Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh
dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi
terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di
abad modern ini.
Menurut data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia
menunjukkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita
anemia sebanyak 1,62 miliar orang. Sejalan dengan data Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, menyatakan bahwa prevalensi anemia
gizi pada remaja putri usia 10-18 tahun ialah sebesar 57,1%. Sedangkan
menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia
sebesar 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di
pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan
kelompok umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan
sebesar 18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun.
Berdasarakan data tersebut di atas dapat kita ketahui bahwasannya
anemia masih menjadi penyakit yang kerap kali menyerang dan juga
mematikan tentunya. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan preventif
maupun kuratif yang harus diterapkan oleh masyarakat agar aman dari
penyakit ini. Peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam memberikan
edukasi maupun tindakan dalam menangani pasien anemia

1
B. Tujuan penulisan.
Adapun beberapa tujuan yang dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi kajian teori dari anemia berupa defenisi,
etiologi,patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,pemeriksaan
diagnostik dan penyuluhan keperawatan dan juga mendeskripsikaanya
dalam skema berupa pathway perjalanan dari penyakit TB paru
2. Mengidentifikasi teori asuhan keperawatan yang menjadi landasan
pemenuhan kebutuhan klien; pengkajian,diagnosa, dan intervensi
keperawatan
3. Menjelaskan korelasi antara jurnal keperawatan dengan intervensi
yang telah disusun.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah
dan kadar haemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.Secara fisiologis,
anemia terjadi apabila terjadi kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkat oksigen ke jaringan.
Terdapat berbagai macam anemia, sebagian akibat produksi sel darah
merah tidak mencukup,dan sebagian lagi akibat sel darah merah
premature atau penghancuran sel darh merah yang berlebihan. Faktor
penyebab lainnya meliputi kehilanagn darah, kekurangan nutrisi,
faktor keturunan, dan penyakit kronis.Anemia kekurangan besi adalah
anemia yang terbanyak diseluruh dunia.

B. Etiologi
Penyebab anemia antara lain :
1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti zat besi, vitamin b12, dan asam folat
3. Kelainan darah
4. Ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah merah

C. Patofisiologi

3
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum(mis.,berkurangnyaeritroposis)dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi,pajanan toksisi, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis(destruksi).Pada kasus yang disebut terakhir,
masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor
di luar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah(disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil sampingan proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam
fagosit, akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma. (Konsentrasi normalnya 1mg/dl atau kurang; kadar
atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulus,
seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk haemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis,
aapbila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan
terdifusi dalam glomerulus ginjal ke dalam urin(hemoglobinuria), jadi
ada atau tidak adanya hmoglobinemia dan hemoglobinuria dapat
memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah
abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat mengharapkan
petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar,
- Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah

4
- Derajat proferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi
- Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan homoglobinemia.

D. Manifestasi klinis
Selain anemia itu sendiri, faktor turut memengaruhi perkembangan
gejala yang terkait dengan anemia : terbentuknya anemia,durasi
anemia (yaitu : kronistasnya), kebutuhan metabolik pasien,penyakit
lain atau disabilitas yang menyertai anemia (misalnya : penyakit
jantung atau paru ) dan komplikasi atau manifestasi kondisi penyerta
yang menimbulkan anemia.Semakin cepat anemia terbentuk berat
gejalanya.Gejala yang menonjol dari anemia yaitu :
- Dispnea,nyeri dada,otot atau kram,takikardia.
- Kelemahan keletihan,malaise umum
- Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva,mukosa oral)
- Ikterik (anemia mengaloblastik)
- Lidah halus dan berwarna merah (anemia difesiensi besi )
- Lidah luka seperti daging merah(anemia mengaloblastik )
- Keilosis angular (ulserasi pada tepi/sudut mulut)
- Kuku rapuh,melengkung/membumbung,terbentuk cekung dan pika
(secara tidak lazim lapar tepung,tanah, es) pada pasien anemia
defisiensi besi.

E. Komplikasi
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia, dan
kejang.Pada setiap tingkat anemia, pasien dengan penyakit jantung
cenderung lebih besar kemungkinannya mengalami angina atau gejala
gagal jantung kongestif dari pada seseorang yang tidak mempunyai
penyakit jantung.

