Anda di halaman 1dari 12

GENERASI EMAS

Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Volume 2, No. 1, Mei 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MENGEMBANGKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI BERMAIN

Mira Yanti Lubis


Sekolah Tinggi Agama Islam Barumun Raya (STAIBR)
Sibuhuan, Sumatera Utara
myantilubis87@gmail.com

Abstract

Playing is an activity that is very important for the growth and development of
children. Playing must be done at the initiative of the child and on the decision
of the child itself, carried out with pleasure, so that all playful activities will
produce a learning process in the child. Playing can also stimulate various
children's developments such as physical-motoric, cognitive, logical-
mathematical, language, moral-religious, social-emotional and artistic. Through
playing, children's creativity will be built up and develop optimally. Children's
social-emotional development in principle children learns through social
interaction, both with adults and with peers. Social development has a positive
impact on children's development. Social development supports communication
skills, academic success, and adaptation in schools, and strengthens peer
relationships and creates a positive environment in learning. Therefore, this
competence must be developed early on optimally. One way to develop
emotional social competence in early childhood is through play. Playing can be
used as an alternative media in developing social-emotional early childhood.

Key Words: Development, Children’s, Emotional Social, Playing

Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019 47


PENDAHULUAN bersinggungan dengan perkembangan
Masa keemasan anak usia dini, sosial, begitu pula sebaliknya
yang mana berbagai pertumbuhan dan membahas perkembangan sosial harus
perkembangan mulai dan sedang melibatkan emosional, sebab keduanya
berlangsung, seperti perkembangan terintegrasi dalam bingkai kejiwaan
fisiologis, bahasa, sosial emosional, yang utuh.
motorik dan kognitif. Perkembangan ini Menurut Hurlock,
akan menjadi dasar bagi perkembangan perkembangan sosial emosional adalah
anak selanjutnya. Aspek perkembangan perkembangan perilaku yang sesuai
anak yang perlu dikembangkan oleh dengan tuntunan sosial, dimana
pendidik salah satunya adalah aspek perkembangan emosional adalah suatu
perkembangan sosial. Sejak dini anak proses dimana anak melatih
harus diajarkan untuk memiliki sikap rangsangan-rangsangan sosial terutama
kerjasama yang baik dengan teman yang didapat dari tuntutan kelompok
sebaya, hal ini dapat diperoleh anak dari serta belajar bergaul dan bertingkah
lingkungan keluarga, masyarakat dan laku.1 Sedangkan menurut Salovey dan
lingkungan sekolah, yaitu pertama kali John Mayer yang dikutip dalam buku
anak memasuki sekolah seperti Ali Nugraha pengembangan sosial
pendidikan anak usia dini atau taman emosional meliputi: empati,
kanak-kanak. mengungkapkan dan memahami
Perkembangan sosial emosional perasaan, mengalokasi rasa marah,
anak adalah kepekaan anak untuk kemandirian, kemampuan
memahami perasaan orang lain ketika menyesuaikan diri, disukai kemampuan
berinteraksi dalam kehidupan sehari- menyelesaikan masalah antara pribadi,
hari. Tingkat interaksi anak dengan ketekunan, kesetiakawanan, kesopanan
orang lain dimulai dari orang tua, dan sikap hormat.
saudara, teman bermain hingga Kemampuan kerjasama anak ini
masyarakat luas. Dapat dipahami bahwa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
perkembangan sosial emosional tidak kondisi baik kondisi anak dan
dapat dipisahkan satu sama lain. lingkungan sosialnya, orang tuanya,
Dengan kata lain, membahas
perkembangan emosi harus

48 Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019


GENERASI EMAS
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Volume 2, No. 1, Mei 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
teman sebaya maupun masyarakat Masa awal hidup manusia, yang
sekitar. Apabila kondisi lingkungan disebut dengan anak usia dini, akan
anak dapat memfasilitasi dan memberi mengembangkan rasa kepercayaan pada
ruang positif maka anak akan dapat lingkungan. Dengan memberikan
meningkatkan kemampuan perawatan dengan penuh kelembutan,
kerjasamanya dengan baik, begitupun kasih sayang, dan perhatian yang
sebaliknya. Namun, anak akan memiliki konsisten anak akan merasa
kemampuan kerjasama yang baik, mendapatkan keamanan dan
apabila orang tua memberikan pola asuh kenyamanan sosial sebagai modal
yang baik, tidak banyak para orang tua dalam mengembangkan kepercayaan
tidak memperhatikan bahwa pada lingkungan. Anak yang merasa
kemampuan kerjasama itu penting percaya pada lingkungan akan dapat
untuk diperhatikan pada kehidupan mengembangkan persahabatan dan
anak. Hal ini dikarenakan anak akan kedekatan dengan orang lain.
dapat mempelajarinya sendiri nanti Ketika mulai tergabung dalam
ketika memasuki masa sekolah, padahal kelompok bermain dan taman kanak-
kemampuan kerjasama anak juga kanak, anak usia pra-sekolah akan
diperoleh di dalam keluarga dan belajar mengembangkan interaksi
lingkungan sekitar. sosialnya dengan lebih luas. Tidak
Aspek sosial anak berkaitan hanya dengan anggota keluarga yang
dengan hubungan atau relasi anak lain tetapi juga terhadap guru, teman
dengan orang-orang di sekitarnya. Lama sebaya beserta anggota keluarga teman
sebelum matanya dapat melihat dengan tersebut. Untuk sukses dalam
jelas, bayi yang baru dilahirkan akan beradaptasi dengan lingkup pergaulan
merespon bunyi atau suara dan yang makin meluas tersebut tentu saja
memusatkan perhatian pada asal suara keterampilan anak harus dilatih. Sesuai
sebagaimana layaknya orang dewasa. dengan tugas perkembangan anak, maka
Hal ini menunjukkan bahwa manusia kegiatan bermain merupakan sarana
secara kodrati adalah makhluk sosial yang paling tepat untuk
yang menunjukkan ketertarikan pada mengembangkan keterampilan sosial
relasi sosial. anak.

Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019 49


tuntutan dan kebutuhan perkembangan
PEMBAHASAN dimensi motorik, kognitif, kreativitas,
Bermain bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap
Para pakar sering mengatakan hidup (Moeslichatoen, 1998: 32).
bahwa dunia anak adalah dunia Secara bahasa, bermain diartikan
bermain. Dengan main anak belajar, sebagai suatu aktivitas yang langsung
artinya anak yang belajar adalah anak atau spontan, dimana seorang anak
yang bermain, dan anak yang bermain berinteraksi dengan orang lain, benda-
adalah anak yang belajar. Bermain benda di sekitarnya, dilakukan dengan
dilakukan anak-anak dalam berbagai senang hati (gembira), atas inisiatif
bentuk saat sedang melakukan aktivitas, sendiri, menggunakan daya khayal
mereka bermain ketika berjalan, berlari, (imajinatif), menggunakan pancaindra,
mandi, menggali tanah, memanjat, dan seluruh anggota tubuhnya.
melompat, bernyanyi, menyusun balok, Menurut Piaget, bermain adalah
menggambar dan lain sebagainya. suatu kegiatan yang dilakukan berulang-
Bermain merupakan cara yang ulang dan menimbulkan kesenangan
paling baik untuk mengembangkan atau kepuasan bagi diri seseorang.
kemampuan anak. Selain itu, bermain Menurut Parten, bermain adalah suatu
manjadi cara yang baik bagi anak dalam kegiatan sebagai sarana bersosialisasi
memahami diri, orang lain, dan dan dapat memberikan kesempatan anak
lingkungan. Pada saat bermain, anak- bereksplorasi, menemukan,
anak mengarahkan energi mereka untuk mengekpresikan perasaan, berkreasi,
melakukan aktivitas yang mereka pilih dan belajar secara menyenangkan.
sehingga aktivitas ini merangsang Sedangkan menurut Docket dan Fleer,
perkembangannya. Bagi anak, bermain bermain merupakan kebutuhan bagi
membawa harapan tentang dunia yang anak, karena melalui bermain anak akan
memberikan kegembiraan dan memperoleh pengetahuan yang dapat
memungkinkan anak berkhayal tentang mengembangkan kemampuan dirinya.
sesuatu atau seseorang. Bermain juga Beberapa pendapat tentang
merupakan tuntutan dan kebutuhan pengertian bermain di atas, dapat
yang esensial bagi anak karena melalui dipahami bahwa bermain adalah suatu
bermain anak dapat memuaskan upaya untuk memperoleh kesenangan

50 Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019


GENERASI EMAS
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Volume 2, No. 1, Mei 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
dan kepuasan jiwa dari setiap aktivitas sebagai stetoskop anak juga akan
yang dilakukan, baik menggunakan alat memikirkan tugas dokter dan
permainan maupun tidak. Yang mempertimbangkan materi-materi
terpenting anak merasa gembira dengan tertentu, seperti warna, ukuran dan
permainan yang dilakukannya, serta bentuk agar sesuai dengan
tidak begitu memedulikan tentang hasil karakteristik dokter yang diperankan.
akhir yang akan didapatkan. Namun Selama bermain anak menemukan
untuk anak usia dini bentuk dan alat pengalaman baru, memanipulasi
permainan harus memiliki nilai-nilai benda dan alat-alat, berinteraksi
edukatif, dalam rangka sebagai sarana dengan anak lain, dan mulai
mengembangkan potensi anak-anak. menyusun pengetahuan tentang
Bermain merupakan faktor yang dunia. Bermain menyediakan
paling berpengaruh dalam periode kerangka bagi anak untuk
perkembangan diri anak, meliputi dunia mengembangkan pengetahuan
fisik, sosial dan komunikasi. Adapun mereka tentang diri mereka sendiri,
salah satu aspek perkembangan yang orang lain dan lingkungannya.
dapat dioptimalkan dalam kegiatan b. Bermain meningkatkan kompetensi
bermain menurut Diana Mutiah, yaitu: social anak. Menurut Catron dan
bermain untuk pengembangan social- Allen (1999) dalam Diana Mutiah
emosional. Maksudnya adalah sebagai menjelaskan bahwa bermain
berikut : mendukung perkembangan
a. Bermain membantu anak sosialisasi dalam hal-hal berikut
mengembangkan kemampuan :Interaksi sosial, yakni interaksi
mengorganisasi dan menyelesaikan dengan teman sebaya, orang dewasa,
masalah. Anak-anak yang bermain dan memecahkan konflik
mesti berpikir tentang bagaimana 1) Kerja sama, yakni interaksi saling
mengorganisasi materi sesuai dengan membantu, berbagi, dan pola
tujuan mereka bermain. Anak-anak bergiliran.
yang bermain “dokter-dokteran”. 2) Menghemat sumber daya, yakni
Misalnya, harus berpikir dimana menggunakan dan menjaga
ruang dokter, apa yang digunakan

Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019 51


benda-benda dan lingkungan e. Bermain membantu anak mengenali
secara tepat. diri mereka sendiri. Bermain
3) Peduli terhadap orang lain, seperti memberikan kesempatan kepada
memahami dan menerima anak-anak untuk menjadi diri mereka
perbedaan individu, memahami sendiri, mengenal diri mereka
masalah multibudaya. sendiri, untuk membentuk disain
c. Bermain membantu anak kehidupan yang lebih baik. Anak-
mengekspresikan dan mengurangi anak lebih memahami diri mereka
rasa takut. Suatu studi melaporkan sendiri dalam hubungannya dengan
adanya reaksi sekelompok anak dunia karena pengalaman bermain
setelah menyaksikan kecelakaan di memungkinkan mereka menemukan
taman bermain dan mendeskripsikan jawaban dan pertanyaan-pertanyaan
bagaimana melampiaskan tekana itu yang muncul dalam hati mereka.
melalui bermain. Anak-anak dalam Mengenal diri sendiri mempunyai
kelompok yang berbeda, tetapi setiap implikasi yang penting bagi
kelompok mengungkapkan ketakutan hubungan antar manusia. Anak
mereka dan mencoba membebaskan belajar tentang diri mereka sendiri
melalui permainan “rumah sakit- sebagai individu-individu yang
rumah sakitan”. Barnett menemukan terpisah dan unik yang mempunyai
bahwa anak-anak ketakutan, akan pikiran dan perasaan yang
terkurang rasa takutnya setelah bermacam-macam pula, yang
mereka mengekpresikan direalisasikan melalui pengalaman
ketakutannya ke dalam bermain. bermain imajinatif. Selain itu,
d. Bermain membantu anak menguasai mendorong anak untuk memahami
konflik dan trauma sosial. Bermain dan menerima emosi mereka sendiri
membantu perkembangan emosi menimbulkan perkembangan diri
yang sehat dengan cara menawarkan yang lebih baik, meningkatkan
kesembuhan dari rasa sakit dan hubungan serta kapasitas mereka
kesedihan. Melalui bermain anak untuk menghadapi tekanan dan
belajar menyerap, mengekspresikan, perubahan.
dan menguasai peranan mereka Melalui kegiatan bermain anak
secara positif dan konstruktif. dapat meningkatkan kepekaan emosinya

52 Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019


GENERASI EMAS
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Volume 2, No. 1, Mei 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
dengan cara mengenalkan bermacam bersinggungan dengan perkembangan
perasaan, mengenalkan perubahan sosial anak. Demikian pula sebaliknya,
perasaan, membuat pertimbangan, dan membahas perkembangan sosial harus
menumbuhkan kepercayaan diri. melibatkan emosional, sebab keduanya
Melalui bermain juga anak dapat terintegrasi dalam bingkai kejiwaan
mengembangkan kemampuan sosialnya, yang utuh tidak dapat dipisahkan satu
seperti membina hubungan dengan anak sama lain.
lain, bertingkah laku sesuai dengan Perkembangan emosi anak telah
tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri ada sejak lahir atau bayi. Menuru
dengan teman sebaya, dapat memahami Hurlock, gejala emosional pertama yang
tingkah lakunya sendiri, dan paham muncul adalah keterangsangan yang
bahwa setiap perbuatan ada umum terhadap stimulus atau
konsekuensinya. rangsangan yang kuat. Reaksi
emosional ini memang belum tampak
Perkembangan Sosial Emosional
jelas sebagai reaksi emosi pada
Anak Usia Dini
umumnya, tetapi hanya member kesan
Perkembangan sosial adalah sederhana berupa kesenangan atau
tingkat jalinan interaksi anak dengan ketidaksenangan. Reaksi emosional
orang lain, mulai dari orang tua, yang tidak menyenangkan biasanya
saudara, teman bermain, hingga diekspresikan dengan cara menangis,
masyarakat secara luas. Sementara bersuara keras, mengubah posisi secara
perkembangan emosional adalah luapan tiba-tiba, dan lain sebagainya.
perasaan ketika anak berinteraksi Sementara reaksi emosional yang
dengan orang lain. Dengan demikian, menyenangkan tampak jelas ketika anak
perkembangan sosial-emosional adalah sedang menyusu ibunya, tertawa dan
kepekaan anak untuk memahami berceloteh, ketika anak diayun-ayun,
perasaan orang lain ketika berinteraksi digendong dan diberikan sentuhan
dalam kehidupan sehari-hari. hangat.
Berdasarkan pengertian di atas, Menurut Hurlock, secara umum
dapat dipahami bahwa membahas pola perkembangan emosi anak meliputi
perkembangan emosi harus 9 aspek, yaitu rasa takut, malu,

Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019 53


khawatir, cemas, marah, cemburu, duka bertambah usianya, rasa khawatir
cita, rasa ingin tahu dan gembira. tersebut semakin sering dialami.
Berikut penjelasannya secara terperinci: 4. Rasa cemas, yaitu keadaan mental
1. Rasa takut, yaitu perasaan yang khas yang tidak enak berkenaan dengan
pada anak. Hamper setiap fase usia, sakit yang mengancam atau yang
seorang anak mengalami ketakutan dibayangkan. Rasa cemas ditandai
dengan kadar yang berbeda-beda. dengan kekhawatiran, ketidakenakan,
Rangsangan yang umumnya dan prasangka yang tidak baik dan
menimbulkan rasa takut pada bayi tidak bisa dihindari oleh seseorang,
adalah suara yang terlalu keras, disertai dengan perasaan tidak
binatang menyeramkan, kamar gelap, berdaya dan pesimistis.
tempat yang tinggi, dan kesendirian. 5. Rasa marah, yaitu sikap penolakan
2. Rasa malu, yaitu ketakutan yang yang kuat terhadap apa yang tidak ia
ditandaioleh penarikan diri dari sukai. Dalam pandangan anak,
hubungan dengan orang lain yang ekspresi kemarahan merupakan jalan
tidak dikenal. Rasa malu ini selalu yang paling cepat untuk menarik
disebabkan oleh sesama manusia. perhatian orang lain. Semakin tinggi
Rasa malu baru akan dimiliki bayi kemarahan anak, semakin keras pula
yang usianya di atas 6 bulan. ia menunjukkan sifat marahnya,
Alasannya, pada usia ini bayi telah mulai dari diam, berkata keras, gerak
mengenal orang yang sering verbal, hingga tindakan-tindakan
dilihatnya dan orang yang asing anarkis lainnya.
sama sekali. 6. Rasa cemburu, yaitu perasaan ketika
3. Rasa khawatir, yaitu khayalan anak kehilangan kasih sayang. Anak
ketakutan atau gelisah tanpa alasan. yang sedang cemburu merasa dirinya
Perasaan ini timbul karena tidak tenteram dalam hubungannya
membayangkan situasi berbahaya dengan orang yang dicintainya.
yang mungkin akan meningkat. Perilaku cemburu menunjukkan
Biasanya, kekhawatiran ini terjadi bahwa anak-anak berusaha
pada anak di atas usia 3 tahun. membenarkan atau membuktikan diri
Bahkan semakin besar atau semakin mereka tidak mempunyai saingan.

54 Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019


GENERASI EMAS
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Volume 2, No. 1, Mei 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
7. Rasa duka cita, yaitu suatu
kesengsaraan emosional (trauma Mengembangkan Sosial Emosional
psikis) yang disebabkan oleh Anak Usia Dini dengan Bermain

hilangnya sesuatu yang dicintai. Mengembangkan hubungan


Reaksi anak ketika duka cita adalah emosi-sosial merupakan tonggak
menangis atau situasi tekanan, penting bagi anak-anak. Bagi banyak
seperti sukar tidur, hilangnya selera anak, bersosialisasi adalah pengalaman
makan, hilangnya nikmat terhadap pertama kali harus membicarakan
hal-hal yang ada di depannya, dan kesepakatan dengan teman sebayanya.
sebagainya. Meskipun anak-anak seusia mereka
8. Rasa ingin tahu. Setiap anak masih terlibat dalam permainan paralel,
memiliki naluri ingin tahu yang tetapi mereka semakin tertarik untuk
sangat tinggi. Mereka menaruh minat bermain dengan anak-anak yang lain.
terhadap segala sesuatu di Menurut Seefeldt dan A. Wasik
lingkungan mereka, termasuk diri dalam bukunya yang berjudul
mereka sendiri. Rasa ingin tahu ini Pendidikan Anak Usia Dini,
biasanya diekspresikan dengan menjelaskan bahwa waktu anak-anak
membuka mulut, menengadahkan usia tiga, empat, dan lima tahun
kepala, dan mengerutkan dahi. bertumbuh, mereka semakin menjadi
9. Kegembiraan atau kesenangan, yaitu makhluk sosial. Pada usia tiga tahun,
merupakan emosi keriangan atau rasa jelas Seefeldt dan A. Wasik,
bahagia. Di kalangan bayi, emosi perkembangan fisik anak-anak
kegembiraan ini berasal dari fisik memungkinkan mereka untuk bergerak
yang sehat, situasi yang ganjil, kian kemari secara mandiri dan mereka
permainan yang mengasyikkan dan ingin tahu tentang lingkungan mereka
sebagainya. Reaksi yang dan orang-orang di sekitarnya. Anak-
diekspresikan anak ketika senang dan anak usia tiga tahun, ditengah
gembira adalah tersenyum atau ketertarikannya kepada lingkungan dan
tertawa, mendengkut, mengoceh, orang –orang disekelilingnya, namun
merangkak, berdiri, berjalan dan mereka masih lebih menyukai
berlari. permaianan paralel.

Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019 55


Sedangkan anak-anak usia empat atau merasakan sesuatu. pada bagian
dan lima tahun, tambah Seefeldt dan A. tubuhnya, misalnya saat anak
Wasik, sedang menjadi makhluk sosial memasukkan jempol atau jari-jarinya
dan sering lebih suka ditemani anak- ke dalam mulut, waktu telapak
anak lain daripada ditemani orang kakinya digelitik, bahkan ia sanggup
dewasa. Di usia ini, anak-anak mulai terpingkal-pingkal ketika diajak
mengungkapkan kesukaan mereka bercanda, ia bisa tertidur di ayunan,
untuk bermain dengan beberapa anak. dan sebagainya. Jadi sebenarnya,
Bermain dan ada bersama adalah aspek kegiatan bermain ini berkaitan erat
penting dari perkembangan sosial bagi dengan awal pembentukan konsep
anak-anak usia empat dan lima tahun. diri anak.
Menurut Turner dan Helms, 2. Bermain menghancurkan.
kegiatan bermain lebih menekankan Bermain menghancurkan mulai
sebagai sarana sosialisasi anak. Oleh tampak pada awal masa balita.
karena itu, kegiatan bermain memberi Dalam usia ini, anak sering bermain
kesempatan kepada anak untuk bergaul sambil menghacurkan barang-barang
dengan anak-anak yang lain dan belajar yang sudah disusunnya dengan susah
mengenal berbagai aturan untuk payah dan berhati-hati, lalu
menyesuaikan diri dengan lingkungan menatanya kembali untuk
sosialnya. dihancurkan lagi. Misalnya seorang
Secara garis besar, menurut anak yang bemain dengan balok
Martuti, kegiatan bermain dibedakan kayu. Dalam sudut pandang kognitif,
menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu : kegiatan ini mendukung
1. Bermain menjelajahi dan berkembangnya pemahaman anak
manipulative. mengenai berbagai ciri alat
Kegiatan ini bisa diamati sejak masa permainannya. Anak menjadi paham
bayi, anak sering menunjukkan rasa untuk menyusun bangunan dari
senang atau antusiasme yang besar balok, bagian yang besar harus
sewaktu ia bermain atau mengamati diletakkan di bawah, dan lainnya.
benda-benda yang ada di 3. Bermain khayal atau pura-pura.
sekelilingnya. Perasaan senang anak Kegiatan bermain khayal atau pura-
juga terlihat saat anak menjelajahi pura mulai dilakukan sejak anak

56 Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019


GENERASI EMAS
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Volume 2, No. 1, Mei 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
berusia 3 tahuanan. Kegiatan Pengembangan emosi anak dapat di
bermain pura-pura ini, melibatkan bentuk melalui kegiatan bermain. Selain
unsur imajinasi dan peniruan itu pengembangan emosi anak juga
terhadap perilaku orang dewasa. dapat dibentuk dari lingkungan dimana
Misalnya, bermain dokter-dokteran, anak itu tinggal. Karena dari lingkungan
sekolah-sekolah, pasar-pasaran, dan anak juga mendapat pengalaman dan
lainnya. Khayalan anak sering kali peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
menggambarkan keinginan, pada anak. Dan dari pengalaman dan
perasaan, dan pandangan anak peristiwa penting itu, kepribadian anak
mengenai dunia di sekelilingnya. juga akan terbentuk.
Dalam kegiatan bermain ini, anak Oleh karena itu, guru dan orang
sering mengubah identitas, nama, tua harus mengembangkan
cara bicara, berpakaian, bahkan perkembangan emosi anak dengan tepat
melakukan tindakan yang sama dan baik, agar perkembangan emosi
sekali berbeda dengan perilakunya anak berkembang sesuai tahap
sehari-hari. Dalam khayalannya perkembangannya. Perkembangan
dalam bermain, anak mengemukakan sosial dan emosi yang positif
gagasan yang asli hasil cipataannya memudahkan anak untuk bergaul
sendiri.misalnya, sebatang kayu, dengan sesamanya dan belajar dengan
suatu saat bisa menjadi pedang, saat lebih baik, juga dalam aktivitas lainnya
lain digunakan sebagai tombak, di lingkungan sosial. Oleh karena itu,
kemudian berubah menjadi senapan, sangat penting memahami dan
dan seterusnya. membantu anak-anak untuk memahami
perasaan sendiri dan perasaan anak-
PENUTUP anak lain untuk mengembangkan rasa
Berdasarkan penjelasan di atas, hormat dan kepedulian kepada orang
dapat disimpulkan bahwa lain.
perkembangan sosial-emosional adalah
kepekaan anak untuk memahami DAFTAR PUSTAKA
perasaan orang lain ketika berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.

Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019 57


Hurlock, Elizabeth B. 1996.
Perkembangan Anak Jilid I, Edisi
keenam. Jakarta: Erlangga.
M. Fadlillah. 2017. Bermain dan
Permainan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana.
Martuti. 2012. Mengelola PAUD. Cet.
III. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Mukhtar Latif, Zukhairina, Rita
Zubaidah, Muhammad Afandi.
2013. Orientasi Baru Pendidikan
Anak Usia Dini Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Nugraha, Ali. 2011. Metode
Pengembangan Sosial Emosional.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Seefeld, Caroll dan A. Wasik. 2008.
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks.
Suryadi. 2010. Psikologi Belajar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Madani.
Wulan, Ratna. 2011. Mengasah
Kecerdasan Pada Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

58 Mira Yanti Lubis/ GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019

Anda mungkin juga menyukai