Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK IV

HIDROGEN DAN OKSIGEN

DISUSUN OLEH :
SITI EMA KUSTIANINGSIH / PKB 2017
NIM : 17030194086

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN KIMIA
S1 PENDIDIKAN KIMIA
2020
I. Judul Percobaan : Hidrogen dan Oksigen
II. Tujuan Percobaan :
1. Mengetahui cara pembuatan gas hidrogen
2. Mengetahui sifat – sifat gas hidrogen dan senyawanya
3. Mengidentifikasi gas hidrogen dan senyawanya
4. Mengetahui cara pembuatan gas oksigen di laboratorium
5. Mengetahui adanya gas oksigen dalam suatu senyawa
III. Dasar Teori
a. Hidrogen
Hidrogen adalah unsur yang paling ringan dan paling melimpah. Hidrogen sebagai
air sangat penting bagi kehidupan dan hidrogen ada dalam semua senyawa organik. Gas
hidrogen dulu digunakan sebagai pengisi balon untuk transportasi tapi I ni sangat
berbahaya karena resiko kebakaran (peristiwa Hindenburg). Hidrogen adalah gas yang
tidak beracun tapi berbahaya bila dicampur dengan udara karena akan menimbulkan
kebakaran dan ledakan (Wardhani, 2010).
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani : hydro: air, genes:
membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor
aton 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, titik beku
20,28 K sebenarnya tidak larut dalam air. Bersifat non logam, bervalensi tunggal, dan
merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Massa atom 1,00794 amu, hidrogen
adalah unsur teringan di dunia (Lutfi A. d., 2018).
Hidrogen adalah unsur yang ditemukan Henry Cavendish (1731-1810) dan
merupakan unsur yang atomnya paling kecil dan ringan. Unsur ini paling banyak dialam
ini terdapat tiga isotop hidrogen yang dikenal: 1H, 2H, dan 3H dari semua atom hidrogen
yang terdapat di alam 99,98 persen adalah dari jenis 1H, sekitar 0,02 persen 2H, dan 3H tak
terhingga seidikitnya. Isotop hidrogen tidak mirip satu sama lain, tidak swperti isotop-
isotop unsur lain, karena selisih bobotnya besar secara persentase. Karena alasaan ini,
isotop hidrogen mempunyai nama sendiri-sendiri dengan nomor massanya. Deutrium
disebut juga hidrogen berat (Keenan, 2005).
Hidrogen merupakan unsur yang paling ringan dan paling sederhana yaitu
mengandung 1 proton dan 1 elektron, hidrogen dalam keadaan bebas berbentuk molekul
gas diatomik, yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dirasakan. Kehilangan satu-
satunya elektron valensi membentuk ion H+ atau tinggal 1 proton saja dengan ukuran yang
sangat kecil, jari-jari sekitar 1,5 x 10-5A, sehingga ia mampu menyimpangkan
(mendistursi) awan elektron di sekeliling atom-atom lain. Berkaitan dengan pembentukan
ikatan, hidrogen memiliki sifat untuk membentuk ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen
merupakan ikatan yang terjadi antara hidrogen dengan unsur-unsur yang sangat
elektronegatif, seperti N, O, dan F. Contohnya senyawa NH3, H2O dan HF (Sugiyarto,
2001).
1. Sifat-Sifat Hidrogen
• Sifat Fisika
Parameter Keterangan

