Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan :
Reaktor Tangki Berpengaduk
B. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari bagaimana metoda menentukan persamaan kecepatan
Reaksi dengan data-data yang diukur pada Reaktor.
2. Mempelajari bagaimana menerapkan persamaan kecepatan reaksi
dalam industri.
3. Mempelajari pengetahuan dasar untuk merancang Reaktor Batch.
C. Latar Belakang :
Tangki Berpengaduk merupakan produk andalan dari banyak
produsen Tangki terkemuka dunia. Sampai saat ini masih banyak orang
awam yang bertanya-tanya ketika mendengar istilah Tangki Berpengaduk.
Padahal, Tangki Berpengaduk sendiri merupakan salah satu peralatan yang
populer dan biasa digunakan dalam industri serta proses-proses kimia.

Salah satu aplikasi Tangki Berpengaduk yang paling terkenal


adalah Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB). Prinsip kerja suatu
RATB adalah memasukkan satu atau lebih reaktan kedalam Tangki
Berpengaduk dan pada saat bersamaan mengeluarkan sejumlah produk
dari reaktor. Pengaduk dalam tangki berpengaduk dirancang sedemikian
rupa sehingga campuran reaktan akan teraduk dengan sempurna dan reaksi
berlangsung seoptimal mungkin. Hal ini sangat penting karena ketika
beroperasi dalam kondisi steady state, jumlah reaktan yang masuk
kedalam reaktan harus sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan (the
flow rate in must equal to the mass flow rate out).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 28


juta ton/tahun. Seiring dengan meningkatnya produktivitas ini, maka limbah yang
dihasilkan oleh proses pengolahannya yaitu palm oil mill effluent (POME) juga
akan semakin meningkat. Di Indonesia, pengolahan POME saat ini dilakukan
secara konvensional yaitu dengan menggunakan sistem kolam fakultatif yang
selain memerlukan biaya operasional yang tinggi serta lahan yang luas, juga
menghasilkan gas rumah kaca, metana (CH4) sebagai produk yang biasanya
dibuang begitu saja dengan cara dibakar. Dari penelitian terdahulu, dilakukan
pengolahan POME secara anaerobik guna menghasilkan biogas, tetapi hasil
pengolahannya masih belum memenuhi baku mutu untuk dapat dibuang ke
lingkungan, sehingga masih diperlukan proses aerobik agar dapat memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan agar dapat dibuang ke lingkungan. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan reaktor alir tangki
berpengaduk dan dengan bantuan effective microorganism (EM4), diperoleh nilai
akhir VSS adalah sekitar 100 mg/L dengan HRT 10 hari.

Dalam pengolahan limbah secara aerobik, digunakan sebuah aerator guna


menyuplai udara ke dalam reaktor. Berikut gambar yang menunjukkan reaktor dan
perangkatnya yang digunakan pada penelitian ini.

Gambar Peralatan yang Digunakan.


Fungsi dari masing-masing alat yang diperlihatkan pada Gambar tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Motor : Penggerak stirrer.


2. Reaktor : Wadah tempat dilakukan penelitian sampel dan EM.
3. Baffle: Untuk mencegah terjadinya pengadukan searah di dalam reaktor.
4. Stirrer : Mengaduk isi reaktor supaya terjadi pencampuran secara merata.
5. Aerator : Menyalurkan udara kedalam reaktor.

Peralatan analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah :


1. Oven
2. Desikator
3. Cawan Penguap
4. Timbangan elektrik
5. Furnace
6. Gelas ukur
7. Beaker Glass
8. Corong Gelas

Prosedur pengaktifan Effective Microorganisms supaya dapat digunakan


pada penelitian ini yaitu mula mula dipanaskan air sebanyak 4 liter dan leburkan
gula aren 100 gram dalam air. Campuran kemudian didiamkan sampai suhu
kamar. Kemudian ditambahkan sebanyak 40 mL Effective Microorganisms ke
dalam campuran. Campuran tersebut ditutup rapat dan disimpan dalam ruang
sejuk dan gelap selama 72 jam.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini yaitu mula mula campuran bakteri
sebanyak 2 liter dimasukkan kedalam tangki. Kemudian ditambahkan sebanyak 2
liter campuran limbah dan air dengan perbandingan 1:4 ke dalam tangki dan
dihidupkan pengaduk dengan kecepatan putaran sebesar 10 rpm pada tangki
pertama dan 20 rpm pada tangki kedua. HRT awal dimulai dengan HRT 40 hari.
Prosedur diulang hingga mencapai target HRT yaitu HRT 10 hari.
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Semakin tinggi kecepatan putaran pengaduk yang digunakan, maka nilai
VSS yang diperoleh cenderung menurun.
2. Nilai VSS baik tanpa maupun dengan menggunakan EM4 cenderung
menurun seiring bertambahnya hari.
3. Nilai VSS yang diperoleh dengan penggunaan EM4 cenderung lebih
rendah daripada tanpa menggunakan EM4.

Tangki Berpengaduk merupakan produk andalan dari banyak produsen Tangki


terkemuka dunia. Sampai saat ini masih banyak orang awam yang bertanya-tanya
ketika mendengar istilah Tangki Berpengaduk. Padahal, Tangki Berpengaduk
sendiri merupakan salah satu peralatan yang populer dan biasa digunakan dalam
industri serta proses-proses kimia.

Secara fisiologis, tidak ada perbedaan yang mencolok antara Tangki


Berpengaduk dan tangki-tangki yang lain. Hanya saja Tangki Berpengaduk
dilengkapi dengan sebuah mixer atau stirrer (pengaduk) di dalamnya. Pengaduk
tersebut biasanya berupa turbin atau baling-baling yang sangat besar.

Salah satu aplikasi Tangki Berpengaduk yang paling terkenal adalah


Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB). Prinsip kerja suatu RATB adalah
memasukkan satu atau lebih reaktan kedalam Tangki Berpengaduk dan pada saat
bersamaan mengeluarkan sejumlah produk dari reaktor. Pengaduk dalam tangki
berpengaduk dirancang sedemikian rupa sehingga campuran reaktan akan teraduk
dengan sempurna dan reaksi berlangsung seoptimal mungkin. Hal ini sangat
penting karena ketika beroperasi dalam kondisi steady state, jumlah reaktan yang
masuk kedalam reaktan harus sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan (the
flow rate in must equal to the mass flow rate out).

Tangki Berpengaduk yang dilengkapi dengan pengaduk sistem gas


inducing juga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif peralatan absorbsi,
menjadikan peralatan ini sangat efektif, praktis, dan efisien untuk digunakan di
bidang industri. Selain itu, biaya perawatan dan operasionalnya pun relatif hemat.

Industri yang ingin lebih menghemat biaya, bisa mengoperasikan Tangki


Berpengaduk berukuran lebih kecil yang disusun secara seri, daripada
menggunakan tangki/reaktor tunggal yang besar. Cara ini telah terbukti dapat
memangkas biaya secara signifikan, karena reaktor yang pertama akan memiliki
komposisi produk yang lebih besar ketimbang reaktor di depannya sehingga
tingkat reaksi (reaction rate) bisa lebih dimaksimalkan.

RATB dikenal juga sebagai RTIK (Reaktor Tangki Ideal Kontinu). Di


RATB, satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan
bersamaan dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reaktor.
Pengaduk dirancang sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan diharapkan
reaksi berlangsung secara optimal. Waktu tinggal dapat diketahui dengan
membagi volum reaktor dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk reaktor.
Dengan perhitungan kinetika reaksi, konversi suatu reaktor dapat diketahui.

Beberapa hal penting mengenai RATB:

 Reaktor berlangsung secara ajeg, sehingga jumlah yang masuk setara


dengan jumlah yang ke luar reaktor jika tidak tentu reaktor akan berkurang
atau bertambah isinya.
 Perhitungan RATB mengasumsikan pengadukan terjadi secara sempurna
sehingga semua titik dalam reaktor memiliki komposisi yang sama.
Dengan asumsi ini, komposisi keluar reaktor selalu sama dengan bahan di
dalam reaktor.