5
Komplikasi sehubungan dengan sejenis anemia tertentu disertakan
bersama penjelasaan yang terpisah

F. Pathway

6
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Studihematologikomplet (misalnya :hemoglobin,hematokrit,jumlah
retikulosit dan indeks sel darah merah (RBC),terutama volume
korpuskular rerata (MCV) dan luasnya distribusi RBC (RDW).
2. Studi Zat Besi (kadar besi serum,kapasitas besi total
(TIBC),Persen Saturasi dan feritin).
3. Kadar vitamin B12 dan kadar folat serum haptoglobin dan kadar
eritropoetin
4. Aspirasi sum-sum tulang
5. Studi lain sebagaimana diindikasikan untuk menentukan
penyakit yang mendasari.

H. Penyuluhan
Perencanaan pulang pada pasien yang anemia adalah :
1. Pemeliharaan nutrisi yang adekuat yaitu mengonsumsi
makanan bergizi seperti mengandung asam folat dan vitamin
b12 contoh sayur-sayuran berwarna hijau, bayam tempe, hati,
ginjal atau suplemen tambahan dan lain sebagainya
2. Istirahat dan toleransi terhadap aktivitas
3. Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan
pada petugas kesehatan terdekat
4. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi
terutama yang berasal dari sumber hewani seperti ikan, hati,
susu, keju, telur, sedangkan zat besi yang berasal dari sumber
nabati/tumbuh-tumbuhan

7
8
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Dapatkan riwayat kesehatan,lakukan pemeriksaan fisik dan dapatkan
nilai labolatorium.
2. Tanyakan pasien tentang tingkat keparahan jenis gejala yang dialami
serta dampak gejala dan gejala pada gaya hidup riwayat pengobatan
asupan alkohol kerja keras yang dilakukan oleh atlet (olahraga atau
latihan ekstrem).
3. Tanyakan tentang riwayat keluarga mengenai anemia yang diwariskan
4. Lakukan pengkajian nutrisi: tanyakan kebiasaan diet yang
menyebabkan defisiensi nutrisi,seperti defisiensi zar besi,vitamin B 12
dan asam folat.
5. Pantau hasil tes labolatorium yang relevan perhatikan/cacat tanya
perubahan.
6. Kaji status jantung (untuk gejala peningkatan beban kerja atau gagal
jantung):takikardi,palpitasi, dispnea, pening, ortopnea, dispnea saat
mengarahkan tenaga,kardiomegali, hepatomegali, edema perifer.
7. Kaji fungsi GI : mual,muntah,diare,melena,atau feses hitam,darah
samar/okulta,anoreksia,glotitis pada wanita,tanya tentang periode
menstruasi mereka,(misalnya aliran menstruasi sangat
banyak,pendarahan lain per vagina) dan penggunaan suplemen zat besi
selama kehamilan.
8. Kaji defisit neurologis (penting dalam anemia (pernisiosa) :adanya
tingkat keparahan kebas parifer dan parestesia,ataksia,koordinasi
buruk,konfusi.

9
B. Diagnosis
1. Intoleran aktivitas Yang berhubungan dengan: Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.Yang
berhubungan dengan : kegagalan menelan atau ketidakmampuan
mencerna makanan atau mengabsorpsi nutrient.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh

C. Intervensi keperawatan

Diagnose keperawatan Hasil yang dicapai Intervensi


NANDA ( NOC )4 ( NIC )4
Intoleran aktivitas Ketahanan : Manajemen energy :
Yang berhubungan dengan:  Melaporkan Indenpenden:
Ketidakseimbangan antara peningkatan toleransi  Kaji kemampuan klien untuk
suplai dan kebutuhan aktivitas, termasuk melakukan tugas dan aktivitas
oksigen ( anemia ) aktivitas kehidupan kehidupan sehari-hari yang
Definisi : sehari-hari normal, dengan
Ketidakcukupan energy  Menunjukan penurunan memperhatikan laporan
psikologis atau fisiologis tanda fisisologis tentang kelemahan, keletihan,
untuk mempertahankan atau intoleran-denyut nadi, dan kesulitan dalam
menyelesaikan aktivitas pernapasan, dan tekanan menyelesaikan tugas.
kehidupan sehari-hari yang darah tetap berada  Perhatiakn perubahan dalam
harus atau yang ingin dalam rentang normal keseimbangan gangguan gaya
dilakukan. klien. berjalan, dan kelemahan otot.
 Menunjukan nilai  Pantau tekanan darah, denyut
laboratorium nadi, dan pernapasan selama
( Hb/Ht ) dalam rentang dan setelah aktivitas.
yang dapat diterima.  Perhatikan respons yang
merugikan terhadap
peningkatan tingkat aktivitas-
peningkatan frekuensi jantung

10
dan tekanan darah, disritmia,
pusing, dispnea, takipnea, dan
sianosis membrane mukosa
dan dasar kuku.
 Anjurkan periode istirahat
yang sering atau tirah baring
( jarang ) sesuai indikasi.
 Tinggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi.
 Anjurkan klien untuk
mengganti posisi secara
perlahan dan pantau terjadinya
pusing.
 Bantu klien untuk
memprioritaskan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan
aktivitas yang diinginkan.
Buat alternative selang-seling
antara periode istirahat dan
periode aktivitas.
 Beri atau anjurkan bantuan
terkait aktivitas dan ambulansi
sesuai kebutuhan yang
memungkinkan klien untuk
menjadi partisipan aktif
seoptimal mungkin.
 Rencanakan kemajuan
aktivitas dengan klien,
termasuk aktivitas yang
dianggap penting oleh klien.
Tingkatkan tingkat aktivitas
sesuai toleransi.
Kolaboratif:
 Pantau pemeriksaan
laboratorium, seperti Hb/Ht,

11
hitung sel darah merah, dan
gas darah arteri ( GDA ).
 Beri oksigen tambahan sesuai
indikasi.
 Beri terapi berikut, sesuai
indikasi :
- Darah lengkap, sel darah
mearah kemasan,
- Produk darah sesuai
indikasi. Pantau secara
ketat reaksi transtusi.
- Agens penstimulasi
eritropolesis, seperti
epoetin-alpha darbepeotin.
 Siapkan intervensi bedah jika
diindikasi.
Ketidakseimbangan nutrisi: Status nutrisi : Terapi nutrisi :
kurang dari kebutuhan  Menunjukan kenaikan Indenpenden :
tubuh. berat badan yang  Tinjau riwayat nutris,
Yang berhubungan dengan : progresif atau berat termasuk pilihan makanan.
kegagalan menelan atau badan yang stabil,  Observasi dan catat asupan
ketidakmampuan mencerna dengan nilai makanan klien.
makanan atau mengabsorpsi laboratorium yang  Timbang berat badan secara
nutrient. normal. berkala jika tepat, missal:
Definisi :  Tidak mengalami tanda setiap minggu.
Asupan nutrisi tidak cukup malnutrisi.  Rekomendasikan makanan
untuk memenuhi kebutuhan  Menunjukan perilaku porsi kecil dan sering serta
metabolic. atau perubahan makanan ( ringan ) di antara
gayahidup untuk waktu makan.
memperoleh kembali  Sarankan makanan lunak,
dan mempertahankan kurangi makanan kasar,
berat badan yang tepat. dengan menghindari makanan
yang panas, pedas, atau sangat
asam,sesuai indikasi.
 Minta klien mencatat dan

12
melaporkan terjadinya mual
atau muntah, flatus dan gejala
terkait lainya, seperti
iritabilitas atau kerusakan
memori.
 Anjurkan atau bantu hygiene
oral yang baik sebelum dan
setelah makan, gunakan sikat
gigi berbulu halus untuk
menggosok gigi dengan
lembut. Sediakan obat kumur
yang encer dan bebas alcohol
jika mukosa oral mengalami
ulserasi.
Kolaboratif :
 Konsultasikan dengan ahli
gizi/ahli diet.
 Pantau pemeriksaan
laboratorium, seperti Hb/Ht,
nitrogen urea darah
( BUN ), prealbumin, dan
albumin, protein, transferin,
zat besi serum, vitamin B12 ,
asam folfat, TIBC, dan
elektrolit serum.
 Beri medikasi sesuai indikasi,
seperti:
- Suplemen vitamin dan
mineral.
- Suplemen zat besi oral.
- Obat kumur anti jamur
atau anestetik jika
diindikasi.
Konstipasi/ diare Defekasi : Manajemen defekasi :
Yang berhubungan dengan :  Mencapai kembali pola Indenpenden :

13
- Efek samping normal fungsi usus  Pastikan warna, konsistensi,
medikasi  Menunjukan perubahan frekuensi, dan jumlah feses.
- Kebiasaan perilaku atau gaya  Auskultasi bising usus.
makan buruk, hidup, seperti yang  Pantau asupan dan haluaran
perubahan diharuskan oleh factor dengan perhatian khusus pada
motilitas penyebab atau asupan makanan dan cairan.
gastrointestinal. pendukung.  Anjurkan asupan cairan
Definisi : sebanyak 2.500-3.000 mL/
- Konstipasi : hari sesuai toleransi jantung.
penurunan  Rekomendasikan untuk
frekuensi normal menghindari makanan
defekasi yang di pembentuk gas.
sertai kesulitan  Kaji kondisi kulit perianal
atau pengeluaran secara sering, dengan
feses tidak
memperhatiakn perubahan
tuntas dan atau atau permulaan kerusakan
feses yang keras,
kulit tersebut. Anjurkan dan
kering, dan bantu perawatan perineal
banyak.
setelah setiap defekasi jika
- Diare : mengalami diare.
pengeluaran
 Diskusikan penggunaan
feses yang lunak
pelunak feses, stimulant
dan tidak
ringan, laksatif pembentukan
berbentuk.
bungkal, atau enema, sesuai
indikasi, pantau keefektifanya.
Kolaborasi :
 Konsultasikan dengan ahli
diet untuk memberikan
diet yang seimbang dan
tinggi serat serta bungkal.
 Beri medikasi antidiare,
seperti difenoksilat
hidroklorida dengan
antropin, dan obat
penyerap air.

14
Risiko infeksi Control risiko : Perlindungan infeksi :
Factor risiko: Mengidentifikasi perilaku untuk Indenpenden :
- Pertahanan mencegah dan mengurangi  Lakukan dan dukung mencuci
primer tidak risiko infeksi. tangan secara cermat oleh
adekuat, Keparahan infeksi : pemberi asuhan dank lien.
kerusakan kulit, Bebas dari tanda infeksi,  Pertahankan tehknik aseptic
stasis cairan mencapai penyembuhan luka yang ketat ketika melakukan
tubuh, prosedur tepat waktu jika terdapat luka. prosedur dan perawatan luka.
invasive,  Beri perawatan kulit, oral, dan
penyakit kronis, perianal secara cermat.
malnutrisi.  Anjurkan perubahan posisi
- Pertahankan ysng sering dan ambulansi,
sekunder tidak batuk, dan latihan napas
adekuat- dalam.
penurunan  Tingkatkan asupan cairan
hemoglobin, yang adekuat.
leucopenia, atau  Tekankan perlunya memantau
penurunan dan membatasi pengunjung,
granulosit: sesuai indikasi. Berikan isolasi
supresi respons protektif jika tepat. Batasi
inflamasi. tanaman hidup dan bunga
Definisi : potong
Rentan mengalami invasi
 Pantau suhu.
dan multiplikasi organism
 Observasi adanya eritema dan
patogenik yang dapat
drainase luka.
menganggu kesehatan.
Kolaboratif :
 Dapatkan specimen untuk
kultur dan sensitivitas, sesuai
indikasi.
 Berikan antiseptic topical dan
antibiotic sistemik.
Defisiensi pengetahuan : Pengetahuan : manajemen Penyuluhan: proses penyakit
Yang berhubungan dengan : penyakit kronis Indenpenden :
- Kurang paparan,  Menyatakan  Beri informasi tentang anemia
menigngat pemahaman tentang spesifik dan jelaskan bahwa

15
- Salah pengertian sifat peoses penyakit, terapi bergantung pada jenis
terhadap prosedur diagnostic, dan dan keparahan anemia.
informasi komplikasi potensial.  Diskusi efek anemia pada
- Tidak  Mengidentifikasi factor kondisi sebelumnya.
mengetahui penyebab  Tinjau tujuan dan persiapan
sumber  Menyatakan untuk pemeriksaan diagnostic.
informasi pemahaman tentang  Jelaskan bahwa darah yang
Definisi : kebutuhan terapeutik diambil untuk pemeriksaan
Ketiadaan atau efisiensi  Memulai perilaku atau laboratorium tidak akan
informasi kongnitif yang perubahan gaya hidup memperburuk anemia.
berkaitan dengan topic yang diperlukan.  Tinjau perubahan diet yang
tertentu. diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan diet yang spesifik,
yang ditentukan oleh jenis
anemia dan defisiensi.
 Diskusikan makanan yang
harus dihindari.
 Kaji sumber, termasuk
financial, dan kemampuan
untuk memperoleh dan
menyiapkan makanan.
 Anjurkan untuk berhenti
merokok.