Titik lebur -259,14℃

Titik didih -252,87 ℃

Warna Tidak berwarna

Bau Tidak berbau

Densitas 0,08988 g/cm3 pada 293 K

Kapasitas 14,304 J/g°K

• Sifat Kimia
Hidrogen tidak terlalu reaktif di bawah keadaan normal. Kereaktifannya
berdasarkan kinetik daripada termodinamikanya, dan berhubungan dengan
kekuatan ikatan H-H. Langkah esenisal dalam mereaksikan H2 dengan unsur lain
adalah memecahkan ikatan H-H untuk menghasilkan atom hidrogen. Dibutuhkan
435,9 kJ/mol, sehingga terdapat energi aktivasi yang tinggi untuk reaksi semacam
ini. Hal ini menyebabkan banyak reaksinya berjalan lambat, atau membutuhkan
suhu tinggi, atau katalis (biasanya logam transisi). Banyak reaksi penting
hidrogen menggunakan katalis yang heterogen, dimana katalis direaksikan
dengan H2 terlebih dahulu dan memecah atau melemahkan ikatan H-H, sehingga
energi aktivasi yang dibuthkan berkurang (Lutfi, A. d, 2018).
Hidrogen terbakar di udara atau oksigen, membentuk air, dan
membebaskan sejumlah energi yang besar. Ini digunakan dalam oxy-hidrogen
flame atau pengelasan dan pemotongan logam. Suhu yang dibutuhkan mencapai
3000°C. Ketelitian harus diperhatikan untuk gas-gas ini karena campuran H2 dan
O2 mendekati perbandingan 2:1 seringkali mudah meledak atau eksplosif.
2H2 + O2 → 2H2O
Hidrogen bereaksi dengan halogen. Reaksi dengan floring berbahaya,
meskipun di suhu rendah. Reaksi dengan klorin berjalan pelan di dalam gelap,
namun reaksi ini dikatalis dengan cahaya (fotokatalis), dan menjadi lebih cepat di
siang hari, dan eksplosif di bawah sinar matahari. Kombinasi langsung dari unsur-
unsur digunakan untuk menghasilkan HCl.
H2 + F2 → 2HF
H2 + Cl2 → 2HCl
Logam mempunyai keelektronegatifan yang rendah, fungsi hidrogen di
sini adalah sebagai zat pengoksidasi, keadaan oksisanya berubah dari 0 ke -1.
Biasanya digunakan dalam proses pembuatan margarin (Lee, 1991)
CH3.(CH3)n.CH= CH.COOH-H2→CH3.(CH3(n.CH2.CH2.COOH))
2. Pembuatan gas Hidrogen
Gas hidrogen dapat dibentuk dari berbagai reaksi diantaranya adalah:
1. Pada skala industri diperoleh dari reaksi reversible antara uap air dengan gas
metana atau propana sebagai zat pereduksi. Reaksi ini memerlukan katalis
nikel yang diaktifkan dalam suhu tinggi 900ºC.Prosesnya rumit,namun reaksi
utamanya adalah :
2H2O(g) + CH4 → CO2 + 4 H2
Pada reaksi gas itu gas CO2 dan H2 dipisahkan melalui metode kimia dan fisis.
Gas metan dan propan diperoleh dari gas alam atau hasil cracking minyak
bumi atau hidrokarbon (Kubo, 2012).
2. Elektrolisis air dengan katalis H2SO4 atau garam-garam inert (Liu, 2003).
3. Teknik produksi hidrogen yang sudah umum saat ini adalah SMR (Steam
Methane Reforming) yang bahan bakunya adalah air dan gas alam, namun
harga gas alam yang mahal dan pasokannya yang menurun menuntut
ditemukannya teknik baru produksi hidrogen yang bahan bakunya hanya air
saja. Cara baru yang saat ini dikembangkan di berbagai negara adalah
perengkahan air dengan energi nuklir melalui siklus-SI (Sulfur-Iodium)
(Kubo, 2012).
4. Di laboratorium gas hidrogen paling mudah diperoleh dari reaksi logam alkali
atau alkali tanah dengan air. Dapat juga diperoleh dari reaksi logam aktif
dengan larutan asam (Lutfi, 2016).
3. Senyawa- senyawa Hidrogen (Lutfi, dkk, 2018)
a. Senyawa kovalen dan senyawa organik
Walaupun H2 tidaklah begitu reaktif dalam keadaan standar, ia masih
dapat membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur. Jutaan jenis hidrogen
telah diketahui, namun itu semua tidaklah dihasilkan secara langsung dari
hidrogen dan karbon.
Hidrogen dapat membentuk senyawa dengan unsur yang lebih
elektronegatif seperti halogen, dalam senyawa ini hidrogen memiliki muatan
parsial positif. Hidrogen membentuk senyawa yang sangat banyak dengan
karbon. Oleh karena asosiasi senyawa itu dengan kebanyakan zat hidup,
senyawa ini disebut sebagai senyawa organik.
b. Hidrida
Senyawaan hidrogen semuanya dapat disebut hidrida, walaupun istilah
ini seyogyanya diperuntukkan bagi senyawaan-senyawaan yang bukan
senyawaan organik ataupun asam. Hidrida ionik berupa padatan putih dan
terbentuk hanya dengan logam yang sangat elektropositif, yaitu golongan
alkali dan alkali tanah. Senyawa hidrida ionik sangat cenderung bereaksi
dengan air membentuk hidroksi yang bersifat basa, sambil menghasilkan gas
H2.
CaH2 + 2H2O → Ca(OH)2 + 2H2
LiH + H2O → LiOH + H2O

b. Oksigen

Oksigen merupakan bahan atau senyawa yang sangat penting dalam proses
respirasi. Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang
mempunyai lambang O dan nomer atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan
dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi
oksida). Pada temperatur dan tekanan standar dua atom ini berikatan menjadi dioksigen,
yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan
massa dan unsur paling melimpah di kerak bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9 %
volume atmosfer bumi (Hadayana, 1994).

Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi. Semua kelompok
molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein, karbohidrat, dan
lemak, mengandung oksigen.Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada
cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh
sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi
sel oleh hampir semua makhluk hidup.

Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang merupakan bentuk kehidupan


paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2 kemudian mulai
berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu. Terdapat pula alotrop
oksigen lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi
biosfer dari radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang
merupakan produk samping dari asbut. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik,
dan tekstil, ia juga digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai
penyokong kehidupan pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan
penyelaman. Banyaknya oksigen unsur yang berada dalam udara adalah kira-kira 21
persen volume (23 persen bobot) (Lee, 1996).

1. Sifat-Sifat Oksigen
Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0℃, konsentrasi
oksigen dalam air adalah 14,6 mg/L, manakala pada suhu 20℃ oksigen yang larut
adalah sekitar 7,6 mg/L. Pada suhu 25℃ dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04
ml oksigen perliter, manakala dalam air laut mengandung sekitar 4,95 mg/L. pada
suhu 5℃ kelarutannya bertambah menjadi 9,0 ml (50% lebih banyak daripada 25%)
perliter untuk air murni dan 7,2 ml (45% lebih) perliter untuk air laut. Oksigen
mengembun pada 90,20 K (-182,95℃, -297,31℉) dan membeku pada 54,36 K (-
218,79℃, -361,82℉). Baik oksigen cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal
ini dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen merupakan zat yang sangat
reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar (Saito, 2009).
Oksigen sangat reaktif dan bereaksi langsung dengan banyak unsur membentuk
oksida. Ada 3 komponen yang saling berkaitan erat sehingga menimbulkan nyala api,
yaitu :
- Zat/bahan yang dapat terbakar (bahan bakar)
- Oksigen (O2)
- Panas yang mencapai titik bakar dari bahan bakar tersebut Oksigen membentuk
senyawa dengan semua unsur, kecuali gas-gas mulia ringan.
Biasanya oksigen bereaksi dengan logam membentuk ikatan yang bersifat ionik dan
bereaksi dengan nonlogam membentuk ikatan yang bersifat kovalen sehingga akan
membentuk oksida (Lutfi, A.dkk, 2018).
2. Reaksi Oksigen
Keelektronegatifan yang tinggi dari atom oksigen yakni 3,5, menunjukkan
kecenderungan yang besar dari oksigen untuk membentuk senyawa dengan ikatan ion
maupun kovalen polar. Umumnya reaksi dengan oksigen unsur memberikan produk
oksida, dimana keadaan oksidasi oksigen adalah -2. Contoh pembentukan oksida
mencakup reaksi dengan logam-logam tertentu, bukan logam, dan senyawa organik.
Dengan logam terbentuk senyawa ion.
4Li + O2 → 2Li2O
Dengan bukan logam terbentuk senyawa kovalen:
C + O2 → CO2
Banyak senyawa organic terbakar dalam oksigen menghasilkan karbon dioksida dan
air contoh:
CH4 +2O2 → CO2 + 2H2O
Semua reaksi oksidasi ini adalah eksoterm. Pada temperatur yang cukup tinggi, tiap
reaksi berlangsung dengan cepat dan membebaskan kalor maupun cahaya bila ini
terjadi, maka reaksi itu dirujuk sebagai suatu pembakaran. Oksigen dalam udara terus-
menerus bersentuhan dengan zat-zat seperti kayu, kertas, bensin, batu bara, zink, dan
aluminium. Namun pada temperatur kamar, bahan yang mudah terbakar ini bereaksi
sangat lambat atau praktis tak bereaksi sama sekali. Perilaku ini melukiskan suatu azas
yang penting. Tak da hubungan antara kecepatan suatu reaksi dan perubahan energy
yang terlibat dalam reaksi.
3. Pembuatan Oksigen
Oksigen dapat dibuat dalam skala kecil di laboratorium dan dapat juga dibuat dalam
skala besar di industri.
• Skala Laboratorium :
a. Dekomposisi termal dari KClO3 (dengan MnO2 sebagai katalis), meskipun
produk tersebut sering mengandung Cl2 atau ClO2.
Reaksi yang terjadi:
MnO2
2KClO3 (aq) → 3O2 (g) + 2KCl (aq)
b. Pemanasan Barium peroksida
2BaO2 (s) → 2BaO (s) + O2 (g)
c. Pemanasan garam nitrat
2Cu(NO3)2 (s) → 2CuO(s) + 4NO2 (g) + O2(g)
2KNO3 (s) → 2NO2(s) + O2(g)
(Lutfi,dkk, 2018)
• Skala Industri
1. Elektrolisis air dengan bantuan elektrolit , menghasilkan hidrogen di katoda dan
oksigen di anoda.
𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠
2H2O (l) → 2 H2 (g) + O2 (g)
2. Distilasi bertingkat udara cair
IV. Alat dan Bahan
• Hidrogen

