Anda di halaman 1dari 5

1.

Autoklaf

Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dengan memanfaatkan panas
uap air di bawah tekanan. Temperatur panas uap air pada tekanan atmosfer hanya mencapai 100 °C.
Akan tetapi, suhu akan meningkat dengan adanya tekanan, misalnya pada tekanan 1 bar (kira-kira 15
lb/in 2 ) suhu menjadi 121°C. Bakteri akan dibunuh pada suhu tersebut kurang lebih selama 15-20 menit
(Collins & Lyne, 2004; Black, 2008). Autoklaf dapat digunakan untuk sterilisasi media kultur, jarum
suntik, dan larutan termostabil (Cappuccino & Sherman, 2001).

Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki kisaran tekanan, waktu dan suhu, tergantung bahan
yang akan disterilisasi. Tekanan yang dipakai pada alat autoklaf berkisar antara 15-20 lb, temperatur
yang berkisar antara 121-125 °C (250-256 °F), dan waktu yang dibutuhkan berkisar antara 15-45 menit,
tergantung bahan atau material yang akan dimuat ( Morelo dkk., 2003). Udara juga merupakan faktor
penting yang memengaruhi keefektifan alat autoklaf. Kehadiran udara pada muatan autoklaf akan
memberi pengaruh buruk terhadap penetrasi panas uap air ke kultur media (Collins & Lyne, 2004).

gambar alat laboratorium mikrobiologi

Gambar 1. Autoklaf.

Baca juga : Benarkah Bakteri Luar Angkasa Berbahaya?

Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja dengan baik atau tidak, pengetesan yang
diperlukan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim digunakan adalah endospora
Bacillus stearothermophilus . Spora bakteri tersebut dipakai karena sporanya tahan terhadap panas. Jika
setelah sterilisasi masih ditemukan spora bakteri tersebut, berarti alat autoklaf mengalami masalah.
Cara pemeriksaan dimulai dengan permainan strip yang mengandung spora bakteri dengan bahan yang
disterilisasi pada autoklaf. Setelah proses selesai sterilisasi, tiap strip ditempatkan di dalam medium cair.
Jika terjadi perubahan warna indikator pH pada medium cair, berarti proses sterilisasi tidak akan
berjalan sukses (Morello dkk., 2003).

2. Oven

Oven adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda dengan autoklaf, oven tidak
memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi. Oven dapat mensterilkan barang-barang
dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran udara panas tersebut didapatkan secara elektrik.
Barang-barang yang disterilkan oleh oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, pipet, dan objek
metal (Collins & Lyne, 2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan rusak apabila diberikan
panas uap air (Harley & Prescott, 2002).

Kelemahan menggunakan oven adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan sterilisasi cukup lama,
yaitu sekitar dua jam. Temperatur yang diizinkan untuk melakukan sterilisasi pada oven, berkisar antara
160-170 °C. Jika lebih dari 180 °C, barang yang disterilisasi akan menjadi gosong (Harley & Prescott,
2002).

alat lab mikrobiologi beserta kegunaannya

Gambar 3. Oven.

3. Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan suatu sampel
kultur. Pengukuran tingkat kekeruhan bertujuan untuk menghitung jumlah konsentrasi sel bakteri yang
berada pada suatu sampel (Benson 2001; Nester dkk. 2003). Prinsip kerja yang digunakan adalah dengan
mengkonversi jumlah cahaya yang diserap oleh sampel (absorban/densitas optik, OD) menjadi jumlah
konsentrasi sel bakteri. Sebelumnya, jumlah cahaya yang diterapkan (%T) oleh sampel harus diketahui
dengan cara jarum melihat galvanometer yang tertera pada alat spektrofotometer. Jumlah cahaya yang
kita (%T) tadi, kemudian dimasukkan ke dalam rumus densitas optik (OD) sebagai berikut:

OD = 2 – log . (%T)

Angka OD yang diperoleh kemudian dikonversi dengan menggunakan tabel logaritma atau kalkulator,
sehingga jumlah konsentrasi sel bakteri pada sampel tersebut dapat diketahui (Benson, 2001).

Pembahasan lebih lanjut mengenai spektrofotometer dengan detail, silahkan baca artikel berikut:
SPEKTROFOTOMETRI

4. Sentrifugator

Sentrifugator adalah alat yang digunakan untuk mempelajari struktur dan fungsi suatu komponen sel.
Prinsip kerjanya adalah dengan memisahkan atau memfraksionasi setiap komponen sel berdasarkan
berat jenis dari tiap komponen sel. Alat tersebut memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang
lebih berat akan mengendap dan substansi yang lebih ringan akan berada di atas. Jika kecepatan
sentrifugator meningkat, komponen yang lebih ringan akan mengendap di dasar. Komponen sel yang
mengendap disebut pellet, dan komponen sel yang tersuspensi di atasnya disebut supernatan. Pelet
yang berhasil didapatkan nantinya akan dipelajari lebih lanjut untuk diketahui fungsinya (Campbell &
Reece, 2009).

Baca juga : Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri pada Manusia

pengenalan alat laboratorium mikrobiologi pdf

Gambar 4. Sentrifugator

5. Inkubator

Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan. Inkubator
menyediakan kondisi suhu yang optimal untuk mikroorganisme dapat melakukan pertumbuhan.
Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga suhu dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi.
Inkubator manfaatkan panas-kering seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator, kelembapan
disediakan dengan memberikan udara di dalam inkubator selama periode pertumbuhan mikroba.
Lingkungan yang basah memperlambat dehidrasi pada medium sehingga menghindari kondisi
lingkungan yang bias (Cappuccino & Sherman, 2001).

contoh gambar alat laboratorium mikrobiologi

Gambar 5. Inkubator.

