Anda di halaman 1dari 23

A.

Judul Percobaan : Alumunium


B. Tujuan Percobaan : Mengetahui sifat-sifat alumunium dan senyawanya
C. Dasar Teori

Aluminium
Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan
Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam
proses pewarnaan. Pada tahun 1787, Lavoisier menebak bahwa unsur ini adalah Oksida
logam yang belum ditemukan. Pada tahun 1761, de Morveau mengajukan namaalumine
untuk basa alum. Pada tahun 1827, Wohler disebut sebagai ilmuwan yang berhasil
mengisolasi logam ini. Pada tahun 1807, Davy memberikan proposal untuk menamakan
logam ini Aluminum, walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan Aluminium.
Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan
“ium” (Callister, 2007).

Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan terdapat
dalam batuan seperti felspar dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh adalah oksida
terhidrat seperti bauksit, Al2O3.nH2O, dan kryolit, Na3AlF6. Aluminium merupakan unsur
yang paling melimpah diantara unsur golongan Boron yang lain serta merupakan unsur
dengan kelimpahan ketiga terbesar di alam setelah Oksigen dan Silikon. Aluminium dan
senyawanya memiliki aplikasi yang sangat luas dan logam Aluminium diproduksi secara
komersial dalam skala besar.
Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak
karakteristik yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam),
nonmagnetik dan tidak memercik. Aluminium sangat lunak dan kurang keras. Aluminium
adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial reduksinya dan tidak
ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah unsur ketiga terbanyak dalam
kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur bebas. Walaupun senyawa aluminium
ditemukan paling banyak di alam, selama bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang
ekonomis untuk memperoleh logam aluminium dari senyawanya (Achmad, 2001).
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-

abu. Ia melebur pada 659oC. Bila terkena udara objek-objek aluminium teroksidasi pada
permukaannnya, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari oksida lebih lanjut. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini. Pelarutan lebih lambat dengan asam
sulfat encer atau asam nitrat encer :
2Al + 6H+ → 2Al3++ 3H2↑
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (II)
Klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium. Dengan hidroksida
alkali, akan terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat (Svehla, 1985).
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik dan
hantaran listrik yang baik dan sifat – sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. Sebagai
tambahan terhadap, kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu,
Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dsb. Secara satu persatu atau bersama-sama, memberikan juga sifat-sifat
baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah. Material
ini dipergunakan di dalam bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi
juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi
(Cotton, 1999).

