Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI UNSUR PERENCANAAN SESUAI JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

MENURUT PERMENPAN RB NOMOR 4 TAHUN 2020

Andi Aidil Pratama

BBPPKS Makassar

ABSTRAK

Tugas Jabatan Fungsional Perencana adalah menyiapkan, mengkaji, merumuskan kebijakan dan menyusun
rencana pembangunan pada instansi pemerintah secara teratur dan sistematis, termasuk mengendalikan, memantau,
dan mengevaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.

Kegiatan perencanaan pembangunan adalah suatu proses yang dilakukan secara teratur, sistematis,
berdasarkan pengetahuan, metode ataupun teknik tertentu yang menghasilkan rencana kebijaksanaan, rencanan
program dan rencana proyek serta pemantauan dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaan.

Pejabat Fungsional Perencana yang selanjutnya disebut Perencana adalah PNS yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk melakukan tugas teknis perencanaan
pembangunan di Instansi Pusat dan Instansi Daerah.

Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai
oleh seorang PNS yang harus dicapai setiap tahun.

Standar Kompetensi Perencana yang selanjutnya disebut Standar Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang diperlukan seorang Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan tugas Jabatan
Fungsional Perencana.

PENDAHULUAN

a.   Latar Belakang

Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan
fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.

Jabatan Fungsional Perencana adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan
wewenang, untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan di Instansi Pusat dan Instansi Daerah.

Pejabat Fungsional Perencana yang selanjutnya disebut Perencana adalah PNS yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk melakukan tugas teknis
perencanaan pembangunan di Instansi Pusat dan Instansi Daerah dan diatur secara sistimatis dalam suatu Pedoman
pelaksaaan kegiatan untuk masing - masing jenjang jabatan fungsional perencana.
Oleh karena itu dirasa perlu untuk kami sebagai Pemangku jabatan Fungsional Perencana mengulas apa
yag menjadi Tugas dan Fugsi Perencana sesuai dengan aturan yang terus di sempurnakan untuk mendukung peran
dari Jabatan Fungsional Perencana dimana saja ditugaskan.

Dalam masa ini, penulis menekankan aturan terkait PERMENPAN RB No.4 Tahun 2020 Tentang Jabatan
Fungsional Perencana, sebagai aturan yang terkini dan bagaimana penerapannya sebagai Tugas dan Fungsi Jabatan

b.   Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut;


1.     Apa saja unsur perencanaan pada masing – masing jenjang jabatan fungsional perencana menurut
PERMENPAN RB No.4 Tahun 2020?
2.     Bagaimana implementasi unsur perencanaan sesuai jenjang jabatan fungsional perencana menurut
PERMENPAN RB No.4 Tahun 2020?

c.      Tujuan
1.     Untuk mengetahui unsur perencanaan pada masing-masing jenjang jabatan fungsional perencana menurut
PERMENPAN RB No.4 Tahun 2020.
2.     Untuk mengetahui bagaimana implementasi unsur perencanaan sesuai jenjang jabatan fungsional perencana
menurut PERMENPAN RB No.4 Tahun 2020.

     d.    Manfaat

1.     Dalam penulisan artikel ini merupakan pemenuhan Unsur Pengembangan profesi fungsional perencana yang
mempunyai bobot penilaian angka kredit bagi penulis.
2.     Dapat meningkatkan pemahaman penulis dan para pejaba fungsional perencana lain yang membaca tulisan ini
terkait isi dari PERMENPAN RB No. 4 Tahun 2020.

PEMBAHASAN
 
a.   Tinjauan Pustaka

Uraian Kegiatan Sesuai Jenjang Jabatan (PERMENPAN RB N0.4 Tahun 2020)

Uraian kegiatan tugas Jabatan Fungsional Perencana sesuai jenjang jabatan, ditetapkan dalam butir kegiatan sebagai
berikut:

a.     Perencana Ahli Pertama, meliputi:

1.  mengidentifikasi permasalahan;


2.  merumuskan permasalahan;
3.  inventarisasi dan identifikasi data sekunder;
4.  inven0tarisasi dan identifikasi data primer;
5.  mengolah data dan informasi;
6.  mengefektifkan pelaksanaan pengumpulan data;

7.  menganalisis data dan informasi;


8.  menyajikan data dan informasi;
9.  melakukan persiapan pengendalian pelaksanaan rencana;

