Anda di halaman 1dari 35

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Faro Ferdinan Hariyadi
NIM : L1B021036
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/A

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS PROGRAM STUDI DI BAWAH REKTOR
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

BAB 1................................................................................................................................1

A. PENGERTIAN TENTANG ISTIDROJ.................................................................1

B. KONSEP TENTANG ISTIDROJ..........................................................................2

C. DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ.................................................................6

BAB 2..............................................................................................................................10

A. DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN HADITS QUDSI..............................10

B. CONTOH KASUS HADITS QUDSI..................................................................12

BAB 3..............................................................................................................................15

A. DOSA RIBA.....................................................................................................15

B. KRITERIA RIBA.............................................................................................19

C. DALIL-DALIL MENGENAI RIBA................................................................20

BAB 4..............................................................................................................................22

BAB 5..............................................................................................................................26

BAB 6..............................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31

i
BAB 1

ISTIDROJ

A. PENGERTIAN TENTANG ISTIDROJ

Pengertian Istidroj, Istidroj sendiri secara bahasa bermakna naik dari satu
tingkat ke tingkat selanjutnya. Namun, secara istilah memiliki makna azab yang
berupa kenikmatan. Ketika seorang muslim gemar melakukan maksiat dan
jarang sekali beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, bisa jadi
ia sedang terjebak dalam kenikmatan hdup, padahal ia semakin lalai menunaikan
ibadah serta kewajiban lainnya. Inilah yang bisa disebut sebagai istidraj.
Sedangkan secara pengertian, istidraj ini dapat bermakna sebagai ‘hukuman’
dari Allah kepada hambanya yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara
langsung. Allah tidak menyegerakan hukumannya. Dalam pengertian lain
istidroj adalah tipuan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap orang – orang
yang membangkang terhadap-Nya. Dalam hal ini Allah SWT mengabulkan
segala keinginan manusia dengan membukakan pintu – pintu kesenangan, yang
mana hal itu sebenarnya adalah kehancuran, kenistaan, dan kesengsaraan
baginya.
Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya
pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi
menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk
kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan
sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan
beranggapan diri mereka di atas segala-galanya.
Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran.
Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan
(maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.
Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan,
istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah
agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu
dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.

1
Maka sungguh celakalah orang-orang yang terjebak dalam keadaan istidraj dan
tidak segera menyadarinya lalu meminta taubat kepada Allah SWT.

B. KONSEP TENTANG ISTIDROJ

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat
Rasulullah SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau
lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang
diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian
adalah istidraj." (HR. Ahmad). Sebagai seorang muslim, kita harus berhati-hati
dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan
untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada orang yang
membutuhkan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci
konsep/ciri beserta tahapannya seseorang yang sedang berada dalam keadaan
istidraj.

Berikut adalah yang merupakan ciri-ciri seseorang berada dalam keadaan


istidraj:

1. Diberi kenikmatan duniawi yang melimpah, tetapi keimanan terus menurun.

Kenikmatan duniawi yang dirasakan oleh seseorang yang beriman dengan


yang tidak beriman rasanya akan berbeda. Seseorang yang beriman akan
senantiasa bersyukur dan mendapati ketenangan yang sangat menentramkan
dalam hidupnya akan tetapi hal tersebut tidak akan dirasakan oleh orang yang
tidak beriman, mereka hanya akan merasa kurang dan gelisah walaupun tengah
menikmati semua kemudahan dan kebahagiaan yang Allah berikan.

2. Rejeki lancar namun, ibadah diabaikan.

Tidak semua orang terlahir dalam keadaan yang serba berkecukupan.


Sebagian orang harus berusaha keras untuk mendapatkan penghasilan dan
mendekatkan diri kepada Allah agar Allah membantu melancarkan pintu
rejekinya. Namun ketika seseorang yang selalu meninggalkan ibadahnya secara
sengaja namun rejekinya terus mengalir lancar maka hal tersebut termasuk ke
dalam ciri-ciri dari istidraj. Dimana kelancaran rejeki yang didapat tentunya
disertai dengan tanggung jawab yang besar semakin banyak rejeki yang didapat,

2
semakin kita mengabaikan ibadah dan perintah Allah maka akan semakin berat
juga dosa yang akan kita tanggung nantinya pada saat hari pembalasan tiba.
Ibnu Athaillah berkata: “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia
Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan
sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”.

3. Hidupnya sukses padahal selalu bermaksiat kepada Allah SWT.

Ali Bin Abi Thalib rhadiyallahu'anhu berkata: “Hai anak Adam ingat dan
waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas
dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya”.
Istidraj sangat jelas dalam perkara ini karena perbuatan maksiat pangkalnya
adalah kehancuran dan penderitaan. Namun ketika maksiat terus dilakukan
sedangkan kehidupan di dunianya semakin sukses dan sejahtera maka hal
tersebut adalah kemurahan hati yang Allah berikan dalam bentuk istidraj.

4. Harta terus melimpah dan bertambah padahal jarang menyedahkannya

Kebanyakan orang berpikir bahwa harta yang ia dapatkan adalah miliknya


seorang saja sehingga ia merasa terlalu sayang jika hartanya harus dibagi dengan
orang lain walaupun dalam bentuk sedekah atau zakat sekalipun. Maka jika
Allah masih bermurah hati menjaga harta untuknya, itu adalah salah satu ciri
ujian dalam bentuk istidraj.

Allah subhana hua ta’ala berfirman dalam surat al-Humazah ayat 1-3 yang
berbunyi:
٣ ُ‫ب أَنَّ َمالَ ٓۥهُ أَ ۡخلَ َد ۥه‬ َ ‫ َي ۡح‬٢ ُ‫ ٱلَّ ِذي َج َم َع َمااٗل َو َع َّد َد ۥه‬١ ‫ل لِّ ُك ِّل ُه َمز َٖة لُّ َمزَ ٍة‬ٞ ‫َو ۡي‬
ُ ‫س‬

Artinya:
(1) Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela; (2) yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitung; (3) dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya. (QS. Al-Humazah: 1-3).

5. Jarang sakit

3
Sakit adalah hal yang lumrah terjadi pada manusia karena kesehatan dan
cuaca terkadang mengalami perubahan yang cukup fluktuatif terlebih dengan
aktifitas harian manusia yang padat. Tentu ada masanya system imun menurun
dan menyebabkan sakit. Namun untuk orang-orang yang sedang mendapatkan
ujian istidraj biasanya jarang jatuh sakit karena hikmah dari sakit salah satunya
adalah meringankan kita dari dosa-dosa yang kita lakukan. Imam Syafi’I pernah
mengatakan mengenai perkara ini bahwa:

“Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya,
jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang
salah dengan dirimu.”

Adapun selain ciri-ciri seseorang berada dalam keadaan istidroj, terdapat


juga beberapa tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak mengindahkan
ajaran Islam sebagai sebuah istidraj. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:

1. Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan


peringatan-peringatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar
melupakan perintah agama adalah meninggalkan perintah Allah yang
disampaikan Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu
timbul ada kalanya disebabkan oleh hati yang lemah disertai dengan
kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak tahu,
tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan, mungkin
karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat
modern atau alasan-alasan sejenisnya.
2. Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua
pintu kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan
duniawi yang hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki
melimpah di dunia. Hamba tersebut akan dimudahkan mendapatkan
kesenangan duniawi apa saja yang diinginkannya. Dengan kesenangan-
kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat maksiat, tidak memiliki
keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
3. Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa
yang diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan

4
menikmati kesenangan duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan
kedudukan tinggi di kalangan manusia, namun hidupnya masih jauh dari
ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh
dari majelis ilmu.
4. Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyong-
konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai.
Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-
tiba adalah urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum,
melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta
tenggelam dalam kesenangan.
5. Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba
tersebut telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri
mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari
hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang
yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang
diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya.

Ketika Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat,


meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat
membuka aurat, berat untuk bersedekah, merasa bangga dengan apa yang
dimiliki dan mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, benci
terhadap aturan Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat,
enggan menuntut dan menambah pengetahuan (khususnya agama) serta lupa
akan kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba tersebut rezeki melimpah,
kesenangan terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak pernah
diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah
sukses, hidupnya aman-aman saja, maka hamba tersebut harus berhati-hati
karena semuanya itu adalah istidraj.

Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada
hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala
bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan
diperbudak dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan

5
digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan
duniawi dalam ketaatan.

C. DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ

Dalam Alquran pembahasan mengenai istidraj dibahas pada Surat Al-An'am


ayat 44 yang berbunyi sebagai berikut.

ُ ِ‫وا بِ َمٓا أُوت ُٓو ۟ا أَ َخ ْذ ٰنَ ُهم بَ ْغتَةً فَإ ِ َذا هُم ُّم ْبل‬
‫سو‬ ۟ ‫وا بِ ِهۦ فَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب ٰ َو َب ُك ِّل ش َْى ٍء َحت ٰ َّٓى إِ َذا فَ ِر ُح‬
۟ ‫وا َما ُذ ِّك ُر‬
۟ ‫س‬
ُ َ‫فَلَ َّما ن‬

Fa lammā nasu mā żukkiru bihī fatahnā 'alaihim abwāba kulli syaī`, hattā
iżā farihu bimā utū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisun

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan


kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa.”

Adapun terdapat dalil-dalil lainnya yang berkaitan dengan istidraj yang


terdapat dalam Al-Quran sebagai berikut:

1. Peringatan untuk Orang Kafir

ٌ ‫س ِه ْم ۗ اِنَّ َما نُ ْملِ ْي لَ ُه ْم لِيَ ْزدَاد ُْٓوا اِ ْث ًما ۚ َولَ ُه ْم َع َذ‬


ٌ‫اب ُّم ِهيْن‬ ِ ُ‫سبَنَّ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْٓوا اَنَّ َما نُ ْملِ ْي لَ ُه ْم َخ ْي ٌر اِّل َ ْنف‬
َ ‫َواَل يَ ْح‬

Artinya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa


tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya.
Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah
agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang
menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178).

2. Siksaan Setelah Kesenangan

6
‫اب ُك ِّل ش َْي ۗ ٍء َح ٰتّٓى اِ َذا فَ ِر ُح ْوا بِ َمٓا اُ ْوت ُْٓوا اَ َخ ْذ ٰن ُه ْم بَ ْغتَةً فَا ِ َذا ُه ْم‬
َ ‫س ْوا َما ُذ ِّك ُر ْوا بِ ٖه فَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم اَ ْب َو‬
ُ َ‫فَلَ َّما ن‬
َ‫س ْون‬
ُ ِ‫ُّم ْبل‬

Artinya: “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan


kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk
mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka
terdiam putus asa.” (QS.Al An’am: 44).

3. Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan

ِ ۗ ‫سا ِر ُع لَ ُه ْم فِى ا ْل َخ ْي ٰر‬


ْ َ‫ت َب ْل اَّل ي‬
َ‫ش ُع ُر ْون‬ َ ُ‫سبُ ْونَ اَنَّ َما نُ ِم ُّد ُه ْم بِ ٖه ِمنْ َّما ٍل َّوبَنِيْنَ ۙ ن‬
َ ‫اَيَ ْح‬

Artinya: “Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan


anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.”
(QS. Al Mu’minun: 55-56).

4. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar

ْ َ‫س َّر ۤا ُء فَا َ َخ ْذ ٰن ُه ْم بَ ْغتَةً َّو ُه ْم اَل ي‬


‫ش ُع ُر ْونَ َولَ ْو‬ َّ ‫ض َّر ۤا ُء َوال‬
َّ ‫س ٰابَ ۤا َءنَا ال‬ َّ ‫سنَةَ َح ٰتّى َعفَ ْوا َّوقَالُ ْوا قَ ْد َم‬ َّ ‫ثُ َّم بَ َّد ْلنَا َم َكانَ ال‬
َ ‫سيِّئَ ِة ا ْل َح‬
َ‫سبُ ْون‬ِ ‫ض َو ٰل ِكنْ َك َّذبُ ْوا فَا َ َخ ْذ ٰن ُه ْم بِ َما َكانُ ْوا يَ ْك‬
ِ ‫س َم ۤا ِء َوااْل َ ْر‬ َّ ‫ت ِّمنَ ال‬ ٍ ‫اَنَّ اَ ْه َل ا ْلقُ ٰ ٓرى ٰا َمنُ ْوا َواتَّقَ ْوا لَفَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر ٰك‬

Artinya: “Kemudian Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan


(sehingga keturunan dan harta mereka) bertambah banyak, lalu mereka berkata,
“Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan,”
maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa
yang telah mereka kerjakan. (QS.Al A’raf: 95-96).

5. Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaan

ْ ‫ث اَل يَ ْعلَ ُم ْونَ َواُ ْملِ ْي لَ ُه ْم ۗاِنَّ َك ْي ِد‬


ٌ‫ي َمتِيْن‬ ُ ‫ستَ ْد ِر ُج ُه ْم ِّمنْ َح ْي‬ َ ‫َوالَّ ِذيْنَ َك َّذبُ ْوا بِ ٰا ٰيتِنَا‬
ْ َ ‫سن‬

7
Artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami
biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak
mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka.
Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183)
6. Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan

ِ ‫س َواِنِّ ْي َجا ٌر لَّ ُك ۚ ْم فَلَ َّما تَ َر ۤا َء‬


َ ‫ت ا ْلفِئَ ٰت ِن نَ َك‬
‫ص‬ ِ ‫ش ْي ٰطنُ اَ ْع َمالَ ُه ْم َوقَا َل اَل َغالِ َب لَ ُك ُم ا ْليَ ْو َم ِمنَ النَّا‬ َّ ‫َواِ ْذ َزيَّنَ لَ ُه ُم ال‬
ࣖ‫ب‬ ِ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِعقَا‬ َ ُ ‫ۤي ٌء ِّم ْن ُك ْم اِنِّ ْٓي اَ ٰرى َما اَل ت ََر ْونَ اِنِّ ْٓي اَ َخافُ هّٰللا َ ۗ َوهّٰللا‬
¢ْْۤ ‫ع َٰلى َعقِبَ ْي ِه َوقَا َل اِنِّ ْي بَ ِر‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika setan menjadikan terasa indah bagi mereka
perbuatan (dosa) mereka dan mengatakan, “Tidak ada (orang) yang dapat
mengalahkan kamu pada hari ini, dan sungguh, aku adalah penolongmu.” Maka
ketika kedua pasukan itu telah saling melihat (berhadapan), setan balik ke
belakang seraya berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu; aku dapat
melihat apa yang kamu tidak dapat melihat; sesungguhnya aku takut kepada
Allah.” Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48)
7. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman

‫سبِ ْي ِل َو َكانُ ْوا‬


َّ ‫َن ال‬ َ َ‫ش ْي ٰطنُ اَ ْع َمالَ ُه ْم ف‬
ِ ‫ص َّد ُه ْم ع‬ َّ ‫َوعَادًا َّوثَ ُم ْود َ۟ا َوقَ ْد تَّبَيَّنَ لَ ُك ْم ِّمنْ َّم ٰس ِكنِ ِه ۗ ْم َو َزيَّنَ لَ ُه ُم ال‬
ِ ‫ستَ ْب‬
َ‫ص ِريْن‬ ْ ‫ۙ ُم‬
Artinya: “Juga (ingatlah) kaum ’Ad dan Samud, sungguh telah nyata bagi
kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Setan
telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka, sehingga
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang
yang berpandangan tajam.” (QS.Al Ankabut: 38)

َ‫اِنَّ الَّ ِذيْنَ اَل يُؤْ ِمنُ ْونَ بِااْل ٰ ِخ َر ِة َزيَّنَّا لَ ُه ْم اَ ْع َمالَ ُه ْم فَ ُه ْم يَ ْع َم ُه ْون‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat,
Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang
buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan.” (QS.An Naml: 4)
8. Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk
Kemudian Membinasakan Mereka.

