ID Mendorong Kreativitas Dan Cinta Batik Pa
ID Mendorong Kreativitas Dan Cinta Batik Pa
Edi Eskak
Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia
Email: eskak@kemenperin.go.id
ABSTRAK
Proses pembuatan batik yang rumit kurang menarik minat bagi generasi muda. Lomba Desain Batik
Nusantara 2012 yang diadakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, adalah upaya untuk
mendorong kreativitas generasi muda untuk menciptakan desain-desain baru serta memupuk
kecintaan terhadap batik. Kritik seni ini bertujuan mengkritisi karya-karya desain pemenang. Metode
pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan. Hasil pembahasannya berupa kajian kritis terhadap
bentuk dan makna karya desain serta aplikasinya pada proses pembuatan batik. Kajian ini dapat
digunakan untuk penyempurnaan desain batik sebelum diproduksi.
ABSTRACT
The intricate process of making batik is less appeal to the younger generation. Batik Nusantara
Design Competition 2012 organized by the Center for Craft and Batik Yogyakarta, is an effort to
encourage the creativity of young generation by creating new designs as well as fostering love of
batik. Art criticism is aimed at critiquing the works of the winning design. The methods employed in
the literature approach. The results is a critical assessment of the form and meaning of the design
work as well as its application in the process of making batik. This study can be used for batik design
improvements before they are produced.
batik kreasi baru serta memupuk rasa cinta wahana efektif uji orisinalitas karena
generasi muda terhadap batik. Adapun masyarakat umum ikut menyaksikan dan
tujuan dari penyelenggaraan lomba ini, menilainya walaupun tidak mempengaruhi
antara lain: (1) Melestarikan dan hasil penilaian tim juri. Dengan demikian
mengembangkan seni budaya batik; (2) karya-karya desain pemenang telah
Menggali ide kreativitas dan apresiasi mendapatkan apresiasi dari tim juri maupun
generasi muda dalam merancang motif apresiasi dari masyarakat dengan segenap
batik; (3) Meningkatkan kecintaan dan pro dan kontranya. Memang tidak ada karya
kepedulian generasi muda terhadap desain batik yang sempurna, tidak ada pula
pelestarian budaya batik; (4) Menciptakan kompetisi yang memuaskan semua pihak,
corak ragam batik baru bermotifkan semua tergantung pada sudut pandang,
kekhasan Nusantara sebagai jatidiri batik persepsi, dan kemampuan menelaah suatu
Indonesia; (5) Meningkatkan promosi batik. karya. Semua karya menunjukkan kelebihan
Ajang kreatLYLWDV GHQJDQ WHPD ³%DWLN dan kekurangannya masing-masing.
1XVDQWDUD´ LQL PHQJKDVLONDQ OLPD GHVDLQ Pertarungan antara citra tradisi yang harus
SHPHQDQJ \DLWX -XDUD , ³1XVD 0HUGX´ dilestarikan dan novelty kreativitas
NDU\D 6LURMXO 0XQLU -XDUD ,, ³$ODV penciptaan seni baru (Soedarso, 2006),
1XVDQWDUD´ NDU\D <RVHS $UL]DO -XDUD ,,I terjadi di ajang ini.
karya Danti Rizki Amalia, Juara Harapan I Kritik seni ini dibuat sebagai kajian
³*RWRQJ 5R\RQJ´ NDU\D ,UVDP $GLW\D, dan XQWXN PHPEDFD EDKDVD ³UXSD´ PHQMDGL
-XDUD +DUDSDQ ,, ³:DULVDQ /DQJND´ NDU\D bahasa tulisan dalam mengkritisi kelebihan
Agus Wahyu Permana. Terpilihnya para maupun kekurangan dari karya-karya desain
pemenang tersebut tentunya karena karya pemenang. Pengamatan karya dan kajian
desain telah memenuhi kreteria persyaratan teori secara seksama dari peserta pelajar dan
panitia serta mempunyai nilai lebih mahasiswa, sehingga kritik seni ini
dibanding peserta lainnya. Adapun kreteria menggabungkan tipe kritik ilmiah dan kritik
penilaiannya adalah: (1) Artistik, unik, pedagogik (Bangun, 2000). Keputusan
orisinal; (2) Kreativitas; (3) Bisa kritiknya bersifat formalisme, yaitu
diaplikasikan sebagai batik tulis dan cap menempatkan keunggulan di dalam
(http://www.batik.go.id, di akses 25 Juni intregitas kualitas formal suatu karya seni
2012). Tim juri lomba ini terdiri atas unsur (Dharsono, 2007). Hasil pembahasannya
akademisi, seniman, pengamat, desainer, dapat digunakan untuk melakukan
dan praktisi lainnya. Unsur penilaian tidak penyempurnaan desain batik sebelum
semata-mata terhadap desain berupa gambar diproduksi.
