Telah disetujui Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M di Dsn.
NIM : 1711004
Hari : Selasa
Mengetahui,
Pembimbing,
()
Laporan pendahuluan
Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi adalah Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg
(Aspiani, 2014)
B. Etiologi
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat
keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah 11 meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan
peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam
dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal atau
ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan
darah atau hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah
rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau
berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untuk 12 menghindari alkohol agar tekanan darah pasien
dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu contoh hipertensi sekunder
adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan
pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darah dan
secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorbsi natrium.
C. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total
tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume
dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan
tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem
renin angiotensin dan autoregulasi vaskular. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini
bermula pada 13 saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013)
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Meski
etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung
pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila,
2013).
Menurut (Aspiani, 2014) gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah
tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum
gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :
a. Sakit kepala
E. Klasifikasi hipertensi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik kurang dari
120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan
hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg.
F. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari
arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi menurut (Aspiani, 2014)
yaitu :
a. Stroke
terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard
dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium dan apabila membentuk trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati
pembuluh darah. Hipertensi kronis menyebabkan kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung
dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi, beban kerja jantung
akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu
yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal
tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem penyaringan dalam
ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
G. Penatalaksanaan
Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan
pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol
atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2. Diet tinggi kalium.
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
A. Pengertian
Keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian atau sebagai sosial
terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
struktur internal dan sistem-sistem lain (padila, 2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah
dan ikatan perkawinan atau adopsi (Wahit, 2009). Antara keluarga satu dengan keluarga lainnya
saling tergantung dan berinteraksi. Apabila salah satu atau beberapa keluarga mempunyai
masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya dan
keluarga yang ada disekitarnya. Dari permasalaahan tersebut, maka keluarga merupakan focus
pelayanan kesehatan yang strategis, sebab:
Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dan non tradisional
adalah sebagai berikut:
1. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti
Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang mengurusi rumah
tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012), keluarga inti
adalah keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua
campuran atau orang tua tiri.
2) Keluarga Adopsi
Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga. Dengan menyerahkan
secara sah tanggung jawab sebagai orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan
saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Di satu pihak orang tua adopsi
mampu memberi asuhan dan kasih sayangnya pada anak adopsinya, sementara anak
adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
Keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran
keuangan dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak
kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan
membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012),
keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan.
3) Keluarga Orang Tua Tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala
keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala rumah
tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua
tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah
(Friedman, 2010).
4) Dewasa Lajang yang Tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk jaringan
keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat
terdiri atas teman-teman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga yang
penting (Friedman, 2010).
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan penuh
dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang
berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan
kecepatan yang tidak sama (Friedman, 2010).
5) Keluarga Binuklir
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah
sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal dengan
keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah
tangga (Friedman, 2010).
(1) Commune Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
(2) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
(3) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah
tangga.
C. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat pada
saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga. Lima fungsi itu adalah :
1. Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit
keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang
paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian
besar upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih
sayang dan pengertian. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling
kuat di antara keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut
mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi afektif
sering terhiraukan. (Friedman, 2010).
2. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang
universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat menurut
Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman, 2010). Dengan kemauan untuk bersosialisasi
dengan orang lain, keluarga bisa mendapatkan informasi tentang pentingnya seperti cara
mencegah dan penanganann stroke menggunakan herbal (Friedman, 2010).
3. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan
terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat
keluarga. Kurangnya kemampuan keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan balita terutama
pada asupan makanan dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang (Friedman, 2010).
4. Fungsi Reproduksi Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas
antar-generasi keluarga masyarakat yaitu : menyediakan anggota baru untuk masyarakat
menurut Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman, 2010).
5. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
keputusan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian Keluarga
A. Data Umum
1. Identitas keluarga : Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram/silsilah keluarga. Pada
pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui resiko terjadinya
hipertensi pada anggota keluarga yang lain.
2. Tipe keluarga : Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang mengalami hipertensi
(Padila, 2012).
3. Suku bangsa: Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam keluarga, agama yang di anut
dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi kesehatan.
4. Status sosial ekonomi keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Pada
pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi
berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan
keluarga membuat seseorang tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga (Padila,
2012). Selain itu kaji karakterisktik lingkungan sekitar, letak geosrafisnya, organisasi
atau perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan adanya sistem penukung
keluarga.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti (Gusti, 2013). Biasanya keluarga dengan
hipertensi terdapat pada tahap keluarga dengan anak dewasa (launcing canter families),
tahap keluarga usia pertengahan (middle age families), dan tahap leuarga usia lanjut.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala
yang dialami (PadilA, 2012). Biasanya keluarga belum mampu memenuhi kebutuhan
dan membantu pasien hipertensi dalam mengatasi nyeri.