8
َ‫ث اَل يَ ْعلَ ُم ْو ۙن‬
ُ ‫ستَ ْد ِر ُج ُه ْم ِّمنْ َح ْي‬
ْ َ ‫سن‬ ِ ۗ ‫ب بِ ٰه َذا ا ْل َح ِد ْي‬
َ ‫ث‬ ُ ‫فَ َذ ْرنِ ْي َو َمنْ ُّي َك ِّذ‬
Artinya: “Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang
mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Kelak akan Kami hukum mereka
berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS.Al Qalam: 44)
9.  Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian

‫ض ٌّر َدعَانَ ۖا ثُ َّم اِ َذا َخ َّو ْل ٰنهُ نِ ْع َمةً ِّمنَّ ۙا قَا َل اِنَّ َمٓا اُ ْوتِ ْيت ُٗه ع َٰلى ِع ْل ٍم ۗبَ ْل ِه َي فِ ْتنَةٌ َّو ٰل ِكنَّ اَ ْكثَ َر ُه ْم اَل‬ َّ ‫فَا ِ َذا َم‬
َ ‫س ااْل ِ ْن‬
ُ َ‫سان‬
َ‫يَ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya: “Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian
apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku
diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”  (QS.Az Zumar: 49)

9
BAB 2

DALIL-DALIL HADITS QUDSI, TERJEMAHAN, PENJELASAN, CONTOH


KASUS TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK
KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA

A. DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN HADITS QUDSI

Hadits qudsi adalah salah satu pedoman para muslim dalam beribadah dan
menjalani hidup. Selain hadits masih ada Al Quran dan qiyas yang menjadi sumber
jawaban umat islam perlu penjelasan.

Dikutip dari laman Al Quran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), qudsi (‫ا‬
‫ )لقدسي‬berasal dari kata qudus yang artinya suci. Disebut hadits qudsi karena
perkataan ini dinisbatkan kepada Allah SWT, al Quddus, Dzat Yang Maha Suci.
Dalam penjelasannya sendiri, hadits qudsi telah banyak dijelaskan oleh beberapa
sumber seperti berikut:

Dalam kitab al-Qawaidul Asasiyah fi Ilmi Mustholah al-Hadits halaman 16-19,


Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani menjelaskan;

‫ ويطلق عليه الحديث اإللهي نسبة لإلله‬، ‫ الطهارة والتنزيه‬: ‫ والقدس هو‬، ‫الحديث القدسي نسبة إلى القدس‬
‫والحديث الرباني نسبة للرب جل وعال‬

Artinya: “Hadits qudsi adalah hadits yang dinisbahkan pada kata Qudsi adalah
suci ath-thoharoh) dan membersihkan (at-tanzih). Selain disebut hadis Qudsi juga
disebut hadits ilahi dinisbatkan pada Ilah (Allah), dan juga disebut
hadits Robbani dinisbatkan pada Robb (Allah; Penguasa) yang Maha Agung dan
Luhur”.

Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub halaman 551


menjelaskan;

10
‫لحديث القدسي أنزل عليه بغير واسطة الملك غالبا بل بالهام أو منام إما باللفظ والمعنى وإما باللفظ فقط‬
‫يعبر عنه النبي صلى هللا عليه و سلم بألفاظ من عنده و ينسبه اليه تعالى ال للتعبد بتالوته وال لإلعجاز‬.

Artinya: “Hadis Qudsi adalah wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad
dengan tanpa perantara malaikat melainkan dengan ilham atau mimpi. Ada kalanya
hadis Qudsi itu turun berupa lafadz dan maknanya dan adakalanya lafadznya saja dan
kemudian Nabi sendiri yang mengungkapkan dengan beberapa lafadz dari dirinya
sendiri yang di nisbahkan kepada Allah dan membaca hadis Qudsi tersebut tidak di
anggap ibadah dan jga tidak mengandung mukjizat”.

Al-Jurjani sebagaimana dalam kitabnya at-Ta'rifat mengatakan,

‫الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند هللا تعالى ومن حيث اللفظ من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فهو ما‬
‫أخبر هللا تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام فأخبر عليه السالم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه ألن‬
‫لفظه منزل أيضا‬

Artinya: “Hadits qudsi adalah hadits yang secara makna datang dari Allah,
sementara redaksinya dari Rasulullah. Hadits qudsi diartikan sebagai berita dari Allah
kepada nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan
hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Maka dari itu, Al Quran lebih utama
dibandingkan hadits qudsi, karena Allah juga menurunkan redaksinya.

Al Munawi sebagaimana tercantum dalam kitab Faidhul Qodir menjelaskan,

‫الحديث القدسي إخبار هللا تعالى نبيه عليه الصالة والسالم معناه بإلهام أو بالمنام فأخبر النبي صلى هللا عليه‬
‫وسلم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه‬

Artinya: “Hadits qudsi adalah berita yang disampaikan Allah SWT kepada nabiNya
secara makna dalam bentuk ilham atau mimpi. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menyampaikan berita 'makna' itu dengan redaksi beliau.”

Meski hadis qudsi disebut hadis Ilahi atau juga hadis Robbani karena bersumber
dari Allah Subhanahu Wata’ala, namun hadis Qudsi bukanlah Al-Qur’an. Tidak boleh
menyamakan kedudukan al-Qur’an dengan hadis qudsi.

Jumlah Hadits Qudsi, Jumlah hadis Qudsi tidak sebanyak hadis nabawi yang
jumlahnya menurut sebagian ulama lebih dari seratus ribu hadis. Secara keseluruhan

11
jumlah hadis qudsi masih kisaran ratusan hadis, itupun jika dihitung dengan redaksi atau
riwayat yang diulang-ulang. Ulama berbeda pendapat perihal kepastian jumlah hadis
qudsi. Menurut Imam Ahmah Ibnu Hajar, ulama yang mensyarahi kitab hadis Araba’in
An-Nawaiyah, jumlah hadis qudsi lebih dari 100 hadis. Imam Al-Munawi dalam
kitabnya al-Ithafatu as-Saniyah bi al-Ahaditsi al-Qudsiyah menyebutkan jumlah hadits
qudsi berjumlah sebanyak 277 hadits. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadits
qudsi sebanyak 100 hadits atau lebih.

B. CONTOH KASUS HADITS QUDSI

Hadits qudsi memiliki beberapa contoh yang telah dikumpulkan dan ditulis oleh
para ulama dalam kitab – kitab hadits. Berikut adalah contoh-contoh dari hadits qudsi:

1. Hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu.

‫ «يَا‬: ‫سلَّ َم فِ ْي َمـا يَ ْر ِو ْي ِه عَنْ َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل أَنَّهُ قَا َل‬
َ ‫صلَّـى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬، ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫ي َر‬ ْ ِ‫عَنْ أَب‬
ِّ ‫ـي َذ ٍّر ا ْل ِغفَا ِر‬
ْ‫ضا ٌّل إِالَّ َمن‬َ ‫ي ! ُكلُّ ُك ْم‬ ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫ َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَـ ُك ْم ُم َح َّر ًما ؛ فَالَ تَظَالَـ ُم ْوا‬، ‫س ْي‬
ِ ‫ظ ْل َم َعلَـى نَ ْف‬ُّ ‫ـي َح َّر ْمتُ ال‬ ْ ِّ‫ي ! إِن‬ْ ‫ِعبَا ِد‬
‫ي ! ُكلُّ ُك ْم عَا ٍر‬ ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫ـي أُ ْط ِع ْم ُك ْم‬ ْ ‫ي ! ُكلُّ ُك ْم َجائِ ٌع إِالَّ َمنْ أَ ْط َع ْمتُهُ ؛ فَا‬
ْ ِ‫ستَ ْط ِع ُم ْون‬ ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫ـي أَ ْه ِد ُك ْم‬ ْ ‫َه َد ْيتُهُ ؛ فَا‬
ْ ِ‫ستَ ْهد ُْون‬
ُّ ‫ َوأَنَا أَ ْغفِ ُر‬، ‫ُـخ ِطئ ُْونَ بِاللَّ ْي ِل َوالنَّ َها ِر‬
‫الذنُ ْو َب َجـ ِم ْي ًعا ؛‬ ْ ‫ي ! إِنَّ ُك ْم ت‬ ُ ‫ـي أَ ْك‬
ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫س ُك ْم‬ ْ ِ‫س ْون‬ ُ ‫ستَ ْك‬ْ ‫س ْوتُهُ ؛ فَا‬
َ ‫إِالَّ َمنْ َك‬
‫ي ! لَ ْو‬ ْ ِ‫ َولَنْ تَ ْبلُ ُغ ْوا نَ ْف ِع ْي فَتَ ْنفَ ُع ْون‬، ‫ـي‬
ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫ـي‬ ُ َ‫ي َفت‬
ْ ِ‫ض ُّر ْون‬ ْ ‫ض ِّر‬ ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫ـي أَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم‬
ُ ‫ي ! إِنَّ ُك ْم لَنْ تَ ْبلُ ُغ ْوا‬ ْ ِ‫ستَ ْغفِ ُر ْون‬ ْ ‫فَا‬
‫ي ! لَ ْو‬ َ ‫ـي ُم ْل ِك ْي‬
ْ ‫ َيا ِعبَا ِد‬.‫ش ْيئًا‬ ْ ِ‫ب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َما زَ ا َد َذلِكَ ف‬ ِ ‫س ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُ ْوا َعلَـى أَ ْتقَى قَ ْل‬
َ ‫أَنَّ أَ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوإِ ْن‬
!‫ي‬ َ ‫ص َذلِ َك ِمنْ ُم ْل ِك ْي‬
ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫ش ْيئًا‬ َ َ‫ب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َما نَق‬ ِ ‫س ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُ ْوا َعلَـى أَ ْف َج ِر قَ ْل‬ َ ‫أَنَّ أَ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوإِ ْن‬
َ‫ص َذلِك‬ َ َ‫سأَلَـتَهُ ؛ َما نَق‬ ِ ‫ـي فَأ َ ْعطَيْتُ ُك َّل َو‬
ْ ‫اح ٍد َم‬ ْ ِ‫سأَلُ ْون‬
َ َ‫ص ِع ْي ٍد َوا ِح ٍد ف‬
َ ‫ـي‬ َ ‫لَ ْو أَنَّ أَ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوإِ ْن‬
ْ ِ‫س ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم قَا ُم ْوا ف‬
، ‫ ثُ َّم أُ َوفِّ ْي ُك ْم إِيَّاهَا‬، ‫ص ْي َها لَ ُك ْم‬
ِ ‫ي ! إِنَّـ َمـا ِه َي أَ ْع َمـالُ ُك ْم أُ ْح‬
ْ ‫ يَا ِعبَا ِد‬.‫ص ا ْلـ ِم ْخيَطُ إِ َذا أُ ْد ِخ َل ا ْلبَ ْح َر‬
ُ ُ‫ي إِالَّ َك َمـا يَ ْنق‬
ْ ‫ِمـ َّمـا ِع ْن ِد‬
َ ‫ َو َمنْ َو َج َد َغ ْي َر َذلِ َك ؛ فَالَ يَلُ ْو َمنَّ إِالَّ نَ ْف‬، َ‫فَ َمنْ َو َج َد َخ ْي ًرا ؛ فَ ْليَ ْح َم ِد هللا‬
ُ ‫سه‬

“Dari Abu Dzar al-Ghifâri Radhiyallahu anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬bah beliau
‫ ﷺ‬meriwayatkan firman Allah ‫ﷻ‬: “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya
Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya di antara
kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku! Setiap kalian
merasa lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makanan kepada-Ku
niscaya Aku beri kalian makan. Wahai hamba-Ku! Setiap kalian telanjang kecuali orang
yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan berikan
pakaian kepada kalian.
Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu berbuat salah (dosa) di waktu malam

12
dan siang hari, sedang Aku mengampuni seluruh dosa, maka mohon ampunlah kepada-
Ku niscaya Aku akan mengampuni dosa kalian. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya
kalian tidak akan dapat menimpakan bahaya kepada-Ku sehingga kalian dapat
membahayakan-Ku dan kalian tidak akan dapat memberi manfaat kepada-Ku sehingga
kalian dapat memberi manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang
pertama dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalian, hati mereka semuanya
seperti orang yang paling bertakwa diantara kalian, maka semuanya itu tidak akan
menambah sedikit pun pada kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang pertama
dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalian, semua seperti hati orang yang
paling jahat diantara kalian, maka semuanya itu tidak akan mengurangi sedikit pun dari
kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian,
manusia dan jin dari kalian semua berada di satu tanah lapang kemudian setiap dari
kalian meminta kepada-Ku lalu Aku memberikan permintaannya itu, maka hal itu tidak
mengurangi apa yang ada di sisi-Ku kecuali seperti jarum yang mengurangi air laut jika
dimasukkan ke dalamnya. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya itu semua adalah amal-
amal kalian yang Aku tulis untuk kalian, kemudian Aku menyempurnakannya untuk
kalian. Barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah ‫ﷻ‬, dan
barangsiapa mendapatkan selain itu, maka janganlah ia sekali-kali mencela
(menyalahkan)kecuali dirinya sendiri
(HR. Muslim: 2577).

2. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

ُّ ‫ أنا أ ْغنَى ال‬:‫قا َل هَّللا ُ تَبا َر َك وتَعالَى‬


ِ ُ‫ تَ َر ْكتُه‬،‫ َمن َع ِم َل َع َماًل أش َْركَ فيه َم ِعي غي ِري‬،‫ش َركا ِء َع ِن الش ِّْر ِك‬
ُ‫وش ْر َكه‬

“Allah ‫ ﷻ‬berfirman: “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu,


maka siapa yang beramal lalu dia persekutukan Aku dengan yang lain dalam amalan
tersebut, Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.”
(HR. Muslim: 2985).

3. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

‫ وإنْ َذ َك َرنِي في‬،‫سي‬


ِ ‫س ِه َذ َك ْرتُهُ في نَ ْف‬
ِ ‫ فإنْ َذ َك َرنِي في نَ ْف‬،‫ وأنا معهُ إذا َذ َك َرنِي‬،‫ أنا ِع ْن َد ظَنِّ َع ْب ِدي بي‬:‫يقو ُل هَّللا ُ تَعالَى‬
ِ ‫ وإنْ تَقَ َّر َب إلَ َّي ب‬،‫َمإَل ٍ َذ َك ْرتُهُ في َمإَل ٍ َخ ْي ٍر منه ْم‬
ْ‫ وإن‬،‫ وإنْ تَقَ َّر َب إلَ َّي ِذراعًا تَقَ َّربْتُ إلَ ْي ِه باعًا‬،‫ش ْب ٍر تَقَ َّربْتُ إلَ ْي ِه ِذراعًا‬
ً‫شي أتَ ْيتُهُ ه َْر َولَة‬
ِ ‫أتانِي يَ ْم‬

13
Allah ‫ ﷻ‬berfirman: “Aku sesuai dengan prasangka hambaKu terhadapKu, dan
Aku selalu bersamanya saat ia mengingatKu, jika ia mengingatKu tatkala sendiri maka
Aku akan mengingatnya dalam diriku, jika ia mengingatku dikeramaian maka Aku
mengingatnya di keramaian yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat).
Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadaNya sehasta,
jika ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika
mendatangiku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya deng berlari.””
(HR. Bukhari: 7405).

14
BAB 3

DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA

A. DOSA RIBA

Secara etimologi dan terminologi riba (riba nasiah) adalah


tambahan/kelebihan bayardalam transaksi utang piutang. Riba sudah sejak lama ada
bahkan sebelum zaman jahiliyah. Bahkan untuk membolehkan perilaku riba ini
orang-orang kafir musyrik jahiliyah mengatakan bahwa riba sama dengan jual-
beli,yaitu sama-sama dibolehkan hukumnya dan sama-sama mendatangkan
keuntungan, padahal Allah SWT mengharamkan hukum riba dan menghalalkan
hukum jual beli, hal ini secara tegas Allah SWT jelaskan dalam Firman-Nya Al-
Quran Surat Al-Baqarah ayat 275:

ِّ ۗ ‫ش ْي ٰطنُ ِمنَ ا ْل َم‬


‫س ٰذلِ َك بِاَنَّ ُه ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع‬ َّ ‫ي يَت ََخبَّطُهُ ال‬
ْ ‫الر ٰبوا اَل يَقُ ْو ُم ْونَ اِاَّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّ ِذ‬ ِّ َ‫اَلَّ ِذيْنَ يَأْ ُكلُ ْون‬
‫فَ َواَ ْم ُر ٗ ٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َمنْ عَا َد‬ ۗ َ‫سل‬ َ ‫وا فَ َمنْ َج ۤا َء ٗه َم ْو ِعظَةٌ ِّمنْ َّربِّ ٖه فَا ْنت َٰهى فَلَ ٗه َما‬ ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬
ۘ ‫ِم ْث ُل ال ِّر ٰب‬
ٰۤ َ
َ‫ب النَّا ِر ۚ ُه ْم ِف ْي َها ٰخلِد ُْون‬ ُ ‫ص ٰح‬
ْ َ‫ َك ا‬¢ِ‫ول ِٕٕى‬ ُ ‫فا‬

