Anda di halaman 1dari 19

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK KLASIK


DAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK

A. Musik
1. Pengertian Musik klasik
Beberapa ahli bahasa memiliki penjelasan yang berbeda-beda
mengenai pengertian musik klasik. Musik klasik adalah musik yang
memiliki irama teratur dan nada-nada teratur, bukan nada-nada miring.
Para ahli musik berpendapat bahwa jenis musik klasik yang dapat
dipergunakan untuk pendidikan dan alat mempertajam kecerdasan
manusia adalah yang mempunyai keseimbangan 3 unsur:
-Melody
-Ritme
-Timbre( Tone colour) 1
Sebagian mengartikan musik klasik dengan kata yang sangat
sederhana yaitu bunyi-bunyian.2 Kemudian dari sebagian ahli bahasa lain
juga berpendapat bahwa musik klasik adalah komposisi lagu, nyanyian,
senandung, yang dalam bahasa Arab disebut ‫ ﻏﻨﺎﺀ‬atau musiqa.3

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti Musik adalah:


1. Ilmu atau seni menyusun nada suara dalam urutan, kombinasi, dan
hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang
mempunyai kesatuan dan keseimbangan).

1
Nur Rahadian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik Merangsang Tumbuhnya
Sel Otak, Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Perasaan Rileks, yang Akhirnya Memicu Fungsi
Berfikir Menjadi Maksimal (Bogor; KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 95.
2
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kamus Dwi Bahasa (Bahasa Inggris dan Bahasa
Malaysia), atau WJS Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1986), hlm. 664.
3
Atabiq Ali, Kamus Inggris Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003),
hlm. 832.

14
15

2. Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung


irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat
yang menghasilkan bunyi itu).4
Para ahli musik klasik juga memiliki perbedaan pendapat mengenai
pengertian musik klasik Pendapat pertama menyatakan bahwa musik
klasik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, unsur dasarnya
beberapa melodi, irama dan harmoni, dengan unsur pendukung berupa
bentuk gagasan, sifat dan warna bunyi. Namun dalam pengkajiannya
musik klasik sering terpadu dengan unsur-unsur lain, seperti bahasa, gerak
ataupun warna.5
Kemudian pendapat berikut merupakan pengertian Musik klasik
yang cukup luas dan cukup relevan untuk dijadikan acuan dalam penelitian
ini (tanpa mengabaikan pendapat tentang pengertian musik yang telah
disampaikan sebelumnya). Pengertian ini menyatakan bahwa musik
berasal dari bahsa Yunani “mousike”, yang memiliki beberapa arti yaitu;
6
a. Seni dan ilmu pengetahuan yang membahas secara meramu vokal
atau suara-suara alat musik klasik dalam berbagai lagu yang dapat
menyentuh perasaan.
b. Susunan dari suara atau nada
c. Pengertian ritme dengan suara yang indah
d. Kemampuan untuk merespon atau menikmati musik klasik
e. Sebuah grup permainan musk dan lain-lain.7

4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990,
cet.3), hlm. 602.
5
Iwan Buana, et.all., Buku Trapora (Training Paduan Suara) UIN Jakarta, (Jakarta:
Panitia Trapora UIN Jakarta, 2002), hlm. 71.
6
Seni memiliki pengertian yang beragam, antara lain: “ ketrampilan yang dicapai dalam
pengalaman yang memungkinkan untuk menyusun, menggunakan secara sistematis dan
Internasional sarana-sarana fisik agar memperoleh hasil yang diinginkan menurut prinsip-prinsip
estetis, entah ditangkap secara intuitif atau kognitif. “Lorend Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 987.
7
Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik, Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh Ahmad Al-
Ghozali, (Yogyakarta: Gema Media, 2003), Hlm. 17.
16

Kompleksitas musik klasik merangsang kompleksitas fakultas


otak, makin banyak fakultas otak makin beragam kemampuan manusia.8
Dengan musik klasik yang tepat maka denyut nada dan tekanan darah
menurun, gelombang otak melambat dan otot rileks. Tanpa musik klasik
denyut nadi dan tekanan darah akan meningkat, gelombang otak semakin
cepat dan otot-otot pun menegang.
Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik
sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelligent Quotient) dan EQ
(Emotional Quotients). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa
mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan
intelegensinya dikembangkan dengan anak yang jarang mendengarkan
musik.
Penelitian menunjukkan musik klasik yang mengandung komposisi
nada berfluktuasi antar nada tinggi dan nada rendah untuk merangsang
kuadran “C” pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak
anak-anak akan berkembang hingga 80% dengan musik.9 Para peneliti
menganggap bahwa kompleksitas musik klasikal yang memicu otak untuk
menyelesaikan masalah spasial secara lebih cepat. Oleh karena itu
mendengarkan musik klasik kemungkinan dapat memberikan dampak
yang berbeda pada otak dari pada mendengarkan jenis musik yang lain.10
Banyak orang berpendapat bahwa musik klasik dapat meningkatkan
kecerdasan, musik klasik menumbuhkan kreativitas anak, musik klasik
bersifat menyembuhkan, dan bersifat multi guna.11 Sudah lama para pakar
ilmu psikologi perkembangan meneliti dan berkeyakinan, mendengarkan
musik klasik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan kesehatan
mental. Penelitian Dr. Alfred Tomatis, Dokter dari Perancis menyebutkan,
musik klasik memberikan energi kepada otak dan membuatnya menjadi
lebih santai, eksperimen dan penelitian lainnya dilakukan Dorathy