10.   melakukan persiapan evaluasi rencana pembangunan tahunan; dan

11.   mengolah data dan informasi dalam rangka evaluasi rencana pembangunan tahunan.

b.    Perencana Ahli Muda, meliputi:

1.  memformulasikan sajian untuk analisis;


2.  melakukan riset kebijakan untuk menghasilkan dokumen bahan perencanaan pembangunan;

3.  menyusun kaidah pelaksanaan rencana pembangunan;

4.  menyusun alternatif dan model hubungan kausal/fungsional;

5.  menguji alternatif kriteria dan model;


6.  menyusun perencanaan kebijakan strategis jangka pendek;
7.  menyusun perencanaan program dan kegiatan lintas sektoral;

8.  menyusun perencanaan program dan kegiatan regional;

9.  menyusun perencanaan program dan kegiatan sektoral;

10.   menyusun rancangan rencana anggaran dan pembiayaan pembangunan;


11.   melakukan telaahan lingkup sektoral/regional terhadap proses dan hasil pembahasan anggaran dengan
mitra legislatif; dan
12.   mengendalikan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.
c.     Perencana Ahli Madya, meliputi:
1.  menyusun rekomendasi kebijakan strategis;
2.  menyusun perencanaan kebijakan/program strategis jangka menengah;

3.  merumuskan kebijakan/program strategis sektoral;

4.  mendisain program lintas sektoral;


5.  menyusun rencana pelaksanaan; Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP);

6.  menyusun rencana pembangunan sektoral;


7.  menyusun rencana pembangunan lintas sektor;
8.  melakukan telaahan lingkup sektoral/regional dalam berbagai forum musyawarah, rapat koordinasi, dan
forum konsultasi publik lainnya dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan;
9.  melaksanakan pengendalian dan pemantauan pelaksanaan rencana dan program; dan
10.   menyusun disain instrumen dan arahan pelaksanaan evaluasi rencana pembangunan jangka
menengah/sektoral;
d.     Perencana Ahli Utama, meliputi:
1.  menyusun disain dan persiapan evaluasi kebijakan dalam rangka menyiapkan bahan perencanaan
pembangunan;

2.  menyusun perencanaan kebijakan strategis/ program jangka panjang;


3.  menyusun perencanaan kebijakan/program strategis makro;

4.  mendisain program kawasan;


5.  menyusun rencana pembangunan regional;
6.  melakukan telaahan lingkup makro/lintas sektoral/kawasan dalam berbagai forum musyawarah, rapat
koordinasi, dan forum konsultasi publik lainnya dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan;
7.  melakukan telaahan lingkup makro/lintas sektoral/kawasan terhadap proses dan hasil pembahasan
anggaran dengan;
8.  menilai hasil pengendalian dan pemantauan pelaksanaan rencana dan program strategis; dan
9.  melaksanakan evaluasi rencana pembangunan jangka panjang/lintas sektor/kawasan.

b.   Hasil

Bahwa untuk pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang dalam perencanaan pembangunan, serta untuk
meningkatkan kinerja organisasi, perlu menyesuaikan pengaturan mengenai Jabatan Fungsional Perencana dan
Angka Kreditnya;
Aturan ataupun pedoman yang mengatur tentang tugas dan fungsi jabatan fungsional perencana yaitu :
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan
Fungsional Perencana dan Angka Kreditnya, sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan hukum
sehingga perlu diganti;
Bahwa berdasarkan kajian pertimbangan tentang kesesuaian tugas, fungsi dan beban kerja, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan
Fungsional Perencana; yaitu, PERMENPAN RB No. 4 Tahun 2020.
Penerapan pedoman kerja bagi fungsional perencana ini antara lain adalah :
1.    Jabatan Fungsional Perencana adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan
wewenang, untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan di Instansi Pusat dan Instansi Daerah.

2.    Pejabat Fungsional Perencana yang selanjutnya disebut Perencana adalah PNS yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk melakukan tugas teknis
perencanaan pembangunan di Instansi Pusat dan Instansi Daerah.
3.    Perencanaan adalah kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan mengenai sasaran dan
cara-cara yang akan dilaksanakan di masa depan guna mencapai tujuan yang diinginkan, serta pengendalian,
pemantauan, dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaannya yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan.

