Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan yang Diamati

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai
konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan
warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan
danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara
di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim
dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh
berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap
merah (Sumantadinata, 1981).

Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah
(nirah) dan nila albino (Sugiarto, 1988). Menurut Saanin (1984), ikan nila
(Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

2.1.2 Klasifikasi Ikan Koi


Ikankoi termasuk keluarga Cyprinidae, masih sekerabat dengan
ikanmas (Cyprinus carpio) dan ikan maskoki (Cyprinus auratus). Hal
ini bisa dibuktikan dari sosoknya yang memang mirip yaitu pipih.
Hanya saja, penampilan koi lebih cantik karena ditunjang oleh
beragam warna yang sangat menawan. Warna tubuhnya sendiri
sangat variatif mulai dari hitam, putih, merah, kuning, silver
hingga keemasan (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).
Ikan ini terletak dalam sistem taksonomi ilmiah.
Menurut Susanto (2008) bahwa klasifikasi ikan koi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Esteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Telestoi
Familia : Cyprinidae
Subfamilly : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio

2.1.3 Klasifikasi Ikan Lele


Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan
ikan yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat
nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki
berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan
kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2006). Selain itu ikan lele mudah
dibudidayakan karena mampu hidup dalam kondisi air yang jelek dengan
kadar oksigen yang rendah dan mampu hidup dalam kepadatan yang sangat
tinggi. Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom :Animalia
Sub Kingdom :Metazoa
Filum :Chordata
Sub Filum :Vertebrata
Kelas :Pisces
Sub Kelas :Teleostei
Ordo :Ostariophysi
Sub Ordo :Siluroidea
Famili :Clariidae
Genus :Clarias
Spesies :Clarias gariepinus

2.2 Anatomi Tubuh Ikan yang Diamati


2.2.1 Anatomi Ikan Nila
Menurut Ainun Hikmah (2009), ada 10 sistem anatomi pada tubuh ikan
1.    System penutup (kulit), antara lain adalahsisik, kelenjarracun, lender,
Sumber pewarnaan
2.    System otot (uratdaging), penggeraktubuhsirip-siripinsangdan organ
listrik
3.    System rangka (Tulang), melekatnyaotot, pelindung organ dalam dan
penggerakrangka
4.    System pernafasan
5.    System saraf
6.    System hormone
7.    System ekskresidansekresi
8.    System reproduksi
Sedangkan menurut Djuanda (1989), system anatomi ikan nila memiliki
fungsi masing-masing, yaitu:
1.    System pelindung                   : kulit
2.    Sistemotot                              : penggerakotot
3.    System ranka                         : Pelindung organ dalam
4.    System pernafasan                : ekskresidansekresi
5.    System peredarandarah       : sirkulasi
6.    System pencernaan               : Metabolisme
7.    System saraf                           : Penyusun
8.    SistemHormon                       : Pengendali
9.    SistemReproduksi                  : Perkembangbiakan

2.2.2 Anatomi Ikan Lele


Anatomi ikan lele didapatkan hasil bahwa tubuh ikan lele dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), truncus (badan), cauda
(ekor). Bagian badanikan lele mempunyai potongan membulat, dengan
kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya
berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga
bentuk potongan melintang (pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping).Ikan
lele tidak memiliki sisik sehingga permukaan tubuhnya licin dan
berlendir. Lendir tersebut juga bersifat antiseptik yang berguna untuk
membebaskan kulit dari macam-macam jamur dan bakteri (Yushinta, 2004).
Ikan lele mempunyai alat gerak berupa sirip. Ikan lele mempunyai dua
macam sirip yaitu sirip berpasangan dan sirip tunggal. Sirip berpasangan
terdiri dari sepasang sirip dada dan sepasang sirip perut, sedangkan sirip
tunggal pada ikan lele terdiri dari sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur. 
Ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki alat pernapasan tambahan yang
disebut Arborescent. Arborescent berbentuk seperti bunga karang yang
merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat
ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Alat pernapasan ikan lele
berfungsi agar ikan lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara untuk
pernapasannya (Brotowidjoyo, 1993).Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif
bergerak mencari makanan pada malam hari. Sedangkan pada siang hari,
ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele
memijah pada musim penghujan (Brotowidjoyo, 1993).

