Anda di halaman 1dari 22

PERUBAHAN POLA INDIVIDU DALAM MASYARAKAT ERA

NEW NORMAL PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM

Galih Tadhakara Yekti

(HMI Cabang Yogyakarta)

(e-mail: galih.tadhakara@gmail.com)

ABSTRAK

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan sosial yang terjadi begitu cepat

membuat masyarakat mengubah perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan alasan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah memberikan

informasi atau mengidentifikasi polda individu dan dampak yang terjadi di era

new normal yang diakibatkan adanya pandemi Covid-19, menganalisis

menggunakan perspektif sosiologi, yaitu melalui teori solidaritas sosial yang

dikemukakan oleh Emile Durkheim. Perubahan pola individu masyarakat di era

new normal adalah masalah sosial yang sedang hangat diperbincangkan.

Durkheim telah lama memberikan penjelasannya mengenai perilaku perubahan

sosial di masyarakat dengan berbagai pemikirannya yang cenderung ortodoks.

Kata kunci: Perubahan Sosial, New Normal, Emile Durkheim.


PENDAHULUAN

Wabah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) tidak dapat dipungkiri

menyebabkan adanya konstruksi sosial yang baru di masyarakat. Wabah ini secara

drastis telah membawa hal baik maupun buruk dalam tatanan sosial kehidupan.

Covid-19 yang tidak kunjung selesai menyebabkan pemerintah harus berusaha

untuk membuat suatu perubahan sistem yang memaksa kita dapat hidup

berdampingan dengan Covid-19 ini demi menjalankan roda kehidupan bernegara,

yaitu dengan membuat tatanan hidup normal baru (new normal). Tatanan

kehidupan new normal diselenggarakan dengan memperhatikan protokol

kesehatan yang ketat (menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan

air dan menjaga jarak) yang harapannya kehidupan masyarakat maupun bernegara

dapat pelan-pelan menuju ke normal.

Ditinjau dari segi sosiologis, pandemi Covid 19 berdampak pada perubahan

sosial yang tidak terprediksi sebelumnya dan dapat terjadi kapan saja yang

kehadirannya tidak diharapkan oleh berbagai elemen masyarakat (Soekanto dan

Sulistyowati, 2012). Dampak yang terjadi di masyarakat sendiri akibat adanya

pandemi Covid 19 ini menyebabkan terjadinya kekacauan sosial di berbagai aspek

kehidupan bermasyarakat. Namun, sudah seharusnya masyarakat dapat mengatasi

keadaan yang tidak diinginkan ini. Sebab, masyarakat merupakan makhluk yang

bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Masyarakat akan selalu

berubah mengikuti dengan keadaan yang berubah-ubah (Sztompka, 2014).


Perubahan sistem kehidupan masyarakat era new normal dengan cara stay at

home, work from home dan pembelajaran secara daring dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi dan media sosial sangat berpengaruh terhadap interaksi sosial

di masyarakat, baik orang dewasa maupun pelajar.

Perubahan sosial yang tampak era new normal ini salah satunya adalah

perilaku individualistik yang semakin tumbuh di dalam diri seseorang. Hal

tersebut salah satunya disebabkan oleh pemanfaatan teknonologi yang masif di era

new normal untuk menjalani kehidupan masyarakat membuat mereka lebih asyik

dengan gawainya masing-masing ketimbang berinteraksi dengan orang lain.

Berangkat dari beberapa permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menulis

isu terkait perubahan perilaku masyarakat era new normal. Penulis ingin

menganalisis bagaimanakah perubahan perilaku sosial budaya masyarakat yang

terjadi akibat pandemi Covid 19 di era new normal. Tujuan penulisan karya

ilmiah ini adalah (1) mengidentifikasi pola individu dan dampak yang terjadi di

masyarakat dalam menghadapi Pandemi Covid 19 era new normal, (2)

menganalisis perubahan sosial masyarakat menurut perspektif sosiologi melalui

teori solidaritas sosial Emile Durkheim di era new normal.