4.    Rencana adalah produk kegiatan perencanaan berupa rencana kebijaksanaan, rencana program dan rencana
proyek baik lingkup makro, sektor ataupun daerah.

5.    Kegiatan perencanaan pembangunan adalah suatu proses yang dilakukan secara teratur, sistematis,
berdasarkan pengetahuan, metode ataupun teknik tertentu yang menghasilkan rencana kebijaksanaan, rencanan
program dan rencana proyek serta pemantauan dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaan.
6.    Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai
oleh seorang PNS yang harus dicapai setiap tahun.
7.    Angka Kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan yang ditetapkan dalam butir kegiatan dan/atau akumulasi
nilai dari butir kegiatan yang yang harus dicapai oleh Perencana dalam rangka pembinaan karier yang
bersangkutan, berdasarkan pengetahuan, metode ataupun teknik tertentu yang menghasilkan rencana
kebijaksanaan, rencanan program dan rencana proyek serta pemantauan dan penilaian atas perkembangan hasil
pelaksanaan.
8.    Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit minimal yang harus dicapai oleh Perencana sebagai
salah satu syarat kenaikan pangkat dan/atau jabatan.
9.    Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya disingkat PAK adalah hasil penilaian yang diberikan berdasarkan
Angka Kredit untuk pengangkatan atau kenaikan pangkat atau jabatan dalam Jabatan Fungsional perencana.
10. Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Perencana yang selanjutnya disebut Tim Penilai adalah tim yang
dibentuk dan ditetapkan oleh Pejabat yang memiliki kewenangan menetapkan Angka Kredit dan bertugas
mengevaluasi keselarasan hasil kerja dengan tugas yang disusun dalam SKP serta menilai capaian kinerja
Perencana dalam bentuk Angka Kredit Perencana.
 

PENUTUP

a.   Kesimpulan

1.     Bahwa Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001
tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka Kreditnya, sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan hukum sehingga perlu diganti, maka dibuatlah Permenpan RB No. 4 Tahun 2020 Tentang
Jabatan Fungsional Perencana berisi tentang aturan atau pedoman teknis, tugas dan fungsi jabatan
fungsional perencana.
2.     Kedua aturan yang ada itu masih saling melengkapi dan akan disesuaikan atau diturunkan lagi pada
masing – masing Kementerian/ lembaga dalam bentuk Petunjuk Teknis Fungsional Perencana yang akan
menjadi pedoman bagi masing-masing Kementerian. Lembaga dan telah disesuaikan dengan Tugas dan
Fungsi Kementerian/Lembaga dimaksud.
b.   Saran

1.     Setiap pejabat fungsional perencana harus memahami dan mengulas dulu tentang pedoman pelaksanaan
jabatan yang ada ( Permenpan RB No.4 Tahun 2020 ) sehingga mencapai hasil kerja yang diharapkan.
2.     Instansi pembina jabatan fungsional perencana harus menjalankankan fungsinya terkait pengembangan
dan pembinaan jabatan fungsional perencana agar semua dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Peran Perencana dalam Pembangunan


Menurut Kepmenpan nomor 16 tahun 2001, perencana adalah Pegawai Negeri Sipil (atau belakangan disebut
Aparatur Sipil Negara/ASN) yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pada unit perencanaan tertentu. Perencana
berkedudukan sebagai pelaksana kegiatan teknis fungsional perencanaan di lingkungan instansi pemerintah.
Definisi ini berlaku bagi perencana yang bekerja di lingkungan instansi pemerintah dan berstatus sebagai ASN,
dikenal sebagai Fungsional Perencana. Pada kenyataannya, dalam lingkungan non instansi pemerintah (swasta)
juga terdapat profesi perencana yang tidak berstatus sebagai ASN. Meskipun tidak dapat disebut sebagai
fungsional perencana, namun mereka juga menggeluti profesi perencana sesuai dengan kompetensi dan lingkup
pekerjaan yang membutuhkan perencanaan. Profesi perencana, baik yang bekerja di instansi pemerintah
maupun di sektor swasta, mempunyai peran yang cukup penting dalam pembangunan. 