8
Ibid., hlm. 36.
9
Nur Rahadian Sari, op. cit, hlm. 96.
10
Ibid., hlm. 24.
11
Monty P. Satiadarma, Terapi Musik, op. cit., hl. 162.
17

Retallack, seorang musisi profesional, tahun 1970 di temple Buell College,


Colorado terhadap tanaman, hasilnya tanaman labu yang disetelkan musik
klasik, tumbuh dengan baik ke arah radio dan batang-batangnya mulai
melingkari radio, sedangkan pohon labu yang diletakkan di ruang musik
Rock tumbuh menjauhi radio, seolah-olah dia berusaha menjauhinya.12
Siegel, (1999) mengatakan, bahwa musik klasik menghasilkan
gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbic
jaringan neuron otak. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu
memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial.
Gallahve, (1998) mengatakan, bahwa musik klasik dapat
menstimulasikan untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui
musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan
urutan (rangkaian) yang merupakan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
kecakapan dalam logika berfikir, matematika dan menyelesaikan
masalah.13 Secara umum beberapa jenis musik klasik dianggap memiliki
dampak yang relatif universal oleh sebagian besar orang musik-musik
tersebut. Memiliki kesan dan dampak psikofisik yang relatif sama, seperti
menimbulkan kesan relaks, santai, cenderung membuat detak nadi bersifat
konstan, memberikan dampak menenangkan, dan menurunkan stress.14
Dengan demikian untuk menciptakan sebuah musik klasik yang
sempurna dan sesuai dengan pengertian musik klasik sebagaimana di
jelaskan di atas, para ahli musik klasik berpendapat bahwa dalam
menciptakan musik klasik , di dalamnya harus terdapat beberapa unsur
pokok, dimana tanpa unsur-unsur pokok itu musik klasik tidak tercipta
secara sempurna.
Menurut IhwanAs-Safa, unsur yang harus terpenuhi dalam musik
klasik adalah suara yang mengandung lagu (lahn), nada (nagm), dan

12
Ade Sudaryat, Musik Klasik, Al-Qur’an dan Ketenangan Jiwa, http:// www. Depdiknas.
90.18/ Jurnal/30/ Musik Merupakan Stimulasi-terhadap. Htm
13
Ibid.hlm,3-4.
14
Monty P. Satiadarma, Monty P Satiadarma, Terapi Musik, Mengarahkan Perilaku
Positif, Mencegah dan Menyembuhkan Penyakit, Meningkatkan Kreatifitas dan Intelligentsia,
(Jakarta: Milinia Populer, 2002), hlm. 36.
18

cengkok (iqa’art). Al- Farabi juga memiliki pendapat bahwa unsur pokok
musik adalah lagu (al-alhan) yaitu kumpulan ritme yang disusun dengan
urutan dan ketentuan tertentu. Kedua pendapat ini (Ihwan as-Safa dan Al-
farabi) menunjukkan bahwa lagu dan ritme merupakan sumber utama
dalam musik.15
Pendapat yang lebih detail mengenai unsur pokok dalam musik
klasik dijelaskan oleh Joseph Maclish dengan menerangkan bahwa
terdapat lima unsur pokok dalam musik yaitu musical lime, musical space,
musical time, musical pace, dan musical color. Unsur pertama; musical
line adalah lagu, yaitu pergantian naa-nada yang didasarkan oleh akal
sebagai rohnya musik. Unsur kedua; musical space yaitu harmoni.
Menurut Phytagoras harmoni itu terletak pada nada-nada yang serasi
berbanding dengan panjang dawai dalam bentuk bilangan yang sederhana.
Unsur ketiga; musical timr, yaitu ritme yang terdiri dari ketentuan
perpindahan musik dalam waktu. Unsur keempat; musical pace, yaitu
tempo-tempo merupakan ketentuan kecepatan dalam sebuah musik,
kemudian unsur kelima; musical color, yaitu warna nada (timbre)16
Selama unsur-unsur pokok dalam musik yang disampaikan di atas
untuk mengetahui substansi musik, berikut akan dijelaskan pendapat
beberapa ahli musik mengenai asal musik.
Menurut Dr. Abdul Muhaya, secara garis besar terdapat dua
kelompok mazhab pemikiran. Pertama mazhab revalationisme; bahwa
musik berasal dari alam metafisika melalui tersibaknya tabir/ pewahyuan.
Teori ini merupakan perpanjangan dari teori Pythagoras yang menyatakan
bahwa filsafat adalah kebahagiaan yang sejati, sedangkan jalan
keselamatan dan pemurnian adalah musik klasik yang paling tinggi. Lebih
detail lagi Pythagoras menjelaskan bahwa suara-suara adalah aksiden
(‘arad) yang bertempat pada substansi melalui gerakan putaran ruang
angkasa yang menggerakkan planet-planet dan putaran ruang angkasa

