Logo Universitas
Nama
BP
UNIVERSITAS ........................
PADANG
Tahun
BAB I
PENDAHULUAN
dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif
Permenpan No. 05 Tahun 2008, Permenpan No. 220 Tahun 2008 sebagaimana
Negara Dan Reformasi Birokrasi (Permenpan dan RB) No. 51 Tahun 2012).
1
Pengawasan intern atas tugas dan fungsi instansi pemerintah dilaksanakan oleh
pemerintah pusat dan/ atau pemerintah daerah yang terdiri dari Badan
dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/ Inspektorat Kabupaten/ Kota, dan unit
Tahun 2008 sttd Permenpan dan RB No. 51 Tahun 2012). Perwujudan peran APIP
pemerintah;
Tanggung jawab APIP untuk melakukan pengawasan intern atas tugas dan
fungsi instansi pemerintah dijalankan oleh para auditornya. Auditor APIP adalah
pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan/ atau
2
pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh
untuk dan atas nama APIP (Permenpan No. 05 Tahun 2008). Auditor APIP harus
intern mulai dari audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan
tugas dan fungsi organisasi pemerintah dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai (assurance) bahwa tata kelola pemerintahan yang baik telah terlaksana.
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Akan tetapi, kondisi ideal
saat melakukan audit laporan keuangan instansi pemerintah tahun 2014 (BPK,
2014) adalah salah satu bukti bahwa pengawasan intern yang dijalankan oleh
3
sejak dini dan/ atau mencegah terjadinya kasus-kasus penggelapan pajak hingga
milyaran rupiah oleh bendahara pemerintah yang tugas dan fungsinya secara
yang dijalankan oleh APIP untuk memberikan keyakinan yang memadai atas
sektor pajak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) No. 51 Tahun 2010 dan Permenpan No. 03 Tahun
2007.
melalui pajak-pajak yang harus dipotong/ dipungut dan disetorkan oleh bendahara
pemerintah seharusnya menjadi salah satu prioritas APIP. Sebab, hampir seluruh
unsur pajak yang harus dipotong/ dipungut oleh bendahara pemerintah. Kepatuhan
2
Bendahara di Pemerintahan Punya Peran Penting (2013)
4
sebagai pemotong/ pemungut pajak dapat menyebabkan tidak maksimalnya
negara dari sektor pajak menyatakan bahwa APIP yang fungsi dan tugasnya
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/ Kuasa Bendahara Umum Daerah dapat
diatur di dalam UU No. 6 Tahun 1983 Sttd UU No. 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Pajak-pajak yang harus
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2) serta Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPn BM). Masing-
masing jenis pajak tersebut diatur di dalam ketentuan dan peraturan sendiri-
sendiri.
3
Menkeu tingkatkan kepatuhan pajak kementerian/lembaga (2011)
Kepatuhan Setoran Pajak Bendahara Pemda Sulit Dipacu (2014)
4
Inspektorat Mitra Terdekat (KP2KP Majalengka (2013)
5
Menurut UU tentang KUP, bendahara pemerintah tidak hanya sekedar
harus disetorkan ke kas Negara dalam batas waktu yang telah ditetapkan.
menggunakan formulir yang telah ditetapkan dan dalam batas waktu yang telah
ditentukan. UU KUP juga telah mengatur dengan jelas bahwa pelanggaran atas
dikenai sanksi.
ini diperlukan agar mereka dapat menjalankan fungsi pengawasannya dengan baik
pemungut pajak dapat berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan
6
dihindarkan dari berbagai macam sanksi karena melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan perpajakan.
yang baik. Sebab, fungsi pengawasan yang dijalankan oleh APIP mampu
sinyal negatif bagi kinerja pengawasan APIP. Sebab, fungsi pengawasan yang
mendeteksi sejak dini dan/ atau mencegah terjadinya penggelapan pajak yang
pada DeAngelo (1981a) dan DeAngelo (1981b) yang menyatakan bahwa kualitas
7
audit merupakan joint probability bahwa seorang auditor akan menemukan
Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja individu
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta
kinerja yang diungkapkan oleh Mulyono (2009) tersebut dapat dilihat bahwa
penilaian kinerja bisa menggunakan basis kuantitas dan basis kualitas dari hasil
kerja.
Dalam konteks audit, kinerja auditor dalam melakukan audit dinilai dari
audit dikatakan berkualitas bila pelaksanaan audit patuh pada standar profesional
dan persyaratan kontrak yang ditetapkan untuk jenis audit tertentu yang
dilakukan.
menekankan pada ukuran kuantitas dalam menilai kualitas audit, yakni dari
GAO (1986) lebih menekankan pada ukuran kualitas, yakni dari kepatuhan
kepada standar profesional dan persyaratan kontrak yang ditetapkan untuk jenis
8
Dalam praktiknya, ukuran kualitas audit yang dikemukakan oleh
DeAngelo (1981a) dan DeAngelo (1981b) serta GAO (1986) biasanya digunakan
sekaligus untuk menilai kinerja auditor dalam melakukan audit. Sebab, tidak ada
yang bisa menjamin bahwa setiap pelanggaran auditi pasti ditemukan oleh auditor
(BPK, 2007). Misalnya, Peraturan BPK No. 01 Tahun 2007 tentang Standar
telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit maka auditor tetap dinilai memiliki
kinerja yang memadai meski tidak ada pelanggaran auditi yang ditemukan. Hal ini
pelanggaran auditi dan basis ketaatan terhadap standar audit untuk menilai
antara lain : kompetensi (Alim et al., 2007; Ardini, 2010; Perdany dan Suranta,
Bawono, 2010; Carolita dan Rahardjo, 2012; Nursamsi et al., 2013), independensi
(Zu'amah, 2009; Singgih dan Bawono, 2010; Zeyn, 2014), akuntabilitas (Ardini,
2010; Singgih dan Bawono, 2010; Susanti, 2011; Saripudin et al., 2012; Wiratama
dan Budiartha, 2015), motivasi (Ardini, 2010; Efendy, 2010), etika (Alim et al.,
2007; Lubis, 2009; Ariyanto dan Jati, 2010; Saputra, 2012; Nursamsi et al., 2013;
Futri dan Juliarsa, 2014), objektivitas (Sukriah et al., 2009; Tarigan, 2011;
Ayuningtyas dan Pamudji, 2012; Carolita dan Rahardjo, 2012), integritas (Sukriah
et al., 2009; Tarigan, 2011; Ayuningtyas dan Pamudji, 2012; Carolita dan
9
Rahardjo, 2012), kehati-hatian profesional (Singgih dan Bawono, 2010; Susanti,
2011), kepuasan kerja (Futri dan Juliarsa, 2014), tekanan waktu (Ningsih dan
satu faktor yang signifikan pengaruhnya terhadap kualitas audit (Alim et al.,
2007; Ardini, 2010; Perdany dan Suranta, 2013). Kompetensi adalah suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang
dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
ini (IAI, 2007; BPK, 2007; Permenpan No. 05 Tahun 2008). Selain wajib
2008).
dengan kualitas audit didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu (Alim et
al., 2007; Mulyono, 2009; Sukriah et al., 2009; Efendy, 2010; Ahmad et al., 2011;
Tarigan, 2011; Ayuningtyas dan Pamudji, 2012; Saputra, 2012; Slamet, 2012;
10
Bolang, 2013; Perdany dan Suranta, 2013; Diryatama, 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Alim et al. (2007); Slamet (2012) dan Saputra (2012) dengan
objek para auditor kantor akuntan publik yang berada di Jawa Timur, Jawa
positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil yang sama juga diperoleh oleh
Perdany dan Suranta (2013) yang meneliti para auditor BPK-RI Yogyakarta.
Penelitian yang dilakukan dengan objek para auditor inspektorat yang berada di
Sukriah et al., 2009; Efendy, 2010; Ahmad et al., 2011; Tarigan, 2011;
(2013) terhadap auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jakarta
terhadap kualitas audit. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Carolita dan
Rahardjo (2012) dengan objek para auditor yang bekerja di kantor akuntan publik
Semarang serta penelitian Nursamsi et al. (2013) dengan objek para auditor yang
hasil audit.
11
Hal ini senada dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) maupun
oleh seorang atau lebih yang memiliki pelatihan teknis yang cukup dan
bertingkah laku, baik dari pendidikan formal maupun non formal, atau bisa
diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola
tingkah laku yang lebih tinggi (Dharmawan, 2014). Pengalaman kerja seseorang
memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang
lebih baik (Queena dan Rohman, 2012). Semakin luas pengalaman kerja
berpikir dan sikapnya dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
12
kompetensi auditor (Cheng et al., 2009; Aisyah dan Isgiyarta, 2014). Sedang
auditor mendapatkan hasil beragam. Ini ditunjukkan oleh Cheng et al. (2009)
yang melakukan penelitian pada kantor akuntan publik di Taiwan, Aisyah dan
Isgiyarta (2014) pada Bank BRI Kantor Inspeksi Semarang serta Widiyanto dan
Yuhertiana (2004) pada Badan Pengawas Kota Surabaya. Cheng et al. (2009) dan
Aisyah dan Isgiyarta (2014) yang menggunakan kualitas auditor sebagai proksi
dan Bawono, 2010; Carolita dan Rahardjo, 2012; Nursamsi et al., 2013).
auditor yang diproksikan dengan kualitas audit menemukan hasil yang beragam,
kinerja auditor dan hasil-hasil penelitian yang menguji pengaruh pelatihan dan
13
Misalnya, Batubara (2008) yang melakukan penelitian pada Bawasko
Deliserdang dan Adityasih (2010) yang melakukan penelitian pada kantor akuntan
terhadap kualitas audit. Selanjutnya, Sukriah et al. (2009), Nursamsi et al. (2013),
Bolang (2013) dan Sembiring (2014) yang melakukan penelitian pada kantor
terhadap kualitas audit. Usmany (2013) yang melakukan penelitian pada auditor
juga dikemukakan oleh Carolita dan Rahardjo (2012), Saripudin et al. (2012) dan
Slamet (2012) yang meneliti pada kantor akuntan publik. Temuan yang diperoleh
Namun demikian, Adityasih (2010) dan Singgih dan Bawono (2010) yang
kualitas audit. Hasil senada juga diperoleh penelitian yang dilakukan oleh Tarigan
(2011), Queena dan Rohman (2012) serta Ayuningtyas dan Pamudji (2012)
pengaruhnya pada kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Susanti (2011) juga
14
Setyaningrum (2012) menunjukkan bahwa pelatihan tidak signifikan pengaruhnya
audit sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap auditor untuk
melakukan audit tidak selalu berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit. Menurut Bandura (1982), hal ini sangat mungkin terjadi. Pengetahuan,
untuk mencapai prestasi, tetapi itu saja belum cukup (Bandura, 1982). Orang-
orang sering gagal untuk berkinerja secara optimal meskipun mereka tahu betul
apa yang harus dilakukan dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk
adalah karena pemikiran yang merujuk kepada diri sendiri (self-referent thought)
pengetahuan dan kemampuan ke dalam tindakan yang tepat. Hal ini terkait dengan
mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka melalui persepsi tentang efikasi diri
mempengaruhi pilihan aktivitas, kerja keras, ketekunan, dan prestasi. Schunk dan
15
efikasi diri pada literatur psikologi melalui artikel yang berjudul “Self-efficacy:
Toward a unifying theory of behavioral change” dan buku yang berlabel “Social
learning theory” pada tahun 1977, para peneliti telah mengeksplorasi peran
efikasi diri ini dalam berbagai domain termasuk pendidikan, bisnis, atletik, karier,
kesehatan, dan kesejahteraan. Eksplorasi yang dilakukan oleh para peneliti juga
Teori efikasi diri merupakan komponen penting dari teori kognitif sosial
Bandura yang lebih umum. Teori kognitif sosial menunjukkan bahwa perilaku
individu, lingkungan, dan faktor kognitif (seperti, ekspektasi hasil dan efikasi diri)
saling berkait erat satu sama lain (Staples et al., 1999). Efikasi diri adalah
(Bandura, 1978). Keyakinan efikasi diri membentuk peran sentral dalam proses
regulasi melalui mana motivasi dan pencapaian kinerja individu diatur (Wood dan
Bandura, 1989).