Pada hakekatnya, perencanaan mengandung empat hal pokok, yaitu : 1) tujuan yang lebih baik di masa yang
akan datang; 2) adanya sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi); 3) adanya limitasi dan kendala; 3)
efisiensi dan keefektivan. Kandungan perencanaan yang sangat luas tersebut membuat lingkup yang harus
ditangani perencana juga sangat luas dan beragam. Sedangkan lingkup profesi perencana mencakup aspek
ekonomi, sosial, lingkungan, kewilayahan, pembangunan, dll. Bahkan perencana terkadang bekerja dengan
status profesi lain, seperti arsitek, ahli tata ruang, atau perencana yang bekerja di yayasan nirlaba (aktivis
sosial/lingkungan). Pendeknya seluruh aspek hidup mengandung unsur perencanaan baik secara formal maupun
non formal. Terlebih pada program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagian besar lingkup
pekerjaan perencana adalah membantu pemerintah dan masyarakat atau komunitas mempersiapkan hal-hal
yang terkait dengan masa depan dalam mengelola perubahan atau hal-hal yang mungkin terjadi di masa datang.
Seorang perencana akan dihadapkan pada berbagai aspek dan situasi yang beragam ketika melaksanakan
pekerjaannya dan dituntut untuk mampu bekerjasama dengan profesi lain. Terutama perencana yang
berkecimpung dalam pembangunan wilayah/kota (planolog) yang harus mempertimbangkan berbagai sector
dalam suatu wilayah.

Dalam konteks pembangunan, peran perencana bukan sebagai pengambil keputusan, namun berfungsi
menyiapkan alternatif-alternatif pilihan bagi pengambil keputusan. Untuk menghasilkan alternatif pilihan itu
perencana harus mampu mendesain dan membentuk interaksi dalam suatu proses menuju sasaran umum yaitu
tujuan pembangunan. Kemampuan dalam menghimpun data, menganalisis, dan mendesain sangat penting.
Secara umum, perencana harus mempunyai kemampuan melakukan prosedur dan berinteraksi. Kemampuan
prosedur yaitu mengetahui bagaimana bertindak dan melakukan seluruh cakupan dari fungsi yang dibutuhkan
di dalam perencanaan. Kemampuan berinteraksi adalah kemampuan untuk melibatkan diri dengan pihak lain
untuk melakukan proses perencanaan secara bersama-sama. 

Secara khusus, peran perencana dijabarkan oleh Rustiadi et all (2011) sebagai berikut :