15
Ibid., hlm. 28.
16
Ibid., hlm. 28-29.
19

yang menggerakkan planet dan bintang-bintang itu memiliki nada (ritme),


serta menghasilkan musik yang mengagumkan dan memuliakan Tuhan.17
Teori ini kemudian dikembangkan lagi oleh Ihwan As-Safa’
dengan pendapatnya bahwa musik klasik adalah bunyi yang dihasilkan
oleh gerakan jagat raya. Jagat raya ini tersusun dengan komposisi termulia
dan gerakan dengan komposisi yang mulia. Gerakan-gerakan itu
menghasilkan suara itu menghasilkan suara yang indah., harmonis,
terpadu, silih berganti dan enak didengar serta dapat membahagiakan jiwa
ahli langit, malaikat dan jiwa-jiwa yang bercahaya (an-nafs al-basith/
jiwa-jiwa yang substansinya lebih mulia dari pada substansi alam jagat
raya). 18
2. Pengaruh Musik klasik
Musik klasik sangat berpengaruh dalam kehidupan apalagi selain
dapat di dengarkan dan diselenggarakan ia juga dapat dipelajari
berdasarkan ilmu pengetahuan. Pythagoras, matematikawan Yunani, pada
aba-6 SM telah mengupas suatu gejala dalam musik klasik yakni, bila
seutas rentangan tahi nada alat musik diperpendek lima puluh persen akan
menyebabkan nada yang dihasilkan menjadi satu oktaf lebih tinggi. Hal itu
diketahui dari penelitian yang dilakukan dengan mendengarkan baik musik
klasik secara lengkap atau hanya irama. Ternyata denyut nadi kecepatan
pernafasan, tahanan listrik pada kulit dan pembuluh darah si pendengar
mengalami perubahan, bahkan terbukti bahwa denyut jantung akan
menyesuaikan diri dengan irama yang didengarnya, irama musik klasik
dengan kecepatan per detik hampir sama cepatnya dengan berbagai macam
irama alam. Irama tersebut sama cepatnya juga dengan denyut jantung
(rata-rata 0,8 detik). waktu 0,8 detik ini sama dengan waktu yang
dibutuhkan untuk berbagai proses sederhana dalam otak. Musik klasik apa

17
Ibid., hlm. 22-24.
18
Ibid.
20

saja baik berirama cepat atau lambat, keduanya memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manusia.19
Pengaruh musik klasik lembut terhadap perkembangan otak anak
memberikan pengaruh positif terhadap proses pematangan perkembangan
otak. Selanjutnya, proses pematangan itu akan memberikan dampak positif
bagi fungsi kerja otak dalam mengkoordinasikan fungsi motorik anak, para
peneliti menjelaskan bahwa musik-musik klasik buaian bagi anak berperan
membantu proses perkembangan bagian otak yang dikenal sebagai,
Frontal lobe (otak depan) yang meliputi sepertiga bagian otak, adanya
kaitan langsung mempengaruhi fungsi-fungsi fisik individu karena
koordinasi fisik banyak dipengaruhi oleh otak. Lingkungan memiliki peran
penting bagi anak untuk belajar memusatkan perhatian dalam melakukan
aktivitas mereka, dan pendidikan musik klasik memberi kesempatan pada
anak-anak untuk belajar memusatkan perhatian, latihan musik
meningkatkan kemampuan verbal karena latihan bermain musik klasik
mempengaruhi fungsi ingatan dan proses mengingat secara sistematis
akibat adanya modifikasi neuroonatomis pada belahan otak sebelah kiri
(left temporal lobe), anak yang diberi pelatihan musik cenderung memiliki
kekayaan ingatan verbal yang lebih baik dari pada yang tidak memperoleh
pelatihan. Interaksi verbal secara ritmis (kata berirama) antara ibu dan
anak mempengaruhi perkembangan kemampuan belajar anak.20
Di beberapa sekolah anak diminta menggunakan ragam sumber
bunyi dan mengkombinasikan satu sama lain sehingga membentuk
komposisi musik klasik tertentu, cara ini merangsang anak
mengembangkan berbagai hal, seperti pengetahuan tentang bunyi .
pemahaman irama, dan impresi musical. Impresi musical bertujuan untuk
melatih kepekaan terhadap alam dan lingkungan.
Musik klasik dapat digunakan untuk membantu anak merasakan
ketenangan tidur. Musik klasik seperti itu merupakan perpaduan
19
Djohan, Psikologi Musik,(Yogyakarta: Buku baik,2oo5), hlm. 135-136.
20
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, (Jakarta:
Puspa Swara, 2004), hlm. 31.
21