3. Riwayat keluarga inti : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit,
serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Gusti, 2013). Biasanya keluarga
dengan hipertensi tidak mengatur pola kesehatan dengan baik.
C. Pengkajian lingkungan
Dalam mengkaji karakteristik rumah, anda bisa lakukan dengan observasi atau
wawancara lansung. Hal-hal yang harus anda tuliskan dalam mengkaji karakteristik
rumah seperti : Ukuran rumah (luas rumah), Kondisi dalam dan luar rumah, Kebersihan
rumah, Ventilasi rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL), Ketersedian air bersih,
Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar mandi/WC, Denah rumah.
D. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam membina hubungan
rumah tangga.
2. Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang
baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan
yang ada dalam masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan
tentang penyakit hipertensi hal ini ditunjukan dengan keluarga kurang menyadari
dampak masalah kesehatan akibat penyakit hipertensi. Fungsi Reproduksi: kaji tingkat
produktifitas seluruh anggota keluarga sesuai usia yang ada dalam keluarga.
4. Fungsi Ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-sehari
E. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
2. Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga yang tedapat di rumah.
Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler,
sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem musculoskeletal, sistem neurologis dan
sistem reproduksi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keluarga
1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. M
b. Umur KK : 54 tahun
c. Alamat dan telepon : Dsn. Midodaren Desa Dawuhan Kec. Kademangan Blitar
d. Pekerjaan KK : Pedagang
e. Pendidikan KK : SD
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa/WNI
h. Komposisi keluarga :
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
j. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.M adalah Nuclear Family yang terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu, dan
anak).
k. Suku Bangsa
Keluarga Tn.M termasuk dalam suku Jawa. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah
Bahasa Jawa.
l. Agama
Keluarga Tn.M menganut agama Islam. Anggota keluarga dari Tn.M rajin menjalankan
Sholat 5 waktu, baik dilakukan bersama maupun sendiri-sendiri.
m. Status sosial ekonomi keluarga
Dalam keluarga Tn.M selaku kepala keluarga memenuhi kebutuhan ekonomi dengan
bekerja sebagai pedagang, Tn F bersetatus sebagai petani Tn.A berstatus sebagai pelajar.
Ny. S adalah seorang ibu rumah tangga namun bekerja sampingan dengan berjualan toko
dirumah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Penghasilan yang didapatkan
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan berobat jika ada yang sakit.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.M jarang rekreasi atau liburan bersama. Keluarga Tn.M hanya liburan ke
tempat wisata bersama sama hanya jika berkunjung ke rumah saudara yang ada di luar
kota. Sehari hari Tn.M dan keluarga hanya menonton TV untuk hiburan bersama.
2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap pada perkembangan keluarga Tn.M adalah keluarga dengan anak remaja dimana
keluarga bertanggung jawab untuk memberikan anak kebebasan remaja yang lebih besar
dan mempersiapkan anak menjadi seorang dewasa muda.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap dalam perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi, keluarga Tn.M
masih harus membiayai pendidikan anak remaja mereka dan mempersiapkan mereka
untuk menghadapi masa depan. Keluarga juga harus mempersiapan segala kebutuhan
untuk anak balita mereka dalam hal ekonomi maupun tumbuh kembangnya
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Keluarga Tn.M tidak mempunyai riwayat kesehatan yang serius. Tn.M mengatakan
mempunyai hipertensi dan terkadang mengeluhkan pusing, tengkuk terasa berat,
sedangkan Ny. S atau keluarga yang lain tidak mempunyai keluhan masalah kesehatan.
Ny. S juga mengatakan sejauh tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai keluhan
ataupun tanda gejala COVID-19. Masalah kesehatan yang biasanya di derita keluarganya
hanya flu biasa. Terkait adanya pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini keluarga Tn.M
sudah mematuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan tidak
menciptakan kerumunan.
LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
1).Denah rumah
HALAMAN
K. TIDUR
RUANG
GARASI
TAMU
R. Keluarga
K. TIDUR R. Keluarga
K. TIDUR
K. TIDUR
R. MAKAN
DAPUR K. MANDI
Rumah yang ditempati keluarga Tn.M berjenis bangunan permanen, atap dibuat dari
genting berplafon, dan lantai keramik. Halaman depan rumah terdapat tanaman bunga,
pohon pinus dan tempat kendaraan parkir. Di dalam rumah terdapat 4 kamar tidur, ruang
tamu, dapur, ruang keluarga, ruang makan dan juga toilet. WC menggunakan toilet duduk
dengan jarak septictank tertutup sejauh ± 8 meter dari sumber air. Ventilasi rumah
tampak baik, pencahayaan terang. Sumber air dari sumur, kondisi air bersih bening, tidak
berbau, dan tidak berasa.
3)Keadaan lingkungan di luar rumah
a). Pemanfaatan halaman
Depan rumah Tn.M cukup luas, terdapat berbagai tanaman bunga dan pohon pinus.
halaman belakang rumah untuk menjemur pakaian dan terdapat kandang kambing.
b). Sumber air minum
Sumber air minum menggunakan sumbur bor. Untuk minum sehari-hari menggunakan
air rebusan sendiri dengan kondisi air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa.
c). Pembuangan air kotor
Terdapat selokan yang ditutup, limbah Rumah Tangga otomatis akan terbuang ke
selokan.
d). Pembuangan sampah
Untuk pembuangan sampah keluarga Tn.M mempunyai lubang yang khusus untuk
membuang sampah berjarak ± 5 meter dari dapur, jika sampah penuh akan di bakar
secara bersama-sama.
e). Jamban
Jenis jamban yang digunakan keluarga adalah jamban duduk yang langsung masuk ke
sapitenk.
f). Sumber pencemaran
Keluarga memiliki peliharaan kambing , Kucing dan jangrik yang memungkinkan
adanya sumber pencemaran bau dll.
g). Sanitasi rumah
Penggelolaan sanitasi rumah sudah cukup baik, seperti terdapat ventilasi yang terang,
kondisi air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, terdapat pembuangan
air kotor.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan tetangga dengan Tn.M baik, tetangga sekitar rumah ramah dan sopan. Saling
membantu jika ada acara seperti yasinan, hajatan dll. Warga mempunyai kebiasaan untuk
acara arisan, yasinan. Kegiatan tersebut untuk saat ini dikurangi. Selama ada pandemi
COVID-19.
c. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga tidak pernah berpindah-pindah rumah.
beribadah
Sosialisas
Bekerja
i
Tn. M Ny.S
Olahraga Belanja
An.F An.A
AL
Sekolah
Sekolah
Bermain
3. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Dalam keluarga Tn.M pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka,
setiap keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Setiap
anggota keluarga saling menghargai peran satu sama lain. Komunikasi menggunakan dua
arah dan anggota keluarga selalu menghormati orang yang sedang berbicara dalam arti
jika ada anggota keluarga yang sedang berbicara maka yang lain mendengarkan tidak
boleh memotong serta apabila terjadi kesalahpahaman kecil antar keluarga yang ada
dirumahnya maka akan segera diselesaikan agar tidak berkepanjangan.
b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga
Kekuasaan dalam keluarga adalah Tn.M selaku kepala keluarga, akan tetapi jika terjadi
masalah akan dimusyawarahkan bersama anggota keluarga.
c. Struktur peran (formal dan informal)
d. Nilai dan norma
Formal :
- Tn. M berperan sebagai kepala keluarga, sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan, sebagai pendidik dan pelindung untuk keluarga.
- Ny. S sebagai mengurus dalam rumah tangga dan membantu mencari penghasilan
dengan berjualan toko sembako dirumah.
- Tn.. F sebagai petani dan membantu di dalam pekerjaan rumah tangga.
- Nn. A sebagai pelajar dan membantu di dalam pekerjaan rumah tangga.
Informal : Setiap keluarga memiliki peran dan memberikan dukungan kepada anggota
keluarga.
4. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
1). Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Tn.M mengatakan kebutuhan keluarga saling membutuhkan satu sama lain. Seperti ketika
jika ada keluarga yang sakit akan segera memberikan bantuan seperti obat-obatan/
dibawa ke klinik terdekat. Keluarga terutama Ny.M mengatakan ingin mengetahui lebih
tentang hipertensi yang di derita Tn.M. Ny.S juga telah memilih milih makanan untuk
Tn.M untuk mengantisipasi hipertensi Tn.M kambuh
2). Hubungan keakraban
Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, ketika anak atau orang tua
sakit secepat mungkin memeriksakan ke jasa pelayanan kesehatan terdekat. Dalam masa
pandemi seperti ini hubungan keluarga semakin dekat dengan selalu mengingatkan satu
sama lain pentingnya menerapkan protokol kesehatan di dalam maupun luar rumah.