LITERATUR REVIEW

Jurnal yang ditulis oleh Tasrif dengan judul Dampak Covid 19 Terhadap

Perubahan Struktur Sosial Budaya dan Ekonomi. Dalam jurnal tersebut

dipaparkan terkait perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat secara

umum sejak adanya pandemi Covid 19 menggunakan beberapa teori sosial budaya
dan ekonomi dari para ahli. Jurnal ini membahas perubahan sosial budaya secara

umum sejak awal pandemi Covid 19 hingga saat ini, bukan secara spesifik

membahas pada era New Normal. Perbedaan dari jurnal yang dibuat oleh penulis

ini, adalah hal yang dibahas terkait perubahan sosial budaya lebih spesifik pada

perilaku individualistik masyarakat era New Normal dengan menggunakan teori

sosial dari Emile Durkheim.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang mana

menggambarkan atau menjelaskan gejala fenomena yang diteliti dengan tepat dan

jelas mengenai isu perubahan sosial budaya masyarakat perspektif Emile

Durkheim di era New Normal. Metode deskriptif digunakan agar dapat

memberikan data secara rinci dan jelas tentang keadaan atau gejala-gejala lainnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

fenomenologi, yaitu pendekatan yang bertujuan sebagai penjelas atau pengungkap

makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang

terjadi pada beberapa individu maupun kelompok (Sugiyono, 2013). Teknik

pengumpulan data yang digunakan penullis dalam membuat penelitian ini adalah

studi pustaka dari berbagai referensi baik buku, jurnal dan karya ilmiah lainnya

serta informasi dari berbagai media massa yang kredibel demi mendapatkan

informasi mengenai perubahan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah

pandemi Covid 19.


PEMBAHASAN

Perubahan Sosial Masyarakat Pasca Pendemi Covid 19

Adanya pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) memaksa semua

elemen masyarakat dan pemerintah dapat beradaptasi dengan perubahan tatanan

sosial. Berbagai permasalahan yang timbul akibat Covid 19 berpotensi membuat

transformasi sosial di masyarakat. Akibat dari wabah ini merubah perilaku dan

wajah kehidupan bermasyarakat secara drastis sejak akhir 2019 dimana pertama

kali virus Corona terdeteksi. Bahkan, sampai dengan sekarang pandemi Covid 19

belum menunjukkan titik akhirnya. Karena hal tersebut, mau tidak mau kehidupan

bermasyarakat dipaksa untuk berdampingan dengan pandemi Covid 19 ini yang

menggunakan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, mencuci

tangan dengan sabun, dan physical distancing (menjaga jarak antar individu).

Permasalahan terkait perubahan tatanan sosial bermasyarakat akibat pandemi ini

dalam sekejap telah merubah hampir secara keseluruhan kehidupan bermasyarakat

yang sebelumnya sudah dilakukan oleh masyarakat secara terstruktur. Hal tersebut

bukanlah masalah yang sepele karena mengakibatkan dampak yang sangat besar,

khususnya terhadap individu.

Dampak dari pandemi Covid 19 juga berhubungan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan tekonologi. Konsep kehidupan berdampingan dengan

pandemi Covid 19 yang dikenal dengan kehidupan normal baru (new normal)

telah merubah gaya hidup masyarakat. Kebiasaan physical distancing contohnya


yang diterapkan pada new normal merubah kebiasaan masyarakat dari yang

biasanya melakukan aktivitas tanpa adanya jarak antar individu membuat mereka

harus menjaga jarak antara satu orang dengan yang lainnya demi meminimalisir

persebaran Covid 19. Bahkan, untuk lebih menyukseskan program tersebut,

hampir semua kegiatan telah dilakukan secara tatap muka melalui jaringan

internet atau biasa dikenal dengan virtual. Perubahan sistem dari luar jaringan

(luring) menjadi dalam jaringan (daring) memang berdampak baik akan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling berbondong-bondong membuat

inovasi demi mendukung new normal menggunakan sistem virtual. Namun, hal

tersebut juga memiliki dampak buruk salah satunya peningkatan penggunaan

gadget pada masyarakat yang bisa merubah sifat dari masyarakat menjadi lebih

individualistik. Peningkatan penggunaan gadget dan internet dapat kita lihat

berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, pengguna

smatrtphone mencapai 167 juta orang atau 89% dari total penduduk Indonesia.