2.2.3 Ikan Koi

2.3 Kebiasaan Makan dan Makanan Ikan yang diamati


2.3.1 Ikan Nila
Makanan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan
tumbuhtumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong
ke dalam hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan)
cenderung herbivora. Pada masa pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan
buatan (pelet) yang mengandung protein antara 20%-25%. (Ghufran, 2009).
Pada masa pemeliharaan tersebut ikan nila sangat responsif terhadap pakan
buatan (pelet) baik pelet terapung maupun pelet tenggelam (Cholik, 2005).
Pemberian pakan untuk benih ikan nila dilakukan 3-4 kali dalam sehari, yaitu
pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Jumlah pakan yang diberikan untuk
benih berukuran 5-7cm adalah sebanyak 4-6% dari total berat tubuh ikan
(Ghufran, 2010).
2.3.2 Ikan Lele
i Ikan lele termasuk dalam golongan pemakan segalanya (omnivora),
tetapi cenderung pemakan daging (karnivora). Selain bersifat karnivorus,
ikan lele juga makan sisa-sisa benda yang membusuk. Ikan lele dapat
menyesuaikan diri untuk memakan pakan buatan (Suyanto dalam Pazra,
2008). Makanan alami ikan lele yaitu binatang-binatang renik, seperti kutu-
kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda), cacing-cacing, larva (jentik-jentik
serangga), siput-siput kecil dan bangkai binatang (Bachtiar, 2006).
Menurut Mahyuddin (2008), lele mempunyai kebiasaan makan di
dasar perairan atau kolam. Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan
sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Pada habitat aslinya,
lele memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik, serangga air,
kutu air. Karena bersifat karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah
pakan tambahan yang mengandung protein hewani. Jika pakan yang
diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhan akan lambat.
Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka memakan jenis sendiri

2.3.3 Ikan Koi


Menurut Susanto (2007) ikan Koi merupakan ikan pemakan segala
(omnivore) baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang. Didalam air
ikan mampu mengenali makananya dan mencarinya sampai kedasar kolam
karena ikan Koi memiliki dua indra penciuman yang sangat tajam berupa
barbel yang terletak dipinggir mulut. Pakan ikan Koi akan mempengaruhi
pembentukan warna dan pertumbuhanya (Natalist, 2003).

2.4 Pencernaan Ikan yang diamati


2.4.1 Ikan Nila
Sistem pencernaan pada ikan nila melalui proses sebagai berikut. Mulai
anggota mulut, esophagus/kerongkongan, lambung, usus dan yang terakhir
anus (Dwisang, 2008). Proses penyederhanaan pada ikan nila melalui cara
fisik dan kimia. Sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di
dalam usus kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui system
peredaran darah (Dwisang, 2008). Sistem pencernaan pada hewan
vertebrata dibangun oleh pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat
muskuler atau perototan, yang dimulai dari bagian mulut sampai anus.
(Pratama, 2009). Menurut Ikbal (2007), langakah-langkah proses pencernaan
adalah : Pencernaan dimulut, rongga mulut, makanan digiling menjadi kecil-
kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva, disalurkan melalui faring dan
esophagus, pencernaan di lambung dan usus halus, absorbs air dalam usus
besar, sisa makanan menjadi feses, feses dikeluarkan melalui kloaka

2.4.2 Ikan Lele


Pencernaan bahan makanan secara fisik/mekanik dimulai dari
bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses
pemotongan dan penggerusan makanan. Selanjutnya, bahan makanan
dicerna di lambung dan usus dengan adanya gerakan/kontraksi otot.
Pencernaan secara fisik/mekanik pada segmen ini terjadi secara efektif
karena adanya aktifitas cairan digestif (Mahyuddin, 2011).

Proses pencernaan makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar


pencernaan. Adapun kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan juga
berfungsi membentuk cairan empedu. Lambung dan usus juga dapat
berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini
menghasilkan enzim pencernaan yang berguna dalam membantu proses
penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan karnivora (ikan lele)
menghasilkan enzim-enzim pemecah protein (Mahyuddin, 2011).

