Pkb2017 Siti Ema Kustianingsih 17030194086 Al
Pkb2017 Siti Ema Kustianingsih 17030194086 Al
Aluminium
Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan
Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam
proses pewarnaan. Pada tahun 1787, Lavoisier menebak bahwa unsur ini adalah Oksida
logam yang belum ditemukan. Pada tahun 1761, de Morveau mengajukan namaalumine
untuk basa alum. Pada tahun 1827, Wohler disebut sebagai ilmuwan yang berhasil
mengisolasi logam ini. Pada tahun 1807, Davy memberikan proposal untuk menamakan
logam ini Aluminum, walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan Aluminium.
Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan
“ium” (Callister, 2007).
Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan terdapat
dalam batuan seperti felspar dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh adalah oksida
terhidrat seperti bauksit, Al2O3.nH2O, dan kryolit, Na3AlF6. Aluminium merupakan unsur
yang paling melimpah diantara unsur golongan Boron yang lain serta merupakan unsur
dengan kelimpahan ketiga terbesar di alam setelah Oksigen dan Silikon. Aluminium dan
senyawanya memiliki aplikasi yang sangat luas dan logam Aluminium diproduksi secara
komersial dalam skala besar.
Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak
karakteristik yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam),
nonmagnetik dan tidak memercik. Aluminium sangat lunak dan kurang keras. Aluminium
adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial reduksinya dan tidak
ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah unsur ketiga terbanyak dalam
kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur bebas. Walaupun senyawa aluminium
ditemukan paling banyak di alam, selama bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang
ekonomis untuk memperoleh logam aluminium dari senyawanya (Achmad, 2001).
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-
abu. Ia melebur pada 659oC. Bila terkena udara objek-objek aluminium teroksidasi pada
permukaannnya, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari oksida lebih lanjut. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini. Pelarutan lebih lambat dengan asam
sulfat encer atau asam nitrat encer :
2Al + 6H+ → 2Al3++ 3H2↑
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (II)
Klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium. Dengan hidroksida
alkali, akan terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat (Svehla, 1985).
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik dan
hantaran listrik yang baik dan sifat – sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. Sebagai
tambahan terhadap, kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu,
Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dsb. Secara satu persatu atau bersama-sama, memberikan juga sifat-sifat
baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah. Material
ini dipergunakan di dalam bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi
juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi
(Cotton, 1999).
Alumunim (Al) dengan konfigurasi elektron [10Ne] 3s2 3p1 di kenal mempunyai
tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam Al tahan terhadap korosi udara, karena reaksi
antara logam alumunium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya, Al2O3 yang
membentuk lapisan non pori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi
lanjut. Hal ini berbeda dari oksida besi yang bersifat berpori, tidak mampu melindungi
bagian dalam besi sehingga korosi terus berlanjut (Mu'im, 2002).
a. Ekstraksi Aluminium
Ekstraksi Aluminium dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap pemurnian bijih
Aluminium dan tahap ekstraksi Aluminium. Tahap pemurnian bijih Aluminium
dikenal dengan nama proses Bayer. Pada proses ini Bauksit direaksikan dengan NaOH
membentuk natrium aluminat. Selanjutnya Aluminium hidroksida yang terdeposit
dalam natrium aluminat dikalsinasi sehingga terbentuk Al2O3. Proses ekstraksi bijih
Aluminium untuk mendapatkan logam Aluminium dikenal dengan nama proses Hall
Heroult. Pada proses Hall Heroult, Bauksit direaksikan dengan NaOH, selanjutnya
Al2O3 yang terbentuk direaksikan dengan Na3[AlF6] kemudian dielektrolisis sehingga
terbentuk logam Aluminium (Lutfi, Dwiningsih, Maharani, Muchlis, & Hidayah,
2018).
b. Kegunaan
Kegunaan logam aluminium di berbagai bidang diantaranya adalah (Lutfi,
Dwiningsih, Maharani, Muchlis, & Hidayah, 2018) :
a. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat- alat
lain
b. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung
c. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur
d. Sebagai bahan penyusun kabel listrik
e. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium
Senyawa Aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya :
Senyawa Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan untuk meningkatkan pH atau
bahan anti-asam. Senyawa Al2(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air.
c. Sifat-sifat
Adapun sifat-sifat fisik aluminium antara lain sebagai berikut (Kalpakjian, 1984) :
a. Ringan
Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan banyak
digunakan dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
b. Tahan terhadap korosi
Sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang dipengaruhi oleh
unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia lainnya, baik di ruang
angkasa atau bahkan sampai ke dasar laut.
c. Kuat
Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadu dengan logam lain.
Digunakan untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi
seperti: pesawat terbang, kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
d. Mudah dibentuk
e. Konduktor panas
f. Memiliki ketangguhan yang baik
g. Mampu diproses ulang-guna (Re-use/Recycle)
Sifat-sifat lain dari aluminium yaitu :
Nomor atom 13
Massa atom 26,98154 g/mol
Elektronegativitas Pauling 1,5
Kepadatan 2,7 g/cm-3 pada 20 °C
Titik lebur 660,4 °C
Titik didih 2467 °C
Radius Vanderwaals 0,143 nm
Radius ionik 0,05 nm
Isotop 3
Isotop buatan 16
Energi ionisasi pertama 577,4 kJ/mol
Energi ionisasi kedua 1.816,1 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga 2.744,1 kJ/mol
Potensial standar – 1,67 V
Ditemukan oleh Hans Christian Oersted pada
tahun
1825
d. Reaksi-reaksi
Beberapa reaksi kimia (sifat kimia) aluminium :
1. Mudah terbakar dalam nyala api dan menghasilkan panas reaksi yang tinggi.
2Al + 3/2O2 → Al2O3 + 399 kkal
Sifat ini digunakan sebagai dasar untuk mereduksi beberapa sulfida dan oksida.
Contoh :
2Al + Fe2O3 → 2Fe + Al2O3 + 199 kkal
Proses ini disebut aluminothermi atau proses thermit.
2. Bereaksi dengan asam menghasilkan gas hydrogen.
2Al(s) + 6H+(aq) → 2Al3+(aq) + 3H2(g)
3. Bereaksi dengan basa kuat terutama basa alkali menghasilkan gas H2.
Reaksinya :
2. Aluminium Sulfat
Halida nitrat dan sulfatnya larut dalam air, larutan air, larutan ini memperlihatkan
reaksi asam karena hidrolisis. Aluminium sulfat dapat dibuat hanya dalam keadaan
padat saja, dalam air terhidrolisis dan membentuk Al(OH)2 (Sugiyarto, 2003).
Aluminium sulfat digunakan dalam industri kertas dan karton. Kegunaan lain
adalah sebagai pengolahan cair dan penjernihan air minum. Larutan berair yang
mengandung jumlah molar yang sama dari Al2(SO4)3 dan K2SO4 mengkristal
sebagai kalium aluminium sulfat dengan rumus KAl(SO4)2.12 H2O. Garam ini
dikenal dengan alum atau tawas.
→ Al(H2O)63+
Aluminium hidroksida banyak dipakai sebagai mordan,yaitu pengikat zat warna
pada kain (Svehla, 1985).
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Cawan porselin (1 buah) Larutan NaOH 0,1 M
Tabung reaksi (7 buah) Larutan NaOH 1 M
Pipet tetes Larutan HgCl2 0,1 M
Corong gelas Larutan HCl 0,1 M
Kertas lakmus Larutan (NH4)2S
Kapas Larutan Na2CO3 0,1 M
Kertas saring Larutan Al2(SO4)3 0,1 M
Lempeng Al
E. Prosedur Pembahasan
Percobaan 1. Pembuatan Amalgam
Reaksi :
Al + Hg → AlHg (s)
Reaksi :
Reaksi :
3 SO42- →
Kertas lakmus :
HLit → H+ + Lit-
Percobaan 4. Sifat Amfoter Alumunium
1 mL larutan Al2(SO4)3
Terbentuk endapan
Endapan larut
Terbentuk endapan
Endapan larut
Jumlah tetesan
Reaksi :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)
1 mL larutan Al2(SO4)3
Residu Filtrat
Residu
Reaksi :
Selanjutnya digosok kembali dengan HgCl2 dan terbentuk amalgam yang berwarna
hitam keabu-abuan yang mengkilat. Hal ini menunjukkan logam Aluminium bersifat reaktif
saat direaksikan dengan Hg akan membentuk amalgam aluminium. Reaksinya yaitu
Al + Hg → AlHg (s)
Pada reaksi diatas terbentuk amalgam AlHg, amalgam terbentuk karena suatu
campuran dari dua logam atau beberapa logam, yang salah satunya adalah merkuri (Hg). Pada
percobaan ini amalgam terbentuk antara Hg dengan logam aluminium.
Percobaan kedua bertujuan untuk mengidentifikasi salah satu sifat logam aluminium yakni
urutan kereaktifannya terhadap basa, garam dan asam. Langkah pertama yaitu disiapkan
lempeng aluminiun (yang telah diamplas), dipotong- potong kecil menjadi tiga bagian yang
sama besar, kemudian masing-masing lempengan tersebut direaksikan dengan larutan NaOH
1 M, larutan Na2CO3 0,1 M panas, dan larutan HCl 1 M.
Pada tabung yang ditambahkan NaOH 1 M terbentuk gas H2. Hal tersebut menunjukkan
bahwa logam aluminium lebih reaktif jika direaksikan dengan basa, dibandingkan dengan
garam maupun asam. Logam aluminium reaktif terhadap basa, yaitu NaOH, yang merupakan
hidroksi alkali. Logam aluminium akan membentuk larutan NaAlO2. Ion-ion aluminium
membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna.
Al (s) + NaOH (aq) → NaAlO2 (aq) + H2 (g) Ea = 51,5 kJ/mol
Reaksi Al dengan Asam
Pada tabung reaksi yang berisi larutan HCl 1 M, dihasilkan pula gas H2. Hal ini menunjukkan
bahwa alumunium cukup reaktif dengan larutan asam
Al (s) + HCl (aq) → AlCl3 (s) + H2 (g) Ea = 38,57 kJ/mol
Pada tabung reaksi yang berisi garam natrium karbonat panas, juga terbentuk gas H2.
Hal ini menunjukkan bahwa logam Al rekatif dengan senyawa garam. Pemanasan larutan
garam dilakukan untuk memperbesar kelarutan logam Aluminium. Logam aluminium tidak
reaktif dengan larutan garam dingin (tanpa pemanasan), sehingga dilakukan pemanasan pada
larutan terlebih dahulu. Na2CO3 merupakan garam yang bersifat basa, garam ini terbentuk
dari basa kuat NaOH dan asam lemah H2CO3.
2 Al (s) + 2 Na2CO3 (aq) + 8 H2O (l) Ea = 68,57 kJ/mol
Berdasarkan teori, kerektifan Al dilihat dari nilai Ea. Semakin tinggi nilai Ea maka
semakin susah reaktif. Pada percobaan penambahan basa nilai Ea sebesar 51,5 kJ/mol,
percobaan penambahan asam nilai Ea sebesar 38,57 kJ/mol, dan pada penambahan garam
nilai Ea sebesar 68,57 kJ/mol. Apabila dilihat dari nilai Ea maka alumunium akan cenderung
lebih larut dalam larutan basa dari pada dalam larutan garam dan asam, sehingga larutan
kelarutan yang tepat yaitu NaOH > Na2CO3 panas > HCl.
Percobaan keempat bertujuan untuk menunjukkan sifat amfoter dari aluminium dalam
senyawanya. Amfoter merupakan salah satu sifat senyawa aluminium dimana dapat sebagai
asam maupun basa. Senyawa aluminium yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
Al2(SO4)3 yang akan menghasilkan senyawa Al(OH)3 yang bersifat amfoter, jika direaksikan
dengan NaOH. Langkah pertama yaitu sebanyak 1 ml larutan Al2(SO4)3 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Reaksi yang telah berlangsung akan menghasilkan endapan dari
Al(OH)3. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1 M tetes demi tetes sampai endapan larut
kembali. Reaksi yang terjadi yaitu
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
Tahap selanjutnya yaitu dicuci dengan air panas. Endapan kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan NaOH. Penambahan NaOH ini berfungsi untuk
melarutkan endapan, sehingga terbentuk larutan yang tidak berwarna dari kompleks
Na[Al(OH)4] , natrium tetrahidroksoaluminat, yaitu pada penambahan NaOH.
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)
Berdasarkan reaksi diatas, hablur yang terbentuk bereaksi dengan NaOH sehingga
larut, hal ini menunjukkan bahwa Al(OH)3 walaupun merupakan suatu hidroksida dapat
bertindak sebagai asam, sehingga bereaksi dengan basa, membentuk aluminat.
G. Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa,
1. Alumunium dapat bereaksi dengan raksa membentuk amalgam yang ditandai dengan
terbentuknya endapan (amalgam).
2. Selain itu, alumunium dapat bereaksi dengan asam, basa maupun garam
3. Pada senyawa alumunium sulfat ketika diuji dengan kertas lakmus bersifat asam dengan
ditandai dengan perubahan warna pada kertas lakmus biru menjadi kertas lakmus merah.
4. Alumunium bersifat amfoter, amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun garam
yang ditandai dengan terbentuknya endapan pada penambahan asam maupun basa dan
endapan larut kembali pada penambahan asam maupun basa berlebih.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Terangkan sifat amfoter alumunium berdasarkan percobaan yang anda lakukan!
Jawab :
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan reaksi
netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan ion hidrogen
maupun ion hidroksil). Kemudian dilakukan penambahan NaOH pada larutan
[Al2(SO4)3], terbentuk endapan pada tabung berwarna putih. Dan pada penambahan
NaOH didapatkan endapan putih paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi telah
berlangsung dan dihasilkan endapan dari Al(OH)3. Selanjutnya pada larutan ditambahkan
NaOH kembali secara berlebih hingga endapan larut kembali.
Reaksi yang terjadi yaitu
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
1. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat- alat lain
2. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung
3. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur
4. Sebagai bahan penyusun kabel listrik
5. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium
Senyawa Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan untuk meningkatkan pH atau
bahan anti-asam. Senyawa Al2(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. (2001). Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Callister, W. (2007). Material Science and Engineering An Introduction. New York: John Wiley
and Sons, Inc.
Cotton, F. A. (1999). Advance Inorganic Chemistry. New York: Willey Interscience Publication.
Lutfi, A., Dwiningsih, K., Maharani, D. K., Muchlis, & Hidayah, R. (2018). Kimia Anorganik
Unsur Unsur Golongan Utama. Surabaya: Absolute Media.
Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro (5th ed.).
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.