3). Pertalian hubungan (diagram kedekatan dalam keluarga)
Tn. M Ny. S
An. F An.A
Keterangan :
: Dekat
LL
TB BB TD N R
No Nama A S ºC Keterangan keluhan
Cm Kg Mm/Hg x/’ x/’
Cm
Jika sedang kambuh
16
1. Tn.M 82 - 140/90 88 22 - px mengatakan
8
kepala pusing
15
2. Ny.S 60 - 110/80 90 21 - -
7
17
3. An.F 73 - 120/90 95 20 - -
0
16
4. An.A 85 - 110/90 90 20 - -
7
Ahmat Muzaki
1711004
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan peningkatan proses keluarga b/d fungsi keluarga mendukung kesejahteraan
keluarga dapat di tingkatkan d/d keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
2. Kesiapan peningkatan pengetahuan d/d minat belajar
D. Intervensi
No. SDKI SLKI SIKI
1. Kesiapan peningkatan Proses keluarga Promosi keutuhan
keluarga Setelah di lakukan keluarga
tindakan keperawatan 1. Observasi
selama 1x24 jam di - Identifikasi pemahaman
harapkan proses keluarga keluarga terhadap
meningkat dengan kriteria masalah
- Identifikasi mekanisme
hasil :
koping keluarga
1. Adaptasi keluarga - Monitor hubungan
terhadap situasi meningkat antara anggota keluarga
2. Kemampuan keluarga 2. Terapeutik
berkomunikasi secara - Hargai privasi keluarga
terbuka di antara anggota - Fasilitasi keluarga
keluarga meningkat melakukan pengambilan
3. Aktivitas mendukung keputusan dan
keselamatan keluarga pemecahan masalah
- Fasilitasi komunikasi
meningkat
terbuka antar setiap
4. Minat keluarga anggota keluarga
melakukan aktivitas positif 3. Edukasi
meningkat - Anjurkan anggota
keluarga
mempertahankan
keharmonisan keluarga
4. Kolaborasi
- Rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu
2. Kesiapan Peningkatan Tingkat pengetahuan. Edukasi kesehatan
Pengetahuan Setelah di lakukan 1. Observasi
tindakan keperawatan - Identifikasi kesiapan
selama 1x1 jam di dalam menerima
harapkan tingkat informasi
penegtahuan meningkat - Identifikasi faktor yang
dengan kriteria hasil : dapat meningkatkan dan
1. Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
2. Perilaku sesuai dengan sehat
pengetahuan meningkat 2. Terapeutik
3. Persepsi yang keliru - Sediakan materi dan
terhadap masalah menurun media pendidikan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
3. Edukasi
- Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat di gunakan unruk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
E. Implementasi
No Tanggal Jam Implemetasi Evaluasi
.
dx
1 11-09-2021 10.00 1. Mengidentifikasi pemahaman S= Keluarga mengatakan
keluarga terhadap masalah lebih paham dan
2. Mengidentifikasi mekanisme mengetahui bagaimana cara
koping keluarga mempertahankan
3. Memonitor hubungan antara keharmonisan keluarganya
anggota keluarga O= Komunikasi keluarga
4. Menghargai privasi keluarga Tn.M tampak lebih terbuka
5. Memfasilitasi keluarga satu sama lain
melakukan pengambilan A= Masalah teratasi
keputusan dan pemecahan sebagian
masalah P= Intervensi di lanjutkan
6. Memfasilitasi komunikasi
terbuka antar setiap anggota
keluarga
7. Menganjurkan anggota
keluarga mempertahankan
keharmonisan keluarga
F. Evaluasi
OLEH:
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus meningkat sejalan
dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600
juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.
Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di
Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat
menjadi 27,5% pada tahun 2004. Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit
kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–
35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi. Dari hasil catatan kegiatan posyandu
lansia yang dilakukan satu bulan sekali di banjar bumi santhi, terdapat 7 lansia menderita
hipertensi dari 20 orang lansia yang berobat.
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan
berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk
pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target
organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang membawa
kematian tinggi. Menurut Gunawan (2001) penyebab hipertensi diantaranya karena faktor
keturunan, ciri dari perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi. Oleh karenanya pengelolaan hipertensi oleh keluarga sangat penting untuk mencegah
terjadinya hipertensi dan menanggulangi komplikasi akibat hipertensi.
