Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
“PERCOBAAN PENGERINGAN ZAT PADAT (DRYING OF
SOLIDS)”

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud

Agar mahsiswa/i mengetahui proses pengeringan zat padat (drying of


solids)

2. Tujuan Percobaan

Mengetahui bagaimana mengetahui cara kerja proses praktek kerja


percobaan pengeringan.

C. Latar Belakang

Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam hal


ini air) dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai
media pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri
atau di luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan
sumber energi udara panas dari electric heater yang dipasang diluar alat
percobaan, sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu
unit dengan electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya
untuk menempatkan zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat
pengeringan berlangsung, permukaan kontak antara permukaan dengan
udara yang selalu basah dengan cairan sampai cairan habis teruapkan
seluruhnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Percobaan

Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam hal ini air)
dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai media
pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri atau di
luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan sumber
energi udara panas dari electric heater yang dipasang diluar alat percobaan,
sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu unit dengan
electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya untuk menempatkan
zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat pengeringan berlangsung,
permukaan kontak antara permukaan dengan udara yang selalu basah dengan
cairan sampai cairan habis teruapkan seluruhnya.

Pada periode ini, hubungan antara moisture content dengan drying rate
dapat berupa garis lurus (linier) atau berupa garis lengkung atau mungkin
juga garis lengkung  yang patah. Untuk operasi yang telah mantap (steady
state) dengan kondisi adiabatik, kecepatan perpindahan panas dan massa
adalah:

Q         = hG. A (tG – t1)          ……. (i)

NA = kG. A ( PL – PG)       ……. (ii)

Keterangan:

Q         = Kecepatan perpindahan panas (Btu/jam)

A         = Luas permukaan basah yang kontak dengan udara


tG        = Suhu udara (OF)

t1 = Suhu permukaan basah (OF)

NA = Kecepatan penguapan dari permukaan basah ke udara

(lbmol/jam)

hG       = Koefisien perpindahan panas dari udara ke permukaan basah

kG       = Koefisien perpindahan panas dari permukaan basah ke udara

(lb mol/jam)

PL = Tekanan parsiil uap air dalam fase gas (atm)

PG = Tekanan parsiil uap air dalam gas (atm)

Dari persamaa (i) dan (ii) kecepatan pengeringan tiap satuan luas
permukaan basah dapat dinytatakan sebagai:

Persamaan (iii) di atas dapat dipakai untuk menentukan kecepatan


pengeringan yang akan dipanaskan dan diletakkan di dalam ruang dryer
tersebut. Skema alat tersebut sebagai berikut :
Dari
hasil pengolahan data di atas kemudian digambarkan grafik hubungan
antara drying rate dengan moisture content, Seperti penguapan,
pengeringan adalah proses transfer massa mengakibatkan pemindahan air
atau uap air dari aliran proses. While evaporation increases the
concentration of nonvolatile components in solution, in drying processes
the final product is a solid. Sementara penguapan meningkatkan
konsentrasi komponen mudah menguap dalam larutan, dalam proses
pengeringan produk akhir padat. Drying processes reduce the solute or
moisture level to Proses pengeringan mengurangi zat terlarut atau tingkat
kelembaban untuk

 improve the storage and handling characteristics of the product,


meningkatkan karakteristik penyimpanan dan penanganan produk,
 maintain product quality during storage and transportation and menjaga
kualitas produk selama penyimpanan dan transportasi dan
 reduce freight cost (less water to ship). mengurangi biaya pengiriman
(lebih sedikit air untuk kapal). Pengeringan aplikasi industri
menggunakan konduktif dan / atau transfer panas konvektif proses untuk
mengurangi konsentrasi komponen volatil sisa dalam aliran proses yang
kaya senyawa nonvolatile. Prinsip-prinsip pengeringan padatan yang mirip
dengan proses termal lainnya seperti penguapan. Akibatnya, evaporator
industri dan sistem pengeringan memiliki kesamaan fungsional, termasuk

 sumber energi,
 untuk memperkenalkan pakan ke dalam sistem pengeringan,
 sistem pengkondisian untuk memastikan bahwa makan dan aliran produk
bebas dalam mesin pengering,
 transfer panas dan
 pemisahan uap-produk peralatan.