 Seringkali, untuk menghemat digunakan banyak reaktor yang disusun


secara seri daripada menggunakan reaktor tunggal yang besar. Sehingga
reaktor yang di belakang akan memiliki komposisi produk yang lebih
besar dibanding di depannya.
 Dapat dilihat, bahwa dengan jumlah RATB kecil yang tak terbatas model
perhitungan akan menyerupai perhitungan untuk RAP.

Contoh kasus rekator kontinyu ada reaksi antara KOH dan propil asetat
yang direaksikan dalam suatu rekator kontinyu. Reaksi ini dibiarkan selama
selang waktu tertentu. Lalu ambillah beberap ml volume larutan campuran
tersebut. Larutan kemudian dititrasi dengan Asam sulfat. Untuk mengetahui
konsentrasi basa sisa (yaitu konsentrasi basa yang tidak bereaksi dengan propil
asetat), yaitu menggunakan perhitungan matematis. Perhitungan ini sering dikenal
dengan nama Runge kutta. Karean dihitung secara matematis/teori, maka
konsentrasi ini dianggap pada kondisi ideal. Dimana kondisi pada semua bagian
reaktor(semua titik ) berada pada keadaan homogen. Kondisi ideal tidak akan
berubah dari waktu ke waktu, pada suhu dan tekanan tertentu. Sehingga bisa
dijadikan acuan.

Contoh kasus yang lain adalah tahap pelaksanaan percobaan :

1. Pengambilan sampel air baku yang diambil dari air permukaan selokan

mataram, Yogyakarta

2. Air baku dari bak penampung dialirkan kedalam kolom bak secara

gravitasi dengan kecepatan konstan.

3. Air dibiarkan mengalir terus–menerus dengan arah aliran dari atas ke

bawah.

4. Effluent hasil penyaringan diambil, kemudian diukur kadar warna dan

TDS.
RAP (Reaktor Alir Pipa)

RAP dikenal juga sebagai RAS (Reaktor aliran Sumbat). Dalam RAP, satu
atau reaktan dipompa ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang menggunakan
RAP adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga
semakin panjang pipa konversi akan semakin tinggi. Namun tidak semudah ini
menaikkan konversi, dalam RAP konversi terjadi secara gradien, pada awalnya
kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah panjang pipa tertentu
jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih lambat dan
akan makin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi
100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.

Beberapa hal penting mengenai RAP:

 Perhitungan dalam model RAP mengasumsikan tidak terjadi


pencampuran, dan reaktan bergerak secara aksial bukan radial.
 Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik
masukan, diharapkan reaksi lebih optimal dan terjadi penghematan.

 Biasanya, RAP memiliki konversi yang lebih besar dibanding RATB


dalam volum yang sama. Artinya, dengan waktu tinggal yang sama RAP
memberikan hasil yang lebih besar dibanding RATB.

 Reaktor Semi-Batch

Reaktor jenis berlangsung secara batch dan kontinyu secara bersamaan.


Contoh paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi dimasukkan sekali ke
dalam tangki (secara batch) namun CO2 yang dihasilkannya dikeluarkan secara
kontinyu. Contoh lainnya adalah klorinasi, suatu reaksi cair-gas, gas
digelembungkan secara kontinyu dari dasar tangki agar bereaksi dengan cairan di
tangki yang diam (batch).
Macam - macam reaktor

Dalam teknik kimia, Reaktor kimia adalah suatu bejana tempat


berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak
variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia
harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk
dibandingkan masukan (input) yang besar dengan biaya yang minimum.
BAB II

MATERI & METODE

A. Materi :

Alat :

- Reaktor kapasitas 1000 ml


- Pendingin
- Seal unit
- Kerekan
- Motor pengaduk
- Water Bath
- Air pendingin
- Pengaduk
- Pemanas
- Termometer
- As fleksibel

Bahan :

- As fleksibel
- Metyl Asetat(CHCOOCH3)
- HCL (cair) 0,5 N
- Ba(OH) (cair) 0,1 N
B. Metode / Prosedur kerja :
1. Masukkan 500 ml larutan HCL 0,5 N kedalam reaktor.
2. Taruhlah reaktor didalam Water bath dimana suhu air senantiasa
dipertahankan konstan pada suu 37.
3. Bila suhu larutan HCL sudah samade ngan suhu water bath tuangkan
25mllarutan metyl asetat kedalam reaktor dan segera diaduk.
4. Bila larutan sudah benar-benar homogen ambilah 5 ml sampel dari
reaktor kemudian sampel ini tuangkan kedalam labu leher tiga 100 ml
dimana didalamnya sudah tersedia 50 ml air.tujuannya untuk
mengencerkan sampel tersebut.
5. Konsentrasi zat pereaksi pada sampel ini adalah konsentrasi mula-mula
zat pereaksi.
6. Jagalah kondisi larutan didalam reaktor ,yaitu suhu dan kecepatan
pengadukan dipertahankan konstan dan jalankan reaksi
7. Ambilah 5 ml sampel dari reaktor dan encerkan dengan cara yang sama
seperti langkah ke -4 pengambilan sampel ini dilakukan pada menit ke-
10,menit ke- 20,menit ke – 30,menit ke – 40,menit ke- 50,menit ke-
60,menit ke – 90,dan menit ke -120.
8. Titrasi lah larutan sampel tersebut dengan larutan Ba(OH)2 untuk
menganalisa kadar asam asetat bebas didalam larutan
9. Hitunglah jumlah asam asetat yang terbentuk dengan reaksi yang telah
terjadi pada setiap pengambilan sampel.
10. Akhirnya biarkanlah reaktor begitu saja selama satu hari dan
sesudahnya hitunglah nilai Titik Akhir ( end point value) dari asam
asetat yang terbentuk.
C. Gambar Percobaan
1. Pendingin leibigh 2. Reactor

3. Termometer dan labu leher 3

Gambar rangkaian
BAB IV
DATA PENGAMATAN

Konsentrasi HCL 0,25 N : 250 ml

Konsentrasi Ba(OH) 0,1 N 1 liter : 1000 ml

Metil Asetat = 15 ml

Volume dari reactor = 11 ml

Volume untuk titrasi = 9 ml

Volume aquadest = 19 ml

Reac Titrasi
Sampel Time
Temp Ba (OH)2 Consumption (ml)
No (menit) 1 2 3
(C) V
1 0 35 12,8 12,0 12,8 12,53
2 6 35 13,5 13,5 13,8 13,60
3 12 35 14,3 14,5 14,6 14,46
4 15 35 14,7 14,7 14,8 14,73
5 32 35 15,0 15,2 15,3 15,16
6 35 35 16,0 16,5 16,5 16,33
7 38 35 16,8 16,9 17 16,90

BAB V

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek Dan Pembahasan

1. Menentukan Normalitas HCl

N=

= 12,06 N

Menemtukan Volume HCl pekat yang diambil


V1 . N1 = V2. N2

V1. 12,06 N = 250ml . 0,4 N

V1 = 250ml x 0,4 N / 12,06 N

V1 = 8,29 ml

2. Menghitung gr Ba(OH)2

Gr = N x Be x V

Gr = 0,1 Ek/L x 157,74 gr/Ek x 1L

Gr = 15,774 gr

3. Mencari Konsentrasi Total Acid


V1 = 11 ml (Volume dari reactor)
Volume titrasi = 9 ml
Volume reactor + aquadest = 19 + 11 = 30 ml
 Menit ke - 0
V1.N1 = V2.N2
11 ml . 9ml/30ml N1 = 12,53 ml . 0,1 N
N1 = 0,3796 N

 Menit ke - 6
V1 . N1 = V2.N2
11 ml .9ml/30ml N1 = 13,60 ml . 0,1 N
N1 = 0,4121 N

 Menit ke - 12
V1 . N1 = V2 . N2
11 ml . 9ml/30ml N = 14,46 ml. 0,1 N
N1 = 0,4381 N

4. Menghitung Konsentrasi Asam Asetat


Menit ke - 0 = 0,000

Menit ke - 6 = ( N1 menit 6 – N1 menit 0) N


= 0,4121 N – 0,3796 N
= 0,0325 N

Menit ke - 12 = ( N1 Menit 12 – N1 Menit 0) N


= 0,4381 N – 0,3796 N
= 0,0585 N

5. Mencari konsentrasi Metil Asetat dalam 15 ml


Dik ; 0,93 g/l BM; 74,08
V = Volume penambahan Metil Asetat
N = Bj x V / BM
N = 0,93 gr/l x 15 ml / 74,08 gr/Ek = 0,1883 N

N CHCOOCH3 dalam HCl 250 ml


-Menit ke - 0 → Ca = 0,1883 N/265 ml x 1000 = 0,7105 gr mol/liter

- Menit ke -6 → Ca= ( 0,7105 – 0,0325 ) gr mol/liter


= 0,678 gr mol/liter

- Menit ke - 12 → Ca = ( 0,678 – 0,0585 ) gr mol/ liter


= 0,6195 gr mol/liter

6. Menghitung Kecepatan reaksi methyl Asetat


R = K . Ca
- Menit ke - 0 = 0,0000

- Menit ke - 6 → R = k x Ca

= (konsentrasi Asam Asetat menit 6/waktu(6 menit)) x (60menit/1 jam)


= (0,0325 N / 6 menit) x (60menit/1 jam)
= 0,325 N/jam
- Menit ke - 12 → R = k x Ca
= (konsentrasi Asam Asetat menit 12/waktu(12 menit)) x (60menit/1 jam)
= (0,0585 N / 12 menit) x (60menit/1 jam)
= 0,2925 N/jam

7. Mencari Harga Konstanta

K=

- Menit ke - 0 → K = 0,0000

- Menit ke - 6 → K = 0,325 N/jam / 0,678 gr mol/L


= 0,4793 /jam

- Menit ke - 12 → K = 0,2925 N/jam / 0,6195 gr mol /L


= 0,4721 / jam

8. Mencari Average Reaktan Konsentrasi


- Menit ke - 0 = 0,7105 gr mol/ liter
Menit ke - 6 = Ca menit ke 0 + Ca menit ke 6 / 2

= 0,7105 N + 0,678 N / 2
= 0,6942 N

- Menit ke - 12 = Ca menit ke 6 + Ca menit ke 12 / 2


= 0,7105 N + 0,6195 N / 2
= 0,665 N

B. Grafik
C. TABULASI DATA
Conc Conc. Conc. average Reactio
Time average
Samp Total asetic metyl React n rate
Rexc Conc.c
el acid acid Asetat reaktor Consta
(gr mol (gr mol
No (gr mol (gr mol (gr mol (gr mol nta K
/liter) /liter)
/liter) /liter) /liter) /liter) (hr -1)
1 0 0,3796 0,000 0,7105 0,000 0,7105 0,000
2 6 0,4121 0,0325 0,678 0,325 0,6942 0,4793
3 12 0,4381 0,0585 0,6195 0,2925 0,665 0,4721
4 15 0,4463 0,0640 0,6465 0,640 0,6785 0,4793
5 32 0,4593 0,0797 0,6308 0,797 0,6706 0,4721
6 35 1,633 0,1883 0,651 1,914 0,52 0,38
7 38 1,69 0,1883 0,69 2,52 0,49 0,437

BAB VI
KESIMPULAN
1. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk asam maka
konsentrasi total asam juga akan semakin besar.
2. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk larutan asam
maka konsentrasi metyl asetat akan semakin kecil.
3. Semakin lama waktu pengadukan maka kecepatan rekasi metyl asetat
semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA
Jp. Holman. Lienda Handoyo (1998) Teknologi Kimia 2, Surabaya : Prada
Paramita.

Penulis. 2012. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia – II. Pendidikan


Teknologi Kimia Industri.

Vincent, Michael,. Dkk. ’Pengolahan Effluent Fermentor Biogas Secara Aerobik


Menggunakan Reaktor Alir Tangki Berpengaduk’. Departemen Teknik
Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sumatra Utara: Medan, 2013.

Warren L. Mc Cabe, Julian C. Smit dan Peter Harriok. Jilid 2. Edisi ke empat.

Anda mungkin juga menyukai