Hal yang cukup menghawatirkan adalah data dari Badan Pusat Statistik (BPS),

yakni diketahui sebanyak 29% anak usia dini di Indonesia menggunakan telepon

seluler dalam tiga bulan terakhir.  

Tidak bisa dipungkiri, new normal sangat mempengaruhi bukan hanya pada

sektor ekonomi, namun juga sektor perubahan sosial budaya baik secara langsung

maupun tidak langsung. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat bisa kita lihat

dari berubahnya pola perilaku dan proses interaksi sosial masyarakat.

Sederhananya, masyarakat dipaksa untuk melanjutkan kehidupan secara normal,

namun dengan kebiasaan baru menggunakan protokol kesehatan yang sangat


ketat. Selain itu, pandemi Covid 19 di era new normal ini mengharuskan

masyarakat adaptif dengan segala perubahan tatanan sosial dan hidup

bermasyarakat yang bukan tidak mungkin konsep kehidupan normal baru ini akan

terus dipakai hingga menjadi budaya baru di kehidupan masyarakat.

Penggunaan teknologi menyebabkan peningkatan penggunaan gadget secara

drastis di semua sektor kehidupan masyarakat. Hal tersebut membuat peningkatan

penggunaan gadget di masyarakat. Tercatat menurut data dari Kementerian

Komunikasi dan Informatika, pengguna smatrtphone mencapai 167 juta orang

atau 89% dari total penduduk Indonesia. Penggunaan teknologi untuk melakukan

kegiatan masyarakat memang dapat membantu. Masyarakat dapat mengakses

smartphone dan laptop untuk kebutuhan, baik pekerjaan, pendidikan, maupun

hanya mengakses sosial media. Bahkan masyarakat dapat berkomunikasi jarak

jauh tanpa perlu tatap muka secara langsung, mereka hanya perlu mengakses

internet maupun aplikasi komunikasi digital secara gratis melalui laptop atau

smartphone.

Namun, dibalik efek positif dari penggunaan teknologi di era new normal ini,

banyak penyalahgunaan teknologi yang digunakan oleh masyarakat. Penggunaan

teknologi berkepanjangan justru malah dapat menjadi alat penghambat kehidupan

sehari-hari jika digunakan tidak sesuai dengan fungsinya. Dampak dari

penggunaan smartphone ataupun laptop yang tidak sesuai dapat mengubah

perilaku masyarakat dalam kesehariannya. Mereka akan cenderung memakai

gadget secara terus-menerus dan berakibat pada ketergantungan terhadap gadget

itu sendiri, sehingga penggunaan gadget akan menjadi kegiatan rutin yang
dilakukan masyarakat yang akibatnya dapat mempengaruhi perilaku emosi dan

perilaku sosial maupun pengguna smartphone ini akan lebih memilih untuk

berinteraksi dengan smartphone nya daripada berinteraksi dengan orang lain dan

cenderung tidak peduli dengan kondisi masyarakat sekitarnya. Hal tersebut

berakibat pada perubahan perilaku sosial yang sebelumnya pluralisme menjadi

individualisme.

Penggunaan teknologi, terkhusus media sosial, memiliki dampak yang sangat

besar terhadap perubahan sosial di masyarakat yang berpotensi merubah bahkan

menghilangkan nilai-nilai atau norma yang sebelumnya sudah ada pada kehidupan

masyarakat di Indonesia. Hadirnya media sosial sebagai teknologi di masa modern

ini, sudah pasti akan membuat perubahan sosial masyarakat. Perubahan-

perubahan dalam hubungan sosial dengan adanya media sosial akan mengubah

mulai dari nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku antar kelompok dalam masyarakat.