komposisi musik dengan denyut jantung, fasilitas musik klasik di rumah


memberikan kesempatan kepada anggota keluarga dan memberi
kesempatan pada anggota keluarga untuk menikmati kebersamaan dalam
suasana musical. Suasana menyenangkan di dalam kehidupan keluarga
cenderung membantu para anggotanya untuk mereduksi ketegangan yang
mereka alami dalam, kehidupan sehari-hari. Artinya suasana musikal
tersebut memungkinkan anggota keluarga untuk mengurangi beban stress
yang dialami.
Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan di dalam suasana keluarga
yang harmoni dengar nuansa musik klasik, cenderung menjadi pribadi
yang lebih menyenangkan. Hal ini disebabkan karena musik klasik
membentuk ikatan emosional dan menghasilkan daya ingatan efektif
(affective memory).21 Musik klasik merupakan salah satu bentuk induksi
bunyi atau suara, telah dipaparkan bahwa musik klasik mempengaruhi
baik pikiran, perasaan, maupun perilaku seseorang.22 Banyak orang telah
memahami bahwa keselarasan perkembangan harus disiasati sejak
individu masih dalam usia yang sangat musa, bahkan sejak usia dini.
Pengalaman masa kecil memberi pengaruh penting bagi perkembangan
seseorang dimasa-masa selanjutnya. Anak-anak adalah mahkluk yang
amat sensitif terhadap berbagai rangsangan lingkungan. Mereka mudah
cidera dan mereka mudah pula menyerap rangsangan lingkungan, musik
klasik memiliki potensi induksi besar bagi perilaku anak. Anak-anak
senang mengikuti gerak tari tertentu jika mereka mendengar musik klasik.
Anak-anak juga belajar mengikuti irama melalui stimulus tepukan tangan
orang tua. Semenjak usia pra sekolah mereka pun menyanyi, menari,
mengikuti gerak para penyanyi cilik. Aspek visual memang berperan
besar, anak-anak meniru gerak orang lain melalui proses modeling, namun

21
Ibid., hlm. 32-33.
22
Monty P Satiadarma, op. cit., hlm. 133-134.
22

mereka juga bergerak mengikuti irama tentang yang dengan mudah


mereka resapi setelah mendengar cukup satu atau dua kali.23
Montello dan Coons (1998) melakukan penelitian terhadap
sejumlah anak berusia 11-14 tahun di kota New York, anak-anak ini
mengalami gangguan emosional. Mereka cepat sekali merasa tersinggung,
marah, dan melakukan tindakan agresif. Setelah mereka mengikuti
program terapi musik klasik , mereka mengalami perubahan kendali emosi
yang bermakna (significant). Mereka menjadi lebih mampu
mengendalikan diri, tidak cepat merasa tersinggung, tidak cepat marah,
dan agresivitas mereka jauh berkurang. Perubahan emosi ini selanjutnya
mempengaruhi proses belajar mereka, sehingga mereka mampu belajar
dengan lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa musik mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk mengendalikan, disamping itu para subyek
pun menjadi lebih toleran terhadap kondisi yang mereka hadapi.24
Sementara itu, banyak anggota masyarakat yang beranggapan bahwa
musik mampu meningkatkan inteligensia seseorang. Akan tetapi hal ini
belum tentu benar jika yang dimaksud adalah inteligensia verbal/ linguistic
dan intelligensi logika- matematika, yang mungkin terjadi adalah dengan
berkembangnya sensitivitas musik klasik, individu menjadi lebih peka
terhadap irama termasuk irama emosionalnya, sehingga ia menjadi lebih
mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Dengan meningkatnya
kendali emosi, ia akan lebih mampu mengatur ritme kehidupan, sehingga
ia lebih mampu mengatur waktu belajar, bekerja dan beristirahat.25
Musik klasik dapat memberi pengaruh positif pada kecerdasan
anak, tidak hanya berfikir saja, namun juga kecerdasan emosi. Dalam hal
ini, orang tua harus lebih cermat memilih jenis musik klasik serta
memastikan dampak positif seperti apakah yang diberikan musik klasik
tersebut dalam menstimulasi otak si kecil.26 Para bayi dan anak-anak yang