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, modifikasi lingkungan, dan sebagainya
merupakan hal penting yang dapat mengontrol hipertensi pada lansia. Dalam melaksanakan
pengobatan hipertensi ini, dukungan dan motivasi kepada lansia penting dilakukan oleh keluarga,
karena keluarga memberikan pengaruh yang penting dalam mempercepat kesembuhan lansia.
Dengan pemberian edukasi yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga mengenai hipertensi
dan cara penanggulangannya diharapkan tekanan darah lansia berada dalam kisaran normal serta
mencegah terjadinya kekambuhan stroke pada anggota keluarga yang menderita stroke
sebelumnya akibat hipertensi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit diharapkan keluarga Tn.M dapat
mengerti dan memahami mengenai hipertensi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan keluarga Tn.M dapat:
1. Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian hipertensi
2. Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab hipertensi
3. Mengetahui dan mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Mengetahui dan mampu menjelaskan cara merawat keluarga dengan hipertensi
5. Mengetahui dan mampu menyebutkan pencegahan hipertensi
6. Mampu dan mengetahui komplikasi hipertensi
C. RENCANA KEGIATAN
1. Nama Kegiatan : Penyuluhan hipertensi pada keluarga Tn.M
2. Waktu dan tempat :
3. Pengorganisasian kelompok
Penyuluh : Ahmat Muzaki
4. Sasaran : Keluarga Tn.M
5. Alat dan Media :
Leaflet
6. Metode : Ceramah dan diskusi
7. Susunan Acara :
a. Proses Kegiatan
2. Penjelasan Materi
a. Pengertian Hipertensi a. Mendengarkan, 10 menit
memperhatikan
b. Penyebab Hipertensi
b. Menanyakan hal-hal yang
c. Tanda dan gejala belum jelas
Hipertensi
d. Pencegahan Hipertensi
e. Komplikasi Hipertensi
3. Evaluasi 2 menit
a. Mengevaluasi penerimaan a. Menjawab pertanyaan
informasi
b. Memberikan pertanyaan
lisan
4. Penutup 1 menit
a. Menyimpulkan hasil a. Aktif bersama dalam
penyuluhan menyimpulkan.
b. Memberikan salam b. Membalas salam
Total Waktu 15 menit
b. Setting Tempat
Keterangan:
Penyuluh dan peserta dalam
penyuluhan duduk berhadapan.
= Penyaji
2) Jangka Panjang
Meningkatnya pengetahuan Keluarga Tn.M tentang penyakit hipertensi
Lampiran Materi
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi
pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya
90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2002).
Menurut Kaplan :
a. Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
waktu berbaring atau sama dengan 130/90 mmHg.
b. Pria usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas
145/95 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/90 mmHg dinyatakan
hipertensi.
B. Penyebab Hipertensi
Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin
besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena
hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang
hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan
bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa
terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun
atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan
bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh
darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadinya hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat
18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Ahli lain mengatakan pria
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29
mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria
dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.
Menurut MN. Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding
pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.
3) Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang
menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi
terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit
jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka
sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua
orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit
tersebut 60%.
4) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu
sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai
sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa
intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.
Faktor yang dapat diubah/dikontrol
1) Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko
merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih
dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang
tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara
setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran
darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi
terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok
dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10
mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti
mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah
juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan
berada pada level tinggi sepanjang hari.
2) Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan
hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan
ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem
pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di
samping ada faktor lain yang berpengaruh. Reaksi orang terhadap natrium berbeda-
beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi,
walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan
darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium
menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu terjadinya hipertensi. Garam
merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang
rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar
tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia
yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih
tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan
110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan
adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu.
Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang
meningkatkan volume darah.
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang
berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah.
4) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk
menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan dasar
minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-
lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh
berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak
jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam
lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang
menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5%
ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam
lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan
20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90%
komposisinya adalah ALTJ. Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan
bisa menjadi rusak karena minyak goreng tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng
yang tinggi kandungan ALTJ-nya pun memiliki nilai tambah hanya pada gorengan
pertama saja, selebihnya minyak tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-
3 yang diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila
dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai untuk menggoreng
kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya telah rusak. Minyak goreng terutama
yang dipakai oleh pedagang goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali,
tidak peduli apakah warnanya sudah berubah menjadi coklat tua sampai kehitaman.