Pengaruh negatif media sosial terhadap interaksi sosial di masyarakat adalah

karena semakin mudahnya komunikasi jarak jauh dengan media sosial,

masyarakat akan cenderung kurang melakukan interaksi sosial secara langsung di

dunia nyata. Mereka tidak perlu lagi untuk bertemu satu sama lain pada satu

tempat dan waktu yang sama untuk berkomunikasi, sehingga ini akan membentuk

pola hidup masyarakat yang tertutup atau menjadi individual.

Penggunaan teknologi dan media sosial era new normal juga berdampak pada

anak-anak yang melaksanakan pendidikan menggunakan sistem daring. Menurut

Carolyn Meggit, terdapat dampak negatif dari penggunaan gadget pada masa

pertumbuhan seperti penurunan kegiatan pembelajaran dan pergaulan dengan


teman yang seusinya dengannya, selain itu penggunaan gadget secara terus-

menerus akan menyebabkan anak-anak lebih memilih untuk asyik bermain

gadgetnya daripada bermain dengan teman sebayanya, hal tersebut

mengakibatkan anak merasa asing di lingkungannya. Seharusnya, pada masa

pertumbuhan, pertemanan kelompok pada anak-anak lebih diarahkan untuk

menyelesaikan suatu permasalah secara kelompok dan bekerja sama. Karena pada

dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang seharusnya melakukan

interaksi dengan orang lain demi mendukung satu sama lain (Gerungan, 2010).

Manusia yang masih pada tahap masa pertumbuhan, memiliki pola fikir yang

berubah-ubah. Mereka masih belum bisa memilih antara hal yang baik atau buruk.

Anak-anak masih memiliki sifat yang cenderung meniru hal disekitarnya yang

bahkan mereka sendiri belum mengetahui apakah hal tersebut merupakan hal baik

yang logis atau tidak.Selain itu, anak-anak juga masih memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi sehingga mereka akan sering mencoba hal mereka

belum tahu. Karena hal tersebut membuat anak akan semakin penasaran untuk

bermain gadget dan membuat mereka menjadi kecanduan bermain gadget yang

dapat berdampak buruk bagi pertumbungan sosial anak itu sendiri.

Selain pendidikan, biasanya pada awalnya orang tua memberikan fasilitas

gadget sebagai upaya pengalihan perhatian agak anak bisa diam dan kemudian

orang tua bisa berkomunikasi dengan orang lain, tetapi semakin lama anak pasti

akan merasa bosan sehingga mereka akan mencari fitur lain atau permainan dalam

menggunakan gadget yang mengakibatkan anak tumbuh sifat individualis dan

semakin lama pula mereka tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.


Sebenarnya, apabila melihat kondisi pandemi Covid 19 dan pemanfaatan

teknologi di era new normal secara masif seperti saat ini, masyarakat yang pada

hakikatnya merupakan mahluk yang memiliki sifat dapat mengikuti perubahan

zaman pada kondisi apapun dapat mengatasi masalah, utamanya di Indonesia,

tetap bisa melakukan interaksi sosial tanpa merubah sifat menjadi individualstik.

Pandemi memang masih dikatakan sebagai keadaan darurat. Namun, adanya new

normal dengan konsep kehidupan seperti sebelum adanya pandemi Covid 19,

masyarakat tetap dapat melakukan interaksi sosial dan pelestarian budaya seperti

dahulu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat demi menekan

laju penyebaran Covid 19. Contoh budaya turun temurun untuk menjaga

hubungan solidaritas sosial di Indonesia yang tidak perlu dikurangi adalah budaya

gotong royong dan ronda rutinan. Gotong royong adalah aktivitas membersihkan

lingkungan sekitar rumah secara bersama-sama yang kemudian biasanya

dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama atau hanya kumpul bersama untuk