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan
dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi
miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka
mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Riba (‫ا يربو‬iii‫ )رب‬secara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga


diartikan mengembang atau lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba lebih
luas, yaitu penambahan atau penundaan (meskipun tidak ada penambahan). Hukum
riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta ijma’ umat Islam.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:

15
َ ِ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذ ُروا َما بَق‬
(278) َ‫ي ِمنَ ال ِّربَا إِنْ ُك ْنتُ ْم ُمؤْ ِمنِين‬

(279) َ‫وس أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل تَ ْظلِ ُمونَ َواَل تُ ْظلَ ُمون‬


ُ ‫سولِ ِه ۖ َوإِنْ تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء‬ ٍ ‫فَإِنْ لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا بِ َح ْر‬
ُ ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َر‬

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya. “

Riba itu aniaya/zalim (dzolim) secara realitasnya, meskipun yang terzalimi


merasa terbantu dan merasa terbantu ini dalah subjektif. Bagaimanapun juga,
mengambil tambahan (dalam perutangan) itu adalah zalim, meskipun sukarela.
Riba memang sukarela, kalau tidak sukarela, maka itu perampokan/perampasan.
Menerima riba juga biasa disebut dengan memakan riba, memakan riba maksudnya
adalah mengambil dan menerima riba, tidak hanya terbatas pada menggunakannya
untuk makan, tetapi juga untuk membeli pakaian dan lainnya. Ulama mengatakan
bahwa pemakan riba nanti ketika bangkit dari kubur, jalannya sempoyongan.

Para pemakan dan pelaku riba pasti akan mendapatkan balasan atas dari dosa-
dosa mereka baik di itu akhirat maupun saat masih berada di dunia. Mereka hanya
akan merasakan sedikit dari kenikmatan dosa riba tersebut namun secara tidak
sadar, mereka melupakan balasan yang sangat pedih dari Allah SWT yang akan
menimpa mereka. Berikut adalah dosa-dosa dari para pelaku riba:

1. Riba tidak akan menambah harta

Dampak riba menurut Al-Quran yang pertama yaitu apa yang pertama kali
diturunkan kepada Rasulullah SAW tentang riba ini, yaitu bahwa riba tidak akan
menambah harta sebagaimana dalam surat ar-Rum ayat 39, sebagaimana berikut:
ٰۤ َ ‫هّٰللا‬
‫ َك ُه ُم‬¢ِ‫ول ِٕٕى‬ ُ ‫س فَاَل يَ ْربُ ْوا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّمنْ ز َٰكو ٍة تُ ِر ْيد ُْونَ َو ْجهَ ِ فا‬
ِ ‫َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّمنْ ِّربًا لِّيَ ْربُ َو ۟ا فِ ْٓي اَ ْم َوا ِل النَّا‬
َ‫ض ِعفُ ْون‬ ْ ‫ا ْل ُم‬

16
Artinya:” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah,
maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” Qs Surah Ar-Rum
ayat 39.

2. Riba mendatangkan dosa besar

Pemakan harta riba akan mendapat dosa yang besar. Dari Abu Hurairah
Radliallahu‘anhu, dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham
uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu
adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR.
Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah).

3. Riba menjerumuskan orang kedalam azab yang pedih sebagaimana yang


ditimpakan kepada orang-orang yahudi.

Dampak riba selanjutnya adalah Surat an-Nisa ayat 160-161, ayat ini
diturunkan di Madinah, sebagai tahapanselanjutnya dari pelarangan riba
sebagaimana sudah dimulai dengan tahapan pertama diatas, Allah SWT berfirman:

(160) ‫سبِ ْي ِل هّٰللا ِ َكثِ ْي ًر ۙا‬ ٍ ‫فَ ِبظُ ْل ٍم ِّمنَ الَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم طَيِّ ٰب‬
َ ِ‫ت اُ ِحلَّتْ لَ ُه ْم َوب‬
َ ْ‫ص ِّد ِه ْم عَن‬

(161) ‫س بِا ْلبَا ِط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِريْنَ ِم ْن ُه ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما‬
ِ ‫َّواَ ْخ ِذ ِه ُم ال ِّر ٰبوا َوقَ ْد نُ ُه ْوا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل النَّا‬

Artinya:” Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka


makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka
sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah, dan karena mereka menjalankan
riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang
kafir di antara mereka azab yang pedih. “

4. Dibangkitkan pada hari kiamat dengan keadaan gila

Pada hari kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam sampai
akhir zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda-
beda menurut amal ibadah semasa di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba
akan dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya

17
di hari pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan dan
dikuasai setan.

5. Disiksa dalam api neraka

Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa
oleh para Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali
ketika telah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya
Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman;

َ‫ض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو ۚن‬ ْ َ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَأْ ُكلُوا ال ِّر ٰب ٓوا ا‬
ٰ ‫ض َعافًا ُّم‬

Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba


dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. “QS.
Ali 'Imran Ayat 130

6. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT

Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang
didapatkan dari hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia,
sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang
baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta
yang kita dapat dari jalan yang baik dan diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara
yang haram agar sedekah, infaq dan zakat kita diterima. Hal ini akan sangat ironi
lagi ketika kita membangun sesuatu yang bertujuan untuk amal jariah seperti
pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk muslim lainnya. Begitu banyaknya
amal yang terbuang sia-sia karena tidak diterima oleh Allah SWT.

7. Para pelaku riba tidak akan dikabulkan doanya oleh Allah SWT

Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi
pemakan harta riba. Salah satunya adalah do’a pelaku riba tidak akan dikabulkan
oleh Allah SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya
justru do’a tidak akan diterima dan dikabulkan Allah SWT.

8. Hilangnya Keberkahan Pada Harta

18
Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul
mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika
harta hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan lainnya dan
semua itu tiada keberkahan. Allah SWT Berfirman;

‫ت ۗ َوهّٰللا ُ اَل يُ ِح ُّب ُك َّل َكفَّا ٍر اَثِ ْي ٍم‬


ِ ‫صد َٰق‬
‫يمح ُ هّٰللا‬
َّ ‫ق ُ ال ِّر ٰبوا َويُ ْربِى ال‬ َ َْ

Artinya:” Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak


menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. “

9. Allah SWT Menutup Hati Pemakan Harta Riba

Para pelaku riba tidak akan lagi memikirkan tentang mana yang dan mana yang
buruk saat melakukan sesuatu dikarenakan, hati mereka sudah ditutup oleh Allah
SWT. Allah SWT berfirman:

ِ ‫َكاَّل بَ ْل ۜ َرانَ ع َٰلى قُلُ ْوبِ ِه ْم َّما َكانُ ْوا يَ ْك‬


َ‫سبُ ْون‬

Artinya:” Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah
menutupi hati mereka. “

10. Karena Riba Hubungan Persaudaraan Menjadi Retak

Jika riba marak dilakukan, hubungan persaudaraan antar manusia menjadi


retak. Hubungan menjadi renggang dikarenakan ada pihak yang dirugikan.
Bukankah baiknya jika hubungan persaudaraan dilandasi dengan sifat saling
tolong-menolong? Alangkah mulianya jika sebuah negeri tertentu membudayakan
sesuatu dengan cara syariah. Ini akan menjadi salah satu negeri yang damai dan
tenteram. Dikarenakan hubungan antar manusia yang erat persaudaraannya. Saling
tolong-menolong dan bergotong-royong demi membangun negeri yang harmonis.

