Perilaku Organisasi
Jawab :
Motivasi terkait erat dengan tindakan seseorang. Kata motivasi itu sendiri secara harfiah berasal dari
Bahasa latin movere atau motivere yang berarti to move. Dalam Bahasa Indonesia kata to move bisa
diartikan sebagai bertindak, bergerak atau membuat seseorang bergerak. Sedangkan menurut kamus
Encarta Encyclopedia, kata motivasi diartikan sebagai rasa ketertarikan atau antusiasme yang membuat
seseorang tergerak dan selanjutnya mau melakukan sebuah tindakan. Jadi, motivasi pada dasarnya adalah
sebuah tindakan. Berdasarkan pengertian hartiah tersebut, selanjutnya yang dimaksud dengan motivasi
dalam konteks perilaku organisasi adalah “the psychological process that cause the arousal, direction, and
persistence of voluntary actions that are goal oriented"tergeraknya, terarahkannya dan terpeliharanya
secara terus-menerus tindakan-tindakan sukarela yang berorientasi pada satu tujuan tertentu).Sebuah
proses psikologis yang menyebabkan ng menyebabkan Sementara itu, luthan mengatakan bahwa motivasi
adalah sebuah proses yang dimulai dari tidak terpenuhinya (deficiency) kebutuhan fisiologis atau
psikologis yang memicu perilaku atau dorongan untuk menggapai tujuan atau memperoleh insentif
Motivasi merupakan salah satu topik dalam bidang studi perilaku organisasi yang banyak mendapat
perhatian. Penyebabnya karena motivasi terkait langsung dengan perilaku dan secara tidak langsung
dengan kinerja organisasi. Oleh karena itu, para teoritisi banyak mengembangkan teori motivasi untuk
membantu para manajer memotivasi para karyawannya agar mereka bekerja lebih baik dan lebih
produktif dan ujung-ujungnya tujuan organisasi bisa tercapai. Secara umum, ada 3 alasan mengapa
motivasi penting bagi manajemen. Pertama, memotivasi karyawan bukan sebuah pilihan, tetapi keharusan
bagi para manajer terutama karena kapabilitas karyawan pada umumnya hanya rata-rata sehingga perlu
dorongan agar mereka bekerja optimal. Kedua, memotivasi berarti melakukan perubahan, khususnya
perubahan perilaku. Artinya, para manajer harus melakukan berbagai macam upaya, rekayasa dan
intervensi agar perubahan tersebut menjadi kenyataan dan ketiga, barangkali yang terpenting, motivasi
sesungguhnya hanya sebatas upaya agar orang yang dimotivasi mau melakukan tindakan, namun apakah
orang tersebut mau melakukan sebuah tindakan, semuanya dikembalikan pada orang yang bersangkutan
karena hanya orang bersangkutan yang mampu mengontrol dirinya. Artinya memotivasi jauh lebih mudah
jika yang dimotivasi mau mencoba.
Menimbulkan Kebutuhan
Perilaku berorientasi
Tujuan
Gambar 4.2
Berdasarkan uraian di atas, bisa dikatakan bahwa teori kebutuhan mencoba menelaah
motivasi dari sisi kondisi internal seseorang, yakni memusatkan perhatiannya pada
faktor-faktor dalam diri individu yang menggerakkan, mengarahkan, mendukung,
dan/atau menghentikan perilaku. Jadi, teori ini mencoba menentukan kebutuhan khusus
yang memotivasi orang Itulah sebabnya, teori kebutuhan sering disebut sebagai teori
motivasi yang bersifat statis karena hanya mendasarkan diri pada satu atau beberapa
faktor yang terjadi saat itu dan hanya berorientasi pada masa kini atau bahkan masa lalu.
b. Teori Proses
Berbeda dengan teori kebutuhan yang menekankan arti penting kebutuhan sebagai
landasan berpijak bagi sescorang untuk bertindak dan berperilaku, teori proses yang
sering disebut juga teori kognitif (cognitive theory), merupakan teori motivasi yang
menyoroti proses terjadinya motivasi. Teori proses dengan demikian mencoba
menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu digerakkan, diarahkan, didukung,
dan dihentikan. Asumsi yang melandasi teori proses adalah motivasi tidak terjadi dalam
situasi statis, seperti diasumsikan pada teori kebutuhan, melainkan terjadi pada situasi
dinamis dan kompleks yang melibatkan berbagai macam faktor penyebab timbulnya
motivasi. Artinya, perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan orang
tersebut, tetapi juga oleh faktor lain diluar kebutuhan, misalnya persepsi tentang hasil
yang akan diperoleh jika melakukan suatu tindakan, tingkat keadilan terhadap imbalan
yang menjadi haknya, dan tingkat kesulitan pekerjaan yang akan dihadapi. Disamping itu,
teori proses juga beranggapan bahwa manusia merupakan sosok yang berpikiran rasional
dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Secara rasional manusia cenderung akan
memilih tindakan yang memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Itulah
sebabnya, teori proses disebut sebagai cognitive theory karena untuk mengambil
keputusan terhadap pilihan-pilihan tindakan dan perilaku rasional memerlukan informasi
yang berada di luar dirinya
Hormat Saya
Kirana Yudha Pratama