mempererat hubungan solidaritas antar anggota dalam kelompok masyarakat. Hal

tersebut sebenarnya dapat tetap dilaksanakan pada masa new normal ini namun

dalam pelaksanaannya harus memperhatikan protokoler kesehatan. Semisal pada

saat acara kumpul bersama diadakan diluar ruangan dengan jarak antar individu

minimal ± 1 meter, memakai masker dan menyediakan tempat mencuci tangan

lengkap dengan sabunnya. Untuk Ronda malam rutinan sendiri adalah berjaga

malam untuk menjamin keamanan suatu daerah sembari berbincang di suatu pos

untuk menjaga hubungan solidaritas sosial antar masyarakat. Dalam hal ronda ini

juga sebenarnya dapat tetap dilaksanakan dengan tetap melaksanakan protokol


kesehatan seperti pada gotong royong di atas tadi. Dengan tetap melaksanakan

dua contoh budaya Indonesia yang telah dilaksanakan secara turun-temurun

selama bertahun-tahun meskipun dengan memperhatikan protokol kesehatan,

interaksi sosial secara langsung tetap dapat terjaga, sehingga sifat individualistik

tidak tumbuh di masyarakat.

Teori Solidaritas Sosial Emile Durkheim

Pemikiran Durkheim (1855-1917) berangkat dari gejala sosial yang ada pada

masa Revolusi Industri Inggris, dimana pada saat itu terjadi perubahan sosial dari

masyarakat primitive (tradisional) ke masyarakat industri yang merubah sistem

kerja menjadi lebih kompleks. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan jumlah

penduduk, kemudian memunculkan berbagai interaksi sosial yang baru sehingga

menumbuhkan solidaritas di masyarakat (Martono, 2014. 50-51).

Durkheim memiliki pemikiran yang cenderung ortodoks mengenai struktur

sosial. Dia mengatakan bahwa struktur sosial terdiri dari norma-norma dan nilai-

nilai definisi kebudayaan dari perilaku yang dianggap pantas dan penting pada

bentuk yang berbeda-beda. Melalui sosialisasi kita dapat mempelajari pengertian

normatif tersebut dan dengan cara ini yang membuat masyarakat menjalankan

kehidupan sosial mereka.

Menurut Durkheim, meskipun anggapan kita dapat memilih perilaku apa

yang kita gunakan untuk bertemu dengan orang lain, pada dasarnya pilihan

tersebut sudah ada tersedia untuk kita memilih beberapa pilihan tersebut.

Pandangan konsensus tentang pikiran dan pengalaman adalah sebuah warisan,

bukan ditemukan merupakan pandangan dari Durkheim. Contoh konkritnya ialah


keyakinan seseorang terhadap kekuasaan Tuhan pada orang-orang Nasrani salah

satu bentuknya adalah mengunjungi gereja untuk beribadah. Keyakinan dan

praktik keagamaan tersebut telah ada jauh sebelum mereka lahir ke dunia, dengan

pengertian lain mereka memperlajari budaya tersebut. Baginya, pencapaian

kehidupan sosial manusia dan pola yang teratur dalam masyarakat yang

ditafsirkan sebagai solidaritas sosial, dapat berhasil dengan sosialiasi, yang

melalui proses tersebut masyarakat dapat belajar mengenai aturan berperilaku

yang kemudian Durkheim istilahkan sebagai fakta sosial. Meskipun fakta sosial

ini hanya dapat dilihat melalui perubahan sifat dan tingkah laku masyarakat

menyeseuaikan dengan norma sosial yang ada, fakta sosial tersebut menurut

Durkheim berada diluar dan mengendalikan individu-individu tersebut. Meskipun

hal tersebut gaib dalam pandangan, struktur aturan-aturan kebudayaan tersebut

merupakan hal yang nyata adanya bagi anggota masyarakat yang tingkah lakunya

ditentukan oleh fakta sosial seperti struktur fisik dunia yang dapat menghambat

anggota masyarakat tersebut. Masyarakat menurut Durkheim adalah realitas sui

generis – yakni masyarakat memiliki eksistensinya sendiri (Jones,2016)

Solidaritas merupakan hal yang diperlukan oleh masyarakat sosial atau

kelompok sosial sebab pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang

memerlukan solidaritas. Suatu kelompok sosial akan bertahan apabila kelompok

sosial tersebut memiliki rasa solidaritas diantara anggotanya. Pengertian

solidaritas menurut kamus popular diartikan sebagai kesetiakawanan dan perasaan

sepenanggungan.
Emile Durkheim memperjelas mengenai pengertian dari Solidaritas, adalah

perasaan saling percaya antara para anggota dalam suatu kelompok atau

komunitas. Kalau orang saling percaya maka mereka akan menjadi satu/menjadi

persahabatan, menjadi saling hormat-menghormati, menjadi terdorong untuk

bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan sesamanya (Soedijati, 1995.

