PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ny. Ermayani
Umur : 35 tahun
Alamat : Rt 07 Desa Berembang
No. RM : 91.99.32
Agama : Melayu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Status : Menikah
Tgl Masuk : 23 Desember 2016
Pukul : 09.30
Tgl Keluar : 26 Desember 2016
Paritas : G3P2A0H2
II. ANAMNESIS PENYAKIT
Ny E, 35 tahun, G3P2A0H2, Melayu, Islam, S1, Guru, i/d Tn. L, 37
tahun, Melayu, Islam, S1, Guru datang ke RSUD AHMAD RIPIN
MUARO JAMBI dengan
Keluhan utama : Keluar darah dari kemaluan
Telaah : Hal ini dialami os ± 2 jam sebelum masuk rs.
Darah mengalir berwarna merah segar, disertai nyeri pada perut
bagian bawah, os juga mengeluhkan gerakan janin tidak aktif seperti
biasanya. Riwayat keluar darah (+ 1x) ± 2bulan yang lalu. Riwayat
mules-mules mau melahirkan (-), Riwayat keluar lendir bercampur
darah (-), Riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). Riwayat trauma (-),
riwayat perut dikusuk-kusuk (+), Riwayat minum jamu (-), BAK (+)
Normal, BAB (+) Normal.
RPT : (-)
2
RPO : (-)
Riwayat Haid
HPHT : 04-04-2016
TTP : 11-01-2017
Riwayat operasi : (-)
Riwayat KB : (+) suntik per 3bulan
ANC : Teratur di bidan dan RS
Riwayat Persalinan :
1. 2006, aterm,normal, bidan, perempuan, 2700 gram, 46 cm, hidup
2. 2010, aterm, normal, dukun, perempuan, - ,- , hidup
3. Hamil ini
B. STATUS LOKALISATA
Kepala :Normocephal
Mata : Konjungtiva palpepra inferior anemia(-/-), ikterik (-/-), RC
(+/+), pupil isokor kanan dan kiri .
T/H/M : Dalam batas normal
Leher : Trakea medial, Pembesaran KGB (-).
Thorak : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri,kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernapasan : Vesikuler (+/+)
Suara tambahan : (-/-)
3
Jantung : 88 x/i,reguler
Ektremitas : Dalam batas normal
C. STATUS OBSTETRIKUS
1. Abdomen : Membesar asimetris
2. TFU : 31 cm ( 3 jari dibawah Processus xypoideus)
3. Punggung : Kiri
4. Terbawah : Kepala
5. Perlimaan :5/5
6. Gerak :(+)
7. HIS :(-)
8. DJJ : 125x/i ,irregular, lemah
D. PEMERIKSAAN DALAM
Teraba plasenta, pembukaan tidak ada
E. INSPEKULO
Tampak Stoll cell, dibersihkan, kesan mengalir, portio lividae (+)
F. KESIMPULAN
1. Umur kehamilan (minggu) : 37-38 minggu
2. Letak anak : Kepala
3. Kehamilan risiko tinggi : Dijumpai
4. Perdarahan ante partum : Dijumpai
5. Inpartu : Belum
6. Tanda ruptur uteri mengancam : Tidak dijumpai
7. Pecah ketuban : (-)
8. Pre eklamsi : Tidak dijumpai
9. His : (-)
10. Komplikasi : (-)
4
LABORATORIUM
Tanggal 23 Desember 2016 pukul 10.00 WIB
Leukosit 4.000/mm3
Hb : 13,6 gr/dl
:
Ht 41.0 %
Trombosit : 198.000 /mm3
KGD ad : 99 mg/dl
USG
5
o FHR (+)
o BPD : 91 mm
o Placenta korpus anterior menutupi sebagian OUI
o Kesan : IUP (37– 38 ) minggu + Presentasi Kepala + AH +
Plasenta Previa Partialis
DIAGNOSA SEMENTARA
G3P2A0H2 Gravida Aterm (37-38 mggu) + HAP ec Plasenta Previa
RENCANA
Sectio Caesaria CITO atas indikasi Profuse bleeding ec Plasenta
Previa Partialis
6
Dilakukan insisi low servikal pada uterus hingga subendometrium dan
endometrium lalu dilebarkan sesuai arah sayatan
Lahir bayi laki-laki .BB: 2900 gr, PB : 46 cm, A/S : 8/9, Anus (+)
kelainan kongenital (-).
Tampak plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum, Dengan
tarikan ringan, lahir plasenta lengkap
Kavum uteri dibersihkan dengan kassa steril dari sisa selaput ketuban
dan bekuan darah. Kesan : bersih
Uterus di jahit secara continuous inerlocking dan reperitonealisasi.
Evaluasi luka operasi : perdarahan terkontrol.
Kavum abdomen dibersihkan dari sisa air ketuban dan sisa bekuan
darah hingga bersih.
Kavum abdomen dijahit lapis demi lapis.
Luka operasi ditutup dengan supratulle, kassa steril dan hypafix.
Bersihkan liang vagina.
Keadaan umum ibu post operasi : Stabil.