23
Ibid., hlm. 139-141.
24
Ibid., hlm. 155.
25
Ibid., hlm. 100-101
26
Nur Rahadian Sari, op. cit., hlm. 95.
23

masih kecil secara alamiah akan menanggapi ritme dan melody baik ketika
mereka tengah meringkuk diperlukan, mereka akan ikut bernyanyi dan
bergerak seiring irama. Musik klasik adalah pengatur yang baik yang
membentuk tubuh dan pikiran untuk saling bekerja sama. Musik klasik
memberi:
1. Pengulangan yang menguatkan pembelajaran
2. Ketukan yang berirama yang membantu koordinasi
3. Pola yang membimbing guna mengantisipasi apa yang akan terjadi
berikutnya.
4. Kata-kata yang menyusun bahasa dan kemampuan membaca
5. Melody yang menarik hati dan perhatian dengan kegembiraan.
Pada umumnya anak-anak akan menganggap musik klasik
untuk mengeksploirasi dan mempelajari sesuatu. Musik klasik menyajikan
berbagai peluang untuk menggunakan bahasa, menggerakkan otot,
mendorong kreatifitas, membangun persahabatan, berbagi
mengungkapkan sesuatu, dan bermain. Anak-anak kecil senang berlaku
aneh dan musik klasik adalah cara yang sempurna untuk berlaku demikian.
Musik klasik adalah bagian yang istimewa dari kegiatan rutin anak-anak
kecil setiap harinya. Sebuah lagu yang isinya ucapan selamat pagi akan
dapat membantu anak untuk bersemangat memulai harinya, dan lagu-lagu
pun dapat mengantarkan yang baik untuk beralih aktifitas/ tempat.27

3. Jenis Musik Yang mempengaruhi Kecerdasan


Pada saat ini beragam jenis musik dan tumbuh seiring dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi, namun dari berangan jenis musik
yang ada baru sebagian uang bisa dimanfaatkan untuk merangsang
kecerdasan. Berikut jenis musik yang biasa dimanfaatkan untuk
merangsang kecerdasan

27
Ibid., hlm. 90-93.
24

a. Musik Klasik
Musik klasik yaitu musik yang memiliki irama yang teratur dan
nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Musik klasik juga
mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada
rendah yang akan merangsang kuadran “C” pada otak.28 Musik klasik juga
merangsang kompleksitas fakultas otak, makin banyak fakultas otak makin
beragam kemampuan manusia.29 Namun, tidak semua musik klasik
memberi dampak positif pada setiap orang. Oleh karena itu, masyarakat
hendaknya waspada akan keterbatasan musik dalam memberikan dampak
khusus pada individu tertentu. Secara umum, beberapa jenis musik klasik
dianggap memiliki yang relatif universal oleh sebagian besar orang.
Musik-musik tersebut memiliki kesan dan dampak psiko-fisik yang relatif
sama, seperti menimbulkan kesan releks, santai cenderung membuat detak
nadi bersifat konstan, memberi dampak menenangkan dan menurunkan
stres, oleh karena itu, perlu pertimbangan rentan waktu tampilan musik,
taraf usia perkembangan dan latar belakang budaya yang ada. Selain itu,
disertai pula dengan aktifitas motorik yang sesuai dan asosiasikan dengan
kasih sayang dan estetika.30

b. Musik Barok
Musik-musik periode barok (seperti karya Back, Handel, dan
Pachebel) dianggap sebagai soothing music/ music yang “membela”
menimbulkan rasa tenang, dan nyaman. Musik periode ini diciptakan
untuk melukiskan kebesaran semesta alam sehingga hasil komposisinya
menggambarkan nuansa keindahan karya ciptaan ilahi yang penuh dengan
keseimbangan. Musik barok membangkitkan suasana positif, seperti dalam
kegiatan bermain yang menggunakan musik-musik jenis ini cenderung

28
Nur Rahadian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik Merangsang Tumbuhnya
Sel Otak, Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Perasaan Rileks, yang Akhirnya Memicu Fungsi
Berfikir Menjadi Maksimal (Bogor; KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 96.
29
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, (Jakarta:
Puspa Swara, 2004), hlm. 36
30
Ibid.
25

mendorong anak untuk berani mengeksplorasi dalam suasana yang


menggembirakan pada hakikatnya musik ini membangkitkan aktivitas
kesenimanan di dalam diri anak (the artist within) jadi dengan
memperdengarkan musik ini kemampuan kreatif anak juga dibangkitkan
karena dapat mengembangkan daya imajinasi seseorang.31 Menurut para
kompuser ini musik ini menggunakan ketukan yang sangat khas dan pola-
pola yang secara otomatis menyingkronkan tubuh dan pikiran kita,
misalnya kebanyakan musk borok ini mempunyai tempo enam puluh
ketukan permenit yang sama dengan detak jantung rata-rata dalam keadaan
normal.32