Alat Bahan

Cawan Porselin (1 buah) Logam kalsium

Penjepit kayu (1 buah) Serbuk magnesium

Pembakar Bunsen/spiritus (1 buah) Barium peroksida

Sendok Porselin (1 buah) Serbuk seng

Gelas ukur 100 cc (1 buah) Kapas kaca

Pipet tetes Larutan hidrogen peroksida 3 %.

Tabung reaksi (5 buah) Larutan amilum

Penutup Karet (1 buah) Larutan Kalsium

Statif dan klem (1 buah & 1 buah) Iodida 0,1 M

Tabung reaksi berpipa samping (1 buah) Larutan phenolphtalen (PP)

Larutan asam sulfat 0,1 M

Larutan asam klorida 4 M

• Oksigen

Alat Bahan

Tabung reaksi berpipa samping (3 buah) Kristal kalium klorat

Penutup karet (1 buah) Kertas lakmus

Gelas Ukur 100 ml (1 buah) Larutan kalium iodida encer (0,05 M)

Statip dan klem (1 buah &1 buah) Hidrogen peroksida 4,5 %

Selang plastik/pipa penghubung (1 buah) Serbuk Batu kawi (pirolusit)

Pembakar bunsen (1 buah)

Kayu
V. Alur Percobaan
• Hidrogen
1.

Beberapa serbuk kalsium

- Dimasukkan ke dalam cawan porselin


- Disiram dengan akuades

Diamati perubahan yang terjadi

- Di uji coba dengan kertas lakmus

Hasil pengamatan

Reaksi : Ca (s) + 2 H2O (l) → Ca(OH)2 (aq) + H2 (g)

2.
serbuk Mg

- Dimasukkan kedalam cawan porselin yang sudah berisi sedikit air


suling
- Dipanaskan diatas nyala Bunsen kecil

Serbuk Mg larut

- Diuji dengan larutan indikator PP


- Diamati perubahan

Larutan berubah warna dari tidak berwarna → merah muda

Reaksi : Mg (s) + 2 H2O (aq) → Mg(OH)2 (s) + H2 (g)↑


3.
Kapas kaca sedikit basah

- Dimasukkan berturut-turut dalam tabung reaksi


- Ditambahkan kapas kaca kering
- Ditambahkan serbuk seng sebanyak 0,02 gram
- Ditambahkan kapas kaca kering
- Ditutup dengan karet penutup yang dihubungkan dengan selang
- Dipanaskan bagian yang berisi seng diatas nyala bunsen,
sesekali di kapas kaca basah
Timbul gas
- Diuji gas yang keluar dengan nyala api

nyala api mati

Reaksi : Zn (s) + 2 H2O (aq) → Zn(OH)2 (s) + H2 (g)↑


4.
serbuk Zn

- Dimasukkan dalam tabung reaksi pipa samping


- Dipasang selang yang dihubungkan dengan gelas ukur diletakkan terbalik dalam
air
- Ditambah asam klorida 4 M
secukupnya
- Ditutup dengan karet penutup

Timbul gas

Diuji gas yang keluar dengan nyalaapi


Nyala api

Reaksi : Zn (s) + 2 HCl (aq) → ZnCl2 (aq) + H2(g)


5.
1 mL KI + sedikit amilum

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi


- Ditambah beberapa tetes hidrogen peroksida 3 %
- Diamati perubahan yang terjadi

Larutan berubah warna menjadi ungu kehitaman


dan sedikit gelembung gas

Reaksi : 2 KI (aq) + H2O2 (aq) → 2 KOH (aq) + I2 (aq)

I2 (aq) + I- → I3-
• Oksigen
1.

