CARD SORT PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS 1 SD NEGERI CIDAHU LEBAKWANGI
oleh
YAYAH ZAKIYA
NIM 857201036
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... ..
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, sebab melibatkan
guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pelajar. Guru dan siswa sebagai komponen yang berpengaruh
dalam proses pembelajaran masingmasing harus aktif. Guru sebagai pendidik harus menambah
kemampuan dan pengetahuannya melalui pengalamannya, sedangkan siswa sebagai peserta didik harus
berperan aktif dalam setiap kesempatan agar berhasil dalam belajarnya. Siswa diharapkan tidak belajar
hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari teman, orang tua,
ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan di mana pun berada. Siswa yang aktif
mempunyai peluang yang besar untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif
dan hanya menerima saja.
Mahir atau mampu membaca menjadi sebuah target mutlak yang selalu diharapkan oleh seorang
guru terutama di kelas rendah Sekolah Dasar Negeri cidahu. Begitupun dengan orang tua murid yang
menginginkan anaknya sudah bisa membaca pada saat akan memasuki sekolah tingkat dasar.Tidak
sedikit siswa yang sudah sekolah dasar di kelas rendah belum juga mahir membaca. Ini dikarenakan
tidak adanya minat untuk membaca. Dalam pengajaran, guru yang selalu monoton dan tidak
memvariasikan metode pembelajaran, serta tidak menggunakan media.
Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan bermain yang diintegrasikan
dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan upaya menciptakan kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan, dengan tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan memperoleh mutu
yang optimal. Banyak cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk dapat membantu siswanya agar
dapat mahir membaca. Diantaranya adalah dengan kartu kata, stiker atau gambar dalam slide komputer
yang ditampilkan pada saat kegiatan belajar mengajar. Selain cara tersebut, masih ada tehnik lain dalam
mengajarkan siswa untuk membaca permulaan misalnya dengan metode abjad, metode bunyi, metode
suku kata, metode kata lembaga, metode global, dan metode struktural analisis sintesis (SAS).
Berdasarkan observasi awal di kelas satu 1 SD Negeri Cidahu diketahui kemampuan membaca
permulaan siswa masih rendah, sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah KKM. Guru menggunakan
metode yang monoton dan tidak menggunakan media pembelajaran secara maksimal. Siswa kurang
termotivasi untuk membaca sehingga minat membaca siswa rendah. Hal tersebut menyebabkan hasil
belajar pada mata pelajaran lainpun menjadi rendah. Hal ini menjadi tanggung jawab guru untuk
membimbing siswanya agar dapat mencapai kopetensi yang diharapkan. Perhatian secara khusus dari
guru terhadap pembelajaran membaca harus dilakukan sejak siswa belajar di SD kelas permulaan.
Ketepatan dan keberhasilan pada tahap permulaan akan mempunyai dampak yang besar bagi
peningkatan dan kemampuan membaca siswa selanjutnya. Untuk itu perlu adanya revolusi
pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru.
Card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep,
karakteristik, klasifikasi, fakta tentang obyek atau mereview informasi. Model pembelajaran aktif tipe
card sort menggunakan fasilitas kartu, dalam kartu tersebut berisi suatu permasalahan yang harus
diselesaikan oleh masingmasing peserta didik. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat
membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan. Berdasarkan uraian di atas maka salah satu
upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut yakni meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe card sort, sehingga
berefek pada meningkatnya nilai-nilai siswa di setiap mata pelajaran dan meningkatnya minat membaca
siswa. Maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian tindakan dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa melalui Metode Card Sort pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas I SD NEGERI CIDAHU"
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka timbullah masalah yang dapat di
identifikasi sebagai berikut:
1. kemampuan membaca permulaan siswa masih rendah, sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah
KKM.
2. Guru menggunakan metode yang monoton.
3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran secara maksimal.
