NPP : 29.0062 Kelas : E-1 Judul : Diskresi (Freies Ermessen) : Perangkat Hukum Penunjang Pembangunan Link Jurnal : http://ejournal.ipdn.ac.id/khatulistiwa/article/view/922
Untuk memberi pemahaman kepada semua pihak bahwa diskresi
Tujuan Penelitian (freies ermessen) adalah perangkat hukum yang aman digunakan untuk mengembangkan dan membuat kebijakan pembangunan.
Saat ini pemerintah dihadapkan pada fakta bahwa serapan anggaran
pemerintahan masih sangat minim sehingga menghambat proses pembangunan. Minimnya serapan anggaran disinyalir disebabkan karena pejabat ragu atau takut membelanjakan uang negara dan membuat kebijakan.
Padahal setiap pejabat secara otomatis disertai kewenangan untuk
mengambil tindakan diskresi atau pemberian ruang gerak bagi pejabat atau badan-badan administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada peraturan perundang-undangan. Diskresi (freies ermessen) ini bahkan memiliki dasar hukum yang sangat kuat sesuai UU No. 30 Tahun 2014. Karena itulah Presiden Isi Jokowi meminta kepada Kapolri dan Kejaksaan untuk tidak memidanakan pejabat yang mengambil tindakan diskresi administrasi pemerintahan untuk mengambil kebijakan guna mempercepat pembangunan dan pelayanan dengan tetap dikontrol menggunakan asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Permintaan Presiden Jokowi mengenai perlunya kecermatan penegak
hukum dalam menilai diskresi pejabat pemerintah harus dijadikan sebagai momentum untuk menjadikan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik sebagai ruh dari pelaksanaan fungsi pemerintahan. Namun tetap pengambilan diskresi harus dibarengi dengan tata kelola pemerintahan yang baik sehingga pemerintah harus mempercepat proses pembenahan birokrasi.
Pejabat tidak perlu ragu mengambil tindakan diskresi (freies
ermessen) sebagai perangkat hukum yang sangat kuat sesuai Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan Kesimpulan untuk menunjang akselerasi pembangunan dengan tetap memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik (general principle of good administration).
1. Umumnya sebelumnya pejabat masih ragu-ragu atau takut
mengambil tindakan diskresi dalam administrasi pemerintahan. Namun sekarang nampaknya akan banyak pejabat yang berani Review menggunakan diskresi dikarenakan Presiden Jokowi meminta penegak hukum untuk tidak meminadakan pejabat yang mengambil kebijakan diskresi.
2. Pengambilan tindakan diskresi oleh pejabat pemerintah
seringkali terkendala oleh kurangnya pemahaman pejabat dans ketakutan pejabat yang berlebihan terhadap beberapa pasal pidana dalam UU Pemberantasan Korupsi terkait gratifikasi, suap, kick back, mark up dan abuse of power. Kendala lainnya adalah masih banyaknya pejabat administrasi pemerintah yang memiliki niat korupsi (discretionary corruption), kolusi dan nepotisme. Banyak juga pejabat yang menerapkan diskresi padahal tak sesuai dengan kebutuhan praktik pemerintaha. Bahkan seringkali diskresi menjadi alat untuk menyalahgunakan wewenang dan bertindak sewenang-wenang.
3. Nana Saputra (1988) mengartikan diskresi atau freies ermessen
sebagai suatu kebebasan yang diberikan kepada alat administrasi negara untuk mengutamakan keefektifan tercapainya suatu sasaran atau tujuan (doelmatigheid) daripada berpegang teguh kepada ketentuan hukum (rechtmatigheid). Sjahran Basah (1992) menjelaskan bahwa diskresi atau freies ermessen tidak dapat digunakan tanpa batas dan harus memperhatikan unsur-unsur berikut: a. Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas pelayanan (service) publik. b. Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi negara; c. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum; d. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri; e. Sikap tindak itu dimaksukan sebagai solusi persoalan- persoalan penting yang timbul secara tiba-tiba; f. Sikap tindak itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun secara hukum.
4. Menurut saya tindakan diskresi memang dapat diambil oleh
pejabat pemerintah untuk menunjang proses pembangunan. Apalagi tindakan ini memiliki dasar hukum yang kuat. Namun saya pikir harus ada lembaga yang mengawal atau mengawasi tindakan diskresi yang dilakukan pemerintah agar harus selalu sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (general principle of good administration). Sehingga diharapkan tidak terjadi lagi pengkriminalisasian pejabat yang melakukan diskresi seperti yang pernah dialami oleh Dahlan Iskan. Diskresi ada bukan untuk dikhawatirkan namun justru diskresi ada untuk memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang bertujuan pada kepentingan pelayanan publik dengan adanya itikad baik bagi penyelengara kewenangan. Selanjutnya reformasi birokrasi harus terus disempurnakan dan publik juga harus diberikan pemahaman terkait tindakan diskresi ini agar jangan sampai terjadi diskresi yang kebablasan.