mereka merupakan aspek utama dari pengetahuan tentang diri mereka (self-
knowledge). Efikasi diri dibentuk dari empat sumber informasi utama, yakni,
verbal dan berbagai jenis pengaruh sosial (verbal persuasion and allied types of
16
keadaan psikologis dan afektif (physiological and affective states) yang digunakan
Efikasi diri terbukti dapat diaplikasikan secara luas pada berbagai situasi
dan merupakan prediktor yang baik dari kinerja dan perilaku selanjutnya
penelitian tentang efikasi diri menyimpulkan bahwa teori efikasi diri memiliki
kekuatan penjelas potensial yang cukup besar (Bandura, 1982; Staples et al.,
pengaruh, tingkat reaksi stres fisiologis, regulasi diri, kerja keras untuk mencapai
yang membuktikan bahwa efikasi diri memberikan pengaruh kuat pada motivasi,
prestasi, dan regulasi diri individu (Multon et al., 1991; Bandura, 1997; Pajares,
dengan baik, siswa dengan efikasi diri yang tinggi berpartisipasi lebih mudah,
bekerja lebih keras, bertahan lebih lama, menunjukkan minat yang lebih besar
dalam pembelajaran, dan mencapai tingkat yang lebih tinggi (Bandura, 1997).
berkorelasi positif dengan kinerja akademis pada siswa yang berumur 10-12
17
tahun. Efikasi diri juga ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan
yang sama juga diperoleh Tenaw (2013) yang menemukan hubungan signifikan
antara efikasi diri dengan prestasi akademis mahasiswa di bidang kimia analis.
antara efikasi diri dengan kinerja. Efikasi diri juga disimpulkan berhubungan
secara positif dengan kinerja audit sehingga auditor yang memiliki efikasi diri
lebih tinggi akan berkinerja lebih baik dibanding auditor dengan efikasi diri yang
lebih rendah (Iskandar dan Sanusi, 2011; Iskandar et al., 2012). Alifuddin (2012)
menyatakan bahwa efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru (Jumari et al.,
2013).
efikasi diri (Bandura, 1997). Davis et al. (2000) yang meneliti dalam konteks
berhubungan secara positif dengan efikasi diri untuk pelatihan tahap penerbangan
lanjutan. Johari et al. (2009) yang meneliti tentang pelatihan terhadap guru-guru
guru tersebut. Masih dalam konteks pelatihan terhadap guru-guru, Bikos et al.
yang harus diikuti oleh guru-guru dapat meningkatkan efikasi para guru terhadap
18
strategi-strategi instruksional dan pengelolaan kelas dalam mengajar. Sementara,
bahwa pemberian pelatihan komunikasi efektif memberikan efek yang besar untuk
mengajar lebih dari tujuh tahun memiliki efikasi diri yang lebih baik dibanding
Cunnien et al. (2009) menunjukkan bahwa pekerja musiman dan sporadis kurang
memiliki efikasi diri dibanding pekerja tetap. Sementara, Swan et al. (2011)
menyebutkan bahwa efikasi diri guru berada pada level paling rendah pada akhir
tahun pertama pengalaman mengajar dan mencapai puncak efikasi tertinggi pada
diri. Penelitian yang dilakukan Alkan dan Erdem (2012) terhadap kandidat-
kandidat guru kimia menemukan hubungan yang positif dan medium antara
kompetensi bidang khusus kimia dengan efikasi diri. Penelitian lanjutan yang
dilakukan oleh Alkan dan Erdem (2014) juga masih menemukan hubungan antara
guru kimia.
variabel efikasi diri sebagai pemediasi. Penempatan variabel efikasi diri sebagai
pemediasi di dalam penelitian ini dilandasi oleh teori efikasi diri dan hasil-hasil
19
dengan efikasi diri (Alkan dan Erdem, 2012, 2014) dan efikasi diri berpengaruh
Pajares, 2009; Warsito, 2009; Iskandar dan Sanusi, 2011; Alifuddin, 2012; Dewi,
2012; Iskandar et al., 2012; Jumari et al., 2013; Tenaw, 2013). Dengan demikian,
auditor dengan kompetensi tinggi akan memiliki efikasi diri yang tinggi sehingga
Di dalam penelitian ini, variabel efikasi diri juga akan digunakan sebagai
diri sebagai pemediasi didukung oleh teori efikasi diri dan hasil-hasil penelitian
dengan efikasi diri (Davis et al., 2000; Cunnien et al., 2009; Johari et al., 2009;
Bikos et al., 2011; Swan et al., 2011; Wardani, 2012) dan efikasi diri
Schunk dan Pajares, 2009; Warsito, 2009; Iskandar dan Sanusi, 2011; Alifuddin,
2012; Dewi, 2012; Iskandar et al., 2012; Jumari et al., 2013; Tenaw, 2013).
Dengan demikian, auditor dengan bekal pelatihan dan pengalaman yang memadai
akan memiliki efikasi diri yang tinggi sehingga akan mendorong tercapainya
variabel kompetensi sebagai pemediasi didukung oleh teori modal manusia dan
20
pelatihan dan pengalaman berpengaruh positif terhadap kompetensi (Widiyanto
dan Yuhertiana, 2004; Cheng et al., 2009; Aisyah dan Isgiyarta, 2014) dan
2009; Sukriah et al., 2009; Efendy, 2010; Ahmad et al., 2011; Tarigan, 2011;
Ayuningtyas dan Pamudji, 2012; Saputra, 2012; Slamet, 2012; Bolang, 2013;
Perdany dan Suranta, 2013; Diryatama, 2015). Dengan demikian, auditor dengan
bekal pelatihan dan pengalaman yang memadai akan memiliki kompetensi yang
Dari hasil pengujian nantinya akan dapat dilihat peran efikasi diri dan
kinerja auditor. Disamping itu, penelitian ini juga akan melakukan konfirmasi
demikian akan dapat dilihat konsistensi dari berbagai variasi pengaruh variabel-
kompetensi dan kinerja auditor eksternal maupun internal secara umum, penelitian
ini akan difokuskan pada kompetensi auditor internal pemerintah (APIP) dalam
bidang perpajakan dan kinerja pengawasan perpajakannya. Oleh karena itu, semua
kompetensi, efikasi diri dan kinerja pengawasan auditor APIP adalah pada bidang
persepsi kapabilitas dalam bidang tertentu (Schunk dan Pajares, 2009). Efikasi diri
21
sukses melaksanakan tindakan yang diperlukan guna mencapai hasil yang
diinginkan (Bandura, 1977, 1982, 1986; Zajacova et al., 2005). Efikasi diri adalah
(Zimmerman, 2000; Zajacova et al., 2005) dan oleh karena itu harus dievaluasi
pada level yang spesifik pada domain hasil (Bandura, 1986; Pajares, 1995;
peran efikasi diri bidang perpajakan yang dapat diperoleh melalui pelatihan dan
auditor APIP dengan kinerja pengawasan perpajakan yang efektif karena memiliki
kompetensi dan efikasi diri yang tinggi dalam bidang perpajakan idealnya akan
mampu mendeteksi sejak dini dan/ atau mencegah terjadinya penggelapan pajak
demikian, penerimaan negara dari pajak-pajak yang harus dipotong/ dipungut dan
yang baik dapat diwujudkan dan bendahara pemerintah dapat dihindarkan dari
perpajakan.
22
1.2. Fenomena Gap
yang baik idealnya mampu mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
demikian, kondisi ideal tersebut masih jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan
adalah fokus sasaran auditor APIP dalam melakukan pengawasan intern melalui
audit kinerja (Permenpan No. 05 Tahun 2008). Fungsi pengawasan intern yang
memadai bahwa SPIP berjalan dengan efektif dan pelaksanaan aktivitas di dalam
Tahun 2014 mencatat adanya ribuan kasus terkait kelemahan SPIP dan
pengadaan barang dan jasa, perjalanan dinas ganda atau fiktif, dan berbagai
23
menunjukkan bahwa kinerja auditor APIP dalam melakukan pengawasan intern
masih rendah .
Fenomena Gap II; Kinerja pengawasan auditor APIP untuk mendeteksi sejak
auditor APIP melalui audit, reviu, pemantauan dan evaluasi mampu mendeteksi
sejak dini dan/ atau mencegah terjadinya penggelapan pajak oleh bendahara
pemerintah.
tersebut. Dari 12 kasus penggelapan pajak yang terjadi, hanya 2 kasus yang
dideteksi dan diungkap oleh APIP. Sisanya diungkap oleh kantor pajak, BPK dan
temuan yang diperoleh sangat beragam. Berikut ini akan diuraikan hasil-hasil
24
Research Gap I: Pengaruh kompetensi terhadap kinerja auditor
Tarigan (2011), Efendy (2010), Sukriah et al. (2009), Mulyono (2009), serta Alim
kualitas audit para auditor internal pemerintah dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh kompetensi. Kesimpulan yang sama juga didapatkan oleh Slamet
(2012) dan Saputra (2012) yang melakukan penelitian pada kantor akuntan publik.
Demikian pula halnya dengan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Diryatama (2015) serta Perdany dan Suranta (2013) pada kantor BPK.
Carolita dan Rahardjo (2012) pada kantor akuntan publik di Semarang dan
auditor
25
pengembangan profesional berkelanjutan dan pengalaman berpengaruh positif
terhadap kualitas auditor. Demikian juga halnya dengan Aisyah dan Isgiyarta
professional berkelanjutan terhadap kualitas auditor yang bekerja pada Bank BRI
Research Gap III: Pengaruh pelatihan dan pengalaman terhadap kinerja auditor
pemeriksaan yang dilakukan oleh Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
penelitian Sukriah et al. (2009) juga mendapatkan temuan yang sama bahwa
26
Singgih dan Bawono (2010), Tarigan (2011), Setyaningrum (2012), Queena dan
Kap “Big Four” Di Indonesia. Demikian pula halnya Tarigan (2011) yang
terhadap kualitas hasil audit yang dilakukan oleh auditor Inspektorat Kota/
ditemukan dan dikoreksi oleh auditor APIP yang memiliki tugas dan fungsi
27
pertanyaan. Pelatihan dan pengalaman yang merupakan determinan bagi
positif dan signifikan terhadap kualitas audit (Alim et al., 2007; Mulyono, 2009;
Sukriah et al., 2009; Efendy, 2010; Ahmad et al., 2011; Tarigan, 2011;
Ayuningtyas dan Pamudji, 2012; Saputra, 2012; Slamet, 2012; Bolang, 2013;
Perdany dan Suranta, 2013; Diryatama, 2015). Sedang beberapa penelitian lain
menunjukkan hasil yang berbeda dan bertolak belakang (Carolita dan Rahardjo,
variabel efikasi diri yang dapat digunakan untuk memediasi pengaruh kompetensi
terhadap kinerja auditor. Pelatihan yang harus dijalani oleh auditor dan
memupuk rasa efikasi diri yang tinggi di dalam diri auditor. Efikasi diri yang
tinggi akan mendorong mereka untuk ulet dan tekun guna mewujudkan kinerja
yang maksimal. Karena penelitian ini akan difokuskan pada pengawasan auditor
APIP di bidang perpajakan, maka, pelatihan yang dijalani dan pengalaman yang
kompetensi dan memupuk rasa efikasi diri yang tinggi pada bidang perpajakan.
Dengan demikian, auditor APIP tersebut akan ulet dan tekun guna mewujudkan
28
Berdasarkan uraian diatas, masalah yang akan dibahas di dalam penelitian
29
12. Apakah efikasi diri bidang perpajakan memediasi pengaruh pelatihan bidang
auditor APIP. Sedang tujuan penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut :
30
7. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengalaman bidang perpajakan
12. Untuk menguji secara empiris pengaruh efikasi diri bidang perpajakan
13. Untuk menguji secara empiris pengaruh efikasi diri bidang perpajakan
14. Untuk menguji secara empiris pengaruh efikasi diri bidang perpajakan
31
1.5.2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
positif terhadap kompetensi dan kinerja. Konsistensi dari teori atribusi yang
Bandura (1997) di dalam teori efikasi diri merupakan dua sumber utama
pembentuk efikasi diri seseorang. Efikasi diri yang menurut Bandura (1978)
dapat diaplikasikan secara luas pada berbagai situasi dan merupakan prediktor
yang baik dari kinerja juga akan dikonfirmasi di dalam penelitian ini.
adalah bahwa hasil penelitian ini akan memperlihatkan peran variabel efikasi
32
sebelumnya yang menguji pengaruh pelatihan, pengalaman dan kompetensi
terhadap kinerja.