TERAPI
Bed rest
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftiaxone 2x1 gr
Inf. Metronidazol 3x500 mg
Pronalges supp 3x1
ANJURAN
Awasi vital sign, kontraksi, serta perdarahan pervaginam
Cek darah rutin 6 jam post SC apabila Hb <8 gr%, dilakukan transfusi
sesuai kebutuhan
NEONATUS
1. Jenis Kelahiran : Tunggal
7
2. Tanggal Lahir : 23 Desember 2016
3. Keadaan Janin : Lahir hidup, sehat
4. Nilai APGAR : 8/9
5. Bantuan Pernafasan : Tidak ada
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Berat Badan : 2900 gram
8. Panjang Badan : 46 cm
9. Kelainan Bawaan : Tidak ada
10. Trauma : Tidak ada
11. Konsul : Tidak ada
LABORATORIUM POST SC
Tanggal 23 Desember 2016
Leukosit : 12.400/mm3
Hb : 11,3 gr/dl
:
Ht 34 %
Trombosit : 245.000 /mm3
KGD ad : 95 mg/dl
V. FOLLOW – UP
Tanggal 23 Desember 2016 pukul 14.00 WIB
Keluhan utama Nyeri luka bekas operasi
Status Presens Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Frekuensi nadi : 86 x/i
Frekuensi nafas : 20 x/I
Temperatur : 37,0 °C
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
Status Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
8
Lokalisata Luka Operasi : Tertutup verban, kesan kering
Tinggi fundus uteri : Sepusat, kontraksi kuat
Perdarahan pervaginam : Minimal
Lochia : (+) rubra
BAK : (+) via kateter ± 40cc/jam warna kuning
jernih.
BAB : (-)
Flatus : (+)
9
Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusat
Perdarahan pervaginam : Tidak dijumpai
Lochia : rubra (+)
BAK : (+) via kateter UOP 40 cc/ jam warna
kuning jernih
BAB : (-)
10
Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusat
Perdarahan pervaginam: Tidak dijumpai
Lochia : rubra (+)
BAK : (+) normal
BAB : (+)
11
BAK : (+) Normal
BAB : (-)
Keterangan:
Pasien BLPL Pada tanggal 26 Desember 2016
Keadaan pulang : Ibu Baik
Kontrol ulang ke Poli RSUD AHMAD RIPIN MUARO JAMBI
tanggal 4 Januari 2017
VI. KESIMPULAN
Ny E, 35 tahun, G3P2A0H2, Melayu, Islam, S1, Guru, i/d Tn.
L, 37 tahun, Melayu, Islam, S1, Guru datang ke RSUD AHMAD RIPIN
MUARO JAMBI dengan keluhan utama : keluar darah dari kemaluan.
Hal ini dialami os ± 2 jam sebelum masuk rs. Darah mengalir berwarna
merah segar, disertai nyeri pada perut bagian bawah, os juga mengeluhkan
gerakan janin tidak aktif seperti biasanya. Riwayat keluar darah (+ 1x) ±
2bulan yang lalu. Riwayat mules-mules mau melahirkan (-), Riwayat
keluar lendir bercampur darah (-), Riwayat keluar air-air dari kemaluan (-).
Riwayat trauma (-), riwayat perut dikusuk-kusuk (+), Riwayat minum
jamu (-), BAK (+) Normal, BAB (+) Normal. Pasien ini didiagnosis
dengan G3P2A0H2 Gravida Aterm (37-38 mggu) + HAP ec Plasenta Previa
+ Presentasi Kepala + AH. Kemudian dilakukan SCTP pada tanggal 23
Desember 2016 atas indikasi profuse bleedeing ec plasenta previa partialis.
12
Lahir bayi laki-laki dengan BB 2900 GRAM, PB 46cm, A/S 8/9. keadaan
ibu post SCTP stabil. Pada tanggal 26 Desember 2016 pasien dipulangkan
dan berobat jalan tanggal 4 Januari 2016.
BAB IV
ANALISA KASUS
TEORI KASUS
Plasenta previa adalah plasenta yang Pada kasus ini, dijumpai pasien plasenta
letaknya abnormal, yaitu pada segmen terletak pada corpus anterior menutupi
bawah rahim ( uterus) sehingga dapat sebagian OUI.
menutupi sebagian atau seluruh
Pada kasus ini didapat keluhan utama
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
keluar darah dari kemaluan. Hal ini
normal, plasenta terletak di fundus
13
uteri. dialami os sejak os ± 2 jam sebelum
Sifat Perdarahan pada lasenta previa masuk rs. Darah mengalir berwarna
adalah tanpa sebab (causeless), tanpa merah segar, disertai nyeri pada perut
nyeri (painless), dan berulang bagian bawah.
(recurrent).
14
Penatalaksanaan Pada kasus ini, pada tanggal 23
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta Previa
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.3
15
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang
secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah
luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh
pada derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik
dalam masa antenatal maupun masa intranatal, baik dengan ultrasonografi
maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu pemeriksaan ultrasonografi perlu
diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun intranatal.3
2.2 Etiologi
16
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (>
20 batang/hari).
