Tadisi Nyadran Perkuat Kerukunan Masyarakat
Tadisi Nyadran Perkuat Kerukunan Masyarakat
Tradisi Nyadran meski sederhana namun berlangsung khidmat. Warga, tua muda, laki-
laki dan perempuan berkumpul di pemakaman umum desa. Sehari sebelum nyadran,
warga sudah bergotong-royong membersihkan lahan di sekitar area makam untuk
pelaksanaan acara ini. Setiap keluarga yang datang membawa makanan berupa nasi dan
aneka makanan berupa nasi dan lauk pauk serta ayam panggang. Selain makanan, warga
juga membawa bunga untuk keperluan nyekar dan uang sedekah yang dikumpulkan
untuk menyiapkan biaya pemeliharaan makam. tradisi nyadran ini memiliki keyakinan
yang mendasari warga desa ini tetap setia melestarikan tradisi ini. Yakni adanya
keyakinan tidak akan mendapatkan berkah hidup, baik warga yang berprofesi sebagai
petani atau pekerjaan lainnya selama satu tahun mendatang, jika tidak datang dalam
acara nyadran. Maka warga menjadikan acara Nyadran ini sebagai agenda yang tidak
bisa ditinggalkan.
Acara Nyadran ini diawali dengan berdoa di makam leluhur, sambutan kepala desa,
ceramah tokoh agama, tahlil dan diakhiri makan bersama. Suasana kebersamaan
antarwarga ini terlihat sekali saat warga makan bersama. Mereka duduk berjajar saling
berhadapan membuat barisan memanjang. Sementara nasi dan aneka lauk pauk ditata di
atas daun pisang. Ayam panggang atau yang biasa dikenal dengan sebutan “ingkung”
yang dibawa oleh setiap kepala keluarga dan dipotong-potong agar semua kebagian.
Tradisi setahun sekali yang berlangsung secara sederhana juga merupakan simbol
kerukunan masyarakat. Sebagai puncak acara, warga melakukan makan bersama di
areal pemakaman umum desa setempat.Nyadran merupakan media efektif untuk
menjalin silaturahmi antarwarga.Karena yang biasanya malas berkumpul,yang mangkel-
mengkel (kesal) pun akhirnya bertatap muka di tradisi nyadran ini.Semuanya makan dan
berdoa bersama, tidak ada perbedaan dalam tradisi nyadran.Ini merupakan bagian dari
merawat NKRI dari kelompok yang terkecil.
NIM : 195110900111009