2. Manfaat Praktis
digunakan oleh APIP untuk memperbaiki kelemahan yang masih ada serta
33
BAB II
untuk menjalankan pola perilaku tertentu (Bandura, 1978). Keyakinan efikasi diri
membentuk peran sentral dalam proses regulasi melalui mana motivasi dan
Konsep efikasi diri diturunkan dari Teori Kognitif Sosial yang dipelopori
(Bandura, 1977, 1986; Schunk, 1991). Orang-orang yang memiliki rasa efikasi
yang rendah dalam menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan mungkin akan
Individu yang memiliki efikasi diri dihipotesiskan bekerja lebih keras dan
bertahan lebih lama ketika mereka menghadapi kesulitan daripada mereka yang
untuk menilai efikasi diri mereka dari pencapaian kinerja mereka sendiri
indeks fisiologis (Schunk, 1991). Kinerja diri sendiri memberikan pedoman yang
efikasi dan kegagalan akan menurunkannya, tetapi sekali rasa yang kuat dari
34
efikasi dibangun, kegagalan tidak akan memiliki banyak pengaruh (Bandura,
keadaan yang lebih baik dan dan pencapaian personal. Hal ini karena jika orang
percaya bahwa tindakan mereka dapat menghasilkan hasil yang mereka inginkan,
mereka memiliki sedikit dorongan untuk bertindak atau untuk bertahan dalam
lebih baik dengan berbagai cara (Bandura, 1986, 1997; Schunk dan Pajares,
program tindakan yang akan dilakukan. Individu cenderung untuk memilih tugas
dan kegiatan di mana mereka merasa kompeten dan percaya diri dan menghindari
Efikasi diri juga membantu menentukan berapa banyak upaya yang akan
dicurahkan orang pada suatu kegiatan, berapa lama mereka akan bertahan ketika
merugikan (Schunk dan Pajares, 2009). Lebih lanjut Schunk dan Pajares (2009)
menjelaskan bahwa orang dengan rasa efikasi yang kuat cenderung menganggap
tugas yang sulit sebagai tantangan untuk ditaklukkan bukan sebagai ancaman
yang harus dihindari. Mereka menetapkan tujuan yang menantang dan menjaga
mereka dalam menghadapi kegagalan, dan lebih cepat memulihkan rasa efikasi
35
diri setelah mengalami kegagalan. Sebaliknya, orang dengan efikasi diri rendah
mungkin percaya bahwa segala sesuatu lebih sulit daripada yang sebenarnya-
keyakinan yang dapat mendorong kecemasan, stres, depresi, dan visi sempit
dicapai.
dan aktivitas yang dilakukan oleh para instruktur maupun peserta lain selama
masa pelatihan (Hayden, 2014). Melihat orang lain yang serupa dengan dirinya
merupakan cara yang paling efektif meningkatkan efikasi diri seseorang (Bandura,
1994; Hayden, 2014). Orang tersebut akan percaya bahwa ia mampu melakukan
sesuatu yang baru namun mirip dengan apa yang sudah pernah dilakukannya
dengan baik.
Teori efikasi diri juga menjelaskan bagaimana efikasi diri yang merupakan
1977, 1986; Schunk, 1991; Schunk dan Pajares, 2009). Selain itu, efikasi diri
36
merupakan self-referent thought yang dapat mengaktifkan proses kognitif,
dalam tindakan yang tepat (Bandura, 1982). Dengan demikian, kinerja yang
dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan (Aisyah dan Isgiyarta,
orang yang berada di dalam organisasi adalah aset penting yang berkontribusi
aset fisik lain seperti mesin dan uang (Stockley, 2005). Kolektivitas dari sikap,
Konsep ini baru mendapat perhatian setelah Schultz (1961) dan ekonom-ekonom
37
lain membahas dampak investasi sumber daya manusia bagi pertumbuhan
sumber daya pada manusia, yang disebut dengan investasi dalam modal manusia,
cara tersebut memiliki efek yang relatif berbeda pada pendapatan dan konsumsi,
pada ukuran sumber daya yang biasanya diinvestasikan, pada jumlah return, dan
pada sejauh mana keterkaitan antara investasi dan return yang dirasakan. Akan
tetapi, kesemuanya itu meningkatkan kemampuan fisik dan mental manusia dan
modal manusia dalam bentuk pelatihan terbukti memiliki dampak positif dan
pengalaman kerja yang tinggi menyerap lebih banyak dalam pelatihan sehingga
memiliki kinerja yang lebih baik dibanding pekerja IT dengan pengalaman yang
dan signifikan terhadap efektivitas investasi pada modal manusia. Pelatihan dan
investasi dan nilai tambah modal manusia. Tenaga kerja yang lebih berpendidikan
lebih gesit dan dapat beradaptasi, dapat mempelajari tugas baru dengan cepat dan
38
2006; Bakir et al., 2015). Selain itu, tenaga kerja sangat terdidik lebih otonom dan
dan pengalaman sebagai bentuk investasi modal manusia dengan kompetensi dan
kinerja.
Teori atribusi yang dipelopori oleh Fritz Heider pada tahun 1958 ini
menyimpulkan maksud, motif dan karakteristik orang lain dengan melihat pada
perilakunya yang tampak (Luthans, 2011). Dengan menggunakan teori ini dapat
berasal dari dalam diri orang tersebut dan faktor eksternal yang berasal dari luar
diri orang tersebut atau lingkungannya (Luthans, 2011). Faktor internal yang
fisik, suasana hati (mood) atau usaha dari seseorang. Sedang faktor eksternal yang
05 Tahun 2008). Kompetensi adalah faktor internal dalam diri auditor yang
merupakan salah satu penentu kualitas audit (Kusumastutie dan Raharja, 2014).
39
Kompetensi dibutuhkan dalam membuat judgment audit yang akan berpengaruh
terhadap opini audit yang diberikan. Bolang (2013), Perdany dan Suranta (2013),
Slamet (2012), Saputra (2012), Ahmad et al. (2011), Tarigan (2011), Efendy
merupakan faktor internal dalam diri seorang auditor dapat diatribusikan dengan
kinerja auditnya.
dilakukan pada sektor publik (pemerintah) berbeda dengan audit yang dilakukan
pada sektor swasta (Wilopo, 2001; Badjuri dan Trihapsari, 2004). Audit pada
1. Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas
diterima umum.
40
2. Audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan dan rekomendasi
samping itu, sasaran audit kinerja juga untuk mendeteksi adanya kelemahan
3. Audit dengan tujuan tertentu yaitu audit yang bertujuan untuk memberikan
simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk dalam kategori ini
Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas
eksternal pemerintah, dalam hal ini adalah BPK dan Akuntan Publik atau pihak
Keuangan Negara, untuk dan atas nama BPK (BPK, 2007). Sementara, audit
kinerja dan audit dengan tujuan tertentu dapat dilakukan oleh pihak eksternal
Audit, baik audit kinerja maupun audit dengan tujuan tertentu, merupakan
salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh APIP untuk melakukan pengawasan
41
memberikan keyakinan yang memadai (assurance) bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan
yang baik (PP No. 60 Tahun 2008, Permenpan No. 05 Tahun 2008, Permenpan
No. 220 Tahun 2008 Sttd Permenpan dan RB No. 51 Tahun 2012). Perwujudan
Pemerintah;
Pemerintah (APIP)
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif
pemerintahan yang baik (PP No. 60 Tahun 2008, Permenpan No. 05 Tahun 2008,
Permenpan No. 220 Tahun 2008 Sttd Permenpan dan RB No. 51 Tahun 2012).
42
Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang
atau norma yang telah ditetapkan. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan
standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor
tujuan.
dan RB No. 19 Tahun 2009). Pengawasan intern atas tugas dan fungsi instansi
43
Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permenpan
No. 05 Tahun 2008; Permenpan No. 220 Tahun 2008 Sttd Permenpan dan RB No.
51 Tahun 2012) .
tertentu yang meliputi: (a) kegiatan yang bersifat lintas sektoral; (b) kegiatan
selaku Bendahara Umum Negara; dan (c) kegiatan lain berdasarkan penugasan
atau Deputi Pengawasan untuk kepentingan Menteri atau Kepala LPND dalam
upaya pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada dalam kendalinya.
Pelaksanaannya tidak terbatas pada fungsi audit, tetapi juga fungsi pembinaan
dan perubahan yang terjadi baik di bidang politik, di bidang ekonomi maupun di
bidang sosial melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam suatu
pusat dan daerah (Permenpan dan RB No. 19 Tahun 2009). Perubahan yang
44
perundang-undangan yang mendukung penerapan tata kelola kepemerintahan
fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang
telah ditetapkan, dan ketentuan. Pengawasan intern oleh APIP pada instansi
pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan
Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output)
individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta
pemerintahan yang baik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung
Intern Pemerintah sebagai acuan dalam melaksanakan audit sesuai dengan mandat
sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor dan APIP dalam:
45
pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit yang memiliki nilai tambah serta
penugasan yang dilakukan seorang auditor dalam tahun atau periode penilaian
dengan terbuka, jujur, adil, dan obyektif serta mempunyai standar tertentu untuk
Teknis yang berada di bawahnya dan Pengendali Mutu dinilai oleh pimpinan
APIP (Permenpan dan RB No. 19 Tahun 2009. Hasil penilaian yang diperoleh
hendaklah didiskusikan dengan auditor yang dinilai sehingga auditor yang dinilai
dapat memperbaiki kinerjanya dan tidak salah pengertian jika kepadanya terdapat
perlakuan yang berbeda dengan auditor lainnya, misalnya dalam hal kenaikan
pangkat.
46
2.1.7. Kompetensi
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
untuk mencapai kinerja yang maksimal (Alim et al., 2007; Ningsih dan Yaniartha,
2013).
Audit harus dilakukan oleh auditor yang kompeten (Arens et al., 2012).
memuaskan (Lee dan Stone, 1995). Auditor yang kompeten mampu memperoleh
yang terbaru, (4) pengetahuan tentang industri khusus, dan (5) pengetahuan
tentang bisnis umum serta penyelesaian masalah (Kusharyanti, 2003; Ningsih dan
47
pendidikan formal di perguruan tinggi, pelatihan dan pengalaman (Kusharyanti,
seperti risiko audit, prosedur audit, dan lain-lain kebanyakan diperoleh dari
didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan,
dan pengalaman. Isu-isu akuntansi yang paling baru biasa didapatkan dari
masalah kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman (Bedard dan Chi,
ringkas tentang sumber-sumber efikasi diri dan proses-proses yang diaktifkan oleh
48
a. Mastery Experiences
1997).
b. Vicarious Experiences
persepsi bahwa orang lain atau model tersebut memiliki banyak kesamaan
49
bila seseorang tersebut menganggap bahwa model sangat berbeda dari
atau persuasi dari orang atau pihak lain. Persuasi verbal merupakan cara
aktivitas tertentu cenderung untuk mengerahkan usaha yang lebih besar dan
50
Hayden, 2014). Bukan hanya kondisi emosi yang tegang dan reaksi fisik
energi pada kinerja, sedangkan mereka yang mengalami keraguan pada diri
a. Proses Kognitif
mereka miliki membentuk tipe skenario antisipatif yang mereka bentuk dan
51
b. Proses Motivasional
motivasi tercermin pada tindakan yang dipilih dan dalam intensitas serta
seperti apa dari tindakan yang mengarah pada masa depan. Mereka
c. Proses Afektif
mempengaruhi seberapa banyak stres dan depresi yang mereka alami dalam
52
d. Proses Seleksi
perkembangan diri seseorang. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh sosial
2.1.9. Pelatihan
(Dessler, 2015). Pelatihan merupakan hal yang penting (Dessler, 2015). Jika
Banyak diantara mereka yang akhirnya mencari tempat kerja baru karena kurang
53
menyelesaikan pekerjaan dengan baik (Salehudin, 2010). Kompetensi yang
ditransfer pada situasi dan tempat kerja yang lain, sementara kompetensi spesifik
lebih terikat dengan situasi dan tempat kerja yang ada sehingga lebih sulit
diadaptasi dan ditransfer pada situasi dan tempat kerja yang lain.
pelatihan yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh seorang auditor untuk
pemeriksaan. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal
dan unik di mana entitas yang diperiksa beroperasi. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam
54
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemeriksa memenuhi persyaratan
keuangan, statistik, disain evaluasi, dan analisis data. Pendidikan dimaksud dapat
Cheng et al. (2009) dan Aisyah dan Isgiyarta (2014) menyatakan bahwa pelatihan
perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh para instruktur maupun peserta lain
selama masa pelatihan (Hayden, 2014). Melihat orang lain yang serupa dengan
55
(Bandura, 1994). Pengaruh positif pelatihan terhadap efikasi diri didukung oleh
hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012); Bikos et al. (2011);
2.1.10. Pengalaman
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada
suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Dharmawan, 2014). Suatu pembelajaran
juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
(Salehudin, 2010). Seseorang yang sudah memiliki pengalaman pada suatu bidang
dapat lebih cepat beradaptasi dan memberikan kontribusi lebih banyak sehingga
dapat meminta gaji lebih tinggi. Pengalaman kerja adalah hasil dari waktu yang
telah diinvestasikan karena bekerja pada suatu profesi atau posisi. Meskipun
demikian, perlu diperhatikan bahwa pengalaman kerja tidak sama dengan lama
tahun akan mengalami diminishing return. Seseorang yang sudah bekerja selama
20 tahun pada suatu pekerjaan belum tentu mendapatkan pengalaman kerja yang
jauh lebih banyak daripada orang yang baru bekerja selama 2‐3 tahun saja pada
56
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang
pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang
untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Queena dan Rohman, 2012).
pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikapnya dalam bertindak
kesalahan pada laporan keuangan dan teknik mengaudit (Libby dan Frederick,
1990; Cheng et al., 2009). Auditor yang berpengalaman lebih banyak mendeteksi
kesalahan yang masuk akal dan hanya sedikit melakukan kesalahan pada
pemeriksaan laporan keuangan (Libby dan Frederick, 1990; Cheng et al., 2009).
dan Isgiyarta (2014), Widiyanto dan Yuhertiana (2004) dan Cheng et al. (2009)
kompetensi auditor.