1. Perencana sebagai Analis. Ini merupakan peran dasar professional perencana yaitu berfungsi sebagai
ahli analisis dan mensintesis data serta fenomena-fenomena yang terjadi. Keterampilan analisis berupa
kemampuan untuk menguji dan melihat suatu masalah, mendesain metode dan strategi pengumpulan
data, dan mengidentifikasi konsekuensi dari berbagai tindakan yang akan diambil.
2. Perencana sebagai Organisator. Perencana berperan membawa anggota organisasi dan kelompok-
kelompok dalam organisasi ke dalam proses perencanaan dan mengembangkan peran serta anggota
untuk mendukung semua rencana. Sebagai organisator memerlukan kemampuan mengorganisasi dan
politik. Kemampuan mengorganisasi adalah mendesain berbagai kegiatan untuk melilbatkan para
individu ke dalam perencanaan. Berarti perencana harus mengidentifikasi berbagai macam tipe
kepemimpinan, mengembangkan kemampuan memimpin, mengkreasikan berbagai komitmen atas
perencanaan, dan memotivasi individu dan kelompok untuk menerima perencanaan dengan obyektif.
Sedangkan kemampuan politik  adalah kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan keputusan,
termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi pengaruh dan control, dan mempengaruhi keputusan
untuk mencapai tujuan kegiatan.
3. Perencana sebagai Perantara. Kegiatan perencanaan melibatkan interaksi antar organisasi yang
berpotensi menghasilkan kesepakatan maupun konflik. Perencana dapat bertindak sebagai penengah
antar organisasi atau antar kelompok dalam organisasi dan berfungsi mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan berbagai macam keinginan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan. Peran perantara
memerlukan kemampuan untuk memahami permasalahan sehingga dapat menengahi persoalan yang
sedang terjadi, menggunakan teknik persuasive dan melakukan tawar menawar untuk menghasilkan
keputusan. 
4. Perencana sebagai Pendamping (Fasilitator). Perencana dapat bertindak sebagai pendamping (advocate)
untuk sebuah kelompok masyarakat atau organisasi dalam suatu kegiatan pembangunan wilayah. Proses
pembangunan seringkali menimbulkan permasalahan dalam masyarakat berkaitan dengan isu-isu
kemiskinan, perumahan, lingkungan hidup, kesehatan. Perencana dapat menjadi berperan sebagai
pendamping masyarakat untuk memahami isu yang mengemuka dalam suatu kegiatan pembangunan
sehingga seluruh kepentingan dapat mengemuka dan dibicarakan. Sehingga terjalin komunikasi dan
hubungan yang baik antara masyarakat dengan pemerintah sebagai pelaku pembangunan. Sebagai
pendamping, perencana harus memiliki kemampuan politik, tawar menawar, membujuk, meyakinkan,
dan mempengaruhi, serta kemampuan publisitas yang baik sebagai pembicara.
5. Perencana sebagai “enabler”. Seperti halnya peran sebagai pendamping (advocate), perencana sebagai
enabler juga berfungsi sebagai fasilitator yang mengarahkan hasil sasaran yang akan dicapai sendiri
oleh kelompok masyarakat yang didampingi. Peran sebagai enabler berarti memimpin secara tidak
langsung, sedangkan peran sebagai pendamping (advocate) memimpin secara langsung dan aktif.
Sebagai enabler, perencana harus mempunyai kemampuan mendiagnosis, dapat bekerja dengan
berbagai individu dan kelompok yang berbeda, mahir dan mengetahui dinamika suatu tim bekerja.
6. Perencana sebagai Pendidik. Peran sebagai pendidik dilakukan dalam dua cara. Pertama, perencana
melakukan pendidikan di masyarakat dengan cara berbicara di depan umum, menulis artikel atau buku
tentang perencanaan. Kedua, dalam hubungan perencana dengan masyarakat/klien dalam sistem klien.
Perencana dan klien saling berbagi atau transfer pengetahuan. Perencana berbagi informasi di dalam
pengembangan perencanaan. Sedangkan klien berbagi pengetahuan yang dimiliki dari pengalamannya
sebagai masyarakat. 
7. Perencana sebagai Penyebar Informasi. Peran sebagai penyebar informasi dilakukan dalam upaya
menciptakan kesadaran tentang perlunya perencanaan terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat
melalui publikasi. Publikasi merupakan tahap yang penting dalam perencanaan, terutama membantu
sebuah isu yang terjadi pada suatu komunitas menjadi agenda public dan memberikan informasi kepada
public maupun elite tentang suatu permasalahan secara umum. Kemampuan sebagai penyebar informasi
meliputi kemampuan berbicara di depan public, menyiapkan laporan dan brosur, menulis berita dan
artikel. 

Melihat begitu luas dan beragamnya peran perencana tidak heran apabila profesi perencana dapat dijalankan di
berbagai bidang, bahkan muncul dengan nama profesi yang berbeda sebagaimana dijelaskan di awal. Peran
tersebut diisi secara bersama-sama dan saling melengkapi untuk menghasilkan perencanaan terbaik yang dapat
dihasilkan dan dilaksanakan dalam suatu proses pembangunan. 
PENTINGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KAJIAN / ANALISIS Rabu , 27 Desember 2017

Oleh : Ir. Sri Hariyani, M.Si.

Perencana Madya Bappeda Kabupaten Temanggung

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan
masyarakat. Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak
akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. 

Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat
lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting
karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak
mampu berperan secara optimal dan sinergis. 

Keterlibatan masyarakat luas, merupakan salah satu kunci yang sangat penting dalam keberhasilan
pembangunan. Dengan keterlibatan masyarakat ke dalam proses pembangunan, maka pemerintah tidak lagi
menerapkan sistem pembangunan yang Top Down namun akan menerapkan sistem Bottom Up dimana usulan
yang berasal dari masyarakat akan menjadi masukan penting dalam upaya pembangunan daerah.

Pengertian Partisipasi

Partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang secara sukarela tanpa dipaksa dengan kata lain partisipasi
adalah keterlibatan secara spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok
untuk mencapai tujuan. 

Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling
memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang demokratis
yaitu: 1) partisipasi politik Political Participation, 2) partisipasi sosial Social Participation dan 3) partisipasi
warga Citizen Participation/Citizenship, ke tiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Partisipasi Politik, political participation lebih berorientasi pada”mempengaruhi” dan ”mendudukan wakil-
wakil rakyat” dalam lembaga pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahanitu
sendiri.

2. Partisipasi Sosial, social Participation partisipasi ditempatkan sebagaiketerlibatan masyarakat terutama yang
dipandang sebagai beneficiary ataupihak di luar proses pembangunan dalam konsultasi atau
pengambilankeputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai
penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi.

3. Partisipasi Warga, citizen participation/citizenship menekankan pada partisipasi langsung warga dalam
pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan.

Pengertian Perencanaan Pembangunan 


Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai : Suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau
keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk
melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun
nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik”.

Beberapa arti Perencanaan adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara sistematis oleh suatu badan
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa
yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir
bila rencana tersebut telah ditetapkan dan haruslah diimplementasikan.

Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi yang lebih melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan adalah pembaharuan yang juga merupakan suatu bentuk perubahan ke arah yang dikehendaki
tetapi lebih terkait dengan nilai-nilai atau sistem nilai.

Dengan melihat kedua pengertian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa Perencanaan Pembangunan adalah
suatu proses penyusunan tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu.

Perencanaan pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan bermanfaat  hasilnya jika
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Ada dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, Pertama : perlu aspiratif terhadap aspirasi yang
disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua :
pemerintah perlu melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan
hanya sebagai objek pembangunan.

Pentingnya Sebuah Perencanaan Pembangunan Daerah 

Perencanaan pembangunan daerah merupakan  pekerjaan yang sangat penting, karena dengan perencanaan kita
bisa membaca dan merencana mau dibawa kemana daerah kedepannya, dengan tetap memperhatikan potensi
dan sumber daya yang dimiliki. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan PP 8 Tahun 2008
mendefinisikan pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha,
akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia. Jadi
Perencanaan Pembangunan Ddaerah menurut PP 8 Tahun 2008 adalah suatu proses penyusunan tahapan-
tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan
wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dilakukan dengan tetap mendasarkan pada data dan informasi
yang akurat, valid dan akuntabel dengan tetap mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang dimiliki.
Dalam proses menyusun perencanaan tentunya dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji indikator-indikator
perkembangan di daerah diantaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tingkat inflasi, pertumbuhan
ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan dan beberapa indikator lainnya terutama kondisi keuangan
daerah.
Perencanaan pembangunan di daerah harus memperhatikan adanya sinkronisasi, koordinasi dan integrasi
dengan perencanaan pembangunan nasional, karena capaian tujuan pembangunan daerah harus bersifat
mendukung pencapaian tujuan pembangunan secara nasional. Dengan demikian perencanaan pembangunan
harus berpedoman pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU Nomor 25 Tahun 2004 mengatakan
bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. 

Pentingnya keterlibatan masyarakat di dalam penyusunan perencanaan pembangunan sangat ditekankan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pendekatan
partisipatif masyarakat  terdapat pada  4 (empat) pasal Undang-Undang ini yaitu  pada Pasal 2, Pasal 5, Pasal 6
dan Pasal 7. Sistem perencanaan yang diatur dalam UU 25/2004 dan aturan pelaksanaannya menerapkan
kombinasi pendekatan antara top-down ( atas-bawah) dan bottom-up (bawah-atas), yang lebih menekankan
cara-cara aspiratif dan partisipatif.

Dengan adanya program-program partisipatif memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam rencana yang menyangkut kesejahteraan mereka dan secara langsung juga
melaksanakan sendiri serta memetik hasil dari program tersebut. Selain uu no. 25 tahun 2004 terdapat peraturan
perundang- undangan lain yang menekankan perlunya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
yakni : Undang-Undang Nomor  32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan    Daerah dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas,
melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini
pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan
dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus menjadi pelaku dalam
pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang
dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan,
menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.
Paradigma pembangunan yang sekarang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai provider dan pelaksana, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dan
katalisator dari dinamika pembangunan, sehingga dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan, masyarakat
mempunyai hak untuk terlibat dan memberikan masukan dan mengabil keputusan, dalam rangka memenuhi
hak-hak dasarnya, salah satunya melalui proses musrenbang.
tujuan pembangunan nasional di Indonesia secara umum
Membangun Sistem Politik yang Demokratis

Sistem politik yang pernah berkembang di Indonesia sangat beragam. Sistem politik yang pernah berkembang
ini memiliki tujuan untuk membangun sistem politik yang demokratis di dalam kehidupan berbangsa dan
bertanah air Indonesia.

Berjalannya sistem politik di Indonesia ini tidak hanya terjadi untuk tatanan pemerintahan saja, namun untuk
kehidupan sehari-hari masyarakat. Berbagai peristiwa jatuh bangun pada berlakunya sistem politik di berbagai
kalangan membuat Indonesia memiliki banyak pengalaman sehingga dapat melakukan perbaikan pada sistem
politik yang digunakan.

Pembangunan pada sistem politik di Indonesia menitik beratkan pada nilai-nilai Pancasila khususnya dalam
kehidupan berdemokrasi. Oleh karena itu, pembangunan sistem politik yang demokratis di Indonesia
didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi Pancasila agar dalam perkembangannya, sistem politik di Indonesia
tidak melenceng dari ideologi negara yaitu Pancasila.

Selain itu pembangunan terhadap sistem politik di Indonesia juga didasarkan pada asas-asas demokrasi
Pancasila agar dalam pelaksanaan pembangunan sistem politik tidak melupakan nilai-nilai Pancasila.

Dengan adanya pembangunan sistem politik yang demokratis, Indonesia dapat melakukan berbagai kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan sistem politik secara lebih dewasa dan menekankan pada demokrasi yang
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. 

Mewujudkan Sistem Pemerintahan yang Baik

Mewujudkan sistem pemeritahan yang baik merupakan salah satu tujuan umum dalam pembangunan nasional.
Dalam mewujdukan sistem pemerintahan yang baik, diperlukan tubuh-tubuh yang kuat akan jiwa pemerintahan
dapat menjadi sehat untuk menjalankan tugas dan fungsinya demi memajukan bangsa. 

Perwujudan sistem pemerintahan yang baik harus dilakukan terlebih dahulu melalui sistem pemerintahan
terkecil yang berlaku di masyarakat.

Perlu adanya penguatan terhadap struktur pemerintahan kabupaten, kota, dan provins terhadap tugas dan fungsi
yang dijalankannya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Demi mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan sistem pemerintahan yang baik,
pemerintah menetapkan suatu kebijakan yaitu diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia sebagai salah satu
alat pemerintah pusat untuk memaksimalkan peran pemerintah dalam pembangunan.
Kabinet Indonesia Maju
Kabinet Indonesia Maju adalah kabinet pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Ma’ruf Amin. Kabinet ini terdiri atas 4 menteri koordinator dan 30 menteri bidang yang diumumkan
pada 23 Oktober 2019 dan dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 113/P
Tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia
Maju Periode Tahun 2019-2024.

Pada 23 Desember 2020, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin melakukan pergantian
sejumlah menteri dengan memperkenalkan enam figur baru dalam kabinet berdasarkan pada Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 133/P Tahun 2020 tentang Pengisian dan Penggantian Beberapa Menteri
Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024.

Selanjutnya, pada 28 April 2021, Presiden Joko Widodo melantik dua menteri kabinet berdasarkan pada
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 72/P Tahun 2021 tentang Pembentukan dan Pengubahan
Kementerian serta Pengangkatan Beberapa Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024.
Melalui pengubahan terbaru ini, Kepala Negara sekaligus memperkenalkan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Kementerian Investasi.
Pendekatan partisipatif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, dilaksanakan


dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dengan
mempertimbangkan:

a. relevansi pemangku kepentingan yang dilibatkan dalam proses pengambilan


keputusan, di setiap tahapan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
daerah;
b. kesetaraan antara para pemangku kepentingan dari unsur pemerintahan dan non
pemerintahan dalam pengambilan keputusan;
c. adanya transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan serta melibatkan
media massa;
d. keterwakilan seluruh segmen masyarakat, termasuk kelompok masyarakat rentan
termarjinalkan dan pengarusutamaan gender;
e. terciptanya rasa memiliki terhadap dokumen perencanaan pembangunan daerah;
dan
f. terciptanya konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting
pengambilan keputusan, seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan,
perumusan tujuan, strategi, kebijakan dan prioritas program.

Anda mungkin juga menyukai