 hampir selalubereaksi
diagnostik dari sudut morfologi, imunosito/histokimia dan positif terhadap HLA-DR dan CD34. Beberapa peneliti
kariotip; beberapa acuan CD berikut akan disampaikan melaporkan koekspresi CD7+ dan CD34+, memiliki
pada masing masing keganasannya. Namun tetap harus prognosis yang buruk karena berhubungan dengan
dicamkan, mengingat kesulitan untuk menyusun kriteria fenotip kebal terhadap pengobatan; M0 juga dilaporkan
PERAN FI.OW CTTOMETRIC IMMI,JNOPHENOTYPING t443

memperlihatkan kekerapan yang tinggi abnormalitas dilakukan dengan panel antibodi monoklonal dan bila
sitogenetik, yang diantaranya berhubungan dengan mungkin abnorrnalitas genetik
kromosom 5 dan 7. ALL precursor B: biasanya menunjukkan CD19+, CDl9a+
dan CD1 0+; negatif atau dim CD20; CD22 + padapermukaan
AML M1 atau sitoplasma sel serla CD45 C) atau dim (intensitas antara
M1 mempunyai gambaran flow digital yang mrrip dengan "bright" dan negatif). slg biasanya (-) dan CD34 sering
M0, dan mungkin sulit dipisahkan, kecuali adanya positif meskipun dianggap tak spesifik. Hal yang membantu
penambahan side scatter karena adanya peningkatan membedakan dengan limfoma adalah ekspresi TdT, CD13
granularitas. (namun ini tidak definitif). M1 biasanya selalu dan atau CD33. Beberapa patokan diagnosa adalah bila
menampilkan CD 1 3+, CD3 3+ dan HLA DR+; namun CD34+ dijumpai ekspresi kuat CDl9 dan CD10 dengan TdT atau
yang lebih rendah dari M0. Sebagian juga dapat ditemui CD34 positif atau densitas rendah CD45; ekspresi CD
CD 1 5+ dan CD4+, namun lebih jarang dari M0 lainnya dapat diabaikan. Bila CD10(-) , namun ditemui
ekspresi kuat CDl9 dan CD22,inipun dapat
dipertimbangkan diagnostik (dengan koekspresi TdT dan
AML M2 CD34). Belakangan CDlgasebagai reseptor sel B (protein
Perbedaan yang menonjol antara Ml dan M2, adalah pada permukaan sel) mulai muncul sebagai reagen diagnostik.
M2 telah ditemui adanya pematangan dan menurunnya Untuk membedakan dengan sel B yang dapat meningkat
persentase blast. CD45+ dan side scattermefirperlihatkan
pada beberapa kasus (terutama pasien anak) digunakan
gambaran yang tak terputus (kontinu) dari regional gambaran variatif ekspresi dari berbagai penanda di atas
mieloblas ke mieloid matang. Umumnya M2 dengan menggunakan analisa multi parameter.
memperlihatkan HLA DR+; adanya ekspresi CD19+ dan
ALL precursor T: memiliki karakter CD7+, CD5a+, dan
CD 56+ pada M2 mungkin berhubungan dengan t (8;21)
CD2+, namun CD3(-) atau dim untuk sitoplasma (cytCD3+).
yang merupakan prognosis yang baik pada pasien dewasa.
Adanya CD4 dan CDS dapat dijumpai dalam berbagai
Pasien dengan morfologi M2 dan t (8;21), jarang ditemui
kombinasi (namun umumnya keduanya negatif atau
CD13-, CD14- dan CD33- dan MPO+. Sedang pada M3
keduanya positif) dianggap parameter diagnostik. Demikian
akan ditemui penurunan CD45+ dan juga menurun serta
pula dengan kombinasi CD3+ danTdT dan CD34+; untuk
hilangnya HLA-DR pada kebanyakan kasus.
yang terakhir hati hati bila sampel berasal dari mediastinal
Pada M4 dan M5, keduanya memiliki kemiripan dari
anterior, karena timosit juga memberikan ekspresi yang
segi fenotip, kecuali pada M4 CD34+ lebih banyak ditemui
sarna.
dari pada M5. Fenotip yang penting pada keduanya adalah
Lekemia sel rambut (Hairy cell leukemia), dikenali denga
CD13+, CD33+, HLA-DR, CD14+ dan CD15+. Pada
slg+; pada jenis rantai ringan sel B, penanda sel B akan
beberapa kasus M5 dapat ditemui CD56+. AML M6 jarang
ditemui positif kuat (umumnya lebih dari sel B normal dan
ditemui dan belum teridentifikasi dengan baik;
sudah pasti lebih dari kelainan limfoproliferatif lainnya)
CD34+,CD13, dan CD33 biasanya dapat ditemui,
sedangkan ekspresi CD45 dan side scatter dominan CLL sel B: memiliki karakterCDl9+, CD5+, CD20 tun CD22
menonjol pada daerah eritroid. AMLMT (megakarioblastik dim dan slg dim terbatas pada rantai ringan.
leukemia) merupakan kurang dari lVo kasus AML dimana
diagnosa ditegakkan bila lebih dai 30Vo sel noneritroid Bilineage Leukemia Akut
adalah megakarioblas (ini kadang sulit dikenali).Secara Keadaan dimana ditemui selblastberasal dari dlua lineage
imunofenotip dapat dikenali bila mengekspresikan CD61 lalw yangberbeda, yang dapat berupa kombinasi mieloid
(Gp IIIA) dan/atau CD41 (Gp IIb-IIIA). Secara keseluruhan dan limfosit B atau T: atau berasal dari sel limfosit B dan T
berdasarkan kriteria WHO/FAB, AML dibagi atas delapan dan bukan mieloid sama sekali. Cara termudah menentukan
subtipe berdasarkan: morfologi, bereaksi positif terhadap adalah dengan FIC ,dimana alur mieloid akan bereaksi
pewarnaan Sludar'blackB dan peroksidase; minimal secara terhadap MPO minimal 37o dari sel bla.st. Untuk sel I
bervariasi mengekspresikan CD13, CD14, CD33, CD41 cytCD3 (sitoplasma CD3) merupakan parameter diagnostik
,CD61 dan glikoforin A. Beberapa senter menggunakan dan cytCDT9a atau cytCD22 positif untuk sel B
CD45, CD34 dan CD7 sebagai penapis MRD. Beberapa
abnormalitas sitogenetik seperti t (8;21 atau 15;17), inversi
kromosoml6, abnormalitas 11q23 dapat digunakan untuk Leukemia Akut Bifenotif
menetapkan respon terapi dan prognosis. Suatu kedaan dimana sel biasr memiliki reaksi positif untuk
dua penanda spesifik dua alur yang berbeda; keadaan
yang lebih jarang adalah positif dengan tiga penanda
Leukemia Limfoblastik: ALL (Akut lekemia spesifik. Diagnosis dengan FIC diperlukan mftimal flow
limfoblastik) cytometry analisa dua warna. Sel blast dapat menunjukkan
Klasifikasi WHO menetapkan bahwa klasifikasi ALL harus reaksi positif dengan MPO y-untuk mieloid-y dan cytCD3
1444 ONKOLOGIMEDIK

(limfositT) atau dengan cytCDT9a (limfositB). Variasi lain FCI DI BIDANG ONKOLOGI
adalah sel blast mengekspresikan cytCD3 dan cytCDT9a
atattCD22lcytCD22 untuk sel limfosit T/B yang nature. Perkembangan teknologilow cytometry dibidang onkologi
Reaksi CD3 positif tidak bermakna cytCD3 positif. Keadaan dilaporkan mencakup monitoring regulasi siklus sel,
yang jarang sekali ditemui namun pemah dilaporkan adalah apoptosis, berbagai rnekanisme resistensi terhadap obat
sel b/asl menunjukkkan reaksi positif terhadap tiga penanda sitotoksik/MDR dan respon kemoterapi. Beberapa
spesifik mieloid, limfosit T dan B yaitu: MPO, cytCD3 dan mekanisme ektraselular seperti farmakokinetik obat
cytCDl9a/cytCD22. (distribusi, metabolisme dan ekstrasi) , adanya sel tumor
Untuk keganasan sel plasma (misal: mieloma multipel) pada daerah sanctuaries (daerah dimana obat tak
selalu menunjul<katbright CD38+ dengan ekspresi cytlg, terdistribusi) dan beberapa mekanisme biokimiawi
CD45 juga kadang terekspresi lemah. Sedangkan untuk dipercaya memegang peranan terhadap kegagalan
sindrom mielodisplasia, meskipun terjadi peningkatan sel kemoterapi. Beberapa mekanisme spesifik MDR dilaporkan
blast (CD45 dan RALS, CD34 dan penanda pan rnieloid terhadap doksorubisin, vinkristin dan taksol.
lainnya) dapat dideteksi dengan FCI, namun diagnosis Berapa fluorokrom seperti "kalsium probes. Kalsein,
MDS tak dapat hanya beranjak dari FCI saja. Quin2" dapat memonitor "ffiux" obat oieh pompa MDR.
Deteksi beberapa protein yang berhubungan dengan
resistensi obat (MRP/rtulti drugs resistance associated
Limfoma Maligna
protein) telah dilaporkan pada beberapa keganasan seperti:
Kemampuan FCI hampir menyamai teknik imunohistokimia,
karsinorna paru (LRP) dan payudara (BRCP).
namun dalam beberapa segi dapat lebih sensitif,
Untuk mempelajari gambaran siklus sel (G0/l - S-G2 M).
subjektifitas yang rendah dan hasil yang lebih cepat.
dipergunakan distribusi bivariat terhadap DNA conlerrr
Namun sampai saat ini FCI belum menjadi patokan baku
dan ekspresi siklins D 1 . E. A dan B 1. Pada fase G0/1 DNA
diagnostik penyakit Hodgkin dan non Hodgkin (NHL),
sel sesuai dengan set satu unit. meningkat pada fase S
dikarenakan beberapa kontroversi apakah klasifikasinya
dan dua kali lipat fase G0/1 pada fase GIAI tdua unit).
cukup hanya dengan imofenotip saja. NHL umumnya
Demikian pula terjadi perubahan ekspresi siklins pada
menunjukkan gambaran populasi sel B dengan ekspresi Ig
masing masing fase. Distribusi sel tehadap parameter ini
rantai ringan dan (sel B normal atau jinak menunjukkan
akan menempatkan sel pada subkompaftemen G0/1-S-atau
rasio: 607o:407o). Untuk sel T hal ini lebih sulit karena belum
G2/M. Penilaian terhadap apoptosis sel dapat dilakukan
disepakati penanda yang spesifik; namun pada umumnya
secara analisa bivarian dengan melihat "DNA strand
sel T maligna menunjukkan gambaran yang homogen dan/
atau ekspresi antigen asinkron, sementara sel T normal
breaks" (FITC-deoksinukletida) dan DNA content
(propidium iodida) atau secara analisa nrultivariat
lebih heterogen. Beberapa gambaran abnormal antigen
men gunal:an LS C ( /a lei' s c arut i t g .fl ot r c^, t orn e t r i c
r )
TCR(T cell receptor), CD3+ atau TCR tB dan TCR d dapat
drjumpai.

SIMPULAN
MRD
Kemampuan mikroskop cahaya mendeteksi adanya MRD Flowcytomelry merupakan pemeriksaan yang sangat
berkisar l/100 se1, sedangkan FIC meskipun berguna untuk menetapkan diagnosis dan memantau hasil
kemampuannya di bawah PCP. (polymera.se chain pengobatan dan deteksi minimal sel ganas terutama pada
reaction) namun telah mampu mendeteksi sampai kisaran keganasan hematologi, sedang perannya dibidan-q
1 per 1000-100.000 sel , terutama dengan teknik analisa onkologi banyak dilaporkan tentang analisa siklus sel.
multiparametrik. Kelebihan lain dari PCR adalah lebih apoptosis dan MDR. Analisa data dan interpretasi FCI
cepat dan sederhana dikerjakannya, data kuantitatif, merupakan proses dua langkah, yang bersandar pertama
adekuat untuk kasus leukemia, serta biayanya lebih pada analisa multi parameter panel antibodi monoklonal
murah. Sebagai contoh Ito et al, dengan menggunakan untuk membedakan sel normal dengan abnormal. Langkah
dual parameter CD45 dan SSC daripada FSC dan SSC kedua adalah fenotip sel abnormal ini kemudian d4abarkan
telah mampu meningkatkan sensitivitas sampai 1 (gating) berdasarkan adanya reaksi disertai intensitas
perl00.000 sel. Weir et al menggunakan kombinasi dua ekspresi berbagai antigen (permukaan/sitopiasma sel) dan
analisa empat warna untuk melihat gambaran ekspresi juga distribusi light scatter. Gambaran hasil keseluruhan
antigen SSTL normal; yang bila kemudian dilakukan pada fenotip ini kemudian diinterpretasi mungkin berupa
sampel ALL sel precursor B, mampu mendeteksi 81 dari diagnosis penyakit tertentu, atau mungkin mempersempit
82 kasus (997o') yarrg berada diluar gambaran regional diferensial diagnosa. Analisa dan sintesis ini harus
normal, dan ini ajeg dengan MRD dimasukkan dalam pelaporannya.
PERAN FI.TOW CYTOMETRIC IMMUNOPHENOTYPING t445

REFERENSI Ortao A, Schimitz G, Brando, et al. Clinically usefull information


provided by the flow cytometry immunophenotyping of
Marti GE, Stevenson MS, Bleesing JJH. Introduction to flow hemalology malignancies: current status and future directions
cytometry. Seminin Hem.200l; 38(2):93 -8 Clinical Chemistry. 1999; 45(10): 1108 -71
Dunphy CH. Application of flow cytometry and imrrunohistochem- Krishan A, Arya P Monitoring of cellular resistance to cancer
istry to diagnostic hematopathology Arch Pathol Lab Med chemotherapy Hematol Oncol Clin N Am.2002; 16: 357 68
2004:128 :10004 -1022 Borowitz MJ, Bray R, Gascoyne R, et al. US-Canadian consensus
Chovath B, Sedlak J Hematopoietic cell differentiation antigen recommendation on the immunophenotypic of hematologic
(CD system 1997), cancer research relevance. neoplasia by flow cytometry: data analysis and interpretation.
Neoplasma 1998;45,5: 273-6 Cytometri .1991;30 : 236 -44
McCoy JP. Basic principles of flow cytometry. HematolOncol Clin Stewzrrt CC, Behm FG, Carey JL. US-Canadian consensus
N Am. 2002:16:229-13 recommendation on the immunophenotypic of hematologic
Riley RS, Massey D, Cook CJ, et al. Immunophenotypic analysis of neoplasia by flow cytometry: selection of antibody
acute lyrnphocytic leukemia. Hematol Oncol Clin N Am.2002; combinations. Cytometry. 7997;30: 231 - 5
t6:245- 89 Stetler M, Stevenson, Braylan RC. FIow cytometric analysis of
Jennings D, Foon KA Recents advances in flow cytometry: appli- lymphoma and lymphoprolif'eraiive disoders. Seminars in Hem
cation to the diagnostic of hematology rnalignancy. Blood .1997: 2001138: lll 21
90(8): 2863 - 92 Weir EG Borowitz MJ. F-low cytometry in diagnosis of acute
Todd WM Acute myeloid leukemia and relnted condition. Hematol leukemia. Seminars in Hem. 2001: 38 : 124136
Oncol Clin N Arr 20021 16:301 311
Daz)rnkiewicz Z, Smolewski P, Bedner E Use ol flow and laser
cytometry to study mechanis:n regulating cell cycle and
controlling cell death Hematol Oncol Clin N Am.2002; l6:
339 -.54
229
PRINSIP DASAR TERAPI SISTEMIK
PADA KANKER
Abdulmuthalib

PENDAHULUAN

Modalitas pengobatan pada kanker secara umum terbagi


dua, yailu terapi lokal, berupa pembedahan dan radiasi,
dan terapi sistemik. Jenis terapi sistemik pada kanker
adalah kemoterapi dengan obat sitotoksik. terapi
hormonal, dan terapi biologi, atau target molekular.
Pengetahuan dan penerapan kemoterapi saat ini telah
berkembang dengan pesat, semenjak pertama kali
digunakannya mustar nitrogen untuk pasien dengan Gambar 1. Kelompok sel di dalam tubuh
keganasan hematologi pada tahun 1943. Perkembangan
pengetahuan dan aplikasi teknik-teknik baru di bidang produksi DNA, RNA, dan protein lain diproduksi. Fase ini
biologi molekular, sangat mendukung penemuan obat- diikuti oleh fase sintesis DNA (S). Setelah sintesis DNA
obat baru yang lebih efektif membun uh sel kanker dengan lengkap, sel memasuki fase pra-mitotik (G,) dimana terjadi
efek samping yang makin minimal serta dapat membunuh sintesis protein dan RNA lebih lanjut. Fase ini diikuti oleh
sel kanker yang resisten dengan obat kemoterapi fase mitosis (M) dimana pembelahan sel terjadi, satu sel
konvensional. akan membelah menjadi dua sel. Sel kemudian memasuki
fase G, kembali. Sel yang berada pada fase G, dapat
memasuki fase istirahat (G).
KINETIKA SEL DAN TRANSFORMASI KEGANASAN
Kanker muncul dari lesi genetik yang menyebabkan
Semua sel, baik yang normal maupun sel kanker, membelah pertumbuhan atau pembelahan sel yang berlebihan yang
dalam diri dalam suatu siklus sel. Namun, sel-sel yang tidak diiringi dengan kematian sel yang adekuat. Kegagalan
normal di dalam tubuh berada pada keseimbangan antara diferensiasi selular menyebabkan perubahan posisi selular
kecepatan sel-sel tersebut untuk membelah dan dan kapasitas untuk berproliferasi. Secara normal, sel-sel
rnembentuk sel-sel baru dengan kecepatan kematian sel. akan dirangsang untuk memasuki siklus sel dari Go atau
Secara umum, sel-sel di dalam tubuh terbagi menjadi 3 tetap berada dalam siklus sel di bawah pengaruh sinyal-
kelompok (Gambar 1): sinyal tertentu seperti oleh faktor pertumbuhan, sitokin
. kelompok sel yang aktif berproliferasi dan hormon. Sel kemudian memasuki G, dan fase S setelah
. kelompok sel yang berdiferensiasi melalui 'titik pemeriksaan' untuk memastikan bahwa
. kelompok sel yang tidak aktif berproliferasi (G) yang gen-nya siap melakukan replikasi, Enzim-enzim kinase
dapat masuk ke dalam siklus sel dengan stimulasi tergantung sikJin (cy clin- dep endent kinases, CDKs) adalah
tertentu. enzim yang berperan mengatur perjalanan sel memasuki
Setiap sel memulai perlumbuhannya selama fase pasca- setiap fase dalam siklus sel. Salah satu titik pemeriksaan
mitotik (G,) dimana enzim-enzim yang penting untuk yang penting agar sel dapat memasuki fase S adalah yang

t446
PRINSIP DASAR TERAPI SISTEMIK PADA KANKER t447

diatur oleh produk dari gen pensupresi tumor p53. Produk Jika terapi gagal membunuh galur sel yang sensitif, hal
gen ini merupakan inhibitor dari CDK 4 dan 6. Enzim CDK ini disebabkan karena pada awalnya jumlah sel tumor asal
4 dan 6 yang teraktivasi akan memfosforilasi produk gen terlalu tinggi untuk dosis kuratif potensial dari obat
retinoblastoma (pRb). pRb yang terfosforilasi akan tersebut. Sel-sel kanker dapat terdeteksi secara klinis
melepaskan E2FS yang berperan dalam menyelesaikan setelah berjumlah 10e sel dan tidak akan menunjukkan
replikasi DNA selama fase S. Selama fase Gr, CDK2 respons terhadap terapi setelah berjumlah 10r2 sel.
bersama-sama dengan siklin A dan E memastikan bahwa Kemoterapi membunuh sel-sel yang aktif membelah.
sintesis DNA yang benar telah lengkap. Sel selanjutnya Model Gompertzian menunjukkan bahwa pertumbuhan
memasuki fase M di bawah pengaruh CDK1 dan siklin B. tumor tidak konstan. mula-mula akan tumbuh secara
Proliferasi sel kankerjuga diatur oleh proto-onkogen eksponen sial kemudian perlumbuhannya melambat secara
yang dalam keadaan aktifakan menyebabkan perlumbuhan eksponensial. Fraksi pertumbuhan puncak terjadi kira-kira
sel. Proto-onkogen merupakan produk dari onkogen. saat ukuran tumor 3J Vo dari ukuran maksimum. Berdasarkan
Onkogen dapat dibagi menjadi 2 kelompok, 1) onkogen model ini, maka jika kemoterapi diberikan pada stadium
yang bekerja di sitoplasma untuk mengganggu sinyal faktor lanjut dimana fraksi pertumbuhannya rendah maka fraksi
pertumbuhan normal, seperti ras, raf, dan enzim tirosin sel yang terbunuh menjadi kecil Jadi, kemoterapi akan lebih
kinase dari src, erbB atat sis 2) onkogen inti, yang efektif bila dimulai sedini mungkin.
mengubah kontrol transkripsi gen, seperti jum, fos, myc, Model ini juga penting dalam pemberian terapi ajuvan.
dan myb. Gen pensupresi tumor, seperti p53 dan pRb, Angka ketahanan hidup dan masa bebas penyakit tidak
bekerja menghambat atau mencegah terjadinya dipengaruhi oleh jumlah residu sel kanker, apakah
pertumbuhan sel yang tidak teratur akibat aktivitas populasinya I sel atau 1 juta sel, karena pertumbuhan
proto-onkogen tersebut. kembali populasi residu sel akan lebih cepat pada volum
Selanjutnya, kapasitas sel untuk membelah diatur oleh yang kecil dibandingkan yang lebih besar.
aktivitas telomerase yang mengatur replikasi kromosom.
Kapasitas invasi dan metastasis dipengaruhi oleh
kerjasama antara metaloprotease matriks dan aktivator OBAT SITOTOKSIK DAN SIKLUS SEL
plasminogen serta kapasitas untuk menarik sel stroma
pejamu pada tempat invasi meialuitumor-induced angio- Sebagian besar obat menunjukkan variasi toksisitas letal
genesls. pada sepanjang siklus sel. Sebagian besar antimetabolit
menimbulkan toksisitas letal hanya pada sel-sel yang
mensintesis DNA, di mana metotreksat dan doksorubisin
DASAR BIOLOGI TERAPI SISTEMIK PADA mempunyai toksisitas maksimum untuk fase S. Banyak
KANKER obat dari golongan ini juga menghambat onset atau
kelanjutan sintesis DNA dari sel yang lolos dari terapi.
Obat sitotoksik mempunyai efek primer pada sintesis atau Toksisitas letal pada suatu fase siklus sel tidak selalu
fungsi makromolekul, yaitu mempengaruhi DNA, RNA, sinkron dengan mekanisme kerja suatu obat. Vinkristin dan
atau protein yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker, vinblastin diketahui menganggu pembentukan mitotic
sehingga sel kanker menjadi mati. Oleh karena itu sebagian spindle, menyebabkan terhentinya sel pada fase mit,r ris.
besar obat sitotoksik tidak efektif terhadap sel-sel pada Namun, penelitian menunjukkan bahwa efek letal dari obat
Go, oleh karena sel-sel tersebut relatif inaktif, artinya tidak ini terjadi ketil<a sel berada pada fase S, yaitu ketika
ada sintesis makromolekul. pembentukan mitoti.c spindle dimulai. Docetaxel dan
Kematian sel tidak terjadi pada saat sel terpapar dengan paclitaxel yang bekerja dengan distabilisasj tubulin
obat. Seringkali, suatu sel harus melalui beberapa tahap mempunyai efek letal pada siklus sel yang berbeda.
pembelahan sebelum kemudian mati. Oleh karena hanya Docetaxel memberikan efek toksik maksimal pada fase S,
sebagian sel yang mati akibat obat yang diberikan, dosis sedangkan pa clitaxe I merrtnjukkan penin gkatan toksisitas
kemoterapi yang berulang harus terus diberikan untuk pada sel-sel yang meninggalkan fase S melalui G2, masuk
mengurangi jumlah sel kanker. Terdapat hubungan terbalik ke fase M.
antara jumlah sel dan kurabilitas obat kemoterapi. Obat sitotoksik dapat dikategorikiin menjadi 1). obat
Berdasarkan model pada tikus, efek sitotoksik dari obat yang efektif pada fase tertentu dari siklus sel Qthase-
antikanker bersifat logaritmik. Secara umum, suatu obat specific drugs),2). obat yang efektifpada sel yang berada
diperkirakan membunuh sel tumor dalam fraksi yang pada siklus sel, namun tidak tergantung pada fase-nya
konstan bukan dalam jumlah yang konstan. Artinya, jika (cell cycle-specific drugs), dan 3). obat yang efektifbaik
suatu obat membunuh sel kanker sebanyak log 3, berarli saat sel berada pada siklus sel ataupun istirahat(cell cycle-
akan mengurangi tumor dari 1010 menjadi 107 sel. Dosis non specific drug,s).
yang sama juga akan mengurangi 10s sel tumor menjadi Obat kategori pertama yang bekerja pada fase S
102 sel. contohnya adalah antimetabolit (sitarabin, fluorourasil,
t448 ONKOI.OGIMEDIK

gemsitabin, metotreksat, tioguanin, fludarabin) yang Pemberiannya saat ini dapat digolongkan menjadi empat
mengganggu sintesis DNA atau inhibitor topoisomerase I kelompok, yaitu: 1). terapi induksi primer untuk kanker di
(topotecan) yang mengganggu struktur DNA. Obat yang mana kemoterapi merupakan satu-satunya cara
bekerja pada fase G2 adalah antibiotik (bleomisin), inhibi- pengobatan yang efektif (misalnya limfoma, tumor Wilm,
tor topoisomerase II (etoposid), serta stabilisator/ rabdomiosarkoma embrional, kanker paru sel kecil) atau
polimerisator mikrotubulus (paclitaxel). Obat yang bekerja kanker stadium lanjil;2). terapi neoajuvan, untuk pasien
pada fase M dengan mengganggu segregasi kromosom dengan kanker terlokalisir namun ukurannya terlalu besar
adalah golongan alkaloid vinka (vinblastin, vinkristin, untuk dilakukan pembedahan atau radiasi dengan
vindesin, vinorelbin). optimal; 3). terapi ajuvan, sebagai tambahan terapi lokal,
Obat yang efektifitasnya tidak bergantung pada sel baik pembedahan atau radiasi, yang bertujuan
berada di fase manapun adalah sebagian besar obat menghilangkan mikrometastasis; dan 4). pemberian
alkilator (klorambusil, siklofosfamid, melfalan, busulfan, langsung pada lokasi tumor.
dakarbazin, sisplatin, karboplatin) dan antibiotika Terapi induksi primer untuk kanker stadium lanjut dan
(daktinomisin, daunorubisin, doksorubisin, idarubisin). metastatik diberikan sebagai terapi paliatif, untuk
Sebenarnya obat-obatan ini tidak benar-benar nonspesifik memperbaiki kualitas hidup, menghilangkan gej alalsindrom
karena mereka tetap menunjukkan efektivitas yang lebih akibat tumor, serta memperpanjang masa progresihtas tu-
besar pada suatu fase dibanding fase yang lain, namun mor dan masa harapan hidup.
derajatnya tidak sama dengan obat yang fase-spesifik. Terapi neoajuvan saat ini umumnya diberikan pada
Pemberian obat kategori ketiga serupa dengan pengobatan kanker anal, kandung kemih, payudara,
pemberian iradiasi foton, sehingga tidak tergantung apakah esofagus, larings, kanker paru non-sel kecil lokal lanjut,
sel berada pada siklus sel atau tidak. Contohnya mustard dan sarkoma osteogenik. Untuk beberapa penyakit. seperti
nitrogen (mekloretamin) dan nitrosourea (karmustin, kanker anal, gastroesofageal, larings dan kanker paru non-
lomustin). sel kecil, manfaat klinis yang optimal akan terjadi bila
kemoterapi diberikan bersama dengan radioterapi, baik
bersama-sama atau berurutan.
KEMOTERAPI KOMBINASI Respons pengobatan dapat diukur dengan perubahan
obyektif dari ukuran tumor atau produk tumor, masa
Pemberian obat sitotoksik tunggal dengan dosis yang ketahanan hidup dan respons subyektif. Tidak semua tolok
masih dapat ditoleransi secara klinis tidak dapat digunakan ukur ini dapat diukur untuk menilai respons pengobatan.
untuk mengobati kanker, dengan beberapa kekecualian Pada pengobatan ajuvan, misalnya, tumor primer telah
seperti pada koriokarsinoma dan limfoma Burkit. diangkat, sehingga indikator utama keberhasilan
Kemoterapi kombinasi memberi beberapa keuntungan pengobatan, yaitu pengurangan ukuran tumor, tidak dapat
sebagai berikut, 1)pemusnahan sel-sel kanker dapat terjadi menjadi tolok ukur, Jadi pada kemoterapi ajuvan, masa
secara maksimal dengan kisaran toksisitas yang masih bebas kekambthan (relaps-free survival) dan masa
dapat ditoleransi oleh tubuh pasien, 2)lebih luasnya kisaran ketahanan hidup keseluruhan (overall survival) menjadi
interaksi antara obat dan sel tumor dengan abnormalitas tolok ukur akhir yang utama. Yang dimaksud dengan
genetik yang berbeda pada populasi tumor yang r e lap s -fr e e s u rv iv al padakemoterapi aj uvan adalah waktu
heterogen, dan 3)kemoterapi kombinasi dapat mencegah yang dibutuhkan untuk tumbuhnya kembali sel-sel kanker
atau memperlambat tumbulnya resistensi obat selular. yang dapat terdeteksi secara klinis.
Pemeriksaan obat-obat sitotoksik sebagai kombinasi Regresi tumor secara obyektif dapat diukur dengan
mengikuti panduan sebagai berikut: pengurangan ukuran tumor atau produk tumor seperti
Pertama, pilihan hanya pada obat yang terbukti imunoglobulin pada limfoma. lrsi tumor awal dikategorikan
memberikan respons parsial sebagai obat tunggal. Obat sebagai 'dapat diukur' (diameter terpanjang lebih dari 20
yang dapat menimbulkan respons komplit lebih disukai mm dengan teknik konvensional atau lebih dari 10 mm
dibandingkan yang hanya menimbulkan respons parsial. dengan spiral CT scan) atau 'tidak dapat diukur' (lesi lebih
Kedua, toksisitasnya tidak tumpang tindih dengan kecil atau benar-benar tidak terukur). Respons Komplit
toksisitas obat lain dalam kombinasi, sehingga dapat didefinisikan sebagai tidak ditemukannya kembali tanda-
minimalisasi efek letal serta dapat memaksimumkan tanda tumor baik secara radiologis maupun biologis.
intensitas dosis. Respons Parsial adalah penurunan ukuran diameter
tumor sekurang-kurangnya 507o. Penyakit Progresif
adalah peningkatan diameter tumor sekurang-kurangnya
TOLAK UKUR PENGOBATAN 257o. Kriteria lain adalah Penyakit Stabil di mala
pengurangan ukuran tumor tidak memenuhi syarat untuk
Terapi sistemik yang diberikan kepada pasien dapat respons parsial atau peningkatan ukuran tumor tidak
diberikan dengan tujuan kuratif maupun paliatif. memenuhi syarat untuk kriteria penyakit progresif. Indikator
PRINSIP DASAR TERAPI SISTEMIK PADA I(AI\KER
1449

yang paling penting dari kualitas remisi komplit adalah


mas a bebas kekambuhan (r e lap s -fr e e s urv iv a l).
Karnofsky
Kriteria
Derajat Status Fungsional
POLA SENSITIVITAS KANKER TERHADAP (d i sederhan aka n )

KEMOTERAPI Aktivitas normal 100 Dapat melakukan


aktivitas normal, tidak
memerlukan
Kelompok I perawatan khusus
Kanker dengan sitostatika mutakhir menghasilkan efek (tidak ada gejala)
sitoreduktif yang cepat dan kesembuhan umumnya terj adi
90 Aktifitas normal
dengan gejala minimal
pada kanker yang secara intrinsik sensitif terhadap 80 Aktifitas normal
Ada gejala, cukup
kemoterapi sitostatika (contohnya: leukemia limfoblastik rawat jalan dengan usaha ekstra,
akut pada anak-anak, penyakit Hodgkin, beberapa jenis ada gejala penyakit
limfoma non-Hodgkin, kanker testis). 70 Tidak dapat bekerja,
dapat dirawat dl
rumah, perlu bantuan
untuk beberapa
Kelompok !l aktivitas
Kanker yang biasanya berespons baik pada saat permulaan <50% waktu harus 60 Kadang-kadang perlu
diberikan sitostatika namun kemudian sering berubah berbaring bantuan
menjadi refrakter terhadap sitostika berikutnya 50 Perlu bantuan dan
seringkali perawatan
(contohnya: kanker payudara, kanker paru sel kecil, kanker
medis
ovarium yang kambuh). >50% waktu harus 40 Tidak dapat merawat
berbaring diri sendiri,
memerlukan
Kelompok lll perawatan di rumah
Tumor yang secara intrinsik resisten terhadap hampir sakit, perjalanan
semua kemoterapi sitostatika (contohnya: melanoma penyakit dapat sangat
cepat
maligna)
30 Tidak dapat
beraktifitas sama
sekali, indikasi dirawat
di rumah sakit
FAKTOR.FAKTOR YANG HARUS
D!PERHATIKAN DALAM MELAKU KAN
Harus berbaring 20 Sangat sakit, perlu
terus-menerus dirawat di RS untuk
KEMOTERAPI pengobatan suportif
10 Sekarat
Faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan Meninggal 0 Meninggal
kemoterapi adalah pilihan rejimen pengobatan, dosis, cara
pemberian dan jadwal pemberian. Faktor yang harus
diperhatikan pada pasien adalah usia, jenis kelamin, dengan radioterapi), demensia, pasien tidak dapat datang
status sosioekonomi, status gizi, status penampilan (Tabel secara reguler, pasien tidak kooperatif, serta jenis tumornya
1), cadangan sumsum tulang, serta fungsi paru, ginjal, hati, resisten terhadap obat antikanker.
jantung dan adanya penyakit penyerta. Faktor yang
berhubungan dengan tumor adalah jenis dan derajat
histologi, tumor primer atau metastasis, lokasi metastasis, OBAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI TERAPI
ukuran tumor, serta adanya efusi. SISTEMIK PADA KANKER
Obat yang digunakan untuk terapi sistemik kanker terdiri
KONTRAINDIKASI dari beberapa macam golongan. penggolongan ini dapat
didasarkan pada cara kerjanya atau sumber obat tersebut
Kontraindikasi absolut adalah penyakit terminal (harapan
berasal. Beberapa contoh obat dan golongannya dapat
hidup sangat pendek), kehamilan trimester pertama,
dilihat pada Tabel2.
septikemia, dankoma.
Kontraindikasi relatif adalah bayi di bawah 3 bulan,
usia tua, terutama pada pasien dengan tumor yang tumbuh Obat Alkilator
lambat dan kurang sensitif terhadap kemoterapi; status Obat alkilator adalah obat yang membentuk ikatan dengan
penampilan buruk (kurang dari 40), terdapat gagal organ asam nukleat, protein, dan banyak molekul dengan berat
yang parah, metastasis otak (ika tidak dapat diobati molekul rendah. Obat ini merupakan senyawa elektrofil atau
1450 OI\KOI.OGIMEDIK

menjadi elektrofil di dalam tubuh untuk menghasilkan pada berbagai jenis kanker. Obat golongan antibiotika
molekul terpolarisasi dengan daerah bermuatan positif. berdasarkan mekanisme kerjanya terbagi menjadi beberapa
Molekul yang terpolarisasi ini kemudian dapat berinteraksi jenis, 1) obat yang menyebabkan pembelahan DNA yang
dengan daerah yang kaya dengan elektron pada banyak tergantung topoisomerase II dan berinterkalasi dengan
molekul selular. Mekanisme utama golongan obat ini adalah untai ganda DNA, contohnya: daktinomisin, antrasiklin
interaksi antara molekul elektrofil dengan DNA. Interaksi (doksorubisin, daunorubisin, epirubisin, dan idarubisin),
ini menyebabkan terjadinya reaksi substitusi, ikatan silang mitoksantron; 2)obat yang menyebabkan fragmentasi untai
(cross-linking), atau pemutusan untai DNA. DNA, contohnya; bleomisin; 3)obat yang menyebabkan
Obat alkilator berinteraksi dengan DNA, RNA, atau reaksi ikatan silang antara untai komplementer DNA yang
protein yang telah terbentuk, sehingga obat golongan ini mengganggu proses replikasi, contohnya mitomisin.
merupakan obat yang tergolong tidak spesifik pada fase Produk natural, selain alkaloid vinka yang telah
tertentu, bahkan beberapa juga dapat aktif pada sel yang disebutkan, yang termasuk golongan obat antimikrotubul
tidak berada di siklus sel (cell cycle-nonspecific). adalah taksan. Paklitaksel merupakan senyawa yang mula-
mula ditemukan, disusul oleh analognya yaitu dosetaksel.
Obat ini memiliki spektrum aktivitas antikanker yang luas
Obat Antimetabolit
dan mempunyai mekanisme sitotoksisitas yang unik.
Obat golongan ini adalah kelompok senyawa dengan berat
Paklitaksel berinteraksi dengan mikrotubul, tetapi tidak
molekul rendah yang mempunyai efek antineoplasma
seperti alkaloid vinka yang menghambat pembentukannya,
karena struktur atau fungsinya mirip dengan metabolit
paklitaksel menstabilkan mikrotubul dan menghambat
yang secara alami terlibat dalam sintesis asam nukleat.
pengrusakannya. Paklitaksel menciptakan keseimbangan
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim-enzim penting
dinamis antara pembentukan dan pengrusakan mikrotubul.
yang terlibat dalam sintesis asam nukleat atau
Proses ,vang paling dipengaruhi oleh obat ini adalah
terinkorporasi ke dalam asam nukleat dan menghasilkan
mitosis.
kode genetik yang salah. Kedua mekanisme ini
menyebabkan penghambatan sintesis DNA dan akhimya
kematian sel. Oleh karena efeknya terutama pada sintesis
DNA, maka obat ini paling aktif pada sel yang aktif tumbuh TERAPI HORMONAL
dan sebagian besar termasuk kategori fase-spesifik.
Sej ak dilaporkan pada tahun 1 895 bahwa ooforektomi dapat
memperlambat progresifitas kanker payudara, telah
Produk Natural diketahui peranan hormon dalam perkembangan kanker.
Obat-obat ini dimasukkan ke dalam satu golongan bukan Estrogen, progestin, dan androgen diketahui berperan
berdasarkan cara kerjanya namun karena sumbernya yang dalam perkembanan kanker payudara dan endometrium.
berasal dari produk natural. Golongan obat ini terdiri dari Molekul yang terkait dengan famili reseptor steroid
beberapa jenis, yaitu a)Inhibitor mitotik (vinkristin, saat ini merupakan target yang tepat untuk molekul kecil
vinblastin, vindesin,vinorelbin), aktivitasnya terutama dalam pengobatan kanker. Jika terikat dengan ligannya,
disebabkan karena efeknya terhadap protein mikrotubular reseptor ini dapat mengubah transkripsi gen dan, pada
sehingga terjadi penghentian metafase dan inhibisi beberapa jaringan, dapat menginduksi apoptosis.
mitosis. Jadi, berdasarkan cara kerjanya obat ini Glukokortikoid diberikan dengan dosis trnggi pada
digolongkan sebagai antimikrotubul; b)D eriv at P odophyl- leukemia dan limfoma, sehingga diharapkan terjadi
I um (etop o side, tenipo side), podofilotoksin semisintetik apoptosis pada sel tumor. Contoh lain adalah pengobatan
ini dapat membentuk kompleks dengan enzim DNA kanker prostat dengan dietilstilbesterol (DES). DES beke4a
topoisomerase II, yaitu enzim yang penting untuk seperti estrogen pada tingkat hipotalamus untuk
menyelesaikan replikasi DNA. Interaksi ini menyebabkan menurunkan produksi luteinizing hormone (LH), sehingga
untai DNA terputus dan siklus sel terhenti pada fase S akan terjadi penurunan produksi testosteron oleh testis.
akhir dan G, awal; c). Camptothecin (irrnotecan, Untuk mendapatkan efek supresi androgen testikuler
topotecan), target primernya adalah DNA topoisomerase tersebut dapat pula diberikan obat agonis luteinizing hor'
I;d) Antibiotlft, merupakan senyawa antimikroba yang mone-releasing hormone (LHRH) seperti leuprolide dan
diproduksi oleh Streptomyces sp., bekerja dengan goserelin. Obat lain adalah antagonis androgen yang
mempengaruhi fungsi dan sintesis asam nukleat; e) Enzim, bekerja pada reseptor androgen, seperti flutamide atat
contohnya adalah asparaginase yang mengkatalisis bicalutamide.
hidrolisis asparaginase menjadi asam aspartat dan amonia Terapi hormonal telah memberikan hasil yang
sehingga sel ganas menjadi kekurangan asam amino memuaskan pada pasien kanker payudara dengan reseptor
esensial yang penting bagi kehidupannya. estrogen/progesteron positif. Sejak awal 1960-an, sewaktu
Produk natural yang merupakan antibiotik terbukti reseptor estrogen perlama kali ditemukan, diketahui bahwa
sangat bermanfaat dalam pengobatan kanker dan efektif kanker payudara yang mempunyai reseptor estrogen atau
PRINSIP DASAR TERAPI SISTEMIK PADA I(AT{KER t45t

Golongan Sub-Golongan Obat Contoh Dosis Obat

Alkilator Mustar Nitrogen Siklofosfamid 4oo-2oo mg/m2 lV; 1oo mg/m'? Po qd


lfosfamid
Melfalan 8 mg/m2 qd x 5, PO
Klorambusil 1-3 mg/m'qd PO
Aziridin dan Tiotepa
Epoksida Mitomisin C 6-10 mg/m2 q6 minggu
Dianhidrogalaktitol
Alkil sulfonat Busulfan
Nitrosurea Karmustin (BCNU) 2OOmglmz lV; l50 mg/m'zPo
Lomustin (CCNU) 100-300 mg/m' PO
Semustin (metil
ccNU)
Hidrazin dan Prokarbazin 10 hari X 14
Turunan Triazin Dakarbazin 37 aril&15
Temozolomid 15 qd X 5 q28; atau
75 6-7 mgg
Antimetabolit Antifolat Metotreksat 15-30 mg/m'zPo atau lM qd X3-5
Raltitreksed
Pemetreksed
Analog pirimidin 5-fluorourasil (5-FU) 375 mg/m2 lV qd X5; 600 mg/m'z lV hr 1&8
Capecitabin 1250 mgtm2 PO bid 2 mgg, 1 minggu stop
Analog cytidine Sitarabin (cytosine 100 mg/m2 per hr qd X 7 dengan infus kontinyu;
arabinoside, ara-C) 103 g//m'lV bolus
Gemcitabine 1000 mg/m2 lV per minggu X 7
Analog purin 6-merkaptopurin (6- 75 mg/m'z PO atau s.d 500 mg/mz PO (dosis tinggi)
MP) 1-5 mg/kg per hari
Azatioprin 2-3 mg/kg per hr sampai 3-4 mgg
6tioguanin (6-TG)
lnhibitor Analog lrrnotecan 100-1 50 mg/m2 lV > 90 mnt q3-4 mgg atau 30 mg/m2
Topoisomerase Camptothecin Topotecan per hari > 120jam
20 mglm2 lV q3-4 mgg >30 mnt atau 1,5-3 mg/m2 q 3-4
mgg > 24 jam atau 0,5 mg/m2 per hari > 21 hari
Epipodofilotoksin Etoposide 1 00-150 mg/m2 lv qd X3-5 hr

Teniposide 150-2OO mg/m2 lV 2X seminggu,4 mgg

Antrasiklin Doksorubisin, 45-60 mg/m2 q3-4 mgg;10-30 mg/m2 per mgg; atau
Daunorubisin regimen infus kontinyu
Epirubisin '150 mg/m' lV q3 mgg
ldarubisin 10-15 mg/m'?q3mgg;10 mg/m2 lV qd X3
Lain-lain Mitoksantron 12 mg/m'zqd X3
Aktinomisin D 10-15 pg/kg per hr qd X 5 lV bolus
Antimikrotubul Alkaloid vinka Vinblastin 6-8 mg/m'z per mgg
Vinkristin 1-1,4 mglm'per mgg (maks 2 mg)
Vindesin
Vinorelbin 15-30 mg/m2 per mgg
Taksan Paklitaksel 175 mglm2 perlnfus 3 jam;135-175 mg/m' p-er infus 24
iam; 140 mg/m' per infus 96 jam; 250 mglm'per infus 24
Dosetaksel jam + G-CSF
60-75 mg/m'per infus 1 jam, q3 mgg
Platinum Sisplatin 75-100 mg/m'z per dosis lV q3-4 mgg
Karboplatin 365 mg/m' lV q3-4 mgg
(Paraplatin) 130 m6/m2 q3 mss > Zlam atau 85 mg/m2 q2 mgg
Oksaliplatin
(Eloksatin)
Lain-lain L-Asparaginase 25.000 lU/m'zq 3-4 mgg
Bleomisin
Terapi target lmatinib mesilat 400 mg/hr
Gefitinib 250 mg/hr
Trastuzumab lnisial: 4 mg/kg, infuse 90'. Dosis pemeliharaan: 2
mg/kg, infus 30'

BCNU: bischloroethylnitrosourea; CCNU: cyclohexylchloroethylnitrosourea; qd : setiap hari; PO: per oral; lV: intravena;
q: setiap; bid: dua kali sehari; mg: miligram; mgg:mrnggu
1452 ONI(OI.OGIMEDIK

reseptor progesteron memberikan hasil pengobatan yang samping yang terjadi akibat kemoterapi. Sebagian besar
lebih baik. Tanpa reseptor, hasil pengobatan hormonal program pengobatan standar dirancang sesuai dengan
kurang dari 5Vo, sedangkan yang reseptornya positif, 30- kinetika pemulihan sumsum tulang setelah paparan
4OVo,.bahkan hasil pengobatan 6O-707o bila tumornya kemoterapi. Beberapa tahun terakhir mulai diberikan faktor
mempunyai kombinasi reseptor estrogen dan progesteron. perangsang koloni seperti faktor perangsang koloni-
Obat antiestrogen, seperti tamoksifen, telah terbukti makrofag (macrophage-colony stimulating factor, M-
dapat memperbuki outcome pada setiap stadium kanker CSF), faktor perangsang koloni-granulosit
payudara dengan reseptor hormonal positif. Obat inhibitor (granulocyte-colony stimulating factor, G-CSF). Faktor
aromatase seperti anastro zol, letrozol, atau eksemestan juga pertumbuhan ini mempunyai peran penting dalam
telah dilaporkan memberikan hasil yang baik dan merupakan pemberian dosis intensif kemoterapi dengan mencegah
obat pilihan pada pasien pascamenopause, baik yang alamiah leukopenia sehingga mengurangi insidens infeksi dan
maupun menopause buatan (pasca ablasi ovarium). lamanya rawat inap.