c. Nature Sounds Music


Musik nature sounds bukan bagian dari musik klasik nature sound
musik justru merupakan temuan baru akibat modernisasi teknologi
rekaman suara. Nature sounds musik merupakan bentuk integratif musik
klasik dengan suara-suara alam, seperti komposisi musik barok disertai
dengan latar belakang suara ombak lautan/ gemersik pepohonan
Jenis nature sounds musik ini cenderung lebih mendekatkan
pendengar dengan suara ala, imajinasi pendengar yang bersifat associative
kini diperkuat lagi dengan rekaman suara alam sehingga imajinasi akan
semakin kuat. Bagi anak, bunyi suara alam ini, tidak sekedar
membangkitkan asosiasi tertentu, tetapi merupakan stimulus tertentu
sebagai sarana belajar, stimulus suara alam bisa menjadi novel stimuli
(stimulus baru) bagi anak. Oleh karena itu iringan musik ini dalam suasana
yang tenang ketika nak sedang belajar, sangat membantu memperkuat
imajinasi dan Asosiasinya.33

31
Ibid,, hlm. 37.
32
Debbi Deporter dan Mike Henacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), hlm. 72.
33
Monty P. Satiadarma, Cerdas dengan Musik, op. cit., hl. 37-38.
26

d. Ayat-Ayat Suci
Pembacaan doa dan ayat-ayat suci banyak dilakukan secara
musikal. Kebiasaan ini tidak hanya ditemui pada budaya Timur Tengah,
tetapi juga pada budaya lain. Tradisi membaca ayat suci al-Qur’an yang
dikembangkan oleh masyarakat Arab merupakan bukti lain pentingnya
nuansa musical bagi masyarakat untuk lebih meresapi pesan ilahi tentang
kehidupan. Melalui lantunan bacaan sejak masa kecil, anak lebih mampu
merasakan dan meresapi pesan yang terkandung dalam kitab suci.
Musik memiliki peran besar dan beragam guna menciptakan
suasana tentram dalam proses pertumbuhan anak dan dalam proses
perkembangan fungsi kognitif. Fungsi ingatan, perkembangan bahasa,
perkembangan daya fantasi, kreatifitas, dan ragam fungsi nalar akan
mengalami proses perkembangan yang lebih baik jika disertai dengan
aktifitas musical. Jadi, melalui pendidikan serta pembinaan musik klasik
dan aktifitas musical, pertumbuhan nalar anak dapat diarahkan secara lebih
optimal. Dengan mengikutsertakan musik klasik dalam kegiatan anak,
fungsi nalar anak akan bekerja secara lebih aktif, dan kondisi ini akan
membuka peluang lebih besar bagi anak menumbuhkan intelegensinya
secara lebih baik. Mendengarkan musik klasik dengan hand phone sangat
baik karena sekaligus juga membendung gangguan suara lain dari luar,
namun, jika kesempatan tersebut tidak tersedia maka sebaiknya
mendengarkan musik klasik lembut dalam suasana hening. 34

B. Kemampuan Membaca pada Anak


1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan, maka wajar jika
pengembangan ketrampilan membaca memerlukan perhatian, terutama
dikalangan pendidik.35

34
Ibid., hlm. 38-39.
35
Sugirin, Hakekat Membaca dan Implikasinya Bagi Pengajaran, (Bandung: Kaifa,
1973), hlm. 1.
27

Dalam kamus besar bahasa indonesia membaca adalah:


1. Melihat serta memahami isi dariapa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati)
2. Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis
3. Membaca sambil mempelajari makna kata-kata dari bahan bacaan36
Pendapat awam menganggap membaca adalah mencocokkan
bunyi dengan huruf. Definisi ini nampaknya ringkas dan jelas namun
itu hanya mekanisme dasar membaca. Definisi lain yang lebih lengkap
adalah melihat dan memahami tulisan, dengan melisankan atau hanya
dalam hati. Definisi ini mencakup tiga unsur dalam kegiatan membaca
yaitu pembaca (yang melihat, memahami, dan melisankan dalam hati),
bacaan (yang dilihat), dan pemahaman (oleh pembaca).37
Dilihat dari segi pemahaman, membaca adalah menggali
informasi dari teks. Ini berarti bahwa membaca melibatkan dua hal,
yaitu teks yang berimplikasi adanya penulis, pembaca yang
berimplikasi adanya pemahaman. Secara umum dapat dikatakan bahwa
penulis berperan sebagai pengirim sedangkan pembaca berperan
sebagai penerima.38
Membaca berarti adanya aktifitas menangkap simbul-simbul
berupa serangkaian huruf atau gambar. Membaca juga berarti proses
mengaitkan suatu benda dengan lambang atau simbol yang dinyatakan
sebagai huruf-huruf. Walaupun membaca diartikan demikian tetapi
secara khusus membaca diartikan dengan mengerti tulisan. Sekarang,
bagaimana menjadikan anak gemar membaca? Untuk menjadikan anak
gemar membaca, salah satu hal terpenting yang harus dilakukan adalah