Alasan yang dikemukakan cukup sederhana yaitu demi mengirit biaya produksi.
Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka yang tidak menginginkan menderita
hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan minyak goreng terutama
jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang
dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit
tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.
5) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung
hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti.
Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki
tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan
bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga,
peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan
darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan konsumsi
alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi.
Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari meningkatkan risiko
mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan
tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa
dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung
dan organ-organ lain.
6) Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 25
(berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor
risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita
hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas
tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi
dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan
dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur
(aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka
risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka
risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah. Obesitas erat kaitannya dengan
kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa
tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke
jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin
dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.
Menurut Alison Hull dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat
badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko
hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa
obesitas merupakan ciri khas pada populasi lansia hipertensi. Dibuktikan juga bahwa
faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari.
Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi lansia
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Obesitas
mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami
kegemukan cenderung mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi). Ada dugaan
bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10 % mengakibatkan
kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan
membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk
mencegah terjadinya hipertensi. Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.
7) Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang
melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika
asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya
aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
8) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi
berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara
pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan
tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Menurut
Sarafindo (1990) yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu kondisi disebabkan
oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak
antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan
emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan
kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar itu. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa
hipertensi atau penyakit maag. Menurut Slamet Suyono stres juga memiliki hubungan
dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan
tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa
normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan
darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum
dapat dipastikan.
9) Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada data
apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari dalam
tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen.12 MN Bustan menyatakan
bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut),
akan meningkatkan tekanan darah perempuan. Oleh karena hipertensi timbul akibat
adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh faktor yang telah
disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak
dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka pencegahan hipertensi yang antara
lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting.
C. Tanda dan gejala Hipertensi
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan
manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah
intrakranium.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Peninggian tekanan darah kadang
merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
D. Perawatan keluarga pada pasien Hipertensi
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan
obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam
terapi obat. Sedangkan lansia hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini
dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu,
modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan penanganan hipertensi. Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis
sama pentingnya dengan pengobatan farmakologis, terutama pada pengobatan hipertensi
derajat I. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara nonfarmakologis kadang-kadang
dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan
atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi diperlukan, Pengobatan
nonfarmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan
yang lebih baik. Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu pengurangan makanan berlemak
dapat menurunkan risiko aterosklerosis.Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti
merokok dan mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,
sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan penurunan
tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.
2. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik teratur
bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga
seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk
olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan
darah walaupun berat badan belum tentu turun. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat
menurunkan tekanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat
menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja tidak dapat
digunakan sebagai pengobatan hipertensi. Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan
berikut ini perlu dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:
a. Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau dengan obat
terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160
mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melebihi 100 mmHg.
b. Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat informasi
mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita.
c. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung dengan beban
(treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan darah serta perubahan
aktifitas listrik jantung (EKG), sekaligus menilai tingkat kapasitas fisik.
d. Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan sehingga
dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban.
e. Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak
menambah peningkatan darah.
f. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.
g. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan.
h. Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah latihan.
i. Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan tekanan darah
sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat hipertensi.
j. Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada kaitannya dengan
beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik dilakukan
pula olahraga pengendalian emosi, artinya berusaha mengatasi ketegangan emosional
yang ada.
k. Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis/takaran obat
yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan penyesuaian (pengurangan).
3. Perubahan pola makan
a. Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat badan
dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan
asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan lansia, dengan
memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam.
Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan
garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari makanan yang sudah
diasinkan, dan menggunakan mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan
sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
mengurangi kebiasaan makan lansia secara drastis. Menurut Sheps, jika dokter atau
ahli gizi menyarankan agar kita mengurangi natrium demi menurunkan tekanan darah,
maka ikutilah saran itu. Bahkan sebelum disarankan pun sebaiknya kurangi natrium,
cobalah membatasi jumlah natrium yang kita konsumsi setiap hari. Beberapa cara
yang dapat dilakukan:
Perbanyak makanan segar, kurangi makan yang diproses.
Pilihlah produk dengan natrium rendah.
Jangan menambah garam pada makanan saat memasak.
Jangan menambah garam saat di meja makan.
Batasi penggunaan saus-sausan
Bilaslah makanan dalam kaleng.
b. Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak
dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang
bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi hipertensi.
Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan
mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan
magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur
(banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak mengandung magnesium).
Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak kalsium.
4. Menghilangkan stres
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan sudah melebihi
kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu perubahan
pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat
meringankan beban stres.