D. Evaluasi
Kriteria hasil yang diharapkan
1. Mampu bertoleransi dengan aktivitas normal
a. Mengikuti rencana progresif istirahat, aktivitas, dan latihan.
b. Mengatur irama aktivitas sesuai tingkat energy
2. Mencapai/mempertahankan nutrisi yang adekuat

16
a. Makan makanan tinggi protein, kalori dan vitamin
b. Menghindari makanan yang menyebabkan infeksi iritasi lambung
c. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal
3. Tidak mengalami komplikasi
a. Menghindari aktivitas yang menyebabkan takikardi, palpitasi,pusing,
dan dispnu
b. Menggunakan upaya istirahat dan keyamanan untuk mengurangi
dispnu
c. Mempunyai tanda vital normal
d. Tidak mengalami tanda retensi cairan (mis, edema perifer, curah urin
berkurang, distensi vena leher)
e. Berorientasi terhadap nama, waktu, tempat, dan situasi
4. Tetap bebas dari cedera

17
BAB 4

PEMBAHASAN JURNAL

Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang


termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%.
Kekurangan besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan
menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan
orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri,
konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi anemia di
Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur
sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0%
Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja,
Pertumbuhanterhambat, tubuh mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugaran tubuh
berkurang, semangat belajar dan prestasi menurun. Pada saat akan menjadi calon
ibu maka akan menjadi calon ibu yang beresiko tinggi untuk kehamilan dan
melahirkan, dampak anemia pada ibu hamil diantaranya perdarahan waktu
melahirkan sehingga dapat menyebabkan kematian ibu.
Timbulnya anemia dapat disebabkan oleh asupan pola makan yang salah, tidak
teratur dan tidak seimbang dengan kecukupan sumber gizi yang dibutuhkan tubuh
diantaranya adalah asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, asupan
lemak, vitamin C dan yang terutama kurangnya sumber makanan yang
mengandung zat besi, dan asam folat. Upaya penanggulangan masalah anemia
pada remaja berkaitan dengan asupan makanan yang mengandung zat besi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota
Yogyakarta yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada tahun 2012 pada 280 pelajar putri didapatkan hasil 34% remaja putri
mengidap anemia. Terjangkitnya anemia ini disebabkan karena pola makan yang
salah, seperti tidak sarapan, diet yang tidak sesuai jadi penyebab utama. Dan
karena menurut WHO ini jika prevalensi Anemia didapatkan dari populasi lebih
dari 15% jadi masalah nasional

18
Hasil pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan pada bulan Mei 2016 terhadap 15
siswa di SMK N 2 Yogyakarta dengan menggunakan Hemometer digital,
diperoleh hasil bahwa dari 15 siswa tersebut 5 siswa mengalami anemia dengan
hasil 11,6 g/dl, 10,5 g/dl, 11,2 g/dl, 10,2 gr/dl dan 10,9 gr/dl. Sementara itu, 10
siswa lainnya memiliki kadar Hb yang normal yaitu lebih dari 12 gr/dl. Batasan
kadar Hb normal berdasarkan WHO (2002) yaitu pada anak usia 6-20ntahun
adalah 12,0 gr/dl, sedangkan wanita dewasa 12-14 gr/dl

19
BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya tulang sel darah
merah dan kadar haemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh.Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terjadi kekurangan
jumlah haemoglobin untuk mengangkat oksigen ke jaringan.
Terdapat berbagai macam anamia, sebagian akibat produksi sel darah
merah tidak mencukup,dan sebagian lagi akibat sel darah merah
premature atau penghancuran sel darh merah yang berlebihan. Faktor
penyebab lainnya meliputi kehilanagn darah, kekurangan nutrisi,
faktor keturunan, dan penyakit kronois.Anemia kekurangan besi
adalah anemia yang terbanyak diseluruh dunia

B. Saran
Disarankan agar memperhatikan pola konsumsi makanan agar
menghindari terjadinya defisiensi nutrisi, perlu juga mengonsumsi
makanan yang mengandung zat besi seperti sayur-sayuran, serta rutin
memeriksakan diri jika telah terjadi penyakit anemia agar tidak terjadi
komplikasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

PriscillaLEMone,RN,DSN,FAAN.dkk.2016.KeperawatanMedikal
Bedah.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.EGC

Dosen Kpereawatan Medikal-Bedah.2017.Rencana Asuhan Keperawatan


Medikal-Bedah.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Brunner dan Suddarth.2016.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:Penerbit


Buku Kedokteran ECG

21
22

Anda mungkin juga menyukai