25).

Solidaritas dalam pandangan sosiologi, solidaritas yang ada pada masyarakat

bukan hanya bertujuan untuk mencapai cita-cita masyarakat saja, tetapi juga

merupakan salah satu tujuan dari kelompok masyarakat. Dengan adanya

keakraban pada suatu masyarakat kelompok membuat ikatan emosional antar

anggota kelompok menjadi lebih positif.

Pandemi Covid 19 yang kemudian mengharuskan elemen masyarakat

menjalankan hidup dengan new normal demi tetap melanjutkan roda kehidupan

juga berdampak pada perubahan sosial yang ada. Pada era new normal ini

dilakukann pembatasan aktivitas masyarakat seperti bertemu orang lain dan

melakukan kontak fisik. Hal tersebut merupakan perubahan budaya benua timur,

khususnya di Indonesia yang terbiasan melakukan aktivitas secara kolektif dimana

kegiatan tersebut memerlukan banyak interaksi sosial antar satu warga dengan

warga lainnya dan apabila hal tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan rasa

kesepian. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Indonesia, apabila budaya

kolektif tidak lagi menjadi kebiasaan karena adanya kebijakan new normal yang

mengharuskan masyarakat melakukan aktivitas secara mandiri dapat

memunculkan perasaan sendirian atau individualistik. (Septa & Dimas, 2021).


Kemudian, efek lain dari pemberlakuan new normal yang menekankan

masyarakat untuk stay at home adalah adanya perubahan pola komunikasi antar

masyarakat. Komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

manusia. Menurut Stephen W. Littlejohn ada tiga pendekatan komunikasi antar

manusia, yaitu sicentific approach (ilmiah-empiris), humanistic approach

(humaniora-interpretatif) dan social science approach (ilmu sosial). Merujuk pada

pendekatan komunikasi di atas, pemberlakuan social distancing bertolak belakang

dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang terus membuat kelompok

dan menciptakan perubahan sosial. Soerjono Soekamti menjelaskan perubahan

sosial juga mempengaruhi sistem sosial di masyarakat seperti nilai, sikap dan

perilaku antar kelompok. Dari segi budaya, pandemi Covid 19 merubah kelaziman

kontak langsung antar manusia, contohnya di Indonesia adalah berjabat tangan.

Kebiasaan tersebut memiliki dampak positif menjalin keakraban antar masyarakat,

kepercayaan dan kerjasama

Selain itu, akibat dari Pandemi Covid-19 yang menjalankan kebijakan new

normal juga menekankan pada penggunaan teknologi dalam kehidupan

masyarakat. Penggunaan teknologi dan internet ini sebenarnya sesuai dengan

revolusi industri 4.0. Emile Durkheim berpendapat bahwa teknologi adalah

penentu segalanya. Dia juga mengatakan bahwa tekonologi adalah penentu

kemajuan masyarakat saat ini. (Tasrif, 2020).

Masyarakat Pasca Pandemi Perspektif Emile Durkheim

Jika merujuk pada teori solidaritas yang dikemukakan oleh Emile Durkheim,

yaitu dalam berkehidupan masyarakat membutuhkan solidaritas. Realitanya


melihat fakta sosial yang terjadi saat ini pada masyarakat pasca pandemi, dimana

perilaku mereka cenderung ke arah masyarakat individualistik. Padahal menurut

teori yang dikemukakan Durkheim, perilaku tersebut bukan termasuk perilaku

yang ideal dalam kehidupan masyarakat.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Durkheim bahwa suatu kelompok sosial

akan bertahan apabila kelompok sosial tersebut memiliki rasa solidaritas diantara

anggotanya. Sebab pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang

memerlukan bantuan orang lain semua sektor kehidupan.