B. KRITERIA RIBA

Pada dasarnya riba terbagi menjadi dua macam yaitu riba akibat hutang piutang
yang telah dijelaskan tentang keharamannya dalam al-Qur'an, dan riba jual beli
yang juga telah dijelaskan boleh dan tidaknya dalam bertransaksi dalam as-Sunnah.

a. Riba akibat hutang-piutang (Riba Ad-duyun)

19
Riba Qard, adalah Riba dari akibat praktek utang piutang yang
disyaratkan adanya tambahan pada pengembalian dengan konsekuensi
waktu. Singkatnya, riba ini terjadi apabila pemberi utang mengambil
kelebihan dari penerima hutang. Contohnya, rentenir yang meminjamkan
uang sebesar Rp 10 juta dengan syarat bunga tidak wajar sebanyak 20
persen selama 5 bulan.
b. Riba akibat jual-beli (Riba Al-Buyu’)
Riba Fadl, yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam
jenis barang ribawi. Misalnya, seseorang ingin menukar 1 zak semen
kualitas buruk dengan 2 zak semen kualitas buruk. Hal tersebut termasuk
dalam riba fadhl karena timbangannya tidak seimbang.

Adapun pula jenis yang lain terkait dengan macam-macam jenis riba, jenis
yang satu ini berfokus karena penundaan yang akhirnya menciptakan riba. Berikut
adalah jenis riba yang dimaksud:

a. Riba karena penundaan (Riba-Nasi’ah)


Riba – Nasi’ah,dapat diartikan dengan tambahan yang disyaratkan yang
diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi dari
penundaan pelunasan (termasuk di dalamnya riba jahiliyah). Riba ini bisa
terjadi karena penundaan saja atau penundaan sekaligus dengan
tambahan. Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh
tempo, tidak bisa melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan syarat
ada penambahan pembayaran. Namun, jika dapat dilunasi pada saat jatuh
tempo yang pertama, maka tidak ada penambahan. Ini model rentenir
jahiliyah.

C. DALIL-DALIL MENGENAI RIBA

1. Surat Al-Baqarah ayat 275

20
ِّ ‫س ٰذلِ َك ِباَنَّ ُه ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِم ْث ُل‬
ۘ ‫الر ٰب‬
‫وا‬ ِّ ۗ ‫ش ْي ٰطنُ ِمنَ ا ْل َم‬
َّ ‫ي يَت ََخبَّطُهُ ال‬ ْ ‫الر ٰبوا اَل يَقُ ْو ُم ْونَ اِاَّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّ ِذ‬ ِّ َ‫اَلَّ ِذيْنَ يَأْ ُكلُ ْون‬
ٰۤ َ
‫ َك‬¢ِ‫ول ِٕٕى‬ ُ ‫فَ َواَ ْم ُر ٗ ٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َمنْ عَا َد فا‬ َ ‫وا فَ َمنْ َج ۤا َء ٗه َم ْو ِعظَةٌ ِّمنْ َّربِّ ٖه فَا ْنت َٰهى فَلَ ٗه َما‬
ۗ َ‫سل‬ ۗ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬

َ‫ب النَّا ِر ۚ ُه ْم فِ ْي َها ٰخلِد ُْون‬


ُ ‫ص ٰح‬
ْ َ‫ا‬

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena
mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

2. Surat Al-Baqarah ayat 278-279

َ ِ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذ ُروا َما بَق‬
(278) َ‫ي ِمنَ ال ِّربَا إِنْ ُك ْنتُ ْم ُمؤْ ِمنِين‬

(279) َ‫وس أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل تَ ْظلِ ُمونَ َواَل تُ ْظلَ ُمون‬


ُ ‫سولِ ِه ۖ َوإِنْ تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء‬ ٍ ‫فَإِنْ لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا بِ َح ْر‬
ُ ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َر‬

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. “

3. Surat Ar-Rum ayat 39


ٰۤ َ ‫هّٰللا‬
‫ َك ُه ُم‬¢ِ‫ول ِٕٕى‬ ُ ‫س فَاَل يَ ْربُ ْوا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّمنْ ز َٰكو ٍة تُ ِر ْيد ُْونَ َو ْجهَ ِ فا‬
ِ ‫َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّمنْ ِّربًا لِّيَ ْربُ َو ۟ا فِ ْٓي اَ ْم َوا ِل النَّا‬
َ‫ض ِعفُ ْون‬ ْ ‫ا ْل ُم‬

Artinya:” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah,
maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” Qs Surah Ar-Rum
ayat 39.

4. Surat an-Nisa ayat 160-161

(160) ‫سبِ ْي ِل هّٰللا ِ َكثِ ْي ًر ۙا‬ ٍ ‫فَ ِبظُ ْل ٍم ِّمنَ الَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم طَيِّ ٰب‬
َ ِ‫ت اُ ِحلَّتْ لَ ُه ْم َوب‬
َ ْ‫ص ِّد ِه ْم عَن‬

21
(161) ‫س بِا ْلبَا ِط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِريْنَ ِم ْن ُه ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما‬
ِ ‫َّواَ ْخ ِذ ِه ُم ال ِّر ٰبوا َوقَ ْد نُ ُه ْوا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل النَّا‬

Artinya:” Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka


makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka
sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah, dan karena mereka
menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan
untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih. “

5. Surat Ali 'Imran Ayat 130

َ‫ض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو ۚن‬ ْ َ‫ٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَأْ ُكلُوا ال ِّر ٰب ٓوا ا‬
ٰ ‫ض َعافًا ُّم‬

Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba


dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. “QS.
Ali 'Imran Ayat 130.

6. Surat Al-Baqarah ayat 276

‫ت ۗ َوهّٰللا ُ اَل يُ ِح ُّب ُك َّل َكفَّا ٍر اَثِ ْي ٍم‬


ِ ‫صد َٰق‬
‫يمح ُ هّٰللا‬
َّ ‫ق ُ ال ِّر ٰبوا َويُ ْربِى ال‬ َ َْ

Artinya:” Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak


menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. “

22
BAB 4

KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA


1. Sedekah dapat Menghapus Dosa
Keutamaan sedekah yang pertama adalah dapat menghapus dosa. Setiap
manusia pasti tidak bisa lepas dari dosa. Sedekah adalah cara termudah yang
Allah berikan untuk menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, sedekah yang kita
berikan menurut sebagian ulama hanya dapat menghapus dosa kecil. Sedangkan
untuk menghapus dosa besar harus diikuti dengan taubat. Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wa Sallam bersabda:

‫والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار‬

Artinya:” Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan


api.” (HR. Tirmidzi)

2. Sedekah Tidak Mengurangi Harta

Berbeda dengan konsep keuangan manusia, di mana semakin banyak


uang keluar semakin berkurang harta kita. Justru dalam konsep islam,
barangsiapa yang sering mengeluarkan uang untuk sedekah maka ia akan
semakin kaya. Allah berjanji akan melipat gandakan harta orang yang gemar
bersedekah dengan niat tulus.

ْ‫اعفُ لِ َمن‬
ِ ‫ض‬َ ُ‫س ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهَّللا ُ ي‬
ُ ‫سنَابِ َل ِفي ُك ِّل‬ َ ْ‫يل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَتَت‬
َ ‫س ْب َع‬ َ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَ ُه ْم فِي‬
ِ ِ ‫سب‬
ِ ‫يَشَا ُء ۗ َوهَّللا ُ َوا‬
‫س ٌع َعلِي ٌم‬

Artinya:” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang


yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. “(QS. Al-Baqarah: 261)

Dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga


bersabda mengenai keutamaan sedekah adalah tidak akan mengurangi harta,
yaitu:

23
ُ ‫اض َع أَ َح ٌد هَّلِل ِ إِاَّل َرفَ َعهُ هَّللا‬
َ ‫ص َدقَةٌ ِمنْ َما ٍل َو َما َزا َد هَّللا ُ َع ْبدًا بِ َع ْف ٍو إِاَّل ِع ًّزا َو َما تَ َو‬ َ َ‫َما نَق‬
َ ْ‫صت‬

Artinya:” Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang
yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah
kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah,
melainkan Allah akan mengangkat derajatnya. “(HR. Muslim)

3. Mendapat Naungan di Hari Akhir

Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di hari akhir.
Nabi Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan yang mendapat
naungan di hari kiamat adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Orang yang
diberi naungan adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, namun
tangan kirinya tidak tahu. Artinya, orang tersebut bersedekah secara diam-diam
tanpa diketahui orang lain (tidak riya).

4. Keutamaan Sedekah untuk Membuat Hati Tenang

Ketika bersedekah, hati akan tenang karena mengetahui hartanya sudah


bersih. Hak-hak orang lain yang ada di dalam harta kita sudah diberikan, oleh
karena itu terbebaslah tanggung jawab kita kepada harta di depan Allah kelak.
Selain itu, keutamaan sedekah adalah bisa membuat hati senang karena bisa
membantu orang yang membutuhkan.

5. Sedekah untuk Menyembuhkan Orang Sakit

Sedekah adalah penyembuh untuk orang sakit. Tidak hanya bisa


menyembuhkan penyakit orang lain, namun juga bisa menyembungkan sakit
kita. Rasullah bersabda bahwa barang siapa yang memelihara harta bendanya
dengan cara mengeluarkan zakat, obatilah penyakitmu dengan sedekah. Saat
membantu orang yang sedang sakit dengan cara memberinya uang untuk
membeli obat, juga akan membantu mereka sembuh dan kita terbebas dari
penyakit berbahaya. Rasulullah bersabda:

‫داووا مرضاكم بالصدقة‬

Artinya:” Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan


sedekah.” (HR. Al-Dailami)

24
6. Memadamkan Murka Allah

Nabi Muhammad bersabda bahwa barang siapa yang suka bersedekah,


maka akan memadamkan murka Allah Ta’ala. Selain itu, sedekah juga akan
menghindari seseorang dari kematian yang buruk. Untuk itu, keutamaan dan
manfaat sedekah adalah bisa memadamkan amarah Allah sehingga akan aman di
dunia dan akhirat.

‫الصدقة تطفئ غضب الرب وتدفع ميتة السوء‬

Artinya:” Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan


menolak mati jelek (su’ul khotimah).” (HR. Tirmidzi)

7. Terhindar dari Keburukan

Keutamaan sedekah yang besar untuk kehidupan kita adalah bisa


melindungi dari musibah. Sedekah yang diberikan akan melindungi kita dari
musibah yang akan datang kepada kita. Keburukan yang ditimpa bisa berupa
penyakit, kehilangan barang berharga, kesulitan dalam bekerja, dan lainnya.
Oleh karena itu, seringkali sedekah disarankan untuk dilakukan orang yang
sedang berikhtiar atau mengusahakan sesuatu hal dalam hidup.

‫س ُّد سبعين بابا من السوء‬


ُ ‫الصدقة ت‬

Artinya:” Sedekah menutup 70 pintu keburukan.” (HR. Thabrani)

8. Keutamaan Sedekah untuk Memperpanjang Umur

Keutamaan dan manfaat sedekah lainnya adalah dapat mempanjang


umur. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda sedekah akan mengilangkan
bala’ (musibah) dan menambah umur. Oleh karena itu, buat kamu yang ingin
panjang umur, kuncinya bukan hanya menjaga kesehatan dan pola makan,
namun juga rajin bersedekah.

9. Sedekah Membuat Bahagia, Menghapus Dosa, dan Menambah Rezeki


Keutamaan lain dari bersedekah juga, sedekah dapat membantu orang-
orang yang mendapatkan musibah. Sedekah dapat meringankan masalah yang

25
mereka hadapi, dapat juga untuk membantu petugas-petugas yang bekerja
menangani musibah lalu untuk para pelaku sedekah akan mendapatkan
kebahagiaan, penghapusan dosa serta bertambahnya rezeki.

26
BAB 5

SIFAT DAN TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALLINYA

Kematian adalah suatu hal yang pasti akan terjadi tetapi sering kita lupakan.
Kematian menjadi hal yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Tetapi
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita senantiasa
mengingat kematian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫أَ ْكثِ ُروا ِذ ْك َر هَا ِذ ِم اللَّ َّذا‬


َ‫ت يَ ْعنِي ا ْل َم ْوت‬

Artinya: “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu:


KEMATIAN’ (Hadits Shahih riwayat At-Tirmidzi dan yang lainnya).

Dengan banyak mengingat kamatian manusia bisa lebih bersemangat dalam


beribadah, dan melaksanakan amal-amal shalih. Dengan demikian agar lebih
waspada menghadapi kematian mari kita bahas tentang sifat-sifat kematian

1. Kematian Itu Adalah Hal yang Pasti Terjadi


Kematian adalah akhir dari kehidupan dunia seorang makhluk hidup. Dan
setiap yang bernyawa maka akan merasakan mati. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 35.
ِ ‫س َذآئِقَةُ ا ْل َم ْو‬
‫ت‬ ٍ ‫ل نَ ْف‬¢ُّ ‫ُك‬
Artinya, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Al-Anbiya: 35)
2. Kematian Akan Datang Tiba-tiba
Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana dia akan mati.
Kematian datang secara tiba-tiba dan tidak ada yang dapat menduganya.
Kematian itu pasti tetapi tidak banyak diantara kita yang benar-benar siap
dalam meghadapinya.
3. Memaksa
Kematian itu bersifat memaksa sehingga apabila telah datang kepada
seseorang maka tidak akan ada yang mampu menolaknya. Dalam Al-Qur’an
disebutkan

27
َ ‫قُ ْل لَ ْو ُك ْنتُ ْم فِي بُيُوتِ ُك ْم لَبَ َر َز الَّ ِذينَ ُكتِ َب َعلَ ْي ِه ُم ا ْلقَ ْت ُل إِلَى َم‬
ُ ‫ضا ِج ِع ِه ْم َولِيَ ْبتَلِ َي هَّللا ُ َما فِي‬
‫صدُو ِر ُك ْم‬
‫الصدُو ِر‬ ُّ ‫ت‬ ِ ‫ص َما فِي قُلُوبِ ُك ْم َوهَّللا ُ َعلِي ٌم بِ َذا‬ َ ‫َولِيُ َم ِّح‬
Artinya, “Katakanlah, sekiranya kalian dalam rumah kalian, niscaya orang-
orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat
mereka terbunuh. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada
pada hati kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian.
Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Ali Imran:154)
4. Mengejar
Kematian akan mengejar siapapun meskipun berlindung di balik benteng
yang kokoh atau teknologi kedokteran yang canggih. Allah Ta’ala berfirman,
‫ش َها َد ِة فَيُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم‬ ِ ‫قُ ْل إِنَّ ا ْل َم ْوتَ الَّ ِذي تَفِ ُّرونَ ِم ْنهُ فَإِنَّهُ ُمالَقِي ُك ْم ثُ َّم تُ َردُّونَ إِلَى عَالِ ِم ا ْل َغ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬
َ‫تَ ْع َملُون‬
Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya,
maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian kan
kembali kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu
Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-
Jumu’ah: 8)
5. Ghaib
Kematian adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Waktu terjadinya
adalah perkara yang ghaib, namun kejadiaannya adalah kenyataan yang bisa
dilihat. Allah ta’ala berfirman,
‫ب َغدًا َو َما‬ ِ ‫س َما َذا تَ ْك‬
ُ ‫س‬ ٌ ‫األر َح ِام َو َما تَ ْد ِري نَ ْف‬ َّ ‫إِنَّ هَّللا َ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم ال‬
ْ ‫سا َع ِة َويُنز ُل ا ْل َغ ْي َث َويَ ْعلَ ُم َما فِي‬
ٍ ‫ي أَ ْر‬
‫ض تَ ُموتُ إِنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬ ِّ َ ‫س ِبأ‬
ٌ ‫تَ ْد ِري نَ ْف‬
Artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat
mengetahui secara pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Luqman: 34)
6. Tidak Dapat Ditunda atau Dipercepat

28
Kematian telah ditentukan waktunya. Ia tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Allah Ta’ala berfirman
َ‫سا إِ َذا َجآ َء أَ َجلُ َها َوهللاُ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
ً ‫َولَن يُ َؤ ِّخ َر هللاُ نَ ْف‬
Artinya, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kalian kerjakan. (QS. Al-Munafiqun:11)
Dalam ayat yang lain,
َ َ‫ستَأْ ِخرُون‬
ْ َ‫سا َعةً َوالَ ي‬
َ‫ستَ ْق ِد ُمون‬ ْ َ‫َولِ ُك ِّل أُ َّم ٍة أَ َج ٌل فَإ ِ َذا َجاء أَ َجلُ ُه ْم الَ ي‬
Artinya, “Apabila sampai ajal maut mereka itu, mereka tidak dapat menunda
atau mempercepat(nya) walau sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)

29
BAB 6

KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA

DALIL-DALILNYA

Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah.
Perintah yang ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan
perilaku kebaikan dan mencegah perilaku buruk. Dalam pengertian lain disebutkan
bahwa Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat
Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan
penyebutannya dari iman dalam firman-Nya. Bagi umat Islam, amar makruf nahi
mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam memang menempatkannya pada hukum
dengan level wajib. Dan siapa pun dari kita yang meninggalkannya, maka kita akan
berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang sangat pedih dan menyakitkan.

ِ ‫س تَأْ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬


ِ ‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُمن َك ِر َوتُؤْ ِمنُونَ ِباهللِ َولَ ْو َءا َمنَ أَ ْه ُل ا ْل ِكتَا‬
‫ب‬ ِ ‫ُكنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َجتْ لِلنَّا‬
ِ ‫لَ َكانَ َخ ْي ًرا لَّ ُه ْم ِّم ْن ُه ُم ا ْل ُمؤْ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َر ُه ُم ا ْلفَا‬
َ‫سقُون‬

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali
Imron:110)

Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin


dengan hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َّ ‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُمن َك ِر َويُقِي ُمونَ ال‬


َ‫صالَة‬ ِ ‫ض يَأْ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬ ٍ ‫ض ُه ْم أَ ْولِيَآ ُء بَ ْع‬
ُ ‫َوا ْل ُمؤْ ِمنُونَ َوا ْل ُمؤْ ِمنَاتُ بَ ْع‬
َ ‫سولَهُ أُ ْوالَئِ َك‬
‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم هللاُ إِنَّ هللاَ َع ِزي ٌز َح ِكي ُُم‬ ُ ‫َويُؤْ تُونَ ال َّز َكاةَ َويُ ِطيعُونَ هللاَ َو َر‬

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian


mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,

30
menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-
Taubah:71]

Selain itu, amar makruf nahi mungkar merupakan prinsip dasar agama Islam
yang harus dilakukan oleh setiap muslim karena sudah jelas dalam hukumnya bahwa
setiap muslim memiliki kewajiban untuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar,
seperti yang akan dijelaskan pada ayat di bawah ini.
ٓ
َ‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ٱ ْل ُمن َك ِر ۚ َوأُ ۟و ٰلَئِ َك ُه ُم ٱ ْل ُم ْفلِ ُحون‬
ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ إِلَى ٱ ْل َخ ْي ِر َويَأْ ُمرُونَ بِٱ ْل َم ْع ُر‬

Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)

Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar,
karena perilaku ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan bagi
pelakunya. Allah SWT berfirman:

ِ ‫سو َل ٱلنَّبِ َّى ٱأْل ُ ِّم َّى ٱلَّ ِذى يَ ِجدُونَهۥُ َم ْكتُوبًا ِعن َد ُه ْم فِى ٱلت َّْو َر ٰى ِة َوٱإْل ِ ن ِجي ِل يَأْ ُم ُرهُم بِٱ ْل َم ْع ُر‬
‫وف َويَ ْن َه ٰى ُه ْم‬ ُ ‫ٱلَّ ِذينَ يَتَّبِعُونَ ٱل َّر‬
۟ ُ‫ص َر ُه ْم َوٱأْل َ ْغ ٰلَ َل ٱلَّتِى َكانَتْ َعلَ ْي ِه ْم ۚ فَٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
‫وا‬ ْ ِ‫ض ُع َع ْن ُه ْم إ‬َ َ‫ت َويُ َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ٱ ْل َخ ٰبَٓئِ َث َوي‬ ِ َ‫َع ِن ٱ ْل ُمن َك ِر َويُ ِح ُّل لَ ُه ُم ٱلطَّيِّ ٰب‬
ٓ
َ‫ى أُن ِز َل َم َع ٓۥهُ ۙ أُ ۟و ٰلَئِ َك ُه ُم ٱ ْل ُم ْفلِ ُحون‬ ۟ ‫ص ُروهُ َوٱتَّبَ ُع‬
ٓ ‫وا ٱلنُّو َر ٱلَّ ِذ‬ َ َ‫بِ ِۦه َو َع َّز ُروهُ َون‬

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS al-
A'raaf: 157).

31
DAFTAR PUSTAKA

Nursalikah, Ani, 2020. ”Terjebak (Istidraj) Kenikmatan”,


https://www.republika.co.id/berita/qd73x6366/terjebak-istidraj-kenikmatan, diakses
pada 01 Desember 2021 16:02

Kristina, 2021. “Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!”,
https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-
dengan-nikmat-dunia, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:09

Widaningsih, 2021. “Hati-hati dengan Istidraj dan Ini 5 Ciri-cirinya”,


https://kalam.sindonews.com/read/338712/72/hati-hati-dengan-istidraj-dan-ini-5-
ciri-cirinya-1613602964/20, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:15

Fajar, Samson, 2021. “Bahagia dengan Al-Qur'an: Istihza' Sinisme dan Istidraj
Pembiaran”, https://ummetro.ac.id/bahagia-dengan-al-quran-istihza-sinisme-dan-
istidraj-pembiaran/, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:23

Putri, Amelia, 2021. “Mengajarkan Anak Apa Itu Arti Istidraj dalam Agama Islam”,
https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/amelia-putri/apa-itu-arti-
istidraj-dalam-agama-islam/4, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:45

Maulana, Tomi, 2021. “Perhatikan Ayat Tentang Istidraj, Jangan Sampai Terbuai”,
https://umroh.com/blog/perhatikan-ayat-tentang-istidraj-jangan-sampai-terbuai/,
diakses pada 01 Desember 2021 pukul 16:56

Kristina, 2021. “Apa Itu Hadits Qudsi? Berikut Penjelasan Ulama”,


https://news.detik.com/berita/d-5577592/apa-itu-hadits-qudsi-berikut-penjelasan-
ulama#:~:text=Hadits%20qudsi%20adalah%20hadits%20yang,itu%20dengan
%20ungkapan%20beliau%20sendiri, diakses pada 01 Desember 2021 pukul 17:10

32
Ibrahim, Ezzeddin, 2021. “Contoh Hadits Qudsi”,
https://edywitanto.wordpress.com/hadist-qudsi/contoh-hadits-qudsi/, diakses pada
02 Desember 2021 pukul 08:56

Rohayana, Ade Riba. (2015). Riba dalam Tinjauan Al-Quran, Vol. 18 No. 1, April
2015, 72-86.

Mustinda, Lusiana, 2020. “Hadits tentang Riba yang Tidak Diperbolehkan dalam
Islam”, https://news.detik.com/berita/d-5155173/hadits-tentang-riba-yang-tidak-
diperbolehkan-dalam-islam, diakses pada 02 Desember 2021 pukul 09:10

Yunita, Niken Widya, 2019. “Ayat tentang Riba dalam Alquran, Ini Penjelasannya”,
https://news.detik.com/berita/d-4793327/ayat-tentang-riba-dalam-alquran-ini-
penjelasannya, diakses pada 02 Desember 2021 pukul 09:23

Hasannudin, 2018. “10 Macam Bahaya Dosa Riba Di Dunia Dan Di Akhirat”,
https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/, diakses pada 02
Desember 2021 pukul 09:35
Qazwa, 2019. “Dosa Riba dalam Islam Menurut Al-Quran dan Hadits”,
https://qazwa.id/blog/dosa-riba-dalam-islam/, diakses pada 02 Desember 2021 pukul
09:49
Utamami, Romadhoni Umi, 2021. “Sifat-Sifat Kematian”,
https://muslimah.or.id/8548-sifat-sifat-kematian.html, diakses pada 02 Desember
2021 pukul 10:15
Yasmin, Putri, 2021. “Hadits tentang Kematian dan Manfaatnya Jika Banyak
Mengingatnya”, https://news.detik.com/berita/d-5337535/hadits-tentang-kematian-
dan-manfaatnya-jika-banyak-mengingatnya, diakses pada 02 Desember 2021 pukul
10:24
Mustinda, Lusiana, 2020. “Amar Makruf Nahi Mungkar, Perilaku yang
Diperintahkan Allah SWT”, https://news.detik.com/berita/d-5201638/amar-makruf-
nahi-mungkar-perilaku-yang-diperintahkan-allah-swt, diakses pada 03 Desember
2021 pukul 19:27

33

Anda mungkin juga menyukai