Anda di halaman 1dari 25

1

TUGAS
KASUS CEDERA KEPALA

NAMA : SARNI

NPM : 1420118113

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes MALUKU HUSADA AMBON

TAHUN 2021

A. Tinjauan teori

1. Cedera kepala
2

a. Definisi cedera kepala

Cedera kepala adalah suatu cedera yang terjadi pada kulit kepala,

tulang tengkorak, otak dan jaringan yang ada dibawahnya, serta pembuluh

darah yang ada di kepala (Colombia University Departement of Neurology,

2015). Cedera kepala adalah gangguan pada fungsi otak yang normal yang

dapat terjadi dari benjolan, pukulan, atau sentakan ke kepala, kekuatan

rotasi, goncangan dari ledakan atau penentrasi cedera kepala (Brain Injury

Assosiation of Michigan International, 2017)

b. Karakteristik faktor resiko pada cidera kepala

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 menjelaskan

karakteristik risiko cedera kepala antar lain:

1) Usia

Usia merupakan salah satu faktor utama risiko jatuh terutama pada usia

produktif usia 5-19 tahun dan usia. Hal ini dipengaruhi juga oleh alkohol,

narkoba, dan kehidupan social remaja, atau dewasa yang tidak

bertanggung jawab. Risiko jatuh juga dapat terjadi pada orang tua, hal ini

dikarenakan perubahan fisik, kognitif dan yang terkait dengan penuaan.

2) Jenis kelamin

Di suatu kelompok umur dan wilayah, kedua jenis kelamin yang

berisiko jatuh. Pada cedera kepala yang sering mengalami risiko jatuh

adalah jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.

3) Pekerjaan
3

Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sehari hari oleh

penderita. Pada tingkat pekerjaan cedera kepala sering disebabkan

karena salah penggunaan alkohol atau penggunaan narkoba

4) Pendidikan

Secara umum Pendidikan diartikan sebagai segala upaya yng

direncanakan untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh si

pelaku pendidik (Notoatmodjo, 2015).

c. Epidemiologi cedera kepala

Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu

penyebab kematian terbesar di dunia dengan presentasi 18,2% juta

penduduk dari 100.000 populasi (WHO, 2018). Di negara India dari 22%

kematian dari 2068 kasus cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang

terdiri dari cedera kepala ringan, sedang hingga berat (Agrawal et. all,

2016).

Di Indonesia untuk prevalensi cedera kepala lebih dari 70% lebih

banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan, hal ini

karenakan aktifitas dan pekerjaan laki-laki lebih beresiko terutama pada

pekerjaan sebagai sopir, lebih dari 30% diderita pada usia produktif yaitu

usia 15-24 tahun, serta lebih dari 32% pekerjaan masih berstatus pelajar

atau mahasiswa. Kelompok pelajar memiliki mobilitas yang tinggi

dikarenakan aktifitas dan pergaulan pada remaja kurang akan kesadaran

ketertiban lalu lintas. Tingkat pendidikan yang rendah juga cenderung


4

meningkatkan prevalensi cedera kepala (Simanjuntak, F., Ngantung, D. J.,

& Mahama, C. N., 2015).

d. Anatomi kepala

1) Kulit kepala (Skalp)

Kulit kepala merupakan suatu lapisan kulit dan jaringan subkutan

yang melapisi dan melindungi kubah tengkorak serta mempunyai

banyak jaringan neurovaskular yang rawan sehingga mudah perdarahan

saat terjadi laserasi (TeacMe Anatomy, 2018).

2) Tengkorak (Skull)

Tengkorak adalah struktur kepala yang mendukung wajah dan

membentuk rongga untuk melindungi otak, tulang tengkorak dibagi

menjadi dua kelompok yaitu tulang tengkorak yang dikenal sebagai

calvarium serta dasar tengkorak dan tulang wajah. (TeachMe Anatomy,

2018.)

3) Meninges

Menurut penulis buku Treuting, P. M., Dintzis, S. M., & Montine,

K. S., (2017) meninges adalah suatu organ yang berbentuk lapisan yang

menutupi jaringan otak dan sumsum tulang belakang.

