Anda di halaman 1dari 12

Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh

Auditor Eksternal

Tri Ramaraya Koroy


STIE Nasional Banjarmasin, Indonesia
Email: trkoroy@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan makalah ini adalah mengidentifikasi dan menguraikan permasalahan dalam pendeteksian
kecurangan dalam audit atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Meskipun pendeteksian
kecurangan penting untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat banyak masalah yang
dapat menghalangi implementasi dari pendeteksian yang tepat. Berdasarkan telaah atas berbagai
penelitian yang telah dilakukan, ada terdapat empat faktor penyebab besar yang diidentifikasikan
melalui makalah ini. Pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses
pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian
yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit dan keempat
metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan.
Berdasarkan permasalahan ini, perbaikan yang perlu disarankan untuk diterapkan.

Kata kunci: auditing, fraud, financial statement fraud

ABSTRACT

Objectives of this paper are to identify and describe the problems in detecting the financial statement
fraud in auditing financial statements by external auditors. Although detection of fraud is important to
enhance the value of auditing, there are many problems that impede the appropriate implementation of
detection. Based on review of related research that have bee done, there are four factors that identified in
this paper. First, the characteristic of fraud occurence made it difficult for detection process. Second,
auditing standards is not sufficiently supporst the proper detection. Third, work environment of audit
may reduce the quality and the last, audit methods and procedures are not enough for efective detection.
Based on this identified problems, the improvement of implementation was suggested.

Keywords : auditing, fraud, financial statement fraud

PENDAHULUAN an, berupa tindakan yang sengaja atau tidak


disengaja (IAI, 2001).
Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu Terjadinya kecurangan– suatu tindakan yang
audit dirancang untuk memberikan keyakinan disengaja - yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu
bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh pengauditan dapat memberikan efek yang merugi-
salah saji (mistatement) yang material dan juga kan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan.
memberikan keyakinan yang memadai atas Adanya kecurangan berakibat serius dan mem-
akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. bawa banyak kerugian. Meski belum ada
Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu informasi spesifik di Indonesia, namun berdasar-
kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Fraud kan laporan oleh Association of Certified Fraud
diterjemahkan dengan kecurangan sesuai Pernya- Examiners (ACFE), pada tahun 2002 kerugian
taan Standar Auditing (PSA) No. 70, demikian yang diakibatkan oleh kecurangan di Amerika
pula error dan irregularities masing-masing diter- Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau
jemahkan sebagai kekeliruan dan ketidakberesan $600 milyar dan secara persentase tingkat
sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No. 32. kerugian ini tidak banyak berubah dari tahun
Menurut standar pengauditan, faktor yang 1996. Dari kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis
membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah kecurangan yang paling banyak terjadi adalah
apakah tindakan yang mendasarinya, yang ber- asset misappropriations (85%), kemudian disusul
akibat terjadinya salah saji dalam laporan keuang- dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit

22
Koroy: Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan 23

(5%) adalah kecurangan laporan keuangan gagal dalam mendeteksi kecurangan dalam lapor-
(fraudulent statements). Walaupun demikian kecu- an keuangan seperti yang dicontohkan di atas?
rangan laporan keuangan membawa kerugian Mestinya bila auditor eksternal yang bertugas
paling besar yaitu median kerugian sekitar $4,25 pada audit atas perusahaan-perusahaan ini
juta (ACFE 2002). menjalankan audit secara tepat termasuk dalam
Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun- hal pendeteksian kecurangan maka tidak akan
tahun belakangan ini memberikan bukti lebih terjadi kasus-kasus yang merugikan ini. Faktor
jauh tentang kegagalan audit yang membawa apa saja yang menghalangi auditor eksternal
akibat serius bagi masyarakat bisnis. Kasus dapat menjalankan tugasnya sehingga kecurang-
seperti itu terjadi pada Enron, Global Crossing, an dapat terdeteksi? Selanjutnya bila faktor
Worldcom di Amerika Serikat yang mengakibat- tersebut terjawab, bagaimana upaya perbaikan
kan kegemparan besar dalam pasar modal. Kasus sehingga auditor eksternal mampu memenuhi
serupa terjadi di Indonesia seperti PT Telkom dan harapan pengguna laporan keuangan?
PT Kimia Farma. Meski beberapa salah saji yang Mengingat akan arti pentingnya tanggung
terjadi belum tentu terkait dengan kecurangan, jawab auditor ini, maka makalah ini bertujuan
tetapi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-
kecurangan oleh manajemen terbukti ada pada faktor penyebab kegagalan auditor eksternal
kasus-kasus ini. dalam pendeteksian kecurangan. Untuk melaku-
Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemuka- kan hal di atas, pembahasan didasarkan atas
kan kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk literatur-literatur profesional dan penelitian-
(PT KF). PT KF adalah badan usaha milik negara penelitian empiris yang berkaitan. Dari uraian ini
yang sahamnya telah diperdagangkan di bursa. diharapkan agar didapatkan gambaran jelas dan
Berdasarkan indikasi oleh Kementerian BUMN komprehensif tentang masalah ini dan dapat
dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) di- digunakan untuk mengevaluasi berbagai langkah
temukan adanya salah saji dalam laporan untuk memperbaiki kinerja auditor dalam
keuangan yang mengakibatkan lebih saji (oversta- pendeteksian kecurangan. Untuk menjawab
tement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 pertanyaan permasalahan di atas bukan merupa-
Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang kan tugas mudah mengingat literatur dalam
merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari bentuk opini maupun penelitian empiris maupun
laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara rangkuman penelitian amat tersebar-sebar dan
melebihsajikan penjualan dan persediaan pada 3 dalam skop atau lingkup kecil. Dalam makalah ini,
unit usaha, dan dilakukan dengan menggelem- analisis dilakukan dengan memetakan secara
bungkan harga persediaan yang telah diotorisasi komprehensif faktor-faktor penyebab secara meta
oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai theory dan berdasarkan faktor-faktor tersebut
persediaan pada unit distribusi PT KF per 31 menganalisis upaya perbaikan yang mungkin
Desember 2001. Selain itu manajemen PT KF diusulkan.
melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada
2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan PERHATIAN LINGKUNGAN AUDIT
pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor TERHADAP KECURANGAN
eksternal.
Terhadap auditor eksternal yang mengaudit Perhatian yang semakin besar atas kecurang-
laporan keuangan PT KF per 31 Desember 2001, an oleh para praktisi, akademisi, dan pemerintah
Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah beberapa dekade belakangan terjadi terutama oleh
melakukan prosedur audit sampling yang telah karena munculnya dua aspek yang berkaitan
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, dalam lingkungan audit, yaitu expectation gap dan
dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan litigation crisis (Nieschwietz et al. 2000). Di
membantu manajemen PT KF menggelembung- Amerika Serikat, pada akhir tahun 1970an,
kan keuntungan. Bapepam mengemukakan proses Commisions on Auditors Responsibilities yang
audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya ditugaskan oleh AICPA atau sering disebut Komisi
penggelembungan laba yang dilakukan PT KF. Cohen telah mengidentifikasi adanya suatu kesen-
Atas temuan ini, kepada PT KF Bapepam jangan harapan atau expectation gap berdasarkan
memberikan sanksi administratif sebesar Rp 500 survei yang dilakukan mereka. Survei ini
juta, Rp 1 milyar terhadap direksi lama PT KF dan mengindikasikan bahwa standar yang diharapkan
Rp 100 juta kepada auditor eksternal (Bapepam pengguna jasa auditor eksternal melebihi dari apa
2002). yang dipercaya para auditor dapat mereka
Menjadi permasalahan yang menimbulkan berikan. Mayoritas pihak yang menggunakan dan
pertanyaan di sini: Mengapa auditor eksternal mempercayai pekerjaan auditor eksternal menilai
24 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 22-33