Inkubator memiliki banyak tipe, misalnya inkubator statis, inkubator kocok, dan inkubator waterbath
shaker. Inkubator statis adalah jenis inkubator yang digunakan untuk mengerami mikroba pada medium
padat. Sementara itu, inkubator kocok dan inkubator waterbath shaker digunakan untuk mengerami
mikroba pada medium cair. Pengocokan pada inkubator kocok dilakukan untuk memberikan pengaruh
terhadap suhu dan beberapa aspek metabolisme mikroba (Patching & Rose, 1970). Adanya pengocokan
pada proses inkubasi mikroba sangat berguna pada mikroba yang dikultur di medium cair, seperti
meningkatkan kontak antara mikroba dan medium.
Penggunaan inkubator waterbath shaker memiliki keuntungan dibandingkan dengan jenis inkubator
yang lain. Keuntungannya adalah penghantaran panas lebih cepat dan merata kepada kultur mikroba,
karena penghantaran panas melalui udara. Agitasi atau pergolakan udara juga akan meningkatkan
aerasi. Namun, inkubator waterbath shaker juga memiliki kekurangan, yaitu hanya dapat menginkubasi
mikroba pada medium cair (Cappuccino & Sherman, 2001).

Selanjutnya, timbul masalah khusus mengenai inkubasi terhadap bakteri anaerob. Hal tersebut
disebabkan bakteri anaerob akan terpapar jika terpapar dengan oksigen. Inkubasi bakteri anaerob dapat
dilakukan pada alat khusus yang mencegah kondisi lingkungan yang kaya oksigen, yaitu alat yang
anaerobic jar . Anaerobic jar memiliki banyak tipe, salah satunya adalah yang memanfaatkan teknik
sistem GasPak (Cappuccino & Sherman, 2001).

Prinsip kerja dari alat anaerobik jar yang menggunakan teknik GasPak system adalah mengeluarkan
oksigen dari botol yang tertutup dengan bantuan GasPak Generator dan katalis. Sistem tersebut
menggunakan bungkus kimia ( GasPak Generator) yang terdiri dari sodium bikarbonat dan sodium
borohidrit, yang nantinya akan bereaksi dengan udara sehingga menghasilkan karbon dioksida dan
hidrogen. Proses penambahan air dilakukan sebelum botol ditutup, dengan cara dipipet ke dalamnya.
Setelah itu, paladium, yang terletak di tutup botol, mengkatalisis pembentukan udara yang berasal dari
hidrogen dan residu oksigen. Akhirnya, kandungan oksigen semakin berkurang dan karbon dioksida
meningkat, sehingga menciptakan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri anaerob
(Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).

Untuk mengecek alat anaerobik jar masih bekerja dengan baik atau tidak, dapat menggunakan indikator
biologi dan kimia. Indikator biologi yang dapat digunakan seperti Pseudomonas aeruginosa dan
Clostridium welchii . Indikator biologi dapat digunakan untuk melihat prosedur anaerob yang terjadi
pada alat anaerob jar. Namun, pengecekan dengan indikator biologis memerlukan waktu lama (harus
menunggu persiapan sampai selesai) dan hasilnya juga pada media yang digunakan (Watt dkk., 1976).
Sementara itu, indikator kimia yang sering digunakan adalah metilen biru. Metilen biru akan mengurangi
kualitas pada kondisi yang kehilangan oksigen (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003;
Tortora dkk., 2010).

Baca juga : Uji Aktivitas Biokimia Mikroorganisme dan Gula Sebagai Sumber Energi

6. Desikator

Desikator adalah alat yang menjaga suatu material dalam kondisi kering dan menggunakannya dari uap
air. Desikator disebut juga kotak Pengeringan karena segala sesuatu yang disimpan di dalamnya akan
menjadi kering. Hal tersebut karena adanya suatu pengering , yaitu suatu agen yang dapat
mengabsorpsi semua uap air yang ada di lingkungan pengering yang tertutup. Salah satu desiccant yang
sering digunakan adalah silika gel. Silika gel akan berubah warna setelah mengabsorpsi uap air.
Perubahan warna pada silika gel karena reaksi kimia yang terjadi antara silika gel dengan air yang telah
diabsorpsi.

7. Kabinet Keamanan Mikrobiologi (MSC)

Microbiological safety cabinet (MSC) adalah suatu tempat atau ruangan yang didesain untuk
memproteksi suatu pekerjaan dari kontaminasi, contohnya adalah transfer box atau laminar flow. Selain
itu, MSC berguna untuk menciptakan keadaan yang aseptis pada saat pembuatan media atau objek
mikroorganisme. Alat MSC memiliki berbagai tipe sirkulasi udara, setidaknya ada tiga tipe. Salah satu
tipenya, udara yang telah terfiltrasi ke seluruh MSC agar tercipta sirkulasi udara yang baik, kemudian
dikeluarkan melalui suatu pembuangan udara . Sirkulasi udara bersih tersebut dapat mencegah
kontaminasi pada saat melakukan kegiatan pembuatan media atau objek mikroorganisme (Collins &
Lyne, 2004).

8. Vorteks

Vorteks merupakan alat yang digunakan untuk memasukkan nomor tertentu dalam suatu botol. Prinsip
kerja dari vorteks adalah dengan memberikan putaran atau guncangan pada botol sehingga berbagai
campuran bahan yang ada di dalam botol menjadi tercampur secara merata. Proses pencampuran
bahan pada vorteks harus dilakukan di ruangan lemari pengaman mikrobiologis untuk mencegah
terjadinya kontaminasi (Collin & Lyne, 2004).

Anda mungkin juga menyukai