2.4.3 Ikan Koi

2.5 Reproduksi pada Ikan yang diamati

2.5.1 Ikan Nila

Ikan nila bersifat beranak pinak dan cepat pertumbuhannya. Selain


itu, ikan ini memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar garam
sampai 30 promil. Ikan nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4 – 5
bulan dan akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan
sampai berumur 1,5 – 2 tahun. Pada saat ikan nila berumur lebih dari 1
tahun kira – kira beratnya mencapai 800 g dan saat ini ikan nila bisa
mengeluarkan 1200 – 1500 larva setiap kali memijah, dan dapat
berlangsung selama 6 – 7 kali dalam setahun.
Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar
perairan,daerahnya akan dijaga, dan merupakan daerah teritorialnya
sendiri. Ikan nila jantan menjadi agresif saat musim kawin. lkan jantan
tumbuh lebih cepat dan lebih besar dibanding betinanya. Proses
pemijahan dimulai dengan pembuatan sarang oleh ikan jantan berupa
lekukan berbentuk bulat dengan diameter sebanding seukuran tubuhnya di
dasar perairan dalam daerah teritorial (Suyanto, 1988).
Ikan betina yang siap memijah akan mengeluarkan telur di lubang
yang telah dipersiapkan oleh jantan dan telur-telur tersebut akan dibuahi
oleh ikan jantan. Setelah telur dibuahi, telur tersebut akan dikumpulkan
oleh ikan betina dan dierami di dalam mulut sampai menetas. Lama
pengeraman di dalam mulut berkisar antara 1 – 2 minggu tergantung suhu
air tempat dilakukannya pemijahan. Setelah larva dilepas oleh induk
betina, larva-larva tersebut akan kembali ke dalam mulut induk betina
apabila ada bahaya yang mengancam. Kondisi air yang tenang akan
menguntungkan bagi pertumbuhan dan pemijahan ikan nila. Dalam upaya
memperoleh tingkat pemijahan yang optimum, ikan nila bersifat poligami,
maka nisbah kelamin dianjurkan 1 jantan untuk 2 betina pada luasan kolam
10 m2 (Djarijah, 1994).
Secara teoritis, ikan nila dapat dipijahkan secara alami, semi buatan
dan buatan. Pemijahan secara alami adalah pemijahan secara alamiah
dalam wadah/tempat pemijahan tanpa dilakukan pemberian rangsangan
hormonal.Pemijahan semi buatan adalah pemijahan dengan proses
rangsangan hormonal akan tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah
dalam wadah/tempat pemijahan. Pemijahan buatan terjadi dengan
pemberian rangsangan hormonal dan proses ovulasi dan pembuahannya
dilakukan secara buatan. Pemijahan ikan nila untuk tujuan produksi
sebaiknya dilakukan secara alami dan semi buatan, hal ini dikarenakan
secara biologi pemijahan dan penetasan telur ikan nila lebih memungkinkan
dilakukan secara alamiah (Djarijah, 1994).
Pada pemijahan secara alamiah, pemijahan dilakukan dengan cara
memasangkan induk jantan dengan betina dengan perbandingan 1:3,
kepadatan induk adalah 1-2 ekor induk betina per meter persegi dengan
kedalam kolam sekitar 50 cm. Untuk merangsang terjadinya pemijahan
sebaiknya dilakuakn manipulasi lingkungan yaitu dengan cara pengeringan
kolam, pengaliran air baru ke dalam kolam dan pemberian lumpur berpasir
pada dasar kolam yang digunakan agar induk mudah dalam membuat
sarang. Ciri telah terjadi pemijahan adalah terbentuknya lekukan-lekukan
berbentuk bulat didasar kolam dengan diameter 30-50 cm. Lamanya
pemijahan sampai benih lepas dari perawatan induk adalah sekitar 14 hari
(Djarijah, 1994).

2.5.2 Ikan Lele

Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Reproduksi merupakan


kemampuan suatu individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya
untuk melestarikan jenisnya. Untuk melakukan reproduksi harus ada
penyatuan antara gamet jantan dan betina yang kemudian akan
membentuk zigot yang kemudian berlanjut dan berkembang menjadi
individu baru. Proses reproduksi eksternal dimulai dengan saling
mendekatnya ikan jantan dan ikan betina kemudian ikan betina akan
mengeluarkan telurnya yang mana kemudian diikuti oleh ikan jantan untuk
mengeluarkan sperma nya dengan segera agar telur dapat terbuahi. Kelenjar
kelamin jantan disebut testis (Fujaya, 2004).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1 : Hasil pengamatan bagian tubuh ikan tampak luar

N Jenis Ikan Hasil Pengamatan Gambar


O
1. Ikan Nila Bentuk Tubuh :
memanjang dan pipih ke samping
Warna kulit :
Orange kemerahan,bagian perut
berwarna putih.
Bagian mata bulat cembung
berwana hitam bagian tengah
berwarna oren melingkar

Ciri khusus :
Mengerami telur didalam
mulutnya

Ukuran Tubuh :
- Panjang tubuh : 17 cm

- Lebar tubuh : 6 cm

- Sirip :
 Fektoral : 4,5 cm

 Fentral : 4 cm

 Dorsal
-panjang : 1,5 cm
-lebar : 11,5 cm

 Kaudal :
-panjang : 3,5 cm
-lebar : 5,5 cm

 Anal :
-panjang : 3 cm
-lebar : 2,5 cm
2. Ikan Lele Bentuk Tubuh :

: Bentuk Tubuh

Ciri khusus :

Ukuran Tubuh :

3. Ikan Koi Bentuk Tubuh :

Bentuk Tubuh
Ciri khusus :

Ukuran Tubuh :
Tabel 2 : Hasil Pengamatan Organ Dalam Ikan

NO Jenis Ikan Hasil Pengamatan Gambar


.
1. Ikan Nila Insang
-Samping kanan : 4 layer
-Samping kiri : 4 layer

Jenis Kelamin :
Jantan

Jantung

Gelembung renang

Usus Kecil
95 cm
Usus Besar
10,5 cm

2. Ikan Lele

3. Ikan Koi
4.2 Pembahasan

4.2.1 Ikan Nila

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa ikan


nila yang diamati memiliki panjang tubuh 17 cm, panjang usus 95 cm,
dengan perbandingan 1 : 5, dilihat dari perbandingan tersebut membuktikan
bahwa ikan nila merupakan ikan omnivora (pemakan segala/hewan dan
tumbuhan). Pengamatan tersebut sesuai dengan tinjauan pustaka yaitu
Makanan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan
tumbuhtumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Sehingga Ikan nila
tergolong ke dalam hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan
tumbuhan) cenderung herbivora. Ciri khusus pada ikan nila salah satunya
mengerami didalam mulut. Pengamatan organ dalam pada ikan nila warna
usus terlihat keruh dan terdapat usus yang memiliki warna keruh hijau
kehitaman dengan panjang kurang lebih 95 cm. Hal ini membuktikan bahwa
ikan nila tersebut pemakan segala atau omnivora, cenderung memakan
tumbuhan daripada hewani walaupun jika di budidaya makanan dalam
bentuk pellet.
Adapun beberapa organ pencernaan ikan nila antara lain :
1. Insang
Insang pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan nila
memiliki 2 pasang insang yang masing-masing berjumlah 4 layer
kanan dan kiri.
2. Jantung
Kerja jantung pada makhluk hidup tidak dipengaruhi oleh otak,
sehingga pada pengamatan walaupun ikan dalam keadaan mati
namun jantung masih berdetak. Ukuran jantung pada ikan nila
sangat kecil namun terlihat jelas detakannya walau ikan nila telah
mati.
3. Usus
Ikan nila memiliki panjang usus 5 kali lebih panjang daripada
panjang total tubuhnya. Dengan ukuran usus besar 10,5 cm dan
usus kecil 95 cm . Hal inilah yang membuktikan bahwa ikan nila
merupakan pemakan segala atau omnivora. Berbeda dengan ikan
lele antara panjang total tubuh dan usus tidak terlalu jauh berbeda.
Warna pada usus membuktikan bahwa ikan nila merupakan hewan
omnivora terlihat jelas pada hasil ada warna keruh hijau kehitaman,
warna tersebut membuktikan bahwa ikan nila memakan tumbuhan
setelah itu memakan hewani ataupun pakan pellet.
4. Gelembung Renang
Gelembung renang adalah suatu organ pada ikan yang
berupa kantong selaput berisi campuran gas dengan tekanan yang
berubah-ubah. Gas yang terdapat pada gelembung renang biasanya
adalah gas oksigen. Gelembung renang berfungsi untuk mengatur
tubuh ikan saat mengapung di dalam air karena dengan alat itu ikan
dapat menyesuaikan volume tubuh dan berat jenisnya dengan
kedalaman air yang direnanginya sehingga ikan dapat tetap
mempertahankan posisinya tanpa harus berenang secara terus-
menerus.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/5715/16/BAB%202.pdf

http://eprints.umm.ac.id/43154/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.umg.ac.id/58/2/PDF%20BAB%20II.pdf

http://ranietariga.blogspot.com/2012/03/sistematika-anatomi-fisiologi-dan.html

http://eprints.umm.ac.id/43047/3/BAB%20II.pdf

http://repository.ump.ac.id/868/8/BAB%20II_INADIYA%20NUR%20APRELI_BIOLOGI
%2716.pdf

http://eprints.umm.ac.id/43781/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.umg.ac.id/203/2/BAB%20II.pdf

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090042
_2_3455.pdf&ved=2ahUKEwjBs8HY6pjoAhXHF3IKHXv9DIQ4ChAWMAB6BAgDEAE&usg=AOv
Vaw0xkAQ5r6m5O0OJ_rw9Xnoo

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.umm.ac.id/43466/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwimt6iV9JjoAhXKdCsKHWX7CwcQFjAEegQIBRAC&usg=AOvVaw3P
KEiZxag3Vae2x7sKD_Fq

Anda mungkin juga menyukai