Anda di halaman 1dari 26

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI METODE

CARD SORT PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS 1 SD NEGERI CIDAHU LEBAKWANGI
oleh

YAYAH ZAKIYA

NIM 857201036
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... ..
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 3

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 3

D. Perumusan Masalah .................................................................... 3

E. Tujuan Penelitian ........................... ............................................ 4

F. Kegunaan Penelitian ........................... ......................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, sebab melibatkan
guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pelajar. Guru dan siswa sebagai komponen yang berpengaruh
dalam proses pembelajaran masingmasing harus aktif. Guru sebagai pendidik harus menambah
kemampuan dan pengetahuannya melalui pengalamannya, sedangkan siswa sebagai peserta didik harus
berperan aktif dalam setiap kesempatan agar berhasil dalam belajarnya. Siswa diharapkan tidak belajar
hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari teman, orang tua,
ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan di mana pun berada. Siswa yang aktif
mempunyai peluang yang besar untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif
dan hanya menerima saja.
Mahir atau mampu membaca menjadi sebuah target mutlak yang selalu diharapkan oleh seorang
guru terutama di kelas rendah Sekolah Dasar Negeri cidahu. Begitupun dengan orang tua murid yang
menginginkan anaknya sudah bisa membaca pada saat akan memasuki sekolah tingkat dasar.Tidak
sedikit siswa yang sudah sekolah dasar di kelas rendah belum juga mahir membaca. Ini dikarenakan
tidak adanya minat untuk membaca. Dalam pengajaran, guru yang selalu monoton dan tidak
memvariasikan metode pembelajaran, serta tidak menggunakan media.
Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan bermain yang diintegrasikan
dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan upaya menciptakan kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan, dengan tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan memperoleh mutu
yang optimal. Banyak cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk dapat membantu siswanya agar
dapat mahir membaca. Diantaranya adalah dengan kartu kata, stiker atau gambar dalam slide komputer
yang ditampilkan pada saat kegiatan belajar mengajar. Selain cara tersebut, masih ada tehnik lain dalam
mengajarkan siswa untuk membaca permulaan misalnya dengan metode abjad, metode bunyi, metode
suku kata, metode kata lembaga, metode global, dan metode struktural analisis sintesis (SAS).
Berdasarkan observasi awal di kelas satu 1 SD Negeri Cidahu diketahui kemampuan membaca
permulaan siswa masih rendah, sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah KKM. Guru menggunakan
metode yang monoton dan tidak menggunakan media pembelajaran secara maksimal. Siswa kurang
termotivasi untuk membaca sehingga minat membaca siswa rendah. Hal tersebut menyebabkan hasil
belajar pada mata pelajaran lainpun menjadi rendah. Hal ini menjadi tanggung jawab guru untuk
membimbing siswanya agar dapat mencapai kopetensi yang diharapkan. Perhatian secara khusus dari
guru terhadap pembelajaran membaca harus dilakukan sejak siswa belajar di SD kelas permulaan.
Ketepatan dan keberhasilan pada tahap permulaan akan mempunyai dampak yang besar bagi
peningkatan dan kemampuan membaca siswa selanjutnya. Untuk itu perlu adanya revolusi
pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru.
Card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep,
karakteristik, klasifikasi, fakta tentang obyek atau mereview informasi. Model pembelajaran aktif tipe
card sort menggunakan fasilitas kartu, dalam kartu tersebut berisi suatu permasalahan yang harus
diselesaikan oleh masingmasing peserta didik. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat
membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan. Berdasarkan uraian di atas maka salah satu
upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut yakni meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe card sort, sehingga
berefek pada meningkatnya nilai-nilai siswa di setiap mata pelajaran dan meningkatnya minat membaca
siswa. Maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian tindakan dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa melalui Metode Card Sort pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas I SD NEGERI CIDAHU"

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka timbullah masalah yang dapat di
identifikasi sebagai berikut:
1. kemampuan membaca permulaan siswa masih rendah, sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah
KKM.
2. Guru menggunakan metode yang monoton.
3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran secara maksimal.
4. Siswa kurang termotivasi untuk membaca.
5. Rendahnya minat untuk membaca

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas penelitian akan memberikan
batasan masalah
1. Penggunaan metode metode card sort pada pembelajaran bahasa indonesia
2. Meningkatkan kemampuan membaca siswa pada bahasa indone dengan penggunaan metode
card sort
3. Kelas yang diteliti kelas I SD negeri cidahu lebakwangi

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dilihat perumusan masalah yaitu: “Bagaimana
meningkatkan keterampilan membaca siswa melalui metode card sort pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas I SD Negeri Cidahu

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan
keterampilan membaca siswa melalui metode card sort pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I SD
Negeri Cidahu lebakwangi.
F. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah mengenai peningkatan kemampuan
membaca pada siswa kelas satu melalui metode card sort.
2. Praktis
a. Bagi siswa kelas I SD Negeri Cidahu Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
membaca melalui metode card sort.
b. Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan untuk meningkatkan
metode pembelajaran dan evaluasi KBM.
c. Masyarakat dan orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dan
orang tua dalam hal kemampuan membaca pada anak.

BAB II

A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian membaca
Menurut H.G. Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis.1 Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa
keterampilan, yakni mengamati, memehami dan memikirkan. Disamping itu, membaca adalah laku
penguraian tulisan, suatu analisis bacaan. Dengan demikian membaca merupakan penangkapan dan
pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. 2Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
keloxinpo~C kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan
agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan
yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang
tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan
hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi
pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap
pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dia

pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. Dalam buku Isah Cahyani,
Hodijah yang berjudul kemampuan berbahasa Indonesia di SD.3Sedangkan Klein, dkk mengemukakan
bahwa devinisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah
strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan
informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama
dalam membentuk makna.4Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Adapun
pengertian lain membaca adalah suatu proses transaksi yang di dalamnya pembaca cerita mengartikan
maksud yang dibuat penulis. Selama membaca, arti tidak hanya muncul dari halaman perhalaman bagi
pembaca, namun ini merupakan suatu negosiasi rumit antara teks dan pembaca yang dibentuk oleh
konteks situasional singkat dan konteks sosiolinguistik yang lebih luas. Berikut ini terdapat beberapa
pengertian membaca yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Depdikbud

Depdikbud menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif, yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan
penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca
pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
b. Thorndike

Thorndike berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir atau bernalar.


c. Louise Rosenblatt
Bacaan adalah pengalaman pribadi selama para pembaca berhubungan dengan cerita yang sedang
mereka baca untuk kehidupan mereka sendiri dan pengalamanpengalaman literatur sebelumnya.5

2. Hakekat membaca

Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan
membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut

(1) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis,


(2) aspek perceptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol,

(3) aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengatahuan
yang telah ada,

(4) aspek berfikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan


evaluasi dari materi yang dipelajari, dan

(5) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap
kegiatan membaca. Interaksi antara
kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni
terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.6Membaca merupakan suatu proses
berfikir yang kompleks. Menurut Anderson dkk terjadinya peristiwa membaca adalah: “reading is very
complex. It is requires a high level of muscular coordination sustsined afford and concentration”.
Pandangan Anderson di atas ditopang oleh pandangan Sudarsono. Menurut Sudarsono proses
terjadinya membaca sebagai berikut. “unsur utama membaca adalah otak. Mata hanya alat yang
mengantarkan gambar ke otak. Cahaya dari bacaan masuk ke mata melalui selaput bening (kornea
mata). Cahaya itu disalurkan oleh selaput pelangi dan terjadilah gambaran pada retina. Retina itu terdiri
dari berjuta-juta reseptor cahaya yang mengubah energi cahaya menjadi syarat dan sampaikan ke otak.
Di korteks pada otak, syarat-syarat itu yang berjumlah 10 juta dicetak dan direkam menjadi gambar oleh
sel neuron. Di sinilah terjadi membaca”.7

3. Tujuan membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud. Tujuan atau
intensif kita dalam membaca. Berikut tujuan dari membaca, yaitu:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang
tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk
memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik. Masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan
merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini
disebut membaca untuk ide-ide utama (reading main for ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau untuk mengetahui apa terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang
terjadi mula-mula, pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya,- setiap tahap dibuat untuk memecahkan
suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian kejadian- buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk
mengetahui suatu susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka
itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca. Mengapa para tokoh
berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini
disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai
seorang tokoh, apa yang benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classifiy).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu,
apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh
bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda
dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh
menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
(reading to compare or contrast).8Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan
yang dimaksud meliputi:
1. Menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan.
2. Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan.
3. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan.
4. Menggali simpanan pengetahuan atau schemata siswa tentang suatu topik.
5. Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa.
6. Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan maupun tertulis.
7. Melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum
melakukan perbuatan membaca.
8. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dapat
dipaparkan dalam sebuah bacaan.
9. Mempelajari struktur bacaan; serta
10. Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis
bacaan. 9
Tujuan membaca mencakup:
1. Kesenangan;
2. Menyempurnakan membaca nyaring;
3. Menggunakan strategi tertentu;
4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;
6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam
beberapa cara lain dan mempelajari tentang tekstur teks;

9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.10


Adapun tujuan membaca menurut Dindin Ridwanuddin dalam buku bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
1) Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
2) Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam kebodohan.
3) Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang
malas dan tidak mau bekerja.
4) Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur
kata.
5) Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
6) Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
7) Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti
mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana.
8) Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat
dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasi di dalam
hidup.11
4. Fungsi Membaca

Kegiatan membaca yang sangat bermanfaat itu bahkan ada yang menyatakan sebagai jantungnya
pendidikan, memiliki banyak fungsi, antara lain:
a) Fungsi intelektual; dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina
daya nalar. Contohnya membaca laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain.
b) Fungsi memacu kreativitas; hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakkan diri kita untuk
berkarya, didukung oleh keleluasan wawasan dan pemilikan kosakata.
c) Fungsi praktis; kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam
kehidupan. Misalnya teknik memotret, cara membuat alat rumah tangga

d) Fungsi rekreatif; membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya, yang
mengasyikkan. Contohnya bacaan-bacaan ringan, cerita humor, fable, karya sastra, dan lain-lain.
e) Fungsi informatif; dengan banyak membaca informative seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain
dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan dalam kehidupan.
f) Fungsi religius; membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas
budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan.
g) Fungsi sosial; kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan
atau nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang
lain mengarahkan sikap berucap, berbuat, dan berpikir. Contohnya pembacaan berita, karya sastra,
pengumuman, dan lain-lain.
h) Fungsi pembunuh sepi; kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang
waktu, mengisi waktu luang. Contohnya membaca majalah, surat kabar, dan lain-lain.12
5. Manfaat Membaca
Selain fungsi di atas, kegiatan membaca mendatangkan berbagaimanfaat, antara lain:
a) Memperoleh banyak pengalaman hidup.
b) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi
kehidupan.
c) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.
d) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.
e) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan tarap hidup dan
budaya keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsa.
f) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan
pandai.

g) Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang
keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis.
h) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksestensi, dan lain-lain.13
6. Jenis-Jenis Membaca
a. Membaca Teknik Adalah pengajaran membaca yang bertujuan untuk kelancaran membaca. Pada
kegiatan ini guru harus memperhatikan lafal kata, intonasi, frase, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu
sendiri.
b. Membaca dalam Hati Adalah kegiatan membaca untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari bahan
bacaan. Materi membaca dalam hati di sekolah dasar bertujuan untuk mendapatkan informasi dari satu
bacaan dengan memahami isi bacaan secara tepat dan cermat.
c. Membaca Bahasa Mempunyai kesamaan dengan membaca dalam hati, dalam hal ini tidak
bersuaranya sewaktu aktivitas membaca itu dilaksanakan. Tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran
membaca bahasa adalah agar siswa Sekolah Dasar semakin bertambah pengetahuannya tentang seluk
beluk Bahasa Indonesia.
d. Membaca Pustaka Adalah kegiatan membaca untuk menambah informasi beberapa bidang ilmu
pengetahuan yang tidak diperoleh di sekolah, mengembangkan wawasan anak,member selingan kepada
anak-anak dari bacaan yang berat, dan menikmati keindahan bacaan.
e. Membaca Cepat Adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa Sekolah Dasar dalam waktu
yang singkat dapat membaca secara lancar dan dapat memahami isinya secara tepat dan cermat.
Kegiatan membaca ini dilakukan tanpa suara.

f. Membaca inda Adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa dapat memperoleh suara
keindahan yang bersumber dari bacaan. Pelajaran membaca indah di mulai di kelas tiga sekolah dasar.14

7. Usaha untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar siswa
memiliki keterampilan membaca ialah:
a) Membantu siswa untuk memperkaya kosakata, dengan cara:
1. Memperkenalkan sinonim, antonym dan kata-kata dasar yang sama;
2. Memperkenalkan imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran);

3. Mengira-ngira makna kata dari konteks atau hubungan kalimat.

b) Membantu siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata maupun kalimat.


c) Guru dapat memberikan penjelasan pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, dan peribahasa.
d) Guru mengajukan pertanyaan mengenai ide pokok suatu paragraf, menunjukkan kalimat yang kurang
baik, member tugas membuat rangkuman.
e) Guru melatih siswa untuk membaca dalam tempo waktu yang dibatasi, sehingga melatih siswa untuk
membaca cepat tanpa suara.
f) Melatih kemampuan siswa memahami keseluruhan isi ataupun sebagian dari suatu bacaan.
g) Melatih kemampuan siswa menemukan kalimat yang rumpang dalam suatu bacaan.15
8. Membaca Permulaan Membaca permulaan

adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diperuntukan siswa SD kelas permulaan.
Menurut Akhadiah membaca permulaan hanya berlangsung selama dua tahun, yaitu untuk SD kelas I
dan II. Bagi mereka membaca adalah kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa
dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut.16
a. Pentingnya pembelajaran membaca permulaan Kemampuan membaca yang diperoleh pada
membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai
kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-
benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut siswa
akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai. Padahal
kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan
pengalaman, mempertinggi daya fikir, mempertajam penalaran, dan memperluas wawasan, untuk
mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Oleh sebab itu, bagaimana pun guru kelas rendah (kelas 1, 2,
dan 3) haruslah berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar kemampuan membaca
yang memadai kepada anak didik.
b. Perkembangan membaca Ada beberapa fase perkembangan membaca menurut Isah Cahyani dan
Hodijah dalam buku kemampuan berbahasa Indonesia di SD, yaitu:
1) Fase pra membaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari perbedaan huruf dan
angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis;
2) Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku
kata, dan kata sederhana melalui cerita;
3) Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata yang tidak
diketahuinya menggunakan pola tulisan;
4) Fase ke-3 dari kelas empat sampai dengan kelas dua SMP, anak dapat memahami bacaan;
5) Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan mengenal maksud penulis
dalam bacaan;
6) Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat mengintegrasikan hal-
hal yang dibaca dan menanggapi materi bacaan secara kritis.17 Membaca merupakan kecakapan
linguistik sekunder. Dalam pembelajaran membaca terdapat “tiga tahap dasar teori perkembangan
membaca. Tahap-tahap yang dimaksud yakni:

c. Masalah membaca
Masalah yang dihadapi anak dalam membaca:
1) Kurang mengenali huruf;
2) Membaca kata demi kata yang sering kali disebabkan oleh gagal menguasai keterampilan pemecahan
kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar membaca;
3) Pemparafrasekan yang salah;
4) Miskin pelafalan/penghilangan;
5) Pengulangan;
6) Pembalikan;
7) Penyisipan;
8) Penggantian;

9) Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk, dan menggerakkan kepala;


10) Kesulitan konsonan, kesulitan kluster, diftong, dan digrapf;
11) Kesulitan menganalisis struktur kata; dan
12) Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.19
d. Kesiapan membaca permulaan I
Prasyarat membaca formal Ada sejumlah keterampilan yang menjadi prasyarat untuk pengajaran
membaca formal. Prasyarat yang dimaksud meliputi: pengalaman dasar, perkembangan kognitif,
perkembangan bahasa, kesadaran metalinguistik, minat dan sikap, diskriminasi visual dan auditori, serta
kemampuan orientasi arahan. Menilai kesiapan Prosedur untuk menilai kemampuan kesiapan membaca
beragam mulai dari observasi guru sampai penggunaan tes standar. Pangalaman menunjukkan bahwa
guru yang berpengalaman sering mengembangkan kepekaan dan kemampuan dalam mengidentifikasi
anak-anak yang bergerak ke dalam pengajaran membaca formal.
1. Penilaian informal
Observasi merupakan cara yang dilengkapi daftar pemeriksaan dan catatan anekdot.
2. Mengamati pengalaman dasar Pengalaman dasar dapat diamati dengan melihat respon anak pada
bacaan-bacaan yang dibagikan, pada aktivitas permainan bebas, dan aktivitas bahasa tutur.
3. Mengamati perkembangan kognitif Guru dapat mencatat aktivitas anak-anak dalam permainan untuk
menentukan kemampuan mereka dalam merepresentasikan objek yang tak hadir dengan objek lain.
4. Mengamati perkembangan bahasa Dengan masuknya ke sekolah, anak-anak telah mengembangkan
kemampuan bahasa baik kemampuan reseptif maupun kemampuan produktif. Akan tetapi, guru
seharusnya memberikan perhatian untuk mengamati kelemahan dan kekuatan semua kemampuan.
5. Mengamati arah dan orientasi Orientasi bisa diamati ketika seorang anak mengenali urutan huruf,
susunan kata, penggunaan papan tulis, dan kemampuan berpindah.
6. Meneliti minat dan sikap Minat seorang anak dalam membaca dapat diperkirakan dengan
mengajukan pertanyaan mengenai identifikasi kata, meneliti minat anak untuk membaca majalah dan
buku.
7. Diskriminasi auditori Penilaian dapat dilakukan melalui permainan diskriminasi auditori yang bisa
membuat anak-anak merespon dengan sinyal yang sudah ditentukan.
8. Catatan anekdot Catatan anekdot dapat menunjukkan kekuatan dan kelemahan suatu bidang tehnik
ini bisa digunakan untuk observasi yang didaftar sebelumnya. Catatan tersebut dapat berupa buku
harian (diary) karena tingkah laku seharusnya diteliti selama satu periode.
9. Menggunakan checklist Observasi dapat dilengkapi daftar cek yang digunakan untuk pengajaran
membaca tetapi bisa juga dilengkapi untuk kemampuan yang lain.
10. Tes standar Beberapa tes standar yang diterbitkan meliputi sub-sub tes untuk mengukur prestasi
dalam kemampuan seperti diskriminasi visual huruf dan kata, diskriminas auditori bunyi awal dan akhir.
Sedangkan yang lain meliputi pengukuran mendengar, pemahaman, arahan, koordinasi visual-motorik,
dan kemampuan bahasa lisan.20
e. Kesiapan dan tujuan membaca permulaan II

dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan seperti:


1. Sikap duduk saat membaca
2. Melatih lompatan arah dan fokus pandang

3. Menyimak cerita guru


4. Tanya jawab dengan guru
5. Memperhatikan gambar yang diperlihatkan guru
6. Membicarakan gambar, dan lain-lain
Anak untuk dapat memasuki tahap ini, harus memiliki sejumlah “tingkat kesiapan”, diantaranya:
1. Faktor internal dari diri anak: diantara tingkat kematangan, minat, IQ, keutuhan dan keberfungsian
unsur biologis.
2. Faktor eksternal, misalnya: tingkat keberhasilan pencapaian tujuan , lingkungan sosial dan akademik.
Tujuan umum pengajaran: membaca permulaan menurut GBPP Bahasa Indonesia adalah:
1. Siswa memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan, dan keadaan.
2. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa (bahasa Indonesia) untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan, emosional, dan kematangan sosial.
3. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa.21 Pengajaran membaca permulaan Pengajaran
membaca permulaan hendaknya dikembangkan ke dalam “proses pengajaran membaca permulaan”,
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tingkat perkembangan anak


2. Tingkat kesiapan anak
3. GBPP mata pelajaran
4. Pengembangan materi pelajaran membaca
a. Pengembangan dan perluasan pemahaman lambang-lambang bahasa tulis:
-Belajar membaca nama-nama diri
-Memberi nama benda-benda yang ada di kelas
b. Pengajaran keterampilan melafalkan lambang-lambang tulisan
-Melatih melafalkan: “konsonan maupun vokal” dengan berbagai posisi dalam kata
c. Membaca untuk “memaknai”
-Menghubungkan kalimat
-Membangun kalimat dari kata-kata yang acak
d. Pengembangan keterampilan intonasi
-Mengubah makna dengan cara mengubah intonasi, dan dialog22
B. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan
1. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan tanpa buku Sebelum KBM dilakukan sebaiknya
guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra KBM yang dapat merangsang dan menggali
pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum kegiatan
KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan
hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah
dan belajar di sekolah. Selanjutnya, pilihlah variasi-variasi kegiatan berikut:

a) Menunjukkan gambar
b) Menceritakan gambar
c) Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
d) Memperkenalkan bentuk-bentuk tulisan melalui bantuan gambar
e) Membaca tulisan bergambar
f) Membaca tulisan tanpa gambar

g) Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu23

9. Pengertian Card Sort


Hisyam Zaini, dkk mengatakan bahwa “card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa
digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang obyek atau mereview
informasi”. Model pembelajaran aktif tipe card sort menggunakan fasilitas kartu, dalam kartu tersebut
berisi suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-masing peserta didik. Gerakan fisik yang
dominan dalamstrategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan. Menurut
Roestyah, kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran tipe card sortsebagai berikut. Kelebihan
strategi pembelajaran card sort yaitu:
1) Guru mudah menguasi kelas
2) Mudah dilaksanakan
3) Mudah mengorganisir kelas
4) Dapat diikuti jumlah siswa yang banyak
5) Mudah menyiapkannya
6) Guru mudah menerangkan dengan baik

Kelemahan strategi pembelajaran card sort yaitu adanya kemungkinan terjadi penyimpangan
perhatian peserta didik, terutama apabila terjadi jawaban-jawaban yang kebetulan menarik
perhatiannya, padahal bukan sasaran (tujuan) yang diinginkan dalam arti terjadi penyimpangan dari
pokok persoalan semula.

Menurut Hisyam Zaini, dkk langkah-langkah strategi pembelajaran card sort sebagai berikut:
1) Setiap peserta didik diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam
satu atau lebih kategori.
2) Mintalah peserta didik untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan
kategori yang sama.

3) Peserta didik dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di
depan kelas.25
Langkah-langkah metode card sort menurut Agus Suprijono dalam buku cooperative learning, yaitu:
1) Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
2) Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan. Setiap kertas berisi satu
pertanyaan.
4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
6) Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan.
Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan
pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak
memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan
secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan kertas kepada teman-temannya yang
lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.26

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian Serta Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek dalam pelajaran Bahasa Indonesia penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah
siswa kelas I (Satu) SDN Cidahu lebakwangi umlah siswa 29 orang, terdiri dari 20
orang laki-laki dan 9 orang perempuan.
2. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah di SDN Cidahu lebakwangi
3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah November 2021

Hari Tanggal Jam ke Mata pelajaran Keterangan

Jum'at November 2021 1-2 Bahasa Indonesia Ora siklus


Sabtu November 2021 1-2 Bahasa indonesia Siklus 1

Selasa November 2021 1-2 Bahasa indonesia Siklus 2

4. Pihak yang Membantu


Adapun pihak yang membantu selama proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu
1) Ibu Eha yuniarti M.Pd selaku dosen pembimbing PKP.
2) Kepala Sekolah SDN Cidahu bapak abdurochim S.Pd
3) Dewan Guru SDN Cidahu lebakwangi
4) Suami serta keluarga yang selalu mendukung dan sebagai penyemangat dalampenelitian ini.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Kegiatan peniliti ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas.Penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian ini diangkat dari permasalahan sesuai
fakta yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif
pemecahan masalahnya dan di tindak lanjuti dengan tindakan nyata yang terencana dan terukur.
Menurut Sukardi ( 2011 : 212 –213 ) terdapat empat langkah penting dalam penelitian tindakan kelas
yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
PraSiklus
a. Perencanaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan sebagai berikut :
1. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bahasa Indonesia tentang mengenal huruf.
3. Melakukan pembelajaran.
4. Menyusun pedoman penilaian proses pembelajaran untuk melihat kemampuan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran PraSiklus


Pada pelaksanaan pembelajaran PraSiklus, di awal pertemuan guru apersepsi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan pada siswa mengenai materi pembelajaran yang akan
diajarkan.Setelahitugurumenyampaikan tujuanpembelajaran. Di kegiatan

Penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian hanya satu
sekolah (SD). rancangan penelitiannya.
1. Perencanaan (planning)
Kegiatan ini meliputi:
a) Membuat perencanaan pengajaran
b) Mempersiapkan alat peraga
c) Membuat lembar observasi
d) Mendesain alat evaluasi
2. Pelaksanaa Tindakan (acting)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.

3. Observasi (observing)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan.
4. Refleksi (reflecting)
Dalam tahap ini, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis guna
mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, dan bagaimana perubahan terjadi.

Teknik Pengumpulan Data

C. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1) Pengamatan (observasi)
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis
mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi partisipan.
2) Tes lisan/unjuk kerja
Tes dilakukan untuk mengetahui adanya kemampuan membaca permulaan.
3) Analisis dokumen
Teknik ini diperoleh dari dokumen dan arsip. Dokumen ini berupa daftar nilai, daftar hadir, dan arsip lain
tang dimiliki guru. Hal ini berfungsi untuk mengetahui kondisi siswa sebelum dilakukan penelitian.

No Kegiatan guru Ya Tidak

1 Guru menyiapkan potongan kertas yang


berisibacaan suku kata di dalam amplop.

2 Guru membagi kertas-kertas tersebut menjadi


dua bagian yang sama, dan masing-masing
siswa memperoleh satu kertas

3 Guru menjelaskan tentang teknik metode card


short

yakni aktivitas yang dilakukan berpasangan


dan siswa diminta untuk menemukan
pasangan suku kata nya
4 Setelah semua siswa menemukan pasangan
dan duduk berdekatan, setiap pasangan
diminta untuk membacakan suku kata yang
diperoleh.

Jumlah

Presentase

Keterangan:
Ya = 1
Tidak = 0

Persentase =sekor yang diperoleh dibagi sekor maksimal kemudian di x 100%

Tabel 3.2
Lembar observasi siswa

No Kegiatan siswa Ya Tidak

1 Siswa memperhatikan guru yang sedang menyiapkan


potongan kertas

2 Siswa menerima potongan kertas yang dibagikan oleh


guru

3 Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencari


pasangan suku kata nya

4 Siswa yang sudah mendapatkan pasangan suku kata nya,


duduk berdekatan dan membacakan suku kata yang
diperoleh.

Jumlah

Presentase

Keterangan:
Ya =1
Tidak = 0
Persentase = ekor yang diperoleh dibagi sekor maksimal kemudian di x 100%

Tabel 3.3

Rubrik penilaian membaca3

No Aspek penilaian Bobot

1 Lafal 30

2 Intonasi 30

3 Kelancaran 40

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata perolehan skor yaitu:

Rata-rata perolehan skor (M) =


H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran, melakukan wawancara, membuat catatan lapangan, dokumentasi, dan merekapitulasi
nilai hasil membaca yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus.
Setelah semua data terkumpul peneliti bersama kolaborator (guru mata pelajaran) melakukan
analisis dan evaluasi data untuk membuat kesimpulan mengenai peningkatan kemampuan membaca
siswa serta kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
I. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian dilakukan dengan menguji hipotesis tindakan, yaitu dengan menggunakan
perbedaan nilai rata-rata anak sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Jika
terjadi peningkatan antara hasil observasi sebelum pemberian tindakan dengan hasil observasi setelah
diberikan tindakan, maka dapat dinyatakan terjadi peningkatan kemampuan membaca anak. Teknik
analisis data yang digunakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan berupa
metode card sort terhadap peningkatan kemampuan membaca kelas I.

J. Tindak Lanjut
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian tindakan kelas yang memiliki
tahapan-tahapan dalam tiap siklus. Tahapan tersebut adalah Perencanaan, tindakan, observasi dan
evaluasi, dan analisis dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan
siklus 1 selesai dilakukan.
Hasil belajar didasarkan pada KKM pelajaran bahasa indonesia adalah 70, yang diharapkan pada
siklus I ke Siklus 2 terjadi perubahan prosentase naik sehingga penggunaan metode card sort menjadi
efektif untuk dipergunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I (satu)
SDN Cidahu lebakwangi pada pembelajaran Prasiklus, siklus I dan siklus II, dapat di peroleh data
sbb:
Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa

a. Keadaan Guru

Setiap lembaga pendidikan harus mempunyai tenaga pendidik dalam pelaksanaan pendidikan, tidak
terkecuali SD Negeri Cidahu lebakwangi mempunyai beberapa tugas pendidikan.

1. Kepala sekolah 1 Jabatan PNS

2. Guru PNS 1

3. Guru Honor 7

4. TU 1

5. Pjs 1

b. Keadaan Siswa
Keadaan siswa SD Negeri cidahu terbagi dalam 7 kelas ,yaitu siswa kelas I sampai dengan kelas VI
berjumlah 253 siswa.

B. Deskripsi PerSiklus pada pembelajaran Menulis Teks


Dalari pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pada pembelajaran Menulis Teks pada siswa kelas I
(satu) SDN Cidahu lebakwangi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Nama siswa Aspek Aspek Aspek Jumlah Keterangan


penilaian penilaian penilaian

(Lafal) (Intonasi) (Lancar)

30 30 40

1 A. Jabar 20 15 10 45 Tidak tuntas

2 A. Basif 20 20 10 50 Tidak tuntas


3 Adi Yani 15 15 10 40 Tidak tuntas

4 Ade fina 20 15 15 50 Tidak tintas

5 A.dineza 20 25 25 70 Tuntas

6 Algifari 25 25 25 75 Tuntas

7 Aulia 25 20 25 70 Tintas

8 Bagus 25 25 25 75 Tuntas

9 Bela 20 20 15 55 Tidak tuntas

10 Dila 30 30 30 90 Tuntas

11 Fadli 15 25 30 70 Tuntas

12 M.hamzah 15 15 30 60 Tidak tuntas

13 Ibnu 15 20 15 50 Tidak tuntas

14 M.ilham 25 25 30 80 Tuntas

15 Juju 20 20 20 60 Tidak tuntas

16 Lujen 20 20 15 55 Tidak tuntas

17 Malik 25 25 20 70 Tuntas

18 Madtomi 30 30 30 90 Tuntas

19 Marwiyah 20 20 20 60 Tidak tuntas

20 M.ardafa 15 15 10 40 Tidak tuntas

21 M.uwes 20 20 15 55 Tidak tuntas

22 Nur ikhsan 25 15 15 55 Tidak tuntas

23 Farhan 30 30 25 85 Tuntas

24 Rafiudin 15 15 20 50 Tidak tuntas

25 Sahrul 25 20 15 60 Tidak tuntas

26 Sri 20 25 15 60 Tidak tuntas

27 Suleni 20 20 20 60 Tidak tuntas

28 Sulis 30 25 25 80 Tuntas

29 Usay 20 20 15 55 Tidak tuntas


Nilai terkecil

Nilai tertinggi

Jumlah nilai

Nilai rata-rata

Berdasarkan daftar nilai membaca siswa kelas satu pra tindakan masih terdapat perolehan nilai dibawah
70 yang reratanya adalah 55% siswa memperoleh nilai kurang dari 70. Dengan demikian, perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui penyebab hal tersebut agar dapat menemukan solusi yang tepat demi
tercapainya pembelajaran yang diharapkan.

Peneliti membuat perencanaan siklus pembelajaran penelitian dengan dua siklus utama dan akan
melakukan siklus tambahan untuk memenuhi target pencapaian hasil belajar yang diharapkan.
2. Data keterampilan membaca siklus I
A. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan observasi terhadap materi pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas 1 semester 1 yang berpedoman kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006
untuk menyusun rancangan pembelajaran yang selaras dengan metode card short yang akan
diterapkan. Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
a. Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar pada KTSP 2006 dan silabus pembelajaran.
b. Pada tahap awal peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan indikator pada
kompetensi dasar yang disusun untuk empat kali pertemuan pembelajaran (masing-masing 2x35 menit).

c. Membuat dan menyediakan alat peraga atau media yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang akan
diterapkan untuk masing-masing pertemuan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
d. Menyusun dan membuat lembar observasi/pengamatan proses pembelajaran bagi siswa pengamatan
aktivitas/respon dan pengamatan proses tindakan pembelajaran yang dilakukan guru oleh teman
sejawat.

B. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum'at jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada pertemuan
pertama sub pokok bahasan yang akan dibahas adalah mengenal bunyi bahasa.

I ni ma ta ni na

I ni Ka Ki To Ni
Gambar 4.1. Card sort pada siklus I pertemuan 1

Dalam pertemuan pertama ini guru memberikan apersepsi dan menggali potensi siswa dengan
membaca huruf abjad dan menyanyikannya bersama-sama. Setelah itu guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyebutkan bendabenda yang berada di dalam kelas dan menyebutkan huruf
awalnya. Dengan antusias siswa menyebutkan benda-benda yang berada di dalam kelas. Guru
mengarahkan siswa dengan memberikan huruf yang diawali dengan huruf A dan siswa menyebutkan
benda-benda yang berawalan huruf A. siswa merespon dengan semangat menyebutkan nama benda
yang ia ketahui, meskipun nama benda tersebut bukan berawalan huruf A. Masih ada beberapa siswa
yang masih bingung untuk menemukan huruf awal benda yang sudah ia sebutkan. Guru mengarahkan
siswa agar menyebutkan nama benda sesuai dengan huruf awalnya. Rerata siswa menyebutkan dengan
optimis tanpa ragu-ragu menyebutkan nama benda sesuai dengan huruf awalnya.
Tahap selanjutnya guru memperkenalkan metode card short kepada siswa untuk menemukan
pasangan suku kata. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok yang masing-masing beranggotakan
empat siswa. Guru memberikan contoh gambar card short dan cara bermain yang akan dilakukan, yaitu
menemukan pasangan suku kata yang sesuai dengan kata yang dimaksud. Guru mencontohkan metode
card short dengan memanggil empat orang siswa untuk mempraktikkan di depan kelas. Guru
memberikan suku kata SA siswa pertama, DI pada siswa kedua, TA pada siswa ketiga, YA pada siswa
keempat. Lalu guru mengarahkan siswa untuk mencari pasangan suku kata. Guru menjelaskan suku kata
SA berpasangan dengan YA dan DI berpasangan dengan TA. Setelah siswa menemukan pasangan suku
kata nya, siswa tersebut duduk berdekatan dan membacakan suku kata yang mereka peroleh. Setelah
siswa memahami cara bermain, maka guru memulai permainan dengan membagi siswa menjadi lima
kelompok. Guru menyiapkan potongan kertas yang berisi bacaan suku kata di dalam amplop. Kemudian
guru membagi kertas-kertas tersebut kepadasemua siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk mencari
pasangan suku kata nya.
Setelah siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap pasangan diminta untuk
membacakan suku kata yang diperoleh. Waktu mencari pasangan, ada beberapa siswa yang belum
paham dengan metode ini. Akibatnya, suasana kelas menjadi tidak tertib. Di sinilah peran guru untuk
membantu siswa yang dalam kesulitan.
Berdasarkan proses belajar pertemuan pertama dengan penerapan metode card short menunjukkan
respon siswa meningkat walaupun belum signifikan yang dimungkinkan rasa ragu masih menyelimuti
perasaannya menghadapi pembelajaran bahasa indonesia yang dirasa bukan sedang belajar tetapi
bermain.

Tabel 4.4

Lembar observasi siswa


Siklus / pertemuan : I / 1

Hari / tanggal : Jum'at November 2021

No Kegiatan siswa Ya Tidak

1 Siswa memperhatikan guru yang sedang


menyiapkan potongan kertas

2 Siswa menerima potongan kertas yang dibagikan


oleh guru

3 Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencari


pasangan suku kata nya.

4 Siswa yang sudah mendapatkan pasangan suku


kata nya, duduk berdekatan dan membacakan suku
kata yang diperoleh.

Jumlah

Presentase

Keterangan:

Ya =1

Tidak = 0

Persentase = skor yang diperoleh dibagi sekor maksimum x 100%

Tabel 4.5
Lembar observasi guru

Siklus / pertemuan : I / 1
Hari / tanggal : Jum'at November 2021

No Kegiatan guru Ya Tidak

1 Guru menyiapkan potongan kertas yang berisi


bacaan suku kata di dalam amplop.

2 Guru membagi kertas-kertas tersebut menjadi


dua bagian yang sama, dan masing-masing siswa
memperoleh satu kertas.
3 Guru menjelaskan tentang teknik metode card
sort yakni aktivitas yang dilakukan berpasangan
dan siswa diminta untuk menemukan pasangan
suku kata

4 Setelah semua siswa menemukan pasangan dan


duduk berdekatan, setiap pasangan diminta
untuk membacakan suku kata yang diperoleh

Jumlah 4

Presentase 100

Keterangan:

Ya = 1

Tidak = 0
Persentase = skor yang diperoleh dibagi dengan skor maksimum x 100%

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa, 15 Februari 2016 selama 2 jam pelajaran (2 x 35
menit). Pada pertemuan kedua guru memberikan pembelajaran dengan sub pokok bahasan yang
berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Dan sub pokok bahasan kali ini adalah membaca suku kata.

Anda mungkin juga menyukai