Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

REPRODUKTIVE SYSTEM IN NURSING II

“KEHAMILAN EKTOPIK”

Disusun Oleh :

Rita Rahmawati 88150004

Fuji Intan saputri 88150026

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BSI BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas Reproduktive System In
Nursing II tentang “Kehamilan Ektopik”. Tanpa ada hambatan yang menghambat
penyelesaian makalah ini.

Ucapan terimakasih pun penulis haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan baik berupa moral maupun materil yamg sangat berarti bagi penulis. Sehingga atas
kerjasama yang terjalin dapat meringankan beban yang ada.

Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih terdapat banyak kekurangan
bahkan kekeliruan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang sisusun
ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................................3
2.1. Definisi Kehamilan Ektopik..................................................................................................3
2.2. Klasifikasi Kehamilan Ektopik..............................................................................................3
2.3. Etiologi Kehamilan Ektopik..................................................................................................4
2.4. Patofisiologi Kehamilan Ektopik...........................................................................................7
2.5. Manifestasi Klinis Kehamilan Ektopik..................................................................................9
2.6. Komplikasi Kehamilan Ektopik...........................................................................................10
2.7. Pemeriksaan Penunjang pada Kehamilan Ektopik...............................................................10
2.8. Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik...................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK................................................14
3.1. Pengkajian...........................................................................................................................14
3.2. Analisa Data........................................................................................................................19
3.3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul...................................................................22
3.4. Rencana Asuhan Keperawatan.............................................................................................22
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................27
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................................27
4.2. Saran....................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada kehamilan dalam keadaan normal, kehamilan intrauterin, nidasi terjadi
pada endometrium korpus uteri. Namun, bila kehamilan dalam keadaan abnormal
implantasi hasil konsepsi terjadi diluar endometrium rahim, disebut kehamilan
ekstrauterin (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)

Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana kantung gestasi berada diluar
kavum uteri, merupakan keadaan gawat darurat yang paling sering mengancam hidup
pada kehamilan awal. Insidennya di Amerika Serikat meningkat pesat dalam lima
dekade terakhir, dari 4,5 per 1000 kehamilan pada tahun 1970 menjadi sekitar 19,7
per 1000 kehamilan pada tahun 2002.

Angka kejadian kehamilan ektopik di Indonesia menurut WHO diperkirakan


tidak berbeda jauh dengan di Amerika Serikat, sekitar 60.000 kasus setiap tahun atau
0,03 % dari seluruh populasi masyarakat.

Kehamilan ektopik masih merupakan suatu penyebab utama dari kematian ibu,
yang meliputi sekitar 4% dari 20 kematian yang berkaitan dengan kehamilan setiap
tahunnya di Kanada. Meskipun terdapat frekuensi yang relatif tinggi dari kondisi
serius ini, deteksi dini masih menjadi tantangan. Hingga pada separuh dari semua
perempuan dengan kehamilan ektopik yang datang ke instalasi gawat darurat,
kondisinya tidak teridentifikasi pada penilaian awal. Meskipun insidens dari
kehamilan ektopik pada populasi umum sekitar 2 % prevalensinya diantara pasien-
pasien hamil yang datang ke instalasi gawat darurat dengan perdarahan atau nyeri
trimester pertama atau keduanya adahah 6% hingga 16%.

Dalam penanganan kehamilan ektopik, diagnosis yang tepat dan cepat


merupakan hal yang sangat penting karena dapat menurunkan angka kematian ibu dan
mempertahankan kualitas reproduksinya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kehamilan ektopik ?
2. Dimana saja terjadinya kehamilan ektopik ?
3. Apa saja yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik ?
4. Bagaimana proses terjadinya kehamilan ektopik ?
5. Apa saja manifestasi klinis dan tanda dan gejala kehamilan ektopik ?
6. Apa saja dampak atau komplikasi dari kehamilan ektopik ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita kehamilan
ektopik ?
8. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dengan kehamilan
ektopik ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan kehamilan
ektopik ?

