Disusun Oleh :
IRMA AYU FADLILLAH PUTRI
(P17220194084)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya Kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu (Bobak, 2010).
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan, setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal
pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).
Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti
sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarwati, 2010).
Episiotomi adalah torehan dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur
perienium totalis. Di masa lalu, dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya
adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata sehingga mudah
dilakukan penjahitan (reparasi), mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi tetapi hal
tersebut ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup (Enkin et al, 2000; Wooley,
1995).
2. PATOFISIOLOGI
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama: gawat janin (janin
prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu (perineum kaku, riwayat
robekan perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan
terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa
nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini menyebabkan resti konstipasi.
Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan menyebabkan resiko defisit volume cairan.
Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi apabila tidak dirawat dengan baik kuman
mudah berkembang karena semakin besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar
resiko terjadi infeksi.
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu berada dalam masa
nifas. Saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan fisiologis pada
ibu akan terjadi uterus kontraksi. Kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan
adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi adanya perubahan involusi yaitu proses
pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang
prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus. Setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu
merupakan ruptur dari sisa plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman
mudah berkembang. Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya terjadi
perdarahan dan atonia uteri.
Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting Go. Pada fase Taking In
kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang
mengakibatkan defisit perawatan diri. Pada fase Taking Hold ibu belajar tentang hal baru dan
mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi lebih karena ibu kurang
pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu memnyesuaikan diri dengan keluarga sehingga di
sebut ibu yang mandiri, menerima tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
Sedangkan menurut Rusda (2004), penyebab dilakukan episiotomi berasal dari faktor ibu
maupun faktor janin. Faktor ibu antara lain:
a. Primigravida
b. Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada persalinan lalu .
c. Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang, persalinan
cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
d. Arkus pubis yang sempit.
e. Janin premature
f. Janin letak sungsang, letak defleksi, dan janin besar.
g. Keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin,
tali pusat menumbung.
Menurut ignatavicus pada buku tamsuri (2007), secara umum stimulus nyeri disebabkan
oleh :
a. Kerusakan jaringan
b. Kontraksi atau spasme otot yang menimbulkan ischemic type pain.
c. Kebutuhan oksigen meningkat tetapi suplai darah terbatas misalnya disebabkan
karena penekanan vaskuler.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik dilakukan umutk pemantauan janin terhadap kesehatan janin
seperti pemantauan EKG, JDL dengan diferensial, elektrolit, hemoglobin/ hematokrit,
golongan darah, urinalisis, amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi,
pemeriksaan sinar X sesuai indikasi, dan ltrasound sesuai pesananan (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2010).
Tes tambahan : sesuai indikasi, misalnya, jumlah darah lengkap termasuk sel darah
putih, hemoglobin /hematokrit.
5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan terhadap rasa tidak nyaman pada luka perineum dapat dilakukan
dengan Tindakan Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, Mengajarkan teknik
nonfarmakologis yaitu teknik relaksasi napas dalam, Mengajarkan kepada ibu untuk
berkativitas yang ringan seperti berjalan disekitar ruangan dan duduk, serta Menganjurkan
kepada ibu agar perineum tetap bersih dan sesering mungkin mengganti pembalut.
Adapun cara untuk perawatan luka perinium dengan episiotomy. Perawatan luka
jalan lahir dilakukan sesegera mungkin setelah 6 jam dari persalinan normal. Ibu akan
dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan berjalan.Tentu saja bila
keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya tekanan darah tinggi
atau pendarahan.
Persiapan dan cara merawat luka episiotomy :
a) Siapkan air hangat
b) Sabun dan waslap
c) Handuk kering dan bersih
d) Pembalut ganti yang secukupnya
e) Celana dalam yang bersih
Cara merawat luka episiotomi:
Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang.
Waslap di basahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang
sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut
dengan rasa nyeri, bila tidak di bersihkan dengan benar maka darah kotor akan
menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.
Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar -
benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
Kenakan pembalut baru yang nyaman, celana dalam yang bersih dari bahan
katun. Setelah buang air kecil dan besar atau pada saat hendak mengganti
pembalut darah nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air seperti biasa. Jika
ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan disarankan untuk duduk
berendam dalam larutan antiseptik selama 10 menit. Dengan begitu, kotoran
berupa sisa air seni dan feses juga akan hilang.
Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan
maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar
setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila terasa pembalut sudah
penuh.
Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh. Terutama ikan, ayam, daging dan telur. Kecuali bila ibu alergi dengan
jenis protein hewani tersebut.
Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu dianjurkan
memperbanyak konsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan begitu
tinja yang dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu tak perlu mengejan.
Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali jamu yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan produksinya. Dan sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter atau bidan bila disaranakan untuk minum jamu oleh keluarga.
Untuk menahan rasa sakit akibat proses jahitan, dokter akan memberikan obat
penahan rasa sakit.
Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindarkan banyak bergerak
pada minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perineum. Banyak-
banyaklah duduk dan berbaring. Hindari berjalan karena akan membuat otot
perineum bergeser.
Jika kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera melakukan
mobilisasi setelah cukup beristirahat.
Bila memang dianjurkan dokter, luka di bagian perineum dapat diolesi salep
antibiotik.
6. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
a. Pengkajian
1. Data Subjektif
meliputi :
harus di jalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
nyeri.
tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi infeksi pada pasien post
partum.
tersebut.
diperlukan.
b. Keluhan utama
nifas, misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir karena
ibu post partum dengan luka perawatan episiotomi adalah nyeri dibekas
c. Riwayat Kesehatan
ini.
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post
partum dan bayinya.
2005).
d. Riwayat Menstruasi
e. Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali,
usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan,
dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada klien primipara
selama persalinan.
(Anggraini, 2010).
minggu
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini,
2010).
1) Nutrisi
2) Eliminasi
ibu post partum dengan perawatan luka episiotomi biasanya buang air
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan, pada saat
buang air kecil juga akan merasakan nyeri pada luka episiotomy
(Bobak, 2005).
3) Istirahat / tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu post partu
(Anggraini, 2010).
4) Keadaan psikologis
(Anggraini, 2010).
2. Data Objektif
a. Status generalis
1) Keadaan umum
(Varney, 2007).
2) Kesadaran
acuh tak acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan untuk
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
a) Tekanan Darah
b) Nadi
c) Suhu
d) Respirasi
4) Tinggi badan
5) LILA
b. Pemeriksaan Sistematis
1) Inspeksi
a) Rambut
(Nursalam, 2008).
b) Muka
c) Mata
e) Abdomen
f) Vulva
bau busuk.
g) Fundus uteri
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
i) Lochea
j) Perineum
k) Anus
2) Palpasi
a) Leher
(Nursalam, 2008).
b) Dada
c) Abdomen
d) Ekstremitas
c) Pemeriksaan Penunjang
b. Diagnosa Keperawatan
dan kelahiran
C. Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Manajemen Nyeri
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2. Terapeutik
a. Berikan teknik non famakologi untuk mengurangi rasa nyeri ( hypnosis, teknik imajinasi
terbimbing, aromaterapi, terapi pijat, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
c. Fasilitas istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
dan kelahiran
Observasi
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
-Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dansesudah latihan
_Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman,jika
memungkinkan
-Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau Tindakan medis lain, jika
sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
-Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Observasi
-Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
-Batasi jumlah pengunjung
-Berikan perawatan kulit pada area edema
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
-Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
-Anjurkan meningkatkan asupan cairan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Diah wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha medika
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Jakarta: Salemba Medika
Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan ProfesionalEdisi 2. Jakarta: EGC