36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), hlm. 22.
37
Hidayat, Rahayu Surtiyati, Pengetesan Membaca Secara Komunikatif, (Jakarta:
Perpustakaan Nasional, (Katalog dalam Terbitan), 1990), hlm. 27.
38
Ibid., hlm. 29.
28

memberikan kemampuan membaca pada anak dengan cara yang


menyenangkan.39
Aktifitas membaca sebagai suatu prose yang kompleks karena
melinbatkan proses-proses yang bersifat fisik maupun psikis. Ketika
membaca seseorang harus mengaktifkan kembali komponen-
komponen psikis seperti perhatian, kemampuan asosiasi, kemampuan
mengingat dan menyerap semua bahan bacaan. Bahkan kadang-kadang
individu juga melakukan proses internalisasi terhadap bahan bacaan
tersebut.
Dalam pengertian yang lain membaca sama halnya berfikir
melibatkan proses pembelajaran, refleksi, penilaian, analitik, sintesis,
pemecahan masalah, seleksi, pengambilan keputusan, organisasi,
perbandingan, penentuan hubungan dan evaluasi kritis terhadap
evaluasi isi bacaan. Membaca juga melibatkan perhatian, asosiasi,
abstraksi generalisasi dan konsentrasi.40.

2. Faktor-Faktor dalam Kemampuan Membaca Pada Anak


Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit
untuk dipahami banyak teori dan model disusun oleh para ahli dari
berbagai sudut pandang diantaranya, dari sudut pandangan psikologi
perkembangan, psikologi kognitif, teori information processing,
psycho-linguistic dan linguistic, secara umum model membaca dibagi
dalam tiga kategori, bottom-up model, top down model dan interactive.
Dalam model bottom-up, proses membaca didefinisikan
sebagai proses translation decoding dan recoding. Membaca dimulai
dengan huruf atau unit yang lebih besar dan ketika pembaca selesai
mempersepsi huruf atau kata maka ia segera mengira-ngira kata yang
diejanya. Setelah kata teridentifikasi pembaca akan melakukan
recoding (mengurai simbol huruf) ke dalam bahasa percakapan. Di sini
39
Firmanawaty Sutan, 3 Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak Membaca,
Membesarkan Buah Hati dengan Buku, (Jakarta: Puspa Suara, 2004), hlm. 5.
40
Z. Kasijan, Psikologi Pendidikan 2, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hlm. 93.
29

pembaca akan mengetahui maka kata dengan cara yang sama


sebagaimana jika mendengar suatu kata disebutkan. Pemahaman
bacaan diyakini merupakan hail otomatis dari rekonigsi kata yang
akurat. Para ahli berpendapat membaca secara esensial berarti
trasnslasi simbol tertulis ke dalam bahasa oral. Para ahli tersebut
diyakini bahwa bahasa tertulis mengikuti bahasa oral dan bahwa
mempelajari apa yang tersirat dari simbol tercetak adalah satu-satunya
aktivitas dalam proses membaca. Segera setelah kode terpecahkan
semua orang yang melakukan proses membaca memerlukan sesuatu
untuk memahami materi yaitu ketrampilan bahasa oral yang telah
dicapai sebelumnya.
Dalam model top-down kemampuan kognisi dan kempetensi
dari pembaca memegang peranan kunci dalam konstruksi makna
materi tercetak. Menurut K. Goodman membaca merupakan interaksi
anatara pikiran dan bahasa yang digambarkan sebagai
“psycholinguistic guessing game”. Artinya, proses membaca meliputi
proses yang melibatkan penggunaan tanda-tanda bahasa yang telah
tersedia dalam kognisi pembaca yang diseleksi proses perceptual
sebagai dasar pembaca memprediksi materi yang dibacanya. Ketika
informasi diproses, pengambilan keputusan secara tentatif mengenai
makna dikonfirmasikan, di tolak, diperbaiki selama proses membaca.
Tidak seperti dalam model bottom-up, dalam model top-down
informasi grafik hanya digunakan untuk mendukung atau menolak
hipotesis mengenai makna kata. Kata tidak muncul dari area visual
pembaca tanpa individu mencocokkan dengan tanda-tanda semantic
dan sintatik yang telah diketahui pembaca.41
Jadi Membaca adalah interpretasi yang bermakna terhadap
simbol verbal yang tertulis. Membaca merupakan hasil dari interaksi