4. Siswa kurang termotivasi untuk membaca.
5. Rendahnya minat untuk membaca
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas penelitian akan memberikan
batasan masalah
1. Penggunaan metode metode card sort pada pembelajaran bahasa indonesia
2. Meningkatkan kemampuan membaca siswa pada bahasa indone dengan penggunaan metode
card sort
3. Kelas yang diteliti kelas I SD negeri cidahu lebakwangi
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dilihat perumusan masalah yaitu: “Bagaimana
meningkatkan keterampilan membaca siswa melalui metode card sort pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas I SD Negeri Cidahu
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan
keterampilan membaca siswa melalui metode card sort pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I SD
Negeri Cidahu lebakwangi.
F. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah mengenai peningkatan kemampuan
membaca pada siswa kelas satu melalui metode card sort.
2. Praktis
a. Bagi siswa kelas I SD Negeri Cidahu Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
membaca melalui metode card sort.
b. Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan untuk meningkatkan
metode pembelajaran dan evaluasi KBM.
c. Masyarakat dan orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dan
orang tua dalam hal kemampuan membaca pada anak.
BAB II
A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian membaca
Menurut H.G. Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis.1 Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa
keterampilan, yakni mengamati, memehami dan memikirkan. Disamping itu, membaca adalah laku
penguraian tulisan, suatu analisis bacaan. Dengan demikian membaca merupakan penangkapan dan
pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. 2Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
keloxinpo~C kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan
agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan
yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang
tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan
hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi
pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap
pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dia
pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. Dalam buku Isah Cahyani,
Hodijah yang berjudul kemampuan berbahasa Indonesia di SD.3Sedangkan Klein, dkk mengemukakan
bahwa devinisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah
strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan
informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama
dalam membentuk makna.4Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Adapun
pengertian lain membaca adalah suatu proses transaksi yang di dalamnya pembaca cerita mengartikan
maksud yang dibuat penulis. Selama membaca, arti tidak hanya muncul dari halaman perhalaman bagi
pembaca, namun ini merupakan suatu negosiasi rumit antara teks dan pembaca yang dibentuk oleh
konteks situasional singkat dan konteks sosiolinguistik yang lebih luas. Berikut ini terdapat beberapa
pengertian membaca yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Depdikbud
Depdikbud menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif, yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan
penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca
pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
b. Thorndike
2. Hakekat membaca
Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan
membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut
(3) aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengatahuan
yang telah ada,
(5) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap
kegiatan membaca. Interaksi antara
kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni
terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.6Membaca merupakan suatu proses
berfikir yang kompleks. Menurut Anderson dkk terjadinya peristiwa membaca adalah: “reading is very
complex. It is requires a high level of muscular coordination sustsined afford and concentration”.
Pandangan Anderson di atas ditopang oleh pandangan Sudarsono. Menurut Sudarsono proses
terjadinya membaca sebagai berikut. “unsur utama membaca adalah otak. Mata hanya alat yang
mengantarkan gambar ke otak. Cahaya dari bacaan masuk ke mata melalui selaput bening (kornea
mata). Cahaya itu disalurkan oleh selaput pelangi dan terjadilah gambaran pada retina. Retina itu terdiri
dari berjuta-juta reseptor cahaya yang mengubah energi cahaya menjadi syarat dan sampaikan ke otak.
Di korteks pada otak, syarat-syarat itu yang berjumlah 10 juta dicetak dan direkam menjadi gambar oleh
sel neuron. Di sinilah terjadi membaca”.7
3. Tujuan membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud. Tujuan atau
intensif kita dalam membaca. Berikut tujuan dari membaca, yaitu:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang
tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk
memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik. Masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan
merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini
disebut membaca untuk ide-ide utama (reading main for ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau untuk mengetahui apa terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang
terjadi mula-mula, pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya,- setiap tahap dibuat untuk memecahkan
suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian kejadian- buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk
mengetahui suatu susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka
itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca. Mengapa para tokoh
berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini
disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai
seorang tokoh, apa yang benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classifiy).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu,
apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh
bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda
dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh
menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
(reading to compare or contrast).8Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan
yang dimaksud meliputi:
1. Menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan.
2. Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan.
3. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan.
4. Menggali simpanan pengetahuan atau schemata siswa tentang suatu topik.
5. Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa.
6. Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan maupun tertulis.
7. Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum
melakukan perbuatan membaca.
8. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dapat
dipaparkan dalam sebuah bacaan.
9. Mempelajari struktur bacaan; serta
10. Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis
bacaan. 9
Tujuan membaca mencakup:
1. Kesenangan;
2. Menyempurnakan membaca nyaring;
3. Menggunakan strategi tertentu;
4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;
6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam
beberapa cara lain dan mempelajari tentang tekstur teks;
Kegiatan membaca yang sangat bermanfaat itu bahkan ada yang menyatakan sebagai jantungnya
pendidikan, memiliki banyak fungsi, antara lain:
a) Fungsi intelektual; dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina
daya nalar. Contohnya membaca laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain.
b) Fungsi memacu kreativitas; hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakkan diri kita untuk
berkarya, didukung oleh keleluasan wawasan dan pemilikan kosakata.
c) Fungsi praktis; kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam
kehidupan. Misalnya teknik memotret, cara membuat alat rumah tangga
d) Fungsi rekreatif; membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya, yang
mengasyikkan. Contohnya bacaan-bacaan ringan, cerita humor, fable, karya sastra, dan lain-lain.
e) Fungsi informatif; dengan banyak membaca informative seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain
dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan dalam kehidupan.
f) Fungsi religius; membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas
budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan.
g) Fungsi sosial; kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan
atau nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang
lain mengarahkan sikap berucap, berbuat, dan berpikir. Contohnya pembacaan berita, karya sastra,
pengumuman, dan lain-lain.
h) Fungsi pembunuh sepi; kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang
waktu, mengisi waktu luang. Contohnya membaca majalah, surat kabar, dan lain-lain.12
5. Manfaat Membaca
Selain fungsi di atas, kegiatan membaca mendatangkan berbagaimanfaat, antara lain:
a) Memperoleh banyak pengalaman hidup.
b) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi
kehidupan.
c) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.
d) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.
e) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan tarap hidup dan
budaya keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsa.
f) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan
pandai.
g) Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang
keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis.
h) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksestensi, dan lain-lain.13
6. Jenis-Jenis Membaca
a. Membaca Teknik Adalah pengajaran membaca yang bertujuan untuk kelancaran membaca. Pada
kegiatan ini guru harus memperhatikan lafal kata, intonasi, frase, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu
sendiri.
b. Membaca dalam Hati Adalah kegiatan membaca untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari bahan
bacaan. Materi membaca dalam hati di sekolah dasar bertujuan untuk mendapatkan informasi dari satu
bacaan dengan memahami isi bacaan secara tepat dan cermat.
c. Membaca Bahasa Mempunyai kesamaan dengan membaca dalam hati, dalam hal ini tidak
bersuaranya sewaktu aktivitas membaca itu dilaksanakan. Tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran
membaca bahasa adalah agar siswa Sekolah Dasar semakin bertambah pengetahuannya tentang seluk
beluk Bahasa Indonesia.
d. Membaca Pustaka Adalah kegiatan membaca untuk menambah informasi beberapa bidang ilmu
pengetahuan yang tidak diperoleh di sekolah, mengembangkan wawasan anak,member selingan kepada
anak-anak dari bacaan yang berat, dan menikmati keindahan bacaan.
e. Membaca Cepat Adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa Sekolah Dasar dalam waktu
yang singkat dapat membaca secara lancar dan dapat memahami isinya secara tepat dan cermat.
Kegiatan membaca ini dilakukan tanpa suara.
f. Membaca inda Adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa dapat memperoleh suara
keindahan yang bersumber dari bacaan. Pelajaran membaca indah di mulai di kelas tiga sekolah dasar.14
7. Usaha untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar siswa
memiliki keterampilan membaca ialah:
a) Membantu siswa untuk memperkaya kosakata, dengan cara:
1. Memperkenalkan sinonim, antonym dan kata-kata dasar yang sama;
2. Memperkenalkan imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran);
adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diperuntukan siswa SD kelas permulaan.
Menurut Akhadiah membaca permulaan hanya berlangsung selama dua tahun, yaitu untuk SD kelas I
dan II. Bagi mereka membaca adalah kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa
dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut.16
a. Pentingnya pembelajaran membaca permulaan Kemampuan membaca yang diperoleh pada
membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai
kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-
benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut siswa
akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai. Padahal
kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan
pengalaman, mempertinggi daya fikir, mempertajam penalaran, dan memperluas wawasan, untuk
mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Oleh sebab itu, bagaimana pun guru kelas rendah (kelas 1, 2,
dan 3) haruslah berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar kemampuan membaca
yang memadai kepada anak didik.
b. Perkembangan membaca Ada beberapa fase perkembangan membaca menurut Isah Cahyani dan
Hodijah dalam buku kemampuan berbahasa Indonesia di SD, yaitu:
1) Fase pra membaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari perbedaan huruf dan
angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis;
2) Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku
kata, dan kata sederhana melalui cerita;
3) Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata yang tidak
diketahuinya menggunakan pola tulisan;
4) Fase ke-3 dari kelas empat sampai dengan kelas dua SMP, anak dapat memahami bacaan;
5) Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan mengenal maksud penulis
dalam bacaan;
6) Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat mengintegrasikan hal-
hal yang dibaca dan menanggapi materi bacaan secara kritis.17 Membaca merupakan kecakapan
linguistik sekunder. Dalam pembelajaran membaca terdapat “tiga tahap dasar teori perkembangan
membaca. Tahap-tahap yang dimaksud yakni:
c. Masalah membaca
Masalah yang dihadapi anak dalam membaca:
1) Kurang mengenali huruf;
2) Membaca kata demi kata yang sering kali disebabkan oleh gagal menguasai keterampilan pemecahan
kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar membaca;
3) Pemparafrasekan yang salah;
4) Miskin pelafalan/penghilangan;
5) Pengulangan;
6) Pembalikan;
7) Penyisipan;
8) Penggantian;
a) Menunjukkan gambar
b) Menceritakan gambar
c) Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
d) Memperkenalkan bentuk-bentuk tulisan melalui bantuan gambar
e) Membaca tulisan bergambar
f) Membaca tulisan tanpa gambar
g) Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu23
Kelemahan strategi pembelajaran card sort yaitu adanya kemungkinan terjadi penyimpangan
perhatian peserta didik, terutama apabila terjadi jawaban-jawaban yang kebetulan menarik
perhatiannya, padahal bukan sasaran (tujuan) yang diinginkan dalam arti terjadi penyimpangan dari
pokok persoalan semula.
Menurut Hisyam Zaini, dkk langkah-langkah strategi pembelajaran card sort sebagai berikut:
1) Setiap peserta didik diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam
satu atau lebih kategori.
2) Mintalah peserta didik untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan
kategori yang sama.
3) Peserta didik dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di
depan kelas.25
Langkah-langkah metode card sort menurut Agus Suprijono dalam buku cooperative learning, yaitu:
1) Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
2) Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan. Setiap kertas berisi satu
pertanyaan.
4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
6) Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan.
Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan
pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak
memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan
secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan kertas kepada teman-temannya yang
lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.26
BAB III
Penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian hanya satu
sekolah (SD). rancangan penelitiannya.
1. Perencanaan (planning)
Kegiatan ini meliputi:
a) Membuat perencanaan pengajaran
b) Mempersiapkan alat peraga
c) Membuat lembar observasi
d) Mendesain alat evaluasi
2. Pelaksanaa Tindakan (acting)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
3. Observasi (observing)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan.
4. Refleksi (reflecting)
Dalam tahap ini, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis guna
mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, dan bagaimana perubahan terjadi.
1) Pengamatan (observasi)
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis
mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi partisipan.
2) Tes lisan/unjuk kerja
Tes dilakukan untuk mengetahui adanya kemampuan membaca permulaan.
3) Analisis dokumen
Teknik ini diperoleh dari dokumen dan arsip. Dokumen ini berupa daftar nilai, daftar hadir, dan arsip lain
tang dimiliki guru. Hal ini berfungsi untuk mengetahui kondisi siswa sebelum dilakukan penelitian.
Jumlah
Presentase
Keterangan:
Ya = 1
Tidak = 0
Tabel 3.2
Lembar observasi siswa
Jumlah
Presentase
Keterangan:
Ya =1
Tidak = 0
Persentase = ekor yang diperoleh dibagi sekor maksimal kemudian di x 100%
Tabel 3.3
1 Lafal 30
2 Intonasi 30
3 Kelancaran 40
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata perolehan skor yaitu:
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran, melakukan wawancara, membuat catatan lapangan, dokumentasi, dan merekapitulasi
nilai hasil membaca yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus.
Setelah semua data terkumpul peneliti bersama kolaborator (guru mata pelajaran) melakukan
analisis dan evaluasi data untuk membuat kesimpulan mengenai peningkatan kemampuan membaca
siswa serta kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian dilakukan dengan menguji hipotesis tindakan, yaitu dengan menggunakan
perbedaan nilai rata-rata anak sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Jika
terjadi peningkatan antara hasil observasi sebelum pemberian tindakan dengan hasil observasi setelah
diberikan tindakan, maka dapat dinyatakan terjadi peningkatan kemampuan membaca anak. Teknik
analisis data yang digunakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan berupa
metode card sort terhadap peningkatan kemampuan membaca kelas I.
J. Tindak Lanjut
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian tindakan kelas yang memiliki
tahapan-tahapan dalam tiap siklus. Tahapan tersebut adalah Perencanaan, tindakan, observasi dan
evaluasi, dan analisis dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan
siklus 1 selesai dilakukan.
Hasil belajar didasarkan pada KKM pelajaran bahasa indonesia adalah 70, yang diharapkan pada
siklus I ke Siklus 2 terjadi perubahan prosentase naik sehingga penggunaan metode card sort menjadi
efektif untuk dipergunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesi.
BAB IV
a. Keadaan Guru
Setiap lembaga pendidikan harus mempunyai tenaga pendidik dalam pelaksanaan pendidikan, tidak
terkecuali SD Negeri Cidahu lebakwangi mempunyai beberapa tugas pendidikan.
2. Guru PNS 1
3. Guru Honor 7
4. TU 1
5. Pjs 1
b. Keadaan Siswa
Keadaan siswa SD Negeri cidahu terbagi dalam 7 kelas ,yaitu siswa kelas I sampai dengan kelas VI
berjumlah 253 siswa.
30 30 40
5 A.dineza 20 25 25 70 Tuntas
6 Algifari 25 25 25 75 Tuntas
7 Aulia 25 20 25 70 Tintas
8 Bagus 25 25 25 75 Tuntas
10 Dila 30 30 30 90 Tuntas
11 Fadli 15 25 30 70 Tuntas
14 M.ilham 25 25 30 80 Tuntas
17 Malik 25 25 20 70 Tuntas
18 Madtomi 30 30 30 90 Tuntas
23 Farhan 30 30 25 85 Tuntas
28 Sulis 30 25 25 80 Tuntas
Nilai tertinggi
Jumlah nilai
Nilai rata-rata
Berdasarkan daftar nilai membaca siswa kelas satu pra tindakan masih terdapat perolehan nilai dibawah
70 yang reratanya adalah 55% siswa memperoleh nilai kurang dari 70. Dengan demikian, perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui penyebab hal tersebut agar dapat menemukan solusi yang tepat demi
tercapainya pembelajaran yang diharapkan.
Peneliti membuat perencanaan siklus pembelajaran penelitian dengan dua siklus utama dan akan
melakukan siklus tambahan untuk memenuhi target pencapaian hasil belajar yang diharapkan.
2. Data keterampilan membaca siklus I
A. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan observasi terhadap materi pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas 1 semester 1 yang berpedoman kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006
untuk menyusun rancangan pembelajaran yang selaras dengan metode card short yang akan
diterapkan. Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
a. Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar pada KTSP 2006 dan silabus pembelajaran.
b. Pada tahap awal peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan indikator pada
kompetensi dasar yang disusun untuk empat kali pertemuan pembelajaran (masing-masing 2x35 menit).
c. Membuat dan menyediakan alat peraga atau media yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang akan
diterapkan untuk masing-masing pertemuan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
d. Menyusun dan membuat lembar observasi/pengamatan proses pembelajaran bagi siswa pengamatan
aktivitas/respon dan pengamatan proses tindakan pembelajaran yang dilakukan guru oleh teman
sejawat.
B. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum'at jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada pertemuan
pertama sub pokok bahasan yang akan dibahas adalah mengenal bunyi bahasa.
I ni ma ta ni na
I ni Ka Ki To Ni
Gambar 4.1. Card sort pada siklus I pertemuan 1
Dalam pertemuan pertama ini guru memberikan apersepsi dan menggali potensi siswa dengan
membaca huruf abjad dan menyanyikannya bersama-sama. Setelah itu guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyebutkan bendabenda yang berada di dalam kelas dan menyebutkan huruf
awalnya. Dengan antusias siswa menyebutkan benda-benda yang berada di dalam kelas. Guru
mengarahkan siswa dengan memberikan huruf yang diawali dengan huruf A dan siswa menyebutkan
benda-benda yang berawalan huruf A. siswa merespon dengan semangat menyebutkan nama benda
yang ia ketahui, meskipun nama benda tersebut bukan berawalan huruf A. Masih ada beberapa siswa
yang masih bingung untuk menemukan huruf awal benda yang sudah ia sebutkan. Guru mengarahkan
siswa agar menyebutkan nama benda sesuai dengan huruf awalnya. Rerata siswa menyebutkan dengan
optimis tanpa ragu-ragu menyebutkan nama benda sesuai dengan huruf awalnya.
Tahap selanjutnya guru memperkenalkan metode card short kepada siswa untuk menemukan
pasangan suku kata. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok yang masing-masing beranggotakan
empat siswa. Guru memberikan contoh gambar card short dan cara bermain yang akan dilakukan, yaitu
menemukan pasangan suku kata yang sesuai dengan kata yang dimaksud. Guru mencontohkan metode
card short dengan memanggil empat orang siswa untuk mempraktikkan di depan kelas. Guru
memberikan suku kata SA siswa pertama, DI pada siswa kedua, TA pada siswa ketiga, YA pada siswa
keempat. Lalu guru mengarahkan siswa untuk mencari pasangan suku kata. Guru menjelaskan suku kata
SA berpasangan dengan YA dan DI berpasangan dengan TA. Setelah siswa menemukan pasangan suku
kata nya, siswa tersebut duduk berdekatan dan membacakan suku kata yang mereka peroleh. Setelah
siswa memahami cara bermain, maka guru memulai permainan dengan membagi siswa menjadi lima
kelompok. Guru menyiapkan potongan kertas yang berisi bacaan suku kata di dalam amplop. Kemudian
guru membagi kertas-kertas tersebut kepadasemua siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk mencari
pasangan suku kata nya.
Setelah siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap pasangan diminta untuk
membacakan suku kata yang diperoleh. Waktu mencari pasangan, ada beberapa siswa yang belum
paham dengan metode ini. Akibatnya, suasana kelas menjadi tidak tertib. Di sinilah peran guru untuk
membantu siswa yang dalam kesulitan.
Berdasarkan proses belajar pertemuan pertama dengan penerapan metode card short menunjukkan
respon siswa meningkat walaupun belum signifikan yang dimungkinkan rasa ragu masih menyelimuti
perasaannya menghadapi pembelajaran bahasa indonesia yang dirasa bukan sedang belajar tetapi
bermain.
Tabel 4.4
Jumlah
Presentase
Keterangan:
Ya =1
Tidak = 0
Tabel 4.5
Lembar observasi guru
Siklus / pertemuan : I / 1
Hari / tanggal : Jum'at November 2021
Jumlah 4
Presentase 100
Keterangan:
Ya = 1
Tidak = 0
Persentase = skor yang diperoleh dibagi dengan skor maksimum x 100%
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa, 15 Februari 2016 selama 2 jam pelajaran (2 x 35
menit). Pada pertemuan kedua guru memberikan pembelajaran dengan sub pokok bahasan yang
berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Dan sub pokok bahasan kali ini adalah membaca suku kata.