Temperatur dalam Alat pengering


Pengukuran temperatur udara dalam alat pengering tipe rak diukur pada
empat titik pengamatan sesuai dengan jumlah rak pengering yang digunakan
memperlihatkan bahwa distribusi temperatur rata-rata meningkat tajam setelah
proses pengeringan 15 menit. Semakin lama proses pengeringan makin tinggi
temperaturnya. Pada akhir pengeringan yaitu waktu 120 menit temperatur
mencapai 60.5 oC untuk ketebalan 1 cm dan 66 oC untuk ketebalan 1.5 cm.
Temperatur antara ketebalan pengeringan 1 cm dengan 1.5 cm, lebih tinggi
temperatur dengan ketebalan pengeringan 1.5 cm. hal ini diduga semakin tebal
pengeringan semakin banyak panas yang disimpan sehingga, menyebabkan panas
di dalam alat pengering lebih tinggi. Pada proses pengeringan, semakin besar
perbedaan antara suhu media pemanas dengan bahan yang dikeringkan, semakin
besar pula kecepatan pindah panas

Kelembaban Relatif (RH) dalam Alat Pengering


Proses pengeringan akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh
sirkulasi udara yang baik. Sirkulasi udara sangat dipengaruhi oleh kelembaban
relatif (RH).

Faktor utama yang mempengaruhi pengeringan yaitu yang berhubungan


dengan udara pengering meliputi temperatur, kelembaban dan kecepatan aliran
udara. Perbedan tekanan uap antara cairan di dalam bahan dan uap di luar bahan
kecil, maka pemindahan aliran cairan tersebut sedikit. Tekanan uap tergantung
pada kelembaban relatif udara. Tujuan utama pengeringan adalah untuk
mengurangi kandungan air bahan sampai batas yang aman untuk disimpan. Faktor
utama yang mempengaruhi pengeringan yaitu kecepatan pengeringan dari suatu
baha pangan ( Bukle, 1958). Selama pengeringan terjadi proses perpindahan panas
dan massa. Proses perpindahan panas adalah proses menguapkan air dari dalam
bahan atau proses perpindahan bentuk air dari cair ke gas.

BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi

- Alat.
- Alat pengering ( Dryer ).
- Stop watch.
- Timbangan disebelah dalam pengering.
- Dry bulb temperature.
- Wet bulb temperature.
- Pengaris.

- Bahan.
- Ubi Kayu

B. Metoda
Prosedur Kerja :

- Diukur sample dengan mengunakan penggaris dengan ukuran P= 3 cm


,L = 2,5 cm,T= 1 cm dan ditimbang beratnya, kemudian dimasukkan
ke dalam wadah penampungan empat persegi pajang.
- Diatur temperatur diadalam alat pengering dan ukur dry bulb dan wet
bulb temperatur.
- Diletakan sampel di atas try timbangan sebelah dalam pengering dan
diamaiti perubahan berat pada setiap pengamatan.
- Diamati dry bulb temperature dan wet bulb temperature di dalam
dryer pada setiap pengamatan.
- Dicatat hasilnya.
- Di hentikan waktu pengeringan apabila berat sampel sudah sama
sampai empat kali.
- Diacatat berat sampel dengan cara berat akhir dari sampel adalah berat
tanpa air dan sesudah sampel didinginkan pada temperatur ruangan.

C. Gambar Percobaan
BAB IV
DATA PENGAMATAN

 Q0 : 4,9810 gr
 Qu : 8,0691 gr
 λ :545,1 KKal/kg
 Sampel : Ubi Kayu
 Ukuran Sampel : P = 3 cm, L = 2,5 cm, T = 1 cm.
 Berat sampel : 8,0691 grm

Meassurements
Time Weight Dry Bulb Wet Bulb
NO
menit Q Temperatur ( 0C ) Temperatur ( oC )
(T) ( gram ) t tw
1 8 7,6957 68,0 61,4
2 16 7,2385 68,3 61,8
3 24 6,6860 68,5 62,0
4 32 6,5222 68,7 62,2
5 40 6,2140 68,8 62,3
6 48 5,9818 68,9 62,3
7 56 5,7523 69,0 62,4
8 64 5,3291 69,0 62,4
9 72 5,4825 69,0 62,5
10 80 4,9810 69,1 62,5
11 88 4,9810 69,1 62,5
12 96 4,9810 69,1 62,5

BAB V

HASIL KERJA PRAKTEK

A. Analisa data

Pengerjaan Data 1,5,6,7

1. Luas permukaan sampel (Cm2) (A)

A ¿ 2 ( P × l )+2 ( P ×t )+ 2 ( L ×t ) cm2

¿ 2 ( 3 X 2,5 )+ 2 ( 3 ×1 ) +2 ( 2,5 ×1 ) cm2¿ 2 ( 7,5 )+ 2 ( 3 )+2 ( 2,5 ) cm 2


¿ 15+6+5 cm2
¿ 26 cm2

2. Kadar air yang teruapkan (W)

Qn
W¿ −1
Q0

 Menit ke-8

Qn 7,6957 gr
W¿ −1= −1
Qo 4,9810 gr

= 1,5450 – 1

= 0,5450

 Menit ke-40
Qn 6,2140 gr
W¿ −1= −1
Qo 4,9810 gr

= 1,2475 – 1
= 0,2475
 Menit ke-48

Qn 5,9818 gr
W¿ −1= −1
Qo 4,9810 gr
= 1,2009 – 1
= 0,2009

 Menit ke-56

Qn 5,7523 gr
W¿ −1= −1
Qo 4,9810 gr
= 1,1548 – 1
= 0,1548

3. Massa air yang teruapkan (gr/jam)

Qn−Qo
M¿
t

 Menit ke-8

8 menit
= X 1 jam
60 menit
= 0,13 jam

Qn−Qo
M ¿
t
8,0691 gram−7,6957 gram
¿ =2,8723 gram/ jam
0,13 jam

 Menit ke-40

40 menit
= X 1 jam
60 menit
= 0,66 jam

Qn−Qo
M ¿
t

6,5222 gram−6,2140 gram


¿ =0,4669 gram/ jam
0,66 jam

 Menit ke-48

48 menit
= X 1 jam
60 menit
= 0,8 jam

Qn−Qo
M ¿
t
6,2140 gram−5,9818 gram
¿ =0,2902 gram/ jam
0,8 jam

 Menit ke-56

56 menit
= X 1 jam
60 menit

= 0,93 jam
Qn−Qo
M ¿
t
5,9818 gram−5,7523 gram
¿ =0,2467 gram/ jam
0,93 jam
4. Menghitung panas yang diterima (Kal/jam) (Q)
Q= M X λ

kkal 1 kg 1000 kal


λ=545,1 X X
Kg 1000 gr 1 Kkal

kal
= 545,1
gr

 Menit Ke-8

Q = 2,872 gr/jam x 545,1 kal/gr


= 1565,52 kal/jam

 Menit Ke-40

Q = 4,669 gr/jam x 545,1 kal/gr


= 254,50 kal/jam

 Menit Ke-48

Q = 2,902 gr/jam x 545,1 kal/gr


= 158,18 kal/jam

 Menit Ke-56

Q = 2,467 gr/jam x 545,1 kal/gr


= 144,28 kal/jam
5. Menghitung Koefisien perpindahan panas konveksi (Kal/jam.cm2.oC) (h)
Q
h=
A .(t−tw)
 Menit ke-8
kal
1565,52
h= jam
2
26 cm ( 68,0−61,4 ) ℃
kal
1565,52
= jam
171,6 cm2 . ℃
= 9,1230 kal/jam.cm2.oC

 Menit ke-40

kal
254,50
h= jam
2
26 cm ( 68,8−62,3 ) ℃
kal
254,50
= jam
2
169 cm . ℃
= 1,5059 kal/jam.cm2.oC

 Menit ke-48

kal
154,18
h= jam
2
26 cm ( 68,9−62,3 ) ℃
kal
154,18
= jam
171,6 cm2 . ℃
= 0,9217 kal/jam.cm2.oC

 Menit ke-56
kal
144,28
h= jam
2
26 cm ( 69,0−62,4 ) ℃
kal
144,28
= jam
171,6 cm2 . ℃
= 0,8407 kal/jam.cm2.oC

6. Menghitung Kec. Pengeringan (RC) (gr/jam. Cm2)

h(t−tw )
Rc =
λ
 Menit ke-8
kal
9,1230 2
.(68,0−61,4)℃
Rc= .
cm jam .℃
545,1kal / gr
= 0,1104 gr/jam. Cm2

 Menit ke-40

kal
1,5059 2
.( 68,8−62,3) ℃
Rc= .
cm jam .℃
0,0179 kal /gr
= 0,0179 gr/jam. Cm2
 Menit ke-48
kal
0,9217 2
.(68,9−62,3) ℃
Rc= .
cm jam . ℃
545,1 kal/ gr
= 0,0111 gr/jam. Cm2

 Menit ke-56

kal
0,8407 2
.(69,0−62,4)℃
Rc= .
cm jam . ℃
545,1 kal/gr
= 0,0107 gr/jam. Cm2
b. Tabulasi Data

Calculations
Meassurements

Luas
Dry Bulb Wet Bulb Kadar Panas yang Kecepatan
Time Weight permukaan Massa air Koefisien λ
Temperatur Temperatur Air diterima Pengeringan
NO menit Q Sampel M h Kkal/
0 o
C C W Q Rc
T gram A gram/jam Kal/jam.cm2.oC kg
t Tw kal/jam gr/jam. Cm2
cm2
1 8 7,6957 68,0 61,4 0,5450 1565,2
26 2,8723 9,1230 0,1104 545,1
2 16 7,2385 68,3 61,8 26 0,4523 1158.03 545,1
2,125 6,8140 0,08172
3 24 6,6860 68,5 62,0 26 0,3423 223,31 545,1
2,3635 1,3207 0,07574
4 32 6,5222 68,7 62,2 26 0,3093 316,97 545,1
2,4632 1,8755 0,02236
5 40 6,2140 68,8 62,3 26 0,2475 254,50 545,1
4,6669 1,5059 0,0179
6 48 5,9818 68,9 62,3 26 0,2009 158,18 545,1
0,2902 0,9217 0,0111
7 56 5,7523 69,0 62,4 26 0.1548 144,28 545,1
0,2467 0,8407 0,0107
8 64 5,3291 69,0 62,4 26 0,1100 109,01 545,1
0,20 0.7691 0,0099
9 72 5,4825 69,0 62,5 0,1006 207,1 545,1
26 0,38 0,5243 0,0087
10 80 4,9810 69,1 62,5 26 0,1000 201,6 545,1
0,37 0,4432 0,0023
11 88 4,9810 69,1 62,5 0 0 0 0 0 0 0

12 96 4,9810 69,1 62,5 0 0 0 0 0 0 0


C. Grafik
BAB VI
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan modul pengeringan zat padat dengan sampel roti tawar
dengan ukuran luas permukaan 58 cm2 yang kami lakukan, maka kami dapat
memberikan kesimpulan :

1. Semakin tinggi suhu maka,kecepatan pengeringan akan semakin cepat.


2. Semakin lama waktu pengeringan maka,kadar air semakin sedikit
3. Semakin tinggi suhu wet bulb dan dry bulb maka,berat sampel akan
semakin kecil
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd Edition,


Prentice Hall, Inc, U.S.A
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat,
jilid 2, Erlangga, Jakarta
Musaddad, Histifarina dan E. Mustiningsih. ‘ Teknik Pengeringan Dalam Oven
Untuk Irisan Wortel Kering Bermutu’. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran: Bandung, 2004.

Anda mungkin juga menyukai