Alumunim (Al) dengan konfigurasi elektron [10Ne] 3s2 3p1 di kenal mempunyai
tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam Al tahan terhadap korosi udara, karena reaksi
antara logam alumunium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya, Al2O3 yang
membentuk lapisan non pori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi
lanjut. Hal ini berbeda dari oksida besi yang bersifat berpori, tidak mampu melindungi
bagian dalam besi sehingga korosi terus berlanjut (Mu'im, 2002).
a. Ekstraksi Aluminium
Ekstraksi Aluminium dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap pemurnian bijih
Aluminium dan tahap ekstraksi Aluminium. Tahap pemurnian bijih Aluminium
dikenal dengan nama proses Bayer. Pada proses ini Bauksit direaksikan dengan NaOH
membentuk natrium aluminat. Selanjutnya Aluminium hidroksida yang terdeposit
dalam natrium aluminat dikalsinasi sehingga terbentuk Al2O3. Proses ekstraksi bijih
Aluminium untuk mendapatkan logam Aluminium dikenal dengan nama proses Hall
Heroult. Pada proses Hall Heroult, Bauksit direaksikan dengan NaOH, selanjutnya
Al2O3 yang terbentuk direaksikan dengan Na3[AlF6] kemudian dielektrolisis sehingga
terbentuk logam Aluminium (Lutfi, Dwiningsih, Maharani, Muchlis, & Hidayah,
2018).
b. Kegunaan
Kegunaan logam aluminium di berbagai bidang diantaranya adalah (Lutfi,
Dwiningsih, Maharani, Muchlis, & Hidayah, 2018) :
a. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat- alat
lain
b. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung
c. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur
d. Sebagai bahan penyusun kabel listrik
e. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium
Senyawa Aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya :
Senyawa Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan untuk meningkatkan pH atau
bahan anti-asam. Senyawa Al2(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air.
c. Sifat-sifat
Adapun sifat-sifat fisik aluminium antara lain sebagai berikut (Kalpakjian, 1984) :
a. Ringan
Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan banyak
digunakan dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
b. Tahan terhadap korosi
Sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang dipengaruhi oleh
unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia lainnya, baik di ruang
angkasa atau bahkan sampai ke dasar laut.
c. Kuat
Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadu dengan logam lain.
Digunakan untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi
seperti: pesawat terbang, kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
d. Mudah dibentuk
e. Konduktor panas
f. Memiliki ketangguhan yang baik
g. Mampu diproses ulang-guna (Re-use/Recycle)
Sifat-sifat lain dari aluminium yaitu :
Nomor atom 13
Massa atom 26,98154 g/mol
Elektronegativitas Pauling 1,5
Kepadatan 2,7 g/cm-3 pada 20 °C
Titik lebur 660,4 °C
Titik didih 2467 °C
Radius Vanderwaals 0,143 nm
Radius ionik 0,05 nm
Isotop 3
Isotop buatan 16
Energi ionisasi pertama 577,4 kJ/mol
Energi ionisasi kedua 1.816,1 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga 2.744,1 kJ/mol
Potensial standar – 1,67 V
Ditemukan oleh Hans Christian Oersted pada
tahun
1825
d. Reaksi-reaksi
Beberapa reaksi kimia (sifat kimia) aluminium :
1. Mudah terbakar dalam nyala api dan menghasilkan panas reaksi yang tinggi.
2Al + 3/2O2 → Al2O3 + 399 kkal
Sifat ini digunakan sebagai dasar untuk mereduksi beberapa sulfida dan oksida.
Contoh :
2Al + Fe2O3 → 2Fe + Al2O3 + 199 kkal
Proses ini disebut aluminothermi atau proses thermit.
2. Bereaksi dengan asam menghasilkan gas hydrogen.
2Al(s) + 6H+(aq) → 2Al3+(aq) + 3H2(g)
3. Bereaksi dengan basa kuat terutama basa alkali menghasilkan gas H2.
Reaksinya :

2Al (s) + 2 OH- (aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)4- + 3H2(g)


4. Dengan udara logam ini membentuk lapisan oksida yang kuat pada permukaannya
yang dapat melindungi logam dari oksida lebih lanjut. Karenanya logam ini
dikatakan bersifat tahan karat (korosi) dan digunakan untuk melapisi logam lain
agar tahan karat (Svehla, 1985).
5. Adapun sifat kimianya adalah Aluminium bersifat amfoter. Ini dapat ditunjukkan
pada reaksi sebagai berikut:
Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3
Al2O3 + 6 NaOH → 2 Na3AlO2
6. Aluminium tidak bereaksi dengan udara kering, tetapi dengan udara lembab akan
terbentuk semacam lapisan tipis oksida pada bagian permukaan. Pembakaran
dengan oksigen menghasilkan cahaya kilap.
4 Al (s) + 3 O2 (g) → 2 Al2O3
7. Aluminium murni bereraksi dengan air murni, tetapi tidak dapat terkorosi bila air
mengandung garam. Dengan air mendidih, aluminium mengalami penguraian
dengan membebaskan hidrogen.
2 Al (s) + 6 H2O → 2 Al(OH)3 + 3 H2
8. Aluminium melarutkan soda (NaOH) dengan membebaskan gas hidrogen dan
terbentuk aluminat larutan
2 Al (s) + 2 NaOH (aq) + 6 H2O (l) → 2 Na[Al(OH)4] (aq) + 3 H2 (g)
9. Aluminium larut dalam HCl dan H2SO4 pekat dengan membebaskan hidrogen.
2 Al (s) + 6 HCl (aq) → 2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)
Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 (aq) + 3 SO2 (g) + 6 H2O (l)

e. Beberapa senyawa aluminium:


1. Aluminium oksida
Aluminium oksida dengan asam klorida menghasilkan reaksi yang baik,akantetapi
dengan asam nitrat tidak bereaksi karena kuatnya ikatan Al-O. Kalor pembentukan
aluminium oksida Al2O3 juga besar, 399 kkal. Karena itu aluminium dapat dipakai
untuk mereduksi oksida-oksida logam lain. Besi (III) oksida dapat direduksi oleh
aluminium dengan membebaskan banyak kalor :
2Al (s) + 3/2 O2(g) → Al2O3 + 399 kkal Fe2O3 (s) → 2
Fe(g) + 3/2 O2(g) - 197 kkal 2Al (s) + Fe2O3 →
2 Fe (s) + Al2O3(g) + 202 kkal
Kalor yang dibebaskan cukup banyak untuk melebur hasil – hasil reaksinya, besi
dan aluminium oksida. Reaksi ini bias menghasilkan suhu sampai 3000 °C. Reaksi
termit ini dipakai untuk mengelas besi dan bom bakar. Oleh karena stabilitasnya
aluminium oksida, logam ini dapat dipakai untuk mereduksi oksida – oksida logam
lainnya, misalnya magnesium oksida dan manganoksida. Reduksi dengan karbon
atau hidrogen menghasilkan logam – logam yang tercampur dengan karbida dan
hidrida. Karenanya, kadang – kadang aluminium digunakan untuk mereduksi.

2. Aluminium Sulfat
Halida nitrat dan sulfatnya larut dalam air, larutan air, larutan ini memperlihatkan
reaksi asam karena hidrolisis. Aluminium sulfat dapat dibuat hanya dalam keadaan
padat saja, dalam air terhidrolisis dan membentuk Al(OH)2 (Sugiyarto, 2003).
Aluminium sulfat digunakan dalam industri kertas dan karton. Kegunaan lain
adalah sebagai pengolahan cair dan penjernihan air minum. Larutan berair yang
mengandung jumlah molar yang sama dari Al2(SO4)3 dan K2SO4 mengkristal
sebagai kalium aluminium sulfat dengan rumus KAl(SO4)2.12 H2O. Garam ini
dikenal dengan alum atau tawas.

Endapan Al(OH)3 akan larut dengan pengambahan basa berlebih atau


penambahan asam karena bersifat amfoter.
Penambahan basa :

Al(OH)3 (s) + OH- → Al(OH)4-


Atau
Al(OH)3(H2O)3 (s) + OH- → Al(OH)4(H2O)- + H2O
Penambahan asam :
Al(OH)3 (s) + 3 H+ → Al3+ + 3 H2O Al(OH)3(H2O)3 (s) + 3 H+

→ Al(H2O)63+
Aluminium hidroksida banyak dipakai sebagai mordan,yaitu pengikat zat warna
pada kain (Svehla, 1985).
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Cawan porselin (1 buah) Larutan NaOH 0,1 M
Tabung reaksi (7 buah) Larutan NaOH 1 M
Pipet tetes Larutan HgCl2 0,1 M
Corong gelas Larutan HCl 0,1 M
Kertas lakmus Larutan (NH4)2S
Kapas Larutan Na2CO3 0,1 M
Kertas saring Larutan Al2(SO4)3 0,1 M
Lempeng Al
E. Prosedur Pembahasan
Percobaan 1. Pembuatan Amalgam

Sepotong kecil lempeng alumunium

- Dicelupkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaOH 1


M sampai tanda batas
- Dicuci dengan air
- Digosok-gosok dengan kapas yang dibasahi HgCl2
- Dibiarkan sampai kering

Amalgam bewarna hitam keabu-abuan yang rapuh

Reaksi :

Al (s) + O2 (g) → Al2O3 (s)

Al2O3 (s) + NaOH (aq) → 2 NaAlO2 (aq) + H2O (l)

2 Al (s) + 2 NaOH (aq) + 6 H2O (l) → 2 Na[Al(OH)4] (aq) + 3 H2 (g)

Al (s) + HgCl2 (aq) → 2 AlCl3 (aq) + 3 Hg (g)

Al + Hg → AlHg (s)

Percobaan 2. Reaksi Al dengan Asam, Basa dan Garam

Reaksi Al dengan Basa

Sepotong kecil lempeng alumunium

- Dimasukkan ke tabung reaksi berisi


larutan NaOH 1 M
- Dicatat perubahan yang terjadi

Timbul gelembung gas yang


tidak berwarna (+++)
Reaksi :

Al (s) + NaOH (aq) → NaAlO2 (aq) + H2 (g)

Reaksi Al dengan Asam

Sepotong kecil lempeng alumunium

- Dimasukkan ke tabung reaksi berisi


larutan HCl 1 M
- Dicatat perubahan yang terjadi

Timbul gelembung gas yang


tidak berwarna (++)

Reaksi :

Al (s) + HCl (aq) → AlCl3 (s) + H2 (g)

Reaksi Al dengan Garam


Sepotong kecil lempeng alumunium

- Dimasukkan ke tabung reaksi berisi


larutan Na2CO3 0,1 M
- Dipanaskan
- Dicatat perubahan yang terjadi

Timbul gelembung gas yang


tidak berwarna (+)
Reaksi :

2 Al (s) + 2 Na2CO3 (aq) + 8 H2O (l)

Percobaan 3. Identifikasi Sifat-sifat Senyawa Alumunium


Larutan Al2(SO4)3

- Diuji kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru

Kertas lakmus biru berubah menjadi merah

Reaksi :

Al2(SO4)3 2 Al3+ + 3 SO42-

2 Al3+ + H2O → 2 Al(OH)3 + H+

3 SO42- →

Kertas lakmus :

LitOH → Lit+ + OH-

HLit → H+ + Lit-
Percobaan 4. Sifat Amfoter Alumunium

1 mL larutan Al2(SO4)3

- Ditambah NaOH 1 M tetes demi tetes

Terbentuk endapan

- Ditambah NaOH 1 M berlebih

Endapan larut

- Ditambah HCl 1 M tetes demi tetes

Terbentuk endapan

- Ditambah HCl 1 M berlebih

Endapan larut

- Dibandingkan jumlah tetesan NaOH


dengan HCl

Jumlah tetesan

Reaksi :

Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)

Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)

Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)

Al(OH)3 (s) + 3 HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)


Percobaan 5. Sifat Senyawa Alumunium Hidroksida

1 mL larutan Al2(SO4)3

- Ditambah sedikit larutan (NH4)2S pekat


- disaring

Residu Filtrat

- Dicuci dengan air panas


- Dipindahkan endapan ke dalam tabung
reaksi dengan sedikit air
- Ditambahkan NaOH sampai endapan
larut kembali

Residu

Reaksi :

Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6 H2O(l) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 H2S (g) + 3 (NH4)2SO4 (aq)

Al(OH)3 (s)+ NaOH(aq) → Na[Al(OH)4] (aq)


F. Analisis dan Pembahasan

Percobaan 1. Pembuatan Amalgam


Percobaan pertama yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan
amalgam dan mengetahui sifat-sifat logam aluminium. Aluminium memiliki sifat reaktif jika
direaksikan dengan basa atau asam. Pada percobaan ini digunakan hidroksida-hidroksida
alkali, dimana ia akan membentuk larutan tetrahidroksoaluminat dan juga melepaskan gas
H2. Sifat lain yang akan diuji pada percobaan ini yaitu pembentukan amalgam melalui reaksi
dengan Hg.
Sebelum digunakan lempeng aluminium diamplas untuk menghilangkan oksida-oksida
yang terbentuk dilapisan permukaannya. Aluminium jika terkena udara akan teroksidasi
pada permukaannnya, dimana lapisan oksida tersebut melindungi lapisan bawahnya dari
proses oksida lebih lanjut. Sehingga oksida yang terbentuk pada permukaan harus
dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu hasil percobaan.
Al (s) + O2 (g) → Al2O3 (s)
Selanjutnya sepotong kecil lempeng aluminium dicelupkan sebentar ke dalam tabung
reaksi yang berisi NaOH 1 M sampai timbul gas, lalu dicuci dengan air. Kemudian digosok-
gosok dengan kapas yang telah dibasahi dengan larutan HgCl2. Biarkan beberapa menit
sampai kering. Diamati perubahan yang terjadi.
Fungsi dimasukkan alumunium ke dalam NaOH untuk membersihkan Al2O3 yang
masih tersisa. Selain itu untuk membentuk senyawa Na[Al(OH)4]. Reaksinya yaitu :
Al2O3 (s) + NaOH (aq) → 2 NaAlO2 (aq) + H2O (l)

2 Al (s) + 2 NaOH (aq) + 6 H2O (l) → 2 Na[Al(OH)4] (aq) + 3 H2 (g)

Larutan yang akan tebentuk yaitu larutan natrium tetrahidroksoaluminat disertai


dengan gelembung gas dan warna lempeng alumunium lebih mengkilap. Ion-ion aluminium
akan membentuk garam-garam dengan anion-anion yang tak berwarna. Na[Al(OH)4] yang
terbentuk merupakan senyawa kompleks, Kemampuan aluminium membentuk senyawa
kompleks ini disebabkan oleh muatan kation yang tinggi sehingga mampu mengakomodasi
donasi pasangan elektron dari ligan. Hal ini diasosiasikan dengan relatif besarnya energi
solvasi, yang berarti molekul air yang terdapat pada larutan akan terikat cukup kuat pada
kation, sehingga terbentuk kompleks.
Tujuan dicuci dengan air ini untuk membersihan atau menghilangkan NaOH yang
masih menempel pada lempeng Al agar tidak mempengaruhi reaksi seanjutnya.

Setelah kapas digosokkan ke lempeng Aluminium menjadi mengkilat dan terbentuk


endapan hitam pada permukaan pada kapas. Endapan hitam yang terbentuk merupakan
endapan dari Hg. Reaksinya adalah
Al (s) + HgCl2 (aq) → 2 AlCl3 (aq) + 3 Hg (g)

Selanjutnya digosok kembali dengan HgCl2 dan terbentuk amalgam yang berwarna
hitam keabu-abuan yang mengkilat. Hal ini menunjukkan logam Aluminium bersifat reaktif
saat direaksikan dengan Hg akan membentuk amalgam aluminium. Reaksinya yaitu
Al + Hg → AlHg (s)

Pada reaksi diatas terbentuk amalgam AlHg, amalgam terbentuk karena suatu
campuran dari dua logam atau beberapa logam, yang salah satunya adalah merkuri (Hg). Pada
percobaan ini amalgam terbentuk antara Hg dengan logam aluminium.

Percobaan 2. Reaksi Al dengan Asam, Basa dan Garam

Percobaan kedua bertujuan untuk mengidentifikasi salah satu sifat logam aluminium yakni
urutan kereaktifannya terhadap basa, garam dan asam. Langkah pertama yaitu disiapkan
lempeng aluminiun (yang telah diamplas), dipotong- potong kecil menjadi tiga bagian yang
sama besar, kemudian masing-masing lempengan tersebut direaksikan dengan larutan NaOH
1 M, larutan Na2CO3 0,1 M panas, dan larutan HCl 1 M.

Reaksi Al dengan Basa

Pada tabung yang ditambahkan NaOH 1 M terbentuk gas H2. Hal tersebut menunjukkan
bahwa logam aluminium lebih reaktif jika direaksikan dengan basa, dibandingkan dengan
garam maupun asam. Logam aluminium reaktif terhadap basa, yaitu NaOH, yang merupakan
hidroksi alkali. Logam aluminium akan membentuk larutan NaAlO2. Ion-ion aluminium
membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna.
Al (s) + NaOH (aq) → NaAlO2 (aq) + H2 (g) Ea = 51,5 kJ/mol
Reaksi Al dengan Asam

Pada tabung reaksi yang berisi larutan HCl 1 M, dihasilkan pula gas H2. Hal ini menunjukkan
bahwa alumunium cukup reaktif dengan larutan asam
Al (s) + HCl (aq) → AlCl3 (s) + H2 (g) Ea = 38,57 kJ/mol

Reaksi Al dengan Garam

Pada tabung reaksi yang berisi garam natrium karbonat panas, juga terbentuk gas H2.
Hal ini menunjukkan bahwa logam Al rekatif dengan senyawa garam. Pemanasan larutan
garam dilakukan untuk memperbesar kelarutan logam Aluminium. Logam aluminium tidak
reaktif dengan larutan garam dingin (tanpa pemanasan), sehingga dilakukan pemanasan pada
larutan terlebih dahulu. Na2CO3 merupakan garam yang bersifat basa, garam ini terbentuk
dari basa kuat NaOH dan asam lemah H2CO3.
2 Al (s) + 2 Na2CO3 (aq) + 8 H2O (l) Ea = 68,57 kJ/mol

Berdasarkan teori, kerektifan Al dilihat dari nilai Ea. Semakin tinggi nilai Ea maka
semakin susah reaktif. Pada percobaan penambahan basa nilai Ea sebesar 51,5 kJ/mol,
percobaan penambahan asam nilai Ea sebesar 38,57 kJ/mol, dan pada penambahan garam
nilai Ea sebesar 68,57 kJ/mol. Apabila dilihat dari nilai Ea maka alumunium akan cenderung
lebih larut dalam larutan basa dari pada dalam larutan garam dan asam, sehingga larutan
kelarutan yang tepat yaitu NaOH > Na2CO3 panas > HCl.

Percobaan 3. Identifikasi Sifat-sifat Senyawa Alumunium


Pada percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui sifat asam senyawa aluminium.
Senyawa aluminium yang digunakan adalah Larutan Al2(SO4)3 yang dikenal sebagai tawas.
Al2(SO4)3 merupakan senyawa aluminium yang biasanya digunakan sebagai penjernih air.
Langkah pertama yaitu mula-mula larutan Al2(SO4)3 0,1 M dimasukkan kedalam
tabung reaksi kemudian diuji dengan kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah. Perubahan
yang terjadi adalah kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru yang
berubah warna menjadi merah. Hal ini menunjukkan Al2(SO4)3 bersifat asam dengan ditandai
warna lakmus biru yang berubah menjadi merah. Al2(SO4)3 merupakan garam yang bersifat
asam. Sifat asam ini dikarenakan oleh anion yang terkandung dalam senywa Al2(SO4)3 yaitu
anion SO42- merupakan anion dari asam kuat yaitu H2SO4. Selain itu senyawa Al2(SO4)3
terbentuk dari basa lemah dan asam kuat yaitu basa lemah Al(OH)3 dan asam kuat H2SO4.
Terjadi ionisasi kemudima ion-ion tersebut terhidrolisis, dimana Al yang berasal dari
basa lemah terhidrolisis menjadi Al(OH)3 dan membentuk ion H+ . Ion H+ inilah yang dapat
merubah kertas lakmus biru menjadi warna merah. Sedangkan ion SO42- tidak mengalami
hidrolisis karena SO42- berasal dari asam kuat yaitu H2SO4.
Al2(SO4)3 2 Al3+ + 3 SO42-
2 Al3+ + H2O → 2 Al(OH)3 + H+
3 SO42- →
Kertas lakmus :
LitOH → Lit+ + OH-
HLit → H+ + Lit-

Percobaan 4. Sifat Amfoter Alumunium

Percobaan keempat bertujuan untuk menunjukkan sifat amfoter dari aluminium dalam
senyawanya. Amfoter merupakan salah satu sifat senyawa aluminium dimana dapat sebagai
asam maupun basa. Senyawa aluminium yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
Al2(SO4)3 yang akan menghasilkan senyawa Al(OH)3 yang bersifat amfoter, jika direaksikan
dengan NaOH. Langkah pertama yaitu sebanyak 1 ml larutan Al2(SO4)3 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Reaksi yang telah berlangsung akan menghasilkan endapan dari
Al(OH)3. Selanjutnya ditambahkan NaOH 1 M tetes demi tetes sampai endapan larut
kembali. Reaksi yang terjadi yaitu
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)

Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)


Berdasarkan reaksi diatas, senyawa Al(OH)3 yang terbentuk akan bereaksi dengan
basa, NaOH, yang ditambahkan sehingga endapan Al(OH)3 larut dan terbentuk larutan
natrium tetrahidroksoaluminat yang merupakan senyawa kompleks aluminium. Endapan
tersebut merupakan endapan Al(OH)3 yang berwarna putih melayang pada tabung reaksi.
Selanjutnya pada tabung reaksi yang berisi larutan tersebut ditambahkan HCl 1 M, dan
dihasilkan endapan kembali. Reaksi yang terjadi yaitu :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)

Al(OH)3 (s) + 3 HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)


Larutan [NaAl(OH)4] yang terbentuk pada saat penambahan basa, NaOH berlebih,
akan bereaksi dengan HCl sehingga terbentuk endapan Al(OH)3. Endapan tersebut kemudian
melarut kembali, yaitu pada saat penambahan HCl menghasilkan AlCl3. Pada percobaan ini
dapat disimpulkan bahwa senyawa Al(OH)3 merupakan senyawa yang bersifat amfoter,
dimana ia dapat bertidak sebagai asam maupun sebagai basa. Ketika direaksikan dengan
asam senyawa tersebut akan bertindak sebagai basa begitu pula sebaliknya.

Percobaan 5. Sifat Senyawa Alumunium Hidroksida


Percobaan kelima yaitu bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawaa aluminium.
Sebanyak 1 mL larutan (Al2(SO4)3 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan larutan (NH4)2S. Penambahan larutan (NH4)2S dilakukan di lemari asam
berfungsi untuk membentuk endapan Al(OH)3. Ketika ditambahkan (NH4)2S membentuk
endapan Al(OH)3 berwarna putih terbentuk pada permukaan larutan yang tidak berwarna.
Endapan yang terbentuk disaring dengan menggunakan kertas saring, sehingga dihasilkan
filtrat dari larutan (NH4)2SO4 dan residu berupa endapan dari Al(OH)3. Reaksi yang terjadi
yaitu :

Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6 H2O(l) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 H2S (g) + 3 (NH4)2SO4 (aq)

Tahap selanjutnya yaitu dicuci dengan air panas. Endapan kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan NaOH. Penambahan NaOH ini berfungsi untuk
melarutkan endapan, sehingga terbentuk larutan yang tidak berwarna dari kompleks
Na[Al(OH)4] , natrium tetrahidroksoaluminat, yaitu pada penambahan NaOH.
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)

Berdasarkan reaksi diatas, hablur yang terbentuk bereaksi dengan NaOH sehingga
larut, hal ini menunjukkan bahwa Al(OH)3 walaupun merupakan suatu hidroksida dapat
bertindak sebagai asam, sehingga bereaksi dengan basa, membentuk aluminat.
G. Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa,
1. Alumunium dapat bereaksi dengan raksa membentuk amalgam yang ditandai dengan
terbentuknya endapan (amalgam).
2. Selain itu, alumunium dapat bereaksi dengan asam, basa maupun garam
3. Pada senyawa alumunium sulfat ketika diuji dengan kertas lakmus bersifat asam dengan
ditandai dengan perubahan warna pada kertas lakmus biru menjadi kertas lakmus merah.
4. Alumunium bersifat amfoter, amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun garam
yang ditandai dengan terbentuknya endapan pada penambahan asam maupun basa dan
endapan larut kembali pada penambahan asam maupun basa berlebih.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Terangkan sifat amfoter alumunium berdasarkan percobaan yang anda lakukan!
Jawab :
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan reaksi
netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan ion hidrogen
maupun ion hidroksil). Kemudian dilakukan penambahan NaOH pada larutan
[Al2(SO4)3], terbentuk endapan pada tabung berwarna putih. Dan pada penambahan
NaOH didapatkan endapan putih paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi telah
berlangsung dan dihasilkan endapan dari Al(OH)3. Selanjutnya pada larutan ditambahkan
NaOH kembali secara berlebih hingga endapan larut kembali.
Reaksi yang terjadi yaitu
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)

Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)


Berdasarkan reaksi diatas, senyawa Al(OH)3 yang terbentuk akan bereaksi dengan basa,
NaOH, yang ditambahkan sehingga endapan Al(OH)3 larut dan terbentuk larutan natrium
tetrahidroksoaluminat yang merupakan senyawa kompleks aluminium yang tidak
berwarna.
Selanjutnya pada tabung reaksi yang berisi larutan tersebut ditambahkan HCl 1 M, dan
dihasilkan endapan kembali, yaitu pada tetesan HCl 1 M. Endapan tersebut merupakan
endapan Al(OH)3 yang berwarna putih melayang pada tabung reaksi.. Kemudian
ditambahkan HCl kembali, sehingga endapan larut. Reaksi yang terjadi yaitu :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)

