Anda di halaman 1dari 3

Spektofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pengukuran serapan sinar

monokromatis oleh suatu media. Metode ini memiliki prinsip kerja adanya sumber sinar yang
melewati suatu media berisi analit melalui slit/celah sehingga mengakibatkan adanya sinar yang
diserap (absorbansi) dan juga ada yang diteruskan (transmisikan). Dikarenakan hal tersebut,
sampel atau larutan di dalam kuvet harus jernih dan analitnya harus sempurna dalam pelarutnya.
Spektrofotometri UV ini mengukur absorbansi pada panjang gelombang 190-380 nm dengan
menggunakan instrument spektrofotmeter dan melibatkan elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis. Sehingga metode ini sering dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif.

Salah satu syarat senyawa yang dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri UV-Vis
adalah harus memiliki gugus kromofor. Gugus kromofor merupakan suatu gugus fungsi yang
tidak terhubung dengan gugus fungsi lainnya yang dapat menampakkan spectrum absorbansi
karakteristik pada daerah sinar UV-Vis yang hanya melibatkan transisi electron. Dengan kata
lain, gugus kormofor memiliki ikatan yang terkonjugasi (gugus fungsional tak jenuh). Pada
parasetamol, gugus kromofornya adalah cincin benzene. Adapun struktur dari kromofor sendiri.

Di dalam Farmakope Indonesia edisi III, parasetamol memiliki persyaratan kadar yang
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket. Kadar
inilah yang nanti akan memberikan suatu efek terapi yang diharapkan. Apabila kadar yang
diharapkan tidak sesuai dengan ketentuan kadar yang telah ditetapkan, maka akan berefek buruk
dengan menimbulkan efek samping dan menimbulkan toksisitas.

Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar parasetamol dengan sampel yang
digunakan yakni sirup parasetamol (generic) dan sirup parasetamol (paten). Langkah pertama
yaitu dengan membuat pelarut NaOH dengan menimbang sebanyak 4 gram kemudian dilarutkan
dengan aquadest di dalam labu ukur. Pelarut yang dipilih adalah NaOH dengan konsentrasi 0,1M
dikarenakan apabila menggunakan air, parasetamol bersifat sukar larut dalam air dan apabila
menggunakan pelarut etanol harganya relative mahal. Selain itu, pelarut NaOH sangat cocok
digunakan dalam metode ini dikarenakan NaOH tidak dapat menyerap sinar radiasi saat panjang
gelombang pengamatan. Selanjutnya, membuat larutan induk dengan konsentrasi 402 ppm dan
502 ppm. Caranya dengan melarutkan sebanyak 40,2 gram dan 50,2 gram parasetamol yang
kemudian dilarutkan dalam masing-masing 100 mL larutan NaOH 0,1N. Sebelum semua pelarut
dicampurkan, parasetamol harus dipastikan sudah larut dan larutan berwarna bening dengan
menggunakan ultrasonic. Apabila larutan tidak berwarna bening atau tidak berwarna harus
dilakukan penyaringan sampai larutan tersebut berwarna bening agar larutan dapat dibaca oleh
spektrofotometer secara akurat. Kemudian, apabila sudah mendapatkan larutan standar, maka
dibuat pengenceran dengan konsentrasi sebanyak 4,02 ppm, 5,02ppm, 8,04 ppm, 10,4 ppm, dan
12,06 ppm. Selanjutnya, yaitu preparasi standar. Masing-masing sampel yakni sirup parasetamol
(generic) dan sirup parasetamol (paten) dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam labu
ukur. Lalu ditambahkan NaOH 0,1M dan dilakukan replikasi sebanyak 3x.

Tahapan selanjutnya, yakni mengukur kadarnya menggunakan spektrofotometer UV-Vis


dengan cara sampel dan larutan induk yang sudah dibuat secara bergantian dipipetkan ke dalam
kuvet. Panjangan gelombang yang digunakan dalam percobaan ini adalah 257 nm. Sehingga
didapatkan hasil absorbansinya yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung dan
meghubungkan hasil kurva kalibrasinya dan absorbansinya menggunakan persamaan y=bx + a.
apabila telah diperoleh persamaan garisnya, kadar parasetamolnya dapat dihitung. Dalam
praktikum ini, didapatkan persamaan y = 0,0713x + 0,00704 dengan nilai a = 0,0074, b = 0,0713,
dan nilai r = 0,997. Dikarenakan nilai r mendekati 1 maka dapat diartikan kurva yang didapat
memiliki linearitas yang baik. Selanjutnya kadar sampel yang diperoleh dengan menghitung
konsentrasi sampel parasetamol menggunakan persamaan garis yakni :

Kadar sampel Parasetamol

Replikasi 1 = 104,79%

Replikasi 2 = 102,40%

Replikasi 3 = 105,94%

Kadar sampel Pamol PCT

Replikasi 1 = 101,25%

Replikasi 2 = 103,54%

Replikasi 3 = 94,27%
Sehingga di dapatkan rata rata rekoveri kadar sampel masing-masing yaitu 104,38% dan
99,69%. Seperti halnya yang disebutkan diatas, bahwa persyaratan kadar yang dimiliki oleh
parasetamol dalam Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih
dari 110%. Dengan demikian, dapat disimpulkan kadar parasetamol yang didapatkan dalam
percobaan ini telah memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi III.

Anda mungkin juga menyukai