TERAPI DENGAN TARGET MOLEKULAR Mukositis


Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis),
Terapi dengan target molekular pada pengobatan kanker lidah (glossitis), tenggorok (esofagitis), usus (enteritis),
adalah strategi pengobatan yang dirancang untuk dan rektum (proktitis). Umumnya mukositis terjadi pada
menghambat molekul spesifik yang terlibat dalam proses hari ke-5-7 setelah kemoterapi. Satu kali mukositis muncul,
transformasi keganasan atau mempengaruhi metastasis siklus berikutnya akan terjadi mukositis kembali, kecuali
sel-sel kanker. Terapi ini dapat ditujukan pada produk jika obat diganti atau dosis diturunkan. Mukositis dapat
onkogen yang terlibat secara langsung pada insiasi menyebabkan infeksi sekunder, asupan nutrisi yang buruk,
transformasi keganasan, contohnya adalah imatinib untuk dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan, dan
pengobatan leukemia mielositik kronik. Selain itu dapat peningkatan biaya perawatan.
ditujukan pada produk onkogen yang terlibat pada Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat
stadium selanjutnya dari proses transformasi keganasan mukositis, maka kebersihan mulut harus dijaga. Pasien juga
(berperan dalam progresifitas tumor, tidak pada awal harus diingatkan untuk berhati-hati dengan gigi palsunya
pembentukan tumor), contohnya adalah trastuzumab dan memilih sikat gigi yang bulunya halus. Setiap kali habis
untuk pengobatan kanker payudara. makan, mulut harus dibersihkan dan berkumur dengan obat
Obat yang digunakan untuk terapi ini terbagi atas antiseptik. Jika telah terjadi infeksi sekunder, apakah
beberapa jenis. Molekul berukuran kecil dapat disebabkan oleh jamur, herpes, atau bakteri, maka infeksi
menghambat enzim atau reseptor pertumbuhan yang harus diobati dengan obat yang sesuai.
terlibat dalam pertumbuhan sel. Contohnya adalah imatinib
dan gefitinib. Obat penginduksi apoptosis bekerja melalui
Mual dan Muntah
interaksinya dengan protein yang terlibat proses Mual dan muntah terjadi karena peradangan dari sel-sel
apoptosis. Contoh obat jenis ini adalah bortezomib yang
mukosa (mukositis) yang melapisi saluran cerna. Muntah
digunakan pada pengobatan mieloma multipel. Jenis lain
dapat te{ adi secara akut, dalan0-24 jansetelah kemoterapi,
adalah antibodi monoklonal, vaksin kanker, inhibitor
atau tertunda,24-96 jam setelah kemoterapi.
angiogenesis. dan terapi gen.
Setiap obat tidak sama derajatnya dalam menimbulkan
mual/muntah. Obat yang dapat sangat sering (>90%)
EFEK SAMPING KEMOTERAPI menyebabkan muntah contohnya sisplatin, dakarbazin,
mekloretamin, dan melfalan/arabinosa-C dosis tinggi. Obat
Obat sitotoksik menyerang sel-sel kanker yang sifatnya yang sering (60-90Vo) menimbulkan muntah contohnya
cepat membelah. Namun, terkadang obat ini juga memiliki siklofosfamid, prokarbazin, etoposid, metotreksat, sisplatin.
efek pada sel-sel tubuh normal yang juga mempunyai sifat Obat yang insidensnya sedang (30-6OVo) dalam
cepat membelah seperti rambut, mukosa (selaput lendir), menimbulkan muntah misalnya doksorubisin, 5-
sumsum tulang, kulit, dan sperma. Obat ini juga dapat fluorourasil, karboplatin, ifosfamid, sitarabin, mitoksantron.
bersifat toksik pada beberapa organ seperti jantung, hati, Obat yang sedikit menimbulkan muntah adalah alkaloid
ginjal, dan sistem saraf. Berikut akan dibahas beberapa vinka, 5-fluorourasil, bleomisin, etoposid. Obat yang
efek samping yang sering ditemui pada pasien. sangat jarang (<107o) menimbulkan muntah adalah
vinkristin, klorambusil, paklitaksel.
Prinsip dasar terapi antimual adalah, pertama,
SUPRESI SUMSUM TULANG singkirkan sebab lain mual dan muntah, kedua, evaluasi
obat kankeryang potensial membuatmuntah dan kemudian
Trombositopenia, anemia, dan leukopenia adalah efek pilih antimual yang sesuai, ketiga, obati beberapa hari
PRINSIP DASAR TERAPI SISTEMIK PADA I(ANKER 1453

untuk mencegah muntah berkepanjangan, keempat, antikanker. Pria yang mendapat kemoterapi seringkali
kombinasi antimual akan memberikan pencegahan lebih produksi spermanya menurun. Biopsi testis menunjukkan
kuat, dan kelima, cegah muntah sebelurn pemberian obat hilangnya sel-sel germinal pada tubulus seminiferus, hal
kemoterapi (premedikasi). ini disebabkan karena efek obat terhadap sel-sel yang
Obat yang dapat diberikan untuk mencegah mual/ berploriferasi cepat. Efek antispermatogenik ini dapat pulih
muntah adalah deksametason 8 mg,2kalisehari (hari ke-1 kembali setelah kemoterapi dosis rendah tetapi beberapa
dan 2) dilanjutkan 4 mg, 2 kali sehari (hari ke-3 dan 4) dan pria mengalami infertilitas yang menetap.
metoklopramid 0,5 mglkg, 4 kali s'ehari, hari ke- I sampai 4. Kemoterapi seringkali menyebabkan perempuan
Alternatif lain adalah ondansentron, hari ke-1 dan2, dan pramenopause mengalami penghentian menstruasi
proklorperazin, l5 mg, tiga kali sehari, hari ke-1 sampai 4. sementara atau menetap dan timbulnya gejala-gejala meno-
Untuk mengantisipasi mual/muntah maka sebelum pause. Hilangnya efek ini sangat tergantung dari umur,
kemoterapi dapat diberikan obat penenang seperti jenis obat yang digunakan, serta lama dan intensitas
lorazepam. kemoterapi. Biopsi ovarium menunjukkan kegagalan
Selain pemberian obat, lingkungan di sekitar pasien pembentukan fol i kel ovarium.
dan makanan harus diperhatikan. Pasien sebaiknya
ditempatkan di ruangan yang sejuk, makan makanan
dingin, hindari makanan yang pedas dan berbau REFERENSI
menyengat, makan dan minum dalam porsi yang sedikit
tetapi sering, hindari makan l-2 jam sebelum dan sesudah Blay JY, Cesne AL, Atberti L, Ray-Coquart L Targeted cancer
kemoterapi, relaksasi dengan menonton televisi, bermain therapies. Bull Cancer. 2005;92 (2):E13-8.
game, atau membaca, tidur selamaperiode mual yang hebat, Chu E, DeVita Jr VT. Principles of cancer management:
chemotherapy. In: DeVita Jr VT, Hellman S, Rosenberg SA,
menjaga kebersihan mulut serta berolahraga.
editors. Cancer principles and practice of oncology. 6'h edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001.p. 289-
Diare 3 02.
Doroshow JH Principles of medical oncology. In: Pollock RE,
Diare disebabkan karena kerusakan sel epitel saluran cerna
Doroshow JH, Khayat D, Nakao A, O'Sullivan B, editors. UICC
sehingga absorpsi tidak adekuat. Obat golongan manual of clinical oncology. 8th edition New Jersey: John Wiley
antimetabolit adalah yang sering menimbulkan diare. & Sons; 2004. p.245-62.
Pasien dianjurkan makan rendah serat, tinggi protein Kastan MB, Skapek SX. Molecular biology of cartcet: the cell cycle
(enteramin) dan minum cairan yang banyak. Obat antidiare In: DeVita Jr V! Hellman S, Rosenberg SA. Cancer principles
juga dapat diberikan. Sepertijuga diare karena sebab lain, and practice of oncology 6'h edition. Philadelpl'ia: Lippincott
maka penggantian cairan dan elektrolit yang telah keluar Williams & Wilkins; 2001. p 9l-102.
harus dilakukan. Pada pemeriksaan harus dilihat apakah
Liu G Robins HI. The natural history and biology of cancer, In:
Pollock RE, Doroshow JH, Khayat D, Nakao A, O'Sullivan B,
ada lecet perianal, jika ada harus segera diatasi agar tidak
editors. UICC manuai of clinical oncology. 8th edition. New
memicuinfeksi. Jersey: John Wiley & Sons; 2004. p. 1-18.
Moore MJ, Erlichman C. Pharmacology of anticancer drugs. In:
Tannock IF, Hil1 RP, editors. The basic science of oncology. 3'd
Alopesia
edition. New York: Mc Graw-Hill; 1998. p. 350-69.
Kerontokan rambut sering terjadi pada kemoterapi akrbat Sausville EA, Longo DL. Principles of cancer treatment: surgery!
efek letal obat terhadap sel-sel folikel rambut. Pemulihan chemotherapy, and biologic therapy. In: Kasper DL, et al.
total akan terjadi setelah terapi dihentikan. Pada beberapa Harrison's principles of internal medicine. 16'h edition New
pasien, rambut dapat tumbuh kembali pada saat terapi York: McGraw Hill; 2005. p. 464-81.
masih berlangsung. Tumbuhnya kembali merefleksikan Skeel RT, Khleif SN. Biologic and pharmacologic basis of cancer
proses proliferatif kompensatif yang meningkatkan jumlah chemotherapy In: Skeel RT, editor. Handbook of cancer
chemotherapy. 6'h edition. Philadelphia: Lippincot William &
sel-sel induk atau mencerminkan perkembangan resistensi
Wilkins:2003 p 3-25.
obat pada jaringan normal.
Skeel RT. Antineoplastic drugs and biologic response modifiers:
classification, use, and toxicity of clinically useful agents. In:
lnfertilitas Skeel RT, editor. Handbook of cancer chemotherapy. 6th
edition. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins; 2003. p.
Spermatogenesis dan pembentukan folikel ovarium 53-156
merupakan hal yang rentan terhadap efek toksik obat
230
TEKNIK.TEKNIK PEMBERIAN KEMOTERAPI
Adiwijono

PENDAHULUAN . Dapat secara berobatjalan


. Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk obat-obat dan
Ada beberapa teknik pemberian kemoterapi. alat infus, alat suntik dan biaya perawatan maupun
Masing-masing teknik ditentukan oleh: biaya pemondokan, dan lain-lain.
. Jenis keganasan yang diobati
. Lokasi dari pada keganasan tersebut di dalam tubuh
manusia. ETOPOSID ORAL
. Jenis obat sitostatikayang diperlukan
Di bawah ini diuraikan masing-masing teknik pemberian lndikasi
kemoterapi dan disertakan contoh-contoh seperlunya. . Kanker ovarii yang kambuh setelah penggunaan
kemoterapi dengan platinum dan taksan.

KEMOTERAPI ORAL
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
. Periksa darah rutin lengkap sebelum mulai kemoterapi.
Beberapa Kasus yang Dapat Diobati Secara Bilajumlah sel neutrofil <1,5 x 10e/l ataujumlah tombosit
Oral <100 x 10e/1, kemoterapi ditunda I minggu. Kalau
. Untuk pengobatan kanker ovarii yang relaps setelah sesudah seminggu tidak membaik, hentikan kemoterapi.
pengobatan dengan platinum atau taksan. . Etoposid per oral potensial menimbulkan toksisitas yang
. Untuk pengobatan kanker kolorektal yang telah lanjut, sulit diramal, karena absorbsi di usus diantara individu
kanker payudara metastatik setelah gagal dengan sangat bervariasi. Risiko tinggi untuk terjadinya
antrasiklin dan taksan. toksisitas yang berat terjadi pada orang tua, status per-
. Untuk pengobatan leukemia limfositik kronik sel B dan formance yang jelek dan gangguan fungsi hepar dan
LNH derajat keganasan rendah dan lain-lain. ginjal. Alopesia biasanya berat.
. Nilai bersihan kreatinin dapat dihitung dengan rumus:
Obat yang Digunakan Cockroft- Gault
. Etoposid 1,04 (&) ata:u l,'13 (7o) x (140-umur) x BB
. Kapesitabin Bersihan kreatinin = -
. Fludarabin ;;;;;:;;;;;;
^,-:--
Kreatinin diekskresi lewat ginjal, etoposid tak perlu
Cara Pemberian dikurangi dosisnya pada insufisiensi renal yang ringan.
. Peroral Kalau insufisiensi renal sedang atau berat, jangan
digunakan etoposid.
Keuntungannya . Periksa fungsi hati, bila ada insufisiensi hati sedang
. Pemberian mudah sampai berat jangan digunakan etoposid.

1454
TEKNTKTEKNIK PEMBERIAN KEMOTERAPI 1455

Dosis Beberapa Hal Penting Diperhatikan


Seri 1 . Periksa darah rutin lengkap sebelum mulai kemoterapi.
. Etoposid 50 mg (dosis total) PO dua kali sehari, Bila jumlah sel neutrofil <1500/mm3 atau trombosit
hari l-7. (Peningkatan dosis hanya dilakukan bila < 1 00.000/mm3 tunda dulu kemoterapi.
tidak ada toksisitas derajat 3 atau 4 setelah . Periksa tes fungsi hati. Bila kadar bilirubin >3x nilai
seri 1. normal tertinggi atau transaminase (GOT, GPT) >2,5 x
Seri 2 nilai normal tertinggi tunda dulu kemoterapi.
. Etoposid 50 mg (dosis total) PO dua kali sehari , hari 1-
10. (Peningkatan dosis hanya dilakukan bila tak ada
Dosis dan Cara Pemberian
toksisitas derajat 3 alat4 setelah seri 1). . 1250 kg/m2loral diberikan dua kali sehari bersama makan
Seri 3-6
pada hari 1-14 disusul 1 minggu tanpa obat, sehingga
. Etoposid 50 mg (dosis fatal) PO dua kali sehari, hari 1-
satu siklus lamanya2I hari.
14. . Jumlah siklus: sampai terbukti bahwa penyakitnya jadi
Peningkatan dosis hanya dilakukan apabila tidak ada
progresif atau terjadi toksisitas yang berat.
toksisitas derajat 3 atat4 setelah seri 1 atau 2. . Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.

Cara Pemberian Efek Samping


. Per oral 2 x 1 tablet 50 mg sehari . Sistempencernaan: diare, mual, muntah, mukositis nyeri
Lama waktu yang diperlukan tiap seri 2l hari dan jumlah
di abdomen.
seri biasanya 6 seri. . Gangguan fungsi hati: peningkatan kadar bilirubin dan
enzlm transamlnase.
Efek Samping . Kulit: hand-foot syndrome (telapak tangan dan kaki
. Supresi sumsum tulang, alopesia, nausea-vomitus, terasa gatal, sakit, bengkak, kemerahan), adanya bintik-
mukositis, hand andfoot syndrome. bintik di kulit, kulit kering dan gatal, dermatitis (radang
kulit).
. Alopesia (biasanya tidak terlalu berat).
Anti Emetik .
. Potensi emetogenik rendah. Dapat diatasi dengan
Supresi sumsum tulang (biasanya tidak berat).
. Bila terjadi efek samping diatasi dengan menurunkan
antiemetik apa saja sesuai kebutuhan.
dosis atau terapi simptomatik.

KAPESITABIN ORAL Kontraindikasi


. Hipersensitif terhadap Kapesitabin atau 5-FU.
. Insufisiensi ginjal yang berat (bersihan kreatinin <30
Mekanisme Kerja mVmenit). Bilabersihan kreatinin 30-50 mVmenit, dosis
. Kapesitabin adalah derivat fluoropirimidin karbamat diturunkan menjadi 75Vo dari dosis semula.
disajikan dalam bentuk preparat oral. . Tidak boleh diberikan kepada perempuan hamil,
. Kapesitabinbersifatnonsitotoksik, selanjutnyadiubah perempuan menyusui dan anak.
menjadi 5-FU yang bersifat sitotoksik, setelah itu baru
mengalami metabolisme.
. Perubahan menjadi 5-FU di dalam jaringan tumor,
Untuk Hand Foot Syndrome Menggunakan
dikatalisasi oleh enzim timidin fosforilase, karena itu Skala Berikut:
paparan jaringan normal terhadap 5-FU menjadi Derajat 1. Mati rasa disastesia/paraetesia, gatal,
minimal. pembengkakan yang tak nyeri, atau eritema yang
. Aktivasi yang selektif terhadap tumor, menyebabkan menyebabkan rasa tak nyaman, tetapi masih bisa melakukan
kadar 5-FU dalam jaringan tumor jauh lebih besar aktivitas normal.
daripada dalam jaringan normal. Derajat 2.Eitema yang nyeri dan pembengkakan tangan
atau kaki atau rasa tidak nyaman yang mengganggu
Indikasi aktivitas.
. Obatbarispertama (first line treatment)untukkanker Derajat 3. Deskuamasi yang basah, ulserasi, rasa panas,
kolorektal yang telah lanjut; kanker payudara nyeri yang hebat pada tangan dan kaki atau rasa tak
metastatik yang telah gagal dengan antrasiklin dan nyaman yang menyebabkan tidak dapat melakukan
taksan. aktivitas.
t4s6 ONKOI.OGIMEDIK

. Lama siklus 28 hari


. Jumlah siklus 6
Derajat Penyusunan
. Obatini menimbulkan rasa mual ringan, jadi dapat diatasi
Selama Masa
Toksisitas Dosis untuk dengan obat anti emetik biasa.
(Ncrc) Pengobatan
Siklus y.a.d.
Derajat 1 Pertahankan Dosis Semula Pertahankan
Dosis Semula Toksisitas
Derajat 2
. Netropenia trombositopenia, sering diikuti terjadinya
Muncul ke 1 Tunggu sampai derajat 0-1 100% febril neutropenia.
Muncul ke 2 Tunggu sampai derajat 0-1 75%
Muncul ke 3 Tunggu sampai derajat 0-1
Anemia hemolitik, j arang terj adi, tetapi bila terj adi berat.
Muncul ke 4 Hentikan pengobatan Limfopenia yang mungkin bertahan sampai 1 tahun atau
Derajat 3
lebih. Dapat terjadi infeksi: herpes zoster, herpes
Muncul ke 1 Tunggu sampai derajat 0-'1 75% simpleks, pneumosistis carinii, kandida, aspergilus dan
Muncul ke 2 Tunggu sampai derajat 0-1 500k lainlain.
Muncul ke 3 Hentikan pengobatan
Neurotoksis, terjadi pada 157o pasien dengan dosis
Derajat 4
Muncul ke 1 Tunggu sampai derajat 0-1 50o/o
standar. Bila dosis lebih dari dosis standar, dapat terjadi
atau hentikan pengobatan neurotosisitas yang berat dan fatal.
. Sindrom lisis tumor dapat terladi<O,5%o,tetapi bila terjadi
fatal dan takdapat dicegah dengan allopurinol dan hidrasi.
. Toksisitas yang lain: nausea, vomitus dan alopesia.
FLUDARABIN ORAL . Toksisitas dapat lebih berat pada orang tua atau pada
pasien yang tak ada respons terhadap terapi.

Penggunaan
. Untuk terapi CLL sel B yang resisten terhadap allq,lat- KEMOTEBAPI INTRAVENA
ing agent, juga untuk NHL derajat keganasan rendah
yang kambuh.
Obat-obat Sitostatika yang Digunakan Secara
lntravena
Mekanisme Kerja Banyak obat kemoterapi yang penggunaannya secara IV,
. Derivat purin nukkleosida
misalnya Siklofosfamid, Epirubisin, Vinkristin, 5-FU,
. Masuk sel melalui mekanisme transpor oleh nukleosida.
Metotreksat, Sitarabin dan lain-lain.
. Mengalami refosforilasi pada F-are-ATP melalui Cara pemberian kemoterapi secara fV diantaranya untuk
deoksitidin kinase. pengobatan kanker payudara, kanker kolorektal, limfoma
. Trifosfat diubah jadi DNA
maligna, leukemia akut dan lain-lain. Cara pemberian
. Menghambat ribonukleotida reduktase, DNA kemoterapi secara fV bervariasi, tergantung padajenis obat
polimerase, DNA primase, DNA ligase.
maupun jenis keganasannya. Misalnya:
. Menyebabkan apoptosis. . Epirubisin, pemberian secara fV pelan-pelan.
. Siklofosfamid, dilarutkan dulu dalamlarutanNaCl 0,97o,
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan lalu disuntikkan secara IV pelan-pelan, atau dengan
. Beritahu bahwa pasien dapat berobat jalan. infus drip selama 10-20 menit.
. Sebelum pengobatan periksa kadar ureum, kreatinin dan . Sitarabin dilarutkan dulu dalam 500 cc salin diberikan
tes fungsi hati. Hati-hati pada pengobatan pasien secara infus drip selama 24 jam.
dengan disfungsi hati dan insufisiensi renal. Karena obat-obat kemoterapi yang penggunaannya
. Beritahu pasien untuk: secara IV banyak, dan indikasinyajuga berbeda-beda, maka
- Menghindari obat yang mengandung aspirin. di sini disajikan satu contoh: pemberian kemoterapi pada
- Mengenali tanda-tanda dan gejala dari anemia dan kanker payudara.
trombositopenia.
- Mengenali tanda-tanda sindrom lisis tumor dan
penting mempertahankan hidrasi. FEC (5-FLUOROURAStL, EPIRUBISIN,
- Mengenali tanda-tanda efek samping lainnya dan srKLoFosFAMrD)
usaha-usaha yang bisa dilakukan.

lndikasi
Dosis dan Cara Pemberian Kemoterapi kanker payudara baik sebagai terapi ajuvan,
. Fludarabin 40 mg/m2 per oral selama 5 hari. neoajuvan maupun kanker payudara yang sudah metastatis.
TEIO{IIGIE,KI\IIK PEMBERIAN KEMOTERAPI 1457

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Obat yang Digunakan


. Pasien usia di atas 60 tahun atau ada riwayat penyakit . Metotreksat
jantung, sebelum kemoterapi harus dilakukan . Tiotepa
pemeriksaan ekokardiogram atau MUGA (multiple . Sitarabin
gated acquisition test of cardiac output), :unttk
menjaminbahwa ventrikel kiri berfungsi baik.
. Gara Pemberian
Periksa fungsi hati. Jika ada insufisiensi hati, dosis . Intraventrikular
epirubisin dan 5-FU dikurangi. Dengan pemasangan reseryoar sub Q secara operatif
. Periksa fungsi ginjal. Jika ada insufisiensi ginjal, kurangi
dan dengan kateter ventrikular (SRVC).
dosis siklofosfamid.
Keuntrmgannya
. Periksa darahrutin lengkap. Jikanetrofil <1500/mm3 atau
- Pemberian obat mudah
trombosit <100.000/mm3 tunda dulu kemoterapi. - Dijamin bahwa obat yang dimasukkan dapat
. Berikan antiemetik yang kuat sebelum kemoterapi. mencapai Cairan serebrol spinal (CSS).
. Kontrol dosis kumulatif epirubisin, untuk menghindari - Obat dapat diberikan pada pasien dengan
kardiotoksisitas bila dosis kumulatif epirubisin >900 mg/
trombositopenia
rr?.
. - Kemungkinan respons dan survival lebih baik dari
Beritahu pasien tentang kemungkinan rambut dapat padamelalui lumbal.
rontok, akibat kemoterapi.
Kekurangannya
- Biaya dan komplikasi yang berkaitan dengan
Dosis pemasangan SRVC (infeksi, perdarahan, malfungsi,
. 5 FU 500 mghfillY padahail pemasangan pada tempat yang kurang tepat.
. Epirubisin60mg/m2lTVpadahari I - Komplikasi yang diakibatkan oleh pemasangan
. Siklofosfamid500mg/m2llVpadahari l. SRVC yangberulang.
- CSS dikeluarkan dulu sedikit, baru obatdimasukkan
pelan-pelan (<1 mlimenit) untuk menghindari
Cara Pemberian
pergeseran CSS yang terlalu cepat di dalam otak.
. 5 FU dan siklofosfamid disuntikkan secara I.V pelan-
. Lumbal
pelan atau dilarutkan dalam NaCl 0,9% 100 ml dan
Melalui pungsi lumbal berulang.
diinfuskan dalam 10-20 menit. .
. Sistemik
Epirubisin disuntikkan lewat selang infus salin.
Penelitian yang baru, menunjukkan bahwa metotreksat
dosis tinggi mungkin bermanfaat.
Siklus dan Jumlah Siklus
. Lama siklus 2l hari
. Pendekatan Terapeutik pada Pasien Neoplastik
Jumlah siklus 6
Meningitis
. Diagnosis pengobatan dini perlu cepat untuk
Efek Samping mempertahankan fungsi neurologik.
. Mielosupresi . Evaluasi secara keseluruhan untuk menilai faktor
. Alopesia prognostik dan menentukan pengobatan.
. Nausea, vomitus Faktor prognostik yang baik meliputi:
. Mukositis - Riwayat perjalanan tumor sistemik yang lambat.
. Kardiomiopati (bila dosis kumulatif dari epirubisin >900 - Kanker sistemik responsif terhadap terapi
mdnP. neoplastik.
. Sistitis hemoragik pada pemakaian siklofosfamid dosis - Tak adabukti kanker sistemik.
tinggi. Tetapi pada regimen ini dosisnya tidak tinggi, - Tak ada gangguan neurologik yang menetap.
sehingga tak perlu penggunaan mesna dan hidrasi. - Status performance yang baik.
. Terapi radiasi pada bagian yang besar dan menunjukkan
gejala.
KEMOTRAPI INTRATEKAL INTRAVENTRIKULAR . Kemoterapi intratekal bertujuan mengobati penyakit
yang masih minimal dan sel-sel tumor yang terdapat di
lndikasi dalamlcs.
. Terapi untuk meningitis neoplastik, akibat tumor solid, - Umumnya dimulai dengan fungsi lumbal.
limfoma atau leukemia. - Jika ini memperbaiki keadaan pasien dengan terapi
. Terapi profilaksis untuk pasien dengan risiko tinggi pada intratekal jangka panjang, dipasang SCRC (Sab 0
limfoma auu leukemia. Re servoir and Ventricular Catheter).
14s8 ONKOL,TOGIMEDIK

- Penggunaan scan Indium DTPA untuk mengamati Farmakokinetik


kelainan aliran CSS, yang akan mempengaruhi . 10 MTXIT dapatmenghasilkankadarlebih dari 10iM
distribusi kemoterapi intratekal. dalamCSS sampai48 jam.
- Kemoterapi intratecal dimulai dua kali dalam satu MTX intratekal dibersihkan dari CSS sebagian besar
minggu. melalui aliran lewat granulosis araloroid dan sirkulasi vena.
- Bilapemeriksaan sitologi lcs menjadi negatif, terapi Kelainan aliran CSS dapat mengakibatkan kadar tinggi
intrathecal diberikan dua kali/minggu untuk 1 dari MTX yang masukjaringan otak menjadi lama yang
minggu setiap bulannya. dapat mengakibatkan leuko ensefalopati.
- Respons terhadap kemoterapi intratekal harus Kra-kra 90Vo MTX dalam sirkulasi sistemik dibersihkan
dinilai dengan pemeriksaan CSS yang diambil dari oleh ginjal.
tempat yang sama pada saat pemeriksaan sitologi MTX dapat tertahan dalam cairan efusi atau asites yang
positif. mengakibatkan pembersihan yang tertunda dan
- Dosis sebaiknya dalam mg (lebih baik dari pada mg/ toksisitas.
m2) karena orang dewasa mempunyai volume CSS
yang hampir sama tanpa memandang tinggi dan
Toksisitas
berat badannya. . Toksisitas primer yang dini adalah pada mukosa GI dan
sumsum tulang. .
Toksisitas Jika toksisitas ini menjadi problema klinis, hal ini dapat
. Mielosupresi dicegah dengan menggunakan kalsium leukovorin oral,
- Tiotepa >metotreksat >sitarabin yang melindungi jaringan sistemik, tetapi tak menembus
. Potensial menimbulkan ensefalopati yang fatal. keadaan CSS.
- Kombinasi kemoterapi intratekal >metotreksat Toksisitas utama yang timbulnya terlambat, adalah
>sitarabin >tiotepa. nekrosis tersebar yang menyebabkan leukoensefalopati.
- Insidensi meningkat setelah lebih dari 6 bulan dari Faktor risiko utama meliputi:
permulaan terapi. - MTXintratekal
- Mula-mula sering diketahui pada MRI, diikuti - Radiasi kranial (t.u. bila didahului MTX intratekal)
gangguan neurologik yang tak dapat - MTXsistemik
disembuhkan.
- Meningitis stafrlokokus epidermidis muncul subakut
Terapi Suportif
padapasien SRVC. . Obat antiemetik biasanya tidak diperlukan

METOTREKSAT (MTX) INTRAVENTRI KULAR Perawatan yang Penting


. CSS dikeluarkan sebanyak volume obat yang akan
Mekanisme Kerja dimasukkan (5-15 cc), obat dimasukkan pelan-pelan (<
. Antimetabolit I mVmenit) untuk menghindari aliran (pergeseran) yang
. Target dihidrofolat reduktase cepat dari CSS di dalam otak.
. Mengurangi donor karbon yang diperlukan untuk . Hindari kontaminasi, gunakan teknik aseptik yang ketat.
sintesis purin dan pirimidin. . Obat dapat dimasukkan bila ada aliran yang mudah dari
. Meningkatkan dihidrofolat poliglutamat, yang CSS yang tak mengandung darah.
selanjutnya menghambat sintesis purin. . Intoksikasi berat dapat terjadi pada orang tua atau
. Farmakologiklinik: pasien dengan lesi meningeal yang berat.
- Umumnya aktif terhadap pembelahan sel jaringan . Penilaian
yang cepat. - Status dasar neurologik
- Umumnya efektif bila kadar obat tetap tinggi untuk - Untuk araknoiditis akut (kebanyakan reaksi toksik):
jangka waktu yang lama. sakit kepala, nyeri punggung, kaku kuduk, dan
demam.

Penentuan Dosis - Mielopati subakut: paraplegi/paraparesis pada satu


. l0 mg dalam 5-10 ml larutan elliot B dua kali dalam satu atau lebih radiks saraf.
minggu melalui ruang intratekal di daerah lumbal atau - Leukoensefalopati kronik: iritabel, ataksia dan
di ventrikel. meningkatnya tekanan CSS.
. Teruskan sampai sitologi CSS menjadi bersih (negatif). - Neurotoksisitas yang ditandai oleh: rasa panas, mati
. Lalu teruskan dengan terapi pemeliharaan, dua rasa di kaki, stupor, agitasi, kejang-kejang dan sesak
pengobatan setiap minggu (satu minggu tiap bulan). napas.
TEKNIKTIEIG{IK PEMBERIAN KEIUOTERAPI t4s9

- Menentukan tempat-tempat yang mudah terkena . Toksisitas utama adalah terjadinya leukemra non
infeksi. limfositik akut seperti obat-obat allqlating yang lain.
. Edukasi pasien . Neurotoksisitas nampaknya lebih rendah daripada
- Jelaskan catar,ya:. pasien diminta tidur telentang metotreksat intratekal.
selama prosedur berlangsung.
- Komplikasi akut yang dapat meliputi: nausea, vomi-
Perawatan Suportif
tus, demam, sakit kepala, kaku kuduk, biasanya akan . Biasanya tak perlu obat antiemetik.
meredadalam 72 jun.
- Catat gejala-gejala yang tak biasa.
Segi Farmasi
. Larutan Elliott B (CSS buatan) atau salin normal
TIOTEPA INTRATE KAL/INTRAVENTRI KU LAR merupakan pelarut yang cocok.

Mekanisme Kerja Segi Perawatan


. Allqlating agent fwrgsional
. Pemeriksaan darah rutin dilakukan setiap seminggu.
. Secara farmakologis sama dengan nitrogen mustard.
. CSS dikeluarkan dan obat dimasukkan pelan-pelan (<1
. Dapat dimasukkan ke dalam ruang-ruang dalam badan ml/menit) untuk menghindari pergeseran CSS yang
(body cavities) cepat di dalam otak.
. Pakai sarung tangan bila memegang larutan tiotepa
karena dapat terjadi skin rash setelah kontak dengan
Farmakologi Klinik bahan tersebut.
. Tak spesifik untuk siklus sel. . Larutan tiotepa yang baru dibuat, sering keruh./berkabut
. Metabolit primer trietilen-fosforamid (TEPA) dan harus disaring dengan saringan yang pori-porinya
bertanggungjawab untuk semua aktivitas obat terhadap ukuran 0,22 mcg. Jika tetap keruh setelah disaring,
tumor solid. jangan dipakai.
. Hindari kontaminasi, gunakan teknik aseptik yang ketat.
Dosis . Awasi
. l0 mg dalam 5-10 ml larutan Eliot B atau salin normal - Status dasar neurologik
dua kali dalam seminggu, masukkan dalam ruang - Lokasi yang memungkinkan terjadinya infeksi
intratekal dari daerah lumbal atau ventrikel. . Jelaskan kepada pasien
. Teruskan sampai sitologi CSS bersih. - Untuk tetap telentang selama 30 menit selama
. Lalu teruskan dengan terapi pemeliharaan duakali dalam pengobatan.
seminggu (satu minggu setiap bulan). - Komplikasi akut bisa terjadi diantaranya : nausea
vomitus, demam, sakit kepala, kaku kuduk dan
semuanya itu akan hilang dalam 7 2 jam.
Farmakokinetik - Laporkan gejala-gejalayang tak biasa terjadi.
. Half lfe terminal dai tiotepa intraventrikular jam.
8
. Bersihan ventrikularkira-kjra47o dari bersihan total
. Kadar tiotepa lumbal hanya 57o dari kadar ventrikular,
SITARAB!N INTRAVENTRI KU LAR
tetapi masih cukup tinggi untuk aktif.

Sinonim
Toksisitas . Ara-C
. Efek samping dari tiotepa adalah mielosupresi. . Sitosin Arabinosid
. Dosis yang dimasukkan lewat CSS (10 mg dua kali . Sitosar
seminggu) mendekati dosis yang diberikan secara
sistemik.
. Penggunaan
Mielosupresi dapat terjadi pada pasien-pasien yang:
Penggunaan sitarabin intratekal, telah diakui sebagai
- Sebelumnya sudah sering mendapat kemoterapi tindakan preventif dan pengobatan leukemia meningeal.
atau radiasi.
- Pasien yang menderita kanker yang sudah lanjut
dan menginfiltrasi sumsum tulang. Mekanisme Kerja
- Sering mendapat terapi radiasi pada kolumna . Antimetabolit
ventebralis atau pelvis sebagai bagian dari . Metabolit dari sitarabin yang intraselular, Ara-CTP
pengobatan metastasis leptomeningeal. bergabung dengan DNA
1460 ONI(OI.OGIMEDIK

Dosis harus diawasi baik-baik.


. Untuk meningitis leukemik 30 mg/m2 Ara-C diberikan - Kebanyakan tumor solid akan memerlukan terapi
secara intratekal langsung. intrapleural.
. Jumlah dosis yang diberikan tergantung pada beratnya
leukemikmeningitis.
. Drainase
Jika diberikan secara intratekal, Ara-C sebaiknya . Torakoskopi merupakan prosedur terbaik agar arah
dilarutkan dalam salin yang bebas larutan pengawet.
jarum tepat dan paru mengembang kembali.
Pelarut yang mengandung benzil alkohol sebaikya tak . Tube standard yang besar:
digunakan.
- Dapat mengembangkan paru semaksimal mungkin.
. Kateter yang lentur (soft catheter)
Farmakokinetik - Baik untuk cairan efusi yang dapat mengalir dengan
. Mekanisme utama untuk bersihan sistemik melalui bebas.
metabolisme di hati oleh sitidin deaminase yang - Dapat digunakan untuk pasien rawatjalan.
membentuk nukleosid inaktif, ara-U.
- Pompapleura-peritonealkadang-kadangdigunakan,
tetapi sering macet dan sulit dipakai untuk
penggunaan jangka panjang.
Perawatan
. Bahan pengencer yang terdapat dalam container, Pleurodesis
sebaiknya tidak digunakan (ini adalah pengawet: benzil . Paru harus dikembangkan kembali.
alkohol); gunakan salin USP (yang tak diawetkan) atau . Volume dari drainase <150 ccl24jarn.
larutan ringer USP (yang tidak diawetkan). . Jikalokulasi minimal, injeksi urokinase dapatmembantu
., Hindari kontaminasi; gunakan teknik aseptik yang ketat.
ekspansi maksimal dari paru.
. Risiko terjadinyatoksisitas neurologikyang beratlebih . Pemberian narkotik sistemik atau intrapleural dapat
kecil pada sitarabin dari pada metotreksat. mengurangi rasa sakit pada kebanyakan pasien.
. Amati: . Anestesi lokal intrapleuraljuga sering dipakai.
- Status dasar neurologik. . Drainase ulang<250 ccl24 jarnpadawaktttube ditarik.
- Bilaterjadi araknoiditis akut (umumnyareaksi toksik),
sakit kepala, nyeri punggung, kaku kuduk dan
demam. Obat Apa yang Digunakan ?
- Port d'entre untuk infeksi.
. Dimasukkan"talc paudrage" ke dalam kavum pleura.
. Jelaskan kepada pasien:
. Bleomisin
- Untuk tetap tidur telentang selama 30 menit selama - Cukup efektif tetapi mahal.
pengobatan.
. Doksisiklin
- Komplikasi akut dapat terjadi, meliputi: nausea, vomi- - Efektivitas sedang, tetapi murah.
tus, demam, sakit kepala, kaku kuduk; biasanya akan - Perlu terapi ulang, dan menaikkan biaya.
hilang dalam 72 jam.
- Beritahukan bila ada keluhan yang tidak biasa.
BLEOMISIN INTRAPLEURA

KEMOTERAPI INTRAPLEURAL
Penggunaan
Telah disetujui FDA untuk pengobatan keganasan yang
Pasien yang Dapat Diobati dengan Cara lni menyebabkan efusi pleura dengan cara intrapleural.
. Simptom masih minimal, jangan tunggu sampai terjadi Juga digunakan untuk efusi peritoneal dan perikardial.
gangguan pernapasan.
. Prognosis baik, pasien mempunyai harapan hidup yang
cukup baik sehingga mondok di rumah sakit 3-4 hari Mekanisme Kerja
tidakjadi masalah.
. Digunakan untuk menimbulkan inflamasi pleurodesis.
. Penyakitnya tak mungkin disembuhkan dengan terapi
sistemik Dosis
- Limfoma, small cell lung cancer,dapat diberi terapi . Dosis umumnya 60m dalam 100 ml salin dengan
sistemik setelah torasentesis. menggunakan kateter.
- Tumor yang menunjukkan respons sedang seperti Pasien di tempat tidur dengan berbagai posisi untuk
kanker payudara, kanker ovarii dapat menunjukkan melengkapi kontak dengan semua bagian pleura.
respons terhadap terapi setelah torasentesis tetapi Terapi diulang cukup satu kali.
KEMOTERAPI t46l

Farmakokinetik . Pasien yang sebelumnya mempunyai riwayat radiasi


. 45Vo dari dosis intrapleural dapat masuk sirkulasi. pada paru atau penyakit paru obstruksi kronik
. Waktuparuhdalamkavumpleura3jam. mempunyai risiko komplikasi dan toksisias yang lebih
. Bleomisin yang diabsorbsi, dikeluarkan lewat ginjal (60- tinggi.
707o) dan mempunyai waktu paruh 2-4 jam. Waktu paruh . Pemberian obat mungkin sangat sakit, berikan
akan bertambah panjang pada pasien dengan premedikasi sebelum pengobatan sampai 24-48 jam
insufisiensi renal. sesudahnya.
. Setelah obat masuk, pasien diberi posisi yang tepat
(telentang, tengkurap, miring ke kanan atau ke kiri)
Toksisitas
. untuk menjamin distribusi yang merata dari obat
Intrapleural yang sering:
sklerosing.
- Demam, nyeri ringan sampai sedang, mual, luka . Chest tube yangteryasang di dada dapat diklem sesuai
infeksi lokal.
. kebutuhan.
Intrapleuralyangjarang: . Jumlah obat sklerosing dapat dikeluarkan kembali
- Reaksi anafilaktik, retensi cairan, kemerahan dan melalui chest tube yang tidak diklem harus dicatat.
.
diare. . Awasi:
Sistemik (457o dosis diabsorbsi)
- Reaksi kulit (pruritus, hiperpigmentasi, edema,
- BiIa terjadi reaksi hipersensitivitas

eritema, penebalan kuku, mukositis, alopesia).


- Bila ada tanda toksisitas pulmonal: napas yang
pendek, w he e zin g, ras h, menggigil, timbul demam.
- Anoreksia. . Pasiendiajari:
- Pneumonitisinterstisial.
- Cara mengatur peralatan intrapleural.
- Hipotensi, nyeri pada tempat suntikan, demam dan
- Untuk memberi laporan bila terjadi serangan nyeri
menggigil selama infus.
dada atau demam yang akut.
- Mielosupresi.
- Trombosismikroangiopati.
. Alergi, anafilaksis.
KEMOTEBAPI INTRAPERITONEAL

Perawatan Suportif
. Paru perlu dikembangkan penuh agar pleurodesis Kegunaan
efektif. . Dikenal sebagai cara pengobatan yang rasional untuk
. Asetaminofen diberikan bila demam. kanker ovarium residual (kemoterapi inisial, pengobatan
. Suntikkan morfin 10 mg diberikan 30 menit sebelum dengan obat-obat baris kedua, konsolidasi).
pengobatan. . Untuk trial terapi ajuvan, kanker gaster dan kolon.
. Lidokain 25 cc2%o disuntikkan ke dalamkavumpleura . Pengobatan yang telah teruji untuk sel-sel residual dari
sebelum bleomisin. mesotelioma setelah reseksi maksimal.
. Kadang-kadang perlu antiemetik.
. Obat dan alat untuk mengatasi kemungkinan reaksi Dasar Pemikiran
anafilaksis harus siap. . Meningkatkan paparan dari tumor yang ada dalam
kavum peritoneal dengan obat sitotoksik yang aktifdan
Segi Farmasi obat antineoplastik. 17.,
. Vial yang intak disimpan di kulkas, buat larutan yang . Cara yang paling tepat untuk obat-obat yang aktivitas
stabil dan dapat disimpan 1 bulan di kulkas, 2 minggu antineoplastiknya terhadap beberapa jenis tumor masih
bila disimpan pada suhu kamar. diragukan (kanker ovarium, kolon, gaster, mesotelioma
. Salin normal merupakan pelarut yang cocok. dan lain-lain) dapat dibuktikan bahwa aktivitas
. Jangan dicampur dengan larutan yang mengandung neoplastiknya dapat ditingkatkan dengan cara
kation divalen atau trivalen (terutama tembaga) karena meningkatkan kadar dan lama paparan.
problem kelasi.
. Inaktivasi dengan menggunakan hidrogen peroksida, Trial Fase I
senyawa-senyawa yang mengandung sulfidril dan vi- . Banyak obat telah diuji dari segi keamanan dan
taminC. farmakokinetik melalui pemberian intra peritoneal.
. Misal perbaikan Farmakokinetik pada pemberian secara
Segi Perawatan intraperitoneal dibanding secara sistemik.
. Obat-obat dan peralatan untuk keadaan darurat harus - Sisplatin/karboplatin (10-20 kali lipat)
slap. - 5 FU (200 x lipat)
1462 ONKOI-OGIMEDIK

- Metotreksat (90 x lipat) Penentuan Dosis


- Doksorubisin (300 x lipat) . Sisplatin diberikan secaraintraperitoneal dengan dosis
- Paklitaksel (1000xlipat) 100 mg/m2 dalam salin normall -21.
- Interferon alfa (100 x lipat) . Sisplatin dapat diberikan secara intraperitoneal pada
dosis 200 mglm2 bersamaan dengan sodium tiosulfat
r;rntuk nephroprotection (cara dengan dosis tinggi ini
Toksisitas
. Batas dosis toksjs ditentukan oleh obat yang masih eksperimental).

dimasukkan ke dalam kavum peritoneal.


. Pilihan cara pemberian terapi:
- Sisplatinlkarbopldtin (batas dosis toksis: ada efek - Dipasang kateter parasentesis pada setiap
pengobatan.
sistemik, abdomin al di s c o mfo r t minimal dan risiko
terbentuknya adhesi)
- Dipasang kateter Tenckhoff terus menerus.
- Doksorubisin (batas dosis toksis: nyeri abdominal - KateterTenckhoffdihubungkan dengan alat Sub Q
yang berat/terjadi adhesi). untuk mengalirkan obat lewat v. porta.
- Paklitaksel (batas dosis toksis: nyeri abdominal). - Terapi dapat diulang maksimal 6 seri dengan
. Risiko terjadinya komplikasi akibat pemberian obat:
interval 3-4 minggu.
- Infeksi
- Perforasi usus akibat pemasangan kateter. Farmakokinetik
. Risiko toksisitas yang unik akibat pemberian obat ke . Puncak kadar peritoneal dari sisplatin reaktif 20x lebih
dalam kavum peritoneal tak nampak pada pemberian tinggi daripada terapi sistemik.
secara sistemik. . AUC untuk paparan sisplatin pada kavum peritoneal
10 kali lebih tinggi daripada sirkulasi sistemik.
. Kira-kira 707o sisplatin yang diberikan secara intraperi-
Cara Pemberian
. Pemasangan kateter semi permanen dengan
toneal menyebar secara sistemik sebagai obat yang
reaktif.
pembedahan atau pemasangan kateter perkutan pada
setiap pengobatan.
. Biasanya dimasukkan 1-2 I volume obat, dan tak perlu Toksisitas
mengeluarkan cairan setelah pengobatan. . Efek samping utama obat yang menyebar secara
sistemik, diakibatkan oleh toksisitas sisplatin
(nefrotoksisitas, neurotoksisitas dan muntah-
Keberatan Teoritis untuk Merencanakan Terapi
muntah).
Antineoplastik lntra Peritoneal .
. Pemberian sisplatin secara intraperitoneal. jangan
Kesulitan untuk memasukkan obat antineoplastik yang
dianggap merupakan cara untuk mengurangi toksisitas
adekuat melalui kavum peritoneal.
. dari obat tersebut.
Obat yang mencapai tumor melalui aliran darah kapiler
. Toksisitas lokal umumnya terbatas pada "abdominal
sedikit.
dis comfort" yang ringan.
. Dapat terjadi adhesi intraperitoneal yang dapat
menyebabkan obstruksi usus.
S!SPLATIN INTRAPERITON EAL . Risiko infeksi intraperitoneal dan perforasi usus
berkaitan dengan pemasangan kateter dan manipulasi
Kegunaan yang dilakukan.
. Terapi inisial untukkanker ovariumresiduaUmikroskopik
atau tumor residual dengan diameter maksimal 0,5 cm) Perawatan Suportif
pada pasien pasca operasl. . Sebelum memasukkan sisplatin intraperitoneal, berikan
. Terapi tahap kedua untuk tumor residual setelah ada hidrasi seperti pemberian sistemik dosis 100 mg/m2.
respons terhadap terapi sistemik dengan obat-obat . Gunakan regimen antiemetik standar untuk sisplatin (se-
platinum. rotonin reseptor antagonis plus deksametason).
. Terapi konsolidasi pada pasien dengan tumor derajat
keganasan tinggi stadium III dan IV pasca operasi dan
Segi Farmasi
menunjukkan respons komplit. .
. Larutkan sisplatin dalam 1-2 I salin normal.
Dasarpemikiran:
- Meningkatkan paparan terhadap sisplatin pada
kanker yang ada dalam kavum peritoneal. Segi Perawatan
- Mempertahankan secara maksimal dan aman, kontak . Hidrasi pra dan pasca terapi; monitor asupan dan
antara tumor dan sisplatin yang masuk lewat kapiler. keluaran.
TEKNIK-TEKNIK PEMBERIAN KEMOTERAPI 1463

. Berikan diuretik manitol dan furosemid. Pendekatan terapeutik pada pasien dengan
. Posisi pasien: semi Fowler. metastasis di hepar
. Gunakan teknik aseptik untuk mencegah infeksi karena . Diagnosis dini dan reseksi dengan pembedahan jika
penggunaan kateter dan peritonitis. mungkin.
. Bila infus telah selesai, slang diklem dan catat waktunya. . Evaluasi menyeluruh untuk menentukan faktor
Bila cairan telah dikeluarkan, bilas kateter dengan salin prognostik dan menentukan sejauh mana terapi yang
steril. harus diberikan.
. Karena dapat terjadi mielosupresi, perlu dimonitor AE, . Jika inoperabel, dapat diterapi dengan HAC atau terapi
AL,AT. sistemik atau kombinasi kedua cara tersebut.
. Awasi: . Faktor prognostik yang baik meliputi:
- Perubahan nutrisi karena mual dan muntah. - Kurang dari dua metastase
- Tanda-tanda infeksi melalui kateter. - Tidak ada bukti adanya penyakit ekstra hepatik.
- Tanda-tanda gangguan pendengaran. - LDHdanCEAdalambatasnormal.
- Tanda-tanda neuropati perifer.
- Tanda-tanda gangguan fungsi ginjal.
Toksisitas
. Edukasi pasien . Tidak ada mielosupresi, nausea, vomitus dan diare.
- Perlu mengamati dan menjaga posisi kateter. Jika diare, harus dicurigai adanya shunting ke usus.
- Perlu melaporkan bila ada tanda-tanda infeksi: . Toksisitashepatobilier:
demam, radang, nyeri abdominal, diare, sesak napas.
- - Efek iskemia dan inflamasi pada saluran empedu,
Laporkan bila terjadi: mati rasa, gatal-gatal di jari
karena saluran empedu mendapatkan darah dari a.
tangan dan kaki, sulit memegang pensil atau
hepatika.
mengancingkan baju. Beri jaminan bahwa gejala ini
- Toksisitas bilier nampak sebagai kenaikan SGOT
hanya sementara.
alkali fosfatase dan bilirubin.
- Padastadiumawaldaritoksisitas, kenaikanenzimhepar
akan kembali ndrmal jika obat dikeluarkan dan pasien
KEMOTERAPI ABTERIAL HEpATtK (HEqAT|C
disuruh istirahat;pada kasus yang lanjut sulit diatasi.
ABT E R tAL C H EM OTH E R AP Y/H AC)
- Jika ikterus tidak teratasi, dilakukan retrograd
kolangio pankreatografi (ERCP) yang dapat
lndikasi menunjukkan lesi seperti kolangitis sklerosis
. Pengobatan metastasis hepatik dari kanker kolorektal. idiopatik.
. Mungkin bermanfaat sebagai terapi ajuvan setelah - Striktura mungkin nampak di bifurkasio duktus
reseksi hepar. hepatikus.
- Prosedur drainase dengan ERCP atau kolangiogram
transhepatik mungkin berguna.
Obat yang Digunakan
. FUDR
- Monitor yang ketat dari tes fungsi hati perlu, untuk
.FU menghindari komplikasi bilier.
. Mitomisin C
- Jikakadarbilirubin serummeninggiswnpu>3 mgVo
tidak ada lagi pengobatan yang bisa diberikan.

