Anda di halaman 1dari 39

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUM YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA, (DALIL, TERJEMAHANN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA

Disusun sebagai tugas terstruktur ujian akhir semester (UAS) mata kuliah
pendidikan agama islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun oleh:

Nama : Al. Musyawir

NIM : D1A021006

Prodi/kelas : Ilmu hukum/A1

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2021

i
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………….……………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii

BAB I: Pengertian, Konsep, Serta Dalil-dalil Tentang Istidroj……….…………….1

a. Pengertian IstidroJ………………….…………………………………………………1

b. Konsep Istidroj…………………………..
…………………………………………….2

c. Dalil-dalil Tentang Istidroj……………………………………………...…………….4

BAB II: Dalil-dalil Hadis Qudsi tentang Hukuman Yang Disegerakan Sebagai
bentuk kasih sayang Allah Terhadap hambanya,
(dalil,terjemahan,penjelasan,serta contoh kasus)………………………………...
…………………………...……………………..6

a. Dalil-dalil Yang Mendasarinya………...……………………………………………..6

b. Penjelasannya………………………………………..………………………………..8

c. Contoh Kasus………….………………………………………………………………9

BAB III: Dosa dan Kriteria Riba beserta Dalil-Dalilnya.………………..…………


12

a. Definisi Riba……...……..…….……………………………………………………..12

b. Dalil tentang riba……...……………………………………………………………..13

BAB IV: Keutamaan Shodaqoh Beserta Dalil-Dalilnya……………………………15

ii
a.Definisi Sedekah………………………………………….…………………………..15

b.Dalil Tentang Sedekah………………………………...………………..…………….15

c.Ayat-ayat Sedekah……………………………………………………………………16

BAB V: Sifat Takdir Kematian Beserta Dalil-dalilnya…….……………………….20

a.Definisi Kematian……………………………………….……………………………20
b.Dalil Tentang Kematian....……………………………...…………………………….22

BAB VI: Kewajiban Amar Makruf-nahi Munkar Beserta Dalil-dalilnya….……..27

a. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Menurut Hukum Islam……………..…………………27

b. Hukum Amar Makruf nahi Munkar………………………………...………………..30

c. .Derajat Kewajiban Amar Ma’ruf nahi Munkar…………….


………………………..31

iii
iv
BAB I

PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ

A. Pengertian Istidroj

Istidroj adalah berasal dari kata 'daraja' dalam bahasa Arab yang berarti naik satu
tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, Istidraj lebih dikenal sebagai istilah azab
yang berupa kenikmatan yang diberikan pada seseorang. Jadi, Allah SWT menguji
hamba-hambanya yang lalai dalam batas dengan melimpahkan mereka kenikmatan
dunia. Padahal, segala hal yang dinikmati tersebut adalah suatu jebakan.

Istidraj adalah tipuan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap orang - orang yang
membangkang terhadap-Nya. Dalam hal ini Allah SWT mengabulkan segala keinginan
manusia dengan membukakan pintu - pintu kesenangan, yang mana hal itu sebenarnya
adalah kehancuran, kenistaan, dan kesengsaraan kenangan.

Arti Istidraj, yaitu suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi keadaan
terus menerus bermaksiat pada Allah. Jadi, ketika Allah membiarkan kita sengaja
meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika
bermaksiat, berat untuk bershadaqah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki,
mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, menganggap enteng
perintah- perintah Allah, merasa umurnya panjang dan to do-nunda taubat, and not want
to demand science syar'i tetapi Allah tetap memberikan mereka harta yang, senang,
hidup aman, tidak sakit dan tidak juga tertimpa musibah Bersiaplah untuk menantikan
konsekuensinya, karena janji Allah itu Maha Benar.

Pada saat seseorang tertimpa istidrāj, ia sangat terlena dengan semua yang dia punya,
sehingga lupa bahwa semuanya hanyalah titipan sementara. Dia lupa bersyukur atas
nikmat yang diberikan, begitu juga ia melakukan kemaksiatan tanpa merasa berdosa.
Dan mengangggap nikmat yang Allah Swt berikan sebuah sebuah isian. Ketika hal ini
terjadi, maka akan berakibat pada akhirnya mendapatkan siksaan dari arah yang tidak
disangka-sangka. Maka dari itu, perlu meminta pertolongan kepada Allah Swt dan juga

1
mengasah keimanan agar terus meningkat sehingga menyadari bahwa hakikat nikmat
dan siksaan.

Hal seperti ini biasanya memang diberikan Allah kepada orang-orang kafir dan ahli
maksiat. Seperti keterangan berikut:

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa mempersembahkan


tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami
memberi tanggapan kepada mereka. dan bagi mereka azab yang menghinakan. ” (Ali
'Imran: 178)

“Mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu
(berarti bahwa), Kami bersegera memberikan-apakah kepada mereka tidak, sebenarnya
mereka tidak sadar.” (Al Mu'minun: 55-56)

“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang


mendustakan Perkataan ini (Alquran). kemudian Kami akan menarik mereka dengan
beransur-ansur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, ” (Al Qalam:
44)

Jadi, ketika ada orang yang tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, gemar bermaksiat,
tetapi hidupnya makmur, sejahtera, dan bergelimang kemewahan, ini adalah tandatanda
istidraj. Ketika seseorang meraih pangkat dan jabatan atau kemenangan dengan cara-
cara yang zalim dan menghalalkan segala cara, sebenarnya hal ini juga pengertian
istidraj dalam Islam.

Demikian pula, kalau ada negara yang kufur kepada Allah, menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Allah, melegalkan beragam bentuk maksiat, menambahkan orangorang
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, melarang larangan atau berbagai aktivitas
dakwah. Negara itu bisa saja secara zahir tampak maju di berbagai aspek kehidupan.
Namun, kemajuan itu tidak lain adalah istidroj.

B. Konsep Istidroj

1. Ibadah Kita Semakin Turun, Namun Kesenangan Makin Melimpah

2
Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia
Allah, selama engkau tetap dalam perbuatan yang maksiat kepada-Nya, jangan sampai
karunia itu sendiri-mata istidraj oleh Allah”

2. Kita melakukan Maksiat, Tapi Malah Makin Banyak Kesenangan

Ali Bin Abi Thalib ra berkata: “ Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau
lihat Tuhanmu yang terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu selama engkau
terus-terus melakukan maksiat kepadaNya ” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121)

3. Semakin Kita Kikir, Namun Semakin Banyak

Kita ketahui bahwa sebetulnya Sodaqoh dapat membuat harta kita semakin
banyak. Ketika kita dihinggapi sifat kikir, tak pernah zakat, infak, shadaqah ataupun
mengulurkan bantuan orang lain. Namun justru justru harta semakin melimpah ruah.
menjadi salah satu ciri khas istidraj dalam islam.