Al(OH)3 (s) + 3 HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)


Larutan [NaAl(OH)4] yang terbentuk pada saat penambahan basa, NaOH berlebih, akan
bereaksi dengan HCl sehingga terbentuk endapan Al(OH)3. Endapan tersebut kemudian
melarut kembali, yaitu pada saat penambahan HCl menghasilkan AlCl3. Pada percobaan
ini dapat disimpulkan bahwa senyawa Al(OH)3 merupakan senyawa yang bersifat amfoter,
dimana ia dapat bertidak sebagai asam maupun sebagai basa. Ketika direaksikan dengan
asam senyawa tersebut akan bertindak sebagai basa begitu pula sebaliknya.
2. Tulislah persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan-percobaan diatas !
Jawab :
Percobaan 1.
Pembuatan Amalgam
Reaksi :
Al (s) + O2 (g) → Al2O3 (s)
Al2O3 (s) + NaOH (aq) → 2 NaAlO2 (aq) + H2O (l)
2 Al (s) + 2 NaOH (aq) + 6 H2O (l) → 2 Na[Al(OH)4] (aq) + 3 H2 (g)
Al (s) + HgCl2 (aq) → 2 AlCl3 (aq) + 3 Hg (g)
Al + Hg → AlHg (s)
Percobaan 2.
Reaksi Al dengan Asam, Basa dan Garam
Reaksi Al dengan Basa
Al (s) + NaOH (aq) → NaAlO2 (aq) + H2 (g)
Reaksi Al dengan Asam
Al (s) + HCl (aq) → AlCl3 (s) + H2 (g)
Reaksi Al dengan Garam
2 Al (s) + 2 Na2CO3 (aq) + 8 H2O (l)
Percobaan 3.
Identifikasi Sifat-sifat Senyawa Alumunium
Reaksi :
Al2(SO4)3 2 Al3+ + 3 SO42-
2 Al3+ + H2O → 2 Al(OH)3 + H+
3 SO42- →
Kertas lakmus :
LitOH → Lit+ + OH-
HLit → H+ + Lit-
Percobaan 4.
Sifat Amfoter Alumunium
Reaksi :
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)
Al(OH)3 (s) + 3 HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)
Percobaan 5.
Sifat Senyawa Alumunium Hidroksida
Reaksi :
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6 H2O(l) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 H2S (g) + 3 (NH4)2SO4
(aq) Al(OH)3 (s)+ NaOH(aq) → Na[Al(OH)4] (aq)

3. Jelaskan kegunaan alumunium !


Jawab :
Kegunaan logam aluminium di berbagai bidang diantaranya adalah (Lutfi, Dwiningsih,
Maharani, Muchlis, & Hidayah, 2018) :

1. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat- alat lain
2. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung
3. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur
4. Sebagai bahan penyusun kabel listrik
5. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium

Senyawa Aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya :

Senyawa Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan untuk meningkatkan pH atau
bahan anti-asam. Senyawa Al2(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. (2001). Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Callister, W. (2007). Material Science and Engineering An Introduction. New York: John Wiley
and Sons, Inc.

Cotton, F. A. (1999). Advance Inorganic Chemistry. New York: Willey Interscience Publication.

Kalpakjian, S. (1984). Manufacturing Process of Engineering Materials. New Jersey: Pearsin


Education, Inc.

Lutfi, A., Dwiningsih, K., Maharani, D. K., Muchlis, & Hidayah, R. (2018). Kimia Anorganik
Unsur Unsur Golongan Utama. Surabaya: Absolute Media.

Mu'im, A. (2002). Kimia Anorganik II. Palangkaraya: Universitas Palangkaraya.

Sugiyarto, K. H. (2003). Kimia Anorganik II. Yogyakarta: UNY Press.

Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro (5th ed.).
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai