UAS - Agama Islam - Faro Ferdinan Hariyadi - L1B021036
UAS - Agama Islam - Faro Ferdinan Hariyadi - L1B021036
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Faro Ferdinan Hariyadi
NIM : L1B021036
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/A
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB 1................................................................................................................................1
BAB 2..............................................................................................................................10
BAB 3..............................................................................................................................15
A. DOSA RIBA.....................................................................................................15
B. KRITERIA RIBA.............................................................................................19
BAB 4..............................................................................................................................22
BAB 5..............................................................................................................................26
BAB 6..............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31
i
BAB 1
ISTIDROJ
Pengertian Istidroj, Istidroj sendiri secara bahasa bermakna naik dari satu
tingkat ke tingkat selanjutnya. Namun, secara istilah memiliki makna azab yang
berupa kenikmatan. Ketika seorang muslim gemar melakukan maksiat dan
jarang sekali beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, bisa jadi
ia sedang terjebak dalam kenikmatan hdup, padahal ia semakin lalai menunaikan
ibadah serta kewajiban lainnya. Inilah yang bisa disebut sebagai istidraj.
Sedangkan secara pengertian, istidraj ini dapat bermakna sebagai ‘hukuman’
dari Allah kepada hambanya yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara
langsung. Allah tidak menyegerakan hukumannya. Dalam pengertian lain
istidroj adalah tipuan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap orang – orang
yang membangkang terhadap-Nya. Dalam hal ini Allah SWT mengabulkan
segala keinginan manusia dengan membukakan pintu – pintu kesenangan, yang
mana hal itu sebenarnya adalah kehancuran, kenistaan, dan kesengsaraan
baginya.
Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya
pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi
menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk
kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan
sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan
beranggapan diri mereka di atas segala-galanya.
Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran.
Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan
(maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.
Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan,
istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah
agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu
dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.
1
Maka sungguh celakalah orang-orang yang terjebak dalam keadaan istidraj dan
tidak segera menyadarinya lalu meminta taubat kepada Allah SWT.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat
Rasulullah SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau
lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang
diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian
adalah istidraj." (HR. Ahmad). Sebagai seorang muslim, kita harus berhati-hati
dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan
untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada orang yang
membutuhkan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci
konsep/ciri beserta tahapannya seseorang yang sedang berada dalam keadaan
istidraj.
2
semakin kita mengabaikan ibadah dan perintah Allah maka akan semakin berat
juga dosa yang akan kita tanggung nantinya pada saat hari pembalasan tiba.
Ibnu Athaillah berkata: “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia
Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan
sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”.
Ali Bin Abi Thalib rhadiyallahu'anhu berkata: “Hai anak Adam ingat dan
waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas
dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya”.
Istidraj sangat jelas dalam perkara ini karena perbuatan maksiat pangkalnya
adalah kehancuran dan penderitaan. Namun ketika maksiat terus dilakukan
sedangkan kehidupan di dunianya semakin sukses dan sejahtera maka hal
tersebut adalah kemurahan hati yang Allah berikan dalam bentuk istidraj.
Allah subhana hua ta’ala berfirman dalam surat al-Humazah ayat 1-3 yang
berbunyi:
٣ ُب أَنَّ َمالَ ٓۥهُ أَ ۡخلَ َد ۥه َ َي ۡح٢ ُ ٱلَّ ِذي َج َم َع َمااٗل َو َع َّد َد ۥه١ ل لِّ ُك ِّل ُه َمز َٖة لُّ َمزَ ٍةٞ َو ۡي
ُ س
Artinya:
(1) Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela; (2) yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitung; (3) dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya. (QS. Al-Humazah: 1-3).
5. Jarang sakit
3
Sakit adalah hal yang lumrah terjadi pada manusia karena kesehatan dan
cuaca terkadang mengalami perubahan yang cukup fluktuatif terlebih dengan
aktifitas harian manusia yang padat. Tentu ada masanya system imun menurun
dan menyebabkan sakit. Namun untuk orang-orang yang sedang mendapatkan
ujian istidraj biasanya jarang jatuh sakit karena hikmah dari sakit salah satunya
adalah meringankan kita dari dosa-dosa yang kita lakukan. Imam Syafi’I pernah
mengatakan mengenai perkara ini bahwa:
“Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya,
jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang
salah dengan dirimu.”
4
menikmati kesenangan duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan
kedudukan tinggi di kalangan manusia, namun hidupnya masih jauh dari
ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh
dari majelis ilmu.
4. Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyong-
konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai.
Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-
tiba adalah urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum,
melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta
tenggelam dalam kesenangan.
5. Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba
tersebut telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri
mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari
hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang
yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang
diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya.
Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada
hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala
bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan
diperbudak dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan
5
digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan
duniawi dalam ketaatan.
ُ ِوا بِ َمٓا أُوت ُٓو ۟ا أَ َخ ْذ ٰنَ ُهم بَ ْغتَةً فَإ ِ َذا هُم ُّم ْبل
سو ۟ وا بِ ِهۦ فَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب ٰ َو َب ُك ِّل ش َْى ٍء َحت ٰ َّٓى إِ َذا فَ ِر ُح
۟ وا َما ُذ ِّك ُر
۟ س
ُ َفَلَ َّما ن
Fa lammā nasu mā żukkiru bihī fatahnā 'alaihim abwāba kulli syaī`, hattā
iżā farihu bimā utū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisun
6
اب ُك ِّل ش َْي ۗ ٍء َح ٰتّٓى اِ َذا فَ ِر ُح ْوا بِ َمٓا اُ ْوت ُْٓوا اَ َخ ْذ ٰن ُه ْم بَ ْغتَةً فَا ِ َذا ُه ْم
َ س ْوا َما ُذ ِّك ُر ْوا بِ ٖه فَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم اَ ْب َو
ُ َفَلَ َّما ن
َس ْون
ُ ُِّم ْبل
7
Artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami
biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak
mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka.
Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183)
6. Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan
َاِنَّ الَّ ِذيْنَ اَل يُؤْ ِمنُ ْونَ بِااْل ٰ ِخ َر ِة َزيَّنَّا لَ ُه ْم اَ ْع َمالَ ُه ْم فَ ُه ْم يَ ْع َم ُه ْون
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat,
Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang
buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan.” (QS.An Naml: 4)
8. Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk
Kemudian Membinasakan Mereka.
8
َث اَل يَ ْعلَ ُم ْو ۙن
ُ ستَ ْد ِر ُج ُه ْم ِّمنْ َح ْي
ْ َ سن ِ ۗ ب بِ ٰه َذا ا ْل َح ِد ْي
َ ث ُ فَ َذ ْرنِ ْي َو َمنْ ُّي َك ِّذ
Artinya: “Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang
mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Kelak akan Kami hukum mereka
berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS.Al Qalam: 44)
9. Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian
ض ٌّر َدعَانَ ۖا ثُ َّم اِ َذا َخ َّو ْل ٰنهُ نِ ْع َمةً ِّمنَّ ۙا قَا َل اِنَّ َمٓا اُ ْوتِ ْيت ُٗه ع َٰلى ِع ْل ٍم ۗبَ ْل ِه َي فِ ْتنَةٌ َّو ٰل ِكنَّ اَ ْكثَ َر ُه ْم اَل َّ فَا ِ َذا َم
َ س ااْل ِ ْن
ُ َسان
َيَ ْعلَ ُم ْون
Artinya: “Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian
apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku
diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49)
9
BAB 2
Hadits qudsi adalah salah satu pedoman para muslim dalam beribadah dan
menjalani hidup. Selain hadits masih ada Al Quran dan qiyas yang menjadi sumber
jawaban umat islam perlu penjelasan.
Dikutip dari laman Al Quran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), qudsi (ا
)لقدسيberasal dari kata qudus yang artinya suci. Disebut hadits qudsi karena
perkataan ini dinisbatkan kepada Allah SWT, al Quddus, Dzat Yang Maha Suci.
Dalam penjelasannya sendiri, hadits qudsi telah banyak dijelaskan oleh beberapa
sumber seperti berikut:
ويطلق عليه الحديث اإللهي نسبة لإلله، الطهارة والتنزيه: والقدس هو، الحديث القدسي نسبة إلى القدس
والحديث الرباني نسبة للرب جل وعال
Artinya: “Hadits qudsi adalah hadits yang dinisbahkan pada kata Qudsi adalah
suci ath-thoharoh) dan membersihkan (at-tanzih). Selain disebut hadis Qudsi juga
disebut hadits ilahi dinisbatkan pada Ilah (Allah), dan juga disebut
hadits Robbani dinisbatkan pada Robb (Allah; Penguasa) yang Maha Agung dan
Luhur”.
10
لحديث القدسي أنزل عليه بغير واسطة الملك غالبا بل بالهام أو منام إما باللفظ والمعنى وإما باللفظ فقط
يعبر عنه النبي صلى هللا عليه و سلم بألفاظ من عنده و ينسبه اليه تعالى ال للتعبد بتالوته وال لإلعجاز.
Artinya: “Hadis Qudsi adalah wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad
dengan tanpa perantara malaikat melainkan dengan ilham atau mimpi. Ada kalanya
hadis Qudsi itu turun berupa lafadz dan maknanya dan adakalanya lafadznya saja dan
kemudian Nabi sendiri yang mengungkapkan dengan beberapa lafadz dari dirinya
sendiri yang di nisbahkan kepada Allah dan membaca hadis Qudsi tersebut tidak di
anggap ibadah dan jga tidak mengandung mukjizat”.
الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند هللا تعالى ومن حيث اللفظ من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فهو ما
أخبر هللا تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام فأخبر عليه السالم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه ألن
لفظه منزل أيضا
Artinya: “Hadits qudsi adalah hadits yang secara makna datang dari Allah,
sementara redaksinya dari Rasulullah. Hadits qudsi diartikan sebagai berita dari Allah
kepada nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan
hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Maka dari itu, Al Quran lebih utama
dibandingkan hadits qudsi, karena Allah juga menurunkan redaksinya.
الحديث القدسي إخبار هللا تعالى نبيه عليه الصالة والسالم معناه بإلهام أو بالمنام فأخبر النبي صلى هللا عليه
وسلم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه
Artinya: “Hadits qudsi adalah berita yang disampaikan Allah SWT kepada nabiNya
secara makna dalam bentuk ilham atau mimpi. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menyampaikan berita 'makna' itu dengan redaksi beliau.”
Meski hadis qudsi disebut hadis Ilahi atau juga hadis Robbani karena bersumber
dari Allah Subhanahu Wata’ala, namun hadis Qudsi bukanlah Al-Qur’an. Tidak boleh
menyamakan kedudukan al-Qur’an dengan hadis qudsi.
Jumlah Hadits Qudsi, Jumlah hadis Qudsi tidak sebanyak hadis nabawi yang
jumlahnya menurut sebagian ulama lebih dari seratus ribu hadis. Secara keseluruhan
11
jumlah hadis qudsi masih kisaran ratusan hadis, itupun jika dihitung dengan redaksi atau
riwayat yang diulang-ulang. Ulama berbeda pendapat perihal kepastian jumlah hadis
qudsi. Menurut Imam Ahmah Ibnu Hajar, ulama yang mensyarahi kitab hadis Araba’in
An-Nawaiyah, jumlah hadis qudsi lebih dari 100 hadis. Imam Al-Munawi dalam
kitabnya al-Ithafatu as-Saniyah bi al-Ahaditsi al-Qudsiyah menyebutkan jumlah hadits
qudsi berjumlah sebanyak 277 hadits. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadits
qudsi sebanyak 100 hadits atau lebih.
Hadits qudsi memiliki beberapa contoh yang telah dikumpulkan dan ditulis oleh
para ulama dalam kitab – kitab hadits. Berikut adalah contoh-contoh dari hadits qudsi:
«يَا: سلَّ َم فِ ْي َمـا يَ ْر ِو ْي ِه عَنْ َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل أَنَّهُ قَا َل
َ صلَّـى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ َع ِن النَّبِ ِّي، ُض َي هللاُ َع ْنه ِ ي َر ْ ِعَنْ أَب
ِّ ـي َذ ٍّر ا ْل ِغفَا ِر
ْضا ٌّل إِالَّ َمنَ ي ! ُكلُّ ُك ْم ْ يَا ِعبَا ِد. َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَـ ُك ْم ُم َح َّر ًما ؛ فَالَ تَظَالَـ ُم ْوا، س ْي
ِ ظ ْل َم َعلَـى نَ ْفُّ ـي َح َّر ْمتُ ال ْ ِّي ! إِنْ ِعبَا ِد
ي ! ُكلُّ ُك ْم عَا ٍر ْ يَا ِعبَا ِد.ـي أُ ْط ِع ْم ُك ْم ْ ي ! ُكلُّ ُك ْم َجائِ ٌع إِالَّ َمنْ أَ ْط َع ْمتُهُ ؛ فَا
ْ ِستَ ْط ِع ُم ْون ْ يَا ِعبَا ِد.ـي أَ ْه ِد ُك ْم ْ َه َد ْيتُهُ ؛ فَا
ْ ِستَ ْهد ُْون
ُّ َوأَنَا أَ ْغفِ ُر، ُـخ ِطئ ُْونَ بِاللَّ ْي ِل َوالنَّ َها ِر
الذنُ ْو َب َجـ ِم ْي ًعا ؛ ْ ي ! إِنَّ ُك ْم ت ُ ـي أَ ْك
ْ يَا ِعبَا ِد.س ُك ْم ْ ِس ْون ُ ستَ ْكْ س ْوتُهُ ؛ فَا
َ إِالَّ َمنْ َك
ي ! لَ ْو ْ ِ َولَنْ تَ ْبلُ ُغ ْوا نَ ْف ِع ْي فَتَ ْنفَ ُع ْون، ـي
ْ يَا ِعبَا ِد.ـي ُ َي َفت
ْ ِض ُّر ْون ْ ض ِّر ْ يَا ِعبَا ِد.ـي أَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم
ُ ي ! إِنَّ ُك ْم لَنْ تَ ْبلُ ُغ ْوا ْ ِستَ ْغفِ ُر ْون ْ فَا
ي ! لَ ْو َ ـي ُم ْل ِك ْي
ْ َيا ِعبَا ِد.ش ْيئًا ْ ِب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َما زَ ا َد َذلِكَ ف ِ س ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُ ْوا َعلَـى أَ ْتقَى قَ ْل
َ أَنَّ أَ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوإِ ْن
!ي َ ص َذلِ َك ِمنْ ُم ْل ِك ْي
ْ يَا ِعبَا ِد.ش ْيئًا َ َب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َما نَق ِ س ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُ ْوا َعلَـى أَ ْف َج ِر قَ ْل َ أَنَّ أَ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوإِ ْن
َص َذلِك َ َسأَلَـتَهُ ؛ َما نَق ِ ـي فَأ َ ْعطَيْتُ ُك َّل َو
ْ اح ٍد َم ْ ِسأَلُ ْون
َ َص ِع ْي ٍد َوا ِح ٍد ف
َ ـي َ لَ ْو أَنَّ أَ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوإِ ْن
ْ ِس ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم قَا ُم ْوا ف
، ثُ َّم أُ َوفِّ ْي ُك ْم إِيَّاهَا، ص ْي َها لَ ُك ْم
ِ ي ! إِنَّـ َمـا ِه َي أَ ْع َمـالُ ُك ْم أُ ْح
ْ يَا ِعبَا ِد.ص ا ْلـ ِم ْخيَطُ إِ َذا أُ ْد ِخ َل ا ْلبَ ْح َر
ُ ُي إِالَّ َك َمـا يَ ْنق
ْ ِمـ َّمـا ِع ْن ِد
َ َو َمنْ َو َج َد َغ ْي َر َذلِ َك ؛ فَالَ يَلُ ْو َمنَّ إِالَّ نَ ْف، َفَ َمنْ َو َج َد َخ ْي ًرا ؛ فَ ْليَ ْح َم ِد هللا
ُ سه
“Dari Abu Dzar al-Ghifâri Radhiyallahu anhu dari Nabi ﷺbah beliau
ﷺmeriwayatkan firman Allah ﷻ: “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya
Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya di antara
kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku! Setiap kalian
merasa lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makanan kepada-Ku
niscaya Aku beri kalian makan. Wahai hamba-Ku! Setiap kalian telanjang kecuali orang
yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan berikan
pakaian kepada kalian.
Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu berbuat salah (dosa) di waktu malam
12
dan siang hari, sedang Aku mengampuni seluruh dosa, maka mohon ampunlah kepada-
Ku niscaya Aku akan mengampuni dosa kalian. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya
kalian tidak akan dapat menimpakan bahaya kepada-Ku sehingga kalian dapat
membahayakan-Ku dan kalian tidak akan dapat memberi manfaat kepada-Ku sehingga
kalian dapat memberi manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang
pertama dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalian, hati mereka semuanya
seperti orang yang paling bertakwa diantara kalian, maka semuanya itu tidak akan
menambah sedikit pun pada kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang pertama
dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalian, semua seperti hati orang yang
paling jahat diantara kalian, maka semuanya itu tidak akan mengurangi sedikit pun dari
kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian,
manusia dan jin dari kalian semua berada di satu tanah lapang kemudian setiap dari
kalian meminta kepada-Ku lalu Aku memberikan permintaannya itu, maka hal itu tidak
mengurangi apa yang ada di sisi-Ku kecuali seperti jarum yang mengurangi air laut jika
dimasukkan ke dalamnya. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya itu semua adalah amal-
amal kalian yang Aku tulis untuk kalian, kemudian Aku menyempurnakannya untuk
kalian. Barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah ﷻ, dan
barangsiapa mendapatkan selain itu, maka janganlah ia sekali-kali mencela
(menyalahkan)kecuali dirinya sendiri
(HR. Muslim: 2577).
13
Allah ﷻberfirman: “Aku sesuai dengan prasangka hambaKu terhadapKu, dan
Aku selalu bersamanya saat ia mengingatKu, jika ia mengingatKu tatkala sendiri maka
Aku akan mengingatnya dalam diriku, jika ia mengingatku dikeramaian maka Aku
mengingatnya di keramaian yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat).
Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadaNya sehasta,
jika ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika
mendatangiku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya deng berlari.””
(HR. Bukhari: 7405).
14
BAB 3
A. DOSA RIBA
15
َ ِيَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذ ُروا َما بَق
(278) َي ِمنَ ال ِّربَا إِنْ ُك ْنتُ ْم ُمؤْ ِمنِين
Para pemakan dan pelaku riba pasti akan mendapatkan balasan atas dari dosa-
dosa mereka baik di itu akhirat maupun saat masih berada di dunia. Mereka hanya
akan merasakan sedikit dari kenikmatan dosa riba tersebut namun secara tidak
sadar, mereka melupakan balasan yang sangat pedih dari Allah SWT yang akan
menimpa mereka. Berikut adalah dosa-dosa dari para pelaku riba:
Dampak riba menurut Al-Quran yang pertama yaitu apa yang pertama kali
diturunkan kepada Rasulullah SAW tentang riba ini, yaitu bahwa riba tidak akan
menambah harta sebagaimana dalam surat ar-Rum ayat 39, sebagaimana berikut:
ٰۤ َ هّٰللا
َك ُه ُم¢ِول ِٕٕى ُ س فَاَل يَ ْربُ ْوا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّمنْ ز َٰكو ٍة تُ ِر ْيد ُْونَ َو ْجهَ ِ فا
ِ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّمنْ ِّربًا لِّيَ ْربُ َو ۟ا فِ ْٓي اَ ْم َوا ِل النَّا
َض ِعفُ ْون ْ ا ْل ُم
16
Artinya:” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah,
maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” Qs Surah Ar-Rum
ayat 39.
Pemakan harta riba akan mendapat dosa yang besar. Dari Abu Hurairah
Radliallahu‘anhu, dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham
uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu
adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR.
Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah).
Dampak riba selanjutnya adalah Surat an-Nisa ayat 160-161, ayat ini
diturunkan di Madinah, sebagai tahapanselanjutnya dari pelarangan riba
sebagaimana sudah dimulai dengan tahapan pertama diatas, Allah SWT berfirman:
(160) سبِ ْي ِل هّٰللا ِ َكثِ ْي ًر ۙا ٍ فَ ِبظُ ْل ٍم ِّمنَ الَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم طَيِّ ٰب
َ ِت اُ ِحلَّتْ لَ ُه ْم َوب
َ ْص ِّد ِه ْم عَن
(161) س بِا ْلبَا ِط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِريْنَ ِم ْن ُه ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما
ِ َّواَ ْخ ِذ ِه ُم ال ِّر ٰبوا َوقَ ْد نُ ُه ْوا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل النَّا
Pada hari kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam sampai
akhir zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda-
beda menurut amal ibadah semasa di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba
akan dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya
17
di hari pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan dan
dikuasai setan.
Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa
oleh para Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali
ketika telah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya
Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman;
َض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو ۚن ْ َٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَأْ ُكلُوا ال ِّر ٰب ٓوا ا
ٰ ض َعافًا ُّم
6. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT
Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang
didapatkan dari hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia,
sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang
baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta
yang kita dapat dari jalan yang baik dan diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara
yang haram agar sedekah, infaq dan zakat kita diterima. Hal ini akan sangat ironi
lagi ketika kita membangun sesuatu yang bertujuan untuk amal jariah seperti
pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk muslim lainnya. Begitu banyaknya
amal yang terbuang sia-sia karena tidak diterima oleh Allah SWT.
7. Para pelaku riba tidak akan dikabulkan doanya oleh Allah SWT
Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi
pemakan harta riba. Salah satunya adalah do’a pelaku riba tidak akan dikabulkan
oleh Allah SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya
justru do’a tidak akan diterima dan dikabulkan Allah SWT.
18
Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul
mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika
harta hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan lainnya dan
semua itu tiada keberkahan. Allah SWT Berfirman;
Para pelaku riba tidak akan lagi memikirkan tentang mana yang dan mana yang
buruk saat melakukan sesuatu dikarenakan, hati mereka sudah ditutup oleh Allah
SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya:” Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah
menutupi hati mereka. “
B. KRITERIA RIBA
Pada dasarnya riba terbagi menjadi dua macam yaitu riba akibat hutang piutang
yang telah dijelaskan tentang keharamannya dalam al-Qur'an, dan riba jual beli
yang juga telah dijelaskan boleh dan tidaknya dalam bertransaksi dalam as-Sunnah.
19
Riba Qard, adalah Riba dari akibat praktek utang piutang yang
disyaratkan adanya tambahan pada pengembalian dengan konsekuensi
waktu. Singkatnya, riba ini terjadi apabila pemberi utang mengambil
kelebihan dari penerima hutang. Contohnya, rentenir yang meminjamkan
uang sebesar Rp 10 juta dengan syarat bunga tidak wajar sebanyak 20
persen selama 5 bulan.
b. Riba akibat jual-beli (Riba Al-Buyu’)
Riba Fadl, yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam
jenis barang ribawi. Misalnya, seseorang ingin menukar 1 zak semen
kualitas buruk dengan 2 zak semen kualitas buruk. Hal tersebut termasuk
dalam riba fadhl karena timbangannya tidak seimbang.
Adapun pula jenis yang lain terkait dengan macam-macam jenis riba, jenis
yang satu ini berfokus karena penundaan yang akhirnya menciptakan riba. Berikut
adalah jenis riba yang dimaksud:
20
ِّ س ٰذلِ َك ِباَنَّ ُه ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِم ْث ُل
ۘ الر ٰب
وا ِّ ۗ ش ْي ٰطنُ ِمنَ ا ْل َم
َّ ي يَت ََخبَّطُهُ ال ْ الر ٰبوا اَل يَقُ ْو ُم ْونَ اِاَّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّ ِذ ِّ َاَلَّ ِذيْنَ يَأْ ُكلُ ْون
ٰۤ َ
َك¢ِول ِٕٕى ُ فَ َواَ ْم ُر ٗ ٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َمنْ عَا َد فا َ وا فَ َمنْ َج ۤا َء ٗه َم ْو ِعظَةٌ ِّمنْ َّربِّ ٖه فَا ْنت َٰهى فَلَ ٗه َما
ۗ َسل ۗ َواَ َح َّل هّٰللا ُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب
Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena
mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
َ ِيَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذ ُروا َما بَق
(278) َي ِمنَ ال ِّربَا إِنْ ُك ْنتُ ْم ُمؤْ ِمنِين
Artinya:” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah,
maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” Qs Surah Ar-Rum
ayat 39.
(160) سبِ ْي ِل هّٰللا ِ َكثِ ْي ًر ۙا ٍ فَ ِبظُ ْل ٍم ِّمنَ الَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم طَيِّ ٰب
َ ِت اُ ِحلَّتْ لَ ُه ْم َوب
َ ْص ِّد ِه ْم عَن
21
(161) س بِا ْلبَا ِط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِريْنَ ِم ْن ُه ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما
ِ َّواَ ْخ ِذ ِه ُم ال ِّر ٰبوا َوقَ ْد نُ ُه ْوا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل النَّا
َض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو ۚن ْ َٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَأْ ُكلُوا ال ِّر ٰب ٓوا ا
ٰ ض َعافًا ُّم
22
BAB 4
ْاعفُ لِ َمن
ِ ضَ ُس ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهَّللا ُ ي
ُ سنَابِ َل ِفي ُك ِّل َ ْيل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَتَت
َ س ْب َع َ َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَ ُه ْم فِي
ِ ِ سب
ِ يَشَا ُء ۗ َوهَّللا ُ َوا
س ٌع َعلِي ٌم
23
ُ اض َع أَ َح ٌد هَّلِل ِ إِاَّل َرفَ َعهُ هَّللا
َ ص َدقَةٌ ِمنْ َما ٍل َو َما َزا َد هَّللا ُ َع ْبدًا بِ َع ْف ٍو إِاَّل ِع ًّزا َو َما تَ َو َ ََما نَق
َ ْصت
Artinya:” Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang
yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah
kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah,
melainkan Allah akan mengangkat derajatnya. “(HR. Muslim)
Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di hari akhir.
Nabi Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan yang mendapat
naungan di hari kiamat adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Orang yang
diberi naungan adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, namun
tangan kirinya tidak tahu. Artinya, orang tersebut bersedekah secara diam-diam
tanpa diketahui orang lain (tidak riya).
24
6. Memadamkan Murka Allah
25
mereka hadapi, dapat juga untuk membantu petugas-petugas yang bekerja
menangani musibah lalu untuk para pelaku sedekah akan mendapatkan
kebahagiaan, penghapusan dosa serta bertambahnya rezeki.
26
BAB 5
Kematian adalah suatu hal yang pasti akan terjadi tetapi sering kita lupakan.
Kematian menjadi hal yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Tetapi
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita senantiasa
mengingat kematian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
27
َ قُ ْل لَ ْو ُك ْنتُ ْم فِي بُيُوتِ ُك ْم لَبَ َر َز الَّ ِذينَ ُكتِ َب َعلَ ْي ِه ُم ا ْلقَ ْت ُل إِلَى َم
ُ ضا ِج ِع ِه ْم َولِيَ ْبتَلِ َي هَّللا ُ َما فِي
صدُو ِر ُك ْم
الصدُو ِر ُّ ت ِ ص َما فِي قُلُوبِ ُك ْم َوهَّللا ُ َعلِي ٌم بِ َذا َ َولِيُ َم ِّح
Artinya, “Katakanlah, sekiranya kalian dalam rumah kalian, niscaya orang-
orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat
mereka terbunuh. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada
pada hati kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian.
Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Ali Imran:154)
4. Mengejar
Kematian akan mengejar siapapun meskipun berlindung di balik benteng
yang kokoh atau teknologi kedokteran yang canggih. Allah Ta’ala berfirman,
ش َها َد ِة فَيُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم ِ قُ ْل إِنَّ ا ْل َم ْوتَ الَّ ِذي تَفِ ُّرونَ ِم ْنهُ فَإِنَّهُ ُمالَقِي ُك ْم ثُ َّم تُ َردُّونَ إِلَى عَالِ ِم ا ْل َغ ْي
َّ ب َوال
َتَ ْع َملُون
Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya,
maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian kan
kembali kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu
Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-
Jumu’ah: 8)
5. Ghaib
Kematian adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Waktu terjadinya
adalah perkara yang ghaib, namun kejadiaannya adalah kenyataan yang bisa
dilihat. Allah ta’ala berfirman,
ب َغدًا َو َما ِ س َما َذا تَ ْك
ُ س ٌ األر َح ِام َو َما تَ ْد ِري نَ ْف َّ إِنَّ هَّللا َ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم ال
ْ سا َع ِة َويُنز ُل ا ْل َغ ْي َث َويَ ْعلَ ُم َما فِي
ٍ ي أَ ْر
ض تَ ُموتُ إِنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر ِّ َ س ِبأ
ٌ تَ ْد ِري نَ ْف
Artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat
mengetahui secara pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Luqman: 34)
6. Tidak Dapat Ditunda atau Dipercepat
28
Kematian telah ditentukan waktunya. Ia tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Allah Ta’ala berfirman
َسا إِ َذا َجآ َء أَ َجلُ َها َوهللاُ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون
ً َولَن يُ َؤ ِّخ َر هللاُ نَ ْف
Artinya, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kalian kerjakan. (QS. Al-Munafiqun:11)
Dalam ayat yang lain,
َ َستَأْ ِخرُون
ْ َسا َعةً َوالَ ي
َستَ ْق ِد ُمون ْ ََولِ ُك ِّل أُ َّم ٍة أَ َج ٌل فَإ ِ َذا َجاء أَ َجلُ ُه ْم الَ ي
Artinya, “Apabila sampai ajal maut mereka itu, mereka tidak dapat menunda
atau mempercepat(nya) walau sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)
29
BAB 6
DALIL-DALILNYA
Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah.
Perintah yang ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan
perilaku kebaikan dan mencegah perilaku buruk. Dalam pengertian lain disebutkan
bahwa Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat
Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan
penyebutannya dari iman dalam firman-Nya. Bagi umat Islam, amar makruf nahi
mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam memang menempatkannya pada hukum
dengan level wajib. Dan siapa pun dari kita yang meninggalkannya, maka kita akan
berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang sangat pedih dan menyakitkan.
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali
Imron:110)
30
menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-
Taubah:71]
Selain itu, amar makruf nahi mungkar merupakan prinsip dasar agama Islam
yang harus dilakukan oleh setiap muslim karena sudah jelas dalam hukumnya bahwa
setiap muslim memiliki kewajiban untuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar,
seperti yang akan dijelaskan pada ayat di bawah ini.
ٓ
َوف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ٱ ْل ُمن َك ِر ۚ َوأُ ۟و ٰلَئِ َك ُه ُم ٱ ْل ُم ْفلِ ُحون
ِ َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ إِلَى ٱ ْل َخ ْي ِر َويَأْ ُمرُونَ بِٱ ْل َم ْع ُر
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)
Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar,
karena perilaku ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan bagi
pelakunya. Allah SWT berfirman:
ِ سو َل ٱلنَّبِ َّى ٱأْل ُ ِّم َّى ٱلَّ ِذى يَ ِجدُونَهۥُ َم ْكتُوبًا ِعن َد ُه ْم فِى ٱلت َّْو َر ٰى ِة َوٱإْل ِ ن ِجي ِل يَأْ ُم ُرهُم بِٱ ْل َم ْع ُر
وف َويَ ْن َه ٰى ُه ْم ُ ٱلَّ ِذينَ يَتَّبِعُونَ ٱل َّر
۟ ُص َر ُه ْم َوٱأْل َ ْغ ٰلَ َل ٱلَّتِى َكانَتْ َعلَ ْي ِه ْم ۚ فَٱلَّ ِذينَ َءا َمن
وا ْ ِض ُع َع ْن ُه ْم إَ َت َويُ َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ٱ ْل َخ ٰبَٓئِ َث َوي ِ ََع ِن ٱ ْل ُمن َك ِر َويُ ِح ُّل لَ ُه ُم ٱلطَّيِّ ٰب
ٓ
َى أُن ِز َل َم َع ٓۥهُ ۙ أُ ۟و ٰلَئِ َك ُه ُم ٱ ْل ُم ْفلِ ُحون ۟ ص ُروهُ َوٱتَّبَ ُع
ٓ وا ٱلنُّو َر ٱلَّ ِذ َ َبِ ِۦه َو َع َّز ُروهُ َون
Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS al-
A'raaf: 157).
31
DAFTAR PUSTAKA
Kristina, 2021. “Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!”,
https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-
dengan-nikmat-dunia, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:09
Fajar, Samson, 2021. “Bahagia dengan Al-Qur'an: Istihza' Sinisme dan Istidraj
Pembiaran”, https://ummetro.ac.id/bahagia-dengan-al-quran-istihza-sinisme-dan-
istidraj-pembiaran/, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:23
Putri, Amelia, 2021. “Mengajarkan Anak Apa Itu Arti Istidraj dalam Agama Islam”,
https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/amelia-putri/apa-itu-arti-
istidraj-dalam-agama-islam/4, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:45
Maulana, Tomi, 2021. “Perhatikan Ayat Tentang Istidraj, Jangan Sampai Terbuai”,
https://umroh.com/blog/perhatikan-ayat-tentang-istidraj-jangan-sampai-terbuai/,
diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:56
32
Ibrahim, Ezzeddin, 2021. “Contoh Hadits Qudsi”,
https://edywitanto.wordpress.com/hadist-qudsi/contoh-hadits-qudsi/, diakses pada
02 Desember 2021 pukul 08:56
Rohayana, Ade Riba. (2015). Riba dalam Tinjauan Al-Quran, Vol. 18 No. 1, April
2015, 72-86.
Mustinda, Lusiana, 2020. “Hadits tentang Riba yang Tidak Diperbolehkan dalam
Islam”, https://news.detik.com/berita/d-5155173/hadits-tentang-riba-yang-tidak-
diperbolehkan-dalam-islam, diakses pada 02 Desember 2021 pukul 09:10
Yunita, Niken Widya, 2019. “Ayat tentang Riba dalam Alquran, Ini Penjelasannya”,
https://news.detik.com/berita/d-4793327/ayat-tentang-riba-dalam-alquran-ini-
penjelasannya, diakses pada 02 Desember 2021 pukul 09:23
Hasannudin, 2018. “10 Macam Bahaya Dosa Riba Di Dunia Dan Di Akhirat”,
https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/, diakses pada 02
Desember 2021 pukul 09:35
Qazwa, 2019. “Dosa Riba dalam Islam Menurut Al-Quran dan Hadits”,
https://qazwa.id/blog/dosa-riba-dalam-islam/, diakses pada 02 Desember 2021 pukul
09:49
Utamami, Romadhoni Umi, 2021. “Sifat-Sifat Kematian”,
https://muslimah.or.id/8548-sifat-sifat-kematian.html, diakses pada 02 Desember
2021 pukul 10:15
Yasmin, Putri, 2021. “Hadits tentang Kematian dan Manfaatnya Jika Banyak
Mengingatnya”, https://news.detik.com/berita/d-5337535/hadits-tentang-kematian-
dan-manfaatnya-jika-banyak-mengingatnya, diakses pada 02 Desember 2021 pukul
10:24
Mustinda, Lusiana, 2020. “Amar Makruf Nahi Mungkar, Perilaku yang
Diperintahkan Allah SWT”, https://news.detik.com/berita/d-5201638/amar-makruf-
nahi-mungkar-perilaku-yang-diperintahkan-allah-swt, diakses pada 03 Desember
2021 pukul 19:27
33