pendeteksian kecurangan sebagai tujuan yang dengan tanggung jawabnya sesuai harapan
paling penting dari suatu audit (AICPA 1978). masyarakat (Guy dan Sullivan 1988).
Penelitian survei yang lain oleh Epstein dan Aspek masalah kedua adalah krisis litigasi. Di
Geiger (1994) mengindikasikan bahwa kesenjang- Amerika Serikat, selama tahun-tahun 1970an dan
an harapan itu masih terus ada. Mayoritas 1980an, auditor eksternal mengalami peningkatan
masyarakat investor yang disurvei menginginkan signifikan dalam biaya litigasi, sehingga mengarah
agar audit dapat memberikan keyakinan yang pada litigation crisis. Palmrose (1987) menga-
absolut (absolute assurance) agar laporan keuang- nalisis 472 kasus litigasi yang melibatkan 15 KAP
an bebas dari semua jenis salah saji material baik terbesar selama periode 25 tahun sampai tahun
kekeliruan (unintentional misstatements) maupun 1985. Palmrose menemukan peran kecurangan
kecurangan. dalam litigasi auditor adalah signifikan. Dengan
Pihak profesi auditor eksternal, di pihak lain, menggunakan metode konservatif dalam meng-
cenderung untuk menekankan keterbatasan golongkan suatu kasus sebagai kecurangan,
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan dan Palmrose menunjukkan bahwa lebih dari 40%
tidak menanggapinya sebagai aspek positif sampelnya melibatkan kecurangan. Lebih dari
(AICPA, 1978). Walaupun pada saat profesi separuh dari semua kasus yang melibatkan
pengauditan masih di tahap awal–tahun 1850 kecurangan mengarah pada pembayaran settle-
sampai awal 1900an-auditor bertugas memberi- ment lebih dari $1 juta sedangkan kasus lainnya
kan keyakinan yang hampir absolut terhadap yang mengharuskan pembayaran sebesar ini
kecurangan dan mismanagement yang disengaja, hanya kurang dari 15% saja. Palmrose menyim-
namun dengan semakin berkembangnya perusa- pulkan bahwa kasus yang terlibat kecurangan
haan di Amerika Serikat maka terjadi pergeseran adalah kontributor utama untuk kategori pem-
dalam pengauditan (Epstein dan Geiger, 1994). bayaran yang lebih dari $1 juta sedangkan kasus
Cara pengauditan yang memverifikasi semua yang terlibat kekeliruan adalah kontributor paling
transaksi dan jumlah untuk maksud mendeteksi sering untuk kategori yang klaimnya ditolak
kecurangan telah bergeser menjadi pengauditan (dismissal). Analisis Palmrose menunjukkan
yang bermaksud menentukan kewajaran (fairness) bahwa kasus-kasus kegagalan bisnis adalah yang
pelaporan keuangan. Pergeseran ini merupakan paling sering ditolak jika kecurangan tidak terlibat
tanggapan atas semakin banyaknya volume di dalamnya. Studi Carcello dan Palmrose (1994)
aktivitas bisnis di awal abad 20 (sehingga pen- lebih lanjut memang menemukan asosiasi positif
deteksian kecurangan menjadi tidak feasible) dan signifikan antara adanya ketidakberesan (irre-
muncul dan semakin kuat peran pemegang
gularities) laporan keuangan dengan litigasi
saham. Pemegang saham dan pihak luar lainnya
terhadap auditor. Selain itu Palmrose (1991)
semakin mempercayakan auditor untuk melaku-
menunjukkan bahwa kecurangan juga mengarah
kan atestasi informasi yang diberikan manajemen
pada meningkatnya publisitas tentang “kegagalan
sehingga mengharuskan auditor menggeser
audit” (audit failures). Biaya yang ditanggung KAP
tujuan utama audit yaitu untuk memberikan
maupun pihak profesi karena publisitas yang
keyakinan untuk informasi keuangan kepada
negatif ini tidaklah mudah dikuantifikasi. Walau-
pihak eksternal. Praktik ini sampai sekarang
masih berlaku dan tidak berbeda jauh dengan di pun demikian, dalam hal ini adalah aman untuk
awal abad lalu yaitu fokus utama audit adalah menyimpulkan bahwa biaya tidak langsung dari
memberikan reasonableness atas laporan keuang- gagalnya pendeteksian kecurangan sungguh
an, seperti yang dipegang oleh AICPA. signifikan dalam profesi ini, sedangkan hasil
Komisi Cohen menyebutkan walaupun harap- utamanya adalah menambah kredibilitas untuk
an pengguna di atas cukup beralasan, namun informasi yang dihasilkan.
banyak pengguna tampaknya salah memahami Kasus kegagalan audit yang berlanjut pada
peran auditor eksternal dan sifat dari jasa yang litigasi juga ditemukan pada audit perusahaan di
auditor eksternal tawarkan (AICPA 1978). Epstein Indonesia. Berbagai kasus sejak kasus Bank
dan Geiger menyarankan untuk mempersempit Summa pada tahun 1992, dan berbagai kasus lain
kesenjangan itu, perlu ada upaya meningkatkan sesudahnya, meski hampir tidak ada melewati
pemahaman masyarakat atas sifat dan keterbasan pengadilan, namun telah diganjar dengan ber-
inheren dari suatu audit melalui pendidikan. bagai sanksi, baik dari organisasi profesi yaitu IAI,
Meski begitu, harapan masyarakat itu tetap harus pemerintah melalui menteri keuangan dan Badan
diperhatikan, dan AICPA telah berusaha meng- Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Berbagai
ambil langkah positif untuk mengklarifikasi dan kasus ini juga dapat digolongkan sebagai terkena
memperkuat standar pengauditan yang berkaitan risiko litigasi (Mayangsari dan Sudibyo 2006).
Koroy: Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan 25