Cara Pemberian
. Dengan pompa sub Q yang dipasang saat operasi.
Penyakit Ulserasi
. Keuntungan dibanding pemberian secara sistemik:
. Gastritis atau ulkus peptikum dapat terjadi karena
perfusi obat dari gaster dan duodenum melalui cabang-
- Pemberian obat mudah.
cabang dari arteria hepatika.
- Toksisitas sistemik lebih ringan.
- respons lebih tinggi: 50-7OVo.
- Kemungkinan menghasilkan survival yang lebih Komplikasi dari Pemasangan dan Penggunaan
baik. lnfuse Pump Melalui Arteria Hepatika
- Penelitian oleh CALGB untuk mengetahui apakah . Perfusi inkomplit atau ekstrahepatik.
HAC menghasilkan survival lebih baik dari pada . Mungkin terjadi emboli pada arteri yang berakibat
terapi sistemik. terjadinya perfusi ekstra hepatik.
. Kerugian dibanding terapi sistemik: . Dapat terjadi kesalahan teknik selama pemasangan
- Lebih mahal dan perlu tindakan bedah. kateter dimana kateter terpasang terlalu jauh dari
- Kemungkinante{adikomplikasiakibatpenggunaan percabangan a. gastroduodenal dan a. hepatika yang
kateter dan sklerosis bilier. dapat meningkatkan paparan terhadap obat.
1464 ONI(OI.OGIMEDIK

Usaha untuk Mengurangi Toksisitas Terhadap . Penyediaan


Hepar - 500 mg bubuk FUDR steril dalam vial 5 ml. lni harus
. Deksametason. diencerkan dengan 5 ml akualides steril (SWFI).
. Modifikasisirkadian. . Dosis dan pemberian
. Selang seling HAI FTIDR dengan 5-FU pada a. hepatika. - Setiap vial harus dilarutkan dengan 5 ml SWFI untuk
menghasilkan larutan yang mengandung kira-kira
Rekomendasi 100 mg FUDR/ml. Dosis harian yang telah
. Dilakukan monitor yang ketat dari tes fungsi hati. ditentukan diencerkan dengan dekstrosa 5Vo ata.u
. Bila ada peningkatan dari Alkali fosfatase, SGOT atau NaCl 0,97o sampai volum yang tepat untuk alat infus
yang dipakai.
bilirubin, dosis harus disesuaikan.
. Tes fungsi hati harus diperiksa dua kali setiap minggu
untuk mengevaluasi masalah-masalah ini. Segi Perawatan
. Carapemberian
- Periksa kateter
FLOKSURIDIN INTRA ARTERI HEPATIK (FUDR, - Setelah pemasangan pompa dengan cara
5-FLUORO-2-DEOKSTU RtDIN) operasi, awasi injeksi intraafterial dari kateter
fluorosein.
Kegunaan - Pemberianintrahepatik
. Kankerkolorektalmetastatik. - Tak dianjurkan mengambil sampel darah arle-
- Kadang-kadang dipakai sebagai terapi ajuvan rial, karena tekanan dalam arteri tinggi dan
setelah operasi reseksi. kemungkinan terj adi pembekuan.
. Kanker hepatobilier primer. - Pastikan aliran infus yang lancar untuk menilai
. Terapiintraperitoneal. aliran kembali dari darah.
- Masukkan obat kemoterapi melalui pompa infus
intraarterial ke hepar.
Mekanisme Kerja
. Analogpirimidin.
- Untuk mencegah nyeri epigastrik, berikan simetidin
. 4 x 300 mg per oral atau ranitidin 2x I 50 mg per oral.
Indikator timidilat sintase.
. Inhibitor dari timidilat sintase, menyebabkan penurunan
- Untuk mencegah sklerosing kolangitis, tambahkan
deksametason 0,3-0,5 mg/hari bersamaan dengan
dari DTTP, dengan demikian mempengaruhi sintesis
FUDR.
DNA. .
. Over ekspresi dari timidilat sintase menyebabkan
Manajemen

resistensi terhadap obat.


- Monitor fungsi hati untuk menetapkan jika
modifikasi dosis FUDR diperlukan. Bandingkan nilai
yang diperoleh dengan nilai referensi. Lihat
Farmako Kinetik modifikasi dosis yang dianjurkan dalam tabel di
. Sitotoksisitor tergantung pada dosis dan waktu. bawah.
. EkstaksidariFUDRolehheparyangnormal x.95%o,sedang - Untuk tanda-tanda sklerosis bilier: ikterus, pruritus,
flJ2X5U7o. dan nyeri perut kanan atas.
. Sering lebih efektif bila diberikan melalui infus yang - Atasi diare: berikan infus RL, bismut subsalisilat,
lama dan bila dipakai FUDR dosisnya harus dikurangi. kaolin dengan pektin atau loperamid-HCl
. Toksisitas biasanya terbatas pada jaringan yang . Edukasi pasien
pembelahan selnya cepat misalnya mukosa GI, sumsum - Jelaskan kemungkinan komplikasi karena
tulang. pemasangan kateter arterial.
- Efek samping FUDR: muaUmuntah, nyeri epigastrik,
Dosis nyeri abdominal kram, diare, menurunnya nafsu
. Pemberian terbaik dicapai dengan memakai pompa, makan, mengantuk, rasa capai.
untuk mengatasi tekanan dalam arteri-arteri yang besar - Manajemen di rumah: catat wujud feses, sering
dan menjamin tetesan infus yang tetap. kencing, kram, asupan cairan, obat antidiare.
- Dosis terapeutik melalui infus arterial kontinu 0,1- - Penjelasan tentang pompa:
06mg/kgBB/hari. - Informasi tentang pompa.
- 0,16 mg/kgBB x 14 harijikadiberikan denganpompa - Batasi aktivitas yang dapat menyebabkan
eksternal. trauma pada balon pompa.
- Dosis sebaiknya dikombinasikan dengan 20 mg - Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan
deksametason untuk setiap botol FUDR. perubahan yanglama dari suhu badan, tensi,
TEKNIIGTEKNIK PEMBERIAN KEMOTERAPI t46s

perubahan ke arah tempat yang tinggi, yang Segi Perawatan


dapat mengubah kecepatan aliran infus. . Modifikasi dosis didasarkan pada leukosit dan
trombosit, dengan demikian perlu dimonitor pemeriksaan
darah rutin.
MITOMTSTN C (TNTRAHEPATT K) . Monitor fungsi ginjal sebelum pemberian setiap dosis.
Kurangi dosis bila kadar kreatinin serum > 1 ,7 mg/dl.
Mekanisme Kerja . Premedikasi dengan serotonin antagonis merupakan
. Antiobiotik yang diisolasi dari Streptomisin indikasi seperti pemberian anti emetik untuk menunda
caespitosus. mual.
. Jika terjadi ekstravasasi, hentikan infus segera.
Dosis
. Evaluasi:
. l0 mglm2lA atau IV setiap 4 minggu 2x, lalu setiap 6 - Fungsi ginjal, amati bila ada tanda-tanda dan gejala
mrnggu. dari gagal ginjal atau sindrom hemolitik uremik.
. Dosis yang lebih tinggi pada pemakaian IA - Fungsi paru, amati bila ada tanda-tanda dan
mengakibatkan kejadian sklerosis biter yang lebih tinggi. simptom pneumonitis interstisial dan ARDS.
- Amati untuk kemungkinan terjadinya kelainan
akibat veno occlusive disease dari hepar pada
Farmakokinetik pasienABMT.
. Menghambat sintesis DNA. . Edukasi pasien:
. Klirens terjadi terutama karena metabolisme di hepar, - Kemungkinan terjadinya efek samping dan usaha
tetapi metabolisme terjadi juga dijaringan lain. untuk dapat mengatasi sendiri.
- Pentingnya pelaksanaan KB.
Toksisitas
. Trombositopenia dan atau leukopenia.
. Dapat tertunda sampai 8 minggu setelah terapi. KEMOTERAPI INTRAARTERIAL
. Nekrosis dan berakibat mengelupasnya jaringan jika
terjadi ekstravasasi pada waktu menyuntikkan.
. Dapat terjadi peningkatan alkali fosfatase, transaminase Dasar Pemikiran
dan sklerosis bilier. . Infus intraarterial mencapai kapiler (aringan tumor),
kadarnya dapat sampai 2.500 kali lipat dibanding
dengan infus intravena.
Perawatan Suportif .
. "Supra doze" dai obat yang masuk dapat mengatasi
Premedikasidengandeksametason.
resistensi terhadap obat.
. Selektivitas dapat ditingkatkan lebih lanjut.
Segi Farmasi - Dapat dikombinasikan dengan obat penetral
. Heparin 10.000unitmasukkandalampompareservoar sistemik atau obat kemo proteksi.
pada setiap pengisian kembali.

Dosis
Nilai Referensi SGOT < 50 F/l > 50 F/l
FUDK
SGOT pada saat 0-<3xreferensi 0-<2xreferensi 100Yo
pengosongan pompa atau 3-<4xreferensi 2-<3xreferensi 80%
pada hari mulai pengobatan 4-<5xreferensi 3-<4xreferensi 500/
> 5x referensi > 4x referensi stop terapi
Nilai Referensi Alk. < 90 F/l > 90 p/l Dosis
Fosfatase FUDR
Alk. Fosfatase. pada saat 0-l,5xreferensi 0-l,2xreferensi 100%
pengosongan pompa atau 1,5-<2xreferensi 1,2 - <1,5 x 50%
pada hari mulai pengobatan > 2 referensi referensi stop terapi
> 1,5 referensi
Nilai Referensi Bilirubin < 1,2 mg/dl > 1,2 mg/dl Dosis
FUDR
Bilirubin pada saat 0-l,5xreferensi 0-l,5xreferensi 100yo
pengosongan pompa atau '1,5-<2xreferensi 1,5-<2xreferensi 50%
pada hari mulai penqobatan > 2 referensi > 2 referensi stop terapi
1466 ONKOI.OGIMEDIK

Dapat diberikan dengan angiografi selektif, untuk selama 6-7 minggu.


meminimalkan dosis untuk jaringan normal.
Presentasi suplai darah pada jaringan tumor dari
Farmakokinetik
setiap pembuluh darah ditentukan secara . Setelah melewati tumor, sisplatin menyebar seperti
radiologis dan dipakai untuk menghitung jumlah pemberian IV (dikurangi jumlah yang dinetralisir oleh
obat yang harus dimasukkan melalui kateter yang
natrium tiosulfat).
selektif atau superselektif. . Kadar puncak intraselular te4adi48-72 jarr.

SISPLATIN INTRAARTERIAL Toksisitas


. Sama dengan sisplatin intravena.
. Mukositis biasanya terjadi bersamaan dengan radiasi
Kegunaan (457o memerlukan nuffisi dengan NGT jangka panjang).
. Karsinoma sel skuamosa dari kepala dan leher (sangat . Nefrotoksisitas, neurotoksisitas dan ototoksisitas
selektif bila diberikan bersama radiasi). jarang, biasanya derajat I
. Telah digunakan di Jepang untuk tumor hepar, dan . Mielosupresi jarang, neutropenia dapat diatasi dengan
strategi yang sama telah digunakan untuk kanker pemberianGCSF.
ovarium (intraperitoneal lebih banyak dipakai daripada . Mual, muntah dan diare dapat diatasi dengan hidrasi
intra arterial). dan obat anti emetik dan antidiare.

Mekanisme Kerja Perawatan Suportif


. Infus intraarterial mencapai kadar kapiler (dalam tumor)
. Antiemetik.
sampai 2500 kali daripada kadar yang dicapai dengan
. Prahidrasi (sampai batas nefrotoksisitas).
infus intravena.
. Pengobatan profilaksis dengan deksametason 4 mg I.V'
. Supradosis dari obat yang dilepaskan dapat mengatasi atau per oral dimulai pada malam hari sebelum
resistensi obat. pengobatan dan dilanjutkan setiap 6jam sampai pagi
. Dosis mingguan yang tinggi menghasilkan intensitas harinya setelah pengobatan, berguna untuk membatasi
pengobatan yang tinggi (150 mg/m2lminggu). pembengkakan tumor, terutama bila tumor mengenai
. Karena dosis sisplatin yang tinggi, harus diberikan saluran napas bagian atas.
dengan obat penetral natrium tiosulfat (diberikan secara
. Edema muka akibat terapi ini juga dapat dikurangi.
IV pada saat mulai infus sisplatin).
. PEG tube dianjwkan sebelum pengobatan.
. Natrium tiosulfat berikatan dengan sisplatin hanya di
. "Mucositis mi,t" (Benadryl, Maalox, salep hidocame)
dalam serum (tidak intra selular), yang membentuk atau anestesi topikal lainnya berguna untuk
senyawa inaktif yang diekskresi lewat urin. mengantisipasi mukositis.

Dosis Segi Farmasi


. Prahidrasi dan antiemetik profilaksis diberikan 24 jam
. Dosis sisplatin dilarutkan dalam salin normal sampai
kadar 1mgml.
sebelum pengobatan dimulai.
. Sisplatin 150 mg/nf setiap satu minggu untuk 4 minggu.
. Sebelum pengobatan dimulai dilakukan pemeriksaan Perawatan
angiografi transfemoral dan menunjukkan aliran darah . Kontrol: darah rutin, AT, BUN, kreatinin, bersihan
ke tumor yang dominan. kreatinin elektrolit dan audiogram.
. Natrium tiosulfat 9 g yang dilarutkan dalam 200 ml . Hidrasi yang cukup sebelum sampai sesudah terapi;
akuades diberikan secara IV 15-20 menit bersamaan awasi intake yang cukup darl output. Monitor urin
dengan pemberian infus sisplatin intra arterial (diberikan o utp ut a}ar mencapai 1 00 cclj am. B ila kurang dari I 00
dengan pompa kecepatan tinggi, l-2 mUdetik-waktu cc berikan furosemid.
infus total 2-3 menit). . Pertimbangkan pemberian "cytiprotectant" misal
. Pemberian natrium tiosulfat diteruskan pada dosis 12 amifostin untuk mencegah nefrotoksisitas,
g/m2 dilarutkan dalam 1 I akuades, diinfuskan 167 mU neurotoksisitas, toksisitas hematologik dan toksisitas
jamselama6jam. akibat radiasi.
. Pemberian sisplatin diamati sampai 2 minggu untuk . Premedikasi dengan kortikosteroid dan antihistamin
kemungkinan terjadinya toksisitas derajat III atau IV. untuk mencegah anafilaksis.
. Radiasi dimulai 24 jam setelah pemberian dosis sisplatin . Hati-hati agar menghindari kesalahan dalam pemberian
pertama, diteruskan 5 hari/minggu,200 c Gy setiap hari sisplatin. Overdosis dari sisplatin dapat menyebabkan
TEKNIK-IEXNIK PEMBERIAN KEMOTERAPI L467

gagal ginjal, gagal hati, toksisitas okuler, mielosupresi, Pemilihan Obat


nausea dan vomitus yang berat, neuritis dan kematian. . Tak ada obat tunggal yang terbaik; faktor-faktor seperti
. Tidak dianjurkan mengambil sampel darah dari arteri, toksisitas, absorbsi dan efektivitas adalah penting.
karena tekanan dalam sistem arteri tinggi dan . Kemoterapi intravesikal yang terbaik untuk tumor
kemungkinan dapat mengental. transisional gradel.
. Jika terjadi ekstravasasi, cabut infusnya dan pindahkan . Jadwal pengobatan yang optimal dari terapi intravesikal
ke tempat lain. tak diketahui. Pengobatan jangka pendek sama
. Interaksi obat efektifnya dengan dosis multipel yang diberikan dalam
- Ototoksisitas meningkat bila obat diberikan bersama waktu yang lama.
diuretik.
- Toksisitas renal meningkat bila obat diberikan
Mekanisme Kerja
bersama aminoglikosida. . Kontrol antara sel kanker epitel dengan obat sangat
- Sisplatin mengurangi efek fenitoin; karena itu dosis
perlu. Selanjutnya sangat penting agar obat sitostatika
fenitoin perlu ditingkatkan.
. Awasi:
itu dapat diabsorbsi oleh sel kanker untuk
menghentikan pembelahan dan pertumbuhan sel.
- Mual/muntah, berikan antiemetik sebelum terapi . Kadar dan lamanya keberadaan obat di dalam vesika
jun.
diteruskan sampai 24
unnana sangat pentlng.
- Tanda-tanda anafilaksis: edema muka, mengi, . Absorbsi sistemik sebaiknya minimal untuk menghindari
takikardia, hipotensi; berikan obat-obat emergensi.
toksisitas sistemik.
- Monitor elektrolit serum, mungkin perlu suplemen.
- Status dasar neurologik dan selama terapi, mungkin
perlu terapi fisik untuk neuropati perifer.
. Edukasi pasien: BACTLLUS CALMETTE-GUER|N (BCG) rNTRA-
- Tunjukkan dan tulis informasi yang berkaitan VESIKAL
dengan manajemen dan perawatan.
- Hubungan efek sementara terhadap fertilitas;
Kegunaan
pertimbangkan bank sperrna, minimum sampai 2 . Telah diakui FDA berguna dapat pengobatan TCC
tahun setelah pengobatan selesai.
(Transitional Cel Carcinoma) in situ (CIS) dari vesika
- Minum obat antiemetih minum sampai 3 l/hari, makan
unnafla.
makanan yang tak berwarna dan berbau. . Obat pilihan pertarna untuk profilaksis dari kekambuhan
- Bila ada efek samping, minum obat sendiri.
dari TCC papiler superfisial vesika urinaria.
- Laporkan bila terjadi: mati rasa, gatal-gatal dan . JugadigunakanuntukpengobatanTCC superfisialyang
perubahan pendengaran.
tidak direseksi pada vesika urinaria.
. Merupakan obat intravesikal yang paling efektif dengan
disease free sw-vival (DFS) 5 tahun sampai TOVo pada
KEMOTERAPI INTBAVESI KA
CIS.
. DFS turun sampai 30Vo dalam l0 tahun.
Tin jauan
. Kira-kira TOVo dat', pasien yang terdiagnosis sebagai Mekanisme Kerja
karsinoma sel transisional pada vesika urinaria, . Strain mikobakterium bovis yang telah dilemahkan
penetrasinya superfisial. Misalnya Ta (papiler), Tcis
mempunyai efek stimulator pada respons imun.
(carcinoma in situ) Ti (invasi ke lamina propria). . Menginduksi respons inflamasi yang memproduksi
. 50-707o dari pasien kanker vesika urinaria mengalami
berbagai sitokin, meliputi tumor nekrosis faktor, inter-
kekambuhan dan30-507o pasien kanker vesika urinaria
feron gamma dan interleukin-2.
progresi ke arah stadium yang lebih tinggi. . Mungkin menghasilkan imunitas anti kanker vesika
urinaria melalui sistem imunitas humoral dan selular.
Tujuan . BCG harus adhesi pada tumor vesika urinaria dan
. Terapi ajuvan profilaksis dan etiologik adalah untuk lamina basalis melalui reseptor fibronektin.
mengeliminasi karsinoma in situ, karsinoma superfisial
yang tidak dapat direseksi dan mencegah kekambuhan.
Penentuan Dosis
. Keputusan untuk menggunakan terapi intravesikal, . Berikan secara intravesikal seminggu sekali selama 6
didasarkan pada kecenderungan dan risiko terjadinya minggu.
progresi dan kekambuhan. . Pertahankan dalam vesika urinaria selama2 jam.
t468 ONKOI.OGIMEDIK

. Minimal diperlukan l0 juta organisme dalam 50-75 ml minimal untuk mencegah kekambuhan atau progresi dari
salin nonbakterio statik. TCC superfisial dari vesika urinaria.
. Diberikan pengobatan ulang 6 minggu; tetapi rekurensi
dua kali pengobatan 6 minggu, berarti efektivitas BCG
Penentuan Dosis
kurang. . Instilasi intravesikal 30 mg dalam 30 ml salin atau 60 mg
dalam 60 ml salin.
Toksisitas . Sebaiknya dipertahankan di dalam vesika urinaria
. Iritabilitasvesikaurinaria,frekuensi, urgensi, disuria. selama 1-2 jam seminggu sekali dalam 6-8 minggu.
. Hematuria, demam, malaise, mual, kedinginan, artralgia
dan pruritus.
Farmakokinetik
. BCG dapat menyebabkan sakit karena penyebaran . Bila diberikan intravesikal, absorbsi sistemik minimal;
sistemik dari mikrobakterium yang membahayakan. tetapi pada pasien dengan kerusakan epitel yang
Pengobatannya dengan OAI + sikloserin.
ekstensif, tiotepa dapat diabsorbsi karena ukuran
molekulnyakecil.
Segi Perawatan
. Setelah pengobatan posisi pasien di rubah setiap 15
Toksisitas
menit untuk menjamin distribusi yang sempurna dari
. Mielosupresi pada 15-20Vo pasien, terutama
obat.
. Pemeliharaan obat yang baik dan cuci tangan.
granulositopenia dan trombositopenia.
. . Kadang-kadang terjadi sistitis.
Amati:
- Tanda-tanda toksisitas sistemik dari BCG: demam,
malaise. batuk. Segi Perawatan
- Tanda dan gejala dari sistitis; amati volume urin, . Lihat pada bab sebelumnya mengenai hal-hal khusus
frekuensi dan hematuria. berkenaan dengan pemberian obat intravesikal,
- Tambahkan antispasmodik, antiseptik untuk traktus penyimpanan obat yang baik, dan cuci tangan.
urinarius dan obat anti inflamasi nonsteroid. . Obat mempunyai berat molekul yang kecil dan ada
(OAINS) bilaperlu. kecenderungan terjadinya absorbsi vaskular; dapat
. Edukasi pasien: terjadi mielosupresi; pemeriksaan darah rutin harus
- Cuci tangan dan higiene yang ketat. dilakukan sebelum pengobatan.
- Obat perlu dipertahankan dalam vesika urinaria 2 . Perbesar area kontak dengan reposisi pasien setiap in-
Jam. terval 15 menit.
- Dianjurkan banyak minum selama 48 jam pasca . Awasi ;
pengobatan. - Tanda-tanda dan simptom sistitis akibat obat.
- Berikan desinfektan pada urin 6 jam setelah - Kelainan kulit berupa: kemerahan, eksfoliasi,
pemberian obat, dengan menambahkan volume deskuamasi (meskipun jarang dengan dosis
desinfektan yang sama dengan volume urin. intravesikal).
- Catat suhu badan, laporkan bila ada kenaikan suhu . Edukasi pasien:
sampai I 03'F beberapa saat, atau demam >101 "F terus - Jaga kebersihan tangan dan higiene badan secara
menerus selama dua hari. ketat.
- Laporkan bila ada simptom malaise, batuk atau - Obat perlu dipertahankan 2 j am dalam kandung kemth
adanya darah dalam urin. agar efeknya maksimal.
- Pasien diminta banyak minum setelah pengobatan'
- Laporkan bila sering kencing, disuria atau hema-
TIOTEPA INTRAVESIKAL turia.

Kegunaan
. MITOMISIN C INTRAVESIKA
Profilaksis terhadap kekambuhan TCC superfisial dari
vesika urinaria terutama pada grade I.
' Pengobatan tumor yang superfisial. Kegunaan
. Kurang efektif daripada BCG pada CIS dan profilaksis. . Profilaksis untuk kekambuhan dari TCC yang superhsial
. Pemberian segera setelah reseksi transuretral dari TCC dari vesika urinaria.
yang superfisial. . Mengobati tumor superfisial dari vesika urinaria.
. Penelitianjangka panjang menunjukkan aktivitas yang . Penggunaan segera setelah reseksi transuretral dari TCC
TEKNIK-TEKNIK PEMBERIAN KEMOTERAPI I469

yang superfisial. - Penting untuk meningkatkan asupan cairan setelah


Pengobatan dari CIS, sebagai terapi intravesikal primer pengobatan sampai 24 1am dan sesudahnya
atau untuk CIS yang refrakter terhadap BCG. mengosongkan vesika urinari a tiap 2-3 jam.
Lebih efektif daripada tiotepa untuk tumor superfisial Tanda-tanda dan gejala dari ISK.
derajat keganasan tinggi. Cuci tangan dan higiene laksanakan dengan ketat.
Kurang efektif untuk CIS dan kanker superfisial dari Pantang dari hubungan seksual atau gunakan alat
vesika urinaria dan lebih mahal daripada BCG. protektif segera setelah pengobatan.

Penentuan Dosis
. Selama 8 minggu diberi pengobatan40 mgMitomisin-C DOKSORUBISIN INTBAVESIKA
dalam 40 cc salin setiap seminggu sekali, diikuti terapi
pemeliharaan tiap bulan selama satu tahun.
. Obatdibiarkan 1-2jamdalamvesikaurinaria. Kegunaan
. Profilaksis terhadap kekambuhan TCC superfisial pada
vesika urinaria.
Farmakokinetik . Pengobatan untuk karsinoma superfisial.
. Absorbsi sistemik minimal dari permukaan vesika . Dilaksanakan segera setelah reseksi transuretral dari
unnafla. TCC superfisial.
. Pengobatan untuk CIS sebagai terapi intravesikal primer.
Toksisitas . Kurang efektif daripada BCG
. Sistitis akibat obat, klasifikasi mural dan kemerahan pada . Lebih efektif daripada tiotepa untuk tumor superfisial
kulit. derajat keganasan tinggi.
. Di Amerika jarang digunakan karena kurang efektif
dibanding BCG dan mitomisin c dan terjadinya toksisitas
Segi Perawatan lokal.
. Periksa urin sebelum pengobatan, catat bila ada bakteri
dan eritrosit.
. Dosis berkisar 20-40 mg; encerkan sampai I mg/ml Penentuan Dosis
dengan akuades steril; larutan pengencer dapat diganti . Telah digunakan jadwal instilasi intravesika multipel.
Iidokain hidroklorida l7c jika sistitis diakibarkan oleh . Paling banyak 30-90 mg/minggu selama 3 minggu dan
pengobatan sebelumnya. obat dipertahankan intravesikal 1-2 jam.
. Lihat pada bab sebelumnya tentang hal-hal yang khusus . Regimen lain 60-90 mg dalam50ml salin setiap 3 minggu
berkaitan dengan terapi intravesikal. diulangi sampai 8 kali.
. Dapat diresepkan oksbutinin untuk pasien yang
kesulitan menahan air seni selama 2 jam; gunakan secara Farmakokinetik
hati-hati pada pasien tua. . Absorbsi sistemik minimal digunakan secara
. Batasi asupan cairan mulai 8jam sebelumpengobatan intravesikal.
untuk mengurangi pengenceran dari obat; tingkatkan
asupan cairan setelah pengobatan untuk membersihkan
vesika urinaria dari sis a-sisa obat ( 3 -4 I dalam 24 jam). Toksisitas
. Cucj tangan yang bersih dan gunakan obat dengan
. Sistitis kemikal, yang dapat lanjut dan terjadi kontraktur
benar. vesika urinari a y ang permanen.
. Awasi:
. Belum pernah dilaporkan terjadinya leukopenia dan
- Tanda-tanda dan simptom dari ISK, demam dan toksisitas kardial.
kedinginan.
- Hasil pemeriksaan urin untuk kemungkinan adanya Segi Perawatan
bakteria, jika dicurigai periksa biakan dari urin dan . Periksa urin sebelum pengobatan, catat adanya bakteri
lapor dokter untuk kemungkinan penggunaan dan eritrosit.
antibiorik. . Dosis 40-60 mg. Diencerkan sampai I mg/kg dengan
- Tanda-tanda reaksi alergi berupa kemerahan pada salin normal, obat ini mahal.
kulit yang difus, dermatitis kontak dengan adanya . Chemical cystitis//bladder irritability merupakan efek
kemerahan pada kulit di bagian palmar dan genital. samping utama dan dapat diobati dengan fenazo-piridin
. Edukasi pasien: hidroklorid, meskipun sering dapat sembuh tanpa
- Obat perlu dipertahankan di dalam vesika urinaria intervensi.
selama2jam. . Lihat bab sebelumnya tentang hal-hal spesifik berkaitan
t470 ONKOI.OGIMEDIK

dengan terapi intravesikal. - Tingkatkan asupan cairan setelah pengobatan


Oksibutinin diberikan kepada pasien yang sulit selesai sampai 24 jmn dan bilas vesika urinaria tiap
menahan kencing selama 2 jam; hati-hati untuk 2-3 jan.
penggunaan pada orang tua. - Tanda dan simptom dari ISK.
Batasi asupan cairan mulai Sjam sebelum pengobatan - Cuci tangan dan pertahankan higiene personal
dimulai agar obat tidak menjadi lebih encer; tingkatkan dengan ketat.
asupan cairan setelah pengobatan dan bersihkan vesika - Pantang hubungan seksual atau gunakan alat
urinaria dari sisa-sisa obat (3-4ldalam24 jam). protektif segera setelah pengobatan.
Cuci tangan dan gunakan obat secara benar.
Awasi:
- Tanda dan gejala dari ISK; demam dan kedinginan. REFERENSI
- Hasil pemeriksaan urin untuk adanya bakteri dan
bila dicurigai periksa biakan urin dan konsultasi Cassi J., Twelves C., Van Cutsem E., et al., 2002: First-line oral
Capeciiabine therapy in metastatic Colorectal Cancer: a favor-
pada dokter untuk penggunaan antibiotik.
able safety profile compared with intravenous 5-fluvouracil/
- Toksisitas lokal dapat berat dengan pembentukan leucovarin. Am. Oncol 13: 566-'75
jaringan fibrotik dan kontraktur dari vesika urinaria; Ratain M. J., Tempero M., Skosey C. 2001: Outline of Oncology
jika kapasitas vesika urinaria menurun sebaiknya Therapeutic. W.B. Sounders Company, Toronto.
obat dihentikan. Summerhayes M and Daniel S., 2003: Practical Chemotherapy.
Edukasi pasien: Radchift'e Medical Press, Bristol.
- Obat perlu dipertahankan dalam vesika urinaria
selama2jam.
23t
TERAPI HORMONAL PADA KANKER
Noonruati Sutandyo

Ada berbagai obat hormonal yang digunakan untuk terapi terkontrol plasebo memperlihatkan bahwa tamoksifen tidak
pasien kanker. Obat-obatan ini terutama diindikasikan mengakibatkan keluhan gastrointestinal yang lebih
sebagai terapi kanker yang responsif hormon. seperti banyak dibandingkan plasebo. Toksisitas yang paling
kanker payudara, prostat, atau endometrium. Terapi hor- menonjol adalah gejolak panas (hot flushes) pada sekitar
monal juga diberikan untuk sindrom paraneoplastik, seperti 50% perempuan yang menggunakannya dengan intensitas
sindrom karsinoid dan gejala-gejala yang disebabkan dan lama yang bervariasi. Gejolak panas karena tarhoksifen
kanker, termasuk anoreksia. meningkat selama 3 bulan pertama terapi dan kemudian
mendatar. Gejala ini tampak lebih menonjol pada
perempuan dengan riwayat gejolak panas atau terapi sulih
MODULASI RESEPTOR ESTROGEN SECARA estrogen. Gejolak panas dapat dikurangi dengan
SELEKTIF pemberian megestrol dosis rendah atau antidepresan
seperti venlafaksin, paroksetin, atau fluoksetin.
Di satu sisi efek estrogenik tamoksifen bermanfaat,
Tamoksifen namun di sisi lain dapat menyebabkan efek samping
Tamoksifen paling sering dipakai sebagai terapi ajuvan berbahaya, yaitu kanker endometrium. Meskipun insidens
pada perempuan dengan kanker payudara yang telah kanker endometrium pada pasien yang mendapat
direseksi. Saat ini terdapat konsensus bahwa penggunaan tamoksifen meningkat, namun risiko absolutnya kecil.
tamoksifen harus diteruskan selama lima tahun. Pada Insidens tahunan kanker endometrium di Amerika Serikat
kanker payudara metastatik yang responsif hormon, yang adalah 1 per 1000. Pada perempuan yang mendapat
dipakai biasanya adalah aromatase inhibitor bukan tamoksifen, insidens kanker endometrium meningkat
tamoksifen, namun pasien yang memburuk setelah dengan rasio 2,8. Efek estrogenik tamoksifen yang
mendapat aromatase inhibitor masih mungkin mendapat bermanfaat adalah penurunan kolesterol total, pemeliharaan
manfaat dari tamoksifen. Selain itu, tamoksifen telah densitas tulang pada perempuan pascamenopause, dan
menjalani berbagai studi prospektif sebagai obat mungkin penurunan penyakit kardiovaskular. Pada
kemopreventif kanker payudara.3,a Studi-studi tersebut perempuan pramenopause, tamoksifen mempunyai efek
memperlihatkan bahwa tamoksifen menurunkan insidens negatifpada densitas tulang. Sebagian besar pasien tidak
kanker payudara sebesar 387o dibandingkan plasebo, mengeluhkan gejala-gejala vaginal, namun ada beberapa
dengan catatan tidak ada efek pada kanker yang reseptor keluhan kekeringan vagina, sedangkan yang lain
estrogen (ER)-negatif tetapi penurunan insidens sebesar mengalami peningkatan sekresi vaginal. Efek tamoksifen
48Vo padakanker payudara yang ER-positif. Namun tidak yang kurang lazim adalah toksisitas retina, tetapi tidak
ada manfaat tambahan pada kelangsungan hidup yang sampai mengancam kehilangan penglihatan. Tamoksifen
ditunjukkan dalam kelompok tamoksifen. dapat menjadi predisposisi fenomena tromboembolik,
Dosis standar tamoksifen adalah 20 mg. Waktu paruh khususnya jika digunakan bersamaan dengan kemoterapi.
obat yang panjang menunjukkan bahwa dosis ini dapat Resistensi terhadap tamoksifen bersifat instrinsik atau
diberikan sekali sehari. Tamoksifen merupakan obat didapat dan dapat terjadi dengan beberapa cara. Pada
neoplastik yang paling sedikit toksisitasnya. Uji klinik acak setiap langkah alur transduksi sinyal yang dipengaruhi

t47t
r472 ONKOTOGIMEDIK

tamoksifen, terdapat potensi terjadinya perubahan dapat ditoleransi baik, namun dapat pula timbul gejolak
respons. Setelah tamoksifen berikatan dengan ER, terjadi panas. Keuntungan lain raloksifen dibadingkan dengan
translokasi kompleks ER-tamoksifen ke inti sel dan tamoksifen adalah bahwa raloksifen tampaknya tidak
berikatan dengan estrogen response element. Ikatan ini memi c u kanker endometrium.
mencegah aktivasi transkripsi gen-gen yang responsif
estrogen. Data laboratorium dan klinis memberi kesan
bahwa kanker payudara ER-positif yang mengekspresikan FULVESTRANT
HER-2 secara berlebihan mungkin berkaitan dengan
resistensi tamoksifen. Pada tumor-tumor ini, aktivasi yang Alternatif lain untuk tamoksifen adalah fulvestrant
tidak tergantung ER oleh alur mitogen-activated protein (sebelumnya dikenal dengan ICI 182,780). Fluvestrant
kinase (MAPK) membantu terjadinya resjstensi. Selain itu, adalah antagonis ER yang diketahui tidak memiliki aktivitas
ekspresi AIB 1, suatu koaktivator reseptor estrogen, dapat agonis dan menyebabkan penurunan ER. Seperti
terkait dengan resistensi tamoksifen pada pasien yang tamoksifen,/u lv e strant beikatan secara kompetitif dengan
mengoverekspresikan HER-2. Resistensi tamoksifen dapat ER tetapi dengan afinitas yangjauh lebih kuat, yaitu sekitar
pula diterangkan oleh kenyataan bahwa kanker payudara 100 kali lebih besar daripada tamoksifen, sehingga
dengan kadar ekspresi HER-2 yang lebih tinggi atau mencegah efek estrogen endogen pada sel-sel target.
ampliltkasi FIER-2 secara bermakna menurunkan kadarER/ Hasil dari dua uji klinik fase III telah memperlihatkan
progesteron reseptor (PgR) dibandingkan tumor dengan bahw a fulv e strant sama efektifnya dengan anastrozol dalam
kadar overekspresi HER-2 atau amplifikasi yang lebih pengobatan perempuan pasca menopause dengan kanker
rendah. payudara stadium lanjut yang positif ER dan pernah
Pada beberapa keadaan, resistensi terjadi setelah sel- mendapat terapi antiestrogen (terutama tamoksit'en).
sel ER-positif hilang. Mutasi ER diduga merupakan Fulvestrant dapat ditoieransi dengan baik. E,fek
mekanisme yang mendasarinya, tetapi sedikit bukti yang samping yang paling sering (insidensnya lebih dai l)Vo)
menunjukkan hal tersebut. Fosforilasi ER dapat pada studi acak fase III adaiah reaksi di tempat injeksi dan
memerantarai pengikatan hormon, pengikatan DNA, dan gejolak panas. Peristiwa yangjuga sering (dengan insidens
akhirnya aktivasi transkripsi. Perubahan pada fosforilasi l7o sampnl07o) adalah astenia, sakitkepala dan gangguan
yang diperantarai perubahan-perubahan pada protein ki- gastrointestinai seperti mual, muntah, dan diare, dengan
nase A dan C juga dapat menyebabkan resistensi. Terakhir, gangguan gastrointestinal minor sebagai efek samping
modifikasi pada estrogen response element. seperti yang paling sering dijumpai.
perubahan urutan dan duplikasi, dapat menyebabkan
pengikatan kompleks tamoksifen-ER dengan peningkatan
transkripsi gen-gen yang responsif estrogen.
Medroksiprogesteron dan Megestrol
Medroksiprogesteron dan megestrol adalah derivat 17-
Potensi karsinogenik tamoksifen telah diketahui pada
hidroksi progesteron yang berbeda pada ikatan rangkap
tikus dan manusia. Meskipun mekanisme efek karsinogenik
antara posisi C6 dan C7. Megestrol merupakan obat hor-
ini tidak dipahami, telah diusulkan bahwa perubahan
monal yang paling lazim dipakai untuk pasien dengan
senyawa antara reaktif (.reactive intermediates) yang
kanker payudara lanjut, biasanya dengan dosis total harian
berikatan kovalen dengan makromolekul mendasari proses
160 mg. Obat ini juga sering dipakai untuk terapi kanker
ini dan telah diperlihatkan secara invitro.
endometrium metastatik yang responsif hormonal pada
dosis 320 mg/ hari. Selain itu, dosis 160 mg/hari kadang-
Raloksifen kadang dipakai sebagai terapi hormonal untuk kanker
Raloksifen adalah agonis dan antagonis estrogen yang prostat. Megestrol telah dievaluasi luas untuk terapi
mulanya dibuat sebagai obat antikanker payudara. anoreksia-kakeksia yang disebabkan kanker atau sindrom
Raloksifen bersifat estrogenik pada tulang namun imunodefisiensi didapat. Berbagai rentang dosis dari 160
antiestrogenik pada jaringan payudara dan uterus. sampai 1600 mg/ hari telah digunakan. Studi prospektif
Sebenarnya penelitian-penelitian awal tidak memperlihatkan hubungan dosis-respons pada dosis
memperlihatkan hasil yang menj anj ikan, namun studi- studi sampai 800 mg/ hari. Dosis rendah megestrol (40 mg/hari)
skala besar melaporkan bahwa obat ini menekan laju os- telah terbukti efektif menurunkan gejolak panas pada
teoporosis pada perempuan-perempuan dengan risiko os- perempuan dengan kanker payudara dan pada pria yang
teoporosis. Penelitian-penelitian tersebut memperlihatkan menjalani terapi ablasi androgen.
penurunan kanker payudara pada perempuan yang Megestrol relatif dapat ditoleransi baik, dengan efek
menerimanya sehingga dikembangkan uji kemopreventif samping yang menonjol adalah stimulasi selera makan
kanker payudara generasi kedua yang membandingkan dengan peningkatan berat badan. meskipun hal ini
raloksifen dengan tamoksifen pada perempuan merupakan efek yang bermanfaat pada pasien dengan
pascamenopause risiko tinggi. Meskipun obat ini relatif anoreksia-kakeksia, namun dapat menjadi problem pada
TERAPI HOR"IUONAL PADA KANKER 1473

pasien dengan kanker payudara atau endometrium. Efek dan ketiga; steroid dan non-steroid, serla reversibel (ikatan
samping megestrol asetat lainnya adalah penekanan ionik) dan ireversibel (ikatan kovalen). Inhibitor aroma[ase
produksi steroid adrenal dengan menekan sumbu hipofisis- non-steroid misalnya aminoglutetimida (generasi pertama),
adrenal. Walaupun hal ini tampaknya asimptomatik pada rogletimida danfadrozole (generasi kedua), dan anastozol,
sebagian besar pasien, namun ada laporan bahwa supresi letrozol, vorozol (generasi ketiga). Inhibitor aromatase ste-
adrenal dapat menyebabkan problem klinis pada beberapa roid meliputi formestan (generasi kedua) dan exemestane
paslen. (generasi ketiga).
Selama beberapa dekade, pemberian obat ini dapat Inhibitor aromatase steroid dan non-steroid berbeda
dihentikan begitu saja tanpa diketahui adanya sekuele pada dalam hal cara interaktivasi dan inaktivasi enzim aromatase.
pasien, dan tampaknya praktik seperti ini dapat diteruskan. Inhibitor steroid berkompetisi dengan substrat endogen
Namun, jika terj adi tanda-tanda dan gejala-gej ala Addisonian androstenedion dan testosteron untuk situs aktif enzim
setelah penghentian obat, harus diberikan kortikosteroid. dan diproses menjadi senyawa antara yang berikatan
Lebih lanjut, jika pasien yang mendapat megestrol secara ireversibel dengan situs aktif, sehingga
mengalami infeksi bermakna, mengalami cedera atau menyebabkan inhibisi enzim ireversibel.a? Inhibitor non-
menjalani pembedahan, harus diberikan perlindungan steroid juga berkompetisi dengan substrat endogen,
kortikosteroid. Mungkin ada sedikit peningkatan insidens dengan membentuk ikatan yang reversibel dengan atom
fenomena tromboembolik pada pasien yang mendapat besi pada hem sehingga aktivitas enzim tersebut dapat
megestrol saja. Risiko ini tampaknya lebih tinggi jika dipulihkan bila inhibitor dibuang. Tidak jelas apakah jenis
megestrol diberikan bersama dengan terapi sitotoksik. inhibisi (reversibel atau ireversibel) mempunyai implikasi
Masih kontroversi apakah megestrol menyebabkan edema. kfinik.
Jika ada, edema biasanya minimal dan mudah diatasi
dengan diuretik ringan. Megestrol dapat menyebabkan Aminoglutetimida
impotensi pada beberapa pria. Insidensnya masih Aminoglutetimida merupakan inhibitor aromatase yang
kontroversial, meskipun pada umumnya disetujui bahwa pertama kali digunakan di klinik. Ketika itu obat ini
hal tersebut bersifat ireversibel. Megestrol dapat digunakan sebagai adrenalektomi medik. Pada kanker
menyebabkan ketidakteraturan men struasi. y an-u palin g payudara metastatik dilaporkan terdapat angka respons
menonjol adalah perdarahan lucut menstrual dalam dua sebesar 32%. Namun, karena tidak adanya selektivitas
ming-eu setelah pen_ehentian obat. \leskipun mual dan terhadap aromatase dan supresi aldosteron serta kortisol,
muntah dianggap sebagai efek samping. terdapat data pemberian aminoglutetimida perlu dibarengi pemberian
yang memperlihatkan bahwa obat ini nempunl,ai efek kortikosteroid, seperti hidrokortison. Oleh karena
antiemetik. Megestrol tampaknya dapat menurunkan baik perkembangan inhibitor aromatase yang lebih selektif dan
mual maupun muntah pada sekitar dua pertiga pasien kurang toksik, aminoglutetimida sekarang jarang dipakai
kanker stadium lanjut. untuk pengobatan kanker payudara metastastik.
Medroksiprogesteron mempunyai banyak sifat, Aminoglutetimida kadang-kadang juga dipakai untuk
penggunaan klinik, dan toksisitas yang mirip megestrol mencoba membalik kelebihan produksi hormon oleh
asetat. Medroksiprogesteron tersedia dalam kemasan kanker-kanker adrenokortikal.
tablet 2,5 mg dan 10 mg serta injeksi 100 dan 400 mgll-.
Dosis untuk terapi kanker payudara metastatik atau prostat
adalah 400 mg/ minggu atau lebih dan 1000 mg/ minggu
Letrozol dan Anastrozol
untuk kanker endometrial metastatik. Sediaan injeksi atau
Baik letrozol dan anastrozol diindikasikan sebagai terapi
dosis oral harian telah digunakan untuk pengendalian lini pertama pada perempuan dengan kanker payudara
gejolak panas. metastatik yang reseptor-positif. Rekomendasi ini
didasarkan pada dua studi fase III terpisah, salah satunya
membadingkan anastrozol dengan tamoksifen dan satu lagi
lnhibitor Aromatase membandingkan letrozol dengan tamoksifen. Pada kedua
Ketika menopause, sintesis hormon-hormon ovarium uji klinik, median lama perburukan bagi pasien yang
berhenti. Namun, estrogen terus diproduksi dari hasil menerima baik anastrozol atau letrozol secara bermakna
konr ersi androgen (yang dihasilkan kelenjar adrenal) oleh lebih panjang dibandingkan tamoksifen. Lebih lanjut, pada
aromatase, suatu enzim dari keluarga besar CYP. Aromatase pasien yang menerima lelrozol, terdapat kecenderungan
adalah kompleks enzim yang bertanggung jawab dalam perbaikan pada kelangsungan hidup keseluruhan
Ian-ekah terakhir sintesis estrogen melalui konversi dibandingkan dengan tamoksifen.
androsetenedion dan testosteron menjadi estron (E1) dan Pada terapi lini kedua kanker payudara metastatik
w.. untuk perempuan yang tidak berhasil diterapi dengan
Aromatase inhibitor telah dikelompokkan dalam tamoksifen, uji klinik kedua obat memperlihatkan perbaikan
sejumlah cara, seperti pembagian generasi pertama, kedua efektivitas klinis letrozol dan anastrozol dibandingkan
t474 ONKOLOGIMEDIK