Menurut kacamata sosiologi pun dijelaskan bahwa perlunya solidaritas dalam

kehidupan masyarakat. Karena solidaritas bukan hanya bertujuan mencapai cita-

cita masyarakat untuk menciptakan kehidupan ideal, tetapi juga merupakan salah

satu tujuan demi tercapainya masyarakat yang ideal dalam berkehidupan. Dengan

adanya solidaritas sosial antar para anggota kelompok masyarakat akan

menimbulkan ikatan emosional menjadi lebih positif.

Pada era pandemi Covid 19, justru seharusnya masyarakat saling bantu

membantu satu sama lain demi menjaga roda kehidupan masyarakat. Sebab semua

sektor yang ada di kehidupan masyarakat seperti sosial, budaya maupun ekonomi

terkena dampak yang cukup signifikan.

KESIMPULAN

Pandemi Covid 19 yang melanda seluruh dunia menyebabkan culture shock

di masyarakat. Mereka dipaksa hidup berdampingan dengan Covid 19 dengan

kebiasaan yang berubah secara drastis dibandingkan kehidupan sebelum adanya

pandemi Covid 19. Kehidupan new normal era pandemi sedikit banyak telah
membatasi aktivitas masyarakat untuk melakukan kontak fisik secara langsung

dengan orang lain.

Dampak dari adanya pandemi Covid 19 menyebabkan masyarakat harus

merubah kebiasaan masyarakat yang sudah terstruktur sejak lama. Perubahan

yang terjadi salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi secara masif

dalam menjalankan roda kehidupan masyarakat di berbagai lini. Masyarakat pada

masa pandemi, utamanya era new normal lebih banyak menggunakan gadget

untuk menjalankan kehidupan. Akibatnya masyarakat lebih asyik dengan

gadgetnya dan menimbulkan sifat individualisme.

Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat pada masa Covid 19 dengan

adanya tatanan hidup new normal merupakan transformasi perilaku hidup di

masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas secara normal tetapi dengan

menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Perubahan sosial yang terjadi di

masyarakat bisa kita lihat dari berubahnya pola perilaku dan proses interaksi

sosial masyarakat.

Emile Durkheim (1855-1917) mengungkapkan teori nya mengenai perubahan

sosial yaitu solidaritas sosial. Solidaritas merupakan hal yang diperlukan oleh

masyarakat sosial atau kelompok sosial sebab pada hakikatnya manusia

merupakan makhluk sosial yang memerlukan solidaritas. Suatu kelompok sosial

akan bertahan apabila kelompok sosial tersebut memiliki rasa solidaritas diantara

anggotanya.
Pada masa pandemi Covid 19, permberlakuan pembatasan aktivitas

masyarakat berdampak pada penurunan solidaritas sosial. Akibatnya masyarakat

lebih cenderung menjadi manusia yang individual ketimbang sosial.

Pemberlakuan social distancing merupakan hal yang bertolak belakang dengan

sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang terus menciptakan dan membuat

kelompok sosial.

Selain itu, penggunaan tekonologi pada masa pandemi Covid 19 ini semakin

masif dilakukan. Meskipun penggunaan teknologi di era revolusi industri 4.0

sudah sesuai seperti pendapat dari Durkheim bahwa teknologi adalah penentu

segalanya. Dia juga mengatakan bahwa tekonologi adalah penentu kemajuan

masyarakat saat ini. Namun, penggunaan teknologi di era new normal ini

menyebabkan peningkatan penggunaan gadgdet di masyarakat. Kebiasaan ini

membuat masyarakat menjadi ketergantungan terhadap gadget dan penggunaan

gadget akan menjadi kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat yang akibatnya

dapat mempengaruhi perilaku emosi serta perilaku sosial maupun pengguna

smartphone ini akan lebih memilih untuk berinteraksi dengan smartphone nya

daripada berinteraksi dengan orang lain dan cenderung tidak peduli dengan

kondisi masyarakat sekitarnya. Hal tersebut berakibat pada perubahan perilaku

sosial yang sebelumnya pluralisme menjadi individualisme.