Kalium klorat

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi setinggi ± 0,5 𝑐𝑚 dari dasar tabung


- Ditambah sedikit serbuk kawi
- Dipanaskan

Gas oksigen

- Dipindah ke dalam air


- Dibiarkan ± 10 menit
- Diuji dengan sebilah kayu berpijar

Hasil pengamatan

Reaksi : KClO3 (aq) → 2 KCl (aq) + 3 O2 (g)


2.
0,5 gram Permanganat

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berpipa samping yang sudah


dirangkai dengan selang serta dihubungkan dengan wadah
- Ditambahkan tetes demi tetes hidrogen peroksida 4,5 %
- Ditutup dengan karet penutup
- Dibiarkan selama ± 10 menit, agar gas terkumpul

Gas

- Diuji dengan sebilah kayu berpijar


- Dibandingkan volume gas yang didapat dengan percobaan 1

Volume gas

Reaksi :
2 KMnO4 (aq) + 3 H2O2 (aq) → 2 MnO2 (aq) + 2 KOH (aq) + 3 O2 (g) + 2 H2O (l)
VI. Pembahasan
• HIDROGEN
Percobaan Hidrogen bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan gas hidrogen,
mengetahui sifat-sifat gas hidrogen dan senyawanya, serta untuk mengidentifikasi gas
hidrogen dan senyawanya. Hidrogen merupakan unsur kimia pada tabel periodik yang
memiliki simbol H dan nomor aton 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak
berwarna, tidak berbau, titik beku 20,28 K sebenarnya tidak larut dalam air. Bersifat non
logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar.
Massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia (Lutfi, dkk; 2018).
1. Percobaan pertama
Percobaan 1 bertujuan untuk membuat gas Hidrogen, mengetahui sifat-sifat gas
hidrogen dan mengidentifikasi gas hidrogen dan senyawanya. Sampel yang digunakan
dalam percobaan ini adalah kalsium (Ca). Kalsium merupakan salah satu unsur logam
yang terletak pada golongan IIA, karena pada umumnya ditemukan dalam tanah berupa
mineral batuan. Logam ini berwarna putih, memiliki kereaktifan yang tinggi, namun
kurang reaktif dibandingkan dengan golongan I, unsurnya divalen karena memiliki dua
elektron valensi yang bisa mengendap dalam ikatan logam, dan membentuk senyawa
ion tak berwarna (ionik). Titik leleh Ca sebesar 839°C dan titik didihnya 1494°C (Lutfi,
dkk., 2018).
Tujuan pertama dalam percobaan 1 yakni untuk mengetahui cara pembuatan gas
Hidrogen. Langkah pertama yang dilakukan yakni beberapa potong kalsium
dimasukkan ke dalam cawan porselin, dan siramlah dengan air suling. Diamati apa yang
terjadi. Kemudian cairan diuji ini dengan kertas lakmus.Percobaan ini dilakukan dalam
cawan porselin karena Ca bersifat reaktif, jika menggunakan cawan kaca dapat
menyebabkan cawan kaca pecah dan mengikis kaca sehingga mempengaruhi hasil.
Setelah ditambah air suling akan diperoleh serbuk Ca yang sedikit larut dan terdapat
gelembung gas H2. Larutan yang terbentuk diuji dengan kertas lakmus merah, hasilnya
yaitu kertas lakmus merah berubah menjadi biru, yang menandakan terbentuknya
larutan Ca(OH)2. Berdasarkan teori logam Ca dapat bereaksi dengan air dingin cukup
cepat, membebaskan hidrogen dan membentuk logam hidroksida yaitu larutan Ca(OH)2,
sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Ca (s) + 2 H2O (l) → Ca(OH)2 (aq) + H2 (g)
Pada persamaan reaksi ini telah terjadi reaksi disproporsionasi dikarenakan
kalsium merupakan pereduksi yang lebih kuat daripada H. Kalsium memiliki potensial
oksidasi +2,87 sedangkan H memiliki potensial oksidasi 0. Potensial oksidasi lebih
besar inilah yang menyebabkan kalsium dapat mereduksi H untuk berikatan dengan
OHsehingga terbentuk sutau larutan Ca(OH)2.
Tujuan kedua dalam percobaan 1 yakni untuk mengetahui sifat-sifat gas
hidrogen dan senyawanya. Logam Ca bereaksi dengan air dingin cukup cepat. Logam
Ca merupakan unsur yang divalen karena memiliki dua elektron valensi yang bisa
mengendap dalam ikatan logam, dan membentuk senyawa ion tak berwarna (Lutfi, dkk;
2018), sehingga tidak dapat larut sempurna dalam air. Selain itu titik leleh dan titik
didihnya tinggi sehingga perlu sedikit perlakuan agar dapat melarut sempurna.
Kelarutan senyawa hidroksida dari golongan IIA meningkat dalam satu
golongan dari atas ke bawah. Selain itu logam alkali tanah bersifat reduktor kuat, dari
atas ke bawah dalam satu golongan sifat pereduksi ini semakin kuat. Hal ini ditunjukkan
oleh kemampuan bereaksi dengan air yang semakin meningkat dari atas ke bawah dalam
satu golongan, berdasarkan tabel berikut :
Senyawa Be(OH)2 Mg(OH)2 Ca(OH)2 Sr(OH)2

Ksp 2x10-18 1,8x10-11 5,5x10-6 3,2x10-4

Tujuan ketiga dalam percobaan 1 yakni untuk mengidentifikasi adanya gas


Hidrogen, yang ditandai dengan terbentuknya gelembung gas. Selain itu juga
mengidentifikasi adanya senyawa dari gas H2 yaitu Ca(OH)2. Larutan Ca(OH)2 dapat
mengubah warna lakmus merah menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa Ca(OH)2
bersifat basa. Karena Ca memiliki potensial reduksi yang hampir sama dengan logam
golongan I, memiliki nilai deret elektrokimia yang cukup tinggi. Bereaksi dengan air
dingin cukup cepat, Ssehingga membebaskan gas hidrogen (H2) dan membentuk
senyawa hidroksida yang bersifat basa.