41
Sugirin, op. cit., hlm. 3-4.
30

antara persepsi terhadap simbol bahasa dengan ketrampilan dan


pengetahuan pembacanya.
Kebanyakan anak yang sedang belajar membaca, pengucapan
menjadi mediator antara persepsi visual dan makna. Maksudnya, anak
harus mengucapkan kata secara oral dalam rangka menghasilkan
(retrieve) makna kata. Setelah anak terampil membaca, penggunaan
pengucapan sebagai mediator berkurang. Anak akan mampu
memahami bacaan dengan membaca dalam hati. Tanpa rekognisi kata,
makna tidak dapat dipahami anak dan sebaliknya pemahaman terhadap
makna mengfasilitasi identifikasi kata.
Belajar membaca meliputi pemrosesan secara simultan
terhadap ide-ide yang disajikan secara tertulis, interpretasi terhadap
pola kalimat yang mengekspresikan ide-ide tersebut dari rekognisi
kata-kata dalam kalimat tersebut. Hal ini merupakan tugas-tugas
kognitif yang tinggi dan kompleks. Kemampuan yang dibutuhkan
dalam membaca adalah inteligensi, fasilitas bahasa, kemampuan
visual, kemampuan auditoris, faktor-faktor fisik, faktor-faktor emosi
dan pengaruh lingkungan.
Dari sudut pandang proses kognitif, anak yang terampil
membaca berbeda dengan anak yang kurang trampil membaca dalam
inteligensi, kapasitas working memory (memori jangka pendeknya),
kemampuan perceptual, rule induction dan metakognisi. Artinya,
mereka berbeda dalam ketrampilan reading-specific processes seperti;
rekognisi kata telah terjadi secara otomatis maka anak dapat
memfokuskan perhatiannya pada pemrosesan kalimat yang
memerlukan proses kognitif yang lebih tinggi. Kecepatan alam
rekognisi kata dan suku kata juga penting, karena anak harus mampu
segera mengolah informasi yang diterima dalam memori jangka
31

pendek sebelum stimulus tersebut hilang dari ingatan jangka


pendeknya.42
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi membaca pada anak
adalah faktor afeksi. Athey, menyebutkan faktor afektif tersebut
adalah: konsep diri, otonomi diri, environmental mastery, persepsi
terhadap realitas, dan ada atau tidaknya kecemasan. Konsep ini yang
positif meliputi kepercayaan diri, menyukai diri sendiri, menghargai
orang lain. Anak yang gagal dengan tugas-tugas sekolah berulang kali
akan tumbuh perasaan tidak mampu. Jika pendidik tidak mensikapi
tugas-tugas sekolah.
otonomi diri adalah faktor afektif lain yang berhubungan
dengan prestasi membaca. Otonomi diri artinya kemandirian dalam
berfikir dan bertindak. Anak yang mandiri cenderung a) mampu
menyelesaikan tugas yang mereka pahami tanpa banyak bertanya pada
guru, b) mampu mengikuti pengarahan pendidik yang berangkaian, c)
mampu merencanakan tanpa menunggu diberi petunjuk terlebih
dahulu. Riset juga telah menunjukkan bahwa anak yang kemampuan
membacanya baik lebih mandiri dibandingkan anak yang kurang
mampu membaca.
Environmental mastery adalah faktor afektif ketiga. Jika anak
dapat mengatasi lingkungan dengan baik maka ia akan puas terhadap
dirinya sendiri. Kepuasan ini akan mempengaruhi dan mempengaruhi
faktor afektif lainnya. Faktor afektif lain dalam prestasi membaca
adalah persepsi terhadap realitas. Anak dikatakan mempersepsi realitas
dengan akurat jika ia dapat melihat diri sendiri sebagai individu dan
sebagai bagian dari lingkungan. Sejumlah penelitian membuktikan
bahwa anak yang kurang mampu membaca kurang realistik dalam
mengestimasi kemampuan sendiri dibandingkan anak yang trampil
membaca 43

42
Ibid.
43
Sugirin, op. cit., hlm. 5.
32

Dengan demikian kemampuan membaca anak sangat


dibutuhkan dengan adanya pengaruh musik klasik yang mengiringinya.
karena belajar dengan hanya menggunakan otak kiri saja anak akan
cepat merasa jenuh dan mengantuk. Tapi jika anak belajar dengan
diimbangi otak kanan, anak akan merasa nyaman dan tenang.
Penelitian membuktikan bahwa musik terutama musik klasik sangat
mempengaruhi perkembangan IQ (intelligent Quotient) dan EQ
(emotional Quotient). Seorang anak kecil yang sejak kecil terbiasa
mendengarkan musik klasik dia akan lebih berkembang kecerdasan
emosionalnya dan intelegensinya dibanding dengan anak yang jarang
mendengarkan musik klasik .44

44
Nur Rahadian Sari, op. cit., hlm. 45-46.

Anda mungkin juga menyukai