Anda di halaman 1dari 10

1

MENDORONG KREATIVITAS DAN CINTA BATIK PADA GENERASI MUDA


KRITIK SENI KARYA PEMENANG LOMBA DESAIN BATIK BBKB 2012
Encourage Creativity and Love of Batik on The Young Generation
Criticism of Batik Design Art Works of Bbkb Competition Winners 2012

Edi Eskak
Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia
Email: eskak@kemenperin.go.id

Tanggal Diterima Redaksi: 17 Maret 2013


Tanggal Diterima Revisi: 20 Mei 2013
Tanggal Disetujui: 27 Mei 2013

ABSTRAK
Proses pembuatan batik yang rumit kurang menarik minat bagi generasi muda. Lomba Desain Batik
Nusantara 2012 yang diadakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, adalah upaya untuk
mendorong kreativitas generasi muda untuk menciptakan desain-desain baru serta memupuk
kecintaan terhadap batik. Kritik seni ini bertujuan mengkritisi karya-karya desain pemenang. Metode
pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan. Hasil pembahasannya berupa kajian kritis terhadap
bentuk dan makna karya desain serta aplikasinya pada proses pembuatan batik. Kajian ini dapat
digunakan untuk penyempurnaan desain batik sebelum diproduksi.

Kata Kunci: kritik seni, desain batik, kreativitas, generasi muda

ABSTRACT
The intricate process of making batik is less appeal to the younger generation. Batik Nusantara
Design Competition 2012 organized by the Center for Craft and Batik Yogyakarta, is an effort to
encourage the creativity of young generation by creating new designs as well as fostering love of
batik. Art criticism is aimed at critiquing the works of the winning design. The methods employed in
the literature approach. The results is a critical assessment of the form and meaning of the design
work as well as its application in the process of making batik. This study can be used for batik design
improvements before they are produced.

Keywords: art criticism, batik design, creativity, youth

I. PENDAHULUAN maupun untuk mengoleksi batik sebagai


Batik sebagai karya seni adiluhung busana. Hal ini menyebabkan tenaga kerja
bangsa Indonesia mempunyai keindahan di bidang industri batik semakin lama
yang khas dan unik yang membedakannya semakin berkurang. Kondisi semacam ini
dengan corak dekorasi tekstil lainnya. jika dibiarkan saja maka pada akhirnya
Keunikan rupa batik dihasilkan dari bahan, pembatik dan pecinta batik lama-lama akan
alat, dan proses spesifik yang menuntut habis. Bukti kegagalan dalam pewarisan
ketekunan, kerajinan, kesabaran serta seni budaya yang mempunyai nilai ekonomi
kreativitas yang tinggi. Citra batik sebagai dan filosofi yang tinggi, sungguh sangat
bahan sandang untuk para orang tua, disayangkan jika hal ini terjadi. Lomba
sehingga batik dianggap kuno dan Desain Batik 2012 yang diadakan oleh Balai
ketinggalan jaman. Hal ini tentu saja Besar Kerajinan dan Batik (BBKB)
menjadikan batik kurang menarik bagi Yogyakarta adalah salah satu upaya untuk
generasi muda, baik untuk menekuni mendorong kreativitas pelajar dan
pembuatan batik sebagai mata pencaharian mahasiswa untuk menciptakan motif-motif
2 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol.30,No.1, Juni 2013

batik kreasi baru serta memupuk rasa cinta wahana efektif uji orisinalitas karena
generasi muda terhadap batik. Adapun masyarakat umum ikut menyaksikan dan
tujuan dari penyelenggaraan lomba ini, menilainya walaupun tidak mempengaruhi
antara lain: (1) Melestarikan dan hasil penilaian tim juri. Dengan demikian
mengembangkan seni budaya batik; (2) karya-karya desain pemenang telah
Menggali ide kreativitas dan apresiasi mendapatkan apresiasi dari tim juri maupun
generasi muda dalam merancang motif apresiasi dari masyarakat dengan segenap
batik; (3) Meningkatkan kecintaan dan pro dan kontranya. Memang tidak ada karya
kepedulian generasi muda terhadap desain batik yang sempurna, tidak ada pula
pelestarian budaya batik; (4) Menciptakan kompetisi yang memuaskan semua pihak,
corak ragam batik baru bermotifkan semua tergantung pada sudut pandang,
kekhasan Nusantara sebagai jatidiri batik persepsi, dan kemampuan menelaah suatu
Indonesia; (5) Meningkatkan promosi batik. karya. Semua karya menunjukkan kelebihan
Ajang kreatLYLWDV GHQJDQ WHPD ³%DWLN dan kekurangannya masing-masing.
1XVDQWDUD´ LQL PHQJKDVLONDQ OLPD GHVDLQ Pertarungan antara citra tradisi yang harus
SHPHQDQJ \DLWX -XDUD , ³1XVD 0HUGX´ dilestarikan dan novelty kreativitas
NDU\D 6LURMXO 0XQLU -XDUD ,, ³$ODV penciptaan seni baru (Soedarso, 2006),
1XVDQWDUD´ NDU\D <RVHS $UL]DO -XDUD ,,I terjadi di ajang ini.
karya Danti Rizki Amalia, Juara Harapan I Kritik seni ini dibuat sebagai kajian
³*RWRQJ 5R\RQJ´ NDU\D ,UVDP $GLW\D, dan XQWXN PHPEDFD EDKDVD ³UXSD´ PHQMDGL
-XDUD +DUDSDQ ,, ³:DULVDQ /DQJND´ NDU\D bahasa tulisan dalam mengkritisi kelebihan
Agus Wahyu Permana. Terpilihnya para maupun kekurangan dari karya-karya desain
pemenang tersebut tentunya karena karya pemenang. Pengamatan karya dan kajian
desain telah memenuhi kreteria persyaratan teori secara seksama dari peserta pelajar dan
panitia serta mempunyai nilai lebih mahasiswa, sehingga kritik seni ini
dibanding peserta lainnya. Adapun kreteria menggabungkan tipe kritik ilmiah dan kritik
penilaiannya adalah: (1) Artistik, unik, pedagogik (Bangun, 2000). Keputusan
orisinal; (2) Kreativitas; (3) Bisa kritiknya bersifat formalisme, yaitu
diaplikasikan sebagai batik tulis dan cap menempatkan keunggulan di dalam
(http://www.batik.go.id, di akses 25 Juni intregitas kualitas formal suatu karya seni
2012). Tim juri lomba ini terdiri atas unsur (Dharsono, 2007). Hasil pembahasannya
akademisi, seniman, pengamat, desainer, dapat digunakan untuk melakukan
dan praktisi lainnya. Unsur penilaian tidak penyempurnaan desain batik sebelum
semata-mata terhadap desain berupa gambar diproduksi.
di kertas, tetapi juga para finalis yang
berjumlah sepuluh orang untuk II. METODOLOGI KAJIAN
mewujudkannya menjadi kain batik. Kritik seni ini menggunakan landasan
Uji publik melalui pameran juga teori kritik seni yang diperoleh dari studi
dilakukan oleh panitia untuk menguji kepustakaan. Berdasarkan paparan teori
orisinalitas penciptaannya. Orisinalitas dari tersebut akan digunakan untuk
karya-karya finalis, apakah sudah pernah mendeskripsi, menganalisis,
diciptakan orang atau belum. Karya yang menginterpretasi, dan mengevaluasi karya-
diciptakan dengan observasi terlebih dahulu karya desain batik pemenang lomba.
biasanya terhindar dari peniruan atau
kemiripan yang tidak disengaja. Sumartono III. PEMBAHASAN
(1992) dalam hal ini menjelaskan bahwa Kritik Dalam Seni Rupa
karya seni orisinal adalah karya seni dengan Kritik seni dalam dunia seni rupa sangat
proses kreatif yang melibatkan perenungan penting, karena melalui kritik seni, bisa
mendalam untuk menghindari peniruan untuk melihat kelebihan dan kekurangan
secara membabi buta. Pameran menjadi yang tampak dalam sebuah karya seni
Eskak, Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik... | 3

termasuk desain batik. Kritik seni adalah dipakai sebagai pijakan pengambilan
kegiatan menyampaikan pendapat dengan keputusan. Dalam tahap evaluasi, kritikus
alasan tertentu terhadap karya seni, seni menentukan kualitas suatu karya seni
mengenai nilai, kebenaran, kebajikan, dengan pembanding-pembanding karya lain.
kecantikan, atau tekniknya (Bahari, 2008). Pemahaman tentang batik secara benar
Desain batik sebagai karya seni dapat juga diperlukan, baik secara teknik maupun
dikritik karena terdapat data di dalamnya. filosofinya. Batik tidak sekedar karya tekstil
Rohidi (2011) menjelaskan bahwa data seni sepertinya pada umumnya, namun tekstil
rupa lazimnya merupakan data dalam unik yang mencerminkan budaya yang
bentuk visual berupa unsur-unsur seni dan adiluhung, sehingga desain-desain baru
prinsip-prinsip estetik yang melandasinya. yang diciptakan sebaiknya masih
Melakukan kritik seni harus mencerminkan ikon-ikon visual motif batik
memperhatikan empat dasar langkah- tradisional. Batik adalah seni kreasi
langkahnya, yaitu: mendiskripsi, membuat bahan sandang dengan motif-
menganalisis, menginterpretasi, dan menilai motif hias menggunakan media malam/wax
seni (Marianto, 2011). Penjelasannya di bahan kain (Djoemena, 1990). Pemakaian
adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsi malam itu sendiri sebagai upaya tidak
berarti memaparkan atau menggambarkan tembus warna dalam teknik pewarnaan kain.
seperti apa yang tampak dengan jelas dalam Alat tradisional yang digunakan untuk
karya seni, seperti: seniman penciptanya, menorehkan lilin adalah canting tulis dan
judul, bahan, teknik, ukuran, tahun, fungsi, canting cap yang dilakukan dengan tangan.
dan lain sebagainya. Tahap deskripsi Raharjo (2011) menyatakan bahwa sifat
sejajar dengan observasi; (2) Menganalisis handmade merupakan aspek yang
yaitu menyelidiki karya seni dengan mendapat tempat tersendiri di saat barang
mengurainya untuk mengetahui unsur-unsur pabrikan yang kian melanda pasaran.
formal yang terkandung di dalamnya. Teknik dan bahan khusus inilah yang
Unsur-unsur yang ada dalam karya seni PHQJKDVLONDQ ³UXSD´ EDWLN PHPLOLNL
berupa: garis, warna, bidang, bentuk dan keunikan dan nilai estetika tersendiri bila
tekstur; (3) Menginterpretasi yaitu dibandingkan dengan hasil pendekorasian
penafsiran terhadap karya seni. tekstil yang lainnya.
Pengungkapan makna yang terkandung
dalam karya seni. Tahap interpretasi Kritik Karya Pemenang Lomba
merupakan tahap paling penting karena Sesuai dengan uraian di atas, berikut ini
peneliti mengeluarkan asumsi dan hipotesis akan dikritisi karya-karya desain pemenang
mengenai karya seni yang diteliti. Yustiono lomba tersebut. Karya Juara I berjudul
(dalam Endriawan, 2012) menjelaskan ³1XVD 0HUGX´ KDVLO NUHDVL 6LURMXO 0XQLU
bahwa hipotesis umumnya berpijak pada merupakan pengambaran alat-alat musik
teori-teori estetika filosofis, misalnya teori ethnik dari berbagai wilayah nusantara ada
seni sebagai imitasi, teori seni sebagai gamelan, angklung, seruling, dan lain
bentuk, teori seni sebagai ekspresi, teori seni sebagainya. Penyusunan komposisi bentuk-
sebagai simbol, dan lain-lain; (4) Menilai bentuk alat musiknya cukup dinamis.
atau evaluasi karya seni. Karakteristik dari
kritik seni adalah evaluasi. Evaluasi juga Pengulangan rapot bertujuan agar motif
disebut sebagai tahap penghakiman atau dapat memenuhi seluruh permukaan kain.
penilaian. Tata cara penilaian karya seni Rapot desain ini adalah sistem tubruk ³VDWX
berkenaan dengan nilai-nilai atau kualitas ODQJNDK VHPXD DUDK´ \DLWX SHUJHVHUDQ rapot
estetik yang sering berkolerasi dengan nilai motif ke arah horisontal dan vertikal
inovasi, orisinalitas, dan kekhasan dengan bergeser satu langkah (Susanto,
ketrampilan dan teknik hingga keunggulan 1980).
estetik sesuai dengan teori-teori estetik yang
4 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol.30,No.1, Juni 2013

dan berbakat menjadi desainer batik handal,


namun perlu memahami teknik batik lebih
lanjut agar desain-desain yang dihasilkan
memperhatikan logika pencantingan dan
pewarnaan batik.

Gambar 1. -XDUD , ³1XVD 0HUGX´ NDU\D 6LURMXO


Munir, 2012, Batik, 90 x 90 cm

Penyusunan bentuk-bentuk alat musik


dalam pola lepas, sehingga memberi kesan Gambar 2. Juara II ³$ODV 1XVDQWDUD´ NDU\D
dinamis (Soemantri, 2005). Namun Yosep Arizal, 2012, Batik, 90 x 90 cm
pemilihan warna yang kecoklatan, putih dan
garis-garis hitam memberi kesan warna .DU\D -XDUD ,, EHUMXGXO ³$ODV
yang kusam dan mentah. Pemilihan warna 1XVDQWDUD´ KDVLO NUHDVL <RVHS $UL]DO 'DUL
terlalu datar sehingga kurang mencerminkan pemilihan judulnya, para pecinta dan
dinamisasi suara alat musik saat dimainkan. pemerhati batik akan langsung
Simbolisasi musik dengan warna dominat membayangkan batik dengan komposisi
coklat juga kurang sesuai, Krisnawati motif flora dan fauna dari seluruh Nusantara
(2005) menjelaskan bahwa warna coklat yang khas, unik dan indah, misalnya seperti
berkaitan dengan warna-warna tanah, warna batik tradisional Alas-Alasan dari daerah
yang membumi sehingga membuat kita Bayat, Klaten, Jawa Tengah (Ramelan,
merasa dekat dengan alam, memberi citra 2010). Namun sayangnya, bayangan itu
kuat namun statis. Pancaran energi warna tidak bisa sepenuhnya terwujud dari
coklat bersifat konstan, sementara irama visualisasi yang ada, padahal dengan kata
musik dominan dinamis. Garis-garis hitam ³$ODV 1XVDQWDUD´ OHELK PHPXQJNLQNDQ
yang membentuk motif juga kurang mengeksplorasi aneka flora dan fauna yang
menguntungkan dalam proses batik, karena lebih kaya dari seluruh Nusantara, tidak
selain cukup sulit dengan logika garis sekedar burung, cicak, dan daun.
klowong dibentuk dari torehan lilin yang 3HQJJDPEDUDQ ³$ODV 1XVDQWDUD´ NXUDQJ
otomatis warnanya lebih muda. Secara berhasil dalam desain ini, lebih
teknis batik karya ini cukup sulit proses menggambarkan suasana pekarangan
pengerjaannya, karena pembentukan garis- dengan tanaman hias, ayam, burung, dan
garis hitam memerlukan ketelitian yang cicak saja.
tinggi serta penggunaan lilin yang banyak Menyimak karyanya, Yosep Arizal
untuk membentuk tembokan-tembokan lilin telah memahami logika teknik proses
yang luas. Perancangan desain sebaiknya pembuatan batik. Bahkan teknik pewarnaan
juga memperhitungkan visibilitas produksi coledan juga dilakukan pada karyanya yaitu
(visibility production), yaitu aspek teknis warna biru muda, warna kontras di antara
jangan sampai desain batik tersebut hanya dominasi warna coklat dan hitam. Bila
indah semata tetapi sulit diproduksi dengan proses ini dilakukan dengan teknik tutup
teknik batik tulis maupun batik cap. Sirojul celup saja, maka akan tidak efektif dan tidak
Munir mempunyai daya kreatif yang tinggi, efesien. Kemampuan teknik yang tinggi
Eskak, Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik... | 5

membuka peluang di masa depan menjadi


desainer maupun pengusaha batik yang
sukses.
Penyusunan komposisi bentuk-bentuk
motif flora dan faunanya kurang dinamis
sehingga rapot pengulangan motifnya
terlihat jelas yang memberi dan kesan kaku
untuk jenis Motif Semen seperti ini.
Pemilihan warna kurang mencerminkan
warna-warni kehidupan dan keindahan
Hutan Tropis Nusantara yang penuh warna.
Ciri khas batik terasa kuat dengan logika
teknik tutup celup dengan kuatnya garis-
garis klowongan lilin pembentuk motif Gambar 3. -XDUD ,,, ³2MR 'XPHK´ NDU\D 'DQWL
pokok maupun isen-isen batik. Teknik Rizki Amalia, 2012, Batik, 90 x 90 cm
pengulangan motif dengan sistem tubruk
miring yaitu rapot harus disusun ke arah Desainer lewat visualisasi simboliknya
garis miring yang miring ke arah kanan sedang mengingatkan penguasa dalam
maupun ke arah kiri bergeser satu langkah manifestasi apapun agar selalu mawas diri
(Susanto, 1980). Karya Yosep Arizal jangan mentang-mentang berkuasa sehingga
menunjukan kemampuan kekriyaan atau serakah dan sewenang-wenang.
craftmenship yang tinggi (Gustami, 1992), Merefleksikan era demokrasi pada
namun kehadirannya belum menunjukkan pemilihan kepala negara, kepala daerah,
kreativitas sebagai karya seni kriya yang ataupun pimpinan-pimpinan lembaga
inovatif. Keberanian mengeksplorasi objek lainnya yang merasa menang dan kuat
berdasarkan imajinasi belum banyak sehingga sewenang- wenang. Yen menang,
dilakukan oleh Yosep Rizal. Tedjoworo aja njur sewenang-wenang, jika menang
(2001) dalam kaitan ini menyatakan jangan kemudian menjadi sewenang-
seniman tidak usah takut-takut wenang (Yuwono, 2005).
membebaskan imajinasinya agar tercipta Secara teknis desainer menunjukkan
kebaruan. kemampuan proses batik yang baik, namun
.DU\D -XDUD ,,, EHUMXGXO ³2MR 'XPHK´ terjebak pada komposisi yang terlalu ramai.
karya Danti Rizki Amalia. Karya dengan Penyusunan komposisi bentuk-bentuk motif
judul ungkapan Jawa yang mengandung dengan motif pokok dan isen-isen yang
ILORVRIL \DQJ GDODP ³2MR 'XPHK´ \DQJ padat dan rumit, dengan proses tutup, celup,
.DU\D -XDUD ,,, EHUMXGXO ³2MR 'XPHK´ rining, dan sogan menjadikan batik ini
karya Danti Rizki Amalia. Karya dengan cukup mahal biaya produksinya.
judul ungkapan Jawa yang mengandung Pengulangan rapot besar yang berisi
ILORVRIL \DQJ GDODP ³2MR 'XPHK´ \DQJ berbagai motif yang padat menjadikan
WHUMHPDKDQ\D EHEDVQ\D DGDODK ³MDQJDQ desain ini lebih cocok untuk proses canting
mentang-PHQWDQJ´ tulis, dan sulit dibuatkan canting capnya
Penggambaran naga sebagai penguasa karena kesatuan motif dalam satu rapot-nya
yang serakah yang disimbolkan dengan terlalu lebar. Pengulangan motif dengan
SRVLVL ³Q\DSORN RSR ZDH VLQJ NHWKRN´, sistem tubruk ³VDWX ODQJNDK VHPXD DUDK´
melahap apa saja yang kelihatan di yaitu pergeseran rapot motif ke arah
depannya dengan ekornya membelit hasil horisontal dan vertikal dengan bergeser satu
bumi atau kekayaan untuk dikuasainya. langkah (Susanto, 1980). Danti Rizki
Amalia telah memahami logika teknik
proses batik yang lebih kompleks.
Kemampuan teknik yang tinggi, kerajinan,
6 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol.30,No.1, Juni 2013

ketekunan, dan berani kerja kerasnya mendung secara komposisi warna berhasil ,
membuka peluang di masa depan menjadi namun bidang miring seperti motif lereng
desainer, maupun pengusaha batik yang dengan warna merah berukuran terlalu besar
sukses. sehingga mengganggu sifat halus dari motif
batik tersebut. Hasilnya berbeda bila bentuk
lerengan merah tersebut dipecah atau dibuat
dalam ukuran yang lebih kecil. Walaupu ada
kekurangan sinkronisasi antara maksud dan
perwujudannya, karya ini menunjukkan
inovasi yang cukup berhasil dalam
PHPDNQDL WHPD ³%DWLN 1XVDQWDUD´ 6HFDUD
proses produksi batik ini cocok untuk
aplikasi batik tulis maupun
pengembangannya untuk batik cap.
Pengulangan motifnya menggunakan sistem
parang atau sistem miring, gerakan rapot
motif ke kanan saja atau ke kiri saja dan
bergeser satu langkah (Susanto, 1980).
Gambar 4. -XDUD +DUDSDQ , ³*RWRQJ 5R\RQJ´ Secara teknis, Irsam Aditya telah
karya Irsam Aditya, 2012, Batik, 90 x 90 cm memahami logika teknik proses tutup celup
pada batik dengan baik. Namun ia perlu
Karya Juara Harapan I berjudul mempelajari lebih lanjut tentang logika
³Gotong Royong´ NDU\D Irsam Aditya. interpretasi semantik yaitu penafsiran
Dilihat dari judulnya maksud karya ini makna agar antara maksud dan
adalah menggambarkan kerja bersama- penggambarannya terjadi kesesuaian
sama, bantu-membantu untuk memperingan (Martinet, 2010). Menilik warna yang
pekerjaan (Badudu, 1996). Namun semua digunakan yaitu merah yang bermakna
sosok-sosok manusia yang menjadi motif berani dan semangat, menyiratkan bahwa
pokok hanya digambarkan dalam kondisi Irsam Aditya mempunyai semangat yang
pasif mengangkat tangan. Posisi angkat besar untuk menjadi desainer maupun
tangan sering dimaknakan sebagai simbol pengusaha batik yang sukses di masa depan,
orang yang kalah dan menyerah, dengan karena semangat dan kegigihannya dalam
demikian tidak terjadi kesesuaian antara berkarya.
maksud, judul, dan visualisasinya. Metafor Karya Juara Harapan II berjudul
UXSD GDODP SHQJHUWLDQ ³VHSHUWL´ WLGDN WHSDW ³:DULVDQ /DQJND´ KDVLO NUHDVL $JXV :DK\X
tidak terjadi sinkronisasi makna dan Permana. Di antara karya pemenang lomba
visualisasinya (Sugiharto, 1996). desain batik ini, karya Agus Wahyu
Simbolisasi orang yang aktif bekerja dalam Permana adalah yang paling abstrak
gotong-royong tidak tercapai dengan bentuknya, sehingga sulit diinterpretasikan.
visualisasi orang angkat tangan. Abstrak dalam hal ini adalah seni yang tidak
Penyusunan komposisi warnanya bertalian langsung dengan dunia yang
berhasil harmonis dan menunjukkan makna nampak (Soekarman, 2005).
semangat bergotong-royong dengan
pemilihan warna dominan merah. Warna Menilik GDUL MXGXOQ\D ³:DULVDQ
merah mengandung arti dinamis, gairah /DQJND´ WLGDN VHFDUD HNVSOLVLW WHUJDPEDUNDQ
yang menggelora, energik, aktif, semangat dalam bentuk-bentuk motif yang ada dalam
dan perkasa (Krisnawati, 2005: 97). desain batik kreasi baru tersebut. Komposisi
Penggabungan corak motif Nusantara unsur-unsur seni yaitu: garis, bidang, dan
berupa figur orang khas motif tenun Nusa warna, tersusun dalam motif geometris yang
Tenggara Timur dengan motif mega dinamis. Dinamisasi terbentuk dari dominasi
Eskak, Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik... | 7

garis-garis lengkung meliuk-liuk desain batik tradisi agar desain batik


membentuk motif dengan pewarnaan inovasinya masih memperlihatkan citra
mengikuti alur lerengan atau arah miring. visual motif batik. Agus Wahyu Permana
adalah sosok pemuda kreatif yang berbakat
menjadi desainer maupun pengusaha batik
yang sukses di masa depan.

Manfaat Kritik Seni


Wacana kritis yang dimunculkan
terhadap suatu keberadaan karya seni,
termasuk batik, sering kali memang
dilematis. Pada satu sisi akan mengundang
polemik pro-kontra, dan sisi yang lain justru
mengembangkan wacana yang akan
menambah pengayaan pemahaman serta
apresiasi terhadap karya seni. Adanya
Gambar 5. -XDUD +DUDSDQ ,, EHUMXGXO ³:DULVDQ wacana kajian terhadap sebuah karya seni
/DQJND´ Karya Agus Wahyu Permana, 2012, akan menambah bobot kemanfaatan seni
Batik, 90 x 90 cm
dalam makna kehidupan, seni tidak berhenti
pada sekedar dekorasi. Kemampuan
Secara visual desain ini mempunyai
memahami dan meresapi makna suatu karya
komposisi yang bagus dan cocok untuk
seni akan memperkaya batin seseorang.
bahan sandang, tetapi bila dilihat secara
Tulisan kritik seni dapat mengantarkan
seksama cita rasa sebagai kain batik kurang
pembaca memahami kelebihan dan
terasa. Dominasi klowongan dengan
kekurangan suatu karya seni, termasuk
pewarnaan timpa menghasilkan citra seperti
desain batik. Pemahaman terhadap
tekstil printed. Sungguh sayang jika batikan
³EHQWXN´ OXDU \DQJ WHUOLKDW GDUL NDU\D VHQL
yang indah justru dikira orang seperti batik
PDXSXQ ³LVL´ DWDX PDNQD \DQJ WHUNDQGXQJ
printing. Batik printing sebenarnya bukan
dalam karya seni. Dengan pemahaman itu
batik, tetapi adalah tekstil yang dihias
kemudian bisa mengapresiasi suatu karya
dengan menggunakan teknik cetak
seni dengan semestinya. Apresiasi adalah
(printing) atau sablon (Gratha, 2012). Batik
kemampuan memahami, menafsirkan,
printing ada yang bermotif umum dan juga
menilai, dan menghargai (Badudu, 1996).
banyak yang menggunakan ragam hias
Kritik seni dewasa ini tidak lagi mencari-
batik.
cari kekurangan terhadap karya seni semata-
Motif-motif yang terbentuk dari garis-
mata, kemudian menyerang dan
garis tersebut bila dicermati dapat
menjatuhkan nilai sebuah karya seni. Kritik
diimajinasikan seperti bentuk bunga, daun,
seni bermanfaat secara positif untuk
dan sulur-sulur tumbuhan hidup. Ataupun
melakukan tinjauan terhadap karya sehingga
bisa jadi yang dimaksudkan dengan warisan
diketahui kelebihan dan kekurangan suatu
langka itu adalah batik itu sendiri, sebagai
karya (Marianto, 2002). Dengan
warisan budaya. Rapot pengulangan
mengetahuinya maka akan dilakukan
motifnyanya bisa menggunakan sistem
perbaikan dalam penciptaan-penciptaan
tubruk yaitu satu langkah semua arah,
berikutnya. Seniman ataupun desainer juga
maupun sistem tubruk miring yaitu satu
akan terdorong selalu meningkatkan kualitas
langkah bergeser ke arah miring kanan
berkarya. Dalam kasus lomba desain batik
maupun ke arah miring kiri (Susanto, 1980:
maka akan diketahui kelebihan maupun
32). Batik dengan logika wax-resist dyeing
kekurangan dari desain yang dikritisi untuk
(Prasetyo, 2010) telah dikuasi dengan
dilakukan perbaikan-perbaiakan seperlunya
matang oleh Agus Wahyu Permana, namun
sebelum desain batik diproduksi. Perbaikan-
perlu mendalami lebih lanjut karakteristik
8 | Dinamika Kerajinan dan Batik, Vol.30,No.1, Juni 2013

perbaikan tersebut dapat berupa teknis Saran


maupun penyempurnaan konsep filosofinya. Kritik seni selama ini identik dengan
Perlu diperhatikan juga tentang Hak pengkajian kritis terhadap karya seni murni,
Cipta dan Desain Industri dari karya-karya untuk mengapresiasi karya lukisan, patung,
desain batik tersebut di atas, walaupun telah grafis, instalasi, maupun hasil ekspresi
ada ketentuan yang telah digariskan oleh estetik murni lainnya. Dengan kritik seni
panitia. Desainer bagaimanapun juga telah seniman berlomba-lomba menjaga kualitas
menghasilkan karya intelektual, desainer penciptaannya, sehingga menghasilkan
telah menghasilkan Desain Industri dalam karya yang diapresiasi tinggi oleh
bentuk suatu kreasi tentang bentuk, masyarakat pecinta seni. Melihat
konfigurasi, atau komposisi (komposisi manfaatnya dalam meningkatkan kualitas
garis atau warna, atau garis dan warna) atau penciptaan, maka kritik seni perlu dilakukan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi juga untuk karya-karya seni terap, seperti
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk desain batik dan seni terap lainnya.
menghasilkan suatu produk, barang atau
komoditas industri dan kerajinan tangan V. DAFTAR PUSTAKA
(Purwohandoko, 2000). Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain.
1996. Kamus Umum Bahasa
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Kesimpulan Harapan.
Kritik seni penting dilakukan dalam Bahari, Nooryan, Kritik Seni: Wacana,
seni rupa, termasuk kritik terhadap karya Apresiasi, dan Kreasi. Yogyakarta:
desain batik. Dari melakukan kritik seni Pustaka Pelajar.
terhadap karya-karya pemenang lomba Bangun, Sem, C. 2000. Kritik Seni Rupa.
desain batik tersebut di atas didapatkan Bandung: Penerbit ITB.
banyak kekurangan-kekurangan di Dharsono. 2007. Kritik Seni. Bandung:
dalamnya. Kekurangan yang menonjol Rekayasa Sains.
adalah bentuk motif dan warna yang kurang Djoemena, Nian S. 1990. Ungkapan
mencerminkan makna yang ingin Sehelai Batik: Its Mystery and
disampaikan yang tersirat dari pemberian Meaning. Jakarta: Djambatan.
judul karya. Tema ³%DWLN Nusantara´ EHOXP Endriawan, Didit. 2012. ³Menafsir Makna
secara maksimal digarap oleh peserta. Pola Karya Seni Melalui Metode Kritik
rapot motif dalam desain batik rata-rata Seni (Studi Kasus: Drawing Karya
masih terlihat jelas pengulangannya $ULI 5LYDL ´ Jurnal Seni Rupa dan
sehingga memberi kesan motif kurang Desain. Vol.1 No.1. Bandung: STISI
luwes. Perbaikan motif dan penyesuaian Telkom.
teknis dilakukan sebelum desain batik di Gratha, Benny. 2012. Panduan Mudah
kertas diproduksi menjadi batik di kain. Belajar Membatik. Jakarta: Demedia
Perbaikan desain akan lebih mudah Pustaka.
dilakukan karena telah diketahui Gustami, SP. 1992. ³)LORVRIL 6HQL .UL\D
kekurangan-kekurangannya. Adanya Tradisional Indonesia, Seni: Jurnal
kekurangan-kekurangan dalam karya desain Pengetahuan dan Penciptaan Seni,
batik yang dikritisi dapat dimaklumi karena II/01-Januari. Yogyakarta: BP ISI
merupakan karya generasi muda yang masih Yogyakarta.
dalam taraf menempuh pendidikan yaitu Krisnawati, Christina. 2005. Terapi Warna
pelajar dan mahasiswa. Mencermati hasil dalam Kesehatan, Yogyakarta:
kreativitas para finalis lomba desain batik Curiosita.
ini, menerbitkan optimisme bahwa batik Marianto, M. Dwi. 2011. Menempa Quanta
akan tetap lestari dan berjaya di masa-masa Mengurai Seni. Yogyakarta: BP ISI
yang akan datang. Yogyakarta.
Eskak, Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik... | 9

______________ 2002. Seni Kritik Seni. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi
Yogyakarta: Lembaga Penelitian ISI Penelitian Seni. Semarang: Cipta
Yogyakarta. Prima Nusantara.
Martinet, Jeanne. 2010. Semiologi: Kajian Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni:
Teori Tanda Saussuran dan Penciptaan, Eksistensi dan
Semiologi Signifikasi, Terjemahan: Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan
SA Herwinarko, Yogyakarta: Penerbit ISI Yogyakarta.
Jalasutra. Soekarman, Sulebar, M. 2005. Seni Abstrak
Prasetyo, Anindito. 2010. Batik Karya Indonesia: Renungan, Perjalanan,
Agung Warisan Budaya Dunia. dan Manifestasi. Jakarta: Yayasan
Yogyakarta: Pura Pustaka. Seni Visual Indonesia.
Purwohandoko, Prasetyo Hadi. 2000. Kapita Soemantri, Bambang, V.M. 2005. Pola
Selekta Hak Kekayaan Intelektual I, Ragam Hias Corak Ukiran. Jakarta:
Pusat Studi Hukum FH UII Gramedia.
Yogyakarta bekerja sama dengan Sugiharto, Bambang, I. 1996.
Yayasan Klinik HAKI Jakarta. Postmodernisme: Tantangan Bagi
Raharjo, Timbul. 2011. Seni Kriya dan Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Kerajinan. Yogyakarta: Program Sumartono. 1992. ³Orisinalitas Karya Seni
Pascasarjana ISI Yogyakarta. Rupa dan Pengakuan Internasional´
Ramelan, Tumbu. 2010. The 20-th Centuri Seni: Jurnal Pengetahuan dan
Batik Masterpieces. Jakarta: KR Penciptaan Seni, II/02-April,
Communications. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Susanto, Sewan, S.K. 1980. Seni Kerajinan
Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai
Penelitian Batik dan Kerajinan,
Departemen Perindustria RI.
Tedjoworo, H. 2001. Imaji dan Imajinasi:
Suatu Telaah Filsafat Postmodern.
Yogyakarta: Kanisius.
Yuwono, Y.A. 2005. Sapala Basa Jawa.
Surabaya: Marfiah,
http://www.batik.go.id, diakses 25 Juni
2012.
10 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , V o l . 3 0 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 3

Anda mungkin juga menyukai