57
akan percaya bahwa ia mampu melakukan sesuatu yang baru namun mirip dengan
apa yang sudah dilakukannya dengan baik. Penelitian yang dilakukan Usmany
(2013), Swan et al. (2011), Cunnien et al. (2009) dan Johari et al. (2009)
terhadap kompetensi auditor. Ketiga penelitian ini menggunakan tiga objek yang
berbeda pula.
Aisyah dan Isgiyarta (2014) melakukan studi pada bank BRI Kantor
penelitian pada Kantor Badan Pengawas Kota Surabaya. Sedang Cheng et al.
(2009) menggunakan objek kantor akuntan publik di Taiwan. Ketiga penelitian ini
58
memperoleh kesimpulan yang sama, kompetensi auditor signifikan dipengaruhi
oleh pelatihan.
2009; Aisyah dan Isgiyarta, 2014). Aisyah dan Isgiyarta (2014) serta Widiyanto
Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dan Isgiyarta (2014) serta Cheng et
59
Sebagai salah satu sumber pembentuk efikasi diri (Bandura, 1997),
pelatihan terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap efikasi diri.
Hal ini didukung oleh temuan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2012);
Bikos et al. (2011); Johari et al. (2009) dan Davis et al. (2000) sebagaimana
3. Johari et al. Pengaruh Jenis Latihan Guru dan Jenis Latihan Guru
(2009) Pengalaman Mengajar Terhadap signifikan pengaruhnya
Efikasi Guru Sekolah Menengah terhadap
(The Influence of Teacher efikasi guru sekolah
Training and Teaching menengah
Experience on
Secondary School Teacher
Efficacy)
4. Davis et al. The Development of Self-Efficacy Kinerja pelatihan pada
(2000) during Aviation Training tahap awal berhubungan
secara positif dengan
efikasi diri untuk
pelatihan pada tahap
lanjutan.
Bikos et al. (2011) dan Johari et al. (2009) menyimpulkan bahwa efikasi
diri para guru dalam mengajar meningkat signifikan setelah melalui pelatihan.
60
mahasiswa dalam berkomunikasi mengalami peningkatan setelah mengikuti
pelatihan. Demikian pula halnya dengan Davis et al. (2000) yang meneliti efek
pelatihan terhadap efikasi diri dalam konteks pelatihan penerbang. Efikasi diri
terhadap efikasi diri yang dilakukan pada tiga bidang yang berbeda. Keempat
efikasi diri.
61
Usmany (2013) yang meneliti di bidang audit berkesimpulan bahwa
efikasi diri auditor BPK-RI dipengaruhi secara positif oleh pengalaman. Penelitian
yang dilakukan oleh Johari et al. (2009) dan Swan et al. (2011) dengan objek para
Dua penelitian yang dilakukan oleh Alkan dan Eldem pada tahun 2012 dan
berpengaruh positif dan signifikan pada efikasi diri. Penelitian Alkan dan Erdem
keyakinan efikasi diri dari kandidat-kandidat guru kimia. Penelitian lanjutan yang
dilakukan oleh Alkan dan Erdem (2014) masih menemukan hubungan yang
positif dan medium antara kompetensi bidang khusus kimia dengan keyakinan
62
2.2.6. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Auditor
kinerja auditor sebagaimana dirangkum di dalam tabel 2.6. Objek penelitian yang
yang dalam hal ini adalah BPK (Setyaningrum, 2012), serta inspektorat dan
63
Sedang Setyaningrum (2012) menemukan hasil sebaliknya, pelatihan tidak
pengalaman terhadap kinerja auditor yang terdapat di dalam tabel 2.7 dapat dilihat
berpengaruh terhadap kualitas audit (Adityasih, 2010; Singgih dan Bawono, 2010;
Susanti, 2011; Tarigan, 2011; Ayuningtyas dan Pamudji, 2012; Queena dan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit (Sukriah et al., 2009;
Carolita dan Rahardjo, 2012; Saripudin et al., 2012; Slamet, 2012; Bolang, 2013;
64
Terhadap Kualitas Audit : Etika terhadap kualitas audit
Auditor Sebagai Variabel
Pemoderasi
Peneliti
No. Judul Hasil
(tahun)
4. Usmany Pengaruh Pengalaman Spesifik, Pengalaman spesifik
(2013) Self Efficacy, dan Effort Terhadap berpengaruh positif dan
Kinerja Auditor Negara : signifikan terhadap
Kompleksitas Tugas sebagai Kinerja Auditor
Variabel Pemoderasi (Studi Empiris
Pada BPK-RI di Indonesia)
5. Bolang Pengaruh Kompetensi, Pengalaman
(2013) Independensi Dan Pengalaman berpengaruh signifikan
Terhadap Kualitas Audit Aparat terhadap kualitas audit
Inspektorat Kota Tomohon Dalam
Pengawasan Pengelolaan Keuangan
Daerah
6. Queena dan Analisis Faktor-Faktor Yang Pengalaman kerja tidak
Rohman Mempengaruhi Kualitas Audit signifikan pengaruhnya
(2012) Aparat Inspektorat Kota/Kabupaten terhadap kualitas hasil
Di Jawa Tengah pemeriksaan
7. Ayuningtyas Pengaruh Pengalaman Kerja, Pengalaman kerja tidak
dan Pamudji Independensi, Obyektifitas, signifikan pengaruhnya
(2012) Integritas Dan Kompetensi terhadap kualitas hasil
Terhadap Kualitas Hasil Audit audit
(Studi Kasus Pada Auditor
Inspektorat Kota/Kabupaten Di
Jawa Tengah)
8. Carolita dan Pengaruh Pengalaman Kerja, Pengalaman kerja
Rahardjo Independensi, Objektifitas, memiliki efek positif
(2012) Integritas, Kompetensi, Dan pada hasil kualitas audit
Komitmen Organisasi Terhadap
Kualitas Hasil Audit. (Studi Pada .
Kantor Akuntan Publik Di
Semarang)
9. Saripudin et al. Pengaruh Independensi, Pengalaman
(2012) Pengalaman, Due Professional mempengaruhi kualitas
Care audit
Dan Akuntabilitas Terhadap
Kualitas Audit (Survei Terhadap
Auditor KAP Di Jambi Dan
Palembang)
10. Slamet Pengaruh Pengalaman Kerja, Pengalaman Kerja
(2012) Independensi, Dan Kompetensi memiliki dampak positif
65
Auditor Terhadap Kualitas Audit pada kualitas audit
Oleh Akuntan Publik Di Surabaya
11. Tarigan Pengaruh Pengalaman Kerja, Pengalaman kerja tidak
(2011) Independensi, Objektivitas, berpengaruh secara
Integritas Dan Kompetensi signifikan terhadap
Terhadap Kualitas Hasil kualitas hasil
Pemeriksaan pemeriksaan
Tabel 2.7 Ringkasan Penelitian Tentang
Pengaruh Pengalaman Terhadap Kinerja Auditor (lanjutan)
Peneliti
No. Judul Hasil
(tahun)
12. Susanti Pengaruh Independensi, Due Pengalaman tidak
(2011) Professional care, dan Akuntabilitas berpengaruh terhadap
Terhadap Kualitas Audit (Studi kualitas audit
Kasus Kantor BPK Perwakilan
Yogyakarta)
13. Adityasih Analisis Pengaruh Pendidikan Pengalaman Auditor
(2010) Profesi, Pengalaman Auditor, tidak signifikan
Jumlah Klien (Audit Capacity) Dan pengaruhnya terhadap
Ukuran Kantor Akuntan Publik kualitas audit
Terhadap Kualitas Audit
14. Singgih dan Pengaruh Independensi, Pengalaman tidak
Bawono Pengalaman, Due Professional signifikan pengaruhnya
(2010) Care Dan Akuntabilitas Terhadap terhadap kualitas audit.
Kualitas Audit (Studi Pada Auditor
Di Kap “Big Four” Di Indonesia)
15. Sukriah et al. Pengaruh Pengalaman Kerja, Pengalaman kerja
(2009) Independensi, Obyektifitas, signifikan pengaruhnya
Integritas dan Kompetensi terhadap kualitas hasil
Terhadap Kualitas Hasil audit
Pemeriksaan
Sumber : Ringkasan beberapa jurnal dan Tesis atau Desertasi yang relevan
terhadap kinerja auditor dirangkum di dalam tabel 2.8. Objek penelitian yang
digunakan meliputi auditor eksternal (akuntan publik) dan auditor internal yang
66
1. Dirtyatama The Influence of Internal Auditor’s Kompetensi internal
(2015) Competency and Independency to the Auditor berpengaruh
Internal Auditor’s Due Professional positif terhadap
Care and the Implication to the Internal kualitas Audit Internal
Audit Quality
Peneliti
No. Judul Hasil
(tahun)
2. Bolang Pengaruh Kompetensi, Independensi Kompetensi
(2013) Dan Pengalaman Terhadap Kualitas berpengaruh signifikan
Audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon terhadap kualitas audit
Dalam Pengawasan Pengelolaan
Keuangan Daerah
3. Perdany dan Pengaruh Kompetensi Dan Kompetensi
Suranta Independensi Auditor Terhadap Kualitas berpengaruh positif
(2013) Audit Investigatif Pada Kantor dan signifikan
Perwakilan BPK-RI Yogyakarta terhadap kualitas audit
investigatif
4. Tarigan et al. Pengaruh Kompetensi, Etika, Dan Fee Terdapat pengaruh
(2013) Audit Terhadap Kualitas Audit negatif signifikan dari
kompetensi terhadap
kualitas audit
67
Semarang)
Berdasarkan tabel 2.8 dapat dilihat bahwa terdapat tiga variasi temuan
dan Suranta (2013), Ayuningtyas dan Pamudji (2012). Slamet (2012), Saputra
(2012), Ahmad et al. (2011), Tarigan (2011), Efendy (2010), Sukriah et al.
(2009), Mulyono (2009), dan Alim et al. (2007) mendapatkan temuan bahwa
68
Carolita dan Rahardjo (2012) serta (Nursamsi et al., 2013) berkesimpulan
hasil audit. Sedang yang ketiga, Tarigan et al. (2013) menyimpulkan bahwa
yang dirangkum di dalam tabel 2.9 dikelompokkan menjadi tiga objek, yakni
Jumari et al., 2013; Tenaw, 2013), kinerja bidang manajerial (Alifuddin, 2012;
Dewi, 2012) dan kinerja bidang audit (Iskandar dan Sanusi, 2011; Iskandar et al.,
2012).
69
Tabel 2.9 Ringkasan Penelitian Tentang
Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kinerja (lanjutan)
Peneliti
No. Judul Hasil
(tahun)
5. Jumari et al. Pengaruh Budaya Organisasi, Efikasi Terdapat pengaruh yang
(2013) Diri Dan Kepuasan positif dan signifikan
Kerja Terhadap Kinerja Mengajar antara efikasi diri
Guru SMK Negeri terhadap kinerja mengajar
Kecamatan Denpasar Selatan guru
6. Dewi Kinerja Kepala Sekolah : Pengaruh Hasil penelitian
(2012) Kepemimpinan Transformasional, menunjukkan bahwa
Konflik dan Efikasi Diri Efikasi diri secara
langsung mempengaruhi
kinerja kepala sekolah
7. Webb- Self-efficacy in the primary Efikasi diri berkorelasi
Williams classroom: An investigation into the positif dengan kinerja
(2006) relationship with performance akademis
Warsito (2009); Jumari et al. (2013) dan Tenaw (2013) menyimpulkan bahwa
kinerja manajerial dipengaruhi oleh efikasi diri. Temuan yang sama juga diperoleh
oleh Iskandar dan Sanusi (2011) dan Iskandar et al. (2012) yang menyatakan
70
2.3. Pengembangan Model Teoritikal Dasar
Gambar 2.1
PELATIHAN
KOMPETENSI AUDITOR
. PENGALAMAN
yang bekerja pada Badan Pengawas Kota Surabaya (Bawasko) Surabaya. Cheng
et al. (2009) yang menggunakan data dari "Survei Bisnis dari Kantor Akuntan
71
auditor juga ditemukan oleh Aisyah dan Isgiyarta (2014) yang melakukan
penelitian pada auditor internal yang bekerja pada Bank BRI Semarang.
utama informasi pembentuk efikasi diri (Bandura, 1997). Davis et al. (2000) yang
sebagaimana terlihat pada gambar 2.2 menyatakan bahwa kinerja pelatihan dasar
penerbangan berhubungan secara positif dengan efikasi diri untuk pelatihan tahap
efikasi guru-guru tersebut. Masih dalam konteks pelatihan guru-guru, Bikos et al.