2. Percobaan kedua
Percobaan 2 bertujuan untuk membuat gas Hidrogen, mengetahui sifat-sifat gas
hidrogen dan mengidentifikasi gas hidrogen dan senyawanya. Sampel yang digunakan
dalam percobaan ini adalah Magnesium (Mg). Magnesium merupakan salah satu unsur
dalam golongan IIA, dalam tabel periodik Mg terletak satu golongan dengan Ca dan Mg
berada di atas Ca. Magnesium berupa serbuk berwarna hitam, memiliki kereaktifan yang
tinggi, namun kurang reaktif dibandingkan dengan golongan I, unsurnya divalen karena
memiliki dua elektron valensi yang bisa mengendap dalam ikatan logam, dan
membentuk senyawa ion tak berwarna (ionik). Titik leleh Mg sebesar 649°C dan titik
didihnya 1105°C (Lutfi, dkk; 2018). Energi ionisasi M2+ tinggi, dan senyawanya
merupakan kovalen.
Pada suhu kamar, Magnesium tidak bereaksi dengan air karena ketika
berhubungan dengan udara akan terbentuk suatu oksida yang tidak larut dan akan
melapisi logam. Tetapi Mg akan bereaksi lambat dengan air mendidih dan
mengeluarkan H2 (Brady;1986). Magnesium membentuk lapisan protektif dari
oksidanya, sehingga walaupun potensial reduksinya mengatakan dia tidak bereaksi
kecuali lapisan oksidanya dihilangkan dengan almagamasi raksa. Pada pembentukan
film oksida, mirip aluminium (Lutfi, dkk; 2018).
Tujuan pertama dalam percobaan 2 yakni untuk mengetahui cara pembuatan
gas Hidrogen yang menggunakan sampel Magnesium. Percobaan ini dilakukan dengan
memasukkan sesendok kecil serbuk magnesium dalam sebuah cawan porselin yang
berisi sedikit air suling, kemudian panaskan di atas nyala bunsen kecil. Periksa
larutannya dengan larutan PP.
Air berfungsi untuk melarutkan dan bereaksi dengan logam Magnesium.
Percobaan ini dilakukan dalam cawan porselin karena Mg bersifat reaktif, jika
menggunakan cawan kaca dapat menyebabkan cawan kaca pecah dan mengikis kaca
sehingga mempengaruhi hasil. Larutan yang terbentuk diuji dengan indikator PP,
hasilnya yaitu warna larutan akan berubah menjadi merah muda yang menandakan
terbentuknya larutan Mg(OH)2. Berdasarkan teori jika logam Mg bereaksi dengan air
panas dapat membebaskan hidrogen dan membentuk logam hidroksida dalam percobaan
ini yaitu larutan Mg(OH)2, sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Mg (s) + 2 H2O (l) → Mg(OH)2 (aq) + H2 (g)
Pada reaksi ini sama halnya dengan percobaan pertama yaitu terjadi reaksi
disproporsionasi dikarenakan Magnesium (Mg) juga merupakan pereduksi yang lebih
kuat daripada H. Mg memiliki potensial oksidasi +2,73 sedangkan H memiliki potensial
oksidasi 0. Potensial oksidasi yang lebih besar inilah yang menyebabkan Mg dapat
mereduksi H untuk berikatan dengan OH- membentuk Mg(OH)2 dan disaat dipanaskan
telah terbentuk gas H2.
Tujuan kedua dalam percobaan 2 yakni untuk mengetahui sifat-sifat gas
hidrogen dan senyawanya menggunakan sampel Magnesium. Logam Mg bereaksi
dengan air panas sehingga dikatakan reaktif. Dalam tabel periodik Mg terletak diantara
Berilium (Be) dan Kalsium (Ca). Sehingga Mg memiliki nilai tengah yang
mengakibatkan dia tidak bereaksi dengan air dingin namun terurai dengan air panas.
Kelarutan senyawa Mg(OH)2 dalam air sangat kecil, dengan nilai Ksp 1 × 10-4 g/L.
Mg(OH)2 merupakan basa yang dilemahkan, sedangkan hidroksida lainnya seperti
Ca(OH)2 merupakan basa kuat (Lutfi, dkk; 2018).
Mg + 2 H2O → Mg(OH)2 + H2
Tujuan ketiga dalam percobaan 2 yakni untuk mengidentifikasi adanya gas
Hidrogen, yang ditandai dengan akan terbentuknya gelembung gas. Selain itu juga
mengidentifikasi adanya senyawa dari gas H2 yaitu Mg(OH)2 yang diidentifikasi dengan
indikator PP, setelah ditambahkan indikator PP menghasilkan laerutan berwarna merah
muda. Indkator PP digunakan karena larutan Mg(OH)2 memiliki pH yang berada atau
sesuai dengan trayek pH indikator PP, yaitu 8,3-10.
Terdapat perbedaan antara percobaan 1 dan percobaan 2, pada percobaan 1
sampel Ca tanpa pemanasan, sedangkan pada percobaan 2 yang menggunakan sampel
Mg diberi perlakuan pemanasan. Hal ini berkaitan dengan perbedaan kereaktifan antara
Mg dan Ca. Dalam satu golongan Mg berada di atas Ca, dalam satu golongan dari atas
ke bawah ukuran atom semakin besar sehingga jari-jari atomnya juga bertambah besar.
Jari-jari atom yang semakin besar menyebabkan tarikan antara inti dengan elektron
terluar semakin lemah, sehingga energi ionisasi semakin kecil. Energi ionisasi adalah
energi yang diperlukan suatu unsur dalam keadaan gas untuk melepaskan elektron
terluarnya. Energi ionisasi yang semakin kecil berbanding lurus dengan energi kisi.
Energi kisi kecil maka kelarutannya besar. Dengan demikian, logam Ca kelarutannya
tinggi dan lebih reaktif dibandingan logam Mg. Oleh karena itu pada percobaan 1 yang
menggunakan sampel Ca direaksikan dengan air tanpa pemanasan karena Ca lebih larut
dan lebih reaktif. Sedangkan pada percobaan 2 yang menggunakan sampel Mg
direaksikan dengan air dan dipanaskan karena Mg kelarutannya kecil dan kurang reaktif.
3. Percobaan ketiga
Percobaan 3 bertujuan untuk membuat gas Hidrogen, mengetahui sifat-sifat gas
hidrogen dan mengidentifikasi gas hidrogen dan senyawanya. Percobaan ini
menggunakan sampel serbuk seng (Zn). Seng (Zn) merupakan salah satu unsur dalam
golongan II B dalam tabel periodik yang memiliki nomor atom 30, massa atom 65,37
g/mol, konfigurasi elektron [Ar]3 d10 4s2.

