Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SHALAT SUNAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah


Dosen Pengampu: M. Zainuddin Alanshori, S.H.I., M.H.I.

Kelas: 1A
Kelompok 5
Disusun Oleh:

1. Ahmad Fadhol Romadhoni (012110004)


2. Inayah Masrurotul W. (012110016)
3. M. Agung Setiawan (012110022)
4. Trista Febbrianti (012110035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Fiqih Ibadah dengan judul: “Shalat Sunah ”.
Shalawat beriring dengan salam senantiasa kami panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju
zaman terang benderang.
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak M. Zainuddin
Alanshori, S.H.I., M.H.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih Ibadah yang
telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa
prodi Pendidikan Agama Islam.

Lamongan, 18 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………..….………............… 1


Kata Pengantar……………………….…………………….....….….……... 2
Daftar Isi……………………………..……………..….……...……....…..… 3
Bab I Pendahuluan…….…………....……….…………...…….……..……..4
1.1 Latar Belakang……………………….………..……….…....…...…. 4
1.2 Rumusan Masalah…………..………………….……….....….…...... 4
1.3 Tujuan…………………………....……….….….......…......…….….. 6
Bab II Pembahasan…………………………………..….……...….…......... 6
2.1 Pengertian Shalat Sunah...................................................................... 6
2.2 Dasar Hukum Shalat Sunah.....………………...…….…...…....…..... 6
2.3 Deskripsi Shalat Sunah..........................…….......……..….......…….. 7
A. Macam- Macam Shalat Sunah………………...…………..…..…. 7
B. Syarat Shalat Sunah………………….…....................................... 11
C. Rukun Shalat Sunah….……………………….….……….....…... 14
2.4 Waktu yang Dilarang Mengerjakan Shalat Sunah….…………....….. 16
Bab III Penutup……………..……………..….………….….………...….… 17
3.1 Kesimpulan…………………...………..…….…..………….......…... 17
3.2 Saran…………………….………………….….…………....…..…... 17
Daftar Pustaka……………….…………………..………..……....…..…….. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibadah shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan
Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai tanda syiar
agama dan tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan shalat berarti memutuskan
tali penghubung dengan Allah SWT, maka akan tertutupnya rahmat dari-Nya,
terhentinya pengaliran nikmat-nikmat-Nya, terhentinya uluran kebaikan-Nya dan
berarti juga mengingkari fadhol (keutamaan) dan kebesaran Allah SWT.
Sedemikian pentingnya perintah shalat dalam ajaran Islam. Oleh karena itu,
dalam aplikasinya ibadah shalat dalam Islam tidak bisa diganti atau diwakilkan.
Orang Islam diwajibkan shalat, selagi masih ada kesadaran di hatinya.
Pelaksanaan shalat bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada keadaan
pelakunya (kalau tidak bisa berdiri boleh duduk, kalau tidak bisa duduk boleh
berbaring, dan seterusnya). Berdasarkan paparan mengenai pentingnya posisi
shalat dalam Islam di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa shalat merupakan
faktor terpenting yang menyangga tegaknya agama Islam. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya, umat Islam
melaksanakan shalat dan memahami maknanya dengan sebaik-baiknya.
Dalam syariatnya shalat ada yang hukumnya diperbolehkan untuk dilakukan
dan tidak berdosa apabila ditinggalkan, yaitu shalat sunah. Namun dalam
realitasnya, banyak kaum muslimin yang tidak menerapkan tata cara shalat sunah
yang benar. Mereka hanya terburu-buru mencari substansi pahala, dan kurang
memahami kebenaran dalam shalat sunah itu sendiri. Dalam makalah ini penulis
akan memaparkan tentang pengertian shalat sunah, syarat dan rukun shalat sunah,
serta shalat sunah yang dilarang oleh syariat Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian shalat sunah?
2. Apa saja macam-macam shalat sunah?

4
3. Bagaimana syarat dan rukun shalat sunah?
4. Kapan kita dilarang mengerjakan shalat sunah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian shalat sunah
2. Untuk mengetahui macam-macam shalat sunah.
3. Untuk bisa mendeskripsikan syarat dan rukun shalat sunah
4. Untuk mengetahui waktu larangan mengerjakan shalat sunah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat Sunah


Secara Bahasa, kata shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti doa. Shalat
menurut istilah ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk
beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara'.1
Sedangkan pengertian shalat sunah atau shalat nawafil (jamak: nafilah)
adalah shalat yang dianjurkan untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan
sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dengan kata lain apabila dilakukan
dengan baik dan benar serta penuh keikhlasan akan tampak hikmah dan rahmat
dari Allah SWT yang begitu indah.

2.2 Dasar Hukum Shalat Sunah


Dalil ayat Al-Qur'an yang mensyariatkan shalat sunah antara lain. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ّ ٰ ِ‫ك ِذ ْك ٰرى ل‬
َ‫لذ ِك ِر ْين‬ َ ِ‫ت  ٰۗ ذل‬
ِ ‫ت ي ُْذ ِه ْبنَ ال َّسي ِّٰا‬
ِ ‫ واَ قِ ِم الص َّٰلوةَ طَ َرفَ ِـي النَّهَا ِر َو ُزلَـفًا ِّمنَ الَّي ِْل ۗ اِ َّن ْال َح َس ٰن‬
َ
wa aqimish-sholaata thorofayin-nahaari wa zulafam minal-laiil, innal-hasanaati
yuz-hibnas-sayyi-aat, zaalika zikroo liz-zaakiriin

"Dan laksanakanlah sholat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada
bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-
kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)."
(QS. Hud 11: Ayat 114)

Juga di antara dalil yang menunjukkan tentang disyari’atkannya shalat malam,


adalah hadits yang menyebutkan:

1
Rifa'i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, 2016), hlm. 34.

6
‫ت فِي ْاليَوْ ِم‬ َ ُ‫ ( َخ ْمس‬:‫ فَقَا َل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َِن ْا ِإلسْـالَ ِم‬
ٍ ‫صلَ َوا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫أَ َّن َر ُجالً َسأ َ َل النَّب‬
َ َ‫ إِالَّ أَ ْن ت‬،َ‫ ال‬:‫ال‬
‫ط َّو َع‬ َ َ‫ي َغ ْي ُره َُّن؟ ق‬ َّ َ‫ هَلْ َعل‬:ُ‫فَقَا َل ال َّر ُجل‬.‫َواللَّ ْيلَ ِة‬
“Bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
(kewajiban-kewajiban) dalam Islam, lalu beliau menjawab, ‘(Melaksanakan)
shalat lima waktu dalam sehari semalam.’ Orang itu bertanya lagi, ‘Adakah
kewajiban lain atas diriku?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada, kecuali engkau
mengerjakan shalat sunah.'”

2.3 Deskripsi Shalat Sunah


A. Macam- Macam Shalat Sunah
Shalat sunah adalah shalat dengan status hukum sunah, yakni apabila
dilaksanakan akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Shalat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:
1. Muakad, adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat sunah witir dan
shalat sunah thawaf.
2. Ghairu Muakad, adalah shalat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti shalat sunah Rawatib dan shalat sunah yang sifatnya insidentil
(tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat khusuf yang hanya dikerjakan
ketika terjadi gerhana).

Menurut Pelaksanaan Shalat sunah ada yang dilakukan secara sendiri-sendiri


(munfarid) diantaranya:
a) Shalat Wudhu
Shalat sunat wudhu’ atau yang disebut juga dengan shalat syukrul wudhu adalah
shalat yang dikerjakan setelah berwudhu’.Tata cara pelaksanaannya adalah:
1) Sehabis berwudhu kita disunahkan membaca doa:
2) Selesai membaca doa tersebut,lalu melaksanakan shalat sunah wudhu 2 rakaat.
3) Shalat ini dikerjakan 2 rakaat sebagaimana shalat yang lain dengan ikhlas
sampai salam.

7
b) Shalat Tahiyyatul Masjid
Shalat Tahiyyatul Masjid adalah Shalat yang dilakukan sebagai penghormatan
terhadap masjid, dilakukan oleh orang yang masuk ke dalam mesjid sebelum ia
duduk.dikerjakan dua raka’at. Cara pengerjaannya sama dengan sholat sunat yang
lainnya.

c) Shalat Taubat
Shalat Taubat adalah shalat sunah yang dilakukan seorang muslim jika ingin
bertaubat terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat dilaksanakan
dua raka'at dengan waktu yang bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk
melakukan shalat.

d) Shalat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan seorang muslim ketika matahari
sedang naik. Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak
terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka'at shalat
dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at
sekali salam

e) Shalat Tahajjud
Shalat Tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu malam, dimulai
selepas isya sampai menjelang subuh. Jumlah rakaat pada shalat ini tidak terbatas,
mulai dari 2 rakaat, 4, dan seterusnya. Pembagian Keutamaan Waktu Shalat
Tahajud
a) Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00 samapai jam 22.00
b) Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam 01.00
c) Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya waktu
subuh

f) Shalat Rawatib
Shalat Rawatib adalah shalat sunah yang dikerjakan menyertai shalat fardu. Shalat
sunah ini terbagi dalam shalat mu’akkad dan ghairu mu’akkad.

8
Adapun yang termasuk dalam shalat-Shalat Sunah Rawatib adalah sebagai berikut
Mu’akkad
1. Dua rakaat sebelum sholat ssubu
2. Dua rakaat sebelum sholat zuhur
3. Dua rakaat sesudah sholat zuhur
4. Dua rakaat sesudah sholat maghrib
5. Dua rakaat sesudah sholat isya
Ghairu Mu’akkad
1. Empat rakaat sebelum dan sesudah zuhur
2. Empat rakaat sebelum asar
3. Empat rakaat sebelum maghrib

g) Shalat Istikhoroh
Shalat istikhoroh adalah shalat sunah yang dikerjakan untuk memohon kepada
Allah agar memberikan pilihan yang lebih baik dari dua perkara (pilihan) atau
lebih untuk menghapus keraguan hati dalam memilih, agar tidak menyesal dilain
hari nanti. Waktu mengerjakannya: Ialah setiap saat ada kepentingan asalkan tidak
waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat sunah, baik siang maupun malam
hari. Namun utamanya jika dikerjakan dimalam hari sebagaimana shalat tahajud,
pada sepertiga malam yang terakhir.

h) Shalat Muthlaq
Shalat Muthlak adalah shalat yang dikerjakan sewaktu-waktu, kecuali pada yang
dilarang untuk mengerjakan shalat sunah, misalnya sesudah shalat subuh dan
shalat ashar. Waktu-waktu yang dilarang dalam mengerjakan shalat mutlak:
(a) Disaat matahari akan terbit sampai naik sepenggalah (setinggi tombak).
(b) Disaat matahari berada ditengah-tengah persis sampai tergelincir ke barat
(lingsir).
(c) Disaat matahari akan terbenam sampai terbenam secara sempurna (tiba waktu
maghrib).
(d) Setelah shalat ashar sampai matahari terbenam.
(e) Setelah shalat subuh sampai matahari naik sepenggalah (setinggi tombak).

9
i) Shalat Safar
Apabila seseorang hendak berpergian, sebelum meninggalkan rumah, ia
dianjurkan mengerjakan shalat safar dua rakaat; demikian pula sesudah tiba di
rumah kembali.
Caranya sama dengan mengerjakan shalat subuh, hanya niatnya berlainan, yaitu
berniat shalat safar sunah karena Allah SWT. Selesai shalat berdoalah agar
perjalanan diridhai, dimudahkan dan
diselamatkan Allah SWT. dalam perjalanan, baik pribadi, tugas maupun keluarga
yang ditinggalkan.

Sedangkan yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain:


a) Salat Tarowih
Shalat tarowih adalah shalat sunah yang dikerjakan pada malam bulan ramadhan.
Waktu shalat tarowih ialah sesudah shalat isya’ sampai terbit fajar (masuk waktu
subuh).

b) Shalat Dua Hari Raya


Sholat hari raya adalah shalat sunah yang dikerjakan pada kedua hari raya, yaitu:
hari raya Fitri (tanggal. 1 Syawal) dan hari raya Adlha (kurban tgl. 10 Dzul
Hijjah).
Cara mengerjakannya : 1. Waktu shalat hari raya fitri itu, pada tanggal 1 syawal
mulai terbit matahari sampai matahari tergelincir (datang waktu dhuhur). 2. Dan
shalat hari raya kurban, pada tanggal 10 djul hijjah (bulan haji) mulai terbir
matahari
sampai matahari tergelincir (tiba waktu dhuhur).

c) Shalat Gerhana
Shalat dua gerhana adalah shalat yang dikerjakan karena ada gerhana bulan dan
matahari. Cara mengerjakannya: Cara mengerjakan shalat dua gerhana itu boleh
dikerjakan secara sendirian, tetapi utamanya dikerjakan secara berjama’ah.

10
d) Shalat Istisqo’
Shalat istisqo’adalah shalat sunah yang dikerjakan, karena ada keperluan untuk
mohon hujan.

e) Shalat Witir
Shalat witir adalah shalat yang dikerjakan dengan bilangan ganjil. Misalnya : satu
raka’at tiga, lima dan seterusnya. Waktunya setelah shalat shalat isya’ sampai
terbit fajar (tiba waktu subuh). Rasulullah s.a.w bersabda :“Ij’aluu
akhirosholaatikum bil laili witron.”Artinya :“Jadikanlah akhir shalatmu pada
waktu malam dengan witir.”
(HR.Bukhori dan Muslim yang bersumber dari Ibnu ‘Umar r.a.).

B. Syarat Shalat Sunah


Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib,
dan yang ke dua syarat sah. Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan
seseorang wajib melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang
menjadikan shalat seseorang diterima secara syara’ di samping adanya kriteria
lain seperti rukun. Syarat sah dan wajib shalat sunah sebenarnya sama saja dengan
shalat fardhu. Berikut syarat wajib dan sahabat shalat sunah:

A. Syarat wajib shalat:

1) Islam.

2)  Baligh (dewasa)

Maka tidak wajib shalat atas anak-anak sampai ia mencapai dewasa.  Akan


tetapi walinya wajib memerintah shalat kepada anaknya yang telah berumur
tujuh tahun serta wajib mengajarkan ilmunya. Ketika anak tersebut sudah berumur
sepuluh tahun dan ia meninggalkan shalat maka walinya pantas untuk memukul
anaknya tersebut. Umur dewasa itu bisa diketahui melalui salah satu tanda
berikut:

a) Cukup berumur lima belas tahun


b) Keluar mani

11
c) Mimpi bersetubuh
d) Mulai keluar darah haid bagi perempuan

3) Berakal

Tidak wajib shalat atas orang yang hilang akalnya, karena mabuk atau gila.
Apabila  mabuknya itu disengaja maka tetap wajib mengerjakan shalat.

B.  Syarat sah shalat :

1) Mengetahui masuknya waktu shalat

‫ق اللَّي ِْل َوقُرْ آنَ ْالفَجْ ِر إِ َّن قُرْ آنَ ْالفَجْ ِر َكانَ َم ْشهُودًا‬ َّ ‫أَقِ ِم ال‬
ِ ‫صالَةَ لِ ُدلُو‬
ِ ‫ك ال َّش ْم‬
ِ ‫س إِلَى َغ َس‬

dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh, Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).(QS. Al-Isra’:78)

2) Suci dari hadast kecil dan besar

‫ُوسـ ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم‬ ْ ‫ـق َوا ْم َسـح‬


ِ ‫ُوا بِ ُرؤ‬ ِ ‫وا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْيـ ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َرافِـ‬
ْ ُ‫وا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى الصَّال ِة فا ْغ ِسل‬
ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
ْ ‫إِلَى ْال َك ْعبَي ِن َوإِن ُكنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّر‬
‫ُوا‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka
mandilah, ...(QS. Al-Maidah: 6)

Sabda Nabi SAW:

“Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu apabila ia berhadast
hingga ia berwudlu” (HR.Bukhori dan Muslim).

3) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis

َ ‫صلًّى َو َع ِهـ ْدنَا إِلَى إِب‬


‫ْـرا ِهي َم َوإِ ْسـ َما ِعي َل أَن طَه َِّرا‬ ْ ‫اس َوأَ ْمنًا َواتَّ ِخ ُذ‬
َ ‫وا ِمن َّمقَ ِام إِ ْب َرا ِهي َم ُم‬ ِ َّ‫َوإِ ْذ َج َع ْلنَا ْالبَيْتَ َمثَابَةً لِّلن‬
‫بَ ْيتِ َي لِلطَّائِفِينَ َو ْال َعا ِكفِينَ َوالرُّ َّك ِع ال ُّسجُو ِد‬ 

12
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku'
dan yang sujud".(QS.Al-Baqarah: 125)

4)  Menutup aurat

Auratnya orang laki-laki ialah antara pusar sampai lutut. Sedangkan auratnya
perempuan ialah seluruh badan kecuali kedua telapak tangan.

ِ ‫وا إِنَّهُ الَ يُ ِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِين‬ ْ ُ‫ْرف‬ ْ ‫وا َوا ْش َرب‬
ِ ‫ُوا َوالَ تُس‬ ْ ُ‫وا ِزينَتَ ُك ْم ِعن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد و ُكل‬
ْ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذ‬

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)


mesjid. (QS. Al-A’raf:31)

5) Menghadap kiblat

ْ ُّ‫ْث َمــا ُكنتُ ْم فَ َول‬


‫وا‬ ُ ‫ط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام َو َحي‬ ْ ‫ضاهَا فَ َو ِّل َوجْ هَكَ َش‬ َ َّ‫ك فِي ال َّس َماء فَلَنُ َولِّيَن‬
َ ْ‫ك قِ ْبلَةً تَر‬ َ ‫ب َوجْ ِه‬ َ ُّ‫قَ ْد ن ََرى تَقَل‬
َ‫ق ِمن َّربِّ ِه ْم َو َمـــا هّللا ُ بِغَافِـــ ٍل َع َّما يَ ْع َملُـــون‬ُّ ‫َـــاب لَيَ ْعلَ ُمـــونَ أَنَّهُ ْال َحـــ‬ ْ ُ‫ط َرهُ َوإِ َّن الَّ ِذينَ أُوْ ت‬
َ ‫ـــوا ْال ِكت‬ ْ ‫ُـــوهَ ُك ْم َشـــ‬
ِ ‫ُوج‬
 

Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada,
Palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah:144)2

C. Rukun Shalat Sunah


Rukun Shalat Sunah sebenarnya sama dengan shalat wajib, namun yang
membedakan hanya pada niatnya, yaitu tergantung shalat yang dilakukan. Sholat
wajib ataupun shalat sunah bisa dilakukan secara berjamaah atau sendiri. Niatnya
tinggal disesuaikan saja. Jika sendiri, niatlah untuk shalat sendiri. Jika menjadi
makmum pada shalat berjamaah, niatlah sebagai makmum. Dan, jika shalat
sebagai imam, niatlah sebagai imam. Berikut adalah rukun shalat sunah:
1. Berdiri bagi yang mampu. Islam juga memberi keringanan untuk shalat dengan
keadaan duduk atau tidur sambil menghadap kiblat.

Puti Yasmin, Syarat Sah Salat Ada Lima Yang Wajib Diketahui, diakses dari
2

https://news.detik.com/berita/d-4815952/syarat-sah-shalat-ada-lima-yang-wajib-diketahui pada
tanggal 30 Oktober 2021 pukul 21.11.

13
2. Lalu, membaca niat di dalam hati. Niat ini disesuaikan dengan bacaan niat salat
yang ada dan ditujukan hanya karena Allah SWT.

3. Melakukan takbiratul ihram atau takbir (Allahu Akbar). Bacaan ini diucapkan
sambil melafalkan niat shalat. Setelah takbir, ada sunah untuk membaca doa
iftitah.

4. Membaca surah Al-Fatihah pada setiap rakaat shalat. Setelah itu, diikuti bacaan
surah kitab suci Al-Qur'an.

5. Melakukan rukuk dengan tuma'ninah (tidak tergesa-gesa). Rukuk adalah


membungkukkan tubuh dengan posisi kedua tangan berada di lutut.

6. Lalu, tegakkan badan dan lakukan iktidal. Rukun salat ini juga dilakukan secara
tuma'ninah.

7. Rukun selanjutnya adalah dengan sujud dengan tuma'ninah. Ada dua kali
gerakan sujud yang dihubungkan dengan duduk antara dua sujud.

8. Duduk di antara dua sujud dilakukan setelah melakukan gerakan sujud pertama.
Rukun salat ini juga dilakukan dengan tuma'ninah.

9. Pada rakaat terakhir salat, lakukan duduk tasyahud akhir. Rukun salat ini
dilakukan sebelum mengucapkan salam.

10. Saat melakukan tasyahud akhir, diwajibkan untuk melafalkan bacaan tasyahud
akhir.

11. Dalam gerakan tasyahud akhir, para muslim juga harus membaca selawat
kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim AS, serta keluarganya.

12. Setelah selesai tasyahud akhir, gerakkan kepala ke samping kanan dan kiri.
Sambil menolehkan kepala, ucapkanlah kata salam.

13. Rukun salat yang terakhir adalah tertib. Yang dimaksud dengan tertib adalah
melaksanakan setiap rukun salat dengan teratur & sesuai urutan.3

Adestu Arianto, 13 Rukun Shalat Wajib dan Shalat Sunah yang wajib diketahui dan
3

dipahami oleh setiap muslim, diakses dari https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/citizen/pr-


701629723/13-rukun-sholat-wajib-dan-sholat-sunnah-yang-wajib-diketahui-dan-dipahami-oleh-
setiap-muslim?page=3 pada tanggal 30 Oktober 2021 pukul 21.42

14
2.4 Waktu yang Dilarang Mengerjakan Shalat Sunah

Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami dalam kitabnya Safînatun Najâ


menyebutkan terdapat 5 (lima) waktu yang diharamkan untuk mengerjakan sholat.
Sedangkan, Syekh Muhammad Nawawi Banten dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ
menjelaskan kelima waktu tersebut diantaranya:

1. Sesudah shalat Subuh hingga matahari terbit.

Waktu yang dilarang untuk mengerjakan sholat yang pertama ialah sejak terbitnya
matahari. Di mana waktu setelah sholat subuh hingga matahari meninggi seukuran
satu tombak atau hingga setelah matahari terbit selama seperempat atau sepertiga
jam.

Sebuah hadits menguatkan hal ini, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu
berkata: "Terdapat tiga waktu di mana Nabi SAW melarang kami untuk
melaksanakan shalat di tiga waktu tersebut atau menguburkan jenazah kami, yaitu
ketika (1) matahari terbit sampai tinggi, (2) ketika seseorang berdiri di tengah hari
saat matahari berada tinggi di tengah langit (tidak ada bayangan di timur dan di
barat) sampai matahari tergelincir, dan (3) ketika matahari miring hendak
tenggelam sampai benar-benar tenggelam." (HR. Muslim)

2. Matahari terbit hingga matahari meninggi.

Waktu yang dimaksud di sini adalah ketika kira-kira 15 menit setelah matahari
terbit. Jika matahari sudah terbit dan berselang beberapa waktu, maka
diperbolehkan untuk mengerjakan shalat sunah, seperti shalat Dhuha dan shalat
Istikharah.

3. Matahari meninggi tepat di atas kepala.

Waktu matahari meninggi tepat di atas kepala ini dalam Islam disebut dengan
waktu istiwa. Pada waktu ini diharamkan melakukan shalat. Waktu istiwa sangat
sebentar hingga hampir tidak bisa dirasakan sampai matahari tergelincir. Namun,
larangan melakukan shalat di waktu ini tidak berlaku untuk hari Jumat. Artinya
shalat yang dilakukan pada hari Jumat dan bertepatan dengan waktu istiwa’
diperbolehkan dan sah sholatnya.

15
4. Dari shalat Ashar sampai mulai tenggelam.

Dalam hadits Abu Said Al-Khudriz, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada shalat
setelah Subuh sampai matahari tinggi dan tidak ada shalat setelah Ashar sampai
matahari tenggelam." (HR. Al-Bukhari no. 586 dan Muslim no. 1920)

5. Dari matahari mulai tenggelam hingga tenggelam sempurna.

Waktu terlarang selanjutnya adalah sebelum maghrib dan setelah shalat Ashar.

Hal tersebut dikisahkan, ketika pertemuan antara Amr bin Abasah dengan
Rasulullah SAW di Madinah. Amr bertanya mengenai salat, Nabi pun menjawab:
"Kerjakanlah shalat subuh kemudian tahanlah dari mengerjakan shalat ketika
matahari terbit sampai tinggi karena matahari terbit di antara dua tanduk setan dan
ketika itu orang-orang kafir sujud kepada matahari. Kemudian sholatlah karena
shalat itu disaksikan dihadiri (oleh para malaikat) hingga tombak tidak memiliki
bayangan, kemudian tahanlah dari mengerjakan shalat karena ketika itu neraka
Jahanam dinyalakan/dibakar dengan nyala yang sangat.4

4
Desinta Ramadani, 5 Waktu yang Dilarang Mengerjakan Shalat Sunah, haram
hukumnya, diakses dari https://www.brilio.net/wow/5-waktu-yang-dilarang-untuk-mengerjakan-
sholat-sunnah-haram-hukumnya-210511y.html pada tanggal 30 Oktober 2021 Pukul 22.00.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Shalat menurut bahasa adalah doa. Sedangkan Shalat menurut istilah ialah
berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk beberapa perkataan dan
perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan syara'. Sedangkan pengertian shalat
sunah atau shalat nawafil (jamak: nafilah) adalah shalat yang dianjurkan untuk
dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan
dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh keikhlasan
akan tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah. Adapun
dasar hukumnya terdapat dalam surah Hud ayat 114
Shalat Sunah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu shalat Sunah munfarid dan
berjamaah. Adapun rukun shalat sunah sendiri sama dengan shalat fardhu yang
membedakan hanya pada niatnya.

3. 2 Saran
Di era serba maju seperti ini sebaiknya umat Islam mampu memanfaatkan
kesempatan untuk menambah wawasan seputar shalat, baik shalat sunah munfarid
maupun shalat sunah berjamaah dengan memanfaatkan internet. Mencari Tata
Cara pelaksanaan shalat, manfaat shalat, syarat shalat, dan sebagainya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hafsah. 2016. Pembelajaran Fiqih Edisi Revisi. Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis.
Ridwan. 2014. Shalat fardhu. Semarang: IAIN Walisongo.

Rifa'i. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: CV. Toha Putra.

Widodo, Agus Pratomo Andi. 2008. Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center.

18

Anda mungkin juga menyukai