megestrol asetat. interval satu bulan. Dosis yang dianjurkan setiap bulan
Pada terapi ajuvan, hasil dari uji klinik Arimidex, lln1rtk leuprolide adalah 7,5 mg dan gosereline 3,6 mg.
tamoksifen, Alone or in Combination (ATAC) Terdapat pula sediaan depo dengan masa kerja yang lebih
menghasilkan persetujuan penggunaan anastrozol untuk panjang yang hanya diberikan setiap 3 bulan.
terapi ajuvan kanker payudara pasca menopause. Dalam
studi ini, yang membandingkan anastrozol, tamoksifen, dan
kombinasi tamoksifen-anastrozol, pasien yang mendapat ANTIANDROGEN
anastrozol mengalami perbaikan bermakna dalam hal
kelangsungan hidup bebas penyakit, lama waktu sampai
Flutamid
terjadi kegagalan terapi, dan tolerabilitas. Namun, tidak
Antiandrogen flutamid digunakan pada pria dengan kanker
ada perbedaan dalam kelangsungan hidup keseluruhan.
prostat metastatik baik sebagai terapi inisial, berkombinasi
Sebaliknya, kelompok kombinasi tidak memperlihatkan
dengan analog GnRH, atau ketika kanker tidak responsif
manfaat lebih dibandingkan tamoksifen saja.
walaupun sudah mendapat ablasi androgen. Dosis yang
dianjurkan adalah 250 mg per oral tiga kali sehari. Pada
pasien dengan kanker prostat yang masih berkembang
EXEMESTANE meskipun digunakan flutamid, penghentian flutamid dapat
menyebabkan respons putus obat.
Pada kanker payudara metastatik yang refrakter tamoksfen,
Efek samping tersering akibat flutamid adalah diare,
exemestane tampak lebih baik dibandingkan megestrol
dengan atau tanpa gangguan perut. Ginekomastia, yang
asetat pada uji klinik fase III, yaitu perbaikan median waktu
mungkin agak nyeri, sering terjadi pada laki-laki yang tidak
ke perburukan tumor dan median kelangsungan hidup.
mendapat terapi ablasi androgen konkomitan. Flutamid
Meskipun data fase III yang membandingkan exemestane jarang menyebabkan hepatotoksisitas. suatu kondisi 1'an-v
terhadap tamoksifen pada terapi lini pertama kanker
reversibel bila terdeteksi secara dini namun dapat ju-ea
payudara metastatik belum dipublikasikan, hasil dari studi
fatal. Tidak ada cara pemeriksaan untuk menskrining
fase II acak yang membandingkan exemestane dengan
hepatotoksisitas akibat flutamid kecuali memperhatikan
tamoksifen memberi kesan b ahwa exemestarze lebih unggul.
fenomena ini dan melakukan uji fungsi hati jika gejala-
gejala timbul.
Analog Gonadotropin-Releasing Hormone
(GnRH)
Hasil terapi analog GnRH pada orkhidektomi medik BIKALUTAMTO (CASODEn
digunakan sebagai suatu cara memberikan ablasi andro-
gen pada kanker prostat metastatik. Oleh karena aktivitas Casode.t merupakan antiandrogen non-steroid lain yang
agonis inisial analog GnRH dapat menyeb abkan tumorflare telah disetujui oleh US FDAuntuk penggunaan diAmenka
mulai dari kenaikan kadar androgen transien, penggunaan Serikat. Dosi.s yang dianjurkan adalah tablet 50 mg per
antiandrogen flutamide konkomitan telah dilakukan untuk hari. Sebuah uji klinik melaporkan bahwa Casodex tatnpak
mencegah efekini. Analog GnRH juga dapat menyebabkan sebanding dengan flutamid pada pasien dengan kanker
regresi tumor pada kanker payudara yang responsif prostat lanjut. Casodex relatif dapat ditoleransi dan
hormon dan telah menerima persetujuan dari US Food and berkaitan dengan insidens diare yang lebih rendah
Drug Administration sebagai terapi kanker payudara dibandingkan flutamid.
metastatik pada perempuan premenopause. Data memberi
kesan bahwa obat-obatan ini mungkin bermanfaat sebagai
Nilutamid
terapi ajuvan pada perempuan pramenopause dengan
Nilutamid6r mewakili variasi antiandrogen ketiga yang
kanker payudara yang telah direseksi. Penggunaan obat
tersedia untuk pasien dengan kanker prostat. Meskipun
ini dalam kombinasi dengan kemoterapi ajuvan pada
mungkin tidak semahal antiandrogen lain, obat ini
perempuan pramenopause dengan kanker payudara primer
mempunyai dua toksisitas unik, yaitu rabun malam hari
merupakan subyek uji klinik besar berskala internasional
dan toksisitas paru sehingga penggunaannya terbatas.
yang masih berlangsung. Toksisitas primer analog GnRH
bersifat sekunder terhadap ablasi konsentrasi steroid seks
dan meliputi gejolak panas, berkeringat, dan mual. Gejala-
FLUOKSIMESTERON
gejala ini dapat dipulihkan dengan analog progestational
dosis rendah. Fluoksimesteron adalah suatu androgen yang telah dipakai
Analog GnRH yang tersedia untuk pemakaian klinis baik pada perempuan dengan kanker payudara metastatik
adalah gosereline darr leuprolide. Keduanya terdapat yang responsif hormon dan telah mendapat terapi
dalam sediaan intramuskular depo dan diberikan dengan hormonal seperti tamoksifen, inhibitor aromatase atau
TERAPI HORMONAL PADA KANKER 1475

megestrol asetat. Dosis biasanya 10 mg dua kali sehari. perempuan dengan kanker payudara metastatik tidak
Meskipun angka respons keseluruhan rendah, terdapat memperlihatkan adanya manfaat atas penambahan
beberapa orang pasien yang mengalami respons antitu- octereotide pada tamoksifen. Octreotide juga dapat
mor tinggi dan bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun- meredakan diare berat yang disebabkan oleh kemoterapi
tahun. berbasis 5-FU dan raadiasi pelvis.
Toksisitas yang terkait dengan fluoksimesteron adalah Octreotide dapat diberikan secara intravena atau
yang dapat diduga dengan suatu androgen: hirsutisme, subkutan. Dosis awal adalah 50g diberikan dua sampai
kebotakan, penurunan suara (hoarseness), akne, tiga kali pada hari pertama. Dosis dititrasi menaik, dengan
peningkatan libido dan eritrositosis. Fluoksimesteron dapat dosis harian yang lazim berkisar antara 400 sampai 450 g/
juga meningkatkan hasil uji fungsi hati pada beberapa hari bagi sebagian besar pasien. Pada saat tertentu, dosis
pasien, dan yang jarang, dikaitkan dengan neoplasma sampai 1500 g/ hari dapat diberikan. Tersedia pula sediaan
hepatik. depot, yang memungkinkan dosis diberikan dengan
interval satu bulan. Octreotide umumnya dapat ditoleransi
baik. Tampaknya, octreotide menyebabkan toksisitas lebih
Dietilstilbestrol dan Estradiol
banyak pada pasien akromegalik, dengan problem seperti
Dietilstilbestrol (DES) dahulu adalah terapi hormonal primer
bradikardia, diare, hipoglikemia, hiperglikemia,
untuk kanker payudara metastatik. Uji klinik komparatif
hipotiroidisme, dan kolelitiasis.
acak memperlihatkan bahwa DES mempunyai angka
respons yang sama dengan tamoksifen. Namun,
berdasarkan uji tersebut, penggunaan DES dilampaui oleh
tamoksifen terutama karena DES memiliki lebih banyak
REFERENSI
toksisitas. DES kadang-kadang digunakan pada pasien
kanker payudara metastatik yang memiliki kanker sensitif Anzano MA, Peer CW, Smith JM, et al. Chemoprevention of
mammary carcinogenesis in the rat: combined use of raloxifene
hormon yang gagal berespons terhadap terapi hormon
and 9-cis-retinoic acid. J Natl Cancdr Inst 1996;88:123,
multipel lainnya. Dosis untuk keadaan ini adalah 15 mg/ Ahmann FR, Citrin DL, deHaan HA, et al. Zoladex: a sustained-
hari (baik sebagai dosis tunggal atau terbagi). DES juga release, monthly lutienizing hormone-releasing hormone
digunakan sebagai terapi ablasi androgen pada pria dengan analogue for the treatment of advanced prostate cancer J Clin
kanker prostat metastatik. Dosis sekitar 3 mg/ hari Oncol 1987;5:912
menghasilkan kadar testosteron seperti pada keadaan Black LJ, Jones CD, Falcone JF. Antagonism of estrogen action with
anorkhid. a new benzothiophene derived antiestrogen Life Sci
i983;32:1031
Pada perempuan, DES dapat menyebabkan sejumlah
Benz CC, Scott GK, Sarup JC, et al. Estrogen-dependent, tamoxifen-
toksisitas. Salah satu yang tersering adalah mual dan resistant growth of MCG-7 cells transfected with HER2/neu.
muntah. DES juga menyebabkan nyeri pada payudara dan Breast Cancer Res Treat 1993;24:85.
warna puting dan areola yang lebih gelap. DES Bonone G, Briand PA, Miksicek RJ, et al. Activation of the
meningkatkan risiko fenomena tromboembolik, dan hal ini unliganded estrogen receptor by EGF involves the MAP kinase
dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa. pathway and direct phosphorylation. EMBO J 7996,15:2174.
Pada laki-laki, DES menghasilkan peningkatan peristiwa Bonomi P, Pessis D, Bunting N, et al. Megestrol acetate used as
primary hormonal therapy in stage D prostatic cancer. Semin
tromboembolik dan mortalitas, sehingga penggunaannya
Oncol 1985;12:36.
terbatas. DES juga menyebabkan ginekomastia yang nyeri.
Buzdar A. Howell A Advances in aromatase inhibition: clinical
Meskipun radiasi payudara sebelum pemberian DES efficacy and tolerability in tbe treatment of breast cancer. Ciin
tampaknya dapat mencegah toksistas tersebut, hal ini tidak Cancer Res 200I;7 :2620.
membantu jika diberikan setelah toksisitas timbul. Baum M, Budzar AU, Cuzick J, et al. Anastrozole alone or in
combination with tamoxifen versus tamoxifen alone for
adjuvant treatment of postmenopausal women with early breast
cancer. first results of the ATAC randomised trial. Lancet
OCTREOTIDE 2002;359:2137.
Byar DP. Proceedings: The Veterans Administration Cooperative
Octreotide adalah analog somatostatin yang telah Urological Research Group's studies of cancer of the prostate.
merevolusi terapi sindrom karsinoid dan sindrom kelebihan Cancer 1973;32:1126.
hormon yang berkaitan dengan kanker sel pulau-pulau Bajetta E, Procopio G, Ferrari L, et a1 A randomized, multicenter
pankreas dan akromegali. Angka respons tinggi dan rata- prospective trial assessing long-acting release octreotide pamoate

rata bertahan untuk beberapa bulan, kadang-kadang plus tamoxifen as a first line therapy for advanced breast
carcinoma. Cancer 2002;9 4:299.
bertahun-tahun. Kadang-kadang respons antitumor yang
Brogden RN, Clissold SP. Flutamide. A preliminary review of its
secara temporer berkaitan dengan octreotide tampak pada pharmacodynamic and pharmacokinetic properties, and
tumor-tumor tersebut dan telah diteliti sebagai terapi therapeutic efficacy in advanced prostatic cancer. Drugs
potensial pada kanker payudara. Hasil studi acak pada i989;38:135.
L476 OIYKOI.OGIMEDIK

Cuzick J, Forbes J, Edwards R, et al. First results from the Intema- Konecny G, Pauletti G, Pegram M, et al. Quantitative association
tional Breast Cancer Intervention Study (IBIS-I): a randomized between HER-2/neu and steroid hormone receptors in hormone
prevention trial. Lancet 2002;360:817 receptor-positive primary breast cancer. J Natl Cancer Inst
Cuzick J, Powless T, Veronesi U, et al. Overview of the main out- 2003l,95:142.
comes in breast-cancer prevention trials. Lancet 2003l'361:296 Kaufmann M, Bajetta E, Dirix LY, et al. Exemestane is superior to
Coopman P, Garcia M, Brunner N, et al. Anti-proliferative and anti- megestrol acetate after tamoxifene failure in postmenopausal
estrogenic effects of ICI 164,384 and ICI I82,780 in 4-OH- women with advanced breast cancer: results of a phase III ran-
tamoxifen-resistant human breast cancer ce1ls. Int J Cancer domized double-blind trial The Exemestane Study Group J Clin
1994:'56:295 Oncol 2000;18:1399.
Casinu S, Fedeli A, Fedeli SL, et al. Octreotide versus loperamide in Kaufmann M, Jonat W, Blamey R, et ai Survival analyses from the
[he treatment of fluorouracil-induced diearrhea: a randomized ZEBRA study. Goserelin (Zoladex) versus CMF in premeno-
' trial. J Clin Oncol i993;11:148. pausal women with node-positive breast cancer. Eur J Cancer
Dewar JA, Horobin JM, Preece PE, et al. Long-term effects of 2003;39:7171 .
tamoxifen on blood lipid values in breast cancer. BMJ Love RR, Cameron L, Connell BL, et al. Symptoms associated with
1992;305 225. tamoxifen treatment in postmenopausal women Arch Intern
Delmas PD, Bjarnason NH, Mitlak BH, et al. Effects of raloxifene Med 1991;151:1842.
on bone mineral density, serum cholesterol concentrations, and Loprinzi CL, Michalak JC, Quella SK, et al. Megestrol acetate for
uterine endometrium in postmenopausal women. N Engl J Med the prevention of hot flashes. N Engl J Med 1994;331:4'7
1997;331:1641. Loprinzi CL, Kugler JW, Sloan JA, et al. Venlafaxine in the manage-
Dole EJ, Holdsworth MT. Nilutamide: an antiandrogen for the ment of hot flashes in survivors of breast cancer: a randomised
treatment of prostate cancer. Ann Pharmacother 1997 31:.65- controlled trial. Lancet 2000;356:2059.
75. Loprinzi CL, Sloan JA, Perez EA, et al. Phase III evaluation of
Early Breast Cancer Trialists ' Collaborative Group. Tamixifen for fluoxetine for treatment of hot flashes. J Clin Oncol
early breast cancer: an overview of the randomised trials. 2002;20:I518
Lancet 1998;351:1451. Love RR, Mazess RB, Barden HS, et al Effects of tamoxifen on
Encarnacion CA, Ciocca DR, McGuire WL, et al. Measurement of bone mineral density in postmenopausal women with breast
steroid hormone receptors in breast cancer patients on cancer. N Engl J Med 1992;326:852.
tamoxifen. Breast Cancer Res Treat 7993;26:237. Lipton A, Ali SM, Leitzel K, et al. Serum HER-2/neu and response
Fisher B, Constantino JP, Wickerham DL, et at. Tamoxifen for to the aromatase inhibitor letrozole versus tamoxifen. J Clin
prevention of breast cancer: report of the National Surgical Oocol 2003:27:1961.
Adjuvant Breast and Bowel Project P-1 Study J Natl Cancer Loprinzi CL, Ellison NM, Schaid DJ, et al. Controlled trial of
Inst 1998;90:1371. megestrol acetate for the treatment of cancer anorexia and
Fendl KC, Zimniski SJ. Role of tamoxifen in the induction of cachexia. J Natl Cancer Inst 1990;82:1127.
hormone-independent rat mammary tumors. Cancer Res Loprinzi CL, Michalak JC, Schaid DJ, et al. Phase III evaluation of
1992;52:235. four doses of megestrol acetate as therapy for patients with
Gorin MB, Day R, Constantino JP, et al. Long-term tamoxifen cancer anorexia and/or cachexia. J Clin Oncol 1993:11'.762
citrate use and potential ocular toxicity. Am J Ophthalmol Loprinzi CL, Jensen MD. Jiang NS. et al Effect of megestrol ac-
1998;125:493. etate on the human pituitary-adrenal axis Mayo Clin Proc
Goss PE, Strasser K. Aromatase inhibitor in the treatment and 1.992;67:1160.
pievention of breast cancer. J Clin Oncol 2001;19:881. Leinung MC, Liporace R, Miller CH. Induction of adrenal suppres-
Howell A, Robertson JF, Quaresma Albano J, et a1. Fulvestrant, sion by megestrol acetate in patients with AIDS. Ann Intern
formerly ICI 182.780, is as effective as anastrozole in post- Med 1995;122:843.
menopausal women with advanced breast cancer progressing Mouridsen H, Gershanovich M, Sun Y, et a1. Phase III study of
after prior endocrine treatment. J Clin Oncol 2002;20:3396. letrozole versus tamoxifen as first-line therapy of advanced
Harvey HA, Lipton A, Max DT, et al. Medical castration produced breast cancer in postmenopausal women: analysis of survival
by the GnRH analogue leuprolide to treat metastatic breast and update of efficacy from the International Letrozole Breast
cancer. J Clin Oncol 1985;3:1068. Cancer Group. J Clin Oncol 20031.21:2101.
Howell A, Osborne CK, Morris C, et al. ICI 182,780 (Faslodex): McDonald CC, Stewart HJ. Fatal myocardial infarction in the Scot-
development of a noveI, "pure" antiestrogen. Cancer tish adjuvant tamoxifen trial The Scottish Breast Cancer Com-
2000;89:8 1 7. mittee. BMJ 1991;303:435.
Ingle JN, Ahmann DL, Green SJ, et al. Randomized clinical trial of Nabholtz JM, Buzdar A, Pollak M, et al. Anastrozole is superior to
diethylstilbestrol versus tamoxifen in postmenopausal women tamoxifen as first-line therapy for advanced breast cancer in
with advanced breast cancer. N EngI J Med 1981:304:16. postmenopausal women: results of a North American
Kiang DT, Kennedy BJ. Tamoxifen (antiestrogen) therapy in multicenter randomized trial. Arimidex Study Group. J Clin Oncol
advanced breast cancer. Ann Intern Med 19'77;8'7:687 2000;1 8:375 8.
Kamik PS, Kulkarni S, Liu XP, et al. Estrogen receptor mutations in Osbome CK, Bardou Y Hopp TA, et al. Role of the esffogen recep-
tamoxifen-resistant breast cancer. Cancer Res 1994;54:349. tor coactivator AIBI (SRC-3) and HER-2/neu in tamoxifen
Kato S. Endoh H, Masuhiro Y, et al. Activation of the estrogen resistance in breast cancer. J Natl Cancer Inst 2003;95:353.
receptor through phosphorylation by mitogen-activated Osborne CK, Pippen J, Jones SE, et al. Double-blind, randomized
protein kinase. Science 1995;'270:7491. trial comparing the efficacy and tolerability of fulvestrant
Kennedy BJ. Hormonal therapies in breast cancer. Semin Oncol versus anastrozole in postmenopausal women with advanced
191 4;l:l19 . breast cancer progressing on prior endocrine therapy: results of
TERAPI HORMONAL PADA KANKER L477

a North American trial. J Clin Oncol 2002;20:3386. of estrogens rvith amonoglutethimide and
Santen RJ. Suppression
Piccart M, Parker LM, Pritchard KI. Oestrogen receptor hydrocortisone (medical adrenalectomy) as treatment of
downregulation: an opportunity for extending the window of advanced breast carclnoma: a review. Breast Cancer Res Treat
endocrine therapy in advanced breast cancer. Ann Oncol 1981:l:183.
2003;14:1017. Schteingart DE, Cash R, Conn JW. Amino-glutethimide and
Parkin DM. Muir CS. Cancer incidence in five continents. metastatic adrenal cancer. Maintained reversal (six months)
Comparibility and quality of data. IARC Sci Publ 19921,45. of Cushing's syndrome. JAMA 1966;198:1007.
Rutqvist LE, Johansson H, Signomklao ! et al. Adjuvant tamoxifen Schellhammer PF, Sharifi R, Block NL, et al. A controlled trial of
therapy for early stage breast cancer and second primary malig- bicalutamide versus flutamide, each in combination with
nancies. Stockholm Breast Cancer Study Group. J Natl Cancer luteinizing hormone-releasing hormone analogue therapy, in
Inst 1995;87:645. patients with advanced prostate carcinoma. Analysis ol time to
Paridaens R, Dirix L, Lohrisch C, et al. Mature results of a randorn- progression. CASODEX Combination Study Gorup. Cancer
ized phase II multicenter study of exemestane versus tamoxifen 1996:,18:2164.
as firsrline hormone therapy for postmenopausal women with Tchekmedyian NS, Hickman M, Siau J, et a1 Megestrol acetate in
metastatic breast cancer. Ann Oncol 2003,14:.1391,. cancer anorexia and weight loss. Cancer 1992;69:1268
Polsker GL, Brogden RN. Leuprorelin A review of its pharmacol- Vogelzang NJ, Chodak GW, Soloway MS, et al. Goserelin versus
ogy and therapeutic use in prostatic cancer, endometriosis and orchiectomy in the treatment of advanced prostate cancer:
other sex hormone-related disorders. Drugs 1994;48:930. final results of a randomized trial. Zoladex Prostate Study Group.
Rowland KM Jr, Loprinzi CL, Shaw EG et al. Randomized double- Urology 1995;46:220
blind placebo-controlied trial of cisplatin and etoposide plus Wakeling AE, Dukes M, Bowler J. A potent specific pure antiesfogen
megestrol acetate/placebo in extensive-stage small-cell lung with clinical potential. Cancer Res l99I1,51:3861.
cancer: a North Central Cancer Treatment Group Study. J Clin Williams GM, Iatropoulos MJ, Djordjevic MY et a1. The
Oncol 1996;14:135 triphenylethylene drug tamoxifen is a strong liver carcinogen
Steams Y Beebe KL, Iyengar M, et al. Paroxetine controlled release in the rat Carcinogenesis 1993;315.
in the treatment of menopausal hot flashes: a randomized con- Wysowski DK, Freiman JP, Tourtelot JB, et al Fatai and nonfatal
trolled trial. IAMA 2003;289:2821 . hepatotoxicity associated with flutamide. Ann Intern Med
Styles JA, Davies A, Lim CK, et al. Genotoxicity of tamoxifen, 1993;1 18:860.
tamoxifen epoxide and toremifene in human lymphoblastoid Wadler S, Benson AB III, Engelking C, et al. Reco"mmended
cells containing human cytochrome P450s. Carcinogenesis guidelines for the treatment of chemotherapy-induced diarrhea.
I994;75:5. J CIin Oncol 1998:16:3169
232
TERAPI BIOLOGI PADA I(ANKER
Johan Kurnianda

Terapi biologi pada kanker adalah terapi yang Terapi biologi dapat dibagi menjadi 2 tipe. Tipe pertama
menggunakan sistem respon imun tubuh untuk melawan adalah penggunaan substansi seperti sitokin, bakteri
sel-sel tumor. Pada awal tahun 1800 para klinisi mengamati tertentu, obat-obatan, atau introduksi gen untuk
bahwa pada pasien kanker kadang-kadang terjadi regresi menstimulasi respons imun selular terhadap kanker. Tipe
tumor setelah pasien mengalami infeksi bakteri. Hal ini kedua adalah penggunaan antibodi monoklonal spesifik
menjadi awal dari ide mengenai reaksi inang penjamu yang yang beraksi langsung terhadap antigen tumor.
dapat digunakan sebagai terapi kanker.
Penelitian klinis mengenai terapi biologi telah dilakukan
sejak hampir 1 abad yang lalu. William B. Coley, seorang
Tipe Contoh
ahli bedah di MemoriamHospital New Yorkmenghabiskan
Sitokin lnterleukin-2, interferon-a, tumor necrosis
karirnya selama tahun 1892-1936untuk mendapatkan terapi
factor-a
yang dapat melawan penyakit dengan menggunakan lmunoterapi Lymphokine-activated killer cells, tumor-
mekanisme pertahanan tubuh. Hasil temuannya adoptif i nf i ltrati n g Ly m p h ocyte s

menunjukkan kadang-kadang terjadi regresi tumor pada Vaksin Vaksin gangliosida GM2 untuk melanoma,
pasien yang diterapi. Namun demikian hasil temuan ini vaksin sel melanoma untuk melanoma,
vaksin berbasis sel dendritik
belum dapat diterima secara luas karena hasilnya tidak
Antibodi Anti-CD20 untuk limfoma, anti HER-2 untuk
dapat diprediksi. monoklonal kanker payudara
Dalam perkembangannya, banyak penelitian modern
tentang terapi biologi yang sudah dilakukan. Suatu studi
meta-analisis menunjukkan dari tahun 1990 sampai dengan SITOKIN
2002 sedikitnya telah dilaporkan dalam publikasi tertulis
internasional sebanyak 334 penelitian tentang terapi biologi Sitokin adalah protein kecil atau peptida yang terjadi secara
pada kanker, lebih dari 80Vo diantaranya adalah penelitian alamiah pada spesies mamalia. Secara fisiologis sitokin
fase I dan fase II. Penyakit kanker yang paling sering memiliki banyakfungsi termasuk memodulasi fungsi imun.
dijadikan topik penelitian adalah melanoma, karsinoma sel Limfokin memodulasi respon imun limfosit sedang monokin
ginjal, keganasan gastrointestinal dan limfoma, sedangkan memodulasi respon monosit atau makrofag. Jumlah sitokin
imunoterapi adalahjenis terapi biologi yang paling sering yang teridentifikasi semakin meningkat, namun baru sedikit
diteliti. Sejauh ini terapi biologi telah menunjukkan hasil yang dapat diproduksi dalam jumlah cukup dengan
yang baikpada beberapajenis kanker. Diantaranya adalah menggunakan metode DNA rekombinan. Selain itu belum
interferon-u (IFN-cx ), yang digunakan untuk melanoma banyak sitokin yang teruji secara klinis untuk terapi tu-
dengan status nodal yang positif, hairy cell leukemia, mor. Sitokin yang telah banyak diteliti diantaranya adalah
karsinoma sel ginjal, dan leukemia mieloid kronik. interferon, interleukin, dan t umo r ne c r o s i s - (L
Interleukin-2 (IL-2) digunakan untuk karsinoma sel ginjal Interferon dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tipe A
dan melanoma. Bacille Calmette-Gurin (BCG) digunakan dan tipe B. Tipe A meliputi IFN-o dan IFN-y. Tipe B meliputi
sebagai terapi intravesikal ajuvan pada karsinoma IFN-p. Namun demikian baru IFN tipe A saja yang telah
buli-buli non-invasif. digunakan dalam onkologi klinis. Meski sudah banyak

t478
TERAPI BIOI.OGI PADA I(ANKER 1479

ditemukan subtipe-subtipe dari berbagai tipe IFN, baik telah diterima FDA untuk meningkatkan perbaikan
yang alami maupun melalui rekayasa genetik, masih sedikit trombosit setelah kemoterapi. IL-2 telah diterima FDA
IFN yang teruji secara ekstensif. Semua IFN memiliki sebagai terapi karsinoma sel ginjal yang mengalami
kemampuan menghambat replikasi virus di dalam sel. metastase dan melanoma stadium lanjut. Terdapat respon-
IFN bekerja dengan cara mengikat reseptor permukaan respon terhad ap tr -2 y ang dramatik pada pasien melanoma
sel yang spesifik, mengaktifkan kaskade kinase, dan stadium lanjut dan suatu kombinasi antara IL-2, IFN dan
akhirnya mengaktifkan faktor transkripsi yang mengikat beberapa obat kemoterapi (biokemoterapi) kini sedang
elemen DNA yang responsif terhadap IFN. Proses ini diuji-cobakan pada pasien melanoma stadium lanjut. IL-2
menghasilkan ekspresi gen yang dapat diinduksi oleh IFN. telah menunjukkan aktivitas pada beberapa keganasan
IFN tipe Amerupakan imunostimulan yang poten dan juga hematologi, termasuk leukemia mielogenik akut dan
memiliki aksi antiproliferatif dan antiangiogenik. limfoma refrakter, sementara penggunaannya pada kasus-
Mekanismenya dalam melawan kanker secara invivo m:asrh kasus pasca transplantasi dan ter,api adjuvan untuk vaksin
belum diketahui dan efektifitasnya tergantung dari cara, kanker masih dalam tahap awal penelitian.
dosis, jadwal maupun lama pemberiannya. Tumor necrosis factor alpha (TNF-o), dikenal juga
IFN-o telah dinyatakan Food and Drug Administra- dengan istilah kakexin, merupakan peptida yang terlibat
tion (FDA) untuk terapi hairy cell leukemia, leukemia untuk memproduksi dan mempertahankan respon
mieloid kronik, sarkoma Kaposi non viseral yang inflamasi. TNF-u terutama diproduksi oleh sel T aktif dan
berhubungan dengan AIDS, dan melanoma stadium III. memiliki berbagai macam efek terhadap monosit/makrofag,
IFN-o juga telah digunakan sebagai terapi limfoma derajat sel endotel, dan sel-sel lain di seluruh tubuh. TNF-cr bekerja
keganasan rendah, mieloma multipel, dan dikombinasi melalui reseptor di permukaan membran sel dan
dengan 5-fluourasil untuk karsinoma kolon yang rekuren. menyebabkan kematian sel melalui apoptosis atau aktivasi
IFN-u telah diuji dengan obat imunologi maupun sel target. Secara invitro TNF-u dapat membunuh banyak
kemoterapi lain untuk biokemoterapi melanoma. FDA juga tumor target yang mengekspresikan reseptor. Secara in
telah menyetujui penggunaan IFN-o sebagai terapi yivo TNF-u memiliki aktivitas proinflamasi yang po"ten yang
sklerosis multipel yang remisi dan relaps untuk menyebabkan toksisitas pada dosis terapi dan hal ini yang
memperlambat hambatan fisik dan menurunkan frekuensi membatasi penggunaannya dalam klinis. Beberapa jenis
eksaserbasi. IFN-o disetujui oleh FDA untuk terapi efek samping TNF-cr adalah demam, malaise, syok, dan
penyakit granulomatosa kronik, namun di dalam klinis juga gagal multi organ. TNF-cr (dalam kombinasi dengan
sering digunakan untuk karsinoma sel ginjal. melphalan) saatini masih diteliti rnanfaatnya sebagai terapi
Interleukin adalah limfokin yang secara spesifik isolated limb pefusion untuk melanoma dan sarkoma.
mengatur respon imun limfosit, baik komponen sel-T
maupun sel-B. Interleukin dapat memulai, mempertahankan
dan menurunkan respons imun serta dapat menyebabkan IMUNOTERAPI ADOPTIF
pergantian dari respon imun selular (T-helper 1) menjadi
humoral (T-helper 2) ata:u sebaliknya, tergantung kadar Imunoterapi adoptif adalah suatu pendekatan terapi dimana
relatifnya. sel T atau sel efektor lain, yang distimulasi dengan
Sebagai produk sel T aktif, IL-2 memacu proliferasi dan memaparkannya pada sel tumor atau antigen ex vivo,
menin gkatkan fungsi se1 T lainnya, se7 natur al kille r (NK), diinjeksikan kembali pada pasien kanker agar memunculkan
dan sel B. Sel-sel NK yang diaktivasi IL-2 menyebabkan respons imun yang dimediasi sel untuk mengeradikasi sel-
aktivitas lymphokine-activated killer (LAK). Sel B yang sel tumor.
dipacu oleh LI-2 melepaskan IgM yang berkaitan dengan Dalam imunoterapi adoptif pasien menjadi donor sel T
sekresi (secretory-associated IgM) leblh banyak dan sekaligus menjadi resipien. Tampaknya toleransi
dibanding IgM yang berkaitan dengan membran terhadap antigen tumor dikendalikan melalui stimulasi er
(membrane-associated I gM). Serelah dipacu IL-2 yivo. Selain itu, bila digunakan donor sel T dari orang lain,
makrofag mencapai maturasi sitolitik dan menguraikan sel T tersebut akan ditolak oleh tubuh.
transfo rmin g grow th fac to r b eta (TGF -B). Meski manipulasi ex vivo dapat meningkatkan
Satu-satunya IL yang digunakan secara klinis adalah keuntungan dalam terapi kanker, sejauh ini hasil-hasil
IL-2.IL-7 dan IL-4 juga telah dicoba namun pemakaian penelitian klinis belum dapat menentukan biaya dan
klinisnya masih terbatas. IL-3 diduga juga merupakan sumber-sumber yang diperlukan untuk pendekatan terapi
molekul yang berguna untuk menstimulasi sumsum tulang ini. Akhir-akhir ini telah digunakan klon sel T yang
namun aktivitas anti tumornya secara in vivo alau in vitro dimodifikasi untuk terapi virus dan keganasan. Contoh
tidak terbukti. IL-5 melalui IL-15 telah ditentukan terapi tersebut adalah transfer adoptif sel T positif CDS
karakteristiknya, diklon, dan diproduksi. IL-12 dan IL-15 spesifik CMV yang telah terbukti efektif dalam menyusun
memiliki potensi meningkatkan imunitas anti tumor. IL-l1 kembali imunitas selular dalam melawan CMV pada pasien
1480 ONKOI-OGIMEDIK

pasca transplantasi sumsum tulang alogenik. Selain itu yang spesifik, SD berperan untuk mengekspresikan
transfer adoptif limfosit sitotoksik yang spesifik virus kompleks peptida-MHC pada sel T yang naif (belum
Epstein-Bar (VEB) juga telah terbukti efektif sebagai mempunyai memori). Lebih lanjut, SD juga berperan untuk
profilaksi dan terapi pada limfoma imunoblastik yang positif mengaktifkan sel T melalui sinyal pacuan yang spesifik.
VEB pada pasien dengan kemampuan imunitas menurun Respons imun yang spesifik dari SD ini betperan penting
(imn,unocompromisefi. untuk mengeradikasi sel-sel tumor, menghambat metastasis
dan proses infeksi. Disebabkan oleh perannya yang sangat
vital dalam sistem imun, banyak peneliti yang saat ini
VAKSIN KANKER mengembangkan vaksin kanker dengan memanfaatkan
potensi SD.
Vaksin kanker adalah suatu imunisasi aktif yang bertujuan Salah satu teknik pengembangan vaksin berbasis SD
menginduksi sel T atau komponen lain sistem imun untuk adalah dengan melakukan rekayasa genetik untuk membuat
mengenali dan secara aktif menyerang jaringan kanker. suatu fusi protein antara antigen imunogenik (misalnya
Jenis-jenis vaksin yang telah diuji secara klinis meliputi antigen dari salah satujenis sel kanker) dengan satu peptid
vaksin seluruh sel dengan komposisi berupa sel-sel autolog spesifik dari SD. Fusi protein ini, juga melalui rekayasa
atau alogenik, cell lysate, atau preparasi membran, pro- genetik, ditanamkan pada bakteri gram positif seperri lac-
tein purifikasi, karbohidrat, peptida, atau antibodi anti- tobacillus. Lactobacillus yang sudah mengandung fusi
idiopatik yang menyerupai epitop tumor. protein imunogenik ini akan diberikan kepada pasien secara
Antigen padajaringan malignan yang dapat digunakan oral. Di dalam usus, bakteri ini akan berkoloni dan kemudian
sebagai vaksinasi adalah protein dan peptida (misal di dalam usus halus akan mengekspresikan fusi protein
fragmen protein tumor), gangliosida (misal GM2), dan asam imunogenik yang selanjutnya akan dikenal secara cepat
nukleat (DNA dan RNA yang mengkode antigen tumor). oleh SD. Fusi protein imunogenik akan diikat oleh SD dan
Pasien melanoma yang memunculkan antibodi anti-GM2 segera dipresentasikan ke sel T untuk di eradikasi. Teknik
setelah vaksinasi ternyata memiliki prognosis yang lebih serupa juga bisa dilakukan secara transdermal,
baik. memanfaatkan aktivitas SD yang ada di dalam kulit.
Vaksin kanker baru digunakan di dalam penelitian klinis. Berbagai uji klinis fase I dan II tentang vaksin berbasis SD
Di luar penelitian klinis, vaksin kanker masih belum banyak saat ini sedang dilakukan dan hasil dari pelitian-penelitian
dimanfaatkan. Meski banyak vaksin yang sudah diteliti tersebut akan segera dipublikasikan.
dalam semua fase uji klinis, standard pemakaiannya secara
klinis masih belum dapat ditetapkan. Pada penelitian
binatang vaksin kanker menunjukkan potensi yang paling ANTIBODI MONOKLONAL
baik dalam mencegah kekambuhan kanker setelah tumor
primernya dieliminasi, baik secara pembedahan, radiasi,
Antibodi monoklonal (AbMo) adalah antibodi purifikasi
yang dilepaskan untuk melawan suatu antigen spesifik
maupun kemoterapi.
atau epitop. AbMo dibuat dengan cara mengimunisasi tikus
Salah satu jenis vaksin kanker yang saat ini
dengan preparat antigen purifikasi, ekstrak tumor, atau
dikembangkan adalah vaksinasi kanker berbasis sel
seluruh sel. Limfosit B yang memproduksi imunoglobulin
dendritik (SD). SD merupakan suatu kelompok sel yang
dari lien tikus kemudian difusikan dengan cell line yang
mempresentasikan antigen (antigen-presenting cells)
imortal untuk membentuk hibridoma. Hibridoma dapat
bersifat heterogen dan kompleks. SD adalah leukosit yang
ditumbuhkan dalam kultur dalam jangka waktu yang tidak
terdistribusi secara luas di peredaran darah tepi dan
terbatas dan disaring untuk memproduksi antibodi yang
pembuluh limfe aferen. Pada pemeriksaan dengan teknik
diinginkan. Klon hibridoma yang memproduksi antibodi
immunophenotyping, SD biasanya memberikan respons
yang diinginkan dapat dipurifikasi dan dikultur dalam
positif untuk CD40, CD80, CD83 dan CD86, sedangkan
jumlah besar. Antibodi monoklonal dapat diproduksi dalam
progenitor SD yang ada di sumsum tulang memberi respons
jumlah cukup untuk kepentingan klinis.
positif untuk CD14 dan CD11C. SD biasanya akan
Beberapa teknik laboratorium menggunakan AbMo
memberikan respon negatif untuk penanda sel limfosit T
seperti CD3, CD16 dan CD28, penanda sel limfosit B (CD19
untuk mendi4gnosis keganasan. Teknik yang paling
aplikatif dan paling banyak dipakai adalah flow cytometry.
dan CD20) maupun sel NK (CD56 dan CD57).
Di dalam sistem imun, SD mempunyai peran yang Pada teknik ini sel-sel diinkubasi dengan AbMo spesifik
sangat luas dan kompleks. Dalam sistem imunitas yang yang telah ditandai dengan molekul fluoresens yang
tidak spesifik (innate), SD mempunyai peran penting berbeda-beda dan tertuju pada penanda permukaan sel
dengan mensekresi sitokin seperti IL-12 dan IFNAdan B, tertentu. Sel-sel tersebut kemudian dilewatkan pada suatu
sebagai salah satu mekanisme pertahanan tubuh. Di aliran tipis melalui sinar laser. Komputer kemudian membaca
samping itu, SD juga memacu sel-sel NK yang secara cepat defraksi sinar laser dan menginterpretasi data untuk
akan mengeradikasi sel-sel target. Pada sistem imunitas mengakses ada atau tidaknya penanda permukaan sel yang
TERAPI BIOLOGI PADA KANKER 1481

ini sangat membantu dalam


berbeda-beda. Teknik dramatis meningkatkan sitotoksisitas AbMo.
menentukan monoklonalitas yang terdapat pada Beberapa AbMo saat ini mulai digunakan di dalam
keganasan, selain juga membantu menentukan fenotipe klinis, termasuk di Indonesia, untuk penanganan pasien
seluler pada keganasan hematologi dan tumor solid. AbMo kanker. DuaAbMo yang saat ini banyak digunakan adalah
yang dibubuhi radionuklida kini menjadi sarana diagnostik rituximab dan trastuzumab. Rituximab, suatu humanized
dan terapi yang semakin penting. mouse chimeric antibody yang memiliki target antigen CD-
Sebagai antigen, AbMo dapat menyebabkan reaksi 20 pada permukaan membran sel limfosit B, telah diterima
antigen-antibodi yang serupa dengan makromolekul FDA untuk digunakan sebagai terapi limfoma non-Hodgkin
ekstrinsik lainnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi sel B, baik tipe dffise atau folikular. Beberapa penelitian
demam, menggigil, dan reaksi hipersensitivitas. Meski klinis fase III yang berskala besar, menunjukkan kombinasi
jarang, dapat juga terjadi reaksi anafilaksi yang fatal. rituximab dengan kemoterapi standar CHOP, menghasilkan
Kerusakan organ dapat terjadi akibat ikatan non spesifik respon terapi dan survival yang lebih tinggi secara
AbMo dengan jaringan non tumor. Bila AbMo terikat bermakana dibandingkan kemoterapi standar CHOR tanpa
dengan toksin atau radionuklida dapat terjadi toksisitas peningkatan efek samping. Rekombinan /zumanized mono-
spesifik terhadap agen tersebut. Namun demikian secara clonal antibody lain, trastuzumab, yang mempunyai tar-
klinis umumnya toksisitas yang terjadi hanya ringan dan get human epithelial growthfactor 2 (HER-2), juga telah
dapat ditoleransi pasien. mendapat persetujuan FDA pada tahun 1998 untuk
AbMo yang kini digunakan dalamklinis diperoleh dari digunakan sebagai'terapi pada subgrup pasien kanker
tikus yang telah diimunisasi. Para ahli telah membuat payudara metastatik yang menunjukkan ekspresi
antibodi terapi bagi manusia yang dapat menghindar dari berlebihan dari protein HER-2. Imunotoksin gemtuzumab
pengenalan sistem imun. Kini para ahli sedang berupaya ozogamicin (antibodi anti-CD-33) dilaporkan menunjukkan
untuk menyembunyikan imunogenisitas antibodi murin dan respon yang signifikan pada pasien AML relaps yang
menyusunnya kembali menjadi sesuatu yang sangat mengekspresikan CD33. BeberapaAbMo lain sedang dalam
menyerupai antibodi manusia. Hal itu dilakukan dengan penelitian dan mungkin dapat segera digunakan di'dalam
cara mensubstitusi seluruh struktur non esensial dari klinis.
antibodi tikus dengan counterparttrya yang analog pada
manusia ( analo gous human counterparts ) melalui metode
rekombinan DNA. Proses ini disebut humanisasi dan dapat REFERENSI
menghasilkan antibodi yang dalam uji klinis terbukti
mampu menghina dari sistem imun manusia. Anderson CM, Haider S Biologic therapy of cancer In Wood ME,
Namun demikian penelitian-penelitian pendahuluan Philips GK , editors. Hematology/Oncology Secrets, 3'd edition,
terhadap AbMo ini tidak memberikan hasil memuaskan. Philadelphia, Hanley & Belfus; 2003. p.2lI-6.
Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti adanya reaktivitas Espinoza-Delgado I. Cancer vaccines. The Oncologist 2002;7:20'
JJ.
silang AbMo dengan antigen normal, adanya ekspresi
Jonasch E. Haluska FG Interferon in oncological practice: review
antigen tumor pada sel normal, ikatan kinetik antibodi
of interferon biology, ciinical applications, and toxicities. The
terhadap permukaan sel, dan lemahnya mekanisme efektor Oncologist 2001 ;6:34-55.
seperti sitotoksisitas yang dimediasi sel serta tergantung Lim J-B, Kwon OH, Kim H-S et al. Adoptive immunotherapy for
antibodi atau sitotoksisitas yang dimediasi komplemen. CMV disease in immunocompromised patients. Yonsei Medical
Selain itu juga ada faktor besiunya tumor, adanya antigen Journals 2004,45 (suppl) : 18-22
tumor dalam sirkulasi yang mencegah AbMo berikatan Michalek J, Buchler T and Hajek R. T lymphocyte therapy for
cancer. Physiological Research 2004,53 : 463 - 69
dengan permukaan sel tumor, serta modifikasi antigen tu-
Mohamadzadeh M, Luftig R. Dendritic cells: In the forefront of
mor oleh sel tumor itu sendiri sehingga sel tidak lagi
immunopathogenesis and vaccine development - A review. Jour-
mengikat AbMo. Masalah lain dalam terapi AbMo yang nal of Immune Based Therapies and Vaccine 2004,2:1, http:ll
efektif adalah adanya produksi antibodi anti murin pada www.jibtherapi es.com I contentl 2 I I / 1 .
manusia (human anti murine antibodies/llAMA) yang Ottaino A, Mollo E, Di Lorenzo G et al. Prospective clinical trials
menginaktivasi AbMo sebelum AbMo mencapai sel tu- of biotherapies in solid tumor: a 5-years survey. Cancer Immu-
mor dan uptake AbMo yang buruk di luar lapisan-lapisan nology Immunotherapy 2005, 54 (l): 44 - 50
awal sel tumor yang berada di sekitar kapiler. Pettengell R, Linch D. Position paper on the therapeutic use of
rituximab in CD-20 positive diffuse large B-cell non-Hodgkin's
Telah diupayakan beberapa cata untuk mengatasi
lymphoma. British Journal of Haematology 20031.12l:.44-48.
hambatan-hambatan di atas di antaranya dengan Ross JS, Gray K, Gray GS et a1. Anticancer antibodies. American
mengembangkan fragmen Fab (sisi aktif regio variabel) Journal of Clinical Pathology 2003, 119 (4): 412 - 85.
yang lebih jarang melepaskan HAMA, memiliki waktu Wang L-X, Huang W-X, Graor H et al. Adoptive immunotherapy of
paruh yang lebih panjang, dan lebih baik dalam penetrasi cancer with polyclonal, 108-fold hyperexpanded, CD4. and CD8*
tumor. Selain itu diupayakan juga suatu konjugasi terhadap cells Journal of Translation Medicine 2004; 2: 41, hrtp:ll
toksin, obat-obatan, dan radionuldida yang dapat secara w ww translational-medicine. co m.cofient/ 2l I/4 I
233
PENGOBATAN SUPORTIF
PADA PASIEN KANKER
A. Harryanto Reksodiputro

PENDAHULUAN (hiperkalsemia, hiperurisemia, sindrom lisis tumor, asidosis


laktat, hiper/hipoglikemia, dsb), fungsi berbagai organ
Penatalaksanaan kanker bersifat multidisiplin, mulai dari (anrung, hati, ginjal, endokrin, dsb), kelainan saluran cerna
pendekatan diagnostik yang melibatkan banyak keahlian, atas dan bawah (stomatitis, mual, muntah, diare, konstipasi.
kemudian pengobatan kanker yang multimodalitas dengan dsb), serta masalah spiritual dan keagamaan.
operasi, radiasi, dan kemoterapi, ataupun kombinasi dari Pengobatan suportif ini begitu pentingnya sehingga
ketiga hal tersebut. Pengobatan pasien itu sendiri secara tidakjarang lebih penting dari pengobatan pembedahan,
holistik juga meliputi banyak hal. radiasi, maupun kemoterapi, karena pengobatan suportif
Di samping pengobatan 'kuratif' dengan cara ini acapkali justru mengatasi masalah-masalah yang dapat
pembedahan, radiasi maupun kemoterapi, pengobatan menyebabkan kematian pasien. Misalnya, anemia atau
yang bertujuan mengatasi berbagai gangguan organ baik neutropenia pada pasien kanker. menyebabkan
yang disebabkan langsung oleh sel/jaringan kanker itu pengobatan dengan radiasi atau kemoterapi harus ditunda,
sendiri maupun akibat tidak langsung, memegang peranan karena pengobatan kuratif yang diberikan sebelum
yang amat penting dalam pengobatan pasien kanker. pengobatan suportif berhasil menaikkan leukosit, justru
Program pengobatan ini digolongkan dalam kelompok dapat berakibat fatal.
pengobatan suportif. Pengobatan suportifpada pasien kanker sudah dimulai
Pengobatan suporlif adalah pengobatan yang diberikan sejak awal, karena sepertiga dari pasien baru kanker datang
kepada pasien kanker, yang menunjang pengobatan dengan keluhan nyeri, sementarajika sudah stadium lanjut
kanker. Pengobatan suportif ini tidak hanya diperlukan maka sekitar 707o pasien mengeluh nyeri. Begitu juga
pada pasien yang menjalani pengobatan kuratif, tetapijuga dengan keluhan lain yang adakalanya tidak berhubungan
pada pasien yang menjalani pengobatan paliatif. Jika di Iangsung dengan kanker, seperti penurunan berat badan,
dalam pengobatan kanker largetnya adalah sembuh, sering membawa pasien datang ke dokter dan dalam
terutama pada kanker stadium awal, maka pengobatan evaluasi selanj utnya ternyata menderita kanker, begitu j uga
suportif bersifat membantu, sehingga perannya tidak dengan keluhan lain.
terlalu besar. Namun, pada stadium lanjut dimana sudah Pengobatan suportif sulit untuk didefinisikan secara
ada metastasis atau kondisi pasien kurang baik dan tepat, karena secara keseluruhan meliputi pengobatan,
targetnya bukan sembuh, hanya paliatif dengan kualitas perawatan, menunjang masalah psikososial, rehabilitasi
hidup yang lebih baik, maka pengobatan suportif sangat yang diperlukan sejak awal menderita sakit melalui
besar perannya. bermacam fase pengobatan aktif untuk pengobatan jangka
Pengobatan suportif meliputi semua aspek kesehatan, panjang atau sampai pasien meninggal. Ruang lingkup
baik fisik maupun psikis. Beberapa di antaranya adalah kerja pengobatan suportif sangat luas.
nyeri, nutrisi, infeksi, neutropenia (dengan menggunakan Masalah suportif antara lain:
faktor pertumbuhan hemopoietik), transfusi darah dan . infeksi, febris netropenia, pencegahan infeksi
komponen darah, nutrisi, gangguan metabolisme . masalah saluran cerna: mual, muntah, diare, obstruksi,

1482
PENGOBATAN SUPORTIF PADA PASIEN KAI\KER 1483

ostomi yang berlaku dalam tubuh, sehingga tidak mengherankan


. nyefl apabila pertumbuhan sel kanker acapkali merusak berbagai
. perdarahan dan masalah koagulasilkoreksi gangguan organ. Komplikasi gawat akan terjadi apabila yang
hemostasis terganggu fungsinya adalah organ vital seperti vena kava
. kebersihan mulut, mukositis superior, medula spinalis, otak, bronkus, vena kava
. anoreksia, kaheksia inferior, usus, saluran empedu, dan saluran kemih.
. gangguan psikiatri: ansietas dan depresi Dalam keadaan dimana terjadi komplikasi pada organ-
. komplikasi neurologi organ tersebut di atas, perlu diadakan tindakan dekompresi
. fatigwe segera; biasanya dengan penyinaran, kadang-kadang
. diagnosis dan upaya pencegahan anemia dengan tindakan pengobatan yang bertujuan memperbaiki
. upaya mempertahankan integritas tulang tindakan umum pasien yang acapkali telah mengalami
. upaya mencegah terjadinya serta menghambat enzim gangguan sistemis. Barulah kemudian diteruskan prosedur
siklooksigenase (COX-2) diagnostik yang diperlukan untuk menentukan tingkat
. upaya mencegah gen-onko Ras penyakit dan mengidentifikasi faktor yang berperan
. mencegah, deteksi dini, dan mengatasi gangguan faal terhadap prognosis.
ginjal, hati, dan jantung. Di samping kompresi, invasi tumor pada jaringan
Pengobatan suportif meliputi berbagai prosedur sekitarnya dapat pula menyebabkan erosi, bahkan
pengobatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau perforasi. Akibatnya terjadi perdarahan, perforasi usus atau
sekurangnya mempertahankan kondisi kesehatan pasien berbagai fistula misalnya fistula trakeo-bronkial dan rekto-
sehingga ia dapat menerima pengobatan kuratif (bedah, vesika urinaria. Perdarahan dan perforasi harus segera
radiasi, kemoterapi, atau kombinasi) tanpa efek samping dapat diatasi karena dapat berakibat fatal. Fistula yang
berarti. terjadi akibat invasi tumor sedapat mungkin diatasi
Pengobatan suportif ini diberikan pada pasien kanker sebelum pengobatan sitostatika karena kelak dapat menjadi
sebelum, selama, sesudah, bahkan kadang-kadang sampai sumber infeksi yang sulit diatasi dan dapat berakibat fatal.
berbulan -bulan setelah pengobatan kausal selesai. Karen a Hal yang dapat terjadi akibat invasi tumor adalah rasa
itu pada keadaan-keadaan tertentu pengobatan suportif nyeri gangguan fungsi kelenjar yaitu diabetes insipidus
Iebih penting dari pengobatan kausal. Apabila seorang (hipofisis) dan penyakit Addison (adrenal). Rasa nyeri
pasien kanker menderita bronkopneumonia pada saat akibat kanker acapkali amat hebat dan menyebabkan
jadwal pemberian kemoterapi maka pengobatan suportif pasienan yang amat sangat. Obat yang diberikan dapat
terhadap bronkopneumonia jauh lebih penting daripada berkisar antara obat analgesik sampai narkotik, bahkan tidak
kemoterapi dan jadwal kemoterapi harus ditunda. jarang memerlukan intervensi ahli bedah saraf (blok
Dalam penanganan pasien usia tua dengan kanker, neurolitik, subarachnoid, rhizothomy, cordotomy,
pengobatan suportif memegang peranan penting. thal ame kt o my, hip ofi s e kt o mi) .