di kertas, tetapi juga para finalis yang
berjumlah sepuluh orang untuk II. METODOLOGI KAJIAN
mewujudkannya menjadi kain batik. Kritik seni ini menggunakan landasan
Uji publik melalui pameran juga teori kritik seni yang diperoleh dari studi
dilakukan oleh panitia untuk menguji kepustakaan. Berdasarkan paparan teori
orisinalitas penciptaannya. Orisinalitas dari tersebut akan digunakan untuk
karya-karya finalis, apakah sudah pernah mendeskripsi, menganalisis,
diciptakan orang atau belum. Karya yang menginterpretasi, dan mengevaluasi karya-
diciptakan dengan observasi terlebih dahulu karya desain batik pemenang lomba.
biasanya terhindar dari peniruan atau
kemiripan yang tidak disengaja. Sumartono III. PEMBAHASAN
(1992) dalam hal ini menjelaskan bahwa Kritik Dalam Seni Rupa
karya seni orisinal adalah karya seni dengan Kritik seni dalam dunia seni rupa sangat
proses kreatif yang melibatkan perenungan penting, karena melalui kritik seni, bisa
mendalam untuk menghindari peniruan untuk melihat kelebihan dan kekurangan
secara membabi buta. Pameran menjadi yang tampak dalam sebuah karya seni
Eskak, Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik... | 3
termasuk desain batik. Kritik seni adalah dipakai sebagai pijakan pengambilan
kegiatan menyampaikan pendapat dengan keputusan. Dalam tahap evaluasi, kritikus
alasan tertentu terhadap karya seni, seni menentukan kualitas suatu karya seni
mengenai nilai, kebenaran, kebajikan, dengan pembanding-pembanding karya lain.
kecantikan, atau tekniknya (Bahari, 2008). Pemahaman tentang batik secara benar
Desain batik sebagai karya seni dapat juga diperlukan, baik secara teknik maupun
dikritik karena terdapat data di dalamnya. filosofinya. Batik tidak sekedar karya tekstil
Rohidi (2011) menjelaskan bahwa data seni sepertinya pada umumnya, namun tekstil
rupa lazimnya merupakan data dalam unik yang mencerminkan budaya yang
bentuk visual berupa unsur-unsur seni dan adiluhung, sehingga desain-desain baru
prinsip-prinsip estetik yang melandasinya. yang diciptakan sebaiknya masih
Melakukan kritik seni harus mencerminkan ikon-ikon visual motif batik
memperhatikan empat dasar langkah- tradisional. Batik adalah seni kreasi
langkahnya, yaitu: mendiskripsi, membuat bahan sandang dengan motif-
menganalisis, menginterpretasi, dan menilai motif hias menggunakan media malam/wax
seni (Marianto, 2011). Penjelasannya di bahan kain (Djoemena, 1990). Pemakaian
adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsi malam itu sendiri sebagai upaya tidak
berarti memaparkan atau menggambarkan tembus warna dalam teknik pewarnaan kain.
seperti apa yang tampak dengan jelas dalam Alat tradisional yang digunakan untuk
karya seni, seperti: seniman penciptanya, menorehkan lilin adalah canting tulis dan
judul, bahan, teknik, ukuran, tahun, fungsi, canting cap yang dilakukan dengan tangan.
dan lain sebagainya. Tahap deskripsi Raharjo (2011) menyatakan bahwa sifat
sejajar dengan observasi; (2) Menganalisis handmade merupakan aspek yang
yaitu menyelidiki karya seni dengan mendapat tempat tersendiri di saat barang
mengurainya untuk mengetahui unsur-unsur pabrikan yang kian melanda pasaran.
formal yang terkandung di dalamnya. Teknik dan bahan khusus inilah yang
Unsur-unsur yang ada dalam karya seni PHQJKDVLONDQ ³UXSD´ EDWLN PHPLOLNL
berupa: garis, warna, bidang, bentuk dan keunikan dan nilai estetika tersendiri bila
tekstur; (3) Menginterpretasi yaitu dibandingkan dengan hasil pendekorasian
penafsiran terhadap karya seni. tekstil yang lainnya.