2.3 Insiden
Plasenta previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kelahiran, tetapi hanya 20%
termasuk dalam plasenta previa totalis. Frekuensi plasenta previa pada primigravida
yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan
primigravida berusia kurang dari 25 tahun. Pada grande multipara yang berumur lebih
dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang
berumur kurang dari 25 tahun. Pada beberapa RSUP dilaporkan insiden berkisar 1,7%
sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah kurang dari 1% mungkin
disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. 2
17
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran.
Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa merupakan penyebab
terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dari
pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal.2,3
2.4 Klasifikasi
18
2. Plasenta previa lateralis, bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi
ostium bagian belakang.
Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi
ostium bagian depan.
3. Plasenta previa marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
c. Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005) :
1. Plasenta previa totalis yaitu menutupi seluruh osteum uteri
internum
2. Plasenta previa partialis yaitu menutupi sebagian Osteum Uteri
Internum (OUI)
3. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada sekitar
pinggir Osteum Uteri Internum (OUI).
4. Plasenta letak rendah yaitu tepi plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir pembukaan pada pemeriksaan dalam tidak teraba.
19
1. Umur penderita
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang
subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar
karena endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual
Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
Pada keadaan malnutrisi
2.6 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh
menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada
waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas.
Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruang intervillus plasenta. Akibat dari fenomena pembentukan
segmen bawah rahim, perdarahan pada plasenta previa tetap akan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat akibat minimalnya elemen otot yang dimilikinya,
sebagai akibat pembuluh darah di daerah itu tidak akan tertutup dengan sempurna.
20
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung
lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu
akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang
kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain
(causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).3
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis akan mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan
inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya
elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala
tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau
setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik.3
21
2.7 Gejala Klinis
2.8 Diagnosis
22
a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
23
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) yang diterapi
ekspektatif ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan USG
transabdominal ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG
transvaginal atau transperineal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi
kelainan pada plasenta termasuk plasenta previa.2,3
2.9 Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien
biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. 2
24
dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta
yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang yang pernah
seksio sesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi sampai 10%-35%
pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali dan naik menjadi
60%-65% bila telah seksio sesaria tiga kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang
banyak. Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua
tindakan manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan
anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila
oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali
dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen
bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi a.ovarika, pemasangan tampon
atau ligasi a.hipogastrika maka pada keadaan yang sangat gawat
seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total.
Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak
langsung dari plasenta previa.
25
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kehamila prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat
dilakukan amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru-paru
janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan
paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis
2.10 Penatalaksanaan
26
. Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan
trimester ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Jika ada gejala
hipovolemia seperti hipotensi dan takikardi pasien tersebut mungkin telah
mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada
penampakannya secara klinis. Bila pasien dalam keadaan syok karena
pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian infus atau tranfusi darah. 3,7
27
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas
28
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek,
selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut
otot dengan korpus uteri.
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk dan keluar.
29
Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan
mempercepat pembukaan sehingga persalinan dapat segera berlangsung.1
- Memecahkan ketuban
- Melakukan seksio sesarea
- Untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat
pertolongan yang cepat dan tepat.
2.11 Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan
tidak invasif dengan USG di samping ketersedian transfusi darah dan infus cairan
telah ada di hampir semua rumah sakit Kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal
ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan seksio sesaria
atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.
Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan usia tinggi
berkat sosialissasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden
plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan.
30
Namun nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik
yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio sesaria. Karena kelahiran
prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif
dilakukan. Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas
dan morbiditas ibu dan bayi tinggi. Sekarang penanganan bersifat operasi dini,
maka angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun.3,4,8
31
BAB V
KESIMPULAN
G3P2A0 hamil 37-38 minggu dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan ini tidak disertai nyeri, darah
yang keluar berwarna merah segar, dan terdapat riwayat perdarahan berulang
dimana dua bulan sebelum masuk rumah sakit pernah mengalami perdarahan.
Gejala-gejala di atas khas untuk diagnosis hemorraghic ante partum et causa
plasenta previa. Kemudian dari hasil USG didapatkan gambaran plasenta previa
parsialis. Plasenta previa merupakan salah satu kegawatdaruratan dalam obstetri
sehingga harus ditangani lebih lanjut. Pada pasien ini dilakukan operasi seksio
caesarea atas indikasi profuse bleeding ec plasenta previa parsialis, dimana pada
plasenta previa parsialis masih bisa dilahirkan pevaginam, namun resiko lebih
banyak. Prognosis dari ibu baik karena dapat segera dilakukan pertolongan
sehingga perdarahan dapat segera dihentikan. Prognosis pada bayi juga baik
karena bayi sudah dalam kondisi aterm.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. UNDP. 2011. The Millenium Development Goals : Eight Goals for 2015.
Accessed on August 18th, 2013. Available at
http://www.undp.org/content/undp/en/home/mdgoverview.html.
2. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. Cunningham FG et al. Williams Obstetric. Edisi 23. 2010. New York: Mac
Graw Hill.
4. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.
5. Ralph CB, Martin LP. 2009. Buku Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. DeCherney, Alan. 2007. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology. Edisi 10. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
7. Manuaba, Chandranita M, Fajar M. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8. Mochtar, Rustam. 1998. Buku Obstetri Jilid I . Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
33