Menurut TeachMe Anatomy (2019) meninges terdiri dari tiga

lapisan yaitu:

a) Durameter

Durameter adalah lapisan paling luar yang tebal, rachno, tidak

dapat dibendung, terletak di bawah tulang tengkorak dan tulang

tengkorak.
5

Durameter terdiri dari dua lapisan jaringan ikat:

(1) Lapisan periosteal yang berfungsi melapisi tulang tengkorak

bagian di permukaan

(2) Lapisan meningeal merupakan lapisan satu-satunya yang

terletak di kolom vertebra.

b) Arakhnoid

Arakhnoid adalah lapisan yang terletak di bagian tengah

meninges, tepatnya di bagian bawah durameter. Di bawah rachnoid

ada lapisan sub rachnoid yang mengandung cairan serebrospinal

berfungsi untuk meredam otak.

c) Piameter

Piameter adalah lapisan yang terletak dibawah ruang sub

rachnoid, yang berbentuk tipis dan melekat pada otak dan sumsum

tulang belakang. Ini merupakan satu-satunya penutup yang

mengikuti kontur otak.

4) Otak

Menurut Mayfieldclinic (2018), Otak adalah organ yang terdiri dari

tiga pon yang berfungsi mengendalikan semua fungsi tubuh,

menangkap inforamasi dari luar dan mengatur esensi pikiran dan jiwa.

Otak terdiri tiga bagian yaitu:

a) Otak besar (Cerebrum)

Otak besar adalah bagian otak yang paling besar yang meliputi

belahan otak kanan dan otak kiri. Otak besar berfungsi untuk
6

menangkap sentuhan, penglihatan, dan pendengaran. Cerebrum di

bagi menjadi empat lobus yaitu:

(1) Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik sepertifungsi

intelektual, fungsi fisik, dan emosi

(2) Lobus parietal berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi

posisi, sensasi raba, tekan dan suhu ringan.

(3) Lobus oksipital berfungsi sebagai penerima informasi dan

menagkap warna, refleks visual.

(4) Lobus temporal berfungsi sebagai input perasa, pendengaran,

pengecap, penciuma, dan proses memori.

b) Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil adalah otak yang terletak di bawah otak besar yang

berfungsi untuk mengkoordinasikan gerakan otot.

c) Batang otak (Brainstem)

Batang otak adalah sebagai pusat yang menghubungkan otak

besar dan otak kecil ke sumsum tulang belakang. Batang otak

berfungsi mengatur pernafasan, detak jantung, suhu tubuh, sikluis

bangun, tidur, pencernaan, bersin, muntah, batuk, dan menelan.

5) Cairan cerebrospinal

Menurut Neuropathology tahun 2016 menjelaskan cairan

cerebrospinal (CSF) adalah cairan yang diproduksi dari darah arteri

melalui pleksus koroid dari ventrikel lateral dan keempat diproses

melalui kombinasi difusi, pinositosi, dan transfer aktif. Pada orang


7

dewasa cairan cerebrospinal diproduksi sekitar 600-700 ml per hari.

Cairan cerebrospinal di serap melintasi vili arkhnoid ke dalam

sirkulasi vena dan jumlah yang signifikan mungkin juga mengalir ke

pembuluh linfatik di rongga kranial dan kanal sumsum tulang

belakang. Cairan cerebrospinalis berfungsi untuk mempertahankan

fungsi normal saraf seperti untuk nutrisi dan pengaturan lingkungan

kimia susunan saraf pusat.

e. Penyebab cedera kepala

Menurut Brain Injury Association of America (BIAA) tahun 2018

menjelaaskan Penyebab cedera kepala secara umum yaitu salah satunya

dikarenakan kecelakaan kendaraan bermotor, juga dapat disebabkan hal

lain seperti jatuh dari air terjun, serangan fisik, cidera olahraga atau

rekreasi, sindrom bayi terguncang, luka tembak, cedera ditempat kerja,

kekerasan dalam rumah tangga.

Menurut penelitian Awolei, A. C., Mallo, N. T. S., & Tomuka. D

(2016) penyebab cedera kepala bisa dari berbagai sumber yaitu penyebab

paling utama adalah kecelakaan lalu lintas, kekerasan benda tumpul,

pembunuhan, luka tembakan.

f. Patofisiologi cedera kepala

Menurut penulis buku Price, S. A., & Wilson, L. M., tahun 2013

menjelaskan bahwa cedera kepala merupakan jaringan otak yang rusak

akibat adanya trauma atau benturan benda atau serpihan tulang yang
8

menembus jaringan otak hingga robek, yang diakibatkan suatu pengaruh

kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek

percepatan perlambatan pada keterbatasan otak pada kompartemen yang

kaku. Cidera kepala juga biasa menyebabkan kram, karena suatu adanya

penumpukan cairan yang terlalu berlebihan pada jaringan otak, sehingga

edema otak bisa menyebabkan peningkatan intra kranial yang disebut

herniasi dan penekanan pada batang otak.

g. Klasifikasi cedera kepala

1) Menurut Montefiore Neurosurgery tahun 2013 menjelaskan

berdasarkan dari mekanisme cedera kepala di bagi menjadi dua yaitu:

a) Cedera kepala terbuka

Cedera kepala terbuka sering di sebut juga luka tembus yang terjadi

saat kulit kepala dan lapisan durameter ditembus benda asing atau

tulang fragmen tengkorak retak. Contoh: luka terbuka pada

tempurung kepala, dan cedera tertembus.

b) Cedera kepala tertutup

Cedera kepala tertutup adalah cidera dimana kulit kepala tetap dalam

keadaan tertutup dan utuh, tidak ada penetrasi pada durameter yang

akibatkan tumbukan benda asing. Contoh: gegar otak, perdarahan

dalam kepala di bagian otak, kerusakan pada otak.

2) Menurut Colombia University Departement of Neurology tahun 2015

cedera kepala berdasarkan berdasarkan typenya adalah:

a) Gegar otak
9

Gegar otak adalah bagian kepala yang cedera yang

mengakibatkan hilangnya kesadaran atau kewaspadaan secara cepat

selama beberapa menit atau beberapa jam setelah kejadian trauma.

b) Patah tulang tengkorak

Patah tulang tengkorak adalah suatu bagian tulang tengkorak

yang patah atau putus akibat dari kejadian trauma. Patah tulang

tengkorak dibagi menjadi empat yaitu:

(1) Fraktur tengkorak linear

Fraktur tengkorak linear adalah adanya suatu patah pada

tulang linear, tetapi tulang tidak ada yang bergerak.

(2) Fraktur tulang tengkorak yang tertekan

Fraktur tulang tengkorak yang tertekan biasanya tidak disertai

adanya luka di kulit kepala, tetapi bagian tengkorak ini tenggelam

atau masuk ke dalam karena akibat trauma

(3) Fraktur tengkorak diastatic

Fraktur tengkorak diastatik adalah suatu patah yang terjadi di

daerah sepoanjang garis jahitan di tengkorak, biasanya garis

jahitan normal akan melebar dan sering terjadi pada bayi baru

lahir atau bayi cukup usia.

(4) Fraktur tengkorak basiliar

Fraktur tengkorak basiliar merupakan jenis fraktur yang

paling serius, biasanya disertai tanda gejala memar di mata dan

belakang telinga serta hidung dan telinga keluar cairan bening

akibat robekan dibagian penutup otak.


10

c) Hematoma intracranial (ICH)

Hematoma intracranial adalah suatu gumpalan yang ada di

daerah sekitar dan di dalam otak. Ada beberapa jenis ICH meliputi

sebagai berikut:

(1) Hematoma epidural

Hematoma epidural merupakan gumpalan darah yang

terjadi dan terbentuk di bawah tengkorak, tetapi di atas dura,

lapisan keras yang mengelilingi otak.

(2) Hematoma subdural.

Hematoma subdural merupakan gumpalan darah yang

terbentuk di bawah tengkorak, dan di bawah dura, tetapi di luar

otak.

(3) Kontusio atau hematoma intra serebral

Kontusio atau memar adalah suatu luka memar yang terjadi

pada otak dan menyebabkan pembengkakan serta peradarahan di

dalam otak dimana dikarenakan akibat pukulan. Perdarahan

yang terjadi di sekitar dalam otak sering disebut juga dengan

perdarahan intraparenchymal.

(4) Cedera akssonal difus (DAI)

Cedera aksonal difus merupakan cedera yang sering umum

terjadi karena guncangan bolak balik di otak, biasanya terjadi


11

pada kecelakaan mobil, akibat jatuh atau terguncang syndrome

bayi. Cedera difus ringan sering disebut dengan gegar otak.

3) Menurut Brain Injury Assosiation of America (BIAA) tahun 2018,

menjelaskan untuk mengetahui nilai berat atau ringannya cedera kepala

dalam menilai perkembangan atau kesadaran cedera kepala dapat

menggunakan Glasglow Coma Scale (GCS) dengan memperhatikan

respon penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada respon

tersebut. Respon yang perlu di perhatikan tersebut meliputi membuka

mata, respon verbal (bicara), dan respon motorik (gerakkan). Nilai

terendah yaitu skor 3 dan nilai tertinggi yaitu skor 15. Untuk menilai

Glasglow Coma Scale (GCS) dapat dilihat pada table 1. berikut:

4)

Tabel. 1 Skala Glasgow Come Scale (GCS)


Tes Respon Nilai
Membuka mata (E) Membuka mata 4
Membuka mata mengikuti perintah 3
Membuka mata terhadap nyeri 2
Tidak membuka mata dengan rangsangan 1
Respon verbal (V) Orientasi baik dan mampu berkomunikasi 5
Tampak bingung 4
Kata-kata tidak sesuai 3
Tidak mengucap kata, hanya suara 2
mengerang 1
Tidak ada suara dengan rangsangan apapun
Respon motorik (M) Menuruti perintah 6
Mengetahui tempat rangsangan nyeri 5
Menolak rangsangan nyeri pada anggota 4
gerak 3
Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi) 2
Ekstensi spontan 1
Tidak ada reaksi dengan rangsangan nyeri

Sumber: Brain Injury Assosiation of America (2018).


12

Menurut Brain Injury Assosiation of America (BIAA) tahun 2018,

berdasarkan nilai GCS tersebut dapat digolongkan pembagian dari

tingkat keparahan cedera kepala sebagai berikut:

a) Cedera kepala Ringan

(1) GCS (13-15).

(2) Kehilangan kesadaran singkat beberapa detik atau menit.

(3) Amnesia pasca trauma kurang dari 1 jamHasil pemeriksaan

otak kepala normal.

b) Cedera kepala sedang

(1) GCS (9-12).

(2) Hilangnya kesadaran selama 1-24 jam.

(3) Amnesia pasca trauma 1-24 jam dari cedera kepala.

(4) Hasil pemeriksaan otak kepala ada yang tidak normal.

c) Cedera kepala berat

(1) GCS (3- 8).

(2) Kehilangan kesadaran atau koma selama lebih dari 24 jam.

(3) Amnesia pasca trauma lebih dari 24 jam setelah cedera kepala.

(4) Hasil pemeriksaan otak kepala ada yang tidak normal.

h. Komplikasi cedera kepala

Menurut National Health Service (NHS) tahun 2018 menjelaskan

komplikasi cedera kepala meliput

1) Infeksi
13

Infeksi terjadi karena terjadi patah pada tengkorak yang merobek

lapisan sel tipis yang mengelilingi otak, sehingga kuman dengan mudah

masuk dan menyebabkan infeksi.

2) Syndrome pasca gegar otak

Syndrome pasca gegar otak merupakan gejala jangka panjang setelah

mengalami gegar otak karena cedera kepala.

3) Gangguan kesadaran

Gangguan kesadaran adalaah cedera kepala yang parah sampai

memasuki gangguan kesadaran.

Gangguan kesadaran cedera kepala meliputi yaitu:

a) Koma

Suatu keadaan dimana tidak ada tanda-tanda tidak bangun dan

tidak sadar.

b) Keadaan vegetative

Suatu keadaan dimana seseorang dalam keadaaan bangun tetapi

tidak sadar.

c) Keadaan kesadaran minimal.

Suatu keadaan yang memperlihatkan kesadaran tetapi hanya

minimal atau tidak konsisten.

4) Kerusakan otak

Suatu keadaan cedera kepala yang parah dan merusak otak dengan

beberapa cara, contohnya kerusakan otak pada peningkatan tekanan

kranial dan peningkatan epilepsi.


14

Menurut penulis buku Andra, S. W., & Yessie, M. P tahun 2013

komplikasi cedera kepala meliputi:

a) Epilepsi pasca trauma

Epilepsi pasca trauma adalah suatu keadaan kejang yang terjadi

dibeberapa waktu setelah otak itu mengalami cedera karena

benturan atau trauma di kepala.

b) Afasia

Afasia adalaah hilangnya kemampuan dalam menggunakan Bahasa

akibat terjadi cedera pada area bahasa di otak.

c) Apraksia

Apraksia adalah Ketidakmampuan atau kelemahan dalam

mengingat serangkaian Gerakan atau kejadian.

d) Agnosis

Agnosis adalah suatu kelainan dimana penderita mampu melihat

dan merasakan sebuah benda tetapi tidak mampu menghubungkan

fungsi atau peran normal benda tersebut.

e) Amnesia

Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk

mengingat kejadian yang baru saja dialami atau kejadian yang

sudah lama dialami.

f) Fistel karotis-kavernosus

Biasanya ditandai dengan trias gejala yaitu eksoftalmus, kemosis,

dan bruit orbita, yang bias timbul cepat atau beberapa hari setelah

kejadian.
15

g) Diabetes insipidus

Disebabkan oleh kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis,

sehingga terjadi penghentian sekresi hormone antideuretik.

h) Kejang pasca trauma

Biasanya terjadi dalam 24 jam pertama, minggu pertama, atau

lanjut setelah satu minggu. Kejang segera tidak merupakan

presdisposisi untuk kejang berkelanjutaan, sedangkan kejang dini

menunjukkan risiko yang meningkat untuk kejang lanjut dan harus

dipertahankan dengan antikonvulsan.

i) Keebocoran cairan serebrospinal

Kebocoran ini dikarenakan rusaknya leptomeningen dan sering

terjadi 2-6% pada pasien cedera kepala tertutup.

j) Edema serebral dan herniasi

Penyebab paling umum dari peningkatan TIK (Tekanan

Intrakranial) edema terjadi 72 jamsetelah cedera kepala. Perubahan

TD (Tekanan Darah), frekuensi nadi, pernafasaan tidak teratur,

merupakan gejala klinis peningkatan TIK.

k) Defisit neurologis dan psikologis

Tanda awal terjadinya penurunan fungsineurologis seperti

perubahan tingkat kesadaran, nyeri kepala hebat, mual/muntah

proyektil (tanda dari peningkatan TIK).


16

2. Kecelakaan lalu lintas

a. Pengertian kecelakaan lalu lintas

Menurut pasal 229 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor

22 tahun (2009) kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa yang tidak di

duga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan atau tanpa pengguna

jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau keruigian harta

benda. Sedangkan dalam pasal 93 ayat 1 Peraturan Pemerintahan nomor 43

Tahun 1993 tentang prasarana jalan raya dan lalu lintas menjelaskan,

kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan raya yang tidak

disangka-sangka dan tidak sengaja melibatkan korban manusia atau

kerugian harta benda. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas

merupakan suatu kejadian bertabrakan kendaraan bermotor atau dengan

benda lain yang tidak disangka-sangka baik sengaja ataupun tidak disengaja

yang terjadi di jalan raya yang dapat menyebabkan korban jiwa ataupun

kerugian harta benda.

b. Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas

Menurut Humas Polres Bantul tahun 2013 faktor menyebabkan

kecelakaan lalu lintas adalah:

1) Faktor manusia

Faktor manusia adalah merupakan faktor yang paling dominan

dalam kecelakaan lalu lintas, karena manusia sebagai pemakai jalan

yang merupakan unsur utama terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Beberapa faktor manusia yang dapat diketahui sebagai berikut:

a) Pelanggaran rambu-rambu lalu lintas.


17

b) Kurangnya kesadaran dalam mentaati peraturan lalu lintas.

c) Kelalaian dalam memperhatikan keselamatan dirinya dan orang

lain dalam berkendara.

d) Mengendarai kendaraan yang ugal-ugalan.

e) Mengantuk.

f) Mengkonsumsi minuman beralkohol saat berkendara.

2) Faktor kendaraan

Faktor kendaraan adalah merupakan sebagai alat utama yang

dipergunakan oleh manusia yang berupa kendaraan. Berikut beberapa

faktor yang dapat diketahui adalah:

a) Kurangnya perawatan teknis kendaraan baik pemilik atau

pengemudi.

b) Kondisi teknik kendaraan yang tidak layak jalan.

c) Kurangnya fasilitas dalam kendaraan.

d) Kurangnya pengawasan mengenai kelayakan dan ijin beroperasi

kendaraan.

e) Belum adanya standarisasi untuk pengunaan spare part kendaraan

oleh regulator.

f) Pengguna kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan seperti

kelebihan muatan.

3) Faktor jalan

Faktor jalan adalah merupakan sarana berlalu lintas yang

mendukung terselenggaranya transportasi jalan raya yang seharusnya

dibangun dan dipelihara sehingga dapat memenuhi standard keamanan.


18

Beberapa faktor penyebab kecelakaan yang disebabkan oleh faktor jalan

adalah:

a) Daerah rawan kecelakaan belum ditangani dengan baik.

b) Kontruksi dan geometril jalan yang kurang sempurna.

c) Buruknya kondisi jalan rusak, berlubang dan jembatan.

d) Akses yang tidak terkontrol atau dikendalikan.

e) Kurangnya rambu-rambu lalu lintas, alat penerangan jalan, marka

jalan, dan alat pemberi isyarat lalu lintas serta pengaman bagi

pengguna jalan.

4) Faktor cuaca

Faktor cuaca yang kurang baik dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan lalu lintas. Berikut beberapa faktor lingkungan yang dapat

menjadikan kecelakaan lalu lintas yaitu:

a) Kondisi medan yang terdapat banyak pepohonan atau kondiai

cuaca yang berkabut dapat mengurangi atau, mengganggu

pandangan pengemudi.

b) Lalu lintas campuran antara kendaraan cepat dengan kendaraan

lambat.

c) Geometri jalan yang banyak menikung, menanjak, jalan licin, jalan

menurun.

c. Tempat terjadinnya cedera kepala

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018

berdasarkan tempat terjadinya cedera dikelompokkan menjadi beberapa

yang meliputi:
19

1) Jalan raya (jalan yang dilalui kendaraan)

2) Rumah dan lingkungannya (Indoor maupun Outdoor)

3) Sekolsh dsn lingkungannya (dalam kelas maupun halaman kelas)

4) Tempat bekerja (tempat kerja responden yang berupa ruangan atau

bangunan tertutup atau terbuka termasuk halamannya: contoh pabrik,

pertokoan, perkantoran, pasar, pelabuhan, dan lain-lain)

5) Lainnya seperti perairan atau sungai atau laut, sawah, lading, hutan,

tambang dan lain-lain.


20

B. Kerangka teori

Penyebab cedera kepala: Cedera kepala Karakteristik cedera


1. Jatuh dari air terjun kepala
2. Serangan fisik
Klasifikasi cedera kepala
3.3. Kecelakaan lalu lintas
4. Kecelakaan ditempat kerja
5. Jatuh dari ketinggian
6. Cidera Olahraga atau rekreasi
Tingkat keparahan cedera kepala
4. Kekerasan dalam Rumah tangga berdasarkan GCS:
5. Syndrome bayi terguncang 1. Cidera kepala rinhan (GCS: 13-15)
6. Luka tembak 2. Cidera kepala sedang (GCS: 9-12)
3. Cidera kepal berat (GCS: 3-8)

Komplikasi cedera kepala

Gambar 1. Kerangka teori cedera kepala


Sumber: Aji, K. B. S., Harnen, A., & Suharyanto. (2017), Agrawal et. all (2016), Andra, S.W., & Yessi, M. P.(2013), Awolei, A. C., Mallo, N. T.
S., & Tomuka, D (2016), BIAA (2018), BIAMI (2019), Colombia University Departement of Neurology (2015), Mayfield clinic (2018),
Montefiero Neurosurgery (2013), TeachMe (2018).
21

C. Kerangka konsep penelitian

Penyebab cedera kepala: Karakteristik pasien


cedera kepala:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kecelakaan ditempat kerja Cedera kepala 1. Usia
3. Jatuh dari ketinggian 2. Jenis kelamin
4. Cidera olahraga atau 3. Jenis pekerjaan
rekreasi 4. Tingkat
Pendidikan
5. Penyebab
cedera kepala

Tingkat keparahan cedera kepala


berdasarkan nilai GCS:
1. Cidera kepala ringan (GCS 13-15)
2. Cidera kepala sedang (GCS 9-12)
3. Cidera kepala berat (GCS 3-8)

Keterangan:

= Diteliti

= Diteliti

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian


Sumber: Awolei, A. C., Mallo, N. T. S., & Tomuka, D. (2016), Brain Injury Assosiation
of America (2018), Brain Injury Assosiation of Michigan (2017), Colombia University
Departement of Neurology (2015).

MANAJEMEN AIRWAY, BREATHING, DAN CIRCULATIONA. PENGELOLAAN


JALAN NAFAS (AIRWAY MANAGEMENT)1.TUJUAN
Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal
2. PENGKAJIAN
Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik
L(look), L (listen) dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu
yangsingkat (lihat materi pengkajian ABC).
3. TINDAKAN
a. Tanpa Alat1) Membuka jalan nafas dengan metode :- Head Tilt (dorong kepala ke
belakang)- Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu)- Jaw Thrust Manuver (perasat tolak
22

rahang)Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya dilakukan
JawThrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

Unduh

SimpanSimpan Pengkajian Airway Untuk Nanti


Pengkajian Airway
Diunggah olehbatank_mbako7465 Data diunggahpada May 09, 2013
100%
(1)
100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
6K tayangan
28 halaman

Informasi Dokumen
klik untuk memperluas informasi dokumen
Data diunggah
May 09, 2013
Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Bagikan dokumen Ini
Bagikan atau Tanam Dokumen
Opsi Berbagi
Bagikan di Facebook, terbuka di jendela baru
Facebook
Bagikan di Twitter, terbuka di jendela baru
Twitter
Bagikan di LinkedIn, terbuka di jendela baru
LinkedIn
Bagikan dengan Email, membuka klien email
Email
Copy Text
Salin Tautan
Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?
100%100% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai
bermanfaat
0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak
bermanfaat
Apakah konten ini tidak pantas?Laporkan Dokumen Ini
Unduh

SimpanSimpan Pengkajian Airway Untuk Nanti

PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, DAN CIRCULATION


Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung
darikecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien
ditemukanmaka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga
terhindar darikecacatan atau kematian.Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab
kematian yang cepat. Kondisi inidapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan
ataupun bersifat sekunder akibat darigangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan
23

kekurangan oksigen dapat jatuh dengancepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga
memerlukan pertolongan segera. Apabilaterjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan
menyebabkan kerusakan otak permanen, lebihdari 10 menit akan menyebabkan kematian.
Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan
secara efektif dan efisien.Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat
darurat telahmengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat
dilakukan denganterlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yangmengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei
sekunder. Tahapan kegiatanmeliputi :
A:
Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol
servikal.
B:
Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasiadekwat.
C:
Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
D:
Disability, mengecek status neurologis
E:
Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia.Survei primer
bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Survei
primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya
dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10detik).
Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus
segeradilakukan.Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama
kali amankanlingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke tempat
yang aman.
Hilangkan pesan penilaian pengguna
Tingkatkan Pengalaman Anda
Nilai akan membantu kami untuk menyarankan dokumen terkait yang lebih baik kepada
semua pembaca kami!
100% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai
bermanfaatBermanfaat
0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak
bermanfaatTidak bermanfaat

Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral (terlentang) untuk memudahkan


pertolongan.
1. AIRWAY
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran
nafas.Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
prosesventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas
seringkalimengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada
wajah,akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.Selama memeriksa jalan nafas
harus melakukan kontrol servikal, barangkali terjaditrauma pada leher. Oleh karena itu
langkah awal untuk membebaskan jalan nafas adalahdengan melakukan manuver head tilt
dan chin lift seperti pada gambar di bawah ini :Data yang berhubungan dengan status
jalan nafas adalah :- sianosis (mencerminkan hipoksemia)- retraksi interkota
(menandakan peningkatan upaya nafas.- pernafasan cuping hidung- bunyi nafas abnormal
(menandakan ada sumbatan jalan nafas)- tidak adanya hembusan udara (menandakan
obstuksi total jalan nafas atau hentinafas)
24

2. BREATHING
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekwat.Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama
masuknyaoksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi
merupakantahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi
paru, dindingdada dan diafragma.Pengkajian pernafasan dilakukan dengan
mengidentifikasi :- pergerakan dada- adanya bunyi nafas- adanya hembusan/aliran udara

3. CIRCULATION
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan
pembuangankarbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi
sistemkardiovaskuler.Status hemodinamik dapat dilihat dari :- tingkat kesadaran- nadi-
warna kulitPemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan
arterifemoral.
MANAJEMEN AIRWAY, BREATHING, DAN CIRCULATIONA. PENGELOLAAN
JALAN NAFAS (AIRWAY MANAGEMENT)1.TUJUAN
Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal
2. PENGKAJIAN
Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik
L(look), L (listen) dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu
yangsingkat (lihat materi pengkajian ABC).
3. TINDAKAN
a. Tanpa Alat1) Membuka jalan nafas dengan metode :- Head Tilt (dorong kepala ke
belakang)- Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu)- Jaw Thrust Manuver (perasat tolak
rahang)Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya dilakukan
JawThrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

2) Membersihkan jalan nafas- Finger Sweep (sapuan jari)Dilakukan bila jalan napas
tersumbat karena adanya benda asing dalam ronggamulut belakang atau hipofaring
(gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya)dan hembusan napas hilang.-
Abdominal Thrust (Gentakan Abdomen)- Chest Thrust (Pijatan Dada)- Back Blow
(Tepukan Pada Punggung) b. Dengan Alat1) Pemasangan Pipa (Tube)- Dipasang jalan
napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaringdigunakan untuk
mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang
yang dapat menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.- Bila dengan
pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik,dilakukan pemasangan pipa
endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipaendotrakhea akan menjamin jalan
napas tetap terbuka, menghindari aspirasi danmemudahkan tindakan bantuan
pernapasan.2) Penghisapan Benda Cair (Suctioning)- Bila terdapat sumbatan jalan napas
karena benda cair maka dilakukan penghisapan(suctioning). Penghisapan dilakukan
dengan menggunakan alat bantu pengisap(penghisap manual portabel, pengisap dengan
sumber listrik).- Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak
sadar danterdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak mungkin
diambildengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa laringoskop, alat
penghisap(suction) dan alat penjepit (forceps)3) Membuka Jalan Nafas Dengan
KrikotirotomiBila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin dilakukan, maka dipilih
tindakankrikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan trampil,
dapatdilakukan krikotirotomi dengan pisau .
25

Anda mungkin juga menyukai