Pengungkapan makna yang terkandung
dalam karya seni. Tahap interpretasi Kritik Karya Pemenang Lomba
merupakan tahap paling penting karena Sesuai dengan uraian di atas, berikut ini
peneliti mengeluarkan asumsi dan hipotesis akan dikritisi karya-karya desain pemenang
mengenai karya seni yang diteliti. Yustiono lomba tersebut. Karya Juara I berjudul
(dalam Endriawan, 2012) menjelaskan ³1XVD 0HUGX´ KDVLO NUHDVL 6LURMXO 0XQLU
bahwa hipotesis umumnya berpijak pada merupakan pengambaran alat-alat musik
teori-teori estetika filosofis, misalnya teori ethnik dari berbagai wilayah nusantara ada
seni sebagai imitasi, teori seni sebagai gamelan, angklung, seruling, dan lain
bentuk, teori seni sebagai ekspresi, teori seni sebagainya. Penyusunan komposisi bentuk-
sebagai simbol, dan lain-lain; (4) Menilai bentuk alat musiknya cukup dinamis.
atau evaluasi karya seni. Karakteristik dari
kritik seni adalah evaluasi. Evaluasi juga Pengulangan rapot bertujuan agar motif
disebut sebagai tahap penghakiman atau dapat memenuhi seluruh permukaan kain.
penilaian. Tata cara penilaian karya seni Rapot desain ini adalah sistem tubruk ³VDWX
berkenaan dengan nilai-nilai atau kualitas ODQJNDK VHPXD DUDK´ \DLWX SHUJHVHUDQ rapot
estetik yang sering berkolerasi dengan nilai motif ke arah horisontal dan vertikal
inovasi, orisinalitas, dan kekhasan dengan bergeser satu langkah (Susanto,
ketrampilan dan teknik hingga keunggulan 1980).
estetik sesuai dengan teori-teori estetik yang
4 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol.30,No.1, Juni 2013
ketekunan, dan berani kerja kerasnya mendung secara komposisi warna berhasil ,
membuka peluang di masa depan menjadi namun bidang miring seperti motif lereng
desainer, maupun pengusaha batik yang dengan warna merah berukuran terlalu besar
sukses. sehingga mengganggu sifat halus dari motif
batik tersebut. Hasilnya berbeda bila bentuk
lerengan merah tersebut dipecah atau dibuat
dalam ukuran yang lebih kecil. Walaupu ada
kekurangan sinkronisasi antara maksud dan
perwujudannya, karya ini menunjukkan
inovasi yang cukup berhasil dalam
PHPDNQDL WHPD ³%DWLN 1XVDQWDUD´ 6HFDUD
proses produksi batik ini cocok untuk
aplikasi batik tulis maupun
pengembangannya untuk batik cap.
Pengulangan motifnya menggunakan sistem
parang atau sistem miring, gerakan rapot
motif ke kanan saja atau ke kiri saja dan
bergeser satu langkah (Susanto, 1980).
Gambar 4. -XDUD +DUDSDQ , ³*RWRQJ 5R\RQJ´ Secara teknis, Irsam Aditya telah
karya Irsam Aditya, 2012, Batik, 90 x 90 cm memahami logika teknik proses tutup celup
pada batik dengan baik. Namun ia perlu
Karya Juara Harapan I berjudul mempelajari lebih lanjut tentang logika
³Gotong Royong´ NDU\D Irsam Aditya. interpretasi semantik yaitu penafsiran
Dilihat dari judulnya maksud karya ini makna agar antara maksud dan
adalah menggambarkan kerja bersama- penggambarannya terjadi kesesuaian
sama, bantu-membantu untuk memperingan (Martinet, 2010). Menilik warna yang
pekerjaan (Badudu, 1996). Namun semua digunakan yaitu merah yang bermakna
sosok-sosok manusia yang menjadi motif berani dan semangat, menyiratkan bahwa
pokok hanya digambarkan dalam kondisi Irsam Aditya mempunyai semangat yang
pasif mengangkat tangan. Posisi angkat besar untuk menjadi desainer maupun
tangan sering dimaknakan sebagai simbol pengusaha batik yang sukses di masa depan,
orang yang kalah dan menyerah, dengan karena semangat dan kegigihannya dalam
demikian tidak terjadi kesesuaian antara berkarya.
maksud, judul, dan visualisasinya. Metafor Karya Juara Harapan II berjudul
UXSD GDODP SHQJHUWLDQ ³VHSHUWL´ WLGDN WHSDW ³:DULVDQ /DQJND´ KDVLO NUHDVL $JXV :DK\X
tidak terjadi sinkronisasi makna dan Permana. Di antara karya pemenang lomba
visualisasinya (Sugiharto, 1996). desain batik ini, karya Agus Wahyu
Simbolisasi orang yang aktif bekerja dalam Permana adalah yang paling abstrak
gotong-royong tidak tercapai dengan bentuknya, sehingga sulit diinterpretasikan.
visualisasi orang angkat tangan. Abstrak dalam hal ini adalah seni yang tidak
Penyusunan komposisi warnanya bertalian langsung dengan dunia yang
berhasil harmonis dan menunjukkan makna nampak (Soekarman, 2005).
semangat bergotong-royong dengan
pemilihan warna dominan merah. Warna Menilik GDUL MXGXOQ\D ³:DULVDQ
merah mengandung arti dinamis, gairah /DQJND´ WLGDN VHFDUD HNVSOLVLW WHUJDPEDUNDQ
yang menggelora, energik, aktif, semangat dalam bentuk-bentuk motif yang ada dalam
dan perkasa (Krisnawati, 2005: 97). desain batik kreasi baru tersebut. Komposisi
Penggabungan corak motif Nusantara unsur-unsur seni yaitu: garis, bidang, dan
berupa figur orang khas motif tenun Nusa warna, tersusun dalam motif geometris yang
Tenggara Timur dengan motif mega dinamis. Dinamisasi terbentuk dari dominasi
Eskak, Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik... | 7
______________ 2002. Seni Kritik Seni. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi
Yogyakarta: Lembaga Penelitian ISI Penelitian Seni. Semarang: Cipta
Yogyakarta. Prima Nusantara.
Martinet, Jeanne. 2010. Semiologi: Kajian Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni:
Teori Tanda Saussuran dan Penciptaan, Eksistensi dan
Semiologi Signifikasi, Terjemahan: Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan
SA Herwinarko, Yogyakarta: Penerbit ISI Yogyakarta.
Jalasutra. Soekarman, Sulebar, M. 2005. Seni Abstrak
Prasetyo, Anindito. 2010. Batik Karya Indonesia: Renungan, Perjalanan,
Agung Warisan Budaya Dunia. dan Manifestasi. Jakarta: Yayasan
Yogyakarta: Pura Pustaka. Seni Visual Indonesia.
Purwohandoko, Prasetyo Hadi. 2000. Kapita Soemantri, Bambang, V.M. 2005. Pola
Selekta Hak Kekayaan Intelektual I, Ragam Hias Corak Ukiran. Jakarta:
Pusat Studi Hukum FH UII Gramedia.
Yogyakarta bekerja sama dengan Sugiharto, Bambang, I. 1996.
Yayasan Klinik HAKI Jakarta. Postmodernisme: Tantangan Bagi
Raharjo, Timbul. 2011. Seni Kriya dan Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Kerajinan. Yogyakarta: Program Sumartono. 1992. ³Orisinalitas Karya Seni
Pascasarjana ISI Yogyakarta. Rupa dan Pengakuan Internasional´
Ramelan, Tumbu. 2010. The 20-th Centuri Seni: Jurnal Pengetahuan dan
Batik Masterpieces. Jakarta: KR Penciptaan Seni, II/02-April,
Communications. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Susanto, Sewan, S.K. 1980. Seni Kerajinan
Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai
Penelitian Batik dan Kerajinan,
Departemen Perindustria RI.
Tedjoworo, H. 2001. Imaji dan Imajinasi:
Suatu Telaah Filsafat Postmodern.
Yogyakarta: Kanisius.
Yuwono, Y.A. 2005. Sapala Basa Jawa.
Surabaya: Marfiah,
http://www.batik.go.id, diakses 25 Juni
2012.
10 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , V o l . 3 0 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 3