1.3. Tujuan
a. Tujuan umum :
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang konsep
teori kehamilan ektopik
b. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui definisi kehamilan ektopik
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kehamilan ektopik
3. Untuk mengetahui penyebab kehamilan ektopik
4. Untuk mengetahuan patofisiologi dari kehamilan ektopik
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis kehamilan ektopik
6. Untuk mengetahui komplikasi kehamilan ektopik
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic kehamilan ektopik
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada pasien
yang mengalami kehamilan ektopik
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien
kehamilan ektopik

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik.
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba jarang terjadi implantasi pada ovarium,
rongga perut, kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada
uterus. (Sarwono Prawiroharjo, 2005).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar
endometrium kavum uteri. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus.
(Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus, 2001)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstra uterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis
servikalis termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. (Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga ,
1992)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi / nidasi / melekatnya
buah kehamilan diluar tempat yang muncul. Yakni diluar rongga rahim. Sedangkan yang
disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus ruptur pada dingding uterus.

2.2. Klasifikasi Kehamilan Ektopik


Menurut prawirohardjo (2005), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan
lokasinya antara lain :

a. Kehamilan Ektopik Tuba


Pars interstisialis, isthmus, ampilla, infundibulum, fimbria.
b. Kehamilan Ektopik Uterus
Kanalis servikal, diverkulum,kornu, tanduk rudimenter
c. Kemanilan ovarium.
d. Kehamilan Ektopik Intraligamenter
e. Kehamilan Abdominal

3
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar Uterus.
Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah dituba, hal ini
disebabkan oleh adanya hambatan perjalanan ovum yang tidak dibuahi ke kavum
uteri, hal ini dapat disebabkan oleh :
a) Adanya sikatrik di pada tuba
b) Gangguan kelainan bawaan pada tuba
c) Gangguan fisiologi pada tuba karena pengaruh hormonal.

2.3. Etiologi Kehamilan Ektopik


Penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti. Adapun
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik
terganggu, yaitu:
1. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan
ovum yang telah dibuahi ke kavum uteri.
a. Salpingitis, khususnya endosalpingitis, yang menyebabkan
aglutinasi lipatan arboresen mukosa tuba dengan penyempitan
lumen atau pembentukan kantung buntu.berkurangnya siliasi
mukosa tuba akibat infeksi dapat ikut menyebabkan implantasi
zigot dalam tuba fallopi. Pada laporan klasik westrom, wanita
dengan riwayat salpingitis (yang dikonfirmasi dengan laparoskopi)
mempunyai risiko 4 kali lipat untuk menderita kehamilan ektopik.
Bukti infeksi klamidia (antibodi dalam sirkulasi) berhubungan
dengan peningkatan 2 kali lipat risiko kehamilan ektopik.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus atau infeksi masa
nifas, apendisitis ataupun endometriosis, yang menyebabkan

4
tertekuknnya tuba dan penyempitan lumen.
c. Kelainan pertumbuhan tuba , khususnya divertikulum, ostium
assesorium dan hipoplasia. Kelainan semacam ini sangat jarang
terjadi
d. Kehamilan ektopik sebelunya dan sesudah sekali mengalami
kehamilan ektopik, insiden kehamilan ektopik berikutnya akan
menjadi 7 hingga 15 persen. Meningkatnya risiko ini kemungkinan
disebabkan oleh salpingitis yang terjadi sebelumnya
e. Pembedahan sebelumnya pada tuba, entah dilakukan untuk
memperbaiki patensi tuba atau kadang-kadang dilakukan pada
kegagalan sterilisasi. Wanita yang pernah mengalami pembedahan
tuba mempunyai risiko kehamilan ektopik yang lebih tinggi. Wanita
dengan kehamilan ektopik yang dilakukan pembedahan konservatif
mempunyai risiko 10 kali lipat untuk mengalami kehamilan ektopik
berikutnya.
f. Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali akan
memperbesar risiko terjadinya kehamilan ektopik. Risiko ini tidak
berubah setelah satu kali menjalani abortus induksi, namun akan
menjadi dua kali lipat setelah menjalani abortus induksi sebanyak
dua kali atau lebih. Kenaikan risiko ini kemungkinan akibat
peningkatan insiden salpingitis
g. Tumor yang mengubah bentuk tuba, seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksa
h. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Penggunaan IUD modern
seperti copper T tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik dan
malahan merupakan proteksi terhadap kehamilan. Studi yang lebih
besar yang dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa penggunaan
IUD memiliki risiko kurang dari 50% untuk mengalami kehamilan
ektopik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi.
Tetapi apabila pemakaian IUD menjadi hamil maka kehamilannya
kemungkinan besar merupakan kehamilan ektopik. Sekitar 3-4%
kehamilan pada pemakaian IUD asalah ektopik
2. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yang
telah dibuahi kedalam kavum uteri

5
a. Migrasi eksternal ovum mungkin bukan faktor yang penting kecuali
pada kasus-kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal,
sehingga terjadi hemiuterus dengan kornu uterina rudimental dan
tidak berhubungan. Risiko terjadinya kehamilan ektopik dapat pula
sedikit meningkat pada wanita dengan satu oviduk kalau saja dia
mengalami ovulasi dari ovarium sisi kontra lateralnya. Kelambatan
pengangkutan ovum yang telah dibuahi lewat saluran tuba atau
oviduk akibat migrasi eksternal akan meningkatkan sifat-sifat infasif
blastokis sementara masih berada di dalam oviduk. Peristiwa ini
mungkin bukan faktor yang penting dalam proses terjadinya
kehamilan ektopik pada manusia
b. Refluk menstruasi pernah dikemukakan sebagai penyebab terjadinya
kehamilan ektopik. Felambatan fertilitasi ovum dengan perdarahan
menstruasi pada waktu sebagaimana biasanya, secara otoritas dapat
mencegah masuknya ovum ke dalam uterus atau menyebabkan ovum
tersebut berbalik kedalam tuba
c. Berubahnya motilitas tuba dapat terjadi mengikuti perubahan pada
kadar estrogen dan progesteron dalam serum. Perubahan jumlah dan
afinitas reseptor adrenergik dalam otot polos uterus serta tuba fallopi
kemungkinan benar menjadi penyebabnya. Segi praktisnya tampak
pada peningkatan insiden kehamilan ektopik yang dilaporkan setelah
penggunaan preparat kontrasepsi oral yang hanya mengandung
progestin. Juga dilaporkan peningkatan insiden kehamila ektopik
sebesar 4 hingga 13 persen diantara para wanita yang pernah
mendapatkan preparat dietilstilbestrol (DES) intrauteri. Kejadian ini
mungkin lebih disebabkan oleh berubahnya motilitas tuba daripada
oleh abnormalitas strukturnya.
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah
dibuahi. Unsur-unsur ektopik endometrium dapat meningkatkan
implantasi dalam tuba. Meskipun para pengamat pernah melaporkan
adanya fokus-fokus endometriosis dalam tuba fallopi, namun hal ini
merupakan keadaan yang jarang dijumpai

6
2.4. Patofisiologi Kehamilan Ektopik

7
8
9
2.5.

Manifestasi Klinis Kehamilan Ektopik

Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada

9
lokasinya. Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau
tidaknya kehamilan tersebut. Adapun gejala dan hasil pemeriksaan
laboratorium antara lain:

a. Amenore

b. Gejala kehamilan muda

c. Nyeri perut bagian bawah pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan
hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada abortus tuba
nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darah
sampai diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu dan bila terjadi
hematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi.

d. Perdarahan pervagina bewarna coklat

e. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan,


nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan
darah

(Mansjoer A, 2000 ; 267).

Gejala lain antara lain :

a. Syock Hipovolemia

b. Nyeri bahu dan leher

c. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.

d. Nyeri pada toucher

e. Pembesaran Uterus

f. Tumor dalam rongga panggul

g. Gangguan berkemih

h. Perubahan darah

2.6. Komplikasi Kehamilan Ektopik


Komplikasi dari kehamilan ektopik antara lain :

10
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding). Ini merupakan indikasi
operasi.
b. Infeksi
c. Sub-ileus karena massapelvis
d. Sterlitas
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan
diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau
uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif,
syok, DIC, dan kematian.

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,


infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah
besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

2.7. Pemeriksaan Penunjang pada Kehamilan Ektopik


Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum
terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus
tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan
ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat
bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau
kuldoskopi.

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak


mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk
mempertajam diagnosis,  maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan
ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu
diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan
anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang
terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,

11
tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian
bawah.

 Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan


dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak
perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
 Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.
Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan
teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus
dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-
raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik,
sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah
berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila
ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak
biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin
baru terlihat setelah 24 jam.
 Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik,
dapat  diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000
biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila
positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas
menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan
tes negative.
 Kuldosentris : adalah suatu cara  pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum
Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis
kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ;
dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit
10 ml dilakukan penghisapan

12
5. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain
kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
6. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
7. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
 Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti
ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak
denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik.
Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal
dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus bikornis.
 Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk
kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain
meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat
dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas
dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit
visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan
laparotomi.

2.8. Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik


a) Manajemen nyeri nonfarmakologi
Pendekatan non farmakolog biasanya menggunakan terapi perilaku (hipnotis,
biofeedback), pelemas otot/relaksasi, akupuntur, terapi kognitif (distraksi),
restrukturisasi kognisi, imajinasi dan terapi fisik. Nyeri bukan hanya unik karena
sangat berbeda satu dengan yang lainnya mengingat sifatnya yang individual,
termasuk dalam penanganannya pun kita seringkali menemukan keunikan
tersebut, baik itu yang memang dapat kita terima dengan kajian logika maupun
yang sama sekali tidak bisa kita nalar walaupun kita telah berusaha memaksakan
untuk menalarkannya.
Hal tersebut jelas menggambarkan bahwa kadang-kadang, nyeri itu dapat
diselesaikan tanpa dengan medikasi sama sekali, berikut ini adalah faktor-faktor
yang mungkin dapat menerangkan mengapa nyeri tidak mendapatkan medikasi
sama sekali.:

13
(1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan stafmedis
Petugas kesehatan (dokter, perawat, dsb) seringkali cenderung berpikiran
bahwa pasien seharusnya dapat menahan terlebih dahulu nyerinya selama
yang mereka bisa, sebelum meminta obat atau penangannya, hal ini
mungkin dapat dibenarkan ketika kita telah mengetahui dengan pasti bahwa
nyeri itu adalah nyeri ringan, dan itupun harus kita evaluasi secara
komprehensif, karena bisa saja nyeri itu menjadi nyeri sedang atau bahkan
nyeri yang berat, apakah kondisi seperti ini dapat terus dibiarkan tanpa
penanganan? Apakah ketakutan untuk terjadinya adiksi apabila
mendapatkan analgetik dapat menyelesaikan masalah
(2) Faktor-faktor yang berhubungan denganpasien
Pasien adalah manusia yang mempunyai kemampuan adaptif, yang
dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, sosial, kultural danspiritual
(3) Faktor-faktor yang berhubungan dengansystem
Sebagian pasien di rumah sakit adalah pasien dengan asuransi, yang telah
mempunyai standart tertentu di dalam paket pelayanan mereka, terkadang
pasien membutuhkan obat yang tidak termasuk dalam paket yang telah
ditentukan, sehingga ia harus mengeluarkan dana ekstra untuk itu, ceritanya
menjadi lain ketika ia tidak mempunyai dana ekstra yang dibutuhkan.
b) Manajemen nyeri dengan pendekatan farmakologik
Ada tiga kelompok utama obat yang digunakan untuk menangani rasa nyeri;
1) Analgetika golongan nonnarkotika
2) Analgetika golongan narkotika
3) Adjuvan

c) Prosedurinvasive

Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah dengan memasukan opioid ke


dalam ruang epidural atau subarakhnoid melalui intraspinal, cara ini dapat
memberikan efek analgesik yang kuat tetapi dosisnya lebih sedikit. Prosedur
invasif yang lain adalah blok saraf, stimulasi spinal, pembedahan
(rhizotomy,cordotomy) teknik stimulasi, stimulasi columna dorsalis.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK

3.1. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu
klien ammeorrhoe.
2. Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian disusul
dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satu
sisi ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
Kadang disertai muntah
 Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
 Terkumpulnya darah di rongga perut
 Menegakkan dinding perut nyeri
 Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
 Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
3. Riwayat penyakit dahulu
Dari faktor paktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis,addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
Endometritis tidak baik bagian nidasi
4. Status obstetri ginekologi
 Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
 Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatanatau di dukun
 Grade multi
 Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
 Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
 kaji kesehatan suami

15
 Suami yang mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular pada
istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
6. Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri,
selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan
7. Pola aktivitas sehari – hari
a. Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea
dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
b. Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya
intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun <
1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
c. Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan
aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal
hygiene tergantung pada orang lain.
d. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei
retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.
8. Anamnesis dan Gejala Klinis
1) Riwayat terlambat haid
2) Gejala dan tanda kehamilan muda
3) Dapat ada atau tidak ada perdarahan pervaginan
4) Terdapat aminore
5) Ada nyeri mendadak disertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama
abdomen bagian kanan / kiri bawah
6) Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam perineum
9. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi

16
 Mulut : Bibir Pucat
 Payudara : Hyperpigmentasi, Hypervaskularisasi, Simetris
 Abdomen : Terdapat pembesaran abdomen
 Genetalia : terdapat perdarahan pervaginan
 Ekstremitas : dingin
 Palpasi
 Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil dari
pada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang massa pada adnexa
 Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
 Auskultasi
 Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi
 Ekstremitas : Refleks Patella +/+
a) Pemeriksaan Fisik Umum
 Pasien tampak anemis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor
didaerah adneksa.
 Kesadaran bervariasi darri baik sampai koma tidak sadar.
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin.
 Adanya tanda – tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi,
pucat, adanya tanda- tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
 Nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Peeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan
bebas darah, nyeri saat peraban
b) Pemeriksaan khusus:

 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks

 Kavum douglas menonjol dan nyeri

 Mungkin tersa tumor di samping uterus

 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

17
 Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri
tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui


kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan
ektopik seorang dokter dapat melakukan:

a. Laboratorium

 Hematokrit

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan


abdominal yang terjadi.

 Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya


leukositosis. Leoukosite 15.000/mm3.  Laju endap
darah meningkat.

 Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan


pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan
intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2
kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan
ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer
serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang
normal. Kadar hormon yang rendah  menunjukkan
adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.

d) Pemeriksaan Penunjang/Khusus
 Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
 Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini
dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.

18
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur,
maupun di tempat lain.
 USG :
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
 Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
 Adanya massa komplek di rongga panggul
 Laparoskopi ─ peranan untuk menegakkan
diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti
oleh USG
 Laparotomi  ─ Harus dilakukan pada kasus
kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan
definitif).
 Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam
cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah
dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak
perlu dikerjakan bila diagnosa adanya
perdarahan intraabdominal sudah dapat
ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
 Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan
laparotomi.

19
3.2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : - Kehamilan Ektopik
DO :
- Tergantung pada populasi dan Hasil nidasi menembus dan mendesak ruang tumbuh
derajat perdarahan abdominal
yang terjadi. Sel telur tumbuh kearah rongga peritoneum
- Adanya tanda – tanda syok
hipovolemik, yaitu hipotensi, Menembus lapisan mskularis dan peritoneum
pucat, adanya tanda- tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang Terjadinya ruptur Perubahan perfusi
bagian bawah, nyeri tekan dan jaringan
nyeri lepas dinding abdomen. Perdarahan dalam rongga peritoneum
-
Perubahan perfusi jaringan
2. DS : - Kehamilan Ektopik
DO :
- nyeri tekan, Hasil nidasi menembus dan mendesak ruang tumbuh
- perut teraba tegang massa pada Nyeri
adnexa Sel telur tumbuh kearah rongga peritoneum

19
- nyeri goyang porsio, kavum
douglas menonjol. Menembus lapisan mskularis dan peritoneum
- adanya tumor didaerah adneksa.
Terjadinya ruptur

Perdarahan dalam rongga peritoneum

Nyeri perut bagian bawah

Nyeri
3. DS : - Kehamilan Ektopik
DO : Kurangnya pengetahuan
- Pasien tidak tahu tentang apa Kurangnya pengetahuan
yang berbeda dari kehamilan
ektopik dan normal

4. DS : - Kehamilan Ektopik
DO :
- menyebabkan kekhawatiran atau Hasil nidasi menembus dan mendesak ruang tumbuh
ketakutan
- Nadi meningkat, tekanan darah Sel telur tumbuh kearah rongga peritoneum Ansietas
menurun sampai syok

20
- Menembus lapisan mskularis dan peritoneum

Terjadinya ruptur

Salpingektomi

Ansietas

21
3.3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Perdarahan dalam rongga
peritoneum
2. Nyeri berhubungan dengan Adanya Ruptur, Perdarahan dalam rongga peritoneum
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi
4. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan

3.4. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan 1 : Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan
Perdarahan dalam rongga peritoneum
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
pasien mampu mendemonstrasikan perfusi yang adekuat secara individual
Kriteria Hasil :
- Kulit hangat dan kering
- Ada nadi perifer kuat
- Tanda vital dalam batas normal
- Pasien sadar/berorientasi
- Keseimbangan pemasukan/pengeluaran
- Tak ada edema

Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital, warna kulit atau 1. Memberikan informasi tentang
membran mukosa dan dasar kuku. derajat/adekuat perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan
intervensi.

2. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan 2. Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi


suhu lingkungan dan tubuh hangat perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan
sesuai indikasi. rasa hangat harus seimbang dengan
kebutuhan untuk menghindari panas
berlebihan.

22
3. Kolaborasi dengan tim medis yang lain, 3. Mengidentifikasi defisiensi dan
awasi pemeriksaan lab: misalnya: kebuutuhan pengobatan atau terhadap
HB/HT terapi.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri berhubungan dengan Adanya Ruptur,


Perdarahan dalam rongga peritoneum
Tujuan : Setelah dibserika askep selama 2 x 24 jam pasien dapat
mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak
meringis
Kriteria Hasil :
- ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang
kesakitan

Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. 1. Membantu dalam mendiagnosis dan
Kaji kontraksi uterus hemoragi menentukan tindakan yang akan
ataunyeri tekan abdomen. dilakukan. Ketidak nyamanan
dihubungkan dengan aborsi spontan dan
molahidatiosa karena kontraksi uterus
yang mungkin diperberat oleh infuse
oksitosin. Rupture kehamilan ektropik
mengakibatkan nyeri hebat, karena
hemoragi tersembunyi saat tuba falopi
rupture ke dalam abdomen.

2. Berikan lingkungan yang tenang dan 2. Dapat membantu dalam menurunkan


aktifitas untuk menurunkan rasa nyeri. tigkat nyeri dan karenanya mereduksi
Instruksikan klien untuk menggunakan ketidaknyamanan
metode relaksasi misalnya nafas
dalam, visualisasi distraksi dan

23
jelaskan prosedur.

Kolaborasi Kolaborasi
3. Berikan narkotik atau sedative berikut 3. Meningkatkan kenyamanan,
obat-obat praoperatif bila prosedur menurunkan risiko komplikasi
pembedahan diindikasikan pembedahan.
4. Tindakan terhadap penyimpangan dasar
4. Siapkan untuk prosedur bedah bila akan menghilangkan nyeri
terdapat indikasi
Diagnosa Keperawatan 3 : Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi
Tujuan : ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah
sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
Kriteria Hasil : -

Intervensi Rasional
1. Menjelaskan tindakan dan rasional 1. Memberikan informasi, menjelaskan
yang ditentukan untuk kondisi kesalahan konsep pikiran ibu mengenai
hemoragia. prosedur yang akan dilakukan, dan
menurunkan sters yang berhubungan
dengan prosedur yang diberikan.