4. Jarang Sakit

Imam Syafi'I pernah menyebut: Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu
saat dalam hidupnya, jika Anda tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang
mungkin ada yang salah dengan dirimu.

Cara menghindari Istidroj

1. Meningkatkan Keimanan

Jadikan keimanan kita kepada Allah SWT sebagai dasar bagi kita dalam
menjalankan kehidupan di dunia. Karena dengan iman yang kuat keberkahan yang sejati
akan kita dapatkan dalam hidup.

2. Mengerjakan Amal Sholeh

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang


mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman.
sesungguhnya kami akan memberikan kehidupan yang baik dan sungguhsungguh kami

3
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. ” (QS An-nahl ayat 97).

3. Berdoa

Doa merupakan obat yang paling ampuh bagi umat muslim. Berdoa dengan
sungguh-sungguh merupakan cara kita meminta kepada Allah secara langsung agar
diberikan keberkahan harta, waktu, keluarga dan juga kenikmatan dunia yang lainnya.
Namun jangan sampai nikmat tersebut melalaikan kita, menjadikan kita malas untuk
mengisi, berbangga diri dan menyepelekan orang lain. Bahkan membuat kita semakin
jauh dari Allah subhanahu wa ta'ala. Ingatlah bahwa sebaik-baiknya kenikmatan yang
akan kita dapatkan di akhirat kelak kenikmatan yang kekal selamanya.

4. Memperbanyak Intropeksi Diri

Senantiasa intropeksi diri adalah hal terbaik untuk mengukur dan mengingatkan
diri sendiri agar terhindar dari perbuatan yang tidak memperhatikan Allah SWT. Ketika
hati diingatkan untuk memohon ampun, maka “perahu” yang menyelamatkan dari arus
istidraj. Agar sinyal taubat itu ada, seorang pelayannya menjaga diri dari harta yang
haram dan selalu konsisten dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT.

C. Dalil- dalil tentang Istidroj

Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah Surah
AlAn'am ayat 44: ‫نوسلبم مه اذاف ةتغب مهنذخا اوتوا امب اوحرف اذا ىتح ءىش لك باوبا مهيلع انحتف هب‬
‫اوركذ ام اوسن املف‬

Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa 'alaihim abwaaba kulli syaii', hattaaa izaa
farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
ramah-tamah mereka dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. ”

4
Semoga Kita dan keluarga bukan golongan, penerima istiraj, azab berupa kenikmatan
dari Allah SWT.

Biasanya, Istidraj terjadi pada umat Islam yang lalai dalam jalan. Namun, mereka selalu
merasakan kenikmatan di dunia.

Misalnya, seorang umat yang tidak pernah menunaikan salat dan mengerjakan amalan
lain, tetapi dilimpahkan rezeki begitu banyak. Namun, kenikmatan yang membuat
mereka terlena adalah sebuah jebakan atau azab dari Allah SWT.

Sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 178:

‫نيهم باذع مهلو امثا اودادزيل مهل يلمن امنا مهسفنال ريخ مهل يلمن امنا اورفك نيذال نبسحي‬

‫ الو‬Wa laa yahsabannallaziina kafaruuu annamaa numlii lahum khoirul li 'angfusihim,


innamaa numlii lahum liyazdaaduuu ismaa, wa lahum azaabum muhiin Artinya: “Dan
jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami
berikan kepada mereka lebih baik. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan
kepada mereka hanyalah bahwa dosa semakin bertambah, dan mereka akan mendapat
azab yang menghinakan. ”

BAB II

5
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH
KASUS).

A. Dalil-dalil yang Mendasarinya

Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia

Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia.

‫هنع ال َل يضر ةركب يبأ نع‬، ‫ ك الق ملسو هيلع هللا ىلص يبنال نع‬: ‫موي ىإل ءاش ام اهنم هللا رخؤي بونذ ل‬

‫يغبال الإ ةمايقال‬، ‫نيدالوال َقوقعو‬، ‫محرال ةعيطق وأ‬، ‫تومال لبق ايندال يف اهبحاصل لجعي‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap
dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali
al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan
menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak
No 7345).

Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. Zalim adalah
perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat
mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya.
Karena itu zalim termasuk dari dosa besar.

Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:

‫“ ميأل باذع مهل كئل››وأ ۚق حال ريغب ض›راْل ي››ف نوغ››بيو س››انال ن››وملظي ني››ذال ىل››ع ليبس››ال امنإ‬Sesungguhnya
dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di
muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)

Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta
tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah
penyebab keberadaan kita di dunia ini.

6
Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia
ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka.

Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu
kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT:

‫الو فأ امهل لقت لَف امهلَك وأ امهدحأ ربكال كدنع نغلبي امإ ۚا ناسحإ نيدالوالبو هايإ الإ اودبعت الأ كبر ىضقو‬

‫رك الوق امهل لقو امهرهنت‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka
ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).

Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orangorang
yang memutuskan tali persaudaraan.

Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar bin
Muth’im RA:

‫ ال الق ﷺ ال َل لوسر ن››أ هن››ع هللا يض››ر معطم نب ريبج دمحم يب››أ نع‬: ‫“ عطاق ةنجال لخدي‬Tidak
akan masuk

surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).

Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang
yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan
ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh
mengerikan.

B. Penjelasannya

7
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫موي هب ىفوي ىتح هبنذب هنع كسمأ رشال هدبعب ال َّل دارأ اذإو ايندال ىف ةبوقعال هل لجع ريخال هدبعب ال › َّل دارأ‬
‫اذإ‬

‫ةمايقال‬

Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR

Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani

Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫طخسال هلف طخس نمو اضرال هلف ىضر نمف مهالتبا اموق بحأ اذإ ال َّل نإو ءالبال مظع عم ءازجال مظع نإ‬

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka Barangsiapa
yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka,
maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata

.(Syaikh Al Albani

Penjelasan dari dua hadits di atas:

1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.

2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,

‫ءالبالب ربتخي نمؤمالو رانالب ناربتخي ةضفالو بهذال ينب اي‬

Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api
sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah

8
3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.

4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.

5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.

6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam
keadaan bersih dari dosa.

7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy
berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga
ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” (Lihat Faidhul
Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)

8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap
sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta
musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”

C. Contoh kasus

Saya mengambil contoh dari seseorang yang pernah mengalami masalah hidup
yang sangat berat,terlilit hutang, sakit yang sangat langka dengan kwmungkinan hidup
yang sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya. Entah dia pernah berbuat dosa atau
apa pun sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun setelah semua kejadian yang sulit
itu dia menjadi sangat dekat dengan Allah SWT.

Begitu hebatnya kepiawaian Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital hingga
ia mendapat julukan 'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa Kang Dewa ini
mengalami serentetan ujian yang mungkin membuat banyak orang menyerah.

Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat usia muda, tepatnya ketika ia masih
menjalani semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang harus ditanggung pun tidak
sepele, yakni mencapai Rp7,7 miliar.

9
Ya, nilai uang yang besar memang sudah didapatkannya sejak kuliah karena saat itu
sudah bisa membentuk personal branding yang cukup terkenal. "Waktu itu saya bawa
uang banyak karena saya sudah punya personal branding lantaran sering diundang
seminar di luar kampus. Sampai sampai ada teman yang nawarin saya proyek
pengadaan laptop dan lain-lain untuk keperluan kantor," papar Dewa yang kala itu
berhasil mengumpulkan puluhan investor.

Nahas, teman yang dipercaya nyatanya hanya penipu yang menjual proyek bodong. Saat
mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat itu merupakan mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski dengan kasus itu pada awalnya
masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya tersisa dua orang.

Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun mencoba
berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga seblak. Ia
beruntung karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang bersama meski
masih menjadi pengantin baru.

Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang teman.
Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam tujuh hari ke dalam

buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris hingga
Dewa bisa berpendapatan Rp120 juta per bulan.

Namun, di tengah masa perbaikan dalam melunasi utangnya, ujian baru datang lagi.
Dewa terdiagnosis menderita GBS (guillain barre syndrome), yaitu sebuah gangguan
saraf yang mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun terpaksa harus dirawat
secara intensif selama dua bulan akibat penyakit tersebut hingga menelan biaya
perawatan sebesar Rp700 juta.

Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh dalam waktu empat bulan.
Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia alami telah
menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik.

Kini, pada usia 30 tahun, Dewa tidak hanya tetap gencar berbisnis dan menjadi
motivator, tetapi juga berbagi kepada sesama dengan mendirikan pesantren bagi

10
kalangan tidak mampu. "Saat ini saya sedang membangun sebuah pondok Qur'an
Digitalpreneur di Cirebon. Semoga tahun depan selesai dan sedang berkampanye
mengajak teman-teman di Indonesia berwakaf dan bersedekah secara gila-gilaan,
sesering mungkin, sesempat mungkin, dengan hashtag #SedekahBrutal," pungkas
Dewa.

BAB III

DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA

A. Definisi riba

11
Adapun pengertian riba sebagai berikut yaitu:

1. Riba Nasi'ah
Riba yang pertama ini ialah seseorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu
kepada seseorang dengan batas tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan batas
waktu yang diberikan tersebut.

Misalnya, seseorang yang berhutang Rp1.000 yang mesti dibayar dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu. Maka, bertambah
besarlah jumlah hutangnya.

2. Riba Fadhl
Macam Riba selanjutnya yakni Riba Fadhl, merupakan tambahan yang disyaratkan
dalam tukar menukar barang yang sejenis. Jual beli ini juga disebut sebagai barter tanpa
adanya imbalan untuk tambahan tersebut.

3. Ribah Al Yad
Ribah Al Yad adalah riba dalam jual beli atau yang terjadi dalam penukaran.
Penukaran tersebut terjadi tanpa adanya kelebihan, namun salah satu pihak yang terlibat
meninggalkan akad, sebelum terjadi penyerahan barang atau harga.

4. Ribah Qard
Ribah ini adalah Riba dalam utang piutang yaitu dengan mengambil manfaat atau
tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan kepada penerima utang atau muqtaridh.

5. Riba Jahiliyah
Macam-macam Riba menurut Islam yang terakhir adalah Riba Jahiliyah yaitu
penambahan utang lebih dari nilai pokok dalam utang piutang karena penerima utang
tidak mampu membayar utangnya secara tepat waktu.

B. Dalil Hukum tentang Riba


Anjuran menghindari riba merupakan salah satu perintah Allah, maka dari itu
hukum tentang Riba terdapat dalam A-Quran. Berikut dalil-dalil hukum riba:

12
1. Surat Al-Baqarah Ayat 276
‫هّٰللا‬ َّ ‫ق هّٰللا ُ الر ِّٰبوا َويُرْ بِى ال‬
ٍ َّ‫ت ۗ َو ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬
‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫صد َٰق‬ ُ ‫يَ ْم َح‬

Yam-haqullaahur-ribaa wa yurbis-sadaqaat, wallaahu laa yuhibbu kulla kaffaarin asiim

Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."

2. Surat Al-Baqarah Ayat 278


َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذرُوْ ا َما بَقِ َي ِمنَ الرِّ ٰب ٓوا اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّم ْؤ ِمنِ ْين‬

Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wa zaru maa baqiya minar ribaa ing kuntum
mu'miniin

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."

3. Surat An-Nisa ayat 161


‫اس بِ ْالبَا ِط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا ِل ْل ٰكفِ ِر ْينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما‬
ِ َّ‫َّواَ ْخ ِذ ِه ُم الر ِّٰبوا َوقَ ْد نُهُوْ ا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل الن‬

Wa akhzihimur-ribaa wa qad nuhu 'an-hu wa aklihim amwaalan-naasi bil-baatil, wa


a'tadnaa lil-kaafiriina min-hum 'azaaban aliimaa

Artinya: "Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih."

Pengertian dan macam-macan Riba tertera dalam Al-Quran (Foto: CNN Indonesia/Safir
Makki)

13
Pengertian Riba Menurut Surat Al-Baqarah Ayat 275
Riba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Ada banyak dampak buruk jika
riba terus dilakukan, misalnya saja membuat orang menjadi tamak dan serakah terhadap
harta. Riba juga akan menyulitkan seseorang dan melahirkan permusuhan.

ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ الرِّ ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ ِااَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم‬
ۘ ‫سِّ ٰذلِكَ بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الر ِّٰب‬
‫وا‬ َ َ
ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬ ۗ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬
ۗ َ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َما َسل‬
ُ‫ك اَصْ ٰحب‬ َ ›ِ‫فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَاول ِٕٕى‬
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬
ِ َّ‫الن‬

Allaziina ya'kulunar-ribaa laa yaqumuna illaa kamaa yaqumullazii yatakhabbatuhusy-


syaitaanu minal-mass, zaalika bi'annahum qaaluu innamal-bai'u mislur-ribaa, wa
ahallallaahul-bai'a wa harramar-ribaa, fa man jaa`ahu mau'izatum mir rabbihii fantahaa
fa lahu maa salaf, wa amruhuu ilallaah, wa man 'aada fa ulaa'ika as-haabun-naar, hum
fiihaa khaalidun.

Artinya:

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba."

"Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya."

BAB IV

KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA

14
A.Pengertian sedekah

Sedekah berasal dari bahasa Arab "shadaqoh" yang artinya adalah suatu
pemberian dari seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa adanya
batasan waktu dan jumlah tertentu.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 114 yang menyuruh umat muslim untuk
senantiasa berbuat kebaikan salah satunya dengan bersedekah.