Seng adalah logam yang berwarna putih kebiruan yang sangat mudah ditempa.
Logamnya yang murni, melarut lambat dalam asam maupun basa, adanya zat-zat
pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan
beberapa tetes larutan garam dari logamlogam ini dapat mempercepat reaksi. Hal
tersebut menjelaskan Zn dapat dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam
sulfat encer dengan membebaskan gas hidrogen.
Unsur Zn memiliki kemiripan dengan Mg, namun Zn kurang reaktif daripada
Mg karena jari-jarinya lebih kecil dan muatan intinya lebih besar serta Zn lebih besar
kecenderungannya untuk membentuk semyawa kovalen (Lutfi, dkk; 2018). Zn
membentuk senyawa oksida ZnO melalui pemanasan. Pada golongan transisi, logam
dapat bereaksi dengan air, hanya dengan uap airnya melalui pemanasan.
Tujuan pertama dalam percobaan ini yaitu untuk membuat gas Hidrogen.
Langkah yang dilakukan yaitu dalam sebuah tabung reaksi masukkan berturut-turut
kapas kaca yang sedikit basah, kapas kaca kering, lalu serbuk seng kira-kira 0,02 gram,
dan terakhir kapas kering. Tabung reaksi ditutuo dengan karet penutup/gabus yang
berlubang bagian tengahnya. Peganglah tabung tersebut dengan penjepit kayu secara
mendatar lalu panaskan bagian yang berisi seng di atas nyala bunsen, dan sesekali pada
kapas kaca basah. Ujilah gas yang keluar dengan nyala api .

Logam seng (Zn) direaksikan dengan uap air yang dihasilkan dari kapas kaca,
karena jika Zn direaksikan dengan air maka produk yang terbentuk bukan gas H2. Reaksi
yang terjadi dalam tabung tersebut menghasilkan gas H2 seperti persamaan reaksi
berikut:
Zn (s) + 2 H2O (l) → Zn(OH)2 (aq) + H2 (g)
Selang yang dihubungkan dengan tabung reaksi didekatkan dengan bara api
untuk menguji adanya gas H2 dari hasiil reaksi di dalam tabung. Bara api akan mati,
karena adanya gas H2 menyebabkan bara api menjadi mati. Berbedan dengan uji nyala
api akan semakin besar yang menandakan adanya gas H2. Sifat-sifat yang dimiliki oleh
gas hidrogen, antara lain tidak berwarna, tidak berbau, sangat mudah terbakar, mudah
meledak, dan bila terbakar akan menghasilkan H2O, munculnya letupan. Terbakarnya
gas hidrogen dalam tabung yang berubah menjadi H2O inilah yang menyebabkan gas
yang mampu melewati selang sangat sedikit.
4. Percobaan keempat
Pada percobaan ini menggunaka logam Zn untuk membuat gas Hidrogen. Seng
adalah logam yang berwarna putih kebiruan yang sangat mudah ditempa. Logamnya
yang murni, melarut lambat dalam asam maupun basa, adanya zat-zat pencemar atau
kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes
larutan garam dari logam-logam ini dapat mempercepat reaksi. Hal tersebut
menjelaskan Zn dapat dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat
encer dengan membebaskan gas hidrogen (Svehla, 1985).
Langkah yang dilakukan adalah tabung reaksi berpipa samping diisi dengan
beberapa logam seng dan pasang selang yang dihubungkan dengan penampung gelas
ukur yang diletakkan terbalik dalam air. Tambahkan larutan asam klorida 4M
secukupnya untuk terjadi reaksi, lalu tutup dengan karet penutup. Gas yang terkumpul
ujilah dengan nyala api. Gas yang terkumpul diuji dengan nyala api. Reaksi antara Zn
dengan HCl menghasilkan H2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Zn (s) + 2 H2O (l) → Zn(OH)2 (aq) + H2 (g)
HCl merupakan asam halida yang lebih reaktif jika dibandingkan HBr dan HI,
oleh karena itu dalam percobaan ini digunakan HCl. Jika HCl diganti dengan HBr atau
HI yang kurang reaktif, maka gas H2 yang dihasilkan jumlahnya akan lebih sedikit.
Tujuan kedua yaitu untuk mengidentifikasi adanya gas Hidrogen. Adanya gas
H2 ditandai dengan adanya gelembung gas H2 saat mereaksikan Zn dengan HCl 4M.
Jika uji dilakukan menggunakan nyala api maka seharusnya nyala api semakin besar
dan terjadi letupan karena sifat hidrogen yang mudah terbakar.
5. Percobaan kelima
Percobaan 5 Pada percobaan ini menggunakan larutan KI, amilum dan H2O2
untuk mengidentifikasi adanya gas hidrogen dan mengetahui sifat-sifat dari H2O2.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan bahan kimia anorganik yang
memiliki sifat oksidator kuat. H2O2 tidak berwarna dan memiliki bau yang khas agak
keasaman. H2O2 larut dengan sangat baik dalam air.
Tujuan pertama yaitu untuk mengidentifikasi adanya gas hidrogen. Langkah
yang dilakukan yaitu ditambahkan beberapa tetes larutan hidrogen peroksida 3 % ke
dalam tabung reaksi yang berisi sekitar 1 ml KI dan sedikit larutan amilum.
Ditambahkannya larutan KI yang ditambahkan, lalu ditambahkan amilum menghasilkan
larutan tetap tak berwarna. H2O2 3% yang ditambahkan akan menghasilkan larutan
berwarna biru keunguan dan terbentuk gelembung gas H2. Amilum tidak ikut bereaksi
karena hanya berfungsi sebagai indikator adanya I2 dalam larutan. sesuai
Tujuan kedua yaitu untuk dan mengetahui sifat-sifat dari H2O2. H2O2 bertindak
sebagai oksidator, sehingga H2O2 mengalami reduksi menjadi H2. Sedangkan KI
mengalami oksidasi menjadi I2. Seperti persamaan reaksi berikut :
2 KI (aq) + H2O2 (aq) → 2 KOH (aq) + I2 (aq) +H2 (g) I2 (aq)+ I- (aq) → I3 - (aq)
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui bahwa H2O2 telah tereduksi menjadi H2,
yang diuji dengan amilum sebagai indikator untuk mengetahui bahwa Itelah dioksidasi
oleh H2O2 menjadi I2 yang ditandai dengan terbentuknya iod-amilum berupa waarna
biru keunguan. Sesuai dengan reaksi berikut:
CH2OH CH2OH
CH2OH CH2OH I I I
H O H H O H
H O H H O H
H H H H
O O O * O OH H O OH H O *
OH H OH H

H OH H OH + nI2 H OH H OH
n

• OKSIGEN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan gas oksigen di
Laboratorium dan mengetahui adanya gas oksigen daam suatu senyawa. Oksigen
merupakan salah satu unsur yang terletak dalam golongan VI A. Oksigen memiliki sifat
yang sedikit berbedda dengan keempat unsur lainnya dalam golongan oksigen. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan beberapa sifat fisik oksigen seperti ukuran atom yang
sangat kecil, tingginya harga nergi ionisasi sertaa tidakterisinya orbital d oleh elektron
(Lutfi, dkk; 2018).
1. Percobaan pertama
Dimasukkan kalium klorat ke dalam tabung reaksi setinggi ± 0,5 cm dari dasar tabung
dan ditambahkan sedikit serbuk batu kawi. Kemudian dipanaskan dengan nyala kecil
dan kumpulkan gas oksigen yang didapat dengan memindahkan ke dalam air, biarkan ±
10 menit, setelah gas terkumpul ujilah dengan sebilah kayu berpijar.

Hasil dari KClO3 dan serbuk MnO2 yang dipanaskan sampai meleleh lalu
terbentuk larutan berwarna abu-abu dan gas O2. Karena gas oksigen tidak cukup larut
dalam air, gas ini dapat ditampung dalam air. Reaksi tersebut sesuai dengan persamaan
berikut:
MnO2
2KClO3(aq) → 2KCl(aq) + 3O2(aq)
Gas oksigen yang dihasilkan ditandai dengan adanya gelembung pada gelas
ukur dan diperoleh volume gas sebanyak 50 mL. Volume ini diketahui dari jumlah air
dalam gelas ukur yang keluar akibat adanya dorongan gas oksigen dari hasil percobaan.
Berdasarkan teori volume Oksigen yang diperoleh seharusnya sebesar 148 mL. Dalam
hal ini MnO2 bertindak sebagai katalis yang mempercepat reaksi penguraian KClO3
dimana terbentuk kembali pada akhir reaksi.
2. Percobaan kedua
Dimasukkan ± 0,5 gram permanganat dalam tabung reaksi berpipa samping
yang sudah dirangkai dengan selang serta dihubungkan dengan wadah seperti gambar.
Ditambahkan dengan hati-hati (tetes demi tetes) hidrogen peroksida 4,5%. Kemudian
tabung ditutup dengan karet penutup, biarkan selama sekitar 10 menit, agar gas
terkumpul. Gas yang terkumpul diuji dengan sebilah kayu berpijar. Bandingkan volume
gas oksigen yang didapat dengan percobaan (1).

Permanganat (KMnO4) memiliki sifat yang tidak tahan terhadap panas dan
menghasilkan O2, sebagai oksidator kuat (dalam asam), netral, maupun basa. Dalam
asam tereduksi perlahan-lahan membentuk ion Mn2+ tak berwarna, sedangkan dalam
suasana netral/basa menghasilkan MnO2.
Larutan H2O2 bersifat asam lemah sehingga ia dapat bertindak sebagai H+
Selain itu juga berfungsi sebagai katalis untuk dirinya sendiri. Karena dalam percobaan
ini tidak ada H + darisuatu asam, saat reaksi berlangsung ion H + dari H2O2 lama
kelamaan akan habis bereaksi, sehingga hasil reaksi tidak membentuk Mn2+ melainkan
Mn4+ dalam MnO2 sesuai dengan diagram Frost berikut:

Reaksi yang dihasilkan :


2KMnO4 (s) + 3H2O2 (aq) → 2MnO2(aq) + 2KOH(aq) + 3O2 (g) + 2H2O(l)
Perbandingan jumlah volume gas Oksigen pada percobaan 1 lebih besar dibandingkan
percobaan 2 dalam waktu yang sama yaitu 1 menit. Pada percobaan 1 diperoleh volume
gas Oksigen sebesar 50 mL, sedangkan pada percobaan 2 hanya 0 mL. Hal ini
disebabkan karena pada percobaan pertama ada peranan katalis MnO2 dan pemanasan
yang mempercepat reaksi, sehingga volume gas oksigen yang dihasilkan lebih banyak.
Sedangkan pada percobaan kedua reaksi berjalan lambat tanpa adanya katalis dan tanpa
pemanasan.
VII. Kesimpulan
Hidrogen
1. Gas hidrogen dapat dibuat dengan cara mereaksikan logam alkali tanah (Ca dan Mg)
dengan air, logam Zn dengan uap air, serbuk Zn dengan larutan asam, dan larutan KI
dengan H2O2.
2. Gas hidrogen memiliki sifat-sifat: mudah terbakar di udara, mudah meledak, tidak
berwarna, dan tidak berbau. Senyawa hidroksida seperti Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 bersifat
basa serta H2O2 yang bersifat asam lemah dan oksidator kuat.
3. Gas hidrogen dapat diidentifikasi dengan dua cara yaitu: adanya gelembung gas
Hidrogen dan diuji menggunakan bara api yang didekatkan dengan sumber gas, adanya
gas Hidrogen akan menyebabkan bara api padam.
Oksigen
1. Gas oksigen dapat dibuat dengan cara menguraikan KClO3 melalui pemanasan dan
MnO2 sebagai katalisator, serta dapat dibuat dari Kalium permanganat yang bereaksi
dengan H2O2.
2. Gas oksigen dapat diidentifikasi dengan dua cara yaitu: adanya gelembung gas
oksigengen dan diuji menggunakan nyala api yang didekatkan dengan sumber gas,
adanya gas oksigen akan menyebabkan nyala api semakin besar.
VIII. Jawaban Pertanyaan

Percobaan Hidrogen
1. Jelaskan apakah gas letup itu dan apa kegunaannya!
Jawab :
Gas letup merupakan gas yang dihasilkan dari reaksi-reaksi adalah gas H2.
Kegunaan gas letup yaitu menunjukkan adanya gas H2 yang terbentuk, melalui letupan
yang terjadi ketika dilakukan uji bara api ke dalam tabung yang telah berisi gas H2 dari
hasil reaksi.
2. Tulislah semua reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!
Jawab :
Percobaan 1 : Ca (s) + 2H2O (l) → Ca(OH)2 (aq) + H2 (g)
Percobaan 2 : Mg(s) + 2H2O(l) → Mg(OH)2 (aq) + H2 (g)
Percobaan 3 : Zn(s) + 2H2O(l) → Zn(OH)2(aq) + H2(g)
Percobaan 4 : Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
Percobaan 5 :

2KI(aq) + H2O2(aq) → 2KOH(aq) + I2(g) +H2 (g)

2I⁻ → I2 + 2e⁻ x2 4I⁻ → 2I2 + 4e⁻

H2O2 + 4H+ + 4e⁻ → H2 + 2H2O x1 H2O2 + 4H+ + 4e⁻ → H2 + 2H2O

H2O2 + 4I+ + 4H+ → 2I2 + H2 +2H2O

3-
I2 (aq) + I-
(aq) → I (aq)

CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH


O H O H IH O HIH O HI
H H
H H H H
OH OH + 3-
IOH OH H
+
H H H
O O O O O
O
H OH H OH H OH H OH
kompleks iod-amilum n
n

amilum/pati
3. Mengapa hidrogen peroksida harus digunakan dalam larutan encer?
Jawab :
Karena larutan H2O2 merupakan larutan yang bersifat oksidator kuat, korosif,
dan berbahaya bila terkena kulit. Apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi,
akan terjadi reaksi yang eksplosif dan dapat membahayakan praktikan. Maka dari itu,
untuk meminimalisir dampak yang terjadi, larutan H2O2 yang digunakan dalam bentuk
larutan encer.

Percobaan Oksigen

1. Hitunglah volume gas oksigen yang diperoleh bila KClO3 yang tersedia 1 gram!
Diketahui : Mr K = 39 , Cl = 35,5 , O = 16

Ditanya : Volume gas Oksigen


Jawab :
mol KClO3 = massa/ Mr KClO3
= 1 / 90,5
= 0,011 mol
2 KClO3 2KCl + 3O2
Mula-mula : 0,011 - -
reaksi : 0,011 0,011 0,0165
setimbang : - 0,011 0,0165
mol O2 = 0,0165 mol
sehingga volume O2 yang terbentuk = n x 22,4 L
= 0,0165 x 22,4 L

= 0,3696 L
1. Tulislah rumus struktur lewis yang menujukkan sebuah molekul O2 dengan dua
elektron valensi yang tidak berpasangan!

Jawab :
Oksigen (Z = mempunyai 6 elektron valensi, sehingga untuk mencapai
konfigurasi oktet harus memasangkan 2 elektron. Pembentukan ikatannya dapat
digambarkan sebagai berikut.
2. Terangkan kejadian pada percobaan 1 dan 2!
Jawab :
Pada percobaan 1 :
Gas oksigen terbentuk dari reaksi KClO3 dengan MnO2 dengan adanya
pemanasan reaksi berlangsung dengan cepat yang ditandai dengan volume air pada gelas
ukur yang semakin berkurang karena terisi oleh gas oksigen. Selanjutnya untuk
membuktikan gas yang terkandung merupakan gas oksigen maka dilakukan uji nyala
api dimana tusuk sate pijar ketika dimasukkan ke dalam gelas ukur nyala api semakin
besar. Hal ini menunjukkan bahwa gas oksigen yang dihasilkan bersifat mudah terbakar
Pada percobaan 2 :
Gas oksigen terbentuk dari reaksi permanganat dan H2O2 yang ditandai adanya
gelembung gas oksigen. Namun gas oksigen yang terbentuk pada percobaan ini lebih
sedikit dibandingkan dengan percobaan pertama. Pada saat dilakukan uji nyala api dan
bara api, menghasilkan nyala api yang semakin besar. Hal ini dikarenakan gas oksigen
bersifat reaktif atau mudah terbakar.

3. Tulislah persamaan reaksi pada percobaan 1 dan 2 !


Jawab :
Percobaan 1 : KClO3 (s) →2KCl (aq) + 3O2 (g)
Percobaan 2 : 2KMnO4(aq) + H2O2(aq) → 2MnO2 (aq) + 2KOH(l) + 2O2(g)
Daftar Pustaka
Hadayana, A. P. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
EGC.
Huda, N. (2013). PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI HIDROGEN DARI
PERENGKAHAN AIR BERDASARKAN DISTRIBUSI KALOR RGTT-
KOGENERASI. Sigma Epsilon, Vol. 17 No. 2.
Keenan, C. W. (2005). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Kubo, S. e. (2012). R&D Status on Thermochemical IS Process for Hydrogen. World
Hydrogen Energy Conference (pp. 308-317). Procedia: Canadian Hydrogen and
Fuel Cell Association.
Lee, J. (1991). Concise Inorganic Chemistry Fourth Edition. London: Chapman and Hall.
Liu, e. a. (2003). Hidrogen Production from Methanol Using Corona Discharges. Chinese
Chemical Letters, Vol. 14, No. 6, 631-633.
Lutfi, A. d. (2016). Kimia Anorganik Unsur-Unsur Golongan Utama. Surabaya: Absolute
Media.
Lutfi, A. d. (2018). Kimia Anorganik : Unsur-unsur Golongan Utama. Yogyakarta:
Absolute Media.
Saito, T. (2009). Buku Teks Kimia Anorganik Online terjemahan oleh Ismunandar. Tokyo :
Iwanami Shoten Publishers.
Sugiyarto, K. H. (2001). Dasar-Dasar Kimia Anorganik Non Logam. Yogyakarta: UNY
Press.
Wardhani, S. (2010). Hydrogen. Malang: Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai