Anda di halaman 1dari 2

Genetika 

(kata serapan dari bahasa Latin dan Belanda: genetica; dari bahasa Yunani:


γέννω, genno, yang berarti "melahirkan") adalah cabang biologi yang mempelajari pewarisan
sifat gen pada organisme maupun suborganisme.[1] Secara singkat dapat juga dikatakan
bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya. Istilah "genetika"
diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia
menggunakannya pada Konferensi Internasional
tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906DNA sebagai basis molekuler dari ilmu pewarisan.
Dalam kaitannya dengan genetika, DNA memiliki peran yang amat penting. DNA adalah
bahan genetik mendasar yang mengontrol sifat-sifat makhluk hidup, tereskpresikan dalam
bentuk polipeptida, meskipun tidak seluruhnya adalah protein (dapat diekspresikan sebagai
RNA yang memiliki reaksi katalitik, seperti SNRPs).
Francis Crick menjelaskan aliran informasi yang dibawa oleh DNA dalam rangkaian The
Central Dogma, yang berbunyi Aliran informasi DNA dapat diterukan ke sel-sel maupun
individu lainnya dengan replikasi, dapat diekspresikan menjadi suatu sinyal perantara
dalam bentuk RNA, yang kemudian dapat ditranslasikan menjadi polipeptida, unit
pembangun suatu fenotipe dari organisme yang ada.
Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah subselular (molekular) hingga populasi. Secara
lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan:
 material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
 bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
 bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain
(pewarisan genetik).

Awal mula dan konsep dasar


Periode pra-Mendel
Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali
naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebenarnya genetika sebagai
"ilmu pewarisan" atau hereditas sudah dikenal sejak masa prasejarah,
seperti domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar tanaman. Orang juga
sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah
prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu
yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum
itu. Namun, pengetahuan praktis ini tidak memberikan penjelasan penyebab dari gejala-gejala
itu.
Teori populer mengenai pewarisan yang dianut pada masa itu adalah teori pewarisan campur:
seseorang mewariskan campuran rata dari sifat-sifat yang dibawa tetuanya, terutama dari
pejantan karena membawa sperma. Hasil penelitian Mendel menunjukkan bahwa teori ini
tidak berlaku karena sifat-sifat dibawa dalam kombinasi yang dibawa alel-alel khas,
bukannya campuran rata. Pendapat terkait lainnya adalah teori Lamarck: sifat yang diperoleh
tetua dalam hidupnya diwariskan kepada anaknya. Teori ini juga patah dengan
penjelasan Mendel bahwa sifat yang dibawa oleh gen tidak dipengaruhi pengalaman individu
yang mewariskan sifat itu.[2] Charles Darwin juga memberikan penjelasan
dengan hipotesis pangenesis dan kemudian dimodifikasi oleh Francis Galton.[3] Dalam
pendapat ini, sel-sel tubuh menghasilkan partikel-partikel yang disebut gemmula yang akan
dikumpulkan di organ reproduksi sebelum pembuahan terjadi. Jadi, setiap sel dalam tubuh
memiliki sumbangan bagi sifat-sifat yang akan dibawa zuriat (keturunan).
Pada masa pra-Mendel, orang belum mengenal gen dan kromosom (meskipun DNA sudah
diekstraksi namun pada abad ke-19 belum diketahui fungsinya). Saat itu orang masih
beranggapan bahwa sifat diwariskan lewat sperma (tetua betina tidak menyumbang apa pun
terhadap sifat anaknya).

Peran ilmu genetika bagi kehidupan antara lain mengetahui sifat kelaian menurun


pada manusia. Dengan mengetahui sifat kelainan menurun tersebut maka dapat
menghindarinya. Genetika bermanfaat dalam bidang pertanian yaitu menghasilkan bibit
tanaman unggul.

Anda mungkin juga menyukai