Artinya:

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan


dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar."

B.Bentuk-bentuk sedekah

Bersedekah tak hanya berupa harta, tapi bisa dengan apapun seperti menolong orang
lain dengan tenaga dan pikirannya, senyum, memberi nafkah keluarga, mengajarkan
ilmu, berdzikir, dan lain sebagainya.

Cakupan bersedekah dalam Islam itu sangat luas. Namun, agar lebih utama, harta benda
yang kita miliki juga harus disedekahkan kepada orang-orang yang membutuhkan.

C.Ayat-ayat tentang bersedekah

Allah telah menjelaskan dalam beberapa ayat mengenai sedekah. Di antaranya sebagai
berikut:

15
1. Surat Al Baqarah ayat 177.

Artinya:

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa."

2. Surat Al Baqarah ayat 254.

Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada

16
lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zalim."

3. Surat Al Baqarah ayat 274.

Artinya:

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara


tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Keutamaan sedekah

1. Bersedekah tidak akan mengurangi rezeki.

Jika kita melakukan sedekah, hal tersebut tidak akan mengurangi harta atau
rezeki kita. Justru Allah akan menggantinya dengan rezeki yang sebaik-baiknya.

Seperti dalam firman Allah pada Alquran surat Saba ayat 39 yang berbunyi:

Qul inna rabbii yabsutur-rizqa limay yasyaa'u min 'ibaadihii wa yaqdiru lah, wa maa
anfaqtum min syai'in fa huwa yukhlifuh, wa huwa khairur raaziqiin

Artinya:

17
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-
Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan
Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya."

2. Membuka pintu rezeki.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanny Rosulullah Shallallahu’ alaihi


wasallam bersabda:

"Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun
dua malaikat. Lalu salah satunya berkata, "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa
yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata, "Ya Allah
berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dai hadits tersebut dijelaskan bahwa bersedekah justru akan membuka pintu rezeki
yang baru.

3. Dapat menghapus dosa-dosa.

Rasulullah bersabda, "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air


memadamkan api." (HR. Tirmidzi)

Allah hanya akan mengampuni dosa-dosa seseorang yang telah bersedekah dengan
syarat orang tersebut mengikutinya dengan taubat. Dan jika seseorang melakukan
sedekah dengan niat agar dosa-dosanya dianggap impas, maka sesungguhnya hal ini
tidaklah dibenarkan.

4. Dijauhkan dari api neraka.

Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, "Jauhilah neraka walupun


hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka
dengan omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

5. Merupakan amal jariyah.

Sedekah merupakan salah satu amal jariyah yang pahalanya tidak akan pernah
putus, bahkan saat kita sudah meninggal. Rasulullah bersabda, "Jauhilah neraka

18
walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu,
maka dengan omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.)

19
BAB V

SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA

A.Definisi kematian

Dari segi ke-bahasaan, istilah kata mati (al-mawt) memiliki korelasi yang sama
dengan istilah pancaindera,11 akal12 dan Iain-lain13. Korelasi ini mengandung
pemahaman bahwa, kematian yang dimaksud berarti telah kehilangan kekuatan atau
kemampuan untuk hidup; dan ini sama seperti seseorang telah kehilangan sejumlah
organ tubuh, yang menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan atau melihat sesuatu.
Mati mengindikasikan berlawanan dengan kata hidup (al-hayah),14 meski kemudian
kedua kata ini murupakan ciptaan Allah swt. Namun demikian, mati dan hidup
berkaitan erat dengan kedudukan dan perwujudan roh.

Perbedaan Takdir Mubram dan Takdir Muallaq Beserta Contohnya:

1. Takdir Mubram

Dikutip dari laman Kemendikbud, takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari
Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.

Contoh takdir mubram adalah kelahiran, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat.
Sebab, tidak ada manusia yang mengetahui kapan seseorang akan lahir maupun mati.
Sehingga itu hanya menjadi rahasia milik Allah SWT.

Hadits tentang takdir mubram tertulis dalam Quran surat An Nisa ayat 78

‫هّٰللا‬ ُ ْ‫اَ ْينَ َما تَ ُكوْ نُوْ ا يُ ْد ِر ْك ُّك ُم ْال َمو‬


Arab: ‫ص ْبهُ ْم‬ ِ ُ‫ص ْبهُ ْم َح َسنَةٌ يَّقُوْ لُوْ ا ٰه ِذ ٖه ِم ْن ِع ْن ِد ِ ۚ َواِ ْن ت‬ ٍ ْ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِ ْي بُرُو‬
ِ ُ‫ج ُّم َشيَّ َد ٍة ۗ َواِ ْن ت‬
‫ال ٰهٓؤُاَل ۤ ِء ْالقَوْ ِم اَل يَ َكا ُدوْ نَ يَ ْفقَهُوْ نَ َح ِد ْيثًا‬ ‫هّٰللا‬ َ ‫َسيِّئَةٌ يَّقُوْ لُوْ ا ٰه ِذ ٖه ِم ْن ِع ْن ِد‬
ِ ‫ك ۗ قُلْ ُك ٌّل ِّم ْن ِع ْن ِد ِ ۗ فَ َم‬

Latin: aina mā takụnụ yudrikkumul-mautu walau kuntum fī burụjim musyayyadah, wa


in tuṣib-hum ḥasanatuy yaqụlụ hāżihī min 'indillāh, wa in tuṣib-hum sayyi`atuy yaqụlụ

20
hāżihī min 'indik, qul kullum min 'indillāh, fa māli hā`ulā`il-qaumi lā yakādụna
yafqahụna ḥadīṡā

Artinya: Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun


kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu
keburukan, mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muham-mad)." Katakanlah,
"Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?"

Selain itu, hadits takdir muallaq juga tertulis dalm quran surat Al A'raf ayat 187
mengenai datangnya hari kiamat

Arab: ‫ت‬ ِ ‫ت فِى السَّمٰ ٰو‬ ْ َ‫ك َع ِن السَّا َع ِة اَيَّانَ ُمرْ ٰسىهَ ۗا قُلْ اِنَّ َما ِع ْل ُمهَا ِع ْن َد َرب ۚ ِّْي اَل ي َُجلِّ ْيهَا لِ َو ْقتِهَٓا اِاَّل هُ ۘ َو ثَقُل‬ َ َ‫يَسْٔـََٔ›لُوْ ن‬
‫هّٰللا‬ ۗ َ َّ‫ض اَل تَأْتِ ْي ُك ْم اِاَّل بَ ْغتَةً ۗيَسْٔـََٔ›لُوْ نَكَ َكاَن‬
ِ َّ‫ك َحفِ ٌّي َع ْنهَا قُلْ اِنَّ َما ِع ْل ُمهَا ِع ْن َد ِ َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬ ِ ۗ ْ‫َوااْل َر‬

Latin: yas`alụnaka 'anis-sā'ati ayyāna mursāhā, qul innamā 'ilmuhā 'inda rabbī, lā
yujallīhā liwaqtihā illā huw, ṡaqulat fis-samāwāti wal-arḍ, lā ta`tīkum illā bagtah,
yas`alụnaka ka`annaka ḥafiyyun 'an-hā, qul innamā 'ilmuhā 'indallāhi wa lākinna
akṡaran-nāsi lā ya'lamụn

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, "Kapan


terjadi?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada
Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia.
(Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak
akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-
akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan
tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

2. Takdir Muallaq
Takdir Muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang mengikuti sertakan peran
manusia melalui usaha atau ikhitiar. Contoh takdir muallaq adalah keberhasilan anak
sekolah

21
meraih prestasi dengan giat belajar.

Dalil takdir muallaq tertulis dalam Quran surat Ar Rad ayat 11, Allah SWT berfirman
mengenai sesuatu yang tidak dapat diubah sampai suatu kaum tersebut mau
mengubahnya.

Arab: ‫ت ِّم ۢ ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا‬
ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
‫هّٰللا‬
ٍ ‫اَ َرا َد ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن و‬
‫َّال‬

Latin: lahụ mu'aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓụnahụ min amrillāh,
innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu
biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl

Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,


dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

B.Dalil tentang kematian

1. QS. Ar-Rahman: 26-27

‫ُكلُّ َم ْن َعلَ ْيهَا فَا ٍن * َويَ ْبقَى َوجْ هُ َربِّكَ ُذو ْال َجاَل ِل َواإْل ِ ْك َر ِام‬

Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26). Dan tetaplah kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27).

2. QS. Al-Mulk: 2

‫ق ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَحْ َسنُ َع َماًل َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر‬
َ َ‫الَّ ِذي خَ ل‬

Allah lah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapakah di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

22
3. QS. Al-Anbiya: 34-35

َ‫ت فَهُ ُم ْالخَ الِ ُدون‬


َّ ‫ك ْال ُخ ْل َد أَفَإ ِ ْن ِم‬
َ ِ‫َو َما َج َع ْلنَا لِبَ َش ٍر ِم ْن قَ ْبل‬

Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusiapun sebelum kamu. Maka jika
kamu mati, apakah mereka akan kekal?. – (QS. Al-Anbiya: 34)

َ‫ت َونَ ْبلُو ُك ْم بِال َّش ِّر َو ْال َخي ِْر فِ ْتنَةً َوإِلَ ْينَا تُرْ َجعُون‬
ِ ْ‫س َذائِقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu
dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu
akan dikembalikan. – (Q.S Al-Anbiya: 35)

4. QS. As-Sajdah: 11

ِ ْ‫ك ْال َمو‬


َ‫ت الَّ ِذي ُو ِّك َل بِ ُك ْم ثُ َّم إِلَى َربِّ ُك ْم تُرْ َجعُون‬ ُ َ‫قُلْ يَتَ َوفَّا ُك ْم َمل‬

Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan


mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”.

5. QS. Qaf: 19

‫ك َما ُك ْنتَ ِم ْنهُ ت َِحي ُد‬ ِّ ‫ت بِ ْال َح‬


َ ِ‫ق َذل‬ ِ ْ‫ت َس ْك َرةُ ْال َمو‬
ْ ‫َو َجا َء‬

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah perkara yang kamu
selalu lari daripadanya.

6. QS. Al-Qiyamah: 26-30

ُ ‫ك يَوْ َمئِ ٍذ ْال َم َسا‬


‫ق‬ َ ِّ‫َّاق * إِلَى َرب‬ ِ َّ‫ق * َو ْالتَف‬
ُ ‫ت السَّا‬
ِ ‫ق بِالس‬ ُ ‫ق * َوظَ َّن أَنَّهُ ْالفِ َرا‬ ِ ‫َكاَّل إِ َذا بَلَ َغ‬
ٍ ‫ت التَّ َراقِ َي * َوقِي َل َم ْن َرا‬

Sekali-kali tidak. Apabila nafas seseorang telah sampai ke kerongkongan (26), dan
dikatakan kepadanya: “Siapakah yang bisa menyembuhkan?” (27), dan orang yang
tengah sekarat itu meyakini bahwa sesungguhnya itu adalah waktu perpisahannya
(dengan dunia) (28), dan bertautlah betis dengan betis lainnya (saat ruh dicabut) (29),
kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu akan digiring (30).

7. QS. Ali Imran: 145

23
‫اب اآْل ِخ› َر ِة نُ ْؤتِ› ِه ِم ْنهَ››ا‬ َ ‫س أَ ْن تَ ُموتَ إِاَّل بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ ِكتَابًا ُمؤَ َّجاًل َو َم ْن ي ُِر ْد ثَ َو‬
ِ ›ُ‫اب ال ُّد ْنيَا نُ ْؤتِ ِه ِم ْنهَا َو َم ْن ي‬
َ ‫›ر ْد ثَ› َو‬ ٍ ‫َو َما َكانَ لِنَ ْف‬
َ‫َو َسنَجْ ِزي ال َّشا ِك ِرين‬

Setiap yang bernyawa tidak akan mati melainkan atas izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan pahala dunia itu kepadanya, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat,
niscaya Kami berikan pula pahala akhirat itu kepadanya. Dan kami akan memberikan
balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

8. QS. Al-Jumuah: 8

ِ ‫قُلْ إِ َّن ْال َموْ تَ الَّ ِذي تَفِرُّونَ ِم ْنهُ فَإِنَّهُ ُماَل قِي ُك ْم ثُ َّم تُ َر ُّدونَ إِلَى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu hindari itu, maka sesungguhnya


kematian itu pasti akan menemui kamu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada
Allah, yang maha mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata. Lalu Dia akan
memberitahukan segala apa yang telah kamu kerjakan”.

9. QS. Al-Baqarah: 154

َ‫ات بَلْ أَحْ يَا ٌء َولَ ِك ْن اَل تَ ْش ُعرُون‬


ٌ ‫َواَل تَقُولُوا لِ َم ْن يُ ْقتَ ُل فِي َسبِي ِل هَّللا ِ أَ ْم َو‬

Dan janganlah kamu mengatakan tentang orang-orang yang gugur di jalan Allah,
(bahwa mereka itu) mati. Bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, hanya saja kamu tidak
menyadarinya.

10. QS. An-Nahl: 32

َ‫الَّ ِذينَ تَت ََوفَّاهُ ُم ْال َماَل ئِ َكةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ َساَل ٌم َعلَ ْي ُك ُم ا ْد ُخلُوا ْال َجنَّةَ بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Yaitu orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik. Para
malaikat itu berkata (kepada mereka): “Salaamun ‘alaikum, masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.

11. QS. Al-Munafiqun: 11

َ‫َولَ ْن يُ َؤ ِّخ َر هَّللا ُ نَ ْفسًا إِ َذا َجا َء أَ َجلُهَا َوهَّللا ُ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

24
Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menangguhkan (kematian) seseorang apabila
telah tiba waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.

12. QS. Az-Zumar: 42

‫ض›ى َعلَ ْيهَ››ا ْال َم››وْ تَ َويُرْ ِس› ُل اأْل ُخْ َرى إِلَى أَ َج› ٍل‬
َ َ‫ك الَّتِي ق‬ َ ُ‫هَّللا ُ يَتَ َوفَّى اأْل َ ْنف‬
ْ ‫س ِحينَ َموْ تِهَا َوالَّتِي لَ ْم تَ ُم‬
ُ ›‫ت فِي َمنَا ِمهَا فَيُ ْم ِس‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ َ ِ‫ُم َس ّمًى إِ َّن فِي َذل‬
ٍ ‫ك آَل يَا‬

Allah menggenggam jiwa seseorang ketika matinya dan menggenggam jiwa seseorang
yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia menahan jiwa seseorang yang ajal
kematiannya telah tiba dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi kaum yang berfikir.

13. QS. Al-Anfal: 50

ِ ‫اب ْال َح ِر‬


‫يق‬ َ َ‫َولَوْ ت ََرى إِ ْذ يَتَ َوفَّى الَّ ِذينَ َكفَرُوا ْال َماَل ئِ َكةُ يَضْ ِربُونَ ُوجُوهَهُ ْم َوأَ ْدب‬
َ ‫ارهُ ْم َو ُذوقُوا َع َذ‬

Seandainya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir,
para malaikat memukuli mereka dari bagian depan dan belakang seraya berkata:
“Rasakanlah siksaan api neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri).

14. QS. Al-An’am: 61

ُ ْ‫ق ِعبَا ِد ِه َويُرْ ِس ُل َعلَ ْي ُك ْم َحفَظَةً َحتَّى إِ َذا َجا َء أَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
َ‫ت تَ َوفَّ ْتهُ ُر ُسلُنَا َوهُ ْم اَل يُفَرِّ طُون‬ َ ْ‫َوهُ َو ْالقَا ِه ُر فَو‬

Dan Dialah (Allah) yang memiliki kekuasaan tertinggi di atas hamba-hamba-Nya. Dan
Dia mengutus para malaikat penjaga kepadamu, sehingga apabila kematian mendatangi
salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami. Dan mereka
(para malaikat) itu tidak pernah melalaikan kewajibannya.

15. QS. An-Nisa: 78

ِ ُ‫ص ْبهُ ْم َح َس›نَةٌ يَقُولُ››وا هَ› ِذ ِه ِم ْن ِعنْ ِد هَّللا ِ َوإِ ْن ت‬


ٌ‫ص› ْبهُ ْم َس›يِّئَة‬ ُ ْ‫أَ ْينَ َما تَ ُكونُوا يُ ْد ِر ْك ُك ُم ْال َمو‬
ٍ ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِي بُر‬
ِ ُ‫ُوج ُم َشيَّ َد ٍة َوإِ ْن ت‬
‫ال هَؤُاَل ِء ْالقَوْ ِم اَل يَ َكا ُدونَ يَ ْفقَهُونَ َح ِديثًا‬ ِ ‫يَقُولُوا هَ ِذ ِه ِم ْن ِع ْن ِدكَ قُلْ ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد هَّللا ِ فَ َم‬

25
Di mana saja kamu berada, kematian pasti akan mendapatkanmu, meskipun kamu
berlindung di dalam benteng yang tinggi nan kokoh. Dan jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka berkata: “Ini datangnya dari sisi Allah”, sementara ketika mereka
ditimpa suatu keburukan, mereka berkata: “Ini datangnya dari sisi kamu (Muhammad)”.
Katakanlah: “Semuanya itu datangnya dari sisi Allah”. Maka mengapa mereka itu
(orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun.

26
BAB VI

KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-


DALILNYA

A. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Menurut Hukum Islam

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat


Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan
penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

‫ب لَ َك››انَ خَيْرًا‬ ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَ››ا‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]
Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal
ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ‫صالَةَ َوي ُْؤتُ››ونَ ال َّز َك››اة‬ ِ ‫ْض يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َّ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َويُقِي ُمونَ ال‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَآ ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ُُم‬ َ ِ‫َويُ ِطيعُونَ هللاَ َو َرسُولَهُ أُوْ الَئ‬
ِ ‫ك َسيَرْ َح ُمهُ ُم هللاُ إِ َّن هللاَ ع‬

“ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-Taubah:71] Ketika membawakan kedua
ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa
Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi segenap umat manusia. Umat
yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia. Karena mereka telah
menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi
mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta
mereka. Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia. Umat lain tidak memerintahkan

27
setiap orang kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua
kemungkaran. Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian mereka sama
sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil- kebanyakan jihad
mereka untuk mengusir musuh dari negerinya. Sebagaimana orang yang jahat dan
dzalim berperang bukan karena menyeru kepada petunjuk dan kebaikan, tidak pula
untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini digambarkan dalam ucapan Nabi Musa
Alaihissallam.

‫خَاس ِرينَ قَالُوا يَا ُمو َسى إِ َّن فِيهَا قَوْ ًما‬ ِ َ‫َب هللاُ لَ ُك ْم َوالَ تَرْ تَ ُّدوا َعلَى أَ ْدب‬
ِ ‫ار ُك ْم فَتَنقَلِبُوا‬ َ ‫ض ْال ُمقَ َّد َسةَ الَّتِي َكت‬
َ ْ‫يَاقَوْ ِم ا ْد ُخلُوا ْاألَر‬
ُ‫َاخلُ››ونَ قَ››ا َل َر ُجالَ ِن ِمنَ الَّ ِذينَ يَخَ › افُونَ أَ ْن َع َم هللا‬
ِ ‫َّارينَ َوإِنَّا لَن نَّ ْد ُخلَهَا َحتَّى يَ ْخ ُر ُج››وا ِم ْنهَ››ا فَ ›إِن يَ ْخ ُر ُج››وا ِم ْنهَ››ا فَإِنَّا د‬
ِ ‫َجب‬
َ ‫اب فَإِذاَ َدخَ ْلتُ ُموهُ فَإِنَّ ُك ْم غَالِبُونَ َو َعلَى هللاِ فَتَ َو َّكلُوا إِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِينَ قَ››الُوا يَا ُم‬
‫وس ›ى إِنَّا لَن نَّ ْد ُخلَهَآ‬ َ َ‫َعلَ ْي ِه َما ا ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه ُم ْالب‬
ِ َ‫أَبَدًا َما دَا ُموا فِيهَا فَ ْاذهَبْ أَنتَ َو َربُّكَ فَقَاتِآلَ إِنَّا هَاهُنَا ق‬
َ‫اع ُدون‬

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah
bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka
kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya
dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali
tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar
daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-
orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas
keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa,
kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al-Maidah : 21-24] Demikian
pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫ال هَلْ َع َس ْيتُ ْم إِن‬ َ َ‫ث لَنَا َملِ ًكا ُّنقَاتِلْ فِي َسبِي ِل هللاِ ق‬ ْ ‫إل ِمن بَنِى إِ ْس َرا ِءي َل ِمن بَ ْع ِد ُمو َسى إِ ْذ قَالُوا ِلنَبِ ٍّي لَّهُ ُم ا ْب َع‬ ِ ‫أَلَ ْم تَ َر إِلَى ْال َم‬
‫ب َعلَ ْي ِه ُم ْالقِتَ›ا ُل‬
َ ِ‫ارنَ›ا َوأَ ْبنَآئِنَ›ا فَلَ َّما ُكت‬ ُ
ِ َ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالقِتَا ُل أَالَّ تُقَاتِلُوا قَالُوا َو َمالَنَآ أَالَّ نُقَاتِ َل فِي َسبِي ِل هللاِ َوقَ ْد أ ْخ ِرجْ نَ›ا ِمن ِدي‬
َ ِ‫ُكت‬
َ‫“ ت ََولَّوْ ا إِالَّ قَلِيالً ِّم ْنهُ ْم َوهللاُ َعلِي ُُم بِالظَّالِ ِمين‬

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi


Musa wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk

28
kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi
mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak
akan berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan
Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari
anak-anak kami”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun
berpaling, kecuali beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang dzalim“. [Al-Baqarah:246] Mereka berperang lantaran diusir dari
tanah air beserta anak-anak mereka. Sudah demikian ini, mereka pun masih melanggar
perintah. Sehingga tidak dihalalkan begi mereka harta rampasan perang. Demikan juga
tidak boleh mengambil budak-budak tawanan perang.

Demikianlah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam. Dia menjadikan
amar ma’ruf nahi mungkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala.

‫ف َويَ ْنهَ››اهُ ْم ع َِن‬ ِ ْ‫›ال َم ْعرُو‬ ْ ›ِ‫ي األُ ِّمي ال ِذيْ يَ ِج ُدوْ نَهُ َم ْكتُوْ بًا ِع ْن َدهُ ْم فِ ْي التَّوْ َرا ِة َو ْا ِإل ْن ِج ْي ِل يَ››أْ ُم ُرهُ ْم ب‬ َّ ِ‫ال ِذ ْينَ يَتَّبِعُوْ نَ ال َّرسُوْ َل النَّب‬
ْ ‫ص› َرهُ ْم َو ْاألَ ْغالَ َل الَّتِي َك››ان‬
‫َت َعلَ ْي ِه ْم فَالَّ ِذ ْينَ َءا َمنُ››وْ ا‬ ْ ِ‫ض› ُع َع ْنهُ ْم إ‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ِ‫ت َويُ َح› ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَ››ائ‬
ِ ‫ْال ُم ْن َك ِر َويُ ِح› لُّ لَهُ ُم الطَّيِّبَ››ا‬
َ ِ‫صرُوْ هُ َواتَّبَعُوْ ا النُّوْ َر الَّ ِذيْ أَ ْن َز َل َم َعهُ أُوْ لَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ َ َ‫“ َو َع َزرُوْ هُ َون‬

(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka.

Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan


mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah
orang-orang yang beruntung“. [Al- A’raaf : 157). Kemudian Allah Subhanahu wa
Ta’ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi tugas utama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat ini untuk
menegakkannya, dalam firman-Nya.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

29
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Al-Imron:104]

B. Hukum amar ma’ruf nahi munkar

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah


Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil
Al Qur’an dan As-Sunnah serta Ijma’ para Ulama. Dalil Al Qur’an Firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“.[Al-Imran:104]. Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat
ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada sebagian umat ini yang menegakkan perkata
ini”. Dan firman-Nya.

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهلل‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“. [Al-
Imran :110]. Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian
manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat
Allah darinya”.Dalil Sunnah Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ِ ‫ك أَضْ َعفُ ا ِإلي َم‬


‫ان‬ َ ِ‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل‬

“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika
tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu
selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim]. Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah
dijelaskan oleh para ulama, diantaranya: Ibnu Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata,
“Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar, tidak
ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”.

30
Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu
dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih
Islam telah berkonsensus atas kewajibannya”.

An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang
menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar” Asy-Syaukaniy berkata,”Amar
ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok serta rukun syari’at terbesar dalam
syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak kejayaannya”.

C. Derajat kewajiban amar ma’ruf nahi munkar

Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai satu kewajiban atas umat Islam,
bagaimanakah derajat kewajibannya? Apakah fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah? Para
ulama berselisih tentang hal ini. Pendapat pertama memandang kewajiban tersebut
adalah fardhu ‘Ain. Ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Katsir,
Az Zujaaj, Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syar’i, diantaranya:

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ ن‬ ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Ali Imran:104] Mereka mengatakan bahwa kata ‫ ِم ْن‬dalam ayat
‫ ِم ْن ُك ْم‬untuk penjelas dan bukan untuk menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat,
jadilah kalian semua umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
َ ›ِ‫َوأُوْ الَئ‬
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Demikian juga akhir ayat yaitu: ‫ك هُ ُم‬
َ‫ ْال ُم ْفلِحُون‬Menegaskan bahwa keberuntungan khusus bagi mereka yang melakukan amalan
tersebut. Sedangkan mencapai keberuntungan tersebut hukumnya fardhu ‘ain. Oleh
karena itu memiliki sifat-sifat tersebut hukumnya wajib ‘ain juga. Karena dalam kaedah
disebutkan: ٌ‫اجب‬ َ ›ُ‫الْوا ِجبُ ِإالَّ بِ› ِه فَه‬
ِ ‫›و َو‬ َ ‫ َم››ا الَ يَتِ ُّّم‬Satu kewajiban yang tidak sempurna kecuali
dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib.

31
2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن‬ ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫ب لَ َكانَ َخ ْيرًا لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬
ِ ‫ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imran :110]
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan syarat bergabung dengan umat
Islam yang terbaik, yaitu dengan amar ma’ruf nahi mungkar dan iman. Padahal
bergabung kepada umat ini, hukumnya fardu ‘ain. Sebagaimana firman-Nya: ُ‫َو َم ْن أَحْ َسن‬
َ‫صالِحًا َوقَا َل إِنَّنِى ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬
َ ‫“ قَوْ الً ِّم َّمن َدعَآ إِلَى هللاِ َو َع ِم َل‬Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan
berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” [Fushilat :33]
Sehingga memiliki sifat-sifat tersebut menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana Umar bin Al
Khathab menganggapnya sebagai syarat Allah bagi orang yang bergabung ke dalam
barisan umat Islam. Beliau berkata setelah membaca surat Ali Imran:110,”Wahai
sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah
menunaikan syarat Allah darinya” Sedangkan pendapat kedua memandang amar ma’ruf
nahi mungkar fardhu kifayah. Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka
yang menyatakan secara tegas adalah Abu Bakr Al-Jashash , Al-Mawardiy, Abu Ya’la
Al-Hambaliy, Al Ghozaliy, Ibnul Arabi, Al Qurthubiy, Ibnu Qudamah , An-Nawawiy ,
Ibnu Taimiyah ,Asy-Syathibiy dan Asy-Syaukaniy . Mereka berhujjah dengan dalil-
dalil berikut ini:

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ ن‬ ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْالخَ ي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ ِ‫ع َِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Ali Imran:104] Mereka mengatakan bahwa kata ‫ ِم ْن‬dalam ayat
‫ ِم ْن ُك ْم‬untuk menunjukkan sebagian. Sehingga menunjukkan hukumnya fardhu kifayah.
Imam Al Jashash menyatakan,”Ayat ini mengandung dua makna. Pertama, kewajiban
amar ma’ruf nahi mungkar. Kedua, yaitu fardu kifayah. Jika telah dilaksanakan oleh
sebagian, maka yang lain tidak terkena kewajiban”. Ibnu Qudamah berkata,”Dalam ayat

32
ini terdapat penjelasan hukum amar ma’ruf nahi mungkar yaitu fardhu kifayah, bukan
fardhu ‘ain”.

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


َ ‫َو َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لِيَ ْنفِرُوا َكآفَةً فَلَوْ الَ نَفَ َر ِمن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِمنهُ ْم‬
‫طآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّي ِن َولِيُن ِذرُوا قَوْ َمهُ ْم إِ َذا َر َجعُوا‬
َ‫إِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون‬

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya“. [At-Taubah : 122] Hukum tafaquh fiddin
(memperdalam ilmu agama) adalah fardhu kifayah. Karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala memerintahkan sekelompok kaum mukminin dan tidak semuanya untuk
menuntut ilmu. Oleh karena itu orang yang belajar dan menuntut ilmu tersebut yang
bertanggung jawab memberi peringatan, bukan seluruh kaum muslimin. Demikian
juga jihad, hukumnya fardhu kifayah. Syeikh Abdurrahman As Sa’diy
menyatakan,”Sepatutnya kaum muslimin mempersiapkan orang yang menegakkan
setiap kemaslahatan umum mereka. Orang yang meluangkan seluruh waktunya dan
bersungguh-sungguh serta tidak bercabang, untuk mewujudkan kemaslahatan dan
kemanfatan mereka. Hendaklah arah dan tujuan mereka semuanya satu, yaitu
menegakkan kemaslahatan agama dan dunianya”

3. Tidak semua orang dapat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Karena orang
yang menegakkannya harus memiliki syarat-syarat tertentu. Seperti mengetahui hukum-
hukum syari’at, tingkatan amar makruf nahi mungkar, cara menegakkannya,
kemampuan melaksanakannya. Demikian juga dikhawatirkan bagi orang yang beramar
ma’ruf nahi mungkar bila tanpa ilmu akan berbuat salah. Mereka memerintahkan
kemungkaran dan mencegah kema’rufan atau berbuat keras pada saat harus lembut dan
sebaliknya.

4. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ‫صالَةَ َو َءاتَ ُوا ال َّز َكاةَ َوأَ َمرُوْ ا‬ َّ ‫ض أَقَا ُموْ ا ال‬
ِ ْ‫ال ِّذ ْينَ إِ ْن َم َّكنَّاهُ ْم فِ ْي ْاألَر‬
‫ف َونَهَوْ ا َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوهلِل ِ عَاقِبَةُ ْاألُ ُموْ ِر‬
ِ ْ‫بِ ْال َم ْعرُو‬

33
“(yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala
urusan“. [QS. 22:41] Imam Al Qurthubiy berkata,”Tidak semua orang diteguhkan
kedudukannya dimuka bumi, sehingga hal tersebut diwajibkan secara kifayah kepada
mereka yang diberi kemampuan untuknya.Oleh karena itu Syeikh Islam Ibnu Taimiyah
menyatakan,”Demikian kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar.

Hal ini tidak diwajibkan kepada setiap orang, akan tetapi merupakan fardhu
kifayah” Akan tetapi hukum ini bukan berarti menunjukkan bolehnya seseorang untuk
tidak berdakwah, atau beramar makruf nahi mungkar. Karena terlaksananya fardhu
kifayah ini dengan terwujudnya pelaksanaan kewajiban tersebut. Sehingga apabila
kewajiban tersebut belum terwujud pelaksanaannya oleh sebagian orang, maka seluruh
kaum muslimin terbebani kewajiban tersebut. Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah
orang yang menunaikan dan melaksanakan fardhu kifayah. Mereka memiliki
keistimewaan lebih dari orang yang melaksanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu
‘ain hanya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku fardhu kifayah
menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Demikian juga fardhu
‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika
ditinggalkan akan berdosa seluruhnya. Pendapat ini Insya Allah pendapat yang rajih.
Wallahu a’lam. Amar makruf nahi mungkar dapat menjadi fardhu ‘ain, menurut kedua
pendapat diatas, apabila :

Pertama : Ditugaskan oleh pemerintah. Al Mawardi menyatakan,”Sesungguhnya


hukum amar makruf nahi mungkar fardhu ‘ain dengan perintah penguasa”.

Kedua : Hanya dia yang mengetahui kema’rufan dan kemungkaran yang terjadi. An
Nawawiy berkata,”Sesungguhnya amar makruf nahi mungkar fardhu kifayah.
Kemudian menjadi fardhu ‘ain, jika dia berada ditempat yang tidak mengetahuinya
kecuali dia”.

Ketiga : Kemampuan amar makruf nahi mungkar hanya dimiliki orang tertentu. Jika
kemampuan menegakkan amar makruf nahi mungkar terbatas pada sejumlah orang
tertentu saja, maka amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka. An

34
Nawawi berkata,”Terkadang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain, jika
berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang
yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemungkaran atau tidak berbuat
kema’rufan”.

Keempat : Perubahan keadaan dan kondisi. Syeikh Abdul Aziz bin Baaz memandang
amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain dengan sebab perubahan kondisi dan
keadaan, ketika beliau berkata, “Ketika sedikitnya para da’i. Banyaknya kemungkaran
dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi
fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya”.

35

Anda mungkin juga menyukai