2. Memberikan klisifikasi dari konsep yang


2. Berikan kesempatan bagi ibu untuk salah, identifikasi masala-masalah dan
mengaji\ukan pertanyaan dan kesempatan untuk memulai
mengungkapkan kesalah konsep mengembangkan ketrampilan penyesuaian
(koping)

3. Memberikan informasi tentang


3. Diskusikan kemungkinan implikasi kemungkinan komplikasi dan
jangka ependek pada ibu/janin dari meningkatkan harapan realita dan kerja
kedaan pendarahan. sama dengan aturan tindakan.

4. Ibu dengan kehamilan ektropik dapat


4. Tinjau ulang implikasi jangka panjang memahami kesulitan mempertahankan

24
terhadap situasi yang memerlukan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang
evaluasi dan tindakan tambahan. sakit.

Diagnosa Keperawatan 4 : Ansietas berhubungan dengan proses akan


dilakukannya pembedahan
Tujuan : Seteleh diberikan askep selama 1 x 24 jam diharapkan cemas pasien
berkurang
Kriterria Hasil :
- Pasien tampak tenang.
- Pasien tidak gelisah
- Menunjukkan kemampuan untuk menghadapi masalah

Intervensi Rasional
1. Pertahankan hubungan yang sering 1. Menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri
denngan pasien. Berbicara dan atau ditelantarkan: menunjukkan rasa
berhubungan dengan pasien menghargai, dan menerima orang tersebut,
membantu meningkatkan rasa percaya.

2. Berikan informasi akurat dan konsisten 2. Dapat mengurangi ansietas dan


mengenai prognosis. Hindari ketidakmampuan pasien untuk membuat
argumentasi mengenai persepsi pasien keputusan/pilihan berdasarkan realita.
terhadap situasi tersebut.

3. Waspada terhadap tanda-tanda 3. Pasien mungkin akan menggunakan


penolakan/depresi,mis:menarik diri, mekanisme bertahan dengan penolakan dan
marah, ucap-ucapan yang tidak tepat. terus berharap bahwa diagnosanya
Tentukan timbulnya ide bunuh diri dan tidak akurat.rasa bersalah dan tekanan
kaji potensialnya pada skala 1-10 spiritual mungkin akan
menyebabkanpasien menarik diri dan
percaya bahwa bunuh diri adalah suatu
alternatif
4. Berikan lingkungan terbuka dimana
pasien akan merasa aman untuk 4. Membantu pasien untuk merasa diterima
mendiskusikan perasaan atau menahan pada kondisi sekarang tanpa persaan

25
diri untuk berbicara dihakimi dan meningkatkan persaan harg
diri dan kontrol.
5. Izinkan pasien untuk merefleksikan rasa 5. Penerimaan perasaan akan membuat pasien
marah,takut, putus asa tanpa dapat menerima situasi
konfrontasi. Berikan informasi bahwa
perasaannya adalah normal dan perlu
diekspresikan.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang
gawat keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu.
macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
a. Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan
intraperitoneal)
b. Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya
berakhir sebagai abortus tuba.
c. Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam
kanalis servikalis uteri.
d. Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e. Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f. Kehmailan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g. Kehamilan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah
rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h. Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i. Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis
berimplantasi pada permukaan ovarium.
j. Kehamilan Tuba

27
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii

4.2. Saran

28
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ida Chandranita Manuaba, dkk (2009). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta.EGC

Prawirohaedjo, sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. BINA PUSTAKA


SARWONO PRAWIROHARDJO.

Repository.ump.ac.id

29

Anda mungkin juga menyukai