Beberapa hal yang harus dipikirkan sebelumnya adalah:


. Apakah pasien akan meninggal karena kanker atau
karena kemoterapi. KEMUNDURAN KEADAAN PASIEN SEBAGAI
. Apakah pasien mampu mentoleransi efek samping AKIBAT TIDAK LANGSUNG DAR! KANKER
sitostatika.
. Apakah pengobatan pasien akan lebih banyak Seperti terlihat pada Tabel 1, komplikasi sebagai akibat
mendatangkan manfaat dari mudarat. tidak langsung dari kanker amat banyak dan bervariasi
mulai dari yang ringan sampai pada cukup berat bahkan
Pengobatan suportif bertujuan untuk memperbaiki
kadang-kadang berakibat fatal bila tidak segera diatasi
keadaan umum pasien. Mundurnya keadaan umum pasien
(hiperkalsemia). Di antara berbagai komplikasi tersebut,
kanker dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dibagi ke
yang perlu mendapat perhatian utama adalah kakeksia,
dalam empat kelompok besar yaitu akibat pertumbuhan
anemia, gangguan imunologis, hiperkalsemia, dan nyeri.
tumor yang invasif, akibat tidak langsung dari kanker, akibat
Gangguan gizi yang tidak diperbaiki bersama-sama
pengobatan kanker, baik yang bertujuan kuratif maupun
pengobatan antikanker sering lebih memperburuk keadaan
paliatif, serta akibat hal yang tidak ada kaitannya dengan
kanker.
umum pasien. Akibatnya kemampuan imunologis
memperburuk dan terjadilah infeksi yang acapkali sukar
diatasi.
KEMUNDURAN KEADAAN PASIEN AKIBAT Hiperkalsemia terutama terjadi pada kanker tulang
(mieloma multipel) dan yang bermetastasis luas kedalam
PERTUMBUHAN TUMOR YANG INVASIF
tulang. Bila tidak cepat diatasi, hiperkalsemia dapat
Cara tumbuh sel-sel kanker tidak mengikuti kaidah-kaidah menyebabkan kematian. Pengobatan terdiri dari hidrasi
1484 ONKOI-OGIMEDIK

parenteral dan kortikosteroid, bila tidak berhasil dengan


garam fosfat, obat-obat yang menyebabkan kelasi kalsium
Sumsum tulang leukosit l, trombosit 1, Hb I
(EDTA) atau indometasin. Gastro-intestinal stomatitis, gastritis, diare, ulkus
lambung, ileus
Jantung kardiomiopati-payah jantung, hipertensi
Paru fibrosis
Hati fibrosis
UmUm demam, berat badan menurun, Ginjal nekrosis tubuli
anoreksia Kulit alopesia, hiperpigmentasi
Hematologis anemia, reaksi leukemoid Saraf parentesi, neuropati, tuli. letargi
poliglobulin Pankreas pankreatitis
DIC Uterus perdarahan
lmunologis non-spesifik Kandung kencing sistitis hemoragis
fungsi granulosit
gama globulin
amiloidosis tulang akibat pemberian sitostatika dapat terjadi segera
para protein atau kemudian. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi
Metabolik kalsium segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah
asam urat
pada hari ke-8 sampai dengan hari ke-14. Setelah itu,
Endokrin, paraneoplastik sindrom Cushing
ADH : karsinoma sel 'oat' diperlukan waktu kurang lebih tujuh hari untuk menaikkan
lnsulin : ovarium, sarkoma kadar leukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang
Eritropoietin; ginjal yang terjadi kepudian, penurunan kadar leukosit terjadi
Gonadotropin: ovarium, testis,
teratoma, koriokarsinoma dua kali yaitu perlama-tama pada minggu kedua, dan pada
Neuromuskuler miopati sekitar minggu keempat dan kelima. Kadar leukosit
m iasten ia-g ravis kemudian akan naik lagi dan akan mencapar nilai mendekati
neuropati
ensefalopati
normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat
Kulit psonasrs menurunkan daya tahan tubuh, sementara trombopenia
akantosis dapat mengakibatkan perdarahan, lebih-lebih bila terjadi
Tulang osteoartiopati erosi pada traktus gastrointestinal.
poliartritis
Kerontokan rambut dapat bervariasi, dari kerontokan
mielofibrosis
mielosklerosis ringan sampai dengan kebotakan.
Kardiomiopati akibat doksorubisin dan daunorubisin
umumnya sulit diatasi. Sebagian besar pasien meninggal
EFEK SAMPING SITOSTAT!KA karena pumpfailure. Fibrosis paru umumnya ireversibel.
Tabel 3 memperlihatkan kejadian payah jantung pada242
Selain membasmi sel kanker, sitostatika juga merusak sel- pasien kanker yang mendapat kemoterapi di RS Kanker
sel berbagaijaringan tubuh. Jaringan yang paling banyak Dharmais (RSKD) yang diperiksa dengan ekokardiografi
mengalami kerusakan tentu saja adalah organ-organ yang selama periode Januari-Desember I 995.

mempunyai daya proliferasi tinggi, seperti sumsum tulang, Kelainan hati yang terjadi biasanya amat menyulitkan
mukosa saluran cerna, dan folikel rambut. pemberian sitostatika selanjutnya karena banyak
Efek samping yang hampir selalu dijumpai adalah gejala diantaranya yang dimetabolisir dalam hati. Dari berbagai
gastrointestinal, supresi sumsum tulang, dan kerontokan mekanisme, diketahui bahwa pembentukan radikal bebas
rambut. Efek samping yang jarang terjadi, tetapi tidak kalah oksigen (RBO) memegang peranan penting dalam efek
pentingnya adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, hepatotoksik obat. Stres oksidatif pada membran sel akan
fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis menyebabkan gangguan integritas membran. Polaritas
kulit, reaksi anafilaksis, gangguan saraf, gangguan
hormonal, dan perubahan genetik yang dapat
mengakibatkari terj adinya kanker baru.
Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual,
muntah, diare, dan mukositis. Mual dan muntah biasanya Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)
timbul selang beberapa waktu setelah pemberian <20 I 28,6
sitostatika dan berlangsung tidak melebihi 24 jam. Efek 21-30 1 2,86
31-40 4 11,43
muntah yang terjadi acapkali sulit diatasi dengan obat 4'1-50 5 14,29
antimuntah konvensional. 51-60 I 25,72
>60 5,72
Gejala klinis supresi sumsum tulang terutama 2
5,72
Tidak diketahui 2
disebabkan oleh terjadinya penurunan jumlah sel darah
Jumlah 100,0
putih, sel trombosit, dan sel darah merah. Supresi sumsum
PENGOBAf,AN SUPIORTIF PADA PASIEN KANKER 1485

membran sel akan terganggu dan berbagai saluran ion menyebabkan gangguan elektrolit, terutama
mengalami perubahan sehingga fungsinya lepas kontrol. hipomagnesemia dan hipokalsemia. Streptozotosin,
Akibatnya terjadi gangguan gradien konsentrasi ion di lomustin, dan karmustin mengganggu fungsi tubulus
kedua sisi membran sel diikuti berbagai reaksi biokimia ginjal sehinga menyebabkan proteinuria, aminoasiduria
dalam sel. dan hipokalemia. Mitomisin C sering dilaporkan dengan
Ada beberapa obat antikanker yang memerlukan kejadian gagal ginjal dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
pemeriksaan tes fungsi hati sebelum dan selama Ifosfamid dan siklofosfamid dosis tinggi dapat merusak
pemakaiannya seperti golongan alkilator (siklofosfamid, tubulus distal menyebabkan hiponatremia dan SIADH.
busulfan), golongan antrasiklin (doksorubisin, Efek tidak langsung dapat terjadi karena pemberian
daunorubisin, farmorubisin, epirubisin); antimetabolit kemoterapi pada tumor yang sangat sensitif menyebabkan
(metotreksat, fluorourasil, merkaptopurin), alkaloid vinka katabolisme asam nukleat interseluler hebat yang berakhir
(vinkristin, vinblastin), dan enzim (L-aspariginase). Obat dengan nefropati asam urat. Asam nukleat purin
golongan alkilator bekerja dengan pembentukan ion dikatabolisme menjadi hipoksantin, kemudian xantin, dan
karbonium atau kompleks lain yang sangat reaktif. Obat terakhir dioksidasi oleh xantin oksidase menjadi asam urat.
ini membentuk ikatan kovalen (alkilasi) dengan DNA Asam urat meningkatkan keasaman urin dan terpresipitasi
sehingga terjadi cross linking pada rantai DNA sehingga di tubulus distal dan duktus kolektikus hingga terjadi
fungsinya terganggu. anuria. Hiperurisemia ini dapat merupakan bagian dari
Efek sitotoksik maupun efek sampingnya berhubungan sindrom tumor lisis.
langsung dengan proses alkilasi ini. Khusus untuk efek Untuk pencegahan efek nefrotoksik diperlukan hidrasi
hepatotoksik tidak diketahui secara spesifik gugus mana yang adekuat (2500-3000 mUm2l24 jam) yang dimulai 24
yang mengalami alkilasi. Namun, karena hati merupakan jam sebelum pemberian kemoterapi. Alkalinisasi urin
organ yang sangat kaya akan berbagai enzim, sangat dengan natrium bikarbonat penting untuk ekskresi asam
mungkin bahwa alkilasi ini terjadi pada gugus amino atau urat.
karboksil dari berbagai enzim dalam hati. Profilaksis dengan alupurinol 300-400 mg/m'?ftrari. Jika
Antrasiklin bekerja dengan berinteraksi di antara basa- terjadi nefropati asam urat pengobatannya dengan
basa DNA sehingga menggangu fungsi DNA sebagai tern- memperbaiki hidrasi, dan jika fungsi ginjal memburuk dapat
plate. Antrasiklin juga bereaksi dengan sitokrom P.,-,, dilakukan hemodialisis.
reduktase yang dengan NADPH membentuk zal antara Klusus untuk sisplatin, hanya diberikan pada pasien
yang bersifat reaktif dan selanjutnya bereaksi dengan dengan jumlah urin minimal 100 ml/jam, sebelum, selama,
oksigen menghasilkan radikal bebas. Efek ini dikaitkan dan sesudah kemoterapi. Obat proteksi yang dapat
dengan efek samping antrasiklin seperti efek kardiotoksik digunakan adalah amifostin diberikan 30 menit sebelum
dan mungkin juga efek hepatotoksik. pemberian sisplatin. Toksisitas sisplatin juga dapat
Seperti diterangkan di atas, molekul radikal bebas ini dikurangi dengan pemberian natrium tiosulfat pada
akan menimbulkan reaksi berantai dengan komponen pemberian sisplatin intraperitoneal, dietiltiokarbamat,
membran sel sehingga integritas membran akan terganggu. kaptopril, dan verapamil.
Kekacauan gradien ion di kedua sisi membran
menyebabkan gangguan fungsi sel berupa gangguan
kontraktilitas sel ototjantung yang dalam bentuk ekstrim
bermanifestasi sebagai gagal jantung. Pada hati terjadi Organ yang
Obat Penyebab
Terpengaruh
gangguan fungsi metabolisme dan kebocoran enzim-enzim
Sumsum tulang Kecuali steroid, Bleomisin, L-Asparaginase
sitosol dan mikrosom yang dapat dideteksi sebagai
Gastro- Adriamisin, Bleomisin, Metotreksat, 5-FU,
peningkatan enzi m transaminase. intestinal Aktinomisin D, Kortikosteroi d, Alkilating
Kerusakan ginjal akibat kenioterapi dapat langsung agent, Vinkristin
(direk) maupun tidak langsung (indirek). Jantung Adriamisin, Daunorubisin, Kortikosteroid
Efek langsung dapat terjadi akibat blokade mekanik Paru Bleomisin, Metotreksat, Siklofosfamid,
Busulfan
nefron (misalnya metrotreksat dan metabolitnya yang Hati Metotreksat, Sisplatin, Arabinosa-C, L-
cenderung berpresiptasi pada tubulus dan duktus Asparaginase, Mithramycin
kolektikus pada pemberian dosis tinggi dan pH urin Ginjal Metroteksat, Sisplatin, Mithramycin
rendah). Kemungkinan lain adalah karena kerusakan Kulit Bleomisin, Busulfan, Adriamisin,
jaringan ginjal langsung akibat obat atau metabolitnya, Siklofosfamid, Aktinomisin D, Vinblastin,
Vinerelbin
paling sering pada pemberian sisplatin dan nitrosurea. Saraf Vinkristin, Vinblastin, Vindesin, Sisplatin
Sisplatin menyebabkan kerusakan dan nekrosis sel Pankreas L-Asparaginase
tubulus distal dan proksimal dengan cara menurunkan Uterus Estrogen
aktivitas metabolik mitokondria, menghambat peroksidase Kandung kemih Siklofosfamid, lsofin
glutation, dan merangsang lipoperoksidase. Sisplatrn juga
t486 ONKOI.OGIMEDIK

MASALAH INFEKSI PADA PASIEN KANKER Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya frekuensi
infeksi pada pasien kanker antara lain adalah: (1) erosi
Pasien kanker acapkali memiliki penurunan daya tahan pada tumor yang menyebabkan terbukanya kulit atau
tubuh. Hal ini disebabkan oleh penyakit kanker itu sendiri lapisan mukosa yang merupakan baruier yang melindungi
atau akibat berbagai pengobatan baik bedah, radiasi tubuh dari dunia luar. Hal ini terutama terjadi pada kanker
maupun kemoterapi. Di samping itu berbagai prosedur kulit, kepala dan leher, saluran cerna, mulut rahim dan
tindakan yang dilakukan pada pasien kanker baik dalam vagina, (2) terjadi sumbatan akibat tekanan atau
rangka diagnosis (bronkoskopi, gastroskopi), maupun pertumbuhan kankeq misalnya kanker paru, saluran cema,
untuk terapi (infus makanan, cairan) juga berperan dalam dan prostat; (3) penurunan daya tahan tubuh, baik
terjadinya infeksi. penurunan imunitas humoral (mieloma multipel, leukemia
Beberapajenis kanker disertai oleh penurunan respons limfositik menahun), maupun imunitas selular (limfoma
imun spesifik. Pasien penyakit limfoma malignum baik Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, kanker paru, payudara,
Hodgkin atau non-Hodgkin disertai defisiensi imunitas lambung); (4) berbagai prosedur diagnostik yang
seluler yang mengakibatkan pasien menjadi rentan menyebabkan erosi pada mukosa maupun pada kulit
terhadap infeksi virus (herpes simpleks, varisela zoster (endoskopi, arteriografi) ; (5) tindakan pembedahan dalam
dll) dan infeksi jamur (kriptokokus, dll). hal ini tingginya kemungkinan infeksi tergantung kepada
Berbeda dengan pasien limfoma malignum, pasien tempat dan besarnya tumor; jenis operasi dan daya tahan
leukemia akut amat rentan terhadap infeksi bakteri gram tubuh si sakit; (6) pengobatan suportif, misalnya pemberian
negatif sebagai akibat adanya leukopenia dan/atau makanan parenteral dan transfusi komponen darah (virus
gangguan fungsi (fagositas) granulosit. Pasien leukemia hepatitis, virus sitomegalo, toksoplasmosis); (7)
limfositik menahun dan pasien mieloma multipel amat radioterapi dan sitostatika.
sensitif terhadap infeksi bakteri yang invasif dari golongan
stafilokokus, streptokokus dan pneumokokus.
Granulosit neutrofilik adalah sel yang paling berperan MEKANISME PENURUNAN IMUNITAS PADA
dalam respons imun terhadap bakteri maupun jamur. Perlu KANKER
diketahui bahwa waktu paruh umur sel granulosit dalam
darah adalah 6-7 jam, setelah itu sel-sel ini akan bermigrasi Infeksi sistemis selalu merupakan masalah yang besar bagi
ke daerah sepanjang endotel atau masuk ke dalam jaringan seorang pasien kanker. Hal ini hanya dapat terjadi setelah
ekstravaskular. Pada keadaan di mana terjadi depresi mikroorganisme dapat melampaui berbagai lapisan
sumsum tulang, maka neutropenia akan terjadi dalam 5-7 pertahanan sistem imunitas tubuh manusia. Kejadian serius

Jam.
ini sering terjadi pada pasien kanker, terutama berkaitan
Infeksi merupakan penyebab kematian paling utama dengan kemajuan dunia kedokteran. Hal-hal yang dapat
pada pasien kanker di samping perdarahan. Sekitar 907o berperan terhadap terjadinya infeksi sistemis, antara lain
pasien kanker meninggal akibat infeksi, perdarahan, atau penggunaan antibiotika spektrum luas, infus, berbagai
infeksi bersama-sama dengan perdarahan. Dengan makin kateter, dialisis, radioterapi, kemoterapi, kortikosteroid, dll.
mantapnya kemampuan untuk mengatasi trombositopenia, Barrier paling luar manusia terhadap infeksi adalah
infeksi merupakan masalah yang makin penting. suhu badan, pergantian kulit dan mukosa yang cepat,
Radiasi maupun penggunaan sitostatika dapat peristaltik usus, lapisan lemak, asam lambung, saliva,
menyebabkan terjadinya granulositopenia akibat keringat, dll. Semuanya berperan penting dalam upaya
penekanan fungsi sumsum tulang. Banyak laporan yang melindungi tubuh terhadap infeksi. Flora yang normal pada
dapat membuktikan hubungan antara beratnya kulit, nasal, oral, kolon, juga berperan dalam upaya
granulositopenia dan infeksi. Penelitian Body dapat menghalangi pertumbuhan mikroorganisme patogen.
menunjukkan bahwa pada pasien kanker, penurunan kadar Dalam keadaan neutropenia, terutama neutropenia
granulosit di bawah 1000/mm3, di bawah 500/mm3 dan di sekunder pada pasien kanker maka hampir seluruh respons
bawah 100/mm3 meningkatkan kemungkinan terjadinya imun nonspesifik ini akan lumpuh, sehingga
infeksi berat, masing-masing sebesar l0%o,l97o dan287o. mikroorganisme dapat masuk ke sirkulasi darah ke jaringan
Angka kematian pasien meningkat sampai dengan 80% atau ke dalam kelenjar getah bening.
pada pasien yang kadar granulositnya menetap di bawah Respons imun nonspesifik, seperti granulosit,
100/mm3 selama tujuh hari pertama infeksi. Oleh karena itu memegang peran amat penting dalam upaya tubuh
tindakan pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan mencegah infeksi. Interleukin merupakan salah satu sitokin
yang cepat dan tepat mutlak mendapat perhatian dari yang merangsang sel granulosit untuk berfungsi. Karena
mereka yang mengelola pasien kanker. Kelambatan itu ganguan respons imun spesifik akan menurunkan pula
diagnosis dan/atau pemilihan antibiotika yang tidak tepat fungsi granulosit. Di samping itu berbagai obat, terutama
dapat cepat menyebabkan terjadinya sepsis dan kematian sitostatika dan radiasi juga dapat mengakibatkan
paslen. granulopenia.
PENGOBATAN SUPORTIF PADA PASIEN KANKER 1487

Nama
Efek Segera Efek Lambat
Sitostatika
Siklofosfamid mual, muntah, reaksi hipersensitivitas tipe depresi sumsum tulang, kebotakan, sistitis
l, rasa terbakar pada muka,penglihatan hemoragik, sterilitas (sementara), fibrosis paru,
kabur hiponatremia, leukemia,kanker kandung kemih,
sekresi ADH terganggu, teratogenesis

Doksorubisin mual,muntah,urin kemerahan, nekrosis, depresi sumsum tulang, kardiotoksisitas,


kerusakan jaringan setempat yang berat kebotakan, stomatitis, anoreksia, konjungtivitis,
pada ekstravasasi, diare, demam, pigmentasi akral
perubahan EKG,sementara,
aritmia,ventrikel, reaksi anafilaksis

Daunorubisin mual,muntah,diare,urin kemerahan, depresi sumsum tulang, kardiotoksisitas,


nekrosis, dan kerusakan jaringan yang kebotakan, stomatitis, anoreksia, diare, demam,
berat menggigil, dermatitis pada daerah yang
sebelumnya diradiasi

Metoireksat mual, muntah, diare, demam, anafilaksis ulserasi oral dan gastrointestinal, depresi sumsum
tulang, toksisrtas hati, infiltrat, fibrosis paru,
osteoporosis, konjungtivitis, kebotakan,
depigmentasi, disfungsi haid, ensefalopati

Vinkristin reaksi lokal pada ekstravasasi neuropati perifer, kebotakan, depresi sumsum
tulang ringan, konstipasi,ileus paralitik,nyeri
rahang,gangguan sekresi ADH

Fluorourasil mual,muntah,diare, reaksi ulkus oral dan gastrointestinal, depresi sumsum


h ipersensitivita s tulang, diare,kerusakan saraf (otak kecil),aritmia
jantung, angina pektoris, kebotakan,
hiperpigmentasi, eritrodisplasia konjungtivitis, gagal
jantung
Sisplatin
muntah, mual, reaksi anafilaksis kerusakan ginjal,ototoksisitas,depresi sumsum
tulang, hemolisis, hipomagnesemia, neuropati
perifer, hipokalsemia, hipokalemia, penyakit
Raynaud, sterilitas, teratogenesis
Mitomisin
mual, muntah, nekrosis jaringan, demam depresi sumsum tulang (kumulatif), stomatitis,
kebotakan,toksisitas paru akut, fibrosisparu,
toksisitas hati, toksisitas ginjal, amenorea, sterilitas
sindrom hemolitik-uremia, kalsifikasi kandung
kemih
Sitarabin mual, muntah, diare, reaksi anafilaktik depresi sumsum tulang, konjungtivitis,
megaloblastosis, ulserasi oral,kerusakan
hati,demam, edema paru, neurotoksisitas sentral,
perifer pada
dosis tinggi,rabdomiolisis, pankreatitis (bila
digunakan bersama asparaginase)

Etoposid mual, muntah, diare, demam, hipotensi, depresi sumsum tulang, kebotakan, neuropati
reaksi alergi perifer, mukositis, kerusakan hati pada dosis tinggi

Perlu ditekankan bahwa netropenia pada kanker tidak Gangguan respons imun telah terjadi sejak amat dini
sama dengan netropenia pada keadaan lain seperli demam pada pasien kanker. Gangguan respons imun pada pasien-
tifoid, malnutrisi dan anemia aplastik. Pada kanker terjadi pasien ini dapat terjadi pada berbagai lapisan respons imun
produksi sitokin berlebihan yang menekan respons imun mulai dari sistem imun yang non spesifik (kulit, muka)
tubuh. sampai dengan yang paling spesifik (limfosit T dan limfosit
Infeksi yang acapkali terdapat pada granulopenia amat B).
luas mulai dari ginggivitis, faringitis, esofagitis, pneumo- Respons imun spesifik yang berperan dalam upaya
nia, furunkulosis, karbunkel, infeksi perianal dll. mencegah infeksi adalah respons imun selular dan
Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dapat berupa humoral. Di samping berperan dalam eradikasi
bakteri, virus, jamur, atau protozoa. mikroorganisme, limfosit T juga turut berperan dalam
1488 ONKOI,.OGIMEDIK

fagositosis oleh makrofag. lnfeksi Jamur


Penekanan respons imun tubuh yang terjadi akibat Penyebab infeksi pada 5% febris neutropenia adalahjamur.
sitokin yang dikeluarkan sel kanker sejak awal Infeksi jamur ini bisa dijumpai bersama-sama dengan infeksi
pertumbuhannya antara lain sebagai berikut, (1) rnerusak bakteri. Dalam keadaan demam terjadi infeksi ganda, jarnur
reseptor CD3 limfosit T, (2) menutup reseptor sel T dan bakteri, sehingga gejala-gejala akibat infeksi jamur
(menghambat interaksi sel T dengan antigen presetting acapkali menjadi sulit dideteksi.
cells), (3) mengikat FAP (produk sel T sitotoksik) dan lnfeksi jamur akan menunjukkan demam berkepanjangan
menyebabkan kernatian sel T. setelah infeksi bakteri tereradikasi. Atas dasar itu banyak
Gangguan respons imun telah terjadi sejak amat dini pusat menyarankan pemberian amfoterisin-B (amp-B) pada
padapasien kanker. Gangguan respons imun pada pasien- pasien neutropenia yang demamnya tidak hilang setelah
pasien ini dapat terjadi pada berbagai lapisan respons imun pemberian antibiotika spektrum luas untuk beberapa hari
mulai dari sistem imun yang nonspesifik (kulit, muka) tanpa adanya bakterimia. Perlu diingat makin lama demam
sampai dengan yang paling spesifik (limfosit T dan limfosit bertahan pada pasien neutropenia makin tinggi
B). kemungkinan terjadinya infeksi j amur.
Infeksi yang terjadi akibat gangguan respons imun
selular (spesifik) tidak sama dengan granulopenia. !nfeksi Virus
Gangguan limfosit T dapat diakibatkan infeksi bakteri
Infeksi virus banyak terjadi pada keadaan di mana terdapat
(misalnya: salmonela, mikobakterium), virus (herpes,
imunosupresi di samping netropenia, misalnya pada
sitomegalo, varis ella), j amur (histoplasma, cocc ido i de s),
transplantasi sumsum tulang di mana pasca kemoterapi
atau protozoa (toksoplasma, pneumosistis).
amat agresif diberikan lagi obat imunosupresi. Walaupun
demikian, hal ini berbeda dengan infeksi virus herpes
lnfeksi oleh Bakteri Gram Negatif simpleks, dimana infeksi sering timbul pada keadaan
Walaupun hanya 307o sepsis pada pasien neutropenia neutropenia tanpa imunosupresi. Oleh karena itu beberapa
disebabkan oleh bakteri gram negatifnamun karena infeksi pusat memberikan asiklovir sejak awal pada pasien yang
bakteri gram negatif ini berisiko tinggi menjadi fulminan diperkirakan akan mengalami neutropenia berat untuk
(terutama bila disebabkan oleh P.aeroginosa) maka waktu yang lama.
pengobatan febris netropenia secara empiris memerlukan Infeksi dengan virus sitomegalo dan pneumonitis pada
antibiotika yang dapat mencakup bakteri gram negatif. Bila pasien kanker paling sering bermanifestasi sebagai
netropenia berat danlatau diperkirakan akan berlangsung pneumonitis interstisial difus. Infeksi dengan virus
lama maka lebih disarankan memakai kombinasi obat beta- sitomegalo ini biasanya timbul setelah pasien tidak lagi
laktam dengan aminoglikosid daripada monoterapi. berada pada keadaan netropenia namun masih berada pada
Walaupun demikian beberapa penulis melaporkan keadaan imunosupresi berat.
pengobatan dengan antibiotika tunggal yaitu dengan
seftasidim, sefepim, sefrom, imipenem, meropenem dapat
memberi hasil yang setara dengan pemberian antibiotika
secara kombinasi. RS Cipto RS Kanker RS Kanker
Mangunkusumo Dharmais Dharmais
(1e8e - 1991) (1es3 - 1e94) (1996 - 1997)
45 35
lnfeksi oleh Bakteri Gram Positif Dikemoterapi 34
Terinfeksi 11 (3235%) 11 (25%) 8 (23V")
Akhir-akhir ini banyak tulisan melaporakan makin jamuf (%)
menurunnya frekuensi infeksi gram negatif dan sebaliknya *Terutama kandida albikans netropenia berat (tingkat 4): leukosit
main meningkatnya frekuensi oleh bakteri gram positif pada < 1000/mm3
pasien netropenia terutama Staphylococcus epidermidis
dan berbagai jenis Streptokokus.
Karena Staphyloc oc cus epidermidls acapkali iesi sten Jenis lnfeksi Jamur Persentase
pada bermacam antibiotika, umumnya diperlukan Kandidiasis 44-80%
vankomisin dan teikoplanin. Walaupun demikian karena Aspergillosis 20-30Yo
infeksi oleh S.epidermidis biasanya indolen dan Lain-lain Jarang
morlalitasnya rendah, pemberian antibiotika dapat ditunda
sampai ada hasil pemeriksaan mikrobiologis. Lain halnya Demam yang disertai gejala panas setelah pasien tidak
dengan infeksi oleh streptokokus, dimana mortalitasnya lagi berada dalam keadaan neutropenia merupakan indikasi
tinggi sehingga kebanyakan penulis menganjurkan untuk melakukan lavase bronkus (bronchoalveolar
penggunaan antibiotika empiris secara profilaksis apabila lavage) dan pemerikaan terhadap Pneumocystis carinii
risiko infeksi streptokokus tinggi. dan virus sitomegalo.
PENGOBATAI\ SUPORTIF PADA PASIEN KANKER 1489

. Bila ditemukan infeksi paru difus pada pasien defisiensi MASALAH NUTRISI PADA PASIEN KANKER
imun maka virus sitomegal o dan P.carinii harus dieradikasi
dengan menggunakan gansiklovir bersama-sama dengan Malnutrisi adalah hal yang hampir selalu ditemukan pada
kotrimoksasol. pasien kanker, bahkan acapkali dipandang sebagai salah
satu tanda penting kanker. Setiap ada penurunan berat
yang mencolok penyakit yang perlu diingat antara lain
DEMAM PADA KANKER kanker. Defisiensi giziyangpaling sering ditemukan pada
pasien kanker adalah defisiensi plotein dan kalori dengan
Pada beberapajenis kanker, demam dapat disebabkan oleh manifestasi rnengecilnya rxassa otot. Literatur
kanker itu sendiri. Kanker yang acapkali disertai demam menunjukkan bahwa malnutrisi mempunyai dampak buruk
yang disebabkan oleh metabolisme kanker itu sendiri (non- terhadap fungsi imunitas tubuh sefta menurunkan toleransi
infeksi) antara lain limfoma (697o),leukemia (17V0), dan pasien terhadap sitostatika, radiasi dan bedah.
kanker payudara (t507o). Pada kanker lain keadaan semacam Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat
ini relatifjarang terjadi. Kanker yangjarang disertai demam korelasi antarir gizi yang buruk dengan respons terhadap
akibat metabolisme sel kankemya sendiri antara lain kanker pengobatan dan harapan hidup menyebabkan
paru dan melanoma maligna. Demam kanker biasanya dilakukannya berbagai upaya agresif untuk memperbaiki
dijumpai pada stadium lanjut dan pada kanker yang agresif. gizi pasien. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
Beberapa penelitian memperkirakan sitokin, antara lain kebutuhan energi dan nitrogen dali tumor pasien jauh lebih
interleukin I (IL-1), sebagai penyebab demam. kecil dan hal tersebut tidak sesuai dengan penurunan berat
Kadang-kadang sukar untuk membedakan apakah badar.r pasien. Kakeksia yang terjadi tidak dapat
demam disebabkan oleh sel kanker itu sendiri atau oleh diterangkan oleh penggunaan energi untuk metabolisme
infeksi. Beberapa gejala dapat digunakan untuk tumor. Banyak penelitian yang menunjukkan adanya
membedakan keduajenis demam ini. Demam akibatinfeksi berbagai zat dalam darah pasien yang berperan dalam
pada pasien kanker umumnya toksis, menggigil, takikardi, penurunan berat si sakit.
kadang-kadang hipotensi sampai dengan syok. Pasien Sindrom kakeksia kanker adalah suatu keadaan yang
dengan demam kanker biasanya tidak disertai menggigil ditandai gejala penurunan berat badan, anoreksia, dan
maupun takikardi, bahkan acapkali pasien tidak merasa sakit mengecilnya massfl otot.
bahkan tidak sadar akan adanya demam. Demam kanker Berbagai laporan menunjukkan bahwa tak ada
biasanya bersifat intermiten sebaliknya sementara infeksi hubungan yang konsisten antara berat ringannya sindrom
biasanya tidak. kakeksia kanker dengan stadium penyakit, lamanya sakit
Karena acapkali sulit untuk membedakan demam inf'eksi maupun jenis histologi.
dengan demam kanker maka disarankan untuk memberikan Penyebab kikeksia pada kanker masih belum jelas benar
obat anti inflamasi untuk membedakan kedua keadaan ini. namun pasti multifaktorial. Penyebab kakeksia pada kanker
Dalam keadaan ini dapat diberikan indometasin atau dibagi dalam tiga kelompok, yaitu (a)anoreksia karena
naproksen yang biasanya dapat menurunkan suhu pada keganasan, (b) anoreksia karena pengobatan, dan
demam kanker dalam 72 jam, sedang demam infeksi tidak (c)gan gguan metaboli sme tubuh.
akan turun dengan obat ini. Selain mempengaruhi hasil pengobatan, malnutrisi dan
kaheksia tidak jarang menyebabkan kematian pasien
kanker. Penurunan berat badan sebelum pengobatan
Demam Berkepanjangan pada Kanker dinrula.i terjadi pada 3l-40Vo pasien kanker payudara,
Di samping demam kanker dan demam infeksi, kadang- leukemia akut nonlimfbblastik, sarkorna, dan penyakit
kadang diiumpai demam berkepanjangan setelah neutro- Hodgkin: 48-61Va pada pasien kanker kolon, prostat, dan
penia diatasi dan tidak hilang dengan antibiotika. Keadaan paru; dan 83-89Vo pada pasien kanker pankreas dan
semacam ini biasanya disebabkan oleh infeksi jamur. Infeksi lambung. Karena pengobatan dengan sitostatika dan
jamur dapat terjadi pada hati, ginjal, organ intraabdomen, radioterapi akan mengurangi nafsu makan, bila tidak
maupun dalam paru. Pemeriksaan CT scan akan amat ditanggulangi dengan baik, gizi pasien akan menjadi lebih
bermanfaat. Biasanya akan terlihat abses kecil pada hati buruk lagi selama pengobatan.
hingga infiltrat pada paru-paru. Penyebab kurang gizi pada pasien kanker dapat dibagi
Hal lain yang dapat menyebabkan demam dalam atas tiga kelompok, yaitu: (1)rendahnya nutrisi yang
keadaaan lekosit telah normal adalah infeksi oleh virus dikonsumsi pasien, (2) konsumsi bahan nutrisi oleh sel
(CMV) atau protozoa. Dalam hal seperti ini, terutama bila kanker, dan (3) gangguan metabolisme akibat kanker.
dijumpai gambar infiltrat pada paru dapat diberikan Gangguan metabolisme yang diakibatkan oleh kanker tidak
gansiklovir bersama dengan kotrimoksazol. sama dengan akibat kelaparan seperti terlihat pada tabel 8.
L490 ONKOI.OGIMEDIK

ANOREKSIA KANKER

Kelaparan Kanker Lanjut Walaupun anoreksia hampir selalu dijumpai pada kanker
Metabolisme basal normal atau I
stadium lanjut, namun keadaan anoreksia juga acapkali
normal atau 1

Mediator +++ ditemukan pada stadium dini. Anoreksia kanker tidak hanya
Ureagenesis hati + +++ ditemukan pada kanker saluran cerna namun juga pada
Balans nitrogen negatif + +++
Glukoneogenesis + +++ kanker dari organ yang jauh letaknya dari saluran cerna.
Proteolisis otot + +++ Mekanisme terjadinya belum jelas benar. Beberapa
Sintesis protein hati + +++ kemungkinan yang dipikirkan sebagai penyebabnya,
antara lain (1)efek lokal dari tumor, (2)gangguan pada cita
rasa, (3)gangguan fungsi hipotalamus, dan (4)efek dari
pengobatan
Gizi yang kurang antara lain disebabkan oleh anoreksia,
gangguan fungsi traktus gastrointestinal dan kebutuhan
yang meningkat. Anoreksia dapat disebabkan oleh
ANOREKSIA AKIBAT PENGOBATAN
gangguan fungsi mengecap dan mencium maupun
gangguan fungsi susunan saraf pusat.
Anoreksia akibat sitostatika telah lama dikenal. Selain
Tumor dapat mempengaruhi metabolisme tubuh.
anoreksia, sitostatika juga menyebabkan muntah
Beberapa jenis tumor memproduksi hormon yang
stomatitis dan gangguan fungsi saluran cerna, yang antara
menyebabkan hipoglikemia. Pasien kanker kurang mampu
iain disebabkan atrofi mukosa saluran cerna. Radiasi
untuk menggunakan lemak sebagai sumber energi. Tabel
menyebabkan atrofi mukosa mulut yang kemudian
9 menunjukkan bahwa tumor yang beratnya lebih dari 1
menyebabkan hilangnya fungsi pengecap muittt.
kg mengkonsumsi kira-kira 347o dari seluruh asupan
makanan.
Walaupun etiologi kakeksia kanker belum diketahui
benar narnun banyak data menunjukkan peranan berbagai
sitokin terhadap terjadinya kakeksia kanker. Penemuan-
penemuan ini mambantu upaya mencari jawaban lnengapa
begitu sulit menaikkan berat badan pasien dengan kaheksia
kanker walaupun dengan pemberian nutrisi yang agresif
sekalipun. Kultur darah + bahan
lainnya ) evaiuasi
Penelitian membuktikan bahwa pasien tanpa penurunan penyeDab demam
Bila sepsrs antrbiotik
berat badan memiliki harapan hidup lebih baik daripada spektrum luas Bi a
pasien dengan penurunan berat badan yang diobati tidak sepsis 'wait & see

dengan pengobatan yang sama. beri obat


antijamur
Seperti telah dikemukakan, berbagai laporan + gans,klovir
menunjukkan bahwa pemberian nutrisi agresif paling - FUO : Febris of unknown origin
+ kotrimoksasol
i
banyak hanya meningkatkan kadar air dan lemak pada I BAL : Broncho- alveolar lavaqe i

_--_,_
tubuh pasien kanker. Hebatnya penurunan berat badan i -*

yang dapat disebabkan oleh sel kanker yang nota bene Gambar 1. Algoritme penatalaksanaan demam pada pasien
beratnya amat jarang melebihi 1-27o dari berat badan pasien kanker
menunjukkan adanya peran berbagai senyawa dalam
plasma yang berperan terhadap terjadinya kaheksia
tersebut. KAKEKSIA AKIBAT GANGGUAN
METABOLISME TUBUH

Kaheksia kanker memiliki tanda-tanda khusus (Tabel 8).


% Asupan Makanan/Hari Penelitian pada 200 pasien kanker dengan malnutrlsi
oh BeratBadan*
YIH:I melaporkan bahwa metabolisme tubuh yang normal,
menurun, dan meningkat didapat pada masing-masin g 4lVo,
100 g 0.1 % 3,4 1,45
500 g 0.8 Yo 17,0 7,3 33%, dan257o pasien. Peneliti tersebut menemukan bahwa
1kg 160 34,0 14,5 penurunan berat badan tetap terjadi walaupun metabolisme
1,5 kg 2.5% 51,0 21 ,9
basalnya normal. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa
.BB=60kS
metabolisme protein meningkat 507o pada pasien kanker
A 1200 kalori/hari
B 2800 kalori/hari walaupun tak ada perubahan pada pemakaian energi basal.
PENGOBAIAN SUPORTIF PADA PASIEN KANKER t49t

Metabolisme glukosa pada pasien kanker abnormal.


Beberapa peneliti dapat menunjukkan bahwa
glukoneogenesis meningkat pada pasien dengan kanker. Substrat Parameter Klinis
Pasien dengan tumor yang besar bahkan tidak mampu
Air Cairan tubuh meningkat
menekan glukoneogenesis pada pasien kanker yang Balans energi negatif
mendapat infus glukosa; keadaan seperti yang biasa Energi cadangan berkurang
terlihat pada pasien dengan resistensi insulin. Mungkin Lemak Massa lemak tubuh berkurang
Aktivitas LPL meningkat
reseptor p-pankreas menjadi kurang sensitif terhadap Penghancuran lemak meningkat
rangsangan ringan untuk memproduksi insulin. Karena Kadar lipid serum meningkat
insulin berperan penting dalam anabolisme jaringan maka Karbohidrat Glokuneogenesis meningkat
Resistensi terhadap insulin ada
keadaan yang dikemukakan tersebut memegang peranan
Konsumsi glukosa meningkat
paling penting dalam proses terjadinya pengecilan massa Protein Massa otot mengecil
otot paslen. Proteolisis otot meningkat
Berbagai laporan menunjukkan berbagai sitokin dan Pelepasan asam amino otot meningkat
Sintesis protein hati meningkat
polipeptida yang terbentuk dalam tubuh pasien kanker Transportasi asam amino meningkat
berperan penting terhadap berbagai gangguan hepat
metabolisme yang terjadi, yaitu (1) anoreksia, (2) stimulasi Balans nitrogen negatif
metabolisme basal, (3) stimulasi konsumsi glukosa, (4)
mobilisasi cadangan lemak dan cadangan protein, (5)
penurunan aktivitas enzim adipocyte lipoprotein, (6) kanker dan menunjukkan bahwa penyuntikan TNF dan IL-
meningkatkan pelepasan asam amino otot, dan I pada binatang percobaan akan menyebabkan degradasi
(7)meningkatkan aktivitas transportasi asam amino hati. protein otot. Sungguhpun demikian penelitian lain
Sitokin yang berperan dalam terjadinya gangguan menunjukkan bahwa penggunaan antibodi untuk
metabolisme pasien kanker adalah antara lain Tumor menghambat kerja IL-1 tidak menghambat degradasi pro-
Necro.sis Factor (TNF) dan interleukin (IL). Penelitian teln otot.
menunjukkan bahwa berbagai sitokin tersebut tidak hanya Hal tersebut menimbulkan pemikiran adanya mediator
diproduksi oleh sel-sel yang berperan dalam respons lain yang berperan dalam cara kerja sitokin. TNF tidak/
imunitas tubuh namun juga oleh sel-sel kanker tersebut kurang mempengaruhi metabolisme, TNF hanya
(autokdn). meningkatkan degradasi oleh kortikosteroid, yang
Percobaan binatang yang disuntik dengan TNF dirangsang produksinya oleh TNF. Para peneliti telah
menunjukkan bahwa TNF dapat menimbulkan hiperglikemia menunjukkan bahwa TNF meningkatkan transportasi asam
dalam waktu satu jam setelah penyuntikan. Kenaikan amino hati. Para peneliti telah dapat pula menunjukkan
glukosa darah ini ternyata disertai dengan kenaikan kadar bahwa antibodi anti TNF dapat mengurangi transportasi
glukagon, ACTH, kortikosteron dan epinefrin. Percobaan asam amino hati. Interleukin-b bersama-sama
lain yaitu dengan cara inkubasi sel adenokortikol dengan glukokortikoid juga dapat menghambat transportasi asam
TNF ternyata dapat merangsang sekresi kortisol seperti amino hati.
ACTH. Glutamin adalah asam amino yang paling banyak
Berbagai percobaan telah mernbuktikan bahwa IL-1 diselidiki pada pasien kanker. Hal ini disebabkan oleh
dapat menyebabkan hiperglikemia seperli TNF. Peneliti lain karena (a) glutamin adalah sumber energi utama pada
dapat menunjukkan bahwa bersama dengan keadaan berbagai kanker, (b) glutamin adalah asam amino manusia
hiperglikemia tersebut terjadi konsumsi glukosa berlebihan yang paling banyak jumlahnya dan bentuk cadangannya
oleh otot. Penyuntikan IL-lb merangsang sekresi insulin amat labil, (c) glutamin adalah asam amino yang paling
oleh sel-sel Langerhans. banyak digunakan pada mitokondria sel kanker.
Penyuntikan TNF pada binatang percobaan yang Konsumsi glutamin oleh jaringan kanker dapat
terpap ar den g an 2 -deoksi gluko sa men gaki b atkan up t ake mencapai 507o atat lebih. Jumlah ini lebih besar dari
glukosa meningkat 80-100% pada hati, limpa dan ginjal. konsumsi organ tubuh yang manapun. Kadar glutamin
Uptake di kulit meningkat 607o , paru-paru 30-40 Vo, il,ew yang rendah dapat merupakan mediator poliolisis dalam
3 0- 40Vo, dan diafragm a 7 507o (terting gi). S edan gkan pada
tubuh.
otot dan kulit tak ada kenaikan uptake glukosa. Kadar glutamin terus menurun walaupun sebaliknya
pelepasan glutamin oleh otot makin meningkat. Penelitian
pada binatang percobaan yang menderita sarkoma
methylcholantherene menunjukkan (a) penggunaan
GANGGUAN METABOLISME PBOTEIN
glutamin oleh jaringan yang melebihi pelepasan glutamin
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mempelajari efek oleh otot (b) adanya peningkatan penggunaan glutamin
sitokin terhadap metabolisme protein otot pada pasien oleh hati (c) di samping penggunaan oleh sel tumor
1492 ONKOI.OGIMEDIK

GANGGUAN METABOLTSME LEMAK Pada pasien kanker acapkali terdapat gangguan


absorpsi bahan nutrisi sehingga harus diberikan nutrisi
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa berkurangnya parenteral. Bahan makanan langsung dimasukkan ke aliran
cadangan lemak pada pasien kanker diakibatkan oleh pembuluh darah balik melalui kateter. Karena bahan nutrisi
kemampuan TNF dan IL-1 memobilisasi cadangan lemak. dapat menyebabkan iritasi pada dinding pembuluh darah
Penyuntikan TNF pada binatang percobaan vena, maka apabila diperlukan pemberian nutrisi parenteral
mengakibatkan kenaikan lemak trigliserid dalam waktu 2 untuk jangka panjang atau berulang-ulang, cairan nutrisi
jam. Penyuntikan IL-b dan TNF menurunkan aktivitas harus dimasukkan ke dalam pembuluh vena yang cukup
enzim lipoprotein lipase jaringan adiposa. besar. Pada umumnya dipilih vena subklavia sebagai tempat
Berbagai percobaan juga menunjukkan kenaikan kadar masuknya kateter.
trigliserid setelah injeksi TNF disebabkan oleh stimulasi Berbagai penelitian menganjurkan untuk tetap berusaha
sekresi lipid oleh jaringan lemak. memberikan makanan melalui saluran cerna. Dengan kata
lain pemberian makan melalui saluran cerna tetap
merupakan prioritas utama pada pasien kanker. Hal ini
PEMBERIAN NUTRISI SUPORTIF PADA disebabkan alasan sebagai berikut : (1). memelihara saluran
PASIEN KANKER cema, (2).tnemelihara aktivitas fisik dan enzim saluran cema,
(3).memperlahankan peranan sistim imunitas saluran ceflla,
Ada beberapa kriteria yang dipakai sebagai landasan (4). mempertahankan fungsi mukosa sebagai barier, (5).
pengobatan nutrisi suportifpada pasien kanker, antara lain: memelihara keutuhan keseimbangan flora usus, (6).
. bila pasien tidak mampu untuk mengkonsumsi 1000 meningkatkan hasil pengobatan kemoterapi dan radioterapi
kalori sehari,
. bila terjadi penurunan berat badan lebih dari 107o berut
badan pasien sebelum sakit, NYERI
. kadar albumin serum kurang dari 3,5 g7o,
. kadar transferin serum menurun, Nyeri Kanker umumnya merupakan nyeri kronik.
. ada tanda-tanda penurunan daya tahan tubuh. Penatalaksanaan nyeri kanker agak berbeda dengan nyeri
Kebutuhan kalori pada seorang pasien dapat dihitung lain, memerlukan pengetahuan yang perlu dipelajari dengan
sebagaimana akan diterangkan kemudian. Nutrisi suporlif baik, yang meliputi penilaian patofisiologi nyeri, pemakaian
ini dapat diberikan secara enteral atau parenteral obat yang sesuai dengan tingkatan nyeri serta antisipasi
bergantung pada keadaan pasien. Kebutuhan kalori efek samping obat nyeri.
seorang pasien kanker adalah kebutuhan kalori basal
ditambah 30-607o kalori basal. Patofisiologi Nyeri
Kalori basal : Secara garis besar dan berhubungan dengan pengobatan
. Laki-laki 27-30 kaUkg BB ideal/hari nyeri, nyeri dibagi atas 3 kelompok:
.. Perempuan 23-26kalkgBB ideaVhan . nyeri somatik, termasuk disini nyeri tulang
Kalori tambahan:
. nyeri viseral, nyeri pada organ dalam seperli hepatoma,
. Aktivitas sehari-hari: 107o-307o kalori basal kanker pankreas
. Keadaanhiperkatabolik: . nyeri neurogenik, yang berhubungan dengan kerusakan
- ukuran tumor;0-77o kalori basal saraf
- infeksi, sepsis; l0-157o kalori basal Pada kenyataan sehari-hari, sering ditemukan nyeri
Kebutuhan protein adalah 0,6-0,8 g/kg berat badan ideal tersebut merupakan gabungan dari ketiga hal di atas.
per hari. Untuk mengganti kehilangan nitrogen tubuh
diperlukan tambahan 0,5 per kg berat badan ideal per hari. Tingkatan Nyeri
Pengobatan nutrisi suportif dapat diberikan dengan dua Untuk memudahkan dalam penilaian nyeri, maka dibuat
cara, yaitu: alat bantu untuk menilai nyeri yang sering dipakai adalah
. enteral melalui saluran cerna Visual AnaLog Scale (VAS).
. parenteral melalui pembuluh darah balik VAS merupakan derajat tingkatan angka dari 1 sampai 10,
Apabila tidak terdapat gangguan faal absorpsi dibagi 3 kelompok besar yaitu:
makanan dalam saluran cerna, maka disarankan untuk
. Nyeriringan,VAS 1-3

memberikan bahan nutrisi melalui saluran cerna. Bila tidak


. Nyeri sedang, VAS 4-6
mungkin memberikan bahan makanan langsung melalui
. Nyeri berat, VAS 7-10
mulut, maka dapat digunakan pipa gastrostomi atau Pembagian ini dibuat, agar memudahkan dalam
JeJunostomr. menentukan pengobatan nyeri.
PENGOBATAN SUPORTIF PADA PASIEN KANKER 7493

lOCM VISUAL ANALOGSCAL E (VAS) pasien dengan pasien yang lainnya belum tentu mendapat
cara pengobatan yang sama, setiap pasien mempunyai
Tidak ada Nyeri kekhasan masing-masing.
nyen Maksimal Attention to detuil. Harus selalu mempertahankan hal-hal
Gambar 2 Skala penilaian derajat nyeri kecil yang akan mempengaruhi nyeri dan hasil pengobatan.
Penilaian nyeri merupakan dasar utama pengobatan
nyeri kanker. Penilaian ini dilakukan berulang kali sesuai
Pedoman Pengobatan Nyeri kondi si saat itu. Sesuai dengan pedoman WHO, j ika deraj at
Pedoman pengobatan nyeri kanker yang sering digunakan nyeri yang ringan dengan nilai VAS 1-3 maka dapat diberikan
dan mudah pemakaiannya adalah Step Ladder for Pain. obat golongan asetominofen, dengan dosis maksimal 3
Pedoman ini sangat praktis dan mudah dimengerti, gram per hari.
sehingga Badan Kesehatan Dunia, WHO, menganjurkan OAINS. Hal yang sangat menarik akhir-akhir ini adalah
agar pedoman ini dipakai dalam penatalaksanan nyeri OAINS golongan COX-2 seperti celecoxib di samping
kanker. dipakai untuk anti nyeri terutama nyeri tulang. Obat ini
juga bermanfaat sebagai pencegahan/anti kanker yang
bekerja sebagai anti angiogenesis yang sudah dilaporkan
pada kanker payudara.
Jika masih dirasakan nyeri dengan obat di atas atau
dari awal sudah diketahui derajat nyeri sedang (VAS 4-6),
maka selain obat di atas dapat ditambahkan opioid ringan
seperti kodein. Dosis maksimal yang diberikan 6 kali 30
mg. Akhir-akhir ini sering juga dipakai tramadol namun
laporan untuk pemakaian jangka lama belum ada, khusus
untuk kanker dosis maksimal 600 mg/hari.
Jika masih nyeri atau dari awal sudah termasuk nyeri
berat (VAS 7- 10), maka diberikan opiod, golongan morfin,
tan't
dan seharusnya dalam 24jam nyeri sudah harus terkendali
dengan baik. Pemberian morfin dapat diberikan dengan
inisial bolus dilanjutkan dengan infus drip dengan dosis
y'an-u disesuaikan dengan kebutuhan.
Dosis maksimal morfin tidak ada, artinya selama tidak
ada efek samping yang mengganggu, dosis morfin bisa
dinaikkan. Walaupun tidak ada dosis maksimal morfin,
namun beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah, setiap
pemberian morfin harus diikuti oleh pemberian laksan,
Gambar 3. Tiga langkah pengobatan nyeri kanker jangan menunggu sampai timbul konstipasi, karena akan
menyulitkan dalam penatalaksanaan konstipasi tersebut.
Efek ketergantungan boleh dikatakan tidak ada jika
WHO membuat suatu pedoman umum yang bisa diberikan sesuai pedoman. Efek mengantuk sangat
dipakai untuk mengobati pasien kanker dengan nyeri. individual.
Pedoman ini antara lain, sebagai berikut.
Morfin yang tersedia di pasaran di Indonesia adalah:
Oral. Sebaiknya obat yang diberikan secara oral, karena
. Morfin ampul. Obat ini dberikan untuk nyeri hebat dan
sangat memudahkan dan tidak tergantung kepada orang
bekerja cepat, dapat diberikan bolus pelan (biasanya
lain.
2,5 mg)
Step ladder guidance. Pemberian obat nyeri berdasarkan . Morfin immediate. Obat ini diberikan 4-6 kali per hari,
pedoman tinggi rendahnya rasu nyeri
dosis disesuaikan keperluan, biasanya dipakai pada awal
Around the clock. Pemberian obat nyeri harus tepat waktu, pengobatan morfln atau setelah infus morfin.Agar
misalnya setiap 12 jam, maka jika pasien tidur pada jam mudah untuk pengaturan titrasi dosis, obat ini bisa
makan obat, pasien harus dibangunkan, sehingga digerus atau dibelah.
pengaturanjam makan obat harus diperhitungkan dengan . MST (Morphine Sustained Released Tablet). Obat ini
jam tidur pasien. bekerja selama 12 jam, sehingga biasanya diberikan 2
Individualistik. Pengobatan nyeri disesuaikan dengan kali per hari, obat ini tidak boleh dibelah atau digerus
keadaan pasien. Walaupun ada pedoman umum, namun karena efek lepas lambatnya akan hilang sementara
setiap pasien diberlakukan secara individual artinya satu harganya relatif mahal.
I494 ONKOI,.OGIMEDIK

. Fentanil (Transdetmal Patch). Obat ini agak berbeda berupa ansietas dan depresi. Gangguan ini sering
dengan golongan opioid lain dalam bentuk kemasan, ia terabaikan dan perhatian terhadap hal ini sering baru
dipakai ditempel pada kulit (p atch) danlama ke{ a efektif dibicarakan jika sudah ada gejala psikis yang sangat berat
72 jam. Obat ini dilepaskan secara lambat dan mulai untuk menerima kondisi ini. Sesuai dengan prinsip umum
bekerja setelah 12-17 jam, sehingga dipakai sebagai bahwa pengobatan kanker adalahn multidisiplin,
terapi pemeliharaan setelah nyeri terkontrol dengan sebaiknya penatalaksanaan masalah ini bekerja sama
morfin yang lain. Obat ini biasanya ditempel pada dengan psikiater atau ahli psikosomatik.
dinding dada.

MASALAH NEUROLOGIK
MASALAH PERDARAHAN DAN KOAGULASI
Ada beberapa gangguan neurologik yang cukup
Masalah perdarahan merupakan masalah yang cukup mengganggu seperti plegia, tic facialis, dll. yang
merepotkan pada kanker, selain karena pertumbuhan sel memerlukan penanganan oleh neurolog.
kanker yang berupa ulseratif atau eksfoliatif yang mudah
berdarah pada permukaan, juga sering didapatkan
perdarahan di saluran cerna dan keganasan lain yang MASALAH ANEMIA DAN DEPRESI SUMSUM
memerlukan transfusi darah. TULANG
Kanker yang banyak disertai trombosis adalah antara
lain pankreas, lambung, usus, ovarium, payudara, dan paru. Fatigue yaug dihubungkan dengan anemia, merupakan
Masalah koagulasi akhir-akhir ini berkembang pesat masalah yang mengganggu kualitas hidup pasien.
sekali, hubungan kanker stadium lanjut dengan kanker Pemberian eritropoietin akhir-akhir ini menjadi pilihan
terutama yang berhubungan dengan hormon seperti kanker untuk mengatasi hal ini. Obat ini tergolong mahal sehingga
payudara mempunyai hubungan yang erat, dan tidak pemakaian obat ini harus dipertimbangkan sesuai asas
jarang ditemukan gambaran hiperkoagulasi pada manfaat.
pemeriksaan hemostasis dan sebagian kecil juga dilaporkan Anemia amat berpengaruh terhadap hasil pengobatan
trombosis vena dalam pada beberapa pasien. Koagulasi pasien kanker. Caro dkk., melaporkan bahwa anemia
intravaskular diseminata (KID) tidak jarang ditemukan pada meningkatkan risiko kematian pada pasien kanker dengan
penyakit keganasan dan memerlukan suatu pemeriksaan peningkatan sebesar 657o. Dampak langsung sel kanker
yang lebih baik. terhadap terjadinya anemia adalah melalui produksi TNF-
Samuel dkk., melaporkan bahwa hiperkoagulasi yang cr dan IL-1 oleh sel kanker. Kedua sitokin tersebut
disertai trombosis banyak ditemukan pada pasien kanker. menyebabkan sumsum tulang menjadi kurang sensitif
Hiperkoagulasi pada pasien kanker merupakan akibat polah terhadap eritropoeitin, sedan gkan eritrosit yan g terbentuk
sel kanker maupun sebagai akibat pemberian kemoterapi. mempunyai umw (hfespan) lebih pendek daripada eritrosit
Para peneliti beranggapan bahwa fibrin yang terbentuk orang norrnal, hal mana menambah risiko anemia pada
pada keadaan hiperkoagulasi dapat meliputi sel kanker agar pasien kanker. Di samping itu gangguan metabolisme
tidak dikenal oleh sistem imun tubuh kita. Di samping itu (metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak) menambah
penelitian menunjukkan bahwa fibrin dapat merangsang risiko terjadinya anemia pada pasien kanker.
sel kanker untuk angiogenesis yang diperlukan pada Dunst dkk., telah melaporkan hubungan anemia pada
metastasis. Karena itu pemeriksaan hemostasis harus pasien kanker dengan kadar VEGF (Vascular Endothelial
dilakukan pada pasien kanker dan pasien yang menderita Growth Factor). Diperkirakan bahwa hipoksia akibat ane-
hiperkoagulasi perlu mendapat antikoagulan baik oral mia dapat merangsang produksi VEGF oleh sel endotel.
(warfarin) atau injeksi (heparin atau heparin berberat Sebaliknya VEGF amat diperlukan oleh sel kanker untuk
molekul rendah). angiogenesis saat metastasis Oleh karena itu kadar VEGF
Mousa, melaporkan bahwa heparin menghambat an- acapkali digunakan sebagai tanda agresifitas sel kanker
giogenesis dengan mengikat promotor angiogenesis yaitu paslen.
Fibroblast Growth Factor.s darr Vascular Endothelial Di samping hal-hal dj atas, leukopenia dan trombopenia
Growth Factors. akibat kanker itu sendiri atau akibat pengobatan dapat
mengakibatkan infeksi fatal dan perdarahan yang dapat
berpengaruh buruk terhadap prognosis dan hasil
GANGGUAN PSIKIATRIK pengobatan pasien.
Dampak lain dari anemia yaittfatigwe, nafas pendek,
Pada umumnya penyakit kronik yang tidak sembuh akan gangguan keseimbangan, depresi, semuanya amat
mempengaruhi kondisi psikis seseorang, yang dapat berpengaruh terhadap hasil pengobatan. Perlu diingat
PENGOBATAI\ SUFORTIF PADA PASIEN KANKER t495

bahwa anemia gravis dapat menyebabkan gagal jantung UPAYA MENEKAN AKTIVITAS GEN RAS
yang dapat fatal.
Protein gen ras memegang peranan penting dalam regulasi
proliferasi sel. Protein gen ras memegang peranan kunci
dalam hal integritas penerusan sinyal-sinyal intra sel yang
MEMPERTAHANKAN INTEGRITAS TULANG
mengatur siklus sel dan proliferasi sel.
Beberapa jenis kanker misalnya prostat dan payudara Mutasi dari salah satu dari tiga kelompok gen R.as (H-
Ras, N-Ras, K-Ras) akan mengakibatkan peningkatan
mudah bermetastasis ke tulang. Metastasis ke tulang akan
tingkat proliferasi sel. Hal semacam ini ditemukan pada 30-
menyebabkan rasa sakit dan risiko patah tulang. Sel kanker
407o kanker pada manusia antara lain pankreas, kolon,
mengeluarkan berbagai sitokin antara lain IL-6 yang dapat
tiroid, paru, hati, melanoma, dan leukemia mielositik akut.
menyebabkan osteoporosis. Sebaliknya osteoporosis
Protein Ras berperan sebagai protein yang meneruskan
akan menyebabkan tulang memproduksi TGF-o yang
dapat merangsang pertumbuhan sel tumor, suatu lingkaran
sinyal-sinyal intra sel dalam alur sinyal yang
memerintahkan sel untuk membelah diri. Apabila ada
setan. Obat-obat golongan bifosfonat seperti Bonefos,
rangsangan dari luar pada dinding sel, untuk membelah
Aredia, Zometa, Actonel dapat menghambat lingkaran
setan ini. Obat-obat ini perlu disertai bahan-bahan yang
diri, maka alur penerusan sinyal ini akan menjadi aktif.
Sebaliknya apabila tidak ada rangsangan maka protein Ras
diperlukan untuk pembentukan tulang seperti Ca, Mg, vi-
akan berada pada keadaan non-aktif. Apabila ada mutasi
tamin D. Integritas tulang perlu dievaluasi secara periodik
gen Ras maka protein ekspresi gen abnormal ini akan tetap
dengan quantitative computerized tomography bone min-
berada dalam keadaan aktif. Akibatnya terjadi aktivasi alur
eral bone densitlt stud" (.QCT). Disarankan pemeriksaan
yang abnormal yang memberikan instruksi bermitosis terus
ini dilakukan sekali setahun.
menerus. Agar dapat mengkode protein Ras yang gen Ras
harus mengalami proses maturasi. Proses maturasi ini
terjadi melalui beberapa tahap, yang terpenting adalah
MENCEGAH DAN MENGHAMBAT ENZIM SIKLO- tahap farnesilasi. Enzim yang berperan dalam proses dalam
oKSTGENASE (COX-2) proses farnesilasi adalah /a rnesyl transferase . Penelrtian
menunjukkan bahwa minyak ikan dan obat penurun
Makanan yang kita makan memegang peranan penting kolesterol (lovastatin, simvastatin. pravastatin)
dalam terjadinya maupun progesivitas penyakit kanker. Hal menurunkan kadar "farnesylated Ras protein".
ini dipengaruhi oleh jumlah lemak jenuh dan tidak jenuh
jamak yang dikonsumsi dan lemak "berbahaya" yang
diproduksi dalam tubuh. Yang berperan penting adalah
MASALAH GANGGUAN FAAL GINJAL, HATI
jalur metabolisme asam lemak omega:6 menuju salah satu
DAN JANTUNG
jalur, di homo gamma linoleic acid (DGLA) atau asam
arakidonik. Jalur asam arakidonik adalah jalur yang Pencegahan, deteksi dini, dan, jika ada, penatalaksanaan
merugikan tubuh. Enzim yang berperan penting dalam jalur
terhadap masalah ini dilakukan sebelum setiap kali
iniadalah enzim siklooksigenase (COX-2) yang pemberian, selama pemberian dan pasca pemberian tiap
menghasilkan pembentukan prostaglandin E2 (PGE-Z).
siklus kemoterapi dengan cara pemeriksaan laboratorium,
Dalam keadaan normal COX-2 dibutuhkan untuk berbagai
menghindari obat yang toksik terhadap organ tersebut,
metabolisme di otak, ginjal dan respons iman. Bila terdapat
serta mengatasi kelainan secepat mungkin bila terjadi.
dalam jumlah berlebihan maka COX-2 akan berperan
penting dalam berbagai jalur metabolisme yang
menguntungkan sel kanker yaitu jalur angiogenesis, jalur
REFERENSI
proliferasi sel kanker dan pembentukan prostaglandin
berlebihan.
Abramowicz M. 1991 Drugs of choice for cancer chemotherapy.
Sheeban dkk., melaporkan bahwa hasil penelitian
The Medical Letter on Drugs and theurapeutics 33l, 2l-8.
epidemiologi selama 9,4 tahun menunjukkan pasien Adachi O, Kawsai T. Takeda, et al. 1998. Targeted disruption of the
kanker kolon yang disertai kadar enzim COX-2 tinggi MyD88 gene results in loss of IL-1 and IL-18-medicated
berada dalam stadium yang lebih lanjut, ukuran tumor function. Immnunity; 9: 143-50.
yang lebih besar dan harapan hidup yang lebih pendek. Bakemeir RF, Qazi R. 1993. Basic concepts of cancer chemotherapy
Knor, menunjukkan bahwa konsumsi aspirin (inhibitor and principles of medical oncology. In: P. McDonald S, Qazi R,
eds Clinical oncology: A multidisciplinary approach fbr physi-
COX-2) dapat menurunkan risiko terjadinya kanker
cians and students. 7'h ed. Philadelphia: WB Saunders; 105-16
kolon.
Balducci L Estabilshment of guidelines for managing older cancer
Karena itu penggunaan obat anti enzim COX-2 perlu patients Ionline]. Available: http://www.medscape.com/
diupayakan, tentu saja secara tepat guna dan aman. viewarticle/4 1 6 482 _l 5 121 .5.02)
t496 ONKOI.OGIMEDIK

Body JJ, Lossignol D, Ronson A. 1997. The concept of rehabilita- Henshaw EC, Schloerb P. 1993. Nutrition and the cancer patient,
tion of cancer patients. Curr Opin Orrcol;9: 332-40. In: Rubin P, McDonald S, Qazi R, eds. Clinical oncology: A
Body JJ. 1999. The syndrome of anorexia-cachexia. Curr Opin multidisciplinary approach for physicians and students. 7'h ed.
Oncol; 1l: 255-60. Philadelphia: WB Saunders;; 691-9.
Broaddus VC, Boylan AM, Hoeffel JM, et al. 1994. Neutralization Jatoi A, Kumar S, Sloan JA, Nguyen PL. 2000. On appetite and its
of Il-8 inhibits neutrophill influx in a rabbit model of endot- loss. J Clin Oncol;18: 2930-2
oxin-induced pleurisy. J Immunol; 152: 2960-7. Kramer ZB, Keller JW, Rubin P 1993. Oncologic emergencies.
Brody JE 1991. Aspirin linked to aid in colon cancer fight. New In: Rubin P, McDonald S, Qazi R, eds. Clinical oncology: A
York Times Dec 12, 141(48,812), Al2. multidisciplinary approach for physicians and students.T'h ed
Bruera E, Fainsinger RL 1993. Clinical management of cachexia Philadelphia: WB Saunders; 147-58.
and anorexia. In: Doyle D, Hanke G, McDonald N, eds. Oxford Klastersky J. 1993. Prevention and treatment of infections related
textbook of palliative medicine. Oxford: Oxford University to chemotherapy. In: Cvitkovic E, Droz JP, Armand JP, Khoury
Pressl 330-6. S, eds. Handbook of chemotherapy in clinical oncology. Jersey:
Cafagna D, Ponte E 1997. Pulmonary embolism of paraneoplastic Scientific Communication International; 47'7 -81.
origin. Minerva Med; 88(12): 523-30. Leonard WJ, Depper JM, Grabutree GR, et al, 1984. Molecular
Caro JJ, et al. 2001. Anemia as an independent prognostic factor for cloning and expression of cDNAs for the human interleukin-2
survival in patients with cancer: a systemic, quantitative re- receptor. Nature;311: 626-31.
view. Cancer; 9I(12):2214-21. Lichtman SM. Age-related renal changes [online]. Available: http:/
Caroline NL 1996. Nutrition and hydration. In: Waller A, Caroline /www.medscape.com/viewarticlel 476482
NL. Handbook of palliative care in cancer Boston: Butterworth-
-2 121 .5.02).
Lichtman SM. Age-related toxicity of chemotherapy [online]. Avail-
Heinemann; 45-57. able: http://www.medscape.com/viewarticlel 41 6482-3 121.5.021.
Cazzola M. 2000. Mechanisms of anaemia in patients with malig- Lichtman SM. Age-related toxicity of chemotherapy in women
nancy: implications for the clinical use of recombinant human with breast cancer fonline]. Available: http://www.medscape.com/
erythropoietin Med Oncol; 17( Suppl.l): Sl l-S16. viewarticle/4 1 6 482 _7 [21 .5.O2).
Cleton FJ. 1995. Chemotherapy : general aspects. In: Peckham M, Lichtman SM Managing cardiotoxicity related to chemotherapy
Pinedo H, Veronesi U, eds. Oxford Texbook of Oncology. Ox- [online]. Available : http://www. medscape.com/viewarticle/
tbrd: Oxford University Press; 445-53. 416482_6 121.5.02).
DeVita VT lr. 1993. Principles of chemotherapy. In: DeVita VT Jr, Lichtman SM. Managing mucositis related to chemotherapy [online].
Hellman S, Rosenberg SA. Cancer : Principles and Practice of Available: http://www.medscape.com/viewarliclel 47 6482-5
Oncology. 4'h ed. Philadelphia: JB Lippincot;216-92.
12t.s.02).
Dunst J, et al. 1999. Low hemoglobin is associated with increased Lichtman SM Managing neutropenia related to chemotherapy
serum levels of vascular endothclirrl growth factor (VEGF) in
Ionline]. Available: http://www.medscape.com/view articlel
cancer patients. Does anemia stirnulilLe angiogenesis? Strahlenther 416482_4 12t.s.02).
Onkol;175(3):93-6. Lichtman SM. Prevention of age-related toxicity [online]. Avail-
Dworzak F, Ferrari P, Gavazzi C, Malorana C, Bozetti F. 1998. able: http://www.medscape.com/viewarticle/416482-5 [21.5.02).
Effects if cachexias due to cancer on whole body and skeletal Marks DL, Ling N, Cone RD. 2001. Role of the central melanocortin
muscle protein turnover. Cancer; 82:. 42-7. system in cachexia. Cancer Res; 61 1132-8.
Eisenberg E, Borsook D, Le Bel AA. 1996. Pain in the terminally Mosmann TR, Sad S. 1996 The expanding universe of T-cell sub-
ill. In: Borsook D, Le Bel AA, Mc Peek B, eds. The Massachussetts sets: Th1, Th2 and more. Immunol Today;17:138-46.
General Hospital Handbook of pain management. Boston: Little Mousa SA, 2002. Anticoagulants in thrombosis and cancer: the
Brown and Co; 310-25. missing link. Semin Thromb Hemost; 28(l):45-52.
Ewer MS, Benjamin RS. 1993. Cardial toxicity of antineoplatic Muegge K, Williams TM, Kant J, et aI. 1989. Interleukin-1
therapy. In: Cvitkovic E, Droz JP, Armand JP, Khoury S, eds. costimulatory activity on the interleukin-2 promoter via AP-
Handhrxrk of chemotherapy in clinical oncology. Jersey: Scien- l. Science; 246:249-51.
ti f c ('onr rn u n i cation In ternatio nal; 44'7 - 52.
i
Murphy PM, Tiffany HL. 1991. Cloning of complementary DNA
Foley KM 1993. Management of cancer pain, supportive care and
encoding a functional human interleukin-8 receptor. Science;
thc quality of lif'e of the cancer patient. In: De Vita Y Hellman
253:1280-3.
S. Rosenberg S, eds. Cancer principle and practice of oncology.
Noorwati S, Reskodiputro AH. 2003. Peran nutrisi pada keganasan
z['l' ed, vol 2. Philadelphia: Lippincott; 2417-3'7.
Simposium HUT RS Kanker Dharmais. Jakarta
Freireich EJ 1993 Principle ofcombination therapy. In: Cvitkovic
Prema P, Peethambaran, Charles L. 1997. Management of cancer
E. Drot. JP, Armand JP, Khoury S, eds. Handbook of chemo- anorexia and cachexia in supportive care. In: Klastersky J.
therapy in clinical oncology. Jersey: Scientific Communication
Cancer-A handbook for oncologist, 2"d ed, New York: Marcel
International; 69-72. Dekker Inc; 297-304.
Cibbs JB, Koht NE, Koblan KS, et al. 1996. Farnesyltransferase Puccio M, Nathanson L. 1997. The cancer cachexia syndrome.
inhibitors and anti-ras therapy. Breast Cancer Res Treat; Semin Oncol; 24(3): 277 -87.
-jll( lt:75-83
Reksodiputro AH, Atmakusuma D, Prayogo N, Susilowati I, Dunda
Greco NI 1995. Achievements and obstacles to progress in cancer
surgcr)/. In: Peckham M, Pinedo H, Veronesi U, eds. Oxford G 1999. Pengobatan suportif pada pasien kanker. Seminar Upaya
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular dalam Menyongsong
Texbook of Oncology. Oxford: Oxford University Press; 865-
1
Milenium Ketiga, Jakarta. 4 November.
I{eberD I999. Cancer cachexia and anorexia, In: Heber D, ed. Reksodiputro AH, Prayogo N, Susilowati I, Dunda G, Atmakusuma
Nuti-itional Oncology. l" ed, San Diego : Academic Press; 537- D. 1999. Pengobatan suportif pada pasien kanker. Seminar Tim
.i i) Penanggulangan Kanker RS Pelni. Jakarta. 20 November.
PENGOBAf,AN SUPORTIF PADA PASIEN KAITIKER L497

Reksodiputro AH, Sutandio N, Nafrialdi, Yunihastuti E. 2001. Shomick LP, De Togni P, Mariathasan S, et al. 1993. Mice deficient
Beberapa aspek pengobatan suportif pada pasien kanker. in IL-1 beta manifest impaired contact hypersensitiviry to
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2001 IPD FKUI. Jakarta. trinitrochlorobenzene. J Exp Med; 183: 1,427-36.
Richard A, Jeffrey N. Patbophysiology of cancer cachexia. In: Doyle Smith JW, Longo DL, Alvord WG, et al. 1993. The effects of
D, Hanke C, McDonald N, eds. Oxford textbook of palliative treatment with interleukin-l alpha on platelet recovery after
medicine. Oxford: Oxford University Press; 316-27. high-dose carboplatin. N Engl J Med;328:756-61.
Rosenbaum EH, Rosenbaum I, Andrews A, Spiegel D. 2005 Fifth Souba WW. 1997. Nutritional Support. In: DeVita VT Jr, Hellman S,
dimension cancer supportive care [online]. Available: http:// Rosenberg SA, eds. Cancer principles & practice of oncology.
www.cancersupportivecare.corn/5index.html Iaccessed 16.3.05]. 5'h ed. Philadelphia: Lippincott-Raven; 284I-5'7.
Rosenberg SA. 1993. Principles of surgical oncology. In: DeVita VT Taniguchi T, Matsui H, Fujita T, et al. 1983. Structure and expres-
Jr, Hellman S, Rosenberg SA. Cancer : Principles and Practice sion of a cloned cDNA for human interleukin-2. Nature;302-5
of Oncology. 4'h ed. Philadelphia: JB Lippincot: 238-47. Tayek JA, 1999. Nutritional and biochemical aspects of the cancer
Rougier. 1993. Regional and intracavitary chemotherapy. In: patient. In: Heber D, Blackbum GL, Go VLW, eds. Nutritional
Cvitkovic E, Droz JP, Armand JP, Khoury S, eds. Handbook of Oncology. 1" ed, San Diego: Academic Press; 519-36.
chemotherapy in clinical oncology. Jersey: Scientific Communi- Tisdale MJ.1997. Biology of cachexia J Natl Cancer Inst; 89: 1763-
cation International: 140-82. 1773.
Rufhe P. 1993. Pulmonary toxicity of antineoplatic agents. Cvitkovic Vincent P, Schonwetter RS. 2001. Assessment and management of
E, Droz JP, Armand JP, Khoury S, eds. Handbook of chemo- pain in palliative care patients. Cancer Control, JMCCS (1):15-
therapy in clinical oncology Jersey: Scientific Communication 24. Moffit Cancer Center & Research Institute).
International; 453-9. Von Hoff DD, Hanauskel AR. 1993. Medical Oncology. In: Cvitkovic
Schmid J, Weismann C. 1987. Induction of mRNA for a serine E, Droz JB Armand JP, Khoury S, eds. Handbook of chemo-
protease and a beta-thromboglobulin-like protein in mitogen- therapy in clinical oncology. Jersey: Scientific Communication
stimulated human leukocytes. J Immunol; 139:250-6. International; 89-90.
Schroder JM, Mrowietz U, Morita E, Christophers E. 1987. Purifi- Walz A, Paveri P, Aschauer H, Baggiolini M. 1987. Purification and
cation and partial biochemical characterization of human mono- amino acid sequencing of NAF, a novel neutrophil-activating
cyte-derived, neutrophil-activating peptide that lacks factor produced by monocytes. Biochem Biophys Res Commun;
interleukin-I activity. J Immunol; 139: 34'74-83. 149:'755-61
Sears B. 1995. The zone: a dietary road map. New York: Harper Wang JM, Su S, Gong W, Oppenheim JJ. 1998. Chemokines, recep-
Collins. tors, and their role in cardiovascular pathology. Int J Clin Lab
Sekido N, Mukaida N, Harada A, et al. 1993. Prevention of luna Res:28:83-90.
reperfusion injury in rabbits by a monoclonal antibody against World Health Organization (WHO). 1998. Cancer pain relief and
interleukin-8. Nature; 365: 654-7. palliative care. In:. Manual on the prevention and control of
Sheehan K, Sheahan K, O'Donoghue DB et al. 1999. The relation- common cancers. Manila: WHO Regional Pub; 125-75.
ship between cyclooxygenase-2-expression and colorectal
cancer. JAMA;282(13): 125 4 -'7 .
234
NEUTROPENI FEBRIL PADA KANKER
Dody Ranuhardy

PENDAHULUAN Perbedaan angka kematian tersebut dimungkinkan oleh


karena belum tersosialisasikannya strategi baku diagno-
Neutropeni Febril atau demam neutropeni merupakan sis dan tatalaksana demam neutropeni di Indonesia. Selain
komplikasi yang sering terjadi pada pasien kanker yang itu kondisi lingkungan, pola infeksi, keterbatasan fasilitas
sedang menjalani pengobatan kemoterapi dan dapat laboratorium dan dana merupakan kendala yang sangat
memberikan dampak kematian yang sangat besar bagi berpengaruh terhadap perbedaan angka kematian tersebut.
pasien apabila tidak tertatalaksana dengan baik. Infeksi
yang terjadi dapat menyebabkan pasien jatuh ke dalam
sepsis, syok septik, dan akhirnya meninggal.
Tahun 1 969 Na t i o nal C anc e r Ins titut e U S Amelaporkan Mar Mei - Juli Jan - Des
Jan -
kematian 507o pasien yang mengalami bakteremia 1999 2000 2002
Pseudomonas aeruginosa karena keterlambatan %
pengobatan, fokal infeksi yang tidak terdeteksi, maupun Meninggal 12,5 2 22,2 7 38,8
antibiotik yang tidak akurat. Hidup a1 E 7 77,8 11 61 ,2

Konsep yang dianut pada saat itu adalah tidak Catatan :

memberikan antibiotik sampai terbukti bahwa infeksi benar- 2002


Jumlah Pasien Rlll\,4 : 37 pasien
Dapat dievaluasi : 18 pasien
benr terjadi, demam saja tidaklah cukup. Tetapi dengan Tak Dapat dievaluasi : 1 9 pasien (bukan netropeni, data tak lengkap,
dsb)
adanya laporan di atas menjadi jelas bahwa sebenarnya
tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi
untuk segera memulai pengobatan secara cepat dan akurat
yakni dengan memberikan pengobatan empirik. DEFINISI DEMAM NEUTROPENI
Pada penelitian 33 pasien kanker yang mengalami sep-
sis di RSCM dan RS Kanker Dharmais didapatkan 54Vo Demam adalah suhu oral >38'C dua kali pengukuran yang
meninggal, sebagian besar karena infeksi bakteri gram berlangsung lebih dari l jam atau pada dua kali pengukuran
ne g atif (5 5, 2 6 7o ), gram posi trf (39,47 Vo) dar, jamtr (5,26Vo) . dalam waktu 72 jam, atau suhu oral >38,3"C dalam satu kali
Kemajuan tatalaksana demam neutropeni akan sangat pengukuran dan tidak didapatkan tanda-tanda non infeksi.
berpengaruh terhadap kematian yang ditimbulkannya. Neutropeni adalah jumlah neutrofil (batang dan segmen)
Pada penelitian 3080 pasien Neutropeni Febril yang kurang dari 500 sel/mm3 dengan kecenderungan turun
dilakukan oleh EORTC (European Organization for Re- menuju 500 seUmm3 dalam2 hari berikutnya.
search and Treatment of Cancer) dan IATCG (Interna- Demam tak dapat diterangkan yakni demam yang tidak
tional Antimicrobial Therapy Cooperative Group) tahun disertai tanda klinis infeksi atau tidak ditemukannya infeksi
1997 didapatkan angka mortalitas sebesar 8,7Vo. secara mikrobiologis.
Di Indonesia, belum ada data nasional besarnya angka Demam klinis terbukti infeksi yakni demam dan
kematian demam neutropeni sementara di RS Kanker didapatkan tanda klinis infeksi sepefti pneumonia, infeksi
Dharmais antara tahun 19991200012002 bervariasi antara kulit ataujaringan lunak, tetapi secara mikrobiologis tidak
12,57o-38,87o. ditemukan patogen.

1498
NEUTROPENI FEBRIL PADA KANKER 1499

Infeksi terbukti secara mikrobiologi dengan atau tanpa fluorourasil dan metotreksat. Kerusakan barier mukosa ini
bakteremia, yakni ditemukannya bakteri pathogen pada juga dapat disebabkan oleh pengobatan radiasi, prosedur
tempat infeksi atau ditemukannya bakteri patogen pada operasi, penggunaan kateter, sten, prostesis dan lain lain.
kultur darah walaupun pada lokasi infeksi tidak ditemukan. Obstruksi. Fenomena obstruksi sering terjadi pada kanker
Pengambilan kultur haruslah dapat diyakini dan dipercaya primer maupun kanker metastatis. Pada kanker paru
korelasinya. bronkogenik atau juga lesi metastasis paru seringkali
menyebabkan obstruksi parsial saluran nafas kemudian
terjadinya pneumonia post obstructive. Obstruksi traktus
PATOGENESIS bilier pada pasien kanker hepatobilier dan pankreas
seringkali menyebabkan kolangitis. Pada kanker serviks
Pasien dengan kanker akan lebih mudah mendapatkan seringkali terjadi obstruksi uretra yang kemudian diikuti
infeksi dibandingkan dengan non-kanker. Demikian halnya oleh infeksi traktus urinarius sedangkan pada kanker prostat
dengan pasien kanker darah akan lebih mudah dan lebih dapat terjadi prostatitis. Pada keadaan ini infeksi
sering mengalami infeksi dibandingkan dengan pasien disebabkan oleh bakteri yang mengadakan kolonisasi pada
kanker solid. tempat obstruksi yang biasanya bersifat campuran atau
Pada pasien kanker terutama kanker darah, anemia polimikrobial.
aplastik dan pasien yang mendapatkan imunosupresan Tindakan medis. Beberapa tindakan medis seperti operasi,
setelah transplantasi sumsum tulang akan mengalami prosedur medis, pengobatan radiasi dan penggunaan
neutropeni yang berkepanjangan, defek pada fagositosis.
kateter termasuk shunt, stents dan prostesis seringkali
gangguan sistim imun seluler dan atau humoral. Semua ini
menyebabkan infeksi. Penggunaan multilumen kateter
akan berdampak pada lebih tingginya kejadian infeksi dan
untuk pemberian transfusi darah atau komponen darah,
lebih luasnya spektrum infeksi yang terjadi, serta terhadap pemberian kemoterapi, antibiotik dan suportif lain seperti
hasil pengobatan secara keseluruhan. nutrisi juga dapat meningkatkan kej adian infeksi. .
Pada kanker padat, penekanan terhadap sistim imun Kateter urin yang sering dipergunakan pada obstruksi
tidaklah terlalu bermakna tetapi lebih ditekankan pada atau inkontinensia urin berisiko untuk terjadinya infeksi
kerusakan barier anatomik seperti kulit, permukaan traktus urinarius. Pada berbagai kasus kanker otak,
mukosa, fenomena obstruksi (misalnya kanker paru-paru,
seringkali dipergunakan shunt cerebrospinal. Pada saat
kanker traktus bilier). tindakan operasi. radiasi, terjadi infeksi pada pangkalnya akan menimbulkan gejala
penggunaan kateter, prostesis. Walaupun neutropeni pusing, perubahan status mental dan meningisimus.
akibat kemoterapi terjadi pula kepada pasien kanker padat,
sedangkan infeksi pada bagian ujung yakni rongga pleura
biasanyahanyaberlangsung singkat dan tidak seperli pada atau rongga peritoneum dapat menyebabkan pleuritis atau
kanker darah sehingga risiko dan kejadian infeksi lebih peritonitis. Demikian juga pemasangan prostesis pada
sedikit dibandingkan dengan kanker darah. pasien-pasien osteosarkoma atau kanker tulang lainnya
Beberapa faktor predisposisi terjadinya infeksi pada melalui tindakan operasi, tidak jarang menimbulkan infeksi
pasien kanker adalah sebagai berikut: yang terutama disebabkan oleh kolonisasi bakteri pada
Neutropenia. Berhubungan dengan pemberian kemoterapi, kulit.
radiasi, infiltrasi sumsum tulang serta obat-obatan Faktor lain. Banyak kanker solid terjadi pada usia lanjut di
(mrsalnya ganciclovir). Tidak seperti pada kanker darah,
mana defisiensi sistim imun terjadi akibat proses penuaan,
pada kanker solid biasanya fungsi-fungsi netrofil masih
malnutrisi, dan kakeksia kanker yang akan sangat
normal dan pemberian kemoterapi konvensional jarang berpengaruh terhadap kejadian dan beratnya infeksi serta
mengakibatkan neutropeni yang berat, dan berlangsung respons pengobatan yang maksimal.
kurang dari I minggu, oleh karena itu biasanya digolongkan
dalam low risk.
Kerusakan barier anatomis. Barier anatomis termasuk di DERAJAT FAKTOR RIS!KO
antaranya kulit yang intak/utuh, mukosa orofaring, saluran
nafas, gastrointesinal dan traktus genitourinarius Derajat faktor risiko adalah risiko perburukan keadaan
mempunyai mekanisme pertahanan badan terhadap sampai terjadinya ancaman kematian pada pasien
masuknya mikroorganisme. Pemberian Kemoterapi didasarkan pada jenis tumor solid atau hematologik, tipe
seringkali menyebabkan kerusakan mukosa, kemudian kemoterapi konvensional/ agressive, komorbiditas,
timbul kolonisasi kuman pada permukaan mukosa tersebut lamanya neutropeni, ada tidaknya infeksi klinis, dan ada
dan akhimya menimbulkan risiko kejadian infeksi. Beberapa tidaknya tanda-tanda syok. Panduan tatalaksana
jenis kemoterapi cenderung menyebabkan mukositis pemberian antimikroba pada pasien neutropeni febril
termasuk di antaranya adalah klorambusil, sisplatin, Jerman tahun 2003 membagi faktorrisiko atas 3 kelompok,
sitarabin (sitosin arabinoside, Ara C), doksorubisin, 5 yakni risiko rendah, risiko menengah, dan risiko tinggi yang
1500 OIYKOI.OGIMEDIK

didasarkan atas definisi kelompok risiko dari AGIHO dan dan lama sehingga kejadian neutropeni febril pun akan lebih
MASCC (Multinational Association of Supportive Care sering. Pada suatu penelitian retrospektif di University
in Cancer). Pembagian faktor risiko dari Bakornas Hospital of Zuich, insidens neutropeni febril pada pasien
Hompedin (Badan Koordinasi Nasional Hematologi leukemia akut didapatkan sebesar 86Vo. Demikian pula
Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia) tahun 2004 halnya dengan jenis leukemia, padaAML, rata-rata kejadian
didasarkan pada jenis tumor solid/hematologi, tipe neutropeni febril lebih tinggi dibandingkan dengan pada
kemoterapi konvensional intensivelaggresive, ALL, yakni 60-80% berbandin g 40-60Vo. Dalam hal lamanya
komorbiditas, lamanya neutropeni, adanya tanda-tanda neutropenia, rata-rata padaAML berkisar atarall -20hai
klinis infeksi dan adanya tanda-tanda syok sebagai berikut: sedangkan padaALL berkisar 13-14 hari.
. Risiko rendah
- Tumor solid
- Kemoterapikonvensional GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
- Tak ada komorbiditas NEUTROPENI FEBRIL
- Neutropeni berlangsung singkat <3 hari
- Tidakdidapatkaninfeksiklinis: SSP, pneumoniadan Hal yang penting dalam diagnosis neutropeni febril adalah adanya
demam dan neutropeni sesuai dengan definisi di atas. Hal lain
infeksi kateter
yang juga perlu diperhatikan adalah pengertian tentang demam
- Tidak didapatkan tanda-tanda syok tak dapat diterangkan, demam klinis terbukti infeksi, demam
. Risiko sedang terbukti secara mikrobiologis.
- Tumor solid atau keganasan hematologi Pada pasien neutropeni febril,40-60Vo demam tak dapat
- Kemoterapiintensiye atau PBSCT diterangkan, 25-40Vo demam terbukti secara klinis ataupun
- Komorbiditasminimal mikrobiologis. Sedangkan demam neoplastik karena tumor
- Neutropeni berlangsung 3-7 hai lisis berkisar 4-8Vo. Pengamatan pasien neutropeni di
- Didapatkan atau tidakdidapatkan infeksi klinis Ruang Isolasi Imunitas Menurun (RIIM) RS Kanker
- Ada atau tidak didapatkan tanda-tanda syok Dharmais Januari 2002 Sampai Desember 2002
. Risiko tinggi memperlihatkan bahwa hany a287o (5 I 18) pasien neuffopeni
- Keganasan hematologi febril yang terbukti secara mikrobiologis. Gambaran pasien
- KemoterapiintensifiPBSc/BMT neutropeni di RIIM RSKD dapat dilihat pada Tabel2.
- Komorbiditasbermakna Pada pasien neutropeni, infeksi dapat terjadi mulai dari
- Neutropeni berlangsung>7 hari saluran cerna atas atau bawah yakni berupa stomatitis,
- Didapatkan atau tidak didapatkan infeksi klinis periodontitis, esofagitis, kolitis dan lesi perianal, infeksi
- Ada atau tidak didapatkannya tanda-tanda syok saluran pernapasan atas atau bawah berupa pharyngitis,
Regimen kemoterapi konvensional umumnya tidak sinusitis, pneumonia, atau bronkopneumonia, serta infeksi
menyebabkan neutropeni yang berat walaupun memang kulit oleh karena trauma lokal ataupun kateter vena.
pemberian kemoterapi pada kanker solid tergantung pada Gambaran tempat-tempat terjadinya infeksi pada pasien-
intensitas dosis yang diberikan. Oleh karena itu kejadian pasien di RSKD dapat dilihat pada Tabel3.
neutropeni febril tidaklah terlalu sering. Angka kejadian Selain gambaran klinis tersebut di atas, diperlukanjuga
demam pada pasien kanker parujenis sel kecil biasanya tak pemeriksaan penunjang lain dalam mendiagnosis dan
leblh dai 50Vo. Kej adian demam pada kanker ovarium yang menentukan pengobatan yang akan diberikan antara lain:
mendapatkan kemoterapi paclitaxel dengan atau tanpa plati- pemeriksaan radiologis berupa foto toraks, pemeriksaan
num berkisar 33Vd, danpadakanker testis kurangdai20%o. laboratorium rutin darah tepi, kimia darah, fungsi hati,
Kemoterapi intensivelaggresive pada pasien kanker fungsi ginjal, CRP kuantitatif, laboratorium khusus
hematologi akan memberikan dampak neutropeni yang berat mikrobiologi yakni kultur darah, urin, faeces, dan swab

Rata-Rata Kultur
Jenis Ca HKT saat
Leukosit Dengan Tanpa darah
Kasro
masuk RllM Harl rawar Nadir Febris Febris posrtrt
menlnqgaunloup

1 Leukemia akut 9,64 69 299 b 54 615=1.2


2. Limfoma 11,2 42 240 4 11 1/3=0.3
3. Ca Ovarium 10,5 50 200 2 0? 012=0
4. PTG 11,0 30 300 0 1? 0/1 =0
5 Ca Testis 8,0 70 600 0 10 0/1 =0

Keterangan
HKT :Hari Kemoterapi
NEUTROPENI FEBRIL PADA I(ANKER 1501

terbanyak adalah sebagai berikut :

. Esch. coli 15,87o


Januari-Maret
No Fokal lnfeksi
1999
. Pseudomonas sp. l5,8%o
1. URTI 4
. Klabsiella sp. 14,5Vo
2. Bronkopneumonia 1
. Acinetobacter sp. 3,9Vo
3 Stomatitis 2
Sedangkan bakteri gram positif adalah sebagai berikut:
4. Gastrointestinal 0
.
5 Ulkus pada kulit 0 2 Strept. viridans t9,lvo
6. Flebitis 1 0 . Staph. epidermis 7,9Vo
7. Tidak ditemukan 2 5 . Staph. aureus 5,3Vo
. Strept. anhemolyticus 3,9Vo
tenggorok. Ketentuan-ketentuan pengambilan sampel Pada periode 1990-2000 di seluruh dunia mulai muncul
kultur darah sebagai berikut: kembali bakteri gram positif yang menakutkan yakni
. CNS (Coagulase Negative Staphilococcus) dan Methycilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
corynebacterium harus 2 kali positif pada sampel darah bahkan strain terakhir yakni GISA (G/icopeptide
kultur yang terpisah. Bila hanya sekali positif berarti Intermediate Staphylococcus aureus) di USA dan VRE
kontaminasi. (Vancomycin Resistant Enterococcus) di Swedia pada
. Infeksi paru, sampel harus dari BAL (Bronchoalveolar tahun 1997. Selain infeksi bakteri gram negatifdan gram
Lavage) atau darah. Sampel dari swab tenggorok, positif, infeksi jamur juga merupakan masalah penting pada
sputum, saliva atau mouth rinse hanya bermakna bila pasien neutropeni febril, bahkan dapat menimbulkan
positif pada waktu yang bersamaan dengan terjadinya kematian. Bodey dkk. pada tahun 1992 melaporkan
infiltratparu. ditemukannya infeksi jamur pada25Vo pasien leukemi akut
. Feses kultur bermakna bila terdapat gejala infeksi yang menjalani otopsi. Permasalahannya adalah sulitnya
abdomen dan 2 kali positif. mendiagnosis dan mengobati infeksi jamur, oleh karena itu
. Pada infeksi berhubungan dengan kateter infus, perlu diperlukan pengenalan faktor-faktor risiko, pemberian anti
positif pada 2 tempat yakni kultur darah dan kultur jamur profilaksis dan pengobatan empirik infeksi jamur.
tempat masuknya infeksi. Untuk mendiagnosis infeksi jamur gejala dan tandanya
Bakteremia merupakan komplikasi yang paling sering seringkali tidak spesifik bahkan tidak ada. Biasanya
pada pasien neutropenia. Secara klasik, infeksi yang manifestasi Kandidiasis dapat berupa mukositis,
paling sering ditemukan adalah bakteri gram negatifbatang. esofagitis, bahkan kadang-kadang berupa opthalmitis dan
Tetapi kemudian terjadi pergeseran pola kuman ke arah gastritis walaupun jarang. Manifestasi aspergillosis sering
dominasi dari gram positif sebagai akibat dari luasnya berupa IP A (I nv a s iv e P ulmo n ary As p e r g illo s i s), penyakit
pemakaian kateter vena sentral, pemakaian profilaksis Rhinocerebral atau tracheobronchitis obstructive.
antibiotik dengan Kuinolon dan pemberian kemoterapi dosis Sedangkan kriptokokosis manifestasinya dapat berupa
tinggi yang mencetuskan terjadinya mukositis. meningitis atau pneumonia dan lesi kulit.
Beberapa faktor risiko terjadinya infeksi jamur antara
lain: neutropeni yang lama dan berat, pemakaian antibiotik
spektrum luas, pemakaian kateter vena senffal, penggunaan
Bakteria Tungal steroid, gangguan pada sistem imun selular dan penurunan
Uji Klinis Periode Jumlah % Gram o/o
Gram imunoglobulin.
Pasien (+) (, Pemeriksaan kultur darah terhadap infeksi jamur jarang
I 1973-1976 145 lt 29 sekali berhasil, deteksi antibodi pun sulit unuk
il 1 977-1 980 111 67 23 diinterpretasi karena serokonversi sering terj adi lambat.
ilt '1980-1983 141 59 41
'1983- l 985 Teknik terbaru yang digunakan saat ini adalah deteksi
IV 219 59 41
'1986-1988 213 3l bJ antigenemia untuk aspergillus dengart circulating
vilr 1 989-1 991 '151 31 69 g alactomanan dan manitoUarabinitol untuk kandidosis.
IX 991 -1 994 '16'1 JJ 67
Sedangkan teknik lain seperti PCR masih dalam
1

XI 1 994-1 996 199 31 69


Xll (low risk) 1 995-1 997 39 59 41 pengembangan. Infeksi virus walaupun jarang dapat
'186
XIV (hish- 1 997-2000 47 53 terjadi pada pasien leukemia terutama yang menjalani
risk)
transplantasi. Infeksi dapat disebabkan oleh HSV (Herpes
Simplex Virus), YZY (Varicella Zoster Virus), CMY
Di RSCM/RSKD sampai dengan tahun 1996 bakteri (Cytome galovirus). Pemeriksaan virus sulit dilakukan
gram negatif pada pasien sepsis neutropeni febril masih walaupun demikian beberapa teknik seperti shell-vial
Iebih dominan dibandingkan dengan bakteri gram positif cultures, antigen detection dan PCR dikerjakan pula di
yzklri 55,267o berbanding 39,41Vo. Bakteri gram negatif negara-negara maju.
ts02 ONKOI.OGIMEDIK

PENATALAKSANAAN PENGOBATAN . Empirik, yang didasarkan pada sur-veillance, kondisi


ANTIMIKROBA pasien dan kondisi setempat.
. Bakterisidal, lebih dipilih daripada antibiotic bacterio-
Sebelum dilakukan pemberian kemoterapi, terutama pada static pada keadaan netrofil rendah.
pasien dengan intermediate darr high risk, beberapa pusat . Broad spectrum, untuk mencakup semua bakteri
pengobatan termasuk Indonesia, terlebih dahulu potensial patogen.
memberikan PAD (Partial Antibiotic Decontamination)
Dalam hal pemilihan jenis antibiotik yang akan dibenkan
dengan tujuan sterilisasi usus atau saluran cerna.
terdapat beberapa konsep pengobatan yang hendaknya
Regimen PAD dapat berupa kolistin, neomisin, pipemedik
perlu diperhatikan antara lain adalah:
acid ditambah dengan anti jamur profilaksis seperti . Pemberian monoterapi atau antibiotik kombinasi
flukonazol, itrakonazol atau amfoterisin B, atau dapat juga . Antibiotik yang dipilih harus sudah diteliti dan terbukti
regimen lain seperti kuinolon-siprofloksasin, bahkan yang
efektif, terutama untuk spektrum kuman patogen
sederhana dengan dengan kotrimoksazol. Kelemahan dari
. Monoterapi hanya boleh diberikan oleh tim yang
siprofloksasin sebagai PAD adalah dapat diserap secara
berpengalaman, pasien diperiksa secara reguler dan
sistemik sehingga sering menimbulkan resistensi,
monitoring ketat untuk deteksi dini kegagalan
sedangkan kelemahan Kotrimoksazol adalah spektrumnya
pengobatan, infeksi tambahan, efek samping obat dan
lemah dan sudah banyak dilaporkan resisten.
reslstensl patogen
Pada pasien neutropeni febril sangat diperlukan . Pola kuman dan pola resistensi kuman terhadap
pengobatan empirik sebelum diperoleh hasil kultur
antibiotik di setiap rumah sakit atau ruang perawatan
mikrobiologi untuk mengurangi morbiditas dan morlalitas.
harus sudah ada sebelum menentukan pilihan antibiotik
Adapun beberapa prinsip pengobatan empirik pada
neutropeni febril adalah sebagai berikut: Protokol pengobatan yang diberikan dapat
. Prompt atau secepatnya, karena cepat dan tingginya menggunakan acuan dari IDSA (lnJectious Disease
angka kematian Socie4'of Antericct) 2002 Guidelit?e.r ),ang membagi pasien

Demam yang tidak dapat dijelaskan pada pasien dengan risiko rendah

Apakah pasien bisa menerima terapi oral?

Oral: Siprofloksasin or

1 Pengobatan tunggal:
Seftazidim, sefepim.
piperasilin tazobaktam
Kondisi klinis mernburuk?
karbapenem
2 Atau pengobatan dua obat:
asilaminopenisilin +
aminoglikosid or generasi
Demam setelah ketiga/keempat kepalosporin
72-96 aminoglikosid
1am?

Hentikan setelah 3 hari


tidak panas

Reevaluasi pbmeriksaan klinis,

Tidak ada modifrkasi-l <-


.Modifikasi individual
jika klinis memburuk

Gambar 1. Protokol terapi risiko rendah, rencana pengobatan


NEUTROPENI FEBRIL PADA KANKER 1503

ke dalam kategori lov risk dan high risk atau German menghindari reaksi anafilaksis sebaiknya terlebih dahulu
Guidelines yang membagi pasien alas low risk, diadakan test dose I mg dalam 20 cc Dekstrose 57o selama
intermediate rlsk dan high risk sebagai berikut: 30 menit. Dalam hal terdapat gangguan fungsi ginjal
sebaiknya dipergunakan azol.
Pengobatan Antijamur
Pengobatan standar sampai saat ini masih menggunakan Pengobatan Antivirus
flukonazol, itrakonazol, eunfoterisin B atau liposomal Amfo Pengobatan antivirus tidak dipergunakan sebagai
B. Antimikotik yang baru seperti vorikonazol, kaspofungin pengobatan empirik. Obat antivirus hanya diindikasikan
dikatakan juga efektif terhadap blastomises. bila terdapat bukti klinis atau laboratoris adanya penyakit
Kelebihan amfoterisin B adalah spektrumnya yang virus. Obat anti virus terbaru seperti valasiklovir dan
lebih luas terhadap kandida dan juga aspergilus famsiklovir mempunyai absorbsi yang lebih baik dari pada
dibandingkan dengan flukonazol yang spektrumnya asiklovir. Infeksi sistemik sitomegalovirus jarang
terbatas terhadap Candida albicans. Selain itu juga didapatkan pada pasien neutropeni febril, kecuali yang
bermanfaat terhadap histoplasma kapsulatum, menjalani transplantasi sumsum tulang atau pada pasien
koksidioides, kriptokokkus neoformans dan blastomices. retinitisAIDS.
Pemberian anti jamur untuk pasien risiko ringan atau
sedang dapat dimulai pada hari ke 6-8 sedangkan untuk Pengobatan Lain
risiko tinggi pada72-96 jam. Penggunaan growth factor tidak direkomendasikan secara
Dosis amfotericin B 0. 5 - 1 mg/kgBB/h ari, diberi kan dal am rutin pada pasien febril atau afebril neutropeni.
250 cc Dekstrose 5Vo dalam waktu 2-6 jam. Maximal Penggunaan imunomodulator juga tidak
cumulative dose adalah tidak melebihi 3,6 gram. Untuk direkomendasikan secara rutin karena belum ada bukti

Demam yang tidak dapat dijelaskan, pasien risiko menengah

1 Pengobatan tunggal: seftazidim. sefepim, piperasilin-tazobaktam, karbapenem


2 atau pengobatan dua obat: as laminopenisi in + aminoglikosid atau generasi ketiga/keempat
kepalosporin+aminoglikosid

Klinis
Ya memburuk Tidak

Ya D6mam setelah Tidak


72-96 iam ?

Reevaluasi: pemeriksa an klinis, foto tor aks, jika negatif:


HR-CT, kultur darah, a rtigen-kandida, e ntig en -as porg ilus
pemeriksaan pilihan
Ya
Kondisi klinis stabil ? Tidak ada modifikasi

Tidak

Dilanjutkan 'l): ditambah aminog ikosid: Lama pengobatan total:


setelah carbapenem: quinolon + glikopeptid 7 hari tanpa demam setelah
mungkin juga dilanlutkan 2): carbapenem peningkatan granulosit >1000/El :

2 hari bebas demam

Setela h demarnT 2-96 jam? Lama pengobatan total: 10 hari

lnfeksi ditemukan: terapi definitif


Ditambah:flukonazol:
setelah 72jam dengan demam
dapat diganti dengan: AmB, ITRA, Ditambah glukopeptida hana jika ada
VOR atau CAS mukositis atau infeksi dari kateter

Gambar 2. Protokol pengobatan inisial untuk pasien risiko menengah adalah AMB: Amfoterisin B
konvensional atau liposomal. ITR: itrakonazol, VOR: vorikonazol, CAS: kaspofungin
1504 ONKOI,TOGIMEDIK

Demam yang tidak dapat dijelaskan, pasien risiko tinggi

1 Pengobatan tunggal : seftazidim, sefepim, piperasilintazobaktam, karbapenem


2 atau pengobatan dua obat : asilaminopenisilin+aminoglikosid atau generasi ketiga/
keempat kepalosporin+aminoglikosid

Klinis memburuk
Ya T dak

Ya Tidak
Demam setelah
72-96 iam ?

reevaluasi: pemeriksaan klinis, foto toraks


Jika negatif: HR-CT, kuliur darah, antigen-kandida,
antigen-asperg ilus

Ya
Kondisi klinis stabil ? I riort ro, modifikasi
T dak

Karbapenem + flukonazol, AmB, ITRA, Lama pengobatan total:


VOR atau CAS setelah pengobatan sebelumnya 7 hari tanpa demam setelah peningkatan
dengankarbapenem: juga quinolon + glikopeptid +
granulosit >1000,41 : 2 hari bebas demam
flukonazol, AMB, ITRA, VOR atau CAS

Demam setelah 72-96 jam? Lama pengobatan total: 1 0 days

Jika infeksi ditemukan: pengobatan


Jika flukonazol setelah definitif
72 jam letap demam, ganti
dengan: AmB, ITRA, Ditambah glikopeptida jika ada mukositis
VOR or CAS atau infeksi dari kateter

Gambar 3. Pengobatan dan strategi pada pasien risiko tinggi: AMB: Amfoterisin B konvensional atau
liposomal. ITR: itrakonazol, VOR: vorikonazol CAS: kaspofungin

nyata demikian juga empirikal imunoglobin, the chemotherapy regimen in patients with lymphoma and
penggunaannya hanya terbatas pada pasien yang sudah solid tissue malignancies. J Antimicrob Chemorher 1998r 4l
(suppl D): l-5.
terbukti terdapat defisiensi imunoglobin.
Bodey G., Bueltmann, NB, Duguid W et al. Fungal infections in
cancer patients: an international autopsy survey. Eur J Clin
Microbiol. 1992; 11: 99-109.
REFERENSI Carlson JW, Fowler JM, Mitchell SK et al. Chemoprophylaxis with
ciprofloxacin in ovarian cancer patients receiving paclitaxel: a
Schimpff Sc, Greene WH, Young VM, Wiemik DH. Significance of randomized tria1. Gynaecol Oncol 1997: 65:325-9.
pseudomonas aeruginosa in the patient with leukemia or lym- Counsell R, Pratt J, William MV. Chemotherapy for germ cell tu-
phoma j infect dis, 19741 130 (suppl.): 524-31 mors: Prophylactic ciprofloxacin reduces the incidence of neu-
Suhendro dkk. Endotoksemia pada pasien sepsis dengan keganasan. tropenic fever. Clin Oncol R. Coll Radiol 1994:'6:232-6
199 6. Dody Ranuhardy. Monoterapi antibiotik pada pasien keganasan
A Harryanto R, Dody Ranuhardy, Johan Kurnianda dkk Panduan dengan infeksi Abstract Book 4'h Jakarta Antimicrobial Up-
tatalaksana febrile neutropeni pada pasien kanker. Bakornas date, April 2003;25-6.
Hompedin,2004. Dody Ranuhardy. Pengobatan empirik infeksi jamur sistemik pada
Bodey GP. Infection in Cancer Patients: A continuing association. neutropeni febril. Simposium Perhimpunan Mikologi Klinik
Am j med. 1986; 8l (suppl A-1): 1l-26 Indonesia. Jakarta. Juni 2002.
Bow EJ. Infection risk and cancer chemotherapy: The impact of Edward B Rubenstein, Keneth Vi Rolston. Risk adjusted manage-
NEUTROPENI FEBRIL PADA KANKER L505

ment of the febrile neutropenic cancer patients. In textbook of patients due to venous access devices. Eur J Clin. Microbiol.
febrile neutropeni. Martin Dunitz Ltd. London. 2001:775. Infect. Dis. 1990:, 9: 869-872.
Erik Torell, Hans Fredlund, Eva Tornquist et al Intra hospital spread Poesmans M. Factors predicting mortality among febrile
of vancomycin resistant Enterococcus faecium in Sweden. Scan. neutropenic cancer patients treated within a clinical trial: ten
J. Infect. Dis. 1997; 29:259-63. years experience by the EORTC International Antimicrobial
H. Link, A. Bohme, O.A. Cornely et al. Antimicrobial therapy of Therapy Cooperative Group. In proceedings of 3'd
unexplained fever in neutropenic patients. Guidelines of the International Symposium on Febrile Neutropeni. Brussels,
infectious disease working party (AGIHO) of the German Belgium, 1997; Abstr 97.
Society of Hematology and Oncology (DGHO), Studi Group Rolston, KVI. Infections in patients with solid tumors. In:
Interventional Therapy of Unexplained Fever, Arbeits Management of infections in immunocompromised patients
Gemeinschaft Supportiv Masshahmen in der Onkologie (ASO) (Pizzo P. Glauser MP eds). London: WB Saunders company
of the Deutsche Krebsgessel Schaft (DKG-German Cancer Soci- Lrd.2000: ll7-40.
ety). Ann Hematol, 20O3;82 (suppl. 2): s105- sl17. Walter T Hughes, Donald Armstrong, Gerald P Bodey et al. 2002.
Jud B, Gmur J., Follath F. Art 2"d Haufigkeit Schener. Infekt Guidelines for the use of antimicrobial agents in neutropenic
komplikationan bei der behandlung akuter leukamien. Schweiz patients with cancer. ClD, 2002; 34l 130-51.
Med. Wochenschr 1994; 124: 2060-3. Zinner SH. Changing epidemiology of infections in patients with
Kiehn TE, Amstrong D. Changes in the spectrum of organisms neutropenia and cancer: emphasis on gram positive and
causing bacteremia and fungemia in immunocompromised resistant bacteria.Clin. Infect. Dis. 1999:'29: 490-4.
235
PENATALAKSAN A/tN METASTASIS
I(ANKER KE TULANG
Nugroho Prayogo

PENDAHULUAN

Penyakit kanker metastasis ke tulang (metastatic bone Jenis tumor lnsidens metastasis Median survival
disease) pada dasarnya merupakan interaksi antara
Myeloma 70-95o/o 20 bulan
sel kanker dengan sel tulang (osteoklas). Hal ini Payudara 65-75o/o 24 bulan
akan mengganggu keseimbangan remodeling dan Prostat 65-75o/o 40 bulan
Paru 30-40% < 6 bulan
metabolisme tulang yang normal serta menyebabkan
Ginjal 20-25Yo
peningkatan aktivitas osteoklas, sehingga salah satu Melanoma 14-45Yo
target terapi adalah mengurangi aktivitas Tiroid 60%
Rektum 11%
osteoklas.
Lesi di tulang ini dapat menyebabkan kesakitan (Mundy GR, Coleman RE Galasko 1981)
(morbiditas) yang hebat; seperti nyeri tulang, fraktur
patologis, kompresi medula spinalis atau penekanan saraf
spinalis serta efek lesi tulang yang luas dimana MASALAH M ETASTASIS TU LANG
menyebabkan hiperkalsemia.
Semuanya sedikit banyak akan menyebabkan Dari segi kesehatan masyarakat, problem metastasis adalah
disabilitas dan menurunkan kualitas hidup. (Coleman problem morbiditas.
RE,oncologist2000). Perkiraan besamya morbiditas tersebut tergantung dua
hal. Pertama adalah angka kekerapan kanker yang menyukai
tulang sebagai lokasi metastasis dan kedua, angka sur-
KEKERAPAN vival dari kanker tersebut (Tabel I dan tabel 3).
Sebagai contoh, kekerapan metastasis kanker payudara
Pada prinsipnya semua kanker dapat menyebar ke tulang. ke tulang cukup sering, TOVo-95 Vo (tabel 1). Dengan
(Twycross 82), namun yang lebih sering menurut pengobatan yang baik dapat dicapai angka survival rata-
kepustakaan luar negeri antara lain adalah: 1). mieloma rata sekitar 2 tahtr,.
multipel 7O-95 Vo;2). kanker paytdaru65-757o; 3). prostat Pada review suatu pusat kanker, metastasis hanya ke
65-75Vo;4). tiroid; 5).paru 6). ginjal (Mundy, colorectal. tulang saja mempunyai harapan hidup lebih baik, yaitu median
Galasko 1981). (Thbel 1) survival 2,1 tahun dibanding dengan kombinasi metastasis
Dan sebagai contoh di Jakarta, RS Kanker Dharmais tulang ditambah organ lain, hanya 1,6 tahun (Tabel 2).
tahun 2000-2001, dari 84 kasus kanker payudara Pada penelitian yang lebih besar, dimana didapati
stadium IV, 33 Eo metgalami metastasis ke tulang, komplikasi ke tulang terjadi paling besar (807o),palingkecil
(peringkat kedua sesudah metastasis ke paru 37Vo). metastasis diluar tulang (2lVo) dan60%o te4adr komplikasi
(Tabel 2) tulang ditambah metastasis ditempat lain.

1506
PENATALAKSANAAN METASTASTS KANKER KE TULANG 1507

Lokasi Umur (tahun)


lesi 20- 30- 60- 70- Jumlah
Paru 0 10 14 E
43 36 37%
Supra 1 3 4 0 '1 0 9 9Yo
klavikula
Hati 0 7 5 2 10 '15 150k
Otak 0 2 1 00 5 5%
Tulang 0 A
12 6 B1 32 33yo
(5%) (13%) (6%) (8%) (1%)
Jumlah 27 37 14 144
Nugroho P. PHTDI 2005

Nyeri bisa timbul di area mana saja, namun bila dijumpai


pada tulang penyangga (tulang aksial) maka harus lebih
Metastasis Osseous
Extra oss.& extra oss waspada karena akibat yang ditimbulkan apabila terkena
osseous
metastasis bisa fraktur kompresi bahkan bisa menimbulkan
Kekerapan 80% 21% 60%
Median surv. 2,1 tahun 1,6 tahun kelumpuhan.
Dikutip dari Coleman ASCO 2001
Nyeri bersifat tidak spesifik, bisa ringan ataupun nyeri
hebat. Sekitar 30-50 persen kasus metastasis tulang tidak
merasa nyeri (Mettler, Guibefieau 1983). Namun justru
Di samping itu diJakarta, Rumah SakitDharmais, kanker sering terjadi, suatu kanker (khususnya mieloma multipel)
yang sering bermetastasis ke tulang menduduki l0 besar ditemukan secara tidak sengaja karena adanya nyeri tulang
kanker tersering (Ronald H, Harryanto R). di daerah tulang belakang, dan pada waktu dilakukan
Gambaran tersebut menunjukkan metastasis ke tulang pemeriksaan foto rontgen vertebra ditemukan tanda
merupakan masalah yang cukup penting. metastasis ke tulang.
Bengkak. Pembengkakkan jaringan lunak jarang terjadi.
Kadangkala sulit dibedakan dengan infeksi. Biasanya terjadi
PENATALAKSANAAN
pada tulang di bawah kulit.

Diagnosis Parameter Biokimiawi


Diagnosis atau deteksi metastasis kanker ke tulang Pemeriksaan ini kurang spesifik dan nilai diagnosis rendah,
diperlukan, karena: (a). untuk mengetahui apakah pada nyeri tetapi berguna untuk evaluasi hasil terapi atau
tulang yang hebat, terdapat penyebaran kanker yang belum kekambuhan.
terdeteksi. (b) untuk penentuan stadium kanker. (CBS Pemeriksaan yang sering dilakukan: (a) alkali fosfatase
Galasko 1994). (Bischop 1985), (b) hidroksi prolin urin dan (c) rasio hidroksi
Namun demikian, sekali metastasis kanker ke tulang prolin urin/kreatinin (Cuschieri 1 97 8).
terdiagnosis, tidak cukup bila hanya mendeteksi adanya
metastasis saja. Diperlukan keterangan yang adekuat Pemeriksaan Radiologi
mengenai: (a) lokasi metastasis secara tepat (b) derajat Foto Polos. Gambaran radiologis dari foto polos amat
tulang yang terkena dan lokasi penyebaran (c) adakah penting, karena tidak semua rumah sakit mepunyuCT scan
komplikasi akibat metastasis, misalnya hiperkalsemia, ataupun scan ttlang.
fraktur yang mengancam, fraktur patologis, instabilitas Lesi metastasis ke tulang umumnya multipel. Terdapat
spinal atau kompresi saraf spinal. (d) adakah jaringan lunak 3 jenis lesi, (a) lesi osteolitik umumnya terjadi pada mieloma
yang terkena dan (e) bagaimana vaskularisasi lesi. Semua multipel atau kanker solid (b) lesi osteoblastik atau sklerotik,
data klinik tersebut berguna untuk pertimbangan terapi. umumnya terdapat pada kanker prostat dan (c) lesi mixed,
campuran lesi litik dan komponen osteoblastik, terdapat
pada kanker payudara dan juga solid tumor lainnya.
Gejala Klinik Khusus pada lesi litik, terdapat tiga tipe (Adams dan
Nyeri. Nyeri tulang, terutama yang sering terjadi pada usia Isherwood 1983) yaitu: (a) lesi geografik, besar, tunggal,
setengah tua dan usia tua harus diwaspadai sebagai gejala lesi litikjelas, besar lebih dari 1 cm dengan tepi berbatas
metastasis ke tulang. tegas.
1508 ONKOI.OGIMEDIK

@) lrsi moGaten, multipel, lebih kecil (2-5mm), pinggir tidak spesifik untuk metastasis saja, juga bisa terjadi pada
biasanya tidak tegas. (c) lrsi permeatif, ukuran lesi sangat kasus jinak seperti radang ataupun reaksi osteoblastik
kecil, lmm atau kurang, terutama terjadi dalam korleks. yang lain. Dan CT scan dapat membedakan lebih jelas
Pada metastasis tulang bisa terjadi ratusan lesi permeatif. metastasis, degeneratifatau peradangan (Best dkk 1979).
Geografik lesi menggambarkan perkembangan metastasis Kegunaan lain CT scan adalah untuk melihat
yang tumbuh lambat, sedang lesi permeatif biasanya terjadi keterlibatan j aringan lunak disekitarnya, misalnya infiltrasi
dimana metastasis sangat agresif. tumor ke saraf spinal, bersama-sama dengan pemeriksaan
Kebanyakan metastasis mulai muncul di medula dan mielografi.
setelah fase berikutnya baru melibatkan korteks. Hal ini Magnetic resonance imaging (MRI). Penggunaan MRI,
menyebabkan foto polos kurang sensitif pada fase awal. merupakan metode pilihan paling sesuai untuk memeriksa
Edelstyn, menyatakan, setelah ada kerusakan 50Vo tulang vertebra, karena dapat memberi gambaran yang lebih
medula, baru secara radiografik lest dapat terdeteksi. detil tentang penyebab lesi tulang pada sintigrafi tulang.
Sebaliknya lesi di korteks yang kecil lebih gampang Dan lebih sensitif untuk mendeteksi metastasis kecil di
terdeteksi. Sebagai contoh, hilangnya pedikel pada foto medula. Demikian juga halnya CT scan, dapat memberi
vertebra merupakan tanda awal dari metastasis. Walupun gambaran lebih jelas pada jaringan lunak, sehingga
foto polos kurang sensitif, namun pada nyeri tulang yang digunakan juga untuk melihat adakah penekanan pada
hebat foto polos harus dibuat untuk mengetahui seberapa korda spinalis.
besar kerusakan tulang terjadi. Jika 3O7o atau lebih tulang Pada rumah sakit dengan fasilitas MRI, sebaiknya
korteks rusak, risiko fraktur meningkat dan lesi harus digunakan sebagai pilihan pertama untuk mendeteksi
diobati secara adekuat. Lesi yang sangat nyeri merupakan adanya penekanan korda spinalis. Meskipun demikian
isyarat adanya fraktur patologis atau ketidakstabilan peran skintigrafi tulang mendeteksi metastasis ke tulang
spinal .
secara keseluruhan belum tergantikan karena MRI tidak
Bone scan. Bone scan atau sintigrafi tulang, lebih sensitif bisa digunakan menilai tulang panjang (Bonner dan Lichter
dibanding foto polos, dan masih merupakan metode 1990).
optimum untuk mendeteksi lesi abnormal di tulang Karena sensitif untuk menilai medula, MRI juga
(Hartobagyi I 984). Sintigafi tulang terdiri dari dua fase: ( 1 ) digunakan untuk memeriksa ulang suatu lesi nyeri di
fase vaskular dimana bila terdapat matastasis akan terlihat tulang, ketika hasil sintigrafi tulang negatif (Mechta 1989).
vaskularisasi meningkat di tulang pada awal fase vaskular
tersebut (2) fase skeletal, dimana radioisotop diserap oleh
Biopsi
osteoblas. Sebetulnya setiap metastasis menimbulkan
Biopsi diperlukan bila pada suatu kanker, pemeriksaan
respon osteoblastik seperti yang terlihat yaitu adanya
sintigrafi tulang memperiihatkan gambaran lesi kecil dan
peningkatan ambilan pada daerah tersebut. Hot-spot
dengan pemeriksaan pencitraan yang lain seperti foto
merupakan daerah metastasis (Makoha, Britton 1980).
polos, CT scan dan MRI tidak dapat mendukung
Tidak semua metastasis dapat dideteksi dengan diagnosis metastasis, atau apabila tumor primer tidak
sintigrafi tulang. Seperti: (1) tumor dimana tidak diketahui jenisnya.
menimbulkan respon osteoblastik, seperti mieloma multipel
dan limfoma (2)lesi yang sangat kecil, kurang dari 2
milimeter. PENGOBATAN
Pada metastasis yang sangat luas dan lesi simetris,
akan terlitat peningkatan ambilan yang sangat merata dan
simetris. Hal ini disebut superscan dan karena merata Pengobatan Metastasis Tulang
seakan tidak ada area peningkatan ambilan. Dalam hal ini Pengobatan metastasis tulang seperti juga pengobatan
kadangkala diperlukan CT scan atau MRI untuk melihat metastasis lainya adalah terapi sistemik (Hortobagyi 1997).
arsitektur osteolitik. Namun juga diperlukan terapi tambahan suporlif paliatif.
Hal ini karena lesi tulang yang mempunyai akibat yang
Computed tomography scanning (CT Scan). Pemeriksaan
memerlukan tindakan khusus. seperli nyeri hebat, fraktur
CT Scan tidak digunakan untuk deteksi metastasis tulang,
patologis, fraktur kompresi, kompresi korda spinalis, dan
namun sangat berguna untuk konfirmasi lesi yang
hiperkalsemia.
meragukan.
Indikasi utama adalah konfirmasi daerah lesi yang
dicurigai pada skintigrafi tulang. Bila terdapat lesi dicungai, Penilaian Sebelum dan Sesudah Pengobatan
dilakukan pemeriksaan spot foto radiologi ata:u CT scan Sebelum pengobatan diperlukan beberapa pemeriksaan
untuk konfirmasi ataupun melihat arsitektur kerusakan. Hal sebagai data dasar untuk menentukan jenis pengobatan
ini dilakukan karena meskipun sintigrafi tulang sensitif (modalitas) serta melihat hasil respon terapi. Data dasar
untuk mendeteksi adanya ambilan yang meningkat, namun tersebut antara lain: 1). Diagnosis klinis (tinjauan patologi,
PENATALAKSANAAN METASTASIS KANKER KE TULANG 1509

status fisik) dan organ yang terkena; 2). Luas lesi, lokasi Dengan demikian pengobatan sistemik bersifat langsung
lesi: tulang penyangga atau bukan tulang penyangga dan sefta tidak langsung. Terdiri dari (a) sistemik anti tumor (b)
jumlah lesi: tunggal atau multipel; 3). Jenis lesi, osteolitik inhibitor efek tumor ke osteoklas. ASCO 2001).
atau osteoblastik; 4). Deformitas ancaman fiaktur, fraktur Anti tumor sistemik,dapat berupa kemoterapi yang sensitif
kompresi; 5). Penilaian nyeri: ringan, sedang atau berat, terhadap tumor tersebut, misalnya protokol FAC, taksan,
gunakan skala visual analog; 6). Biomarker tulang: pada kanker payudara. Dilaporkan kemoterapi dapat
deoksipiridinolin, piridinolin osteokalsin, dan alkali mengurangi nyeri sampai ll%o (Eagen dkk. 1978) sampai
fosfatase spesifik petanda pembentukan dan resorpsi 547o (Scott dkk.1087) dan regimen kombinasi lebih baik dari
tulang) kemoterapi tunggal (Muss dkk.1981). Dapat juga berupa
Untuk menilai respons pengobatan metastasis ke terapi endokrin, bila tumor tersebut sensitif terhadap
tulang dipergunakan beberapa parameter, antara lain: hormon, seperti tamoksifen atau inhibitor aromatase pada
. Kriteria UICC, berdasarkan gambaran radiografik kanker payudara (Lerner 1976, Coleman 2001), atau pada
(Hayward dkk. 977 1 yaitu:
1
kanker prostat digunakan kastrasi, leuteinising hormon
- Respons komplit: menghilangnya semua lesi pada releasing hormone (LHRH), dan flutamid. Respons
pemeriksaan radiografik untu paling sedikit bervariasi namun dapat mencapai angka hingga 847o
beberapa minggu. (Solowat I 984, Belanger dkk. 1 984)
- Respons parsial: ukuran lesi berkurang sebagian
Inhibitor osteoklas: (1) mitramisin. Obat ini mempunyai
(parsial), atau terdapat rekalsifikasi lesi atau
khasiat anti osteoklas, dulu digunakan mengobati
berkurangnya densitas lesi pada lesi blastik (prostat)
hiperkalsemia maligna dan penyakit Paget. Sekarang jarang
atau tidak terdapat lesi baru.
digunakan karena toksisitasnya tidak dapat diprediksi
- Tidak ada perubahan: tidak terdapat perubahan terhadap sumsum tulang dan liver. (2) kalsitonin, secara
pada lesi litik paling sedikit 8 minggu (2 bulan).
.. signifikan dapat mengurangi nyeri akibat metastasis tulang
Penilaian klinis dan petanda biokimiawi:
(Roth dan Kolaric ,1986), namun sering mengalami resistensi
- kemajuan klinis: rasa nyeri, perbaikan fungsi serla (3) bisfosfonat, dapat menghambat resorpsi tulang, namun
mobilitas.
dapat juga menghambat mineralisasi tulang (khusus pada
- Petanda biokimiawi.
etidronat dan tidak pada lainnya). Digunakan untuk
pembentukan tulang: alkali fosfatase dan
mengatasi rasa nyeri, hiperkalsemia dan mencegah fraktur.
osteokalsin
Obat yang sering digunakan klodronat, pamidronat dan
resorpsi tulang (destruksi): kalsium serum, fosfatase
terbaru asam zoledronat (Coleman 2001).
alkali resisten tartrat, kalsium urin dan urin
hidroksiprolin.
Secara garis besar manajemen metastasis ke tulang Radiasi dan Radiofarmaka
dapat digolongkan sebagai berikut: Pada lesi lokal, radiasi eksternal merupakan terapi paliatif
. Pengobatan sitemik (kemoterapi, hormonal dan inhibi- yang memberi hasil yang baik. Terapi bisa diberikan jangka

tor osteoklas inhibitor). pendek atau jangka panjang tergantung penilaian


. Terapi radiasi danradiofarmaka radioterapis.
. Terapi hiperkalsemia . Indikasi radiasi eksternal: 1). paliatif: (a) nyeri tulang
. Operasi. (b) kompresi sarafspinal (c) frakturpatologik. 2). profilaksis
. Kompresi korda spinalis. : (a) kompresi saraf spinal (b) fraktur patologik.
. Terapisuporlifpaliatif. Pada lesi luas atau nyeri di tempat tersebar, dapat
dilakukan radiasi hemibodi eksternal, tetapi jarang
dilakukan. Dewasa ini radiofarmaka atau radiasi intemal
Pengobatan Sistemik digunakan untuk terapi radiasi pada lesi yang lebih luas.
Metastasis tumor ke tulang akan menghasilkan proliferasi Terdapat dua jenis: (1) Strontium, terutama digunakan pada
sel fumor sefta menimbulkan interaksi antara sel tumor dan kanker prostat karena banyak diserap di daerah tulang
sel jaringan tulang baik osteoklas atau osteoblas, yang yang baru dibentuk, bermanfaat untuk metastasis tipe
disebabkan oleh mediator berupa faktor pertumbuhan dan sklerotik, namun jirga bermanfaat untuk kanker payudara.
sitokin. Oleh karena itu pengobatan sistemik dapat dibagi (2) Samarium, cocok untuk pasien rawat jalan, dapat
menjadi pengobatan langsung, ditujukan kepada sel tu- mengurangi nyeri dan konsumsi analgetik. Yang dalam
mor untuk mengurangi proliferasi dan mediatorrrya serta penelitian adalah kombinasi radiasi internal dengan
obat penghambat efek mediator ke tulang. bisfosfonat.
Termasuk penghambat proliferasi tumor adalah
kemoterapi, terapi endokrin dan radiofarmaka isotop.
Sedang bisfosfonat, kalsitonin, mitramisin dan galium Hiperkalsemia
nitrat, menghambat efek mediator ke sel tulang(osteoklas). Hiperkalsemia merupakan kondisi kegawatan onkologi.
L510 ONKOI.OGIMEDIK

Pasien mengalami dehidrasi, gangguan fungsi Operasi. Peran bedah ortopedi pada metastasis
ginjal,penurunan kesadaran sampai koma, bahkan sampai tulang adalah:
pada kematian. Nilai kalsium normal sekitar 8-10,5 mg/dl. Profilaksis pada ancaman fraktur. Tingginya risiko fraktur
Di lapangan pernah ditemukan kadar kalsium 24 mg/dl berhubungan dengan beratnya derujat kerusakan di
bahkan adayangmelaporkan di atas 30 mg/dl. korteks. Jika kerusakan kurang dai 25Vo risiko fraktur
rendah, jika kerusakan 25-50Vo risiko fraktur 3,7Vo, jlka
kerusakan 50-157o risiko fraktur meningkat menjadi 677o.
Dan jika kerusakan di kofteks mencapai leblh dari 15Vo,
Pencernaan Ginjal Saraf Pusat Gejala umum
maka risiko fraktur akan menjadi 7 9Vo.(Fidler 197 I ). Berikut
Anoreksia Poliuria Confuse Fatique ini indikasi fiksasi profilaksis, yaitu (a) bila destruksi
Mual Polidipsi Depresi Malaise
korteks lebih atau sama dengan 50Vo (b) lesi lebih dari atau
Muntah Mulut kering Koma
Konstipasi Ambang nyeri sama dengan 2,5 cm di daerah proksimal femur atau
turun humerus (c) tetap nyeri walaupun sudah dilakukan radiasi.
SH. Ra/ston: pathogenesis of CancerAssosiated Fraktur Patologis. Kasus terbanyak adalah kanker
Hypercalcaemia, 1991 payudara. Lokasi terbanyak adalah daerah femur.
Pengobatan adalah tindakan orlopedik, baik operasi maupun
Apabita pada pasien kanker dijumpai gejala seperti tidak (Tabel5,6).
tersebut di atas, segera periksa kadar kalium dan bila di
atas normal segera diobati.
Pengobatan adalah: (1) Hidrasi dengan salin normal;
(2) diuretik furosemid; (2) pemberian penghambat resorpsi Jenis Kanker Jumlah Pasien Jumlah Lokasi Fraktur
tulang (antara lain: glukokortikoid, kalsitonin, mitramisin,
Payudara 102 117
bisfosfonat) Paru-paru 24 25
. HidrasidenganNaCl0,9% 150-250mVjam,bahkandapat Prostat 21 22

mencapai 4-6 liter per hari (Hosking dkk. 1 9 8 1 ).


Mieloma 24 34

. Sesudah itu hidrasi tetap diberikan ditambah diuretik


metasfases (CSB Galasko 1981)
natrium (furosemid). Kalsium dan natrium akan
membentuk garam kompleks dan diuretik natrium akan
membawa natrium dan kalsium keluar dari tubuh lewat
urin. Di samping itu secara kompetitif menghambat
resorbsi kalsium, sehingga kalsium dibuang lewat urin. Lokasi Jumlah
Berikan steroid deksametason , berguna menghambat
Pelvi 2
penyerapan kalsium dari usus, mencegah pelepasan Femur
OAF (osteoclast activating factor) dan menyebabkan Transervikal 59
ntertrokanter 25
lisis tumor (limfolisis). Suplemen kalium bila diperlukan I

Subtrokanter 29
dan tetap di monitor balans cairan, kadar kalsium dan Proksimal 41
kalium. Distal 10
. Apabila dengan cara di atas kadar kalsium belum turun, Humerus
Proksimal 2
artinya pelepasan kalsium sangat banyak karena Shaft 48
pelepasan tulang, atau gangguan di ginjal disebut Distal 3
hiperkalsemia maligna . Dalam kasus ini kalsitonin Tibia J
Radius 2
merupakan indikasi. Kalsitonin merupakan inhibitor kuat Ulna 1

osteoklas dalam pelepasan tulang, efek sudah dapat


Role of the ofthophaedic surgeon in the treatment of skeletal
terlihat sesudah 2 jam, namun sering terjadi sesudah 2
metastases (CSB Galasko 1981)
hari khasiat tidak efektif lagi. Dosis kalsitonin 4 LIUkgBB
setiap 12 jam, dapat ditingkatkan sesudah 2 hari sampai
8 UI/kgBB. Kalsitonin bisa dikombinasi dengan Fraktur patologis merupakan kegawatan medis akut
bisfosfonat. Hal ini untuk antisipasi bila kalsitonin karena melibatkan saraf spinal dan bila mengalami kerusakan
menjadi tidak efektif lagi sesudah l-2hai. permanen bisa mengakibatkan kelumpuhan. Distribusi
Pengobatan suportiflain ditujukan pada ginjal, otak kejadian: vertebra servikalis 10Vo, v ertebra totakalis'7 07o
atau yang lain, atas dasar indikasi. Hiperkalsemia juga dan verlebra lumbosakral 207o
merupakan kegawatan onkologi dengan angka Gejala: Nyeri dapat lokal maupun radikular. Kelemahan,
mortalitas tinggi sehingga penanganan yang cermat kehilangan fungsi motorik dan sensorik atau disebut
diperlukan. paraparesis.dan akhirnya akan mengalami disfungsi
PENATALAKSANAAN METASTASIS KANKER KE TULANG 1511

autonomik yaitu kehilangan kontrol urinasi, defekasi/ REFERENSI


konstipasi. Bila sudah demikian biasanya ireversibel.
Pengobatan: Awalnya diberikan steroid dosis sedang ASCO (American Society of Cinical Oncology) Educational Book
atau dosis tinggi. Bila sudah terjadi paresis dan menjadi 200 I
paralisis, maka dalam 48 jam sudah harus jelas diagnosis ASCO (American Society of Clinical Oncology) Educational Book
dan penekanan ke saraf (dekompresi) harus sudah dilepas. t999
Bila tidak, kelainan dapat menjadi ireversibel. Arjono, dkk. Onkologi, terjemahan dari Oncologie/CJH. Van de
Velde. FT. Bosman.
Pilihan pengobatan dapat radiasi, kemoterapi dan
Colemann RE. Skeletal complication of Malignancy. Cancer 1997,
operasi, atau kombinasi ketiga hal tersebut.
80 ( supll. 8) p. 1588-94
Pengobatan sedini mungkin akan mengurangi defisit DeVita VT, Cancer; Principles & Practice of Oncology, 4'h Edition
neurologi sebanyak mungkin (Joseph F.O Donnell 1992). \o1.2.2, J.B. Lippincott Company, Philadelphia. 1993
Gregory R Mundy. ,Bone Remoddeling and Its Disorder,, Martin
Dullirz 1999.
Gregory R Mundy. ,Bone Remodeling and Its Disorders, second
SUPORTIF DAN PALIATIF
edition Martin Dunitz.
I.J.Diel M.Kaufmann. G.Bastert. Metastatic Bone Disease,
Di samping pengobatan di
atas pengobatan rasa nyeri Fundamental and Clinical Aspects Springer Verlag 1994.
untuk mengurangi simptom sangat diperlukan. Pengobatan Joseph F.O.Donnell :ONCOLOGY for the House Officer, William
ini dapat diberikan dengan bermacam bahan dan cara. & wilkins 1992.
Medikamentosa: analgetik sederhana parasetamol, NSAID, Pazdur R, Coia LR, Hoskins WJ, Wagman LD, Cancer Manage-
tramadol, sampai pada narkotik dapat diberikan. Di ment: A Multidisciplinary Approach, 5'h. Edition. PRR Melville,

samping itu blokade saraf kadangkala juga diberikan. NY. 2001


R.D. Ruben and I fogelman , Bone Metastases , diagnosis and
Radiasi dan operasi dapat juga mengurangi rasa nyeri.
treatment, Springer-Verlag 1991.
Analgetik dapat diberikan oleh semua petugas medis Wood ME, Hematology/Oncology Secrets, 2'd. . Fdition.
sebagai pertolongan pertama, namun jangan dilupakan Hanley&Belfus, INC./Philadelphi,a. 7999 p. 56 - 60
mengobati penyebabnya. Di samping itu perlu dilibatkan Website: Beth Israel Medical Center, Boston'MA.
disiplin rehabilitasi medik atas dasar indikasi. Zometa, speaker siide preview, Novartis, December 2001.
236
PENANGGULANGAN NYERI PADA I(ANKER
Asrul Harsal

PENDAHULUAN ada saat ini, mulai dari parasetamol sampai pemberian


opioid yang kuat seperti morfin. Pemberian morfin yang
Nyeri kanker sering ditemukan dalam praktek sehari-hari. benar dan tepat akan memberikan hasil yang baik pasien
Pada pasien yang pertama kali datang berobat, sekitar 3070 bebas nyeri dengan efek samping minimal, sehingga
pasien kanker disertai dengan keluhan nyeri dan hampir kwalitas hidup akan lebih baik.
707o pasien kanker stadium lanjut yang menjalani
pengobatan disertai dengan keluhan nyeri dalam berbagai
tingkatan. DEF!NISI
Nyeri kanker merupakan nyeri kronik yang
membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda dengan Nyeri adalah sensasi yang tidak enak dan pengalaman
nyeri kronik lainnya, membutuhkan penilaian ( as s essment) emosi yang terutama berhubungan dengan kerusakan
dengan tingkatan akurasi yang tepat, evaluasi secara jaringan. Dari definisi ini tersirat laporan nyeri ini adalah
komprehensif dan waktu yang ketat terutama untuk nyeri kombinasi dari respons sensoris, afektif (kejiwaan) dan
berat, serta pengobatannya berlangsung lama. Pada kasus kognitif, sehingga hubungan nyeri dengan kerusakan
lanjut dan perawatan paliatif, tidak jarang pasien mendapat jaringan tidak sama dan tidak konstan. Akibatnya rasa
pengobatan nyeri sampai akhir hidupnya. nyeri itu subyektif, sehingga laporan/keluhan dari pasien
Untuk mempermudah dan untuk keseragaman dalam merupakan penilaian yang paling mempunyai arti (gold
penilaian nyeri, sering dipakai alat bantu penilaian nyeri. standard/bakl emas), dalam menegakkan diagnosis nyeri
Ada beberapa alat bantu yang dipakai, dan satu di kanker.
antaranya adalah VAS ( Visual Analog Scale/skala analog
visual), yaitu penilaian nyeri dengan angka dari 0 sampai
10. Nol artinya tidak ada nyeri dan nilai 10 sangat nyeri JENIS NYERI
sekali.
Nyeri kanker dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu, nyeri Secara patofisiologik nyeri dibagi kepada 4 kategori:
ringan, sedang dan berat, masing-masing tingkatan ada nosiseptif, neuropatik, psikogenik dan idiopatik, namun
sedikit perbedaan dalam memulai pengobatan. untuk mempermudah dalam penatalaksanaan dan
Berdasarkan patofisiologik yang dihubungkan dengan pengobatan secara klinis, maka nyeri kanker dibagi menjadi
kepentingan klinis, nyeri dibagi 3 kelompok: nyeri somatik, 3 kelompok:
viseral dan neurogenik. Yang sering ditemukan adalah
gabungan dari kelompok tersebut di atas. Nyeri Somatik: yaitu nyeri yang timbul akibat kerusakan
jaringan misalnya metastasis tulang.
Nyeri kanker sebagian besar (9OVo) dapat diatasi
dengan obat-obatan, hanya sebagian kecil yang Nyeri Viseral: yaitu nyeri yang timbul akibat kerusakan
memerlukan pengobatan lain, seperti: radiasi, pemotongan organ atau alat dalam tubuh seperti nyeri perut karena
saraf, operasi. dan sebagainya. pembesaran hati karena kanker hati atau kanker lain yang
Pasien kanker seharusnya diusahakan bebas dari rasa bermetastasis ke hati, atau nyeri dada karena mengenai
nyeri, dan hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan yang selaput paru dan sebagainya.

t5t2
PENANGGULAIIGAIY T{YERI PADA KANKER 1513

Nyeri neurogenik: yaitu nyeri yang berhubungan dengan Pen g kajian (Assessment)
kerusakan/gangguan saraf. Penilaian nyeri yang tepat merupakan kunci keberhasilan
pengobatan. Keluhan pasien merupakan arti sangat
penting dalam pengobatan nyeri, keluhan ini harus
ALAT BANTU diuraikan dengan jelas. Ada beberapa pedoman untuk
menilai nyeri seperti:
Untuk mempermudah dalam penilaian nyeri karena . Kapan timbulnya nyeri.
penilaiannya sangat subyektif, di mana faktor manusia . Di mema lokasi nyeri .
sangat dominan maka penilaian ini memakai alat bantu
. Bagaimana kemungkinan mekanisme nyeri tersebut
yang berguna. Untuk membantu penilaian dan alasan muncul.
keseragaman, ada beberapa alat bantu yang dipaka. Yang . Bagaimana intensitas nyeri itu.
sederhana dan sering dipakai adalah VAS (Visual Analog
. Faktor apakah yang mengurangi atau menambah nyeri
Scale/skala analog visual). Skala ini dimulai dari angka 0 tersebut.
sampai 10, dengan pengertian 0 artinya tidak ada nyeri Dari anamnesis yang baik, dapat diketahui jenis nyeri
sama sekali dan 10 artinya sangat nyeri sekali. Pasien yang dikeluhkan oleh pasien. Dengan bantuan pemeriksaan
diminta menunjuk titik tertentu. Penilaian ini akan diulang fisik dan pemeriksaan penunjang seperti foto,
setelah mendapat pengobatan. ultrasonogarfi, skintigrafi tulang, CT scanning, MRI dan
lainnya, akan dapat diketahui dengan jelas jenis nyeri
pasien ini, apakah nyeri neuropatik, viseral atau somatik
atau gabungan dari dua atau tigajenis nyeri ini.
10 cm Visuai Analog Scale (VAS)

Pengobatan dan Evaluasi


No Pain as Bad Pengobatan nyeri kanker harus,bersifat multi{isiplin,
Pain as it Could melibatkan banyak keahlian seperti onkologi medik,
Possibly be psikatrik, saraf, bedah, rehabilitasi medik, radioterapi,
perawat onkologi, pengasuh rawat (caregivers), danlain
Gambar 1. Skala analog visual (VAS)
lain. Selain itu juga melibatkan anggota keluarga selain
pasien itu sendiri.
Pengobatan nyeri kanker terdiri dari 2 bagian, non
DERAJAT NYEBI farmakologik yaitu pengobatan bukan dengan obat seperti
tindakan operasi, radiasi, tindakan oleh rehabilitasi medik
Berdasarkan alat bantu yang dipakai, maka nyeri kanker dan sebagainya. Pengobatan cara ini tidak banyak
dapat dibagi 3 kelompok; yaitu: dilakukan. Sedangkan farmakologik adalah pengobatan
. Nyeri ringan yaitu nyeri dengan nilai VAS 1-4. dengan memakai obat, dan dilaporkan sekitar 907o kasus
. Nyeri sedang yaitu nyeri dengan nilai VAS 5-6. nyeri kanker dapat diatasi dengan obat-obatan.
. Nyeri berat yaitu nyeri dengan nilai VAS 7- I 0. Untuk mer.nudahkan pengobatan nyeri, WHO membuat
suatu pedoman penilaian nyeri yang sangat dikenal dan
Hasil pemeriksaan ini akan menentukan jenis obat yang
dipakai hampir di seluruh dunia,yaiu Step Ladder/tangga
diberikan.
nyeri WHO . Berdasarkan pedoman ini akan lebih mudah
untuk menatalaksana nyeri kanker. Tangga nyeri (Step
Ladder) yang merupakan pedoman umum untuk
TATA LAKSANA NYERI KANKER pengobatan nyeri kanker, ini sangat membantu pehgobatan
nyeri ini dan mudah untuk dimengerti. Sehingga sangat
Tatalaksana nyeri kanker membutuhkan pengkajian dianjurkan untuk digunakan.
(assessment) yang tepat, terus-menerus dan
Obat nyeri kanker. Berdasarkan kepada kekuatan obat anti
berkesinambungan. Pengkajian nyeri itu sendiri memerlukan
nyeri kanker, maka dikenal 3 tingkatan obat yaitu:
pengetahuan dasar yang harus dipelajari dengan baik agar . Nyeri ringan (VAS 1-4), obat yang dianjurkan;
lebih berani dalam pemberian obat morfin. Dokter sering
Asetaminofen, OAINS (obat anti-infl amasi non-steroid)
takut memberikan morfin karena ketidaktahuan dokter . Nyeri sedang (VAS 5-6). Obat kelompok pertama dan
mengenai morirn, efek samping yang mungkin timbul, dan
ditambah kelompok opioid ringan seperti kodein,
cara mengatasrnya.
tramadol.
Tahapan dalam tata laksana nyeri kanker. . Nyeri berat (VAS 7-10). Obat yang dianjurkan adalah
. Pengkajian/assessment. kelompok opioid kuat seperti morfin, fentanil dan
. Pengobatan dan EvaltastJreassessment. sebagainya.
tst4 OI{KOI.OGIMEDIK

ObatAjuvan. Selain obat nyeri di atas ada lagi obat yang WHO menganjurkan pemakaian obat nyeri kanker seperti
bersifat ajuvan, yaitu obat yang membantu mengurangi berikut:
nyeri. Obat ini dapat diberikan pada semua derajat nyeri . Obat dimakan melalui mulut.
sebagai tambahan. Obat yang termasuk kelompok ini antara . Tepat waktu. Harus dimakan sesuai jadwal , tiap 6 jam
lain : a). Kortikosteroid; b). Gabapenrin ; c). Amirriptili n ; d). atau 12 jam, bila sedang tidur dibangunkan untuk minum
Bisfosfonat. Juga terdapat beberapa obat lain yang bisa obat nyeri.
bermanfaat. . Sesuai dengan pedoman tangga tyeri WHO.
Opioid Kuat. Pengobatan untuk nyeri kanker terutama nyeri . Individual, pengobatan nyeri sama dengan pengobatan
sedang dan berat sering di bawah standar. Ini terjadi bisa lain, setiap pasien punya reaksi dan respons yang
karena penilaian nyeri yang kurang baik atau karena mungkin tidak sama, sehingga perlakuannya bersifat
ketakutan akan pemakaian morfin. Ketakutan pemakaian individual.
morfin ini disebabkan banyak hal, bisa karena faktor pasien .. Penuh perhatian terhadap hal-hal kecil.
dan keluarga yang takut akan ketergantungan obat, atau Efek samping yang agak mengganggu adalah susah
fakor tenaga dokter karena krrrang mengetahui efek samping buang besar/konstipasi, mual, mengantuk, hal ini dapat
dan cara mengatasinya atau tidak mau repot karena adanya ditanggulangi dengan baik, sedangkan yang agak berat
aturan khusus dalam pemakaian obat opioid. adalah frekuensi napas menjadi lambat, meskipun kasus
seperti ini jarang terjadi.
Konstipasi harus dicegah sejak awal, sehingga setiap
membuat resep morfin maka resep laksansia juga harus
dibuat. Jika konstipasi sudah timbul maka agak sulit
untuk mengatasi hal ini. Nausea kadang kadang timbul
dan dapat diberikan anti muntah. Pemberian dosis
maksimal morfin lebih ditentukan oleh toleransi terhadap
efek samping ini.
Satu hal yang penting diketahui morfin tidak mempunyai
dosis maksimal sehingga aman sekali dipakai dan tidak
menimbulkan ketergantungan jika dipakai dengan benar.
Pemberian obat ajuvan diberikan sesuai pengkajian.
Jika diduga penyebabnya neuropatik maka selain obat di
atas dapat ditambahkan GABA/Gabapentin. Jika nyeri
somatik disebabkan oleh karena metastasis tulang yang
sedikit maka diberikan OAINS (ObatAnti Intlamasi Non
Steroid) dan dapat ditambahkan bisfosfonat. Jika
metastasis relatif luas atau multipel maka pengobatan
utamanya adalah radioterapi dan ditambah
bisfosfonat.
Tata laksana nyeri merupakan bagian dari pengobatan
Gambar 2. Tangga nyeri (Step Ladder WHO\ kanker. Jika pengobatan kausal terhadap kanker responsif,
maka kebutuhan anti nyeri bisa berkurang dan adakalanya
pemakaian morfin bisa dihentikan secara bertahap tanpa
Opioid kuat yang ada di Indonesia seperti morfin menimbulkan ketergantungan (adiksi). Jika pengobatan
tersedia dalam bentuk: 1). Ampul yang diberikan untuk kausal tidak diberikan lagi maka pengobatan anti nyeri akan
injeksi (suntikan);2). Kemasan oral (tablet) dalam 2 bentuk: terus diberikan sampai pasien meninggal. Sepanjang cara
(2 a).Tablet kerja cepat, efektif selama 4-6 jam sehingga pemberian morfin sesuai prosedur maka tidak terjadi
diberikan 4-6 kali sehari. Tablet ini bisa digerus dan dibagi. addiksi dan nyeri dapat dikontrol dengan baik. Pemakaian
(2 b). Tablet kerja lambat, efektif selama 8- 1 2 jam sehingga morfin tidak adabatasan maksimal sepanjang efek samping
diberikan 2 kali sehari. Tablet ini tidak bermanfaat sebagai obat tersebut tidak muncul. Bila muncul efek samping yang
lepas lambat bila dibagi/digerus; 3). Opioid kuar benruk serius maka pengobatan dengan morfin harus ditukar
lain adalah Transdermal Patchlobat tempel transdermal dengan obat lain.
fentanyl, yaitu golongan opioid kuat yang bekerja selama Pengobatan psikiatrik seharusnya sudah dimulai sejak
72 jamdan carapemberian ditempel di kulit. Obatini sangat pasien mulai mendapat pengobatan nyeri, karena nyeri
bermanfaat untuk orang yang sulit menelan, kegagalan kanker biasanya nyeri kronik dan berdampak kepgda psikis.
fungsi saluran cerna, tidak patuh/sulit minum obat sesuai Ada beberapa cara yang dikembangkan dalam bidang
ketentuan (non compliance) dan lain sebagainya. psikiatrik.
PENANGGULAI\GAI{ NYE,RI P,ADA KANKER 1515

TAHAPAN SEDERHANA PENATALAKSANAAN REFEBENSI


NYERI KANKER
Dinwoodie WR. La Pierre JA, Rodriquez C, Brune lvl- Pain
. management. Decision making in oncoiogl,, evidence based
Tentukanjenis nyeri
management. In: Djulbegovic B. Sullivan DM, editot's,
. Tentukan tingkatan nycri Philadelphia: Churchill Livingstone: 1997 p 385-97,
. Berikan anti nyeri sesuai tingkatan Elon Eisenberg, David Borsook, AJyssa A Le Bel. Pain in the
. Pengkajian ulang dan dosis morfin dinaikkan 7i sampai ternrinally ill N{assachusseits General Hospital handbook oi
% dosis awal. pain Management In: David Borsook, Alyssa A LeBel. Bucknam
.. Fikirkan obat tambahan,bila kurang responsif. Mc Peek, editors. Boston: Little, Brown and Company: i996,
p. 3 10-25.
Foley' KM. Management of cancer pain. supportive care and the
quality of Iife of the carlcer patien[. Cancer principlc and
KESIMPULAN practice of oncology. ln: De Vila Vincent, Hellman Sanruell, A
Rosenberg S, editors 4th edition Philadelphia: LippincoLL: i993
Penanggulangan nyeri kanker merupakan bagian dari p. 2417 -37.
pengobatan kanker dan sangat belpengaruh terhadap Kittelberger KPLeBel AA. Borsook D. Assessment ol pain in:
kualitas hidup pasien. Penanggulangan nyeri kanker harus Boorsok D, LeBel AA, N4c Peek B. editors. Ntassirchusetrs
General hospital handbook of pain rranagement. Boston: [-ittle.
secara interdisiplin. Untuk mencapai bebas nyeri
Brown and Company; 1996. p. 26-44.
diperlukan pengkajian yang tepat, komprehensif dan NCCN. Adult cancer pain. Clinical pluctice guideline in oncology-.
berkesinambungan. Pemberian obat rnorfin cukup aman Voltrme I 2005, p. 1- 27
asal dikerjakan dengan baik dan tidak menimbulkan Payne R. Opioid pharmacotherapy Principles and practice of
ketergantungan. palliative care and supporti\/e oncology. In: Berger AN, Portenol
RK. Weissman DE, editors. 2nd edition. Philadelphia: Lippincitt
Williarns and Wilkins: 2002. p. 68-83.
237
SINDROM PARANEOPLASTIK
Sugiyono Somoastro, Abdulmuthalib

DEFINlSI DAN INSIDENS hormon yang tidak wajar oJeh sel tumor. Banyak sel
normal dan nonendokrin maligna produksi sejumlah
Sindrom paraneoplastik adalah gangguan klinik dengan protein hormon yang berfungsi autokrin atau parakrin.
tanda dan gejala yang mengenai jauh dari tempat tumor Beberapa kanker produksi dalam jumlah banyak hormon
primer dan metastasis (remote effect). Sindrom atau mempunyai kemampuan mengubah suatu molekul
paraneoplastik paling sering berhubungan dengan kanker menjadi bentuk aktif yang mengakibatkan timbul
paru, lambung dan payudara atau dengan keganasan darah manifestasi klinik sistemik. sarkoma dan hepatoma dapat
ferutama limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. mengekspresikan peningkatan aktivitas aromatase yang
Beberapa sindrom paraneoplastik seperti cancer-related mengubah androgen menjadi estradiol, sehingga terjadi
anemiu dan anorexia-cachexia sering terjadi pada berbagai ginekomastia. Beberapa keganasan hematologi
jenis keganasan. Insidens terjadi sindrom paraneoplastik mengekspresi peningkatan vitamin D hidrolase sehingga
adalah sekitar 50%. Sangatpenting mengenali manifestasi terjadi peningkatan kalsitriol dan hiperkalsemia. Produksi
klinik sindrom paraneoplastik karena sering sekali dan sekresi sitokin bertanggungjawab terhadap beberapa
merupakan petunjuk awal adanya kanker dan pengenalan sindrom paraneoplastik seperti lekositosis, demam,
segera akan mengarah diagnosis yang lebih awal dan pada anoreksia-kakeksia. Beberapa sindrom paraneoplastik
stadium yang lebih bisa ditangani. Protein yang disekresi terutama dengan manifestasi neurologi umumnya akibat
oleh sindrom paraneoplastik mungkin bisa digunakan terbentuknya autoantibodi.
sebagai tumor marker. Keberhasilan penanganan tumor
yang mendasari akan menghilangkan sindrom
paraneoplastik. Pada beberapa keadaan tumor tidak bisa PENEMUAN KL!NIS
diobati tapi gejala dan komplikasi sindrom paraneoplastik
bisa ditangani. Tanda dan gejala sindrom paraneoplastik dapat
mendahului diagnosis kanker berbulan-bulan atau
bertahun-tahun atau dapat timbul kapan saja dalam
PATOGENESIS perj alanan kanker. Sindrom paraneoplastik umumnya
berhubungan dengan gejala yang timbul cepat. Setiap
Penyebab terbanyak sindrom paraneoplastjk tidak sistem organ dapat terkena sindrom paraneoplastik.
diketahui. Tapi secara umum ada 4 mekanisme, yaitu: 1). SIADH dan hiperkalsemia adalah contoh sindrom
Sekresi hormon yang tidak wajar;2). Konversi metabolik paraneoplastik yang berakibat fatal/kematian bila tidak
hormon steroid; 3). Produksi dan sekresi sitokin; 4). ditangani dengan tepat. Anemia adalah faktor utama
Stimulasi produksi antibodi autoimun yang berperan dalam cancer-related fatigue dan
Sindrom endokrin seperti hiperkalsemia dan SIADH morbiditas cardio-pulmonary. Fenomena trombo-
(q,ndrome ctf in ropriate secretion of antidiuretic emboli tidak jarang penyebab kematian pada kanker
hormone) umumnya disebabkan oleh produksi peptida lanjut.

1516
SINDROM PARANEOPLASTIK t517

MANIFESTASI KLIN!S peningkatan jumlah trombosit. Penyebabnya mungkin


produksi trombopoietin berlebihan atau dapat disebabkan
oleh kelainan sekunder seperti inflamasi, perdarahan, ane-
Endokrin mia hemolitik. Kanker yang berhubungan limfoma, tumor
Sindom Cushing. Dengan gambaran klinis kelemahan, padat.
alkalosis, hipokalemia, hipertensi. Penyebabnya adanya Tromboembolism. Dengan gambaran klinis m.igratory
produksi ACTH. Kanker yang berhubungan: kanker paru thro mb o s i s. ril e v olv ulc:r et at iot'Ls, emboli sisternik.
ste t) e I
smaL L- c eLl, karsinoid,timoma, tiroid medullary
CY A (.C e re b rov a s c ul ar
. Peny ebabnya terdap at
ac' c i de nt)
SIADH. Dengan gambaran klinis hiponatremia, urin ketidakseimbangan antara koagulasi dan fibrinolisis,
hipertonik, konfusi. Penyebabnya adalah arginin peningkatan katabolisme fibrinogen dan trombosit,
vasopresin, ANF (Atrial NcLtriuretic Factor). Kanker yang penurunan kadar AI III, protein C dan protein S. Kanker
berhubungan : kanker gastrointestinal, esofagus, kanker yang berhubungan gastrointestinal, adenokarsinoma
paru small-cell. mustnus.
Hiperkalsemia. Dengan gambaran klinis hiperkalsemia, DIC (Dis s entinated I ntruvus cular C oagulopathy). Dengan
konfusi, poliuri/polidipsi" Penyebabnya adalah PTHrP gambaran klinis Peningkatan PT (protrombin time),PTT
(Porothyroid hormone-relatecl peptide). Osteocla,st (parsial tromboplastin time), flbrinogen, trombositopenia,
activating factors, peningkatan hidroksilasi vitamin D. D-dimer. Penyebabnya peningka[an ikatan protein aneksin
Kanker yang berhubungan: kanker paru nonsmall-cell, II dengan fosfolipid. Kanker yang berhubungan AML-M3,
nasofaring, payudara, mieloma. limfoma, lekemia tumor padat.
Hipoglikemia. Dengan gambaran klinis hipoglikemia,
konfusi. Penyebabnya IGF-II (irtsulin growth factnr). Neuromuskular
kanker yang berhubungan: sarkoma, hepatoma Sindrom Guillain-Barre. Dengan gambaran ascending
Onkogenik osteomalasia. Dengan gambaran klinis paral,sis. Penyebabnya infl amasi, demielini sasi. kanker
hipofosf-atemia, penurunan vitamin D, osteopeni. nyeri yang berhubungan limfoma Hodgkin.
tulang. Penyebabnya peningkatan ekskresi fosfat di ginjal. Miastenia gravis. Dengan gambaran klinis kelemahan,
Kanker yang berhubungan: sarkoma. prostat. kanker paru pandangan kabur. Penyebabnya antibodi terhadap reseptor
small-cell. i asetilkolin. Kanker yang trerhubungan timoma.
Akromegali. Dengan gambaran klinis raut mLrka kasar. Eaton-Lambert sindrom. Dengan gambaran klinis
peningkatan ukuran kaki/tangan. Penyebabnya kelemahan, disfungsi otonom. Penyebabnya antibodi
peningkatan hormon pertumbuhan, GHRH (.grov,th terhadap voLtage-gated calsium. Kanker yang
rmone). Kanker yang berhubungan
ho rmone - r e I e a s in g ho :
berhubungan kanker paru jenis small-cell.
paru, lambung, payudara, karsinoid.
Paraneoplastik periferal neuropati. Dengan gambaran
Ginekomastia. Dengan gambaran klinis pembesara klinis penurunan simetris kemampuan sensorik dan motorik,
payudara pada laki. Penyebabnya peningkatan aktivitas progresif dari distal dan terberat pada tungkai.Penyebabnya
aromatase. Kanker yang belhubungan: hepatoma, sarkoma. adanya antigen CV2. Kanker yang berhubungan paru,
payudara.
Hematologi
Anemia. Dengan gambaran laboratorium penurunan Dermatologi
hemoglobin, hematokrit, skistositosis, penurunan Eritroderma. Dengan gambaran klinis eritema makular
prekursor eritroid. Penyebabnya penurunan relatif difus. Penyebabnya tidak diketahui. Kanker yang
eritropoietin, hemolisis autoimun, pure red cell aplasra'. berhubungan limfoma
Kanker yang berhubungan semua kanker. Pruritus. Dengan gambaran gatal menyeluruh.
Eritrositosis. Dengan gambaran laboratorium peningkatan Penyebabnya tidak diketahui. Kanker yang berhubungan
hemoglobin/hematokrit. Penyebabnya peningkatan limfoma.
eritropoietin. Kanker yang berhubungan ginjal, hepatoma. Lesi bulosa. Manifestasi tersering adalah paraneoplastik
Reaksi leukemoid. Dengan gambaran laboratorium pemphigus dengan gambaran klinis lesi bulosa pada kulit,
lekositosis >20.000/mm3. Penyebabnya sitokin. Kanker stomatitis. Penyebabnya autoantibodi terhadap desmosom
yang berhubungan semua jenis kanker. plakin, lektin, desmoglein I dan 3. Kanker yang
Trombositopenia. Dengan gambaran laboratorium berhubungan limfoma, lekemia limfositik kronik, timoma.
trombositopenia. Penyebabnya adanya antibodi terhadap
trombosit. Kanker yang berhubungan limfoma Reumatologi
Trombositosis. Dengan gambaran laboratorium Dermatomositis/polymyositis. Dengan gambaran klinis
1518 ONKOI]OGIMEDIK

kelemahan otot. infiarrasi. ruam. Penyebabnya adanya gejala dan kanker yang mendasari. Pada pasien dengan
antibodi antirniosin, antimioglobin. kanker yang ge.jala ringan dan tumor yang kemosensitif. dengan
berhub un gan paru. ov arir.un, payud ara, I arnbung pemberian kemoterapi cukup rnenghilangkan gejala. Tapi,
Vaskulitis. Dengan gambaran klinis vaskulitis. bria gejala berat dan tunror lanjut atau tumor yang kurang
Penyebabnya endapau kompleks imun. Kanker )i ang sensitif, perlu terapi spesifik.
berhubun gan keganasan hematologi Sindrom paraneoplastik akibat dari overproduksi
Pulmonary hypertrophic osteosrthropathy. Dengan hormon atau sitokin umumnya berhasil ditangani dengan
gambaran klinrs clubbittg. nyer-i tulaurg, sirror,'itis, periosti- keberhasilan terapi antikanker dan akan tin-rbul lagi bila
tis. Penvebabnya tidak diketahui" Kanker yang residif. Terapi lambahan diperlukan seperti pada sindom
berhubun-gan paru. mesoteli orna, metastasi s paru.
Cushing dengan obat penghambat produksi kortisoi
(aminoglutetimid atau ketokonazol), hiperkalsemi a dengan
tridrasi dan bifbsfonat, SIADH dengan pernbatasen cairen
Gin jal clan demeklosiklin, oncogutic o.steontoIac la dengan fosfal
Glomerulonefritis. Densan garrbalan klinis glomerulo- cian vitarnin D adalah sering bermanfaat untuk menuurengi
nefritis mernbranosa. Penyebabnya endapan kompleks gej al a. S ebaiiknya gej ala-gej al a yang berhubungan clen gan
imun. Kanker yang berhubungan paru, gastr-ointestinal, sindrom neurologi autoimun selalu berhubungan dengan
pal,udara, lirnfbma. kerusakan neuron yang umunlnya ireversibel saat
Sindrom nefrotik. Dengan gambaran kiinis glomerulo- diagnosis ditegakkan. Perbaikan peningkatan kualitas
nefritis nrinimal (lipoid nefrosis)" Penyebabn.va tidak hidup, dengan perangsan-q nafsu makan seperti
ciiketahui. Kanker yang berhubungan" Iimi'oma Hodgkin. medroksiprogesteron asetat clapat nreringkatkan berurt
badan pada 50% pasien dengan cancer-associateci
an o re:; icL-r'ctclre,ria. Erilropoietin dapat mengulangi fatigue
Hati oada pasien dengan cattcer-relotecl atrcntiu.
Sindrom Stauffer. Dengan gambaran klinis gangguan
fungsi hati, dernam, penurunan berat badan. Penyebabnl,a
antibodi antihepatosit (?). Kanker yar-rg berhubnngan
BEFEBENSI
kanker ginjal.
Arnold SM, [-ieberman FS, Foon KA Palrneop]astic s1 ndromes
In: de Vitir V'[. et a], editors. Cancer principles & practice in
SISTEMIK
oncology. I I edition PhrJadelphia: Lippincott
Anoreksia-kakeksia. Dengan garrbaran klinis penurrnan Williarns&Wiiki ns: 200-5'
belat badan. Penyebabn_,"a TNF (turnor nekrosis faktor.l JiLmcson JL, Johnson BE Par aLrcopla:tic s-l nilron-res: enrlocr ino-
alfa (kakeksin). Kanker' _yan-q berhubungan semua jenis DL el al. cditors Harrison
logiclhenratologic Irr: Krsper s

kanker. principle of rnternrl nredicine l6'' editicin Neu'York:


\'lcGrar-Hiti:1005
Demam. Dengan gambaran demam tanpa adanya infeksi. Kllcmkeria:r GP Paraneop)astic syndromes. ln: Humes HD. editor
Penyebabnva interleukin I dan TNF alfa, beta. Kelle_v's textbook of internel n:ledicine 4th edition
Philadelphi.r: Lippincott Williams&Wiikins: 2000
Macaulay VM, Smith lE Paraneoplastic syntironres In: Peckham
\4, et al, editors Oxford texlbook of oncologl. Oxfirrd: OxfbrC
PENGOBATAN
Ur.riversity Press; 199-5
Odell WD. Parirneoplastic syndronres In: Hollancl JF-. et al eCirors
Penanganan yang tepat sindrom paraneoplastik Cancer medicine, .1' edition Baltirrore: Wi llierrs&Wilkin-s:
tergantung padajenis, tingkat beratnya. dan respons terapi t991
kanker yang mcndasari. Tujuan pengobatan mengontrol
238
PENATALAKSANAAN PASIEN
KANKER TERMINAL DAN PERAWATAN
DI RUMAH HOSPIS
Asrul Harsal

PENDAHULUAN Saunders di St.s Cirrislopher s hospice di Londoq


lslilah hospis tidak diterima di Perancis, sehingga
Pengobatan kanker lanjut dengan kondisi pasien yang dipolulerkan dengan nama perawatan paliatif. Dengan
kurang baik, sering ditujukan kepada perawatan paliatif. kegiatan yang sama. Peralvatan paliatif dikenaljuga dengan
Dalam perawatan paliatif, klinisi dihadapkan kepada dua perar,vatan terakhir (krminal care) ,end of'life care.
hal yaitu: 1). Pengenalan pelayanan perawatan paliatif itu
sendiri; 2). Penjelasan mengenai perawatan paliatif yang
menuju kepada kematian, yang cenderung menjadi topik FILOSOFI PALIATIF/HOSPIS
yang menakutkan bagi keluarga dan pasien., dan klinisi
perawatan paliatif biasanya juga menghindari pembicaraan Pedoman perawatan paliatif adalah: 1). Kematian adalah
kematian pada awal wawancara. sesuatu yang alamiah yang merupakan bagian dari siklus
Deskripsi dari perawatan paliatif sering dipakai penyakit kehidupan, perawatan paliatif tidak merrperpanjang atau
terminal, penyakit yang mengancam kehidupan, atau mempercepat kematian; 2). Mengatasi nyeri dan gejalal
penyakit serius. keluhan yang timbul merupakan tujuan dari perawatan, 3).
Pengertian mengenai perawatan paliatif dan ruang Nyeri psikologis dan spritual merupakan hal yang nyata
lingkupnya bervariasi dalam kon-runitas perawatan paliatif dari nyeri fisik dan rnetnerlukan 3 keahlian, sehingga
menggambarkan bukanlah suatu lapangan yang barn, pendekatannya harus secara tim interdisiplin, 4). Pasren,
ruang lingkup itu masih diperdebatkan, mulai dari keluarga dan seseorang yang disayangi. merupakan suatu
menghilangkan gejala, peningkatan kualitas hidup atau unit dari perawatani 5). Perawatan kesedihan suatu hal
mengobati pasien yang tidak responsif terhadap yang penting untuk mendukung ketahanan anggota
penyembuhan, pertikaian ini tetap ada dan masing masing keluarga dan teman, 6). Perawatan ini dikembangkan tanpa
negarajuga berbeda dan di Amerika ada perbedaan antara melihat kemampuan untuk drbayar.
perawatan paliatif dan hospis. Tujuan utama perawatan paliatif adalah
mempromosikan kesadaran, dignified dan bebas nyeri
terhadap pasien sehingga dapat menghargai akan
PE RAWATAN PALIATI F/HOS P IS kebutuhan seseorang.

Perawatan hospis adalah perarvatan oleh tenaga terlatih


yang dtujukan terhadap kebutuhan fisik, psikososial, dan ORGANISASl TIM HOSPIS
spritual yang diperlukan oleh pasien dan keluarga, bentuk
ini merupakan dasar program perawatan paliatif di seluruh Anggota inti dari tim peraw-atan paliatif/hospis adalah;
dunia, program ini pefiama kali diperkenalkan oleh Cicely . Dokter yang mengunjungi pasien.

1519
1520 ONKOLOGIMEDIK

. Ketua tim hospis. perawatan rawat rumah.


. Perawat yang sudah terlatih dengan keadaan pasien Selama 20 tahun terakhir ini, ada banyak alasan yang
menjelang meningga[. rrenyebabkan adanya transisi perawatan di rumah sakit
" Tenaga terlatih (pekerja sosial) terhadap kondisi yang dipindahkan ke rumah, seperli; biaya perawatan yang
menjelang meninggal. mahal, pembatasan yang ketat dalam lama perawatan rumah
. Rohaniawan yang terdidik dan berpengalaman. sakit, keberhasilan peraw'atan rumah hospis dan perawatan
. Koordinator sukarela yang terlatih dalam organisasi dan rumah lebih murah dan lebih efektif.
komunikasi. Beberapa perawatan rutin rumah sakit dapat dikerjakan
. Tenaga sukarela yang terlatih. di rumah dan hasilnya jLLga baik.
Selain yang di atas ditambahkan, tenaga profesional
Iain, seperti terapis, ahli diet, ahli farmasi dan asisten Elemen Perawatan Paliatif
perawat, yang akan bergabungjika diperlukan. Perawatan paliatif ditandai oleh beberapa hal:
Sasarannya pada Kondisi Khusus, perau'atan pada kondisi
sakit terminal ataur nrenjelang akhir hayat. Tahapan ini tidak
EVALUASI PERAWATAN mernbutuhkan prognosis spesifik di dalam penjelasan
terhadap perawatan pasien yang menjelang ajal, eufemisme
Evaluasi ini agal< sulit karena menyangkut saksi dan or- harus dihindari,tetapi definisi tidak tumpul sehingga akan
ang yang mengevaluasi setelah proses perawatan lengkap
menakutkan pasien dan keluarga, seperti, tidak bisa sembuh,
Pendekatan yang sederhana adalah mengikuti atau temrinal dan juga tidak begitu halus seperli memberi
perkembangan pasien ini rningguan pada tingkat rumah harapan seperli pada penyakit lanjut.
sakit atau perawatan rumah hospis sehingga akan Sedangkan untuk petugas, istilah kondisi teminal, aktif
memperbaiki kej adi an sebelumnya. progresif dan sebagainya jadi Iebih nyata. istilah penyakit
yang lnengancam kehidupan lebih tepat untuk keluarga
Tipe Program Perawatan Paliatif dan pasien.
Ada dua tipe pelayanarr: Menggunakan metode yang tertentu. a). Komprehensif
Hospis yang juga dikenal dengan perawatan paliatif. yaitu, ditujukan terhadap semua kondisi yang dihadapi. b).
Program ini dapat dikembangkan sesuai dengan tempat Interdisiplin atau bekerja sama dengan yang lain,
dimana perawatan diberikan dan apakah staf ditempat Kebanyakan bidang klinis tidak mempunyai perawatan
tersebut mengetahui program paliatif atau bisa juga spesitik, tidak ada beda nyata, kecuali antara medikal dan
dikonsulkan kepada stafdari anggota tim paliatif. bedah, sering dipakai istilah bedah invasif minimal,
Sekarang program perawatan paliatif umumnya terdiri intervensi radiologik dan sebagainl'a..
dari pasien rawat inap yang dikonsultasikan kepada tim, Perawatan 1,ang diarahkan terhadap pasien dan keluarga
unit yang terdidik dengan berbagai ukuran perawatan akut dan sampai masa berkabung.
atau fasilitas lain yang dikembangkan, klinik perawatan
Fokus terhadap penatalaksanaan spesifik yaitu
ambulatoir, program rawat rumah spesial termasuk disini m empromosikan kualitas hidup.
pelayanan rumah sakit dengan "bridge" yang berafiliasi
Masalah yang dihadapi pada perawatan paliatit kurang
dengan perawatan paliatiflhospis.
energi. nyeri, mulut kering, napas pendek, susah tidur,
Kebanyakan perawatan rawat pal i atif dikembangkan
merasa mengantuk, kecemasan! merasa gugup. batuk, berat
sebagai konsultasi dengan atau di bawah pengaturan
badan turun, kurang nafsu makan, mudah tersinggung.
dokter primer, walaupun direktur rnedis paliatif atau dokter
gangguan seksual.
hospis dapat langsung merawat dalam beberapa program.
Di dalam perawatan paliatifjuga ada pilihan lain dimana Sebetulnya kita harus tahu apa yang diharapkan oleh
penatalaksanaan perawatan dipimpin oleh dokter primer. pasien yang sudah divonis sebagai perawatan paliatif,
berdasarkan kepada laporan penelitian Voogt E et al 2005,
Rawat rawat rumah yang dikembangkan. Program ini
menyatakan bahwa dari 122 pasien kasus terminal dengan
adalah rawat rumah yang dikembangkan dengan perawatan
rumah sakit pada kondisi akut. Rawat rumah dikembangkan
umur rata rata 64 tahun dan 53 %o diantaranya adalah
perempuan.
sesuai dengan fasilitas kediaman dan, rawat rumah seperli
ini termasuk perawatan singkat yang terus rnenerus untuk Disini dapat dikategorikan ada 3 bentuk keinginan pasien:
memberikan pelayanan yang intensif. Perawatan di rumah Berusaha untuk peningkatan kualitas hidup. Pasien lebih
sakit hanya karena kondisi akut, diberikan pada tempat tidur tua, lebih lelah berobat, atau mempunyai perasaan yang
yang tersebar, pada unit yang sudah terdidik dan dengan kurang positif , lebih sering mempunyai insiatif untuk
fasilitas yang dikernbangkan. atau kurang dari itu. Lama rnempunyai rencana lebih meningkatkan kualitas hidup.
perawatan fase akut ini harusnya 5oh darr jumlah hari Berusaha untuk memperpanjang kehidupan. Pasien
PENATALAKSANAAN PASIEN KANKERTERMINAL DAN PERAWATA},I DI RUMAH HOSPIS L52t

dengan riwayat kanker yang kurang dari 6 bulan, cenderung mendekati akhir kehidupan, maka prinsip dasar semua
lebih memilih usaha memperpanjang kehidupan pengobatan adalah tertuju terhadap menuju ketenangan
dibandingkan terhadap pasien dengan riwayat kanker lebih dan kenyamanan. Perawatan r.nulut menjadi hal penting.
lama, selama follow up,tidak ada perubahan, kecuaii pada infus, makanan dan minuman tidak perlu jika pasicn
pasien denga riwayat baru menderita kanker dan semangat menolak,
untuk memperpanj ang kehidupannya men urun. Jika perawatan mulut baik, sedikit dehidrasi tidak
Tidak jelas, mana yang lebih diutamakan. Kelompok ini menimbulkan rasa tidak nyaman.
kurangjelas arah yang hendak dicapai. Obat yang dipakai sebelumnya jika masih diperlukan
dan tidak bisa diminum maka diberikan melalui suntikan,
pemberian obat suntikan subkutan masih dapat diberikan"
Perawatan Pasien Terminal Obat yang tidak ada hubungan dengan perbaikan gejala
Kematian adalah suatu perjalanan yang akan dilalui oleh saat itu, segera distop.
semua orang, pada pasien kanker stadium lanjut, mungkin
Obat tidur dapat diberikan (angan morfin, karena efek
kematian itu sudah lebih dekat. Nilai dan kenyataan pada sedasinya disebabkan efek samping). Obat yang bisa
kondisi terminal yang dihadapi adalah penghargaan diberikan Midazolam 2-15 mg infus sub an dapat diulang
terhadap semua perawatartyang diberikan yang dicapai
setelah 2-4 1am kemudian, klonazepam 1-2 mg subkutan
secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah integritas.
atau sublingual.
bukan suatu kekecewaan. Sebagian tugas para klinisi
adalah memfasilitasi keadaan emergensinya.
Tugas klinisi adalah: Perawatan Spiritual
. Penjelasan tentang semakin dekatnya kernatian. Perawatan spiritual mempun,rrai beberapa penjelasan,
Sehingga berbicara mengenai hal yang nyata antara lain:
(realistic) . Perawatan spiritual tidak selalu berhubungan dengan
. Menilai kondisi pasien. Emosional pasien, dan lain lain. keagamaaan, tetapi lebih mengenai topik yang
. Mengobati gejala. berhubungan dengan harapan, dan perkembangan
. Menyembuhkan gejala. pribadi.
- Nyeri. Pengobatan nyeri harus bisa diberikan . KepercayaarVagama, adalah suatu pengertian manusia
dengan baik.Untuk nyeri sesuai dengan pedoruan yang mendalam,dan dokter harus menghargai hal ini.
yang ada tahap 1, 2 dan 3 (lihat dalam bab yang berhubungan dengan sakit berat dan kematian.
penatalaksanaan nyeri kanker). Menurut pengalaman yang dihadapi di tndonesia
- Gejala saluran cerna. Mual, muntah, hal ini bisa masalah agama menjadi sangat dominan pada kondisi
akibat penyakit kanker yang lebih dihubungkan terminal.
dengan faktor mekanik, atau akibat lainnya seperi Kondisi pasien pada akhir hayat diusahakan setenang
hiperkalsemia, atau akibat obat-obatan yang mungkin dengan kualitas hidup yang relatifbaik dan dalam
diminum seperti digoksin pada kelainan ginjal atau pedoman agama dan mulia (dignity).
infeksi. Metastasis hati sering menyebabkan mual.
- Sesak napas atau gangguan napas lainnya..
Sesak napas (d-t;spnea) dapat disebabkan banyak hal,
REFERENSI
dengan anamnesis, pemeriksaan hsis,dan jika disebabkan Andreu, Bil!ings J. Definitions and rirodels of palliative care Prin-
cairan pada pleura yang masif, maka dapat dilakukan ciples and practice of palliat;ve care and supportive oncology.
penyedotan dan dilanjutkan dengan pleurodesis jika In: Berger AN, Portenoy RK, Weissrnan DE, editors. 2"d
memungkinkan pada minggu-rninggu terakhir kehidupan. editjon. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins:
Philadelphia; 2002. p 635-46.
Sesak napas karena hal lain diobati sesuai dengan
Leland JY, Schonwetter RS Hospice. Principles and practice oI
penyebabnya, seperti infeksi dib6rikan antibiotika, sesak palliative care and suppo(ive oncology In: Berger AN, Porrenoy
karena payah jantung diobati dengan obat untuk penyakit RK, Weissman DE, editors 2'd edition. Philadelphia: Lippincott
payah jantung. Morfin dosis rendah adakalanya akan Williams and Wilkins; 2002. p. 617-52.
memperbaiki sesak napas yang tidak terlalu berat. Vinciguerra VD, Olimpio JT. DeJivery of cancer care at honre.
Supportive care in cancer. In: Klatersky J, Schinrpif SC, Jorg
Senn H, editors l't edition New York: Marcel Dekker; 1998. p
Perawatan Pasien pada Hari/Jam-jam 693 70',7.
Terakhir Kehidupan Lickiss JN. Care ofthe patient close to death Supportive care in
cancer -tn: Klatershl, J, Schinrpff SC, Jorg Senn H, editors l"
Penilaian kondisi pasien, termasuk di sini klarifikasi
edition New York: Marcel Dekker; 1998. p. 677-92
pencapaian tujuan pengobatan dan keadaan seseorang Voogt E, Heide A v d, Rietjens JAC, Leeurven Afl, et al Attitudes 01'
serta harapan yang ingin dicapai pasien dan keluarga patients with incurable cancer toward nredical treatment il the
menjadi sangat penting. Jika kondisi pasien sudah last phase ol lile. J ol Clin Oncology. 2005;23:2012-9.

Anda mungkin juga menyukai