Kemudian, pada bidang pendidikan. Penggunaan gadget secara terus-menerus

pada anak-anak akan berdampak buruk bagi pertumbuhan anak-anak itu sendiri.

Pada masa pertumbuhan, seharusnya pertemanan kelompok pada anak-anak lebih

diarahkan untuk menyelesaikan suatu permasalah secara kelompok dan bekerja


sama. Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang seharusnya

melakukan interaksi dengan orang lain demi mendukung satu sama lain

Sebenarnya masih banyak budaya yang tetap bisa dilaksanakan tanpa harus

selalu menggunakan gadget secara terus menerus. Seperti budaya gotong royong

dan ronda rutinan masyarakat tetap bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya

namun dengan adanya batasan kontak fisik dan tetap memenuhi protokol

kesehatan yang ketat.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Soekanto, Soerjono dan Sulistyowati, Budi. 2013. “Sosiologi Suatu Pengantar”

(Jakarta: Rajawali Press)

Sugiyono. 2013. ‘Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D”

(Bandung: ALFABETA)

Sztompka, Piotr. 2014. “Sosiologi Perubahan Sosial” (Jakarta: Kencana prenada

media group)

Martono, Nanang. 2014. “Sosiologi Perubahan Sosial Perspektik Klasik, Modern,

Posmodern, dan Poskolonial” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Pip Jones, Liz Bradbury, dan Shaun Le Boutillier. 2016. “Pengantar Teori-Teori

Sosial” (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia)

Soedijati. 1995. “Solidaritas dan Masalah Kelompok Waria” (Bandung: UPPM

STIE Bandung)

W.A Gerungan. 2010. “Psikologi Sosial” (Bandung: Refika Aditama)


JURNAL

Septa Ayu Trinasari & Dimas Aryo Wicaksono, “Pengaruh Loneliness terhadap

job stress Pekerja WFH pada Masa Pandemi Covid-19” Buletin Riset Psikologi

dan Kesehatan Mental (BRPKM), vol. 1(2), 2021

Tasrif, “Dampak Covid 19 terhadap Perubahan Struktur Sosial Budaya dan

Ekonomi” Jurnal Pendidikan Psikologi, vol. 2, Juni 2020


CURICULUM VITAE CALON PESERTA
LATIHAN KADER II (INTERMEDIATE TRAINING) TINGKAT NASIONAL
HMI CABANG TASIMALAYA
TAHUN 2021
Nama Lengkap : Galih Tadhakara Yekti
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 6 November 2001

Alamat : Perumahan Pendowo Asri J-2, Pendowoharjo, Sewon, Bantul,


D.I.Y.
Asal Cabang : Yogyakarta
Nomor Kontak : HP/No WA : 085790217883
: Email : galih.tadhakara@gmail.com
Pengalaman Pendidikan
SD/Mi*) : SD N Cepit
SMP/MTs*) : SMP N 3 Sewon
SMA/MA/SMK*) : SMA N 1 Pajangan
Perguruan Tinggi
 Jurusan : Ilmu Hukum
 Fakultas : Syari’ah dan Hukum
 Perguruan Tinggi : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pengalaman Organisasi
Eksternal HMI
Organisasi Jabatan Tahun

Karang Taruna Pendowo Anggota 2014-Sekarang

Asri

OSIS SMP N 3 Sewon Bidang Teknologi Informasi 2014-2015

dan Komunikasi

Dewan Ambalan SMA N 1 Pemangku Adat 2018-2019

Pajangan

HMPS Ilmu Hukum Sekretaris Departemen Minat 2020-Sekarang


dan Bakat

Internal HMI

HMI Kom. FSH Anggota 2019-2020

HMI Kom. FSH Departemen KPP 2020-Sekarang

Motto Hidup : Hidup adalah proses, maka jangan tinggalkan proses dalam hidup.

Yogyakarta 27 November 2021

Foto Calon Peserta

3X4

(Galih Tadhakara Yekti)

Anda mungkin juga menyukai