(2011) menemukan bahwa tahap awal dari program pelatihan pendahuluan yang
harus diikuti oleh guru-guru dapat meningkatkan efikasi para guru terhadap
bahwa pemberian pelatihan komunikasi efektif memberikan efek yang besar untuk
Gambar 2.2
Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Terhadap Efikasi Diri
PELATIHAN
EFIKASI DIRI
PENGALAMAN
Sumber : Davis et al. (2000); Cunnien et al. (2009); Johari et al. (2009);
Bikos et al. (2011); Swan et al. (2011); Wardani (2012)
72
Johari et al. (2009) berkesimpulan bahwa guru-guru dengan pengalaman
mengajar lebih dari tujuh tahun memiliki efikasi diri yang lebih baik dibanding
Cunnien et al. (2009) menunjukkan bahwa pekerja musiman dan sporadis kurang
memiliki efikasi diri dibanding pekerja tetap. Swan et al. (2011) menemukan
bahwa efikasi diri guru berada pada level paling rendah pada akhir tahun pertama
pengalaman mengajar dan mencapai puncak efikasi tertinggi pada akhir tahun
hasil yang diinginkan (Bandura, 1977, 1982, 1986; Zajacova et al., 2005).
menemukan hubungan yang positif dan medium antara kompetensi bidang khusus
kimia dengan efikasi diri. Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Alkan dan
Gambar 2.3
Pengaruh Kompetensi Terhadap Efikasi Diri
73
Beberapa peneliti menguji pengaruh langsung dari variabel pelatihan dan
signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini didukung oleh teori modal manusia
yang menyatakan bahwa pelatihan dan pengalaman merupakan salah satu bentuk
investasi pada modal manusia. Pelatihan dan pengalaman menurut teori modal
kualitas audit.
Gambar 2.4
Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Terhadap Kinerja Auditor
PELATIHAN
KINERJA AUDITOR
PENGALAMAN
pada kantor Inspektorat se-pulau Lombok. Carolita dan Rahardjo (2012) yang
74
melanjutkan dan memperluas penelitian yang dilakukan oleh Sukriah et al. (2009)
perhatian peneliti sejak pernyataan Gibbins (1984) yang mengutip Felix dan
Kinney (1982) perihal belum baiknya pemahaman orang atas apa yang terjadi
bahaya, dan peluang dari lingkungan mereka sehari-hari. Pernyataan tersebut telah
determinannya.
Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output)
individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta
keinginan untuk berprestasi lebih baik (Mulyono, 2009). Auditor dinilai memiliki
75
kinerja yang baik bila dapat melaksanakan audit yang berkualitas. Audit dikatakan
terhadap kualitas audit dengan model sebagaimana terlihat pada gambar 2.5
menunjukkan hasil yang positif (Alim et al., 2007; Mulyono, 2009; Sukriah et al.,
2009; Efendy, 2010; Ahmad et al., 2011; Tarigan, 2011; Ayuningtyas dan
Pamudji, 2012; Saputra, 2012; Slamet, 2012; Bolang, 2013; Perdany dan Suranta,
kualitas audit.
Gambar 2.5
Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Auditor
Sumber : Alim et al. (2007); Efendy (2010); Sukriah et al. (2009); Mulyono (2009)
Ahmad et al. (2011); Tarigan (2011); Ayuningtyas dan Pamudji (2012);
Saputra (2012); Slamet (2012); Bolang (2013); Perdany dan Suranta
(2013); Diryatama (2015)
Teori efikasi diri merupakan komponen penting dari teori kognitif sosial
lingkungan, dan faktor kognitif (seperti, ekspektasi hasil dan efikasi diri) saling
berkait erat satu sama lain (Staples et al., 1999). Efikasi diri adalah penilaian
76
(Bandura, 1978). Keyakinan efikasi diri membentuk peran sentral dalam proses
regulasi melalui mana motivasi dan pencapaian kinerja individu diatur (Wood dan
Bandura, 1989).
Gambar 2.6
Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kinerja
KINERJA
EFIKASI DIRI
akademis pada siswa yang berumur 10-12 tahun. Efikasi diri juga ditemukan
akademis mahasiswa (Warsito, 2009). Hasil yang sama juga diperoleh Tenaw
(2013) yang menemukan hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan
antara efikasi diri dengan kinerja. Efikasi diri berhubungan secara positif dengan
kinerja audit sehingga auditor yang memiliki efikasi diri lebih tinggi akan
berkinerja lebih baik dibanding auditor dengan efikasi diri yang lebih rendah
(Iskandar dan Sanusi, 2011; Iskandar et al., 2012). Alifuddin (2012) juga
77
secara langsung mempengaruhi kinerja kepala sekolah. Efikasi diri juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru (Jumari et al.,
2013).
sebagai teori utama dan teori modal manusia serta teori atribusi sebagai teori
penelitian ini. Langkah awal yang dilakukan dalam dengan membuat kombinasi
kompetensi dan kinerja auditor dapat dikaitkan secara empiris dan didukung
dikombinasikan, maka terbentuk model teoritis yang ditunjukkan oleh gambar 2.7.
PELATIHAN
KINERJA
KOMPETENSI AUDITOR
PENGALAMAN
78
Menurut teori modal manusia, pelatihan dan pengalaman merupakan
bentuk investasi pada modal manusia yang memiliki kontribusi pada kompetensi
dan kinerja auditor. Teori ini didukung oleh hasil-hasil penelitian yang dilakukan
oleh Widiyanto dan Yuhertiana (2004); Batubara (2008); Cheng et al. (2009);
Mulyono (2009); Sukriah et al. (2009); Carolita dan Rahardjo (2012); Nursamsi
et al. (2013); Aisyah dan Isgiyarta (2014); Sarsiti (2013); Sembiring (2014).
diri auditor yang berpengaruh terhadap kinerja auditor. teori ini didukung oleh
hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007); Efendy (2010);
Sukriah et al. (2009); Mulyono (2009) Ahmad et al. (2011); Tarigan (2011);
Ayuningtyas dan Pamudji (2012); Saputra (2012); Slamet (2012); Bolang (2013);
Karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mengujii peran variabel
efikasi diri pada kombinasi model-model penelitian terdahulu yang didukung oleh
teori efikasi diri dan beberapa penelitian terdahulu Davis et al. (2000); Webb-
Williams (2006); Cunnien et al. (2009); Johari et al. (2009); Tenaw (2013);
Warsito (2009); Arsanti (2009); Iskandar dan Sanusi (2011); Bikos et al. (2011);
79
Swan et al. (2011); Wardani (2012); Iskandar et al. (2012); Alifuddin (2012);
Dewi (2012); Alkan dan Erdem (2012); Jumari et al. (2013); Alkan dan Erdem
(2014). Dengan demikian, model teoritikal dasar yang akan digunakan di dalam
Gambar 2.8
Model Teoritikal Dasar
PELATIHAN
EFIKASI DIRI
KINERJA
AUDITOR
KOMPETENSI
PENGALAMAN
efikasi diri sebagai pemediasi karena efikasi diri mengaktifkan proses kognitif,
individu terhadap kegiatan, upaya, dan ketekunan (Bandura, 1977, 1986; Schunk,
1991). Orang-orang yang memiliki rasa efikasi yang rendah dalam menyelesaikan
80
sebuah tugas atau pekerjaan mungkin akan menghindari tugas atau pekerjaan
bertahan lebih lama ketika mereka menghadapi kesulitan daripada mereka yang
(Bandura, 1982; Staples et al., 1999). Hal ini juga didukung oleh berbagai hasil
penelitian yang didokumentasikan oleh Schunk dan Pajares (2009) dan penelitian-
dan Sanusi, 2011; Alifuddin, 2012; Dewi, 2012; Iskandar et al., 2012; Jumari et
al., 2013; Tenaw, 2013). Disisi lain, kompetensi memiliki hubungan yang positif
dengan efikasi diri (Alkan dan Erdem, 2012, 2014). Dengan demikian, auditor
dengan kompetensi yang tinggi akan memiliki efikasi diri yang tinggi pula
adalah dua sumber utama efikasi diri (Bandura, 1997). Pengaruh pelatihan dan
pengalaman terhadap efikasi diri juga didukung secara empiris (Davis et al., 2000;
Cunnien et al., 2009; Johari et al., 2009; Bikos et al., 2011; Swan et al., 2011;
Wardani, 2012; Usmany, 2013). Dengan demikian, efikasi diri yang dapat
81
dipupuk melalui pelatihan dan pengalaman akan tmendorong tercapainya kinerja
yang baik.
terhadap kinerja auditor yang secara empiris masih beragam hasilnya. Penempatan
Yuhertiana, 2004; Cheng et al., 2009; Aisyah dan Isgiyarta, 2014). Sementara,
penelitian terdahulu (Alim et al., 2007; Mulyono, 2009; Sukriah et al., 2009;
Efendy, 2010; Ahmad et al., 2011; Tarigan, 2011; Ayuningtyas dan Pamudji,
2012; Saputra, 2012; Slamet, 2012; Bolang, 2013; Perdany dan Suranta, 2013;
Diryatama, 2015).
penelitian ini difokuskan pada kompetensi auditor APIP dalam bidang perpajakan
dalam penelitian ini seperti pelatihan, pengalaman, kompetensi, efikasi diri dan
82
Gambar 2.9
Model Penelitian Empiris
H5
H10 H11
H7
dijembatani. Di dalam penelitian ini, variabel efikasi diri dan variabel kompetensi
83
memberikan penjelasan terhadap keragaman hasil-hasil penelitian terdahulu
Surabaya. Cheng et al. (2009) yang menggunakan data dari "Survei Bisnis dari
juga ditemukan oleh Aisyah dan Isgiyarta (2014) yang melakukan penelitian pada
84
Pelatihan bidang perpajakan merupakan bentuk investasi sumber daya
manusia pada auditor APIP. Pelatihan pada bidang perpajakan ini akan
ini dikuatkan oleh teori modal manusia yang menyatakan bahwa pengalaman
merupakan investasi sumber daya pada manusia yang dapat digunakan untuk
secara alami (Salehudin, 2010). Seseorang yang sudah memiliki pengalaman pada
suatu bidang dapat lebih cepat beradaptasi dan memberikan kontribusi lebih
banyak.
pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang
untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Queena dan Rohman, 2012).
pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikapnya dalam bertindak
85
Cheng et al. (2009) yang menggunakan data dari "Survei Bisnis dari
terhadap kualitas auditor juga ditemukan oleh Aisyah dan Isgiyarta (2014) yang
melakukan penelitian pada auditor internal yang bekerja pada Bank BRI
Semarang.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis kedua yang akan diuji di dalam
Di dalam teori efikasi diri, pengalaman orang lain atau model (vicarious
experience) adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai
efikasi diri (Bandura, 1994, 1997). Dengan mengamati perilaku dan pengalaman
orang lain sebagai model dapat meningkatkan efikasi diri seseorang, terutama jika
ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari
86
Pelatihan adalah salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengamati
perilaku dan pengalaman orang lain yang setara maupun yang lebih baik dari
perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh para instruktur maupun peserta lain
jenis pelatihan yang diikuti berpengaruh pada efikasi diri guru-guru. Sementara
itu, pemberian pelatihan komunikasi efektif memberikan efek yang besar untuk
meningkatkan efikasi diri mahasiswa (Wardani, 2012). Bikos et al. (2011) juga
menyatakan bahwa tahap awal dari program pelatihan meningkatkan efikasi diri
para guru.