PERKEMBANGAN STANDAR-STANDAR SEC Practice menyimpulkan di tahun 1993 telah


PENGAUDITAN YANG MENGATUR PENDE- ada pendapat yang menyebar bahwa auditor harus
TEKSIAN KECURANGAN OLEH AUDITOR mengemban tanggung jawab yang lebih besar
EKSTERNAL daripada sebelumnya untuk mendeteksi manage-
ment fraud. Akhirnya, Auditing Standard Board
Setelah Komisi Cohen mengeluarkan reko- (ASB) menyimpulkan bahwa para praktisi tidak
mendasi penting mengenai tanggung jawab benar-benar memahami tanggung jawabnya
auditor eksternal, di tahun 1980an dibentuk lagi dalam mendeteksi kecurangan, dan standar yang
komisi khusus yang bertugas untuk memberi ada gagal untuk memberikan pedoman yang
rekomendasi atas upaya meningkatkan proses mencukupi tentang banyaknya tugas dan doku-
mendeteksi dan mengatasi pelaporan keuangan mentasi yang diperlukan dalam melaksanakan
yang mengandung kecurangan. Komisi yang tanggung jawab itu (McConnell dan Banks, 1997).
bernama National Commission on Fraudulent Tahun 1997, ASB mengeluarkan SAS No. 82,
Financial Reporting atau sering disebut Komisi Consideration of Fraud in Financial Statement
Audit, untuk menggantikan SAS No. 53. Sesuai
Treadway ini di tahun 1987 menghasilkan reko-
dengan judulnya standar secara eksplisit menun-
mendasi penting yang terbagi tiga bagian ber-
juk pada kecurangan, dan di dalamnya mendes-
dasarkan pihak-pihak yang dituju, yaitu reko-
kripsikan kecurangan dan karakteristiknya, me-
mendasi-rekomendasi kepada perusahaan publik,
minta agar dilakukan penilaian risiko kecurangan
kepada pihak akuntan publik independen dan
secara spesifik untuk tiap penugasan audit, dan
kepada Securities and Exchange Commission memberikan pedoman kapan auditor meng-
(SEC) dan pihak lainnya. Salah satu rekomendasi identifikasi faktor risiko kecurangan. Selain itu
penting Komisi Treadway kepada pihak akuntan diberikan juga pedoman untuk pengevaluasian
publik independen adalah perlunya perubahan hasil, persyaratan untuk dokumentasi serta
standar pengauditan yang mengakui secara lebih komunikasi mengenai kecurangan baik internal
baik tanggung jawab auditor untuk mendeteksi maupun eksternal.
kecurangan atas laporan keuangan. Setelah terjadinya gelombang skandal akun-
Sebagai tanggapan atas adanya expectation tansi besar-besaran seperti kasus Enron di tahun
gap, AICPA pada tahun 1988 telah mengeluarkan 2001, perhatian publik memicu tindakan drastis
standar pengauditan yang sering disebut the oleh pemerintah dan kongres Amerika Serikat
expectation gap auditing standards, yang terdiri dengan mengeluarkan Undang-undang Sarbanes-
sembilan standar. Salah satunya yaitu SAS No. Oxley di tahun 2002. AICPA demikian pula me-
53, The Auditor’s Responsibility to Detect and nanggapi dengan merasa perlu untuk mengubah
Report Errors and Irregularities, - menggantikan kembali SAS No. 82 menjadi SAS No.99 di tahun
standar sebelumnya SAS No. 16. Standar ini 2002. Perubahan ini banyak mengambil
menjelaskan bahwa tanggung jawab auditor rekomendasi dari the Panel of Audit Effectiveness,
eksternal adalah untuk mendeteksi salah saji suatu panel yang dibentuk atas inisiatif Ketua
material. Hal ini dicapai dengan mendiskusikan SEC Arthur Levitt untuk tujuan menilai apakah
karakteristik klien yang disebut red flag – yang audit independen atas laporan keuangan
meningkatkan risiko salah saji material dan harus perusahaan publik telah cukup melayani dan
meningkatkan sikap skeptisisme oleh auditor. melindungi kepentingan investor (Pany dan
Namun standar ini belum tegas atau eksplisit Whittington, 2001). Masukan untuk SAS terbaru
menggunakan istilah fraud atau kecurangan ini juga didapat dari berbagai penelitian oleh pihak
tetapi irregularities atau ketidakberesan. Menurut akademisi. Terbitnya SAS No. 99 merupakan
PSA No. 32 yang mengadopsi SAS No.53, ketidak- upaya terobosan baru untuk mengatasi kele-
beresan adalah salah saji atau hilangnya jumlah mahan SAS No. 82. Walaupun standar baru ini
atau pengungkapan dalam laporan keuangan tidak mengubah tanggung jawab pendeteksian
yang disengaja. Lebih lanjut ketidakberesan kecurangan oleh auditor yang berlaku
sebelumnya, tetapi standar ini memperkenalkan
mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan
konsep, persyaratan dan panduan baru yang
yang menyesatkan, yang seringkali disebut
membantu auditor memenuhi tanggung jawabnya.
kecurangan manajemen dan penyalahgunaan
aktiva, yang seringkali disebut sebagai unsur
penggelapan. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
Dalam perkembangannya, AICPA Expectation KEGAGALAN PENDETEKSIAN
Gap Roundtable tahun 1992 memunculkan KECURANGAN
pertanyaan apakah SAS No. 53 telah secara efektif
mampu mempersempit kesenjangan persepsi. Pendeteksian kecurangan bukan merupakan
Lebih lanjut, Public Oversight Board of the AICPA tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor
26 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 22-33

eksternal (selanjutnya disebut auditor). Atas jadinya kecurangan, sehingga pengalaman auditor
literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat berkaitan dengan kecurangan tidak banyak.
faktor yang teridentifikasi yang menjadikan Loebbecke et al. (1989) yang melakukan survei
pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan atas 1.050 partner audit KPMG Peat Marwick
sehingga auditor gagal dalam usaha mendeteksi. menemukan adanya 77 kasus kecurangan yang
Faktor-faktor penyebab tersebut diuraikan seperti pernah mereka alami. Jika dihitung dari jumlah
dijelaskan di bawah ini. audit sepanjang karir mereka maka insiden
ditemukannya kecurangan menjadi sangat kecil
Karakteristik Terjadinya Kecurangan (sekitar 0,32 persen). Dengan jarangnya mereka
menghadapi management fraud sehingga jarang
Terjadinya kecurangan sebenarnya berbeda pula yang mempunyai latar belakang yang pantas
dengan kekeliruan. Menurut Loebbecke et al. yang mengarah pada kemampuan mendeteksi
(1989), kecurangan lebih sulit untuk dideteksi kecurangan. Dari hasil studi Johnson et al. (1991)
karena biasanya melibatkan penyembunyian dan Jamal et al. (1995), tampak bahwa penga-
(concealment). Penyembunyian itu terkait dengan laman saja tidaklah cukup dalam mendeteksi
catatan akuntansi dan dokumen yang ber- kecurangan kecuali jika pengalaman itu diperoleh
hubungan, dan hal ini juga berhubungan dengan dari industri yang sama atau melalui penugasan
tanggapan pelaku kecurangan atas permintaan yang melibatkan kekeliruan atau kecurangan
auditor dalam melaksanakan audit. Jika auditor yang material.
meminta bukti transaksi yang mengandung Selain itu, tugas pendeteksian kecurangan
kecurangan, dia akan menipu dengan memberi memerlukan pertimbangan yang melibatkan
informasi palsu atau tidak lengkap. banyak isyarat (multi-cues judgment) yang secara
Johnson et al. (1991) menyebutkan ada tiga inheren sulit untuk dilakukan tanpa didukung
taktik yang digunakan manajer untuk mengelabui oleh alat bantu (decision aids), bahkan oleh orang
auditor. Taktik pertama adalah membuat des- yang pakar sekalipun (Eining et al. 1997). Akar
kripsi yang menyesatkan (seperti mengatakan dari masalah ini adalah keterbatasan kemampuan
perusahaan yang sedang menurun sebagai kognitif manusia dalam memproses informasi.
perusahaan yang bertumbuh) agar menyebabkan Hackenbrack (1992) menunjukkan adanya efek
auditor menghasilkan ekspektasi yang tidak benar dilusi dalam pertimbangan auditor. Adanya infor-
sehingga gagal mengenali ketidakkonsistenan. masi yang tidak relevan (disebut juga bukti non
Taktik kedua adalah menciptakan bingkai (frame) diagnostik) yang bercampur dengan informasi
sehingga menimbulkan hipotesis tidak adanya relevan (bukti diagnostik atau red flag dalam
ketidakberesan (nonirregularities hypothesis) un- pendeteksian kecurangan) akan mengakibatkan
tuk evaluasi ketidakkonsisten yang terdeteksi. penilaian risiko kecurangan oleh auditor menjadi
Taktik ketiga yaitu menghindari untuk mem- kurang ekstrim. Penilaian risiko yang tidak
perlihatkan ketidakpantasan dengan membuat sensitif ini akan berakibat serius bagi tugas
serentetan manipulasi kecil (secara individual pendeteksian kecurangan.
tidak material) atas akun-akun tertentu dalam
laporan keuangan sehingga membentuk rasio- Standar Pengauditan Mengenai Pendeteksian
nalisasi atas jumlah saldo yang dihasilkan. Kecurangan
Dengan ketiga taktik ini, manajemen klien akan
berhasil bila auditor menggunakan cara sederhana Dalam pendeteksian kecurangan yang men-
melalui representasi tunggal dalam meng- jadi masalah bukanlah ketiadaan standar peng-
interpretasikan ketidakkonsistenan yang terdetek- auditan yang memberikan pedoman bagi upaya
si. Hasil penelitian Jamal et al. (1995) menunjuk- pendeteksian kecurangan, tetapi kurang mema-
kan bahwa sebagian besar auditor (dalam dainya standar tersebut memberikan arah yang
penelitian ini menggunakan partner) tidak mam- tepat. Hal ini terlihat dari uraian perkembangan
pu mendeteksi kecurangan dengan baik. Walau- standar pengauditan di depan yang menunjukkan
pun motivasi, pelatihan dan pengalamannya usaha untuk terus-menerus memperbaiki standar
memadai, para partner yang diuji dapat dikelabui yang mengatur pendeteksian kecurangan. Per-
oleh bingkai dari manajemen klien. baikan ini terutama timbul dari kenyataan bahwa
Ketidakmampuan auditor dalam pendeteksi- tanggung jawab pendeteksian kecurangan pada
an kecurangan ini ada hubungan dengan praktek belum cukup efektif dilaksanakan.
keahliannya dibentuk oleh pengalaman yang Keluarnya SAS No. 53 menjawab tantangan
relevan dengan kecurangan. Kecurangan itu kesenjangan harapan dengan secara signifikan
sendiri frekuensi terjadinya jarang dan tidak meningkatkan tanggung jawab auditor berkaitan
semua auditor pernah mengalami kasus ter- dengan kecurangan. Dalam standar ini ditegaskan
Koroy: Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan 27

auditor harus menilai risiko bahwa kekeliruan dan terbukti dari penelitian Zimbelman ini, SAS No. 82
ketidakberesan kemungkinan menyebabkan lapor- memang cukup berhasil mengarahkan auditor
an keuangan berisi salah saji material. Berdasar- untuk memperhatikan kecurangan. Namun SAS
kan penilaian ini, auditor harus merancang audit- No. 82 ini, seperti didapat dari penelitian Zimbel-
nya untuk memberikan keyakinan yang memadai man dan kemudian Glover et al. (2003), tidak
bagi pendeteksian kekeliruan dan kecurangan cukup untuk mendorong auditor untuk mengubah
yang material atas laporan keuangan. SAS No. 53 sifat auditnya sebagai tanggapan atas perubahan
memandang persyaratan (requirement) terhadap risiko kecurangan yang dipersepsikan, sehingga
kekeliruan sama dengan kecurangan. Namun mereka tidak memilih prosedur audit yang ber-
menurut Loebbecke et al. (1989) setahun setelah beda. Hasil ini menimbulkan pertanyaan menge-
standar ini terbit, kedua jenis salah saji ini sama nai efektivitas SAS No. 82 dalam membantu
sekali berbeda. Demikian pula persyaratan atas meningkatkan pendeteksian kecurangan. Dengan
dua jenis ketidakberesan yaitu defalcation dan kata lain, dengan standar ini auditor memang
management fraud juga berbeda. Loebbecke et al. melakukan upaya lebih, tetapi mereka tetap
percaya bahwa mendeteksi kekeliruan yang mempertahankan strategi audit yang konstan
material lebih langsung (straightforward) dan yang kemungkinan tidak efektif untuk mendeteksi
mudah dilakukan. Sebabnya adalah pertama, kecurangan.
kekeliruan terjadi tanpa adanya penyembunyian The Panel of Audit Effectiveness (PAE) ber-
sehingga dapat terungkap begitu bukti-bukti diuji. pendapat serupa yaitu proses penilaian risiko dan
Kedua, bila kekeliruan dalam jumlah kecil-kecil tanggapannya menurut SAS No. 82 ini tidak efek-
dijumlahkan menjadi jumlah yang material, tif karena hal ini tidak “mengarahkan prosedur
sangat mungkin satu atau lebih bagian bukti yang audit secara spesifik terhadap pendeteksian
mengandung kekeliruan akan diuji oleh auditor. kecurangan”. PAE juga menyatakan standar
Ketiga yaitu jika satu atau lebih kekeliruan itu pengauditan yang ada merupakan pedoman yang
secara sendiri-sendiri jumlahnya besar maka tidak mencukupi dalam mengimplementasikan
mungkin saja detil transaksi atau akun yang konsep skeptisisme profesional (Pany dan
berhubungan akan dipilih untuk diuji auditor. Whittington 2001).
Walaupun SAS No. 53 ini telah memuat Perubahan SAS No. 82 menjadi SAS No. 99
sejumlah faktor-faktor yang dapat mengindikasi banyak menyerap rekomendasi yang diberikan
adanya salah saji material, namun menurut PAE, sehingga merupakan upaya perbaikan yang
Loebbecke et al. standar ini tidak secara spesifik signifikan dalam standar pengauditan. SAS No. 99
memberitahukan cara faktor-faktor ini digunakan ini dirancang untuk memperluas prosedur audit
untuk membedakan antara kekeliruan dengan yang berkenaan dengan kecurangan material pada
ketidakberesan serta bagaimana hasil dari laporan keuangan. Standar baru ini mempertim-
tinjauan atas faktor-faktor tersebut diterjemahkan bangkan kecurangan secara menyatu dalam
menjadi kecenderungan (likelihood). Berdasarkan proses audit dan secara terus-menerus dimu-
penelitiannya, Loebbecke et al. menyarankan agar takhirkan sampai selesainya audit. Dalam standar
ini diuraikan proses dimana auditor (1) menyaji-
auditor membuat penilaian yang terpisah atas
kan informasi yang diperlukan untuk meng-
kekeliruan yang material, penggelapan (defal-
identifikasi risiko salah saji material yang
cation) yang material dan kecurangan manajemen
disebabkan oleh kecurangan, (2) menilai risiko-
yang material. Tidak adanya pemisahan yang jelas risiko tersebut setelah mengevaluasi program dan
antara penilaian risiko terhadap salah saji yang pengendalian oleh entitas dan (3) menanggapi
sengaja dan tidak sengaja pada SAS No. 53 ini, hasil dari penilaian tersebut. Auditor menyajikan
juga terbukti dalam penelitian Zimbelman (1997) dan mempertimbangkan lebih banyak informasi
tidak mendorong auditor untuk sensitif terhadap dalam menilai risiko kecurangan daripada yang
risiko kecurangan. pernah dialami di masa-masa sebelumnya. Selain
Perubahan SAS No. 53 menjadi SAS No. 82 itu juga auditor diminta mendokumentasikan
berusaha mengatasi kelemahan di atas. SAS No. penilaian mereka secara eksplisit dalam kertas
82 meminta penilaian risiko kecurangan dilaku- kerja.
kan secara eksplisit dan terpisah. Auditor juga SAS No. 99 ini mengingatkan auditor untuk
diminta untuk mendokumentasikan penilaian mengatasi kecenderungan alami mereka seperti
risiko kecurangan secara terpisah. Zimbelman terlalu percaya pada representasi klien dan bias
(1997) dalam penelitiannya mengatakan standar dan pendekatan audit mereka dengan sikap
ini harusnya dapat mengarahkan audit untuk skeptis dan pikiran yang mempertanyakan. Hal
memberi banyak waktu membaca isyarat yang penting juga adalah auditor harus menye-
kecurangan dan merancang rencana audit yang sampingkan hubungan masa lalu dan tidak
lebih sensitif terhadap risiko kecurangan. Seperti menganggap klien jujur.
28 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 22-33

Persyaratan yang baru dalam SAS No. 99 ini eksperimen yang dilakukan Carpenter menyaran-
adalah meminta tim audit agar berdiskusi selama kan meskipun jumlah dari ide-ide yang dihasilkan
tahap perencanaan mengenai potensi salah saji berkurang, tim audit yang mengadakan brain-
material karena kecurangan. Diskusi ini dilaku- storming menghasilkan ide-ide kecurangan yang
kan dengan cara brainstorming yang diharapkan berkualitas lebih banyak daripada auditor secara
mencapai dua tujuan. Pertama, bersifat strategik individual menghasilkan ide-ide tersebut sebelum
yaitu agar tim penugasan mendapat pemahaman sesi brainstorming. Tim audit menghasilkan ide-
yang lebih baik atas informasi yang dipunyai dari ide kecurangan berkualitas baru selama sesi
anggota tim yang berpengalaman tentang penga- brainstorming. Hasil-hasil ini juga menunjukkan
laman mereka dengan klien dan bagaimana penilaian risiko kecurangan yang dihasilkan
kecurangan mungkin terjadi dan disembunyikan. setelah sesi brainstorming secara signifikan lebih
Tujuan kedua adalah menetapkan “tone at the top” tinggi dari penilaian yang dilakukan auditor
yang sepantasnya dalam melaksanakan penu- secara individual sebelum sesi brainstorming,
gasan audit. Cara ini adalah usaha untuk khususnya bila kecurangan itu memang ada. Hasil
memodelkan derajat skeptisisme profesional yang ini menunjukkan sesi brainstorming cenderung
tepat dan menetapkan budaya atas penugasan. meningkatkan kemampuan auditor mengidentifi-
Budaya ini dipercaya akan merasuk dalam ke kasi kecurangan. Harapan perbaikan dengan
seluruh penugasan sehingga membuat semua berlakunya SAS No. 99 ini amat diharapkan
prosedur audit lebih efektif (Ramos 2003). seiring dengan diterapkannya cara-cara baru oleh
Auditor menurut standar baru ini perlu para auditor dalam penugasan.
memperluas lingkup informasi yang mereka
gunakan untuk menilai risiko salah saji material LINGKUNGAN PEKERJAAN AUDIT YANG
karena kecurangan, diluar faktor-faktor risiko MENGURANGI KUALITAS AUDIT
kecurangan yang terdapat pada SAS No. 82.
Faktor-faktor risiko kecurangan itu adalah Lingkungan pekerjaan audit merupakan hal
“kejadian-kejadian atau kondisi yang mengin- penting yang mempengaruhi kualitas audit
dikasikan insentif/tekanan untuk mendorong termasuk juga dalam kualitas pendeteksian
kecurangan, kesempatan untuk melaksanakan kecurangan. Komisi Treadway dalam rekomen-
kecurangan, atau sikap/rasionalisasi untuk mem- dasinya menuliskan “Komisi mendorong agar
benarkan atau menjustifikasikan tindakan- sensitivitas yang lebih besar pada bagian kantor
tindakan kecurangan” (para. 31). Walaupun fak- akuntan publik terhadap tekanan-tekanan dalam
tor-faktor risiko kecurangan tidak harus meng- KAP yang kemungkinan berdampak buruk bagi
indikasikan kecurangan ada, tetapi faktor-faktor kualitas audit” (National Commission on Fraudu-
itu sering ada bila bila kecurangan terjadi, lent Financial Reporting, 1987). Tekanan-tekanan
sehingga menjadi elemen penting yang diper- yang muncul dari lingkungan pekerjaan ini harus
timbangkan dalam ruang lingkup perikatan audit. dengan tepat dikelola agar tidak berakibat buruk
Selanjutkan auditor diminta untuk mem- bagi kualitas audit.
pertimbangkan program dan pengendalian oleh Tekanan-tekanan lingkungan pekerjaaan itu
manajemen berkenaan dengan risiko dan dapat dibagi menjadi atas beberapa hal yang
menentukan apakah program dan pengendalian diterangkan di bawah yaitu tekanan kompetisi
itu memperbaiki atau memperburuk risiko yang atas fee, tekanan waktu dan relasi hubungan
teridentifikasi. Auditor juga dipersyaratkan agar auditor-auditee.
membangun tanggapan yang tepat atas tiap risiko
yang teridentifikasi. Prosedur yang direncanakan Tekanan Kompetisi atas Fee Audit
harus mempertimbangkan risiko manajemen
mengesampingkan pengendalian. Prosedur itu Kompetisi yang semakin tajam di antara
juga mencakup pengujian ayat jurnal dan kantor akuntan publik untuk memperebut klien
penyesuaian lain, mereviu estimasi akuntansi atas memang tidak terhindarkan lagi dalam bisnis jasa
bias yang terjadi dan mengevaluasi penjelasan akuntansi. Namun hal ini mempunyai implikasi
bisnis atas transaksi material yang tidak biasa. yang perlu menjadi perhatian oleh pihak profesi
Banyak hal-hal baru dalam standar ini dan akuntan publik yaitu kompetisi yang semakin
membawa harapan bagi perbaikan. Carpenter tajam akan mengakibatkan penekanan untuk
(2007) dalam upaya menguji efektivitas dari salah penurunan fee audit. Tekanan ini akan meng-
satu aspek dari SAS No. 99 yaitu penggunaan sesi akibatkan KAP mengurangi pekerjaan audit
brainstorming mendapatkan bahwa brainstorming untuk mempertahankan marjin labanya (AICPA
amat berguna dalam melakukan pertimbangan 1978) dan mengarah pada perubahan baik atas
mengenai kemungkinan kecurangan. Hasil dari kejadian kecurangan maupun pendeteksian kecu-
Koroy: Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan 29

rangan. Untuk menjaga agar marjin laba tetap dibandingkan tugas lainnya. Braun menguji
menguntungkan, maka biaya harus ditekan dan hipotesisnya yaitu bila tekanan waktu ditingkat-
efisiensi diutamakan. Di pihak lain pendeteksian kan dalam lingkungan multi tugas, kinerja tugas
kecurangan yang ekstensif memakan biaya besar yang lebih rendah/subsidiary (yaitu sensitivitas
dan tidak efisien. Melaksanakan pendeteksian terhadap isyarat kecurangan) akan menurun
kecurangan mungkin efektif untuk kasus audit sedangkan kinerja tugas yang dominan (mendo-
yang mengandung kecurangan, namun tidak akan kumentasi bukti) akan tetap tidak berubah. Hasil
efisien pada kasus pengauditan pada klien yang penelitian menunjukkan auditor yang berada di
tidak terjadi kecurangan. Banyak manajemen bawah tekanan waktu yang lebih akan kurang
KAP keberatan atas pelaksanaan pendeteksian sensitif terhadap isyarat kecurangan sehingga
kecurangan yang terlalu ekstensif dilatarbelakangi kurang mungkin untuk dapat mendeteksi
oleh hal ini. kecurangan. Walaupun begitu, tekanan waktu
Tekanan kompetisi jelas membawa konseku- tidak mempengaruhi kinerja auditor yang
ensi bagi kualitas pekerjaan auditor eksternal. berkaitan dengan pengumpulan bukti atas fre-
Studi eksperimen ekonomi oleh Matsumura dan kuensi dan jumlah salah saji. Hasil ini konsisten
Tucker (1992) menunjukkan beberapa hal tentang dengan penelitian-penelitian dalam bidang
masalah ini. Dalam penelitian ini mereka memani- psikologi yang memprediksi bahwa terdapat
pulasi penalti atas auditor, persyaratan peng- pengurangan dalam perhatian bila seseorang
auditan, struktur pengendalian internal, dan fee diperhadapkan dengan tekanan waktu, dan
audit untuk menguji efek dari dari variabel- menunjukkan bahwa tekanan waktu akan
variabel ini terhadap pendeteksian kecurangan menyebabkan auditor gagal untuk menghadirkan
dan kejadian atau insiden kecurangan. Mereka sinyal-sinyal kecurangan dalam bukti audit.
menemukan kenaikan pada penalti atas auditor
menghasilkan penurunan terjadinya kecurangan Hubungan Auditor-Auditee
dan meningkatkan usaha pendeteksian kecu-
rangan. Demikian pula kenaikan dalam jumlah Beberapa pihak berpendapat bahwa komuni-
minimum pengujian atas kecurangan meningkat- kasi memainkan peranan penting dalam men-
kan pendeteksian kecurangan dan menurunkan deteksi kecurangan. Beberapa riset (contohnya
terjadinya kecurangan, serta pengendalian inter- Hooks et al. 1994) melaporkan adanya peran
nal yang lebih kuat mengarah pada pendeteksian komunikasi dalam pendeteksian kecurangan,
kecurangan yang lebih sering dan menurunkan yaitu (1) komunikasi dengan personel klien
terjadinya kecurangan. Temuan eksperimen eko- penting dalam mendeteksi kecurangan (2)
nomi, menunjukkan hal penting yaitu pening- kemungkinan menerima komunikasi sensitif dari
katan fee audit menghasilkan penurunan pada personel klien sangat tergantung dari kuatnya
kecurangan dan peningkatan jumlah pengujian hubungan antara auditor dengan orang yang
transaksi dengan pengujian yang lebih sedikit mengetahui adanya tindakan perbuatan salah itu,
secara keseluruhan. Dengan hasil ini, adanya dan (3) kemauan mengkomunikasi itu dipengaruhi
penurunan fee akan berakibat kenaikan insiden oleh pemahaman orang yang mengetahui tin-
kecurangan dan penurunan upaya pendeteksian dakan salah atas siapa yang memperoleh ke-
kecurangan, dan berarti turunnya kualitas audit. untungan dari tindakan salah itu–apakah pelaku-
nya atau organisasi atau keduanya. Hal yang
Tekanan Waktu terakhir ini relevan dalam upaya melaporkan
kecurangan manajemen, karena kecurangan
Tekanan waktu (time pressure) adalah ciri sering melibatkan (paling tidak) keuntungan
lingkungan yang biasa dihadapi auditor. Adanya jangka pendek bagi pelakunya, perusahaan dan
tenggat waktu penyelesaian audit membuat orang yang mengetahuinya. Hasil temuan Schultz
auditor mempunyai masa sibuk yang menuntut dan Hooks (1998) mendukung hal (2) di atas dan
agar dapat bekerja cepat. Para peneliti dan mereka menyimpulkan semakin kuat hubungan
praktisi banyak berpendapat bahwa tekanan ini antara karyawan klien yang mengamati tindakan
dapat memperburuk kualitas pekerjaan audit. kecurangan dengan auditor, maka lebih cenderung
Berkaitan dengan ini, penelitian oleh Braun pengamat melaporkan tindakan salah (wrong-
(2000) mengilustrasikan salah satu efek dari doing).
tekanan waktu atas kinerja auditor dalam pen- Walaupun kedekatan hubungan antara audi-
deteksian kecurangan. Braun menunjuk bahwa tor dengan auditee mempunyai implikasi atas
pengauditan dilaksanakan dalam suatu ling- independensi dan obyektivitas auditor, namun
kungan multi tugas dimana di bawah tekanan Schultz dan Hooks berargumen kedekatan ini
waktu, beberapa tugas akan lebih diprioritaskan memperkuat kepercayaan dan komunikasi sehing-
30 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 22-33

ga komunikasi sensitif akan diperlakukan bijak- mengambil subyek para partner audit menemu-
sana dan tindakan tepat dapat dilakukan dengan kan bahwa partner yang mampu melihat isyarat
cara diplomatis namun efektif. Meningkatnya (cues) melalui suatu “fault” model dapat mengatasi
komunikasi ini juga akan menambah kredibilitas framing effect dan mampu mendeteksi kecurang-
terhadap laporan keuangan. Komunikasi ini juga an, dibanding partner yang menggunakan
tampaknya lebih efektif dalam menemukan “functional” model. Fault model yaitu model yang
kecurangan dibandingkan menggunakan metode memberi perhatian pada hal-hal yang mengan-
dokumenter. dung kesalahan. Fault model ini diperoleh melalui
Namun dalam praktek di lapangan, banyak pengalaman di bidang industri tertentu atau
hal yang menghambat komunikasi yang baik ini. melalui pengalaman atas penugasan yang pernah
Schultz dan Hooks menjelaskan salah satu terjadi kekeliruan atau kecurangan yang material.
sebabnya adalah tekanan kompetisi yang mene- Model ini memungkinkan auditor memfokuskan
kankan efisiensi dan mengarahkan perhatian diri pada di mana manipulasi terjadi, sehingga
pada usaha mengejar pendapatan. Auditor lebih skeptisisme yang sepantasnya dapat diterapkan.
dituntut untuk mencapai efisiensi audit yang Sedangkan model fungsional memberikan ekspek-
maksimum, dan meluangkan waktu untuk mem- tasi berdasarkan hubungan antara akun-akun
bangun hubungan dengan klien tidak dianggap seperti penjualan dan marjin laba. Model fungsio-
sebagai aktivitas yang sesuai. Selain itu banyak- nal ini adalah model yang terdapat pada metode
nya perputaran para partner yang pindah dan dan prosedur audit tradisional yang biasa dikenal.
masuk tidak memungkinkan menjalin hubungan Studi yang lain, memberikan pembedaan yang
baik dengan manajemen puncak klien. Klien juga senada yaitu oleh Erickson et al. (2000) yang
banyak yang berpindah auditor, dan seringkali mencatat perbedaan antara bukti yang berdasar
menjalin hubungan untuk pertama kali ini juga transaksi (transaction-based evidence) dan bukti
menimbulkan masalah serius. yang berdasar pemahaman bisnis (business
understanding-based evidence). Dalam studi
METODE DAN PROSEDUR AUDIT YANG mereka yang dilakukan berdasarkan audit atas
TIDAK EFEKTIF DALAM PENDETEKSIAN Lincoln Savings and Loan, mereka mengilustrasi-
KECURANGAN kan bahwa auditor perlu memperoleh suatu
pemahaman eksternal atas bisnis klien secara
Komisi Cohen di tahun 1978 telah menyebut- ekonomi dan mengintegrasikan pemahaman ini
kan bahwa metode dan prosedur audit yang dengan bukti-bukti internal. Studi ini memberikan
tradisional tidaklah selalu dapat memberikan bukti dalam kasus Lincoln Savings and Loan,
keyakinan yang seharusnya diberikan dalam transaksi yang mengandung kecurangan dipan-
upaya pendeteksian kecurangan (AICPA 1978). dang telah dicatat secara benar oleh auditor
Komisi ini menyarankan agar auditor menaruh karena mereka hanya berfokus pada bentuk
perhatian atas efektivitas teknik pengauditan akuntansi transaksi-transaksi dan tidak melihat
konvensional dan perlunya pengembangan teknik substansi ekonomi dari perjanjian-perjanjian
yang baru. Sampai sekarang memang perma- bisnis yang terjadi. Peneliti berargumen jika
salahan satu ini masih terus diusahakan baik oleh substansi ekonomi dari transaksi itu benar-benar
para praktisi maupun akademisi. Standar peng- dipertimbangkan maka auditor dapat waspada
auditan tentang pendeteksian kecurangan seperti terhadap kemungkinan adanya pelaporan yang
diuraikan di depan memang tidak banyak mem- mengandung kecurangan. Menurut Erickson et al.,
bantu dalam mendorong penggunaan teknik pemahaman tentang bisnis klien hanya sepintas
pengauditan baru ini. Salah satu penjelasan atas saja disinggung dalam standar pengauditan yang
adanya temuan penelitian Zimbelman (1997), ada, dan evaluasi atas substansi transaksi yang
tentang tidak berubahnya sifat dari rencana audit didasarkan atas pengetahuan mengenai bisnis
walaupun SAS No. 82 telah membuat auditor klien sama sekali tidak dibicarakan. Demikian
sadar akan risiko kecurangan, adalah auditor pula, SAS No. 82 kurang memberikan panduan
benar-benar tidak mengetahui bagaimana mengu- dalam memahami bisnis klien baik berdasarkan
bah program audit mereka agar dapat secara data internal maupun eksternal. SAS No. 82 juga
efektif mendeteksi kecurangan (Hoffman 1997). tidak memuat apapun atas integrasi analisis data-
Zimbelman sendiri berdasarkan kesimpulan ini data tersebut dengan prosedur terinci yang
mendukung perlu adanya pendekatan audit baru dilaksanakan.
yang tidak statis dengan adanya risiko kecu- Erickson et al. merekomendasikan pendekat-
rangan. an baru terhadap praktek pengauditan yang
Beberapa peneliti telah memberi masukan secara eksplisit menanggapi atas beberapa hal
penting tentang hal ini. Johnson et al. (1991) yang yang dikemukakan mereka. Pendekatan yang
Koroy: Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan 31

melaksanakan audit dengan suatu sudut pandang aspek utama dalam lingkungan pekerjaan audit
strategis ini mempertimbangkan strategi bisnis yaitu tekanan kompetisi atas fee audit, tekanan
klien dan keterhubungannya dengan industri dan waktu dan hubungan auditor-auditee, dapat di-
ekonomi keseluruhan. Pendekatan yang disebut atasi sepenuhnya oleh manajemen kantor akuntan
strategic-risk approach atau business risk audit publik (KAP). Ketiga aspek ini pada intinya
model (Knechel 2000 dan Eilifsen et al. 2001) ini berujung pada penekanan biaya atau efisiensi.
mempercayai evaluasi praktik akuntansi didasar- Terdapat trade-off di sini di mana penekanan
kan atas pemahaman bisnis daripada sekedar efisiensi yang berlebihan akan mengorbankan
evaluasi bisnis yang hanya berdasarkan atas efektivitas audit. Meskipun demikian, bila hanya
prosedur akuntansi. bertumpu pada kesadaran internal manajemen,
upaya perbaikan belumlah cukup. Perlu adanya
ANALISIS ATAS UPAYA PERBAIKAN insentif dan disinsentif secara institusional yang
DALAM PENDETEKSIAN KECURANGAN mendorong manajemen mempertimbangkan
trade-off dan memperbaiki kualitas audit. Sebagai
Identifikasi atas faktor-faktor penyebab yang contoh pemberian sanksi atau penalti bagi
diuraikan sebelumnya menjadi dasar untuk kita kegagalan audit merupakan suatu cara untuk
memahami kesulitan dan hambatan auditor mendorong auditor memperhatikan kualitas
menjalankan tugasnya dalam mendeteksi kecu- auditnya. Selain mekanisme pengawasan baik
rangan. Meski demikian faktor-faktor itu tidaklah dari organisasi profesi maupun pemerintah
menjadi alasan untuk menghindarkan upaya melalui otoritas pasar modal menjaga agar
pendeteksian kecurangan yang lebih baik. Berikut kegagalan dapat dicegah dan ditemukan. Meka-
analisis atas masing-masing faktor tersebut. nisme tata kelola organisasi (corporate governance)
Faktor pertama yaitu karakteristik terjadinya oleh auditee yang dijalankan dengan efektif
kecurangan dan kemampuan auditor meng- melalui komite audit juga akan mampu meman-
hadapinya merupakan faktor tersulit diatasi. tau dan memperhatikan proses pengauditan yang
Seperti telah dikemukakan, pelatihan dan penga- sesuai harapan.
laman audit saja tidak cukup bagi auditor untuk Terakhir faktor keempat yaitu metode dan
dapat membongkar pengelabuan atau penyem- prosedur audit dalam pendeteksian kecurangan
bunyian yang disengaja melalui praktik kecu- merupakan faktor yang relatif dapat dan telah
rangan. Auditor berpengalaman terbaik adalah diperbaiki. Diterapkan pendekatan yang lebih
auditor yang sering menghadapi dan menemukan bersifat holistik melalui metode yang berbasis
kecurangan, dan ini sedikit sekali ditemukan. Oleh risiko bisnis dan strategik dapat menjadi acuan
karena upaya untuk memperbaiki kemampuan sebagai metode yang baik. Meski banyak
auditor tidak bisa bertumpu pada pelatihan dan perdebatan tentang motivasi dan kemanfaatan
pengalaman audit yang biasa. Perlu ada alat metode baru ini, namun upayanya yang berusaha
bantu (decision aids) yang memadai untuk mengatasi kelemahan metode audit tradisional
membantu auditor memperbaiki kemampuan perlu diberikan dukungan. Beberapa KAP telah
deteksinya. mengimplementasikan metode atau pendekatan
Faktor kedua yaitu kurangnya standar peng- baru ini, dan riset-riset terus berjalan untuk
auditan yang memberikan arahan yang tepat membuktikan manfaatnya.
merupakan faktor yang relatif mampu ditang-
gulangi. Sudah ada upaya perbaikan dengan KESIMPULAN
keluarnya standar pengauditan baru di Amerika
Serikat yaitu SAS No. 99. Seperti dikemukakan di Dari uraian permasalahan-permasalahan
depan, terbitnya dan diterapkannya standar baru dalam pendeteksian kecurangan yang dikemuka-
ini membawa harapan baru bagi perbaikan upaya kan di depan, maka dapat ditarik simpulan
dan peningkatan keahlian auditor. Berbagai cara sebagai berikut: 1) Pertimbangan atas kecurangan
dalam standar ini menggariskan perlu upaya dalam pelaporan keuangan yang semakin me-
peningkatan skeptisisme profesional sehingga ningkat belakangan ini timbul dari adanya upaya
meningkatkan kewaspadaan auditor atas kemung- mempersempit kesenjangan harapan antara
kinan kecurangan. pengguna dengan pihak penyedia jasa peng-
Faktor ketiga yang berkaitan dengan ling- auditan. Disamping untuk meningkatkan keper-
kungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas cayaan masyarakat atas profesi akuntan publik
audit merupakan faktor yang relatif dapat dan mengurangi biaya-biaya litigasi, 2) pendetek-
terkendalikan dan mampu diperbaiki. Lingkungan sian kecurangan dalam audit laporan keuangan
pekerjaan auditor harus diciptakan untuk mampu oleh auditor perlu dilandasi dengan pemahaman
menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Tiga atas sifat, frekuensi dan kemampuan pendetek-
32 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 22-33

sian oleh auditor. Sifat terjadinya kecurangan ______. 1997. Statement on Auditing Standards
yang melibatkan penyembunyian dan frekuensi- (SAS) No. 82: Consideration of Fraud in
nya jarang dihadapi auditor, seharusnya tidak Financial Statement Audit. New York:
membuat auditor berpuas diri dengan pengaudit- AICPA
an yang ada sekarang. Permasalahan bahwa ______. 2002. Statement on Auditing Standards
terdapat keterbatasan auditor dalam pelaksanaan (SAS) No. 99: Consideration of Fraud in
pendeteksian kecurangan merupakan tantangan Financial Statement Audit. New York:
yang perlu dihadapi pihak profesi dan akademisi, AICPA.
3) sejauh ini standar pengauditan mengenai Association of Certified Fraud Examiners (ACFE).
pendeteksian kecurangan telah terus-menerus 2002. “Report to Nation”. http://marketplace.
diupayakan untuk memperbaiki praktek peng- cfenet.com/Download.asp.
auditan yang berjalan. Patokan yang selalu diacu
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 2002.
adalah efektivitas dari standar ini dalam meng-
Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal,
arahkan keberhasilan pendeteksian kecurangan. 27 Desember.
Beberapa standar terdahulu kurang memberikan
pedoman dalam memberikan arah pendeteksian Bedard, J, R. Simnett dan J.A. DeVoe-Talluto.
kecurangan. Standar terbaru diharapkan mem- ”Auditors’ Consideration of Fraud: How
bawa harapan baru dengan mengatasi kelemahan- Behavioral Research Can Address the
Concerns of Standard Setters”. Advances in
kelemahan sebelumnya. Perlu lebih banyak riset-
Accounting Behavioral Research, Vol. 4: 77-
riset empiris yang mendukung validitas atas 101.
efektivitas standar baru ini, seperti disarankan
Bedard et al. (2001) dan diperlihatkan oleh riset Braun, R.L. 2000. “The Effect of Time Pressure on
Carpenter (2007). Khusus untuk di Indonesia, Auditor Attention to Qualitative Aspects of
mengingat kegunaannya, ada baiknya Ikatan Misstatement Indicative of Potential Frau-
dulent Financial Reporting” Accounting,
Akuntan Indonesia segera mengadopsi SAS No. 99
Organizations and Society, 25 (3): 243-259.
untuk menggantikan PSA No. 70 agar praktik
pendeteksian kecurangan yang terbaru dapat Carcello, J.V. dan Z. Palmrose.1994. “Auditor Liti-
diarahkan penerapannya, 4) permasalahan yang gation and Modified Reporting on Bankrupt
terdapat pada lingkungan pekerjaan audit bila Clients”. Journal of Accounting Research,
tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk (Supplement): 1-29.
pada kualitas audit. Adanya tekanan kompetisi, Carpenter, T.D. 2007. “Audit Team Brainstorming,
tekanan waktu dan tekanan hubungan dengan Fraud Risk Identification, and Fraud Risk
klien demikian juga dapat berdampak pada Assessment: Implications of SAS No. 99”.The
keberhasilan pendeteksian kecurangan. Pihak Accounting Review, 82 (5): 1119-1140.
KAP perlu terus-menerus menyadari masalah ini Eilifsen, A., W.R. Knechel dan P. Wallage. 2001.
dan konsekuensinya serta menjaga agar tekanan- “Application of the Business Risk Audit
tekanan dalam lingkungan ini tidak bertambah Model: A Field Study”. Accounting Horizons,
buruk. 15 (September): 193-207
Hal yang masih banyak dikerjakan ke masa
Eining, M.M., D.R. Jones dan J.K. Loebbecke.
depan adalah mencari dan memperbaiki metode 1997. “Reliance on Decision Aids: An Exami-
dan prosedur yang paling tepat dalam melakukan nation of Auditors’ Assessment of Manage-
pendeteksian kecurangan. Metode dan prosedur ment Fraud”. Auditing : A Journal of
tradisional tidaklah memadai dalam usaha pen- Practice & Theory 16 (Fall): 1-19.
deteksian kecurangan, sehingga riset-riset men-
Erickson, M., B.W. Mayhew dan W.L. Felix. 2000.
datang perlu menjawab tantangan ini
“Why Do Audits Fail? Evidence from
Lincoln Savings and Loan”. Journal of
DAFTAR PUSTAKA Accounting Research, 38 (Spring): 165-194.

American Institute of Certified Public Accountants Epstein, M. dan M. Geiger.1994. “Investors View of
(AICPA). 1978. The Commission on Audi- Audit Assurance: Recent Evidence of the
tors Responsibilities: Report, Conclusions, Expectation Gap”. Journal of Accountancy,
and Recommendations. New York: AICPA. January: 60-66.

______. 1988. Statement on Auditing Standards Glover, S.M., D.F. Prawitt, J.J. Schultz dan M.F.
(SAS) No. 53: The Auditors Responsibilities Zimbelman. 2003. “A Test of Changes in
to Detect and Report Errors and Irre- Auditors’ Fraud-Related Planning Judg-
gularities. New York: AICPA. ment since the Issuance of SAS No. 82.”
Koroy: Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan 33

Auditing : A Journal of Practice & Theory, Matsumura, E.M. dan R.R. Tucker. 1992. “Fraud
22 (September): 237-251. Detection: A Theoretical Foundation”.
Accounting Review, 67: 753-782.
Guy, D. dan J. Sullivan. 1988. “The Expectation
Gap Auditing Standards”. Journal of Mayangsari, S dan B. Sudibyo. 2006. “An Empi-
Accountancy, April: 36-46. rical Analysis of Auditor Litigation”. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, 9 (1): 65-86.
Hackenbrack, K. 1992. “Implications of Seemingly
Irrelevant Evidence in Audit Judgment”. McConnell, D.K. dan G.Y. Banks. 1997.” Imple-
Journal of Accounting Research, (Spring): menting New Fraud Auditing Standard in
54-76. Your Auditing Practice”. Ohio CPA Journal,
Hoffman, V.B. 1997. “Discussion of the Effects of July-September: 26-30.
SAS No. 82 on Auditors’ Attention to Fraud National Commission on Fraudulent Financial
Risk Factors and Audit Planning Decisions”. Reporting. 1987. Report of National
Journal of Accounting Research, (Supple- Commission on Fraudulent Financial
ment): 99-104. Reporting (Treadway Report). Washington
Hooks, K.L. 1994. “Enhancing Communication to D.C.: U.S. Governmant Printing Office.
Assist in Fraud Prevention and Detection”.
Nieschwietz, R.J., J.J. Schultz dan M.F. Zimbel-
Auditing : A Journal of Practice & Theory,
13 (Fall): 86-117. man. 2000. “Empirical Research on External
Auditors’ Detection of Financial Statement
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1993. Pernyataan Fraud”. Journal of Accounting Literature,
Standar Auditing (PSA) No. 32: Tanggung 19: 190-246.
Jawab Auditor untuk Mendeteksi dan
Melaporkan Kekeliruan dan Ketidakbere- Palmrose, Z. 1987. “Litigations and Independent
san. Jakarta: IAI. Auditors: the Role of Business Failure and
Management Fraud”. Auditing : A Journal
____________. 2001. Pernyataan Standar Auditing of Practice & Theory 6 (Spring): 90-103.
(PSA) No. 70: Pertimbangan atas Kecu-
rangan dalam Audit Laporan Keuangan. ________. 1991. An Analysis of Auditor Litigation
Jakarta: IAI. Disclosures. Auditing : A Journal of Practice
& Theory, (Supplement): 54-71.
Jamal, K; P.E Johnson dan R.G. Berryman. 1995.
“Detecting Framing Effect in Financial Pany, K.J. dan O.R. Whittington. 2001. “Research
Statements”. Contemporary Accounting Implications of the Auditing Standard
Research, 12: 85-105. Board’s Current Agenda”. Accounting
Horizons, 15 (4): 401-411.
Johnson, P.E., K. Jamal, dan R.G. Berryman. 1991.
“Effects of Framing on Auditor Decisions”. Ramos, M. 2003. Auditor’s Responsibility for Fraud
Organizations Behavior and Human Detection. Journal of Accountancy, 195 (1):
Decision Process, 50: 75-105. 28-36.
Knechel, W.R. 2000. “Behavioral Research in Schultz, J.J dan K.L. Hooks. 1998. The Effect of
Auditing and Its Impact on Audit Relationship and Reward on Reports of
Education”. Issues in Accounting Education, Wrongdoing. Auditing: A Journal of Practice
15 (4): 695-712. & Theory, 17 (Fall): 15-35.
Loebbecke, J.K., M.M. Eining dan J.J. Willingham. Zimbelman, M.F. 1997. The Effects of SAS No. 82
1989. “Auditors’ Experience with Irregu- on Auditors’ Attention to Fraud Risk
larities: Frequency, Nature and Detec- Factors and Audit Planning Decisions.
tability”. Auditing : A Journal of Practice & Journal of Accounting Research, (Supple-
Theory, 9 (Fall): 1-28. ment): 75-97.

Anda mungkin juga menyukai