APIP untuk mengamati perilaku dan pengalaman orang lain yang setara maupun
yang lebih baik dari mereka. Misalnya dengan mengamati perilaku dan
pengalaman para pengajar atau peserta pelatihan lainnya. Melihat orang lain yang
serupa dengan dirinya mengalami sukses melalui usaha yang terus-menerus akan
kemampuan untuk menguasai aktivitas yang kurang lebih sama untuk mencapai
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis ketiga yang akan diuji di dalam
87
2.5.2.4. Pengaruh Pengalaman Bidang Perpajakan Terhadap Efikasi Diri
oleh seseorang pada saat melakukan tugasnya akan meningkatkan keyakinan dan
mengajar lebih lebih dari tujuh tahun memiliki efikasi diri yang lebih baik
Analisis Cunnien et al. (2009) menunjukkan bahwa pekerja musiman dan sporadis
kurang memiliki efikasi diri dibanding pekerja tetap. Swan et al. (2011)
menemukan bahwa efikasi diri guru berada pada level paling rendah pada akhir
tahun pertama pengalaman mengajar dan mencapai puncak efikasi tertinggi pada
keberhasilan atau prestasi yang diraih oleh Auditor APIP yang dalam melakukan
mendorong peningkatan efikasi dirinya. Hal ini tentu akan sangat membantunya
88
untuk melaksanakan fungsi dan tugas pengawasan pelaksanaan kewajiban
dan Pajares, 2009). Efikasi diri didefinisikan sebagai sebuah evaluasi diri tentang
mencapai hasil yang diinginkan (Bandura, 1977, 1982, 1986; Zajacova et al.,
2005). Efikasi diri seseorang akan meningkat bila orang tersebut memiliki
penugasan tertentu. Sebaliknya, efikasi diri seseorang akan menurun bila orang
tersebut memiliki persepsi bahwa ia tidak atau kurang memiliki kompetensi untuk
kandidat guru kimia menemukan hubungan yang positif dan medium antara
kompetensi bidang khusus kimia dengan efikasi diri. Penelitian lanjutan yang
dilakukan oleh Alkan dan Erdem (2014) juga masih menemukan hubungan antara
guru kimia.
89
Ketentuan perpajakan memiliki aturan tersendiri yang sangat teknis dan
memiliki kompetensi yang memadai pada bidang perpajakan ini agar memiliki
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis kelima yang akan diuji di dalam
bentuk investasi pada modal manusia. Investasi modal manusia dalam bentuk
pelatihan ini akan berkontribusi pada kinerja. Sebab, pelatihan adalah media yang
pelatihan yang harus diikuti oleh auditor akan meningkatkan kualitas hasil
senada juga diperoleh oleh Mulyono (2009) yang melakukan penelitian pada
90
(2010) yang menemukan bahwa pendidikan profesional berkelanjutan
APIP. Investasi ini akan meningkatkan keahlian, pengetahuan dan sikap auditor
sumber daya pada manusia yang dapat digunakan untuk mendorong tercapainya
pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar
bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Queena dan Rohman,
2012).
dibandingkan kesalahan yang tidak masuk akal, jika dibandingkan dengan auditor
Frederick, 1990; Cheng et al., 2009). Pengalaman kerja dapat menambah dan
91
mengakumulasi dasar pengetahuan auditor dalam menganalisis kesalahan pada
laporan keuangan dan teknik mengaudit (Libby dan Frederick, 1990; Cheng et al.,
2009).
dan Rahardjo (2012) juga memperoleh temuan bahwa pengalaman kerja memiliki
pemerintah.
internal seseorang yang dapat diatribusikan dengan kinerja yang dicapai oleh
seseorang dengan kompetensi yang tinggi akan memiliki kinerja yang tinggi.
92
Sebaliknya, seseorang dengan kompetensi yang rendah akan memiliki kinerja
kualitas audit. Hasil senada juga didapatkan oleh Alim et al. (2007) yang
melakukan penelitian pada kantor akuntan publik di Jawa Timur. Demikian juga
halnya dengan Saputra (2012) yang melakukan penelitian pada Kantor Akuntan
dan Suranta, 2013). Sementara itu, Bolang (2013) dengan objek Inspektorat Kota
serta Efendy (2010) dengan objek Aparat Inspektorat Kota Gorontalo juga
tersebut akan membantu auditor APIP untuk mencapai kinerja yang tinggi dalam
pemerintah.
93
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis kedelapan yang akan diuji di
terbukti dapat diaplikasikan secara luas pada berbagai situasi dan merupakan
prediktor yang baik dari kinerja dan perilaku berikutnya (Bandura, 1978). Persepsi
efikasi mempengaruhi tantangan yang akan dihadapi, jumlah usaha yang akan
dan Pajares, 2009). Efikasi diri adalah konstruk multidimensi yang bervariasi
sesuai dengan domain tuntutan (Zimmerman, 2000; Zajacova et al., 2005) dan
oleh karena itu harus dievaluasi pada level yang spesifik pada domain hasil
(Bandura, 1986; Pajares, 1995; Zajacova et al., 2005). Efikasi diri dapat
94
Penelitian yang dilakukan Jumari et al. (2013) menyimpulkan bahwa
efikasi diri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar
yang spesifik dalam lingkup tugas auditor APIP. Sebab, bidang perpajakan
bidang perpajakan harus dimiliki oleh auditor APIP agar mereka yakin mampu
95
tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan
yang bekerja pada Badan Pengawas Kota Surabaya (Bawasko) Surabaya. Cheng
et al. (2009) yang menggunakan data dari "Survei Bisnis dari Kantor Akuntan
ditemukan oleh Aisyah dan Isgiyarta (2014) yang melakukan penelitian pada
manusia dalam bentuk pelatihan akan berkontribusi pada kinerja. Sebab, pelatihan
pelatihan yang harus diikuti oleh auditor akan meningkatkan kualitas hasil
96
senada juga diperoleh oleh Mulyono (2009) yang melakukan penelitian pada
internal seseorang yang dapat diatribusikan dengan kinerja yang dicapai oleh
seseorang dengan kompetensi yang tinggi akan memiliki kinerja yang tinggi.
audit. Hasil senada juga didapatkan oleh Alim et al. (2007) yang melakukan
penelitian pada kantor akuntan publik di Jawa Timur. Demikian juga halnya
dengan Saputra (2012) yang melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik
positif dan signifikan terhadap kualitas audit investigatif pada Kantor Perwakilan
BPK-RI Yogyakarta (Perdany dan Suranta, 2013). Sementara itu, Bolang (2013)
dengan objek Inspektorat Kota Tomohon, (Ahmad et al., 2011) dengan objek
97
secara tidak langsung pelatihan akan mempengaruhi kinerja auditor melalui
auditnya.
Dalam konteks perpajakan, pelatihan yang dijalani oleh auditor APIP akan
merupakan investasi sumber daya pada manusia yang dapat digunakan untuk
secara alami (Salehudin, 2010). Seseorang yang sudah memiliki pengalaman pada
suatu bidang dapat lebih cepat beradaptasi dan memberikan kontribusi lebih
banyak.
pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang
98
untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Queena dan Rohman, 2012).
pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikapnya dalam bertindak
Cheng et al. (2009) yang menggunakan data dari "Survei Bisnis dari
terhadap kualitas auditor juga ditemukan oleh Aisyah dan Isgiyarta (2014) yang
melakukan penelitian pada auditor internal yang bekerja pada Bank BRI
Semarang.
internal seseorang yang dapat diatribusikan dengan kinerja yang dicapai oleh
seseorang dengan kompetensi yang tinggi akan memiliki kinerja yang tinggi.
pada kualitas audit. Hasil senada juga didapatkan oleh Alim et al. (2007) yang
melakukan penelitian pada kantor akuntan publik di Jawa Timur. Demikian juga
halnya dengan Saputra (2012) yang melakukan penelitian pada Kantor Akuntan
99
Kompetensi juga ditemukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
dan Suranta, 2013). Sementara itu, Bolang (2013) dengan objek Inspektorat Kota
serta Efendy (2010) dengan objek Aparat Inspektorat Kota Gorontalo juga
investasi sumber daya pada manusia yang dapat digunakan untuk mendorong
jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang
besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Queena dan
Rohman, 2012).
dibandingkan kesalahan yang tidak masuk akal, jika dibandingkan dengan auditor
Frederick, 1990; Cheng et al., 2009). Pengalaman kerja dapat menambah dan
laporan keuangan dan teknik mengaudit (Libby dan Frederick, 1990; Cheng et al.,
2009).
100
Carolita dan Rahardjo (2012) juga memperoleh temuan bahwa pengalaman kerja
Di dalam teori efikasi diri, pengalaman orang lain atau model (vicarious
experience) adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai
efikasi diri (Bandura, 1994, 1997). Dengan mengamati perilaku dan pengalaman
orang lain sebagai model dapat meningkatkan efikasi diri seseorang, terutama jika
101
ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari
Pelatihan adalah salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengamati
perilaku dan pengalaman orang lain yang setara maupun yang lebih baik dari
perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh para instruktur maupun peserta lain
pelatihan yang diikuti berpengaruh pada efikasi diri guru-guru. Sementara itu,
bentuk investasi terhadap modal manusia. Kinerja yang lebih baik akan dapat
dicapai dengan adanya investasi terhadap sumber daya manusia dalam bentuk
pelatihan yang harus diikuti oleh auditor akan meningkatkan kualitas hasil
102
senada juga diperoleh oleh Mulyono (2009) yang melakukan penelitian pada
terbukti dapat diaplikasikan secara luas pada berbagai situasi dan merupakan
prediktor yang baik dari kinerja dan perilaku berikutnya (Bandura, 1978). Persepsi
efikasi mempengaruhi tantangan yang akan dihadapi, jumlah usaha yang akan
Jumari et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan efikasi diri terhadap kinerja mengajar guru. Sedang Alifuddin (2012)
diketahui bahwa pelatihan berpengaruh terhadap efikasi diri dan kinerja auditor.
Sementara, efikasi diri auditor berpengaruh pada kinerja auditor. Secara tidak
103
Dalam konteks pengawasan perpajakan auditor APIP, pelatihan yang
dijalani oleh auditor APIP akan bepengaruh pada efikasi diri perpajakannya.
Selanjutnya, efikasi diri yang dimiliki auditor dalam bidang perpajakan ini akan
oleh seseorang pada saat melakukan tugasnya akan meningkatkan keyakinan dan
guru-guru dengan pengalaman mengajar lebih lebih dari tujuh tahun memiliki
efikasi diri yang lebih baik dibanding guru-guru dengan pengalaman mengajar
kurang dari tujuh tahun. Analisis Cunnien et al. (2009) menunjukkan bahwa
104
pekerja musiman dan sporadis kurang memiliki efikasi diri dibanding pekerja
tetap. Swan et al. (2011) menemukan bahwa efikasi diri guru berada pada level
paling rendah pada akhir tahun pertama pengalaman mengajar dan mencapai
sumber daya pada manusia yang dapat digunakan untuk mendorong tercapainya
pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar
bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Queena dan Rohman,
2012).
dibandingkan kesalahan yang tidak masuk akal, jika dibandingkan dengan auditor
Frederick, 1990; Cheng et al., 2009). Pengalaman kerja dapat menambah dan
laporan keuangan dan teknik mengaudit (Libby dan Frederick, 1990; Cheng et al.,
2009).
dan Rahardjo (2012) juga memperoleh temuan bahwa pengalaman kerja memiliki
105
Efikasi diri sebagaimana dihipotesiskan oleh teori efikasi diri telah
terbukti dapat diaplikasikan secara luas pada berbagai situasi dan merupakan
prediktor yang baik dari kinerja dan perilaku berikutnya (Bandura, 1978). Persepsi
efikasi mempengaruhi tantangan yang akan dihadapi, jumlah usaha yang akan
Jumari et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan efikasi diri terhadap kinerja mengajar guru. Sedang Alifuddin (2012)
auditor. Sementara, efikasi diri auditor berpengaruh pada kinerja auditor. Secara
akan bepengaruh pada efikasi diri perpajakannya. Selanjutnya, efikasi diri yang
106
dimiliki auditor dalam bidang perpajakan akan mendorong tercapainya kinerja
dan Pajares, 2009). Efikasi diri didefinisikan sebagai sebuah evaluasi diri tentang
mencapai hasil yang diinginkan (Bandura, 1977, 1982, 1986; Zajacova et al.,
2005). Efikasi diri seseorang akan meningkat bila orang tersebut memiliki
penugasan tertentu. Sebaliknya, efikasi diri seseorang akan menurun bila orang
tersebut memiliki persepsi bahwa ia tidak atau kurang memiliki kompetensi untuk
kandidat guru kimia menemukan hubungan yang positif dan medium antara
kompetensi bidang khusus kimia dengan efikasi diri. Penelitian lanjutan yang
107
dilakukan oleh Alkan dan Erdem (2014) juga masih menemukan hubungan antara
guru kimia.
internal seseorang yang dapat diatribusikan dengan kinerja yang dicapai oleh
seseorang dengan kompetensi yang tinggi akan memiliki kinerja yang tinggi.
pada kualitas audit. Hasil senada juga didapatkan oleh Alim et al. (2007) yang
melakukan penelitian pada kantor akuntan publik di Jawa Timur. Demikian juga
halnya dengan Saputra (2012) yang melakukan penelitian pada Kantor Akuntan
dan Suranta, 2013). Sementara itu, Bolang (2013) dengan objek Inspektorat Kota
serta Efendy (2010) dengan objek Aparat Inspektorat Kota Gorontalo juga
108
Efikasi diri sebagaimana dihipotesiskan oleh teori efikasi diri telah
terbukti dapat diaplikasikan secara luas pada berbagai situasi dan merupakan
prediktor yang baik dari kinerja dan perilaku berikutnya (Bandura, 1978). Persepsi
efikasi mempengaruhi tantangan yang akan dihadapi, jumlah usaha yang akan
Jumari et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan efikasi diri terhadap kinerja mengajar guru. Sedang Alifuddin (2012)
auditor. Sementara, efikasi diri auditor berpengaruh pada kinerja auditor. Secara
diri. Artinya, kompetensi yang dimiliki oleh auditor akan mempengaruhi efikasi
dimiliki oleh auditor APIP dalam bidang perpajakan akan bepengaruh pada efikasi
109
diri perpajakannya. Selanjutnya, efikasi diri bidang perpajakan auditor APIP akan
BAB III
METODE PENELITIAN
bersumber dari persepsi atau opini dari para auditor APIP yang menjadi
bertujuan untuk menguji hipotesis dan berusaha untuk memahami sifat hubungan
mendukung.
110
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer. Data primer adalah data
yang diperoleh dari para responden dengan cara meminta mereka untuk
kuesioner. Data yang diperoleh bersifat cross section karena dikumpulkan pada
satu titik waktu tertentu. Sedang sumber data adalah auditor APIP yang bekerja
di Sumatera Barat.
Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor APIP yang bekerja di kantor
Alasan dipilihnya para auditor yang bekerja di Sumatera Barat ini sebagai
populasi adalah untuk kemudahan dan efisiensi dalam pengambilan data. Sebab,
auditor APIP di seluruh Indonesia menggunakan regulasi dan standar kerja yag
sama sehingga tidak akan ada bedanya bila populasi yang digunakan adalah
Tabel 3.1
Jumlah Auditor APIP pada Inspektorat/ Bawasda
Provinsi/ Kabupaten/ Kota Se-Sumatera Barat
NO. INSTANSI JUMLAH
1 Prov. Sumatera Barat 21
2 Kota Padang 14
3 Kota Bukittinggi 12
4 Kota Sawahlunto 5
5 Kota Solok 18
6 Kota Pariaman 11
7 Kota Payakumbuh 12
8 Kota Padang Panjang 12
111
9 Kabupaten Pasaman 11
10 Kabupaten Lima Puluh Kota 16
11 Kabupaten Agam 11
12 Kabupaten Padang Pariaman 16
13 Kabupaten Dhamas Raya 8
14 Kabupaten Sijunjung 4
15 Kabupaten Pesisir Selatan 10
16 Kabupaten Solok Selatan 5
17 KAbupaten Solok 16
18 Kabupaten Kepulauan Mentawai 3
19 Kabupaten Pasaman Barat 18
20 Kabupaten Tanah Datar 12
Jumlah 235
Sumber: Inspektorat Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat adalah sebanyak 235 orang. Auditor APIP yang dipilih sebagai
digunakan adalah auditor APIP yang telah pernah melakukan tugas pengawasan
informasi tentang jumlah auditor APIP yang telah pernah melakukan tugas
10 time rule of thumb (Sholihin dan Ratmono, 2014). Panduan praktis dari 10 time
rule of thumb menyebutkan bahwa ukuran sampel minimum adalah 10 kali dari
jumlah maksimum anak panah (jalur) yang mengenai sebuah variabel laten dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah 40. Sebab, jumlah maksimum anak panah
(jalur) yang mengenai sebuah variabel laten dalam model SEM-PLS di dalam
penelitian ini adalah 4, yakni anak panah (jalur) yang mengenai variabel kinerja
terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisikan surat permohonan pengisian
penelitian.
sendiri dengan mengacu pada teori yang digunakan, penelitian terdahulu serta
penelitian ini adalah 34 butir. Butir pertanyaan dalam setiap penelitian bersifat
pelaksanaan pre-test adalah melakukan pilot study. Tujuan pilot study adalah
responden dan mudah dijawab (Morgan, 1990). Menurut Dillman (2007) dan
113
melakukan pilot test/ study di antara tiga kelompok orang berikut yaitu rekan
dua kelemahan melekat yang menjadi perhatian dalam penelitian teknik survei
yang rendah. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kedua kelemahan tersebut
adalah dengan mengumpulkan respoden pada satu tempat dan waktu yang sama.
kinerja pengawasan perpajakan auditor APIP ini mengacu pada definisi dari
menyatakan bahwa pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,
114
tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
terdiri dari 7 item pertanyaan yang diukur menggunakan skala 5 poin, mulai dari 1
(tidak pernah) sampai 5 (selalu). Skor yang tinggi mengindikasikan bahwa auditor
Tabel 3.2
Indikator-indikator Variabel Kinerja Pengawasan Perpajakan
115
pemerintah untuk melaksanakan kewajiban
pelaporan pajak sesuai ketentuan yang berlaku
(paling tidak sekali tiga bulan)?
6. Apakah Bapak/ Ibu selalu melakukan sosialisasi
kepada bendahara pemerintah setiap kali ada
perubahan ketentuan perpajakan yang terkait dengan
tugas mereka?
7. Apakah Bapak/ Ibu selalu melakukan audit terhadap
kepatuhan bendahara dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya? (paling tidak sekali dalam satu
tahun)?
Sumber : Dikembangkan sendiri untuk desertasi ini
dari 7 item pertanyaan yang diukur menggunakan skala 5 poin, mulai dari 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Skor yang tinggi mengindikasikan
bahwa auditor APIP memiliki kompetensi yang sangat tinggi. Sebaliknya, skor
116
yang rendah mengindikasikan bahwa auditor APIP memiliki kompetensi yang
sangat rendah.
Tabel 3.3
Indikator-indikator Variabel Kompetensi Bidang Perpajakan
117
Efikasi diri bidang perpajakan di dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
digunakan untuk mengukur variabel efikasi diri bidang perpajakan ini mengacu
pada pengertian efikasi diri sebagai keyakinan terhadap kapabilitas diri untuk
Tabel 3.4
Indikator-indikator Variabel Efikasi Diri Bidang Perpajakan
118
berlaku?
Sumber : Dikembangkan sendiri untuk desertasi ini
dari 6 item pertanyaan yang diukur menggunakan skala 5 poin, mulai dari 1
(sangat tidak yakin) sampai 5 (sangat yakin). Skor yang tinggi mengindikasikan
bahwa auditor APIP memiliki efikasi diri yang sangat tinggi. Sebaliknya, skor
yang rendah mengindikasikan bahwa auditor APIP memiliki efikasi diri yang
sangat rendah.
peserta dalam bidang perpajakan dan efikasi diri serta kinerja pengawasan
tabel 3.5.
dari 7 item pertanyaan yang diukur menggunakan skala 5 poin, mulai dari 1 (tidak
pernah) sampai 5 (selalu). Skor yang tinggi mengindikasikan bahwa auditor APIP
119
Tabel 3.5
Indikator-indikator Variabel Pelatihan Bidang Perpajakan
120
Pengalaman bidang perpajakan di dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
hal-hal yang dialami di masa lalu dalam bidang perpajakan, baik langsung
maupun tidak langsung, yang berkontribusi pada kompetensi dan efikasi diri
(1995) yang meliputi, penugasan langsung, proses yang dilakukan, diskusi dengan
rekan sejawat dan membaca buku pedoman. Instrumen yang digunakan untuk
Tabel 3.6
Indikator-indikator Variabel Pengalaman Bidang Perpajakan
121
7. Apakah Bapak/ Ibu sering berdiskusi dengan praktisi
atau akademisi untuk membahas tentang perubahan
ketentuan perpajakan yang terjadi dan
konsekuensinya terhadap kewajiban perpajakan
bendahara pemerintah?
Sumber : Dikembangkan sendiri untuk desertasi ini
dari 7 item pertanyaan yang diukur menggunakan skala 5 poin, mulai dari 1 (tidak
dilakukan dengan menganalisis nilai kisaran teoritis dan rata-rata teoritis dengan
kisaran aktual dan rata-rata aktual untuk melihat kategori jawaban responden.
122
(menjalani pelatihan bidang perpajakan yang sangat minim/ sangat tidak baik)
hingga 35 (menjalani pelatihan bidang perpajakan yang sangat baik) dengan nilai
rata-rata teoritis 21. Skor 1-7 mengindikasikan pelatihan yang sangat minim/
sangat tidak baik, skor diatas 7-14 mengindikasikan pelatihan yang minim/ tidak
baik, skor diatas 14-21 mengindikasikan pelatihan yang cukup, skor diatas 21-28
Tujuannya adalah untuk melihat kontribusi dari nilai rata-rata aktual setiap
Setiap indikator diukur menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran
sangat tidak baik) hingga 5 (menjalani pelatihan bidang perpajakan yang sangat
sangat minim/ sangat tidak baik, skor diatas 1-2 mengindikasikan pelatihan yang
minim/ tidak baik, skor diatas 2-3 mengindikasikan pelatihan yang cukup, skor
diatas 3-4 mengindikasikan pelatihan yang baik dan skor diatas 4-5
menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran teoritis untuk variabel
teoritis 21. Skor 1-7 mengindikasikan pengalaman yang sangat minim, skor diatas
123
7-14 mengindikasikan pengalaman yang minim, skor diatas 14-21
pengalaman yang tinggi dan skor diatas 28-35 mengindikasikan pengalaman yang
sangat tinggi.
Tujuannya adalah untuk melihat kontribusi dari nilai rata-rata aktual setiap
Setiap indikator diukur menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran
skor diatas 2-3 mengindikasikan pengalaman yang cukup, skor diatas 3-4
menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran teoritis antara 7 (sangat
dengan nilai rata-rata teoritis 21. Skor 1-7 mengindikasikan kompetensi yang
sangat rendah, skor diatas 7-14 mengindikasikan kompetensi yang rendah, skor
124
Analisis lebih lanjut akan dilakukan terhadap setiap indikator yang
Tujuannya adalah untuk melihat kontribusi dari nilai rata-rata aktual setiap
Setiap indikator diukur menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran
kompetensi yang sangat rendah/ sangat tidak kompeten, skor diatas 1-2
menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran teoritis antara 6 (sangat
rendah) hingga 30 (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata teoritis 18. Skor 1-6
efikasi diri yang cukup, skor diatas 18-24 mengindikasikan efikasi diri yang tinggi
dan skor diatas 24-30 mengindikasikan efikasi diri yang sangat tinggi.
Tujuannya adalah untuk melihat kontribusi dari nilai rata-rata aktual setiap
indikator terhadap nilai rata-rata aktual variabel efikasi diri bidang perpajakan.
Setiap indikator diukur menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran
125
teoritis antara 1 (sangat rendah) hingga 5 (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata
teoritis 3. Skor 1 mengindikasikan efikasi diri yang sangat rendah, skor diatas 1-2
mengindikasikan efikasi diri yang rendah, skor diatas 2-3 mengindikasikan efikasi
diri yang cukup, skor diatas 3-4 mengindikasikan efikasi diri yang tinggi dan skor
menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran teoritis antara 7 (sangat
sangat buruk/ sangat rendah) hingga 35 (sangat baik/ sangat tinggi) dengan nilai
rata-rata teoritis 21. Skor 1-7 mengindikasikan kinerja yang sangat rendah, skor
yang tinggi dan skor diatas 28-35 mengindikasikan kinerja yang sangat tinggi.
Tujuannya adalah untuk melihat kontribusi dari nilai rata-rata aktual setiap
Setiap indikator diukur menggunakan skala 1-5 poin yang menghasilkan kisaran
teoritis antara 1 (sangat rendah) hingga 5 (sangat tinggi) dengan nilai rata-rata
diatas 1-2 mengindikasikan kinerja pengawasan yang rendah, skor diatas 2-3
126
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang
diperoleh dalam penelitian ini memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian
normalitas data perlu dilakukan sebagai dasar untuk memberikan justifikasi bagi
distribusi data yang digunakan di dalam penelitian ini kemungkinan besar tidak
normal. Hal ini terjadi akibat sedikitnya jumlah responden yang akan memenuhi
syarat untuk dapat berpartisipasi karena adanya karakteristik tertentu yang harus
JB = n S2 + (K-3)2
6 24
n = besarnya sampel
S = koefisien skewness
K = koefisen kurtosis
freedom). Bila probability > 5% maka Ho tidak bisa ditolak yang berarti residual
Uji Jarque-Bera ini untuk setiap konstruk. Hasil pengujian disajikan dalam bentuk
ya atau tidak berdistribusi normal untuk setiap konstruk. Uji Jarque-Bera ini
merupakan fitur baru yang hanya tersedia pada aplikasi WarpPLS versi 5.0.
127
3.6.3. Uji Kualitas Data
kualitas data. Uji kualitas data dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi dan
dan Latan, 2014). Uji kualitas data tersebut meliputi uji validitas dan Reliabilitas.
model).
kecil atau negatif, maka data tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian
128
Pengujian multikolinieritas di dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
WarpPLS 5.0. Kriteria untuk model yang terbebas dari masalah multikolinieritas
vertikal dan lateral adalah nilai Full collinearity VIF harus lebih rendah dari 3,3
(Ghozali dan Latan, 2014; Sholihin dan Ratmono, 2014; Kock, 2015).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
dikenal dengan sebutan Partial Least Square (PLS). Alat analisis ini dipilih
karena adanya kemungkinan besar bahwa distribusi data yang digunakan di dalam
penelitian ini tidak normal. Sebab, batasan atau karakteristik tertentu yang harus
dimiliki oleh sampel diprediksi akan menyebabkan kecilnya jumlah sampel yang
Menurut Wold (1985), Ghozali dan Latan (2014), Partial Least Square
(PLS) merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan banyak
asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala
kategori, ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama),
sampel tidak harus besar. Oleh karena lebih menitikberatkan pada data dan
dengan prosedur estimasi yang terbatas, maka mispesifikasi model tidak begitu
software sejenis antara lain (Ghozali 2014; Sholihin dan Ratmono 2014):
129
2. Dapat memberikan beberapa indikator fit model yang berguna untuk
fit yang dhasilkan antara lain average R-squared (ARS), average path
3. Dapat memberikan hasil koefisien dan P-value untuk model moderasi secara
langsung.
4. Dapat memberikan nilai effect size yaitu f-squared effect size yang dihitung
sebagai nilai absolut kontribusi individual setiap variabel laten prediktor pada
tiga kategori yaitu lemah (0,02), medium (0,15) dan besar (0,35).
5. Dapat memberikan nilai full collinearity test yang dapat digunakan untuk
full collinearity test dapat digunakan untuk mengevaluasi adanya bias metode
7. Dapat memberikan output pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan total
effect beserta P-value, standard error dan effect size. Output ini sangat
130
Analisis menggunakan PLS-SEM melewati enam proses tahapan (Ghozali
1. Konseptualisasi model
Pada tahap ini harus didefinisikan secara konseptual konstruk yang diteliti
(moderated effect).
peneliti sebelum analisis yaitu untuk outer model dan inner model (Ghozali
Karena nilai signifikansi dari estimasi model PLS tidak diketahui, maka harus
Langkah selanjutnya adalah menggambar diagram jalur dari model yang akan
diestimasi tersebut.
131
5. Evaluasi model
model struktural (structural model atau inner model) (Ghozali dan Latan,
2014). Prosedur dan kriteria yang digunakan di dalam kedua tahapan evaluasi
pengukuran lebih dari dua kali dengan hasil yang akurat atau konsisten.
Latan, 2014; Sholihin dan Ratmono, 2014; Kock, 2015; Ghozali, 2016).
132
loading factor dan Average Variance Extracted (AVE). Dua kriteria
adalah P-value dari loading lebih rendah dari 0,05 dan nilai loading sama
dengan atau lebih besar dari 0,5 (Kock, 2015). Akan tetapi, beberapa ahli
lain menyatakan bahwa rule of thumb besarnya loading faktor adalah lebih
besar dari 0,70 untuk confirmatory research dan 0,60 – 0,70 untuk
indikator dengan loading factor antara 0,40 – 0,50 dianggap cukup untuk
instrumen penelitian (Hulland, 1999; Ghozali dan Latan, 2014; Hair et al.,
Sementara, rule of thumb besarnya AVE adalah lebih besar dari 0,50 untuk
besar dari 0,50 ini mengandung arti bahwa lebih dari 50% variansi dari
adalah nilai akar kuadrat AVE lebih besar dari korelasi antar konstruk
dalam model.
133
Evaluasi model struktural bertujuan untuk memprediksi hubungan
antar variabel laten dengan melihat seberapa besar variansi yang dapat
dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-Squares (R2) untuk setiap variabel
Geisser test untuk menguji predictive relevance dan goodness of fit (GoF)
untuk mengukur fit model secara keseluruhan (Ghozali dan Latan, 2014).
Adjusted R-Squared (AARS) adalah ukuran model fit selain GoF. Nilai
substantif. Nilai R2 atau adj. R2 ≤0,70, ≤0,45, dan ≤0,25 menunjukkan bahwa
Full collinearity VIF (AFVIF) merupakan dua ukuran model fit yang
134
masih dapat diterima (Ghozali dan Latan, 2014; Sholihin dan Ratmono,
partial F-test atau sering disebut dengan effect size (f2). Nilai f2 ≥0,02,
Di samping melihat R2, adj. R2, evaluasi model PLS dapat juga
135
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kompetensi
kompetensi, efikasi dan kinerja pengawasan serta peran kompetensi dan efikasi
empiris yang dibangun di dalam penelitian ini dan dibuat menggunakan WarpPLS
Gambar 3.1
Model Penelitian Empiris dengan WarpPLS 5.0
Keterangan
PLT : Pelatihan Bidang Perpajakan
PLM : Pengalaman Bidang Perpajakan
ED : Efikasi Diri Perpajakan
136
KPS : Kompetensi Bidang Perpajakan
KNA : Kinerja Pengawasan Perpajakan
auditor APIP akan diuji dengan cara melihat melihat pengaruh langsung
sebelumnya ada dan signifikan bisa menjadi tidak signifikan. Disamping itu,
137
bermanfaat untuk pengujian efek mediasi menurut pendekatan causal step
tidak langsung mengacu pada pendekatan causal step yang dipopulerkan oleh
menjadi berkurang tetapi masih signifikan atau menjadi tidak signifikan. Jika
tetap signifikan dan nilai koefisien jalurnya tidak berubah atau tidak turun
138
dengan masuknya variabel mediator maka dapat disimpulkan tidak ada
mediasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Y., dan J. Isgiyarta. 2014. "Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap
Kualitas Auditor (Studi Empiris Pada Bank Bri Kantor Inspeksi
Semarang)". Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 3 No. 2, hlm: 1-
10.
139
Variabel Moderasi". Artikel dipresentasikan pada Simposium Nasional
Akuntansi X, di Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
Alkan, F., dan E. Erdem. 2012. "The relationship between teacher self-efficacy
and competency perceptions of chemistry teacher candidates". Procedia -
Social and Behavioral Sciences, Vol. 47, No., hlm: 1927-1932.
Badjuri, A., dan E. Trihapsari. 2004. "Audit Kinerja Pada Organisasi Sektor
Publik". Fokus Ekonomi, Vol. 3, No. 2, hlm: 1-10.
140
———. 1982. "Self-Efficacy Mechanism In Human Agency". American
Psychologist, Vol. 37, No. 2, February, hlm: 122-147.
Bapna, R., R. Gopal, A. Gupta, N. Langer, dan A. Mehra. 2013. "Human Capital
Investments and Employee Performance: An Analysis of IT Services
Industry". Management Science, Vol. 59, No. 3,March, hlm: 641-658.
141
Bolang, M. S. 2013. "Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Pengalaman
Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon Dalam
Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah". Accountability, Vol. 2, No.
1, hlm.
BPK. 2007. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan No. 01 Tahun 2007 Tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Cheng, Y.-S., Y.-P. Liu, dan C.-Y. Chien. 2009. "The Association between
Auditor Quality and Human Capital". Managerial Auditing Journal, Vol.
24, No. 6, hlm: 523-541.
Cooper, D. R., dan P. S. Schindler. 2011. Business research methods. 11 ed: New
York: Mc GrawHill/Irwin.
———. 1981b. "Auditor Size And Audit Quality". Journal of Accounting and
Economics, Vol. 3, No., hlm: 183-199.
142
Dharmawan, N. A. S. 2014. "Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada
Kantor Inspektorat Kabupaten Klungkung dan". Jurnal Ilmiah Akuntansi
Dan Humanika (JINAH), Vol. 4, No. 1, hlm: 1450-1470.
Dillman, D. A. 2007. Mail and Internet Surveys: The Toilored Method. New
York: John Wiley & Sons.
Dreyfus, H., dan S. Dreyfus. 1986. Mind Over Machine: The Power of Human
Intuition and Expertise in the Era of the Computer: New York: The Free
Press.
Desain Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Untuk Akuntansi, Bisnis, dan Ilmu
Sosial Lainnya. Peneerbit Yoga Pratama Semarang.
143
Ghozali, I., dan H. Latan. 2014. Partial Least Squares Konsep Metode dan
Aplikasi Menggunakan Program WarpPLS 4.0. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., dan D. Ratmono. 2013. Analisis Mutivariat dan Ekonometrika : Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan Eviews 8: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
144
BENDAHARA-SETWAN-DPRD-KABUPATEN-BIMA.HTML. [diakses
pada 7 Februari 2016].
Johari, K., Z. Ismail, S. Osman, dan A. T. Othman. 2009. "Pengaruh Jenis Latihan
Guru dan Pengalaman Mengajar Terhadap Efikasi Guru Sekolah
Menengah (The Influence of Teacher Training and Teaching Experience
on Secondary School Teacher Efficacy)". Jurnal Pendidikan Malaysia,
Vol. 34, No. 2, hlm: 3-14.
Khalid, S. A., dan H. Ali. 2005. "Self and Superior Ratings of Organizational
Citizenship Behavior: Are there Differences in the Source of Ratings?".
Problems and Perspectives in Management, Vol. 3, No. 4, hlm: 147-153.
———. 2015. WarpPLS 5.0 User Manual: ScriptWarp Systems Laredo, Texas,
USA.
145
Lee, T., dan M. Stone. 1995. "Competence And Independence : The Congenial
Twins Of Auditing?". Journal of Business Finance & Accounting, Vol.
22, No. 8, hlm: 1169-1177.
Libby, R. 1995. "The Role of Knowledge and Memory in Audit Judgment". Pada
Judgment and Decision Making Research in Accoounting and Auditing,
diedit oleh R. H.Ashton dan d. A. H. Ashton.: Chambridge, University
Press, 176-206.
Libby, R., dan D. M. Frederick. 1990. "Experience and the Ability to Explain
Audit Findings". Journal of Accounting Research, Vol. 28, No. 2,
Autumn, hlm: 348-367.
146
Mulyono, A. 2009. "Analisis Faktor-faktor Kompetensi Aparatur Inspektorat Dan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Inspektorat Kabupaten Deli Serdang",
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Tesis Tidak
Dipublikasikan.
147
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
220/M.PAN/7/2008 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
Kreditnya 2008.
Petty, R. M., S. Cuganesan, N. Finch, dan G. Ford. 2009. "Intellectual Capital and
Valuation: Challenges in the Voluntary Disclosure of Value Drivers".
Journal of Finance & Accountancy, Vol. 1, No. August, hlm: 1-7.
Preacher, K. J., dan A. F. Hayes. 2008. "Asymptotic and resampling strategies for
assessing and comparing indirect effects in multiple mediator models".
Behavior Research Methods, Vol. 40, No. 3, hlm: 879-891.
Salehudin, I. 2010. "Invest in Your Self : Aplikasi Konsep Human Capital dari
Sudut Pandang Karyawan". Manajemen Usahawan Indonesia, Vol., No.
06/TH. XXXIX 2010., hlm.
148
Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Jambi dan Palembang)". e-Jurnal
Binar Akuntansi, Vol. 1, No. 1, hlm: 4-13.
Sholihin, M., dan D. Ratmono. 2014. Analisis SEM-PLS Dengan WarpPLS 3.0
Untuk Hubungan Nonlinier Dalam Penelitian Sosial Dan Bisnis.
Yogyakarta: Andi Publisher.
149
Stajkovic, A. D., dan F. Luthans. 1998. "Self-Efficacy And Work-Related
Performance : A Meta-Analysis". Psychological Bulletin, Vol. 124, No.
2, hlm: 240-261.
Swan, B., K. Wolf, dan J. Cano. 2011. "Changes in Teacher Self–Efficacy from
the Student Teaching Experience through the Third Year of Teaching".
Journal of Agricultural Education, Vol. 52, No. 2, hlm: 128-139.
Tarigan, M. U., P. Bangun, dan Susanti. 2013. "Pengaruh Kompetensi, Etika, Dan
Fee Audit Terhadap Kualitas Audit". Jurnal Akuntansi, Vol. 13, No. 1,
hlm: 803-832.
"Tebang Pilih Kasus Korupsi Dana Sertifikasi Guru Dan Pajak PPh 21 Di Polres
Labuhanbatu". 2015. http://www.dayline.id/nasional/tebang-pilih-kasus-
korupsi-dana-sertifikasi-guru-dan-pajak-pph-21-di-polres-labuhanbatu.
[diakses pada 7 Februari 2016].
151
Zajacova, A., S. M. Lynch, dan T. J. Espenshade. 2005. "Self-Efficacy, Stress,
and Academic Success in College". Research in Higher Education